PENGALAMAN BERHARGA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN CARA KERJA LENSA MATA UNTUK SISWA SMP MELALUI LESSON STUDY
Masdalifah SMP N 5 Sanggau, Kabupaten Sanggau Abstrak: Lesson study merupakan kerja kolaboratif antarguru untuk menyusun rencana pembelajaran beserta perangkatnya,menerapkan rencana pembelajaran sambil melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan refleksi atas pelaksanaan pembelajaran.Melalui lesson studydiharapkan guru dapatmeningkatkan profesionalisme serta kualitas pembelajarannya.Makalah ini memaparkan kegiatan lesson study di dua SMP di Kabupaten Sanggau untuk mengembangkan pembelajaran prinsip kerja lensa mata menggunakan model belajar inkuiri terstruktur. Kata kunci: Pembelajaran inkuiri,lensa mata, lesson study.
Makalah ini diangkat darikegiatan lesson study (LS) yang dilaksanakan di dua SMPN di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, di mana penulis terlibat aktif didalamnya. Kegiatan ini sebagai salah satu rangkaian pelatihan TEQIP yang merupakan realisasi dari rencana tindak lanjut pasca Training of Trainer (TOT) 1 yang dilaksanakan pada tanggal 8–19 Mei 2013 di kota Batu, Jawa Timur. Pada TOT 1 penulisbelajar bagaimana melaksanakan LS. LS adalah kegiatan sistematis yang dilakukan guru secara kolaboratif mulai dari merencanakan pembelajaran, melakukan observasi pebelajaran, dan refleksi pembelajaran (Ibrohim, 2013). Secara garis besar,LS terdiri atas tiga tahapan yaitu plan, do dan see. Tahapan plan (merencanakan pembelajaran) dilaksanakan ketika TOT 1. Tahapan do (menerapkan pembelajaran) dan see (refleksi pembelajaran) dilaksanakan pada akhir Mei 2013 di SMPN 1 dan SMPN 5 Sanggau. Kegiatan do dan seemelibatkan satu orang guru model, satu orang pakar dari Universitas Negeri Malang, dan empat orang guru setempat sebagai observer. Topik pembela-
jaran adalah cara kerja lensa mata. Pembelajaran dikembangkan berdasarkan model inkuiri terstruktur. Menurut Dasna (2013), inkuiri berasal dari kata kerja to inquire yang sama artinya dengan to investigate. Kata kerja tersebut kemudian berkembang menjadi kata benda inquiry yang artinya sama dengan investigation, yaitu penyelidikan atau penemuan. Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran IPA. Melalui inkuiri, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta, tetapi lebih sebagai hasil dari menemukan pengetahuan sendiri. Menurut Zubaidah dkk.(2013), inkuiri terbagi atas empat tingkatan yaitu inkuiri demonstrasi, inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri penuh. Dalam pembelajaran ini digunakan inkuiri terstruktur di mana pertanyaan (permasalahan) dirumuskan oleh siswa dengan arahan penuh dari guru, sedangkan tugas utama siswa adalah mengumpulkan data, menganalisis, dan menarik kesimpulan.
194
Masdalifah, Pengalaman Berharga Mengembangkan Pembelajaran Cara Kerja Lensa Mata, 195
Berikut dipaparkan bagaimana pembelajaran inkuiri pada topic cara kerja lensa mata dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan LS. PERENCANAAN PEMBELAJARAN Perencanaan pembelajaran dilaksanakan pada saat TOT 1, di kota Batu, Jawa Timur, pada tanggal 18 Mei 2013. Dua trainer IPA SMP dari Kabupaten Sanggau berkolaborasi merancang pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapapai antara lain menyebutkan bagian-bagian mata, menggambar pembentukan bayangan oleh lensa mata, menjelaskan sifat bayangan pada mata, dan menjelaskan daya akomodasi mata ketika mengamati suatu benda. Dalam merancang pembelajaran ini, diasumsikan bahwa siswa sudah menguasai pengetahuan prasyarat yang diperlukan, yaitu pembentukan bayangan pada lensa cembung. Pada tahap ini juga telah dirancang set-up percobaan beserta LKS nya. Kegiatan inti belajar siswa adalah melakukan percobaan pembentukan bayangan oleh lensa cembung, menganalisis sifat-sifat bayangan yang dihasilkan, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjelaskan prinsip kerja lensa mata.Soalsoal untuk kuis juga disiapkan melalui kegiatan plan ini. PELAKSAAN PEMBELAJARAN Pembelajaran dilaksanakan di dua sekolah, yaitu SMPN 1 dan SMPN 5 Kabupaten Sanggau. Berikut dipaparpan pelaksanaan pembelajarn di kedua sekolah tersebut. Pembelajaran di SMPN1 Sanggau Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013. Pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 28.Pembelajaran dilaksanakan di laborato-rium IPA. Ruangan terdiri atas enam meja besar yang disusun menjadi dua
baris. Guru model membuka kegiatan pembelajaran dengan menanyakan pengetahuan prasarat seputar lensa cembung kemudian menunjukkan tujuan pembelajaran hari ini melalui slide power point. Memasuki kegiatan inti, guru membentuk lima kelompok belajar yang beranggotakan 5- 6 siswa, kemudian membagikan Lembar kerja Siswa (LKS) beserta alat-alat praktik yang terdiri dari lensa cembung 50 mm dan 100 mm, rel tempat memasang peralatan, layar, dan lilin. Guru mempersilahkan siswa me-rakit bahan praktik sesuai dengan yang tergambar di LKS. Ternyata, sebagian besar kelompok siswa mengalami kesulitan merangkai alat praktik walaupun sudah ada petunjuk dan gambar di LKS. Guru model tidak mengetahui bahwa siswa belum terbiasa dengan semua peralatan praktik. Guru berusaha keras membantu dan terus membimbing agar siswa dapat mengikuti prosedur pelaksanaan praktikum. Dengan bimbingan guru, akhirnya 3 kelompok dapat menyelesaikan kegiatan dan menjawab pertanyaan–pertanyaan di lembar kerja, sedangkan 2 kelompok lainnya masih tertinggal. Kelompok yang tertinggal ini sebenarnya sudah berusaha keras dan menunjukkan keingin-tahuan yang tinggi, tetapi waktu tidak mencukupi. Akhirnya, kelompok tersebut tidak dapat membuat kesimpulan. Kegiatan dilanjutkan dengan pre-sentasi hasil kerja. Karena hanya tiga ke-lompok yang dapat menyelesaikan LKS nya, maka hanya kelompok tersebut yang bersedia maju untuk presentasi di depan kelas. Di akhir pembelajaran, guru memberikan kuis. Sebagian besar siswa belum berhasil menjawab dengan benar dan hanya memperoleh skor yang kurang memuaskan (Tabel 1). Berdasarkan hasil kuis ini, maka tidak semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.
196, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Tabel 1. Distrubusi hasil kuis siswa SMPN1 Sanggau Nilai kuis Persentase <50 60 % 50- 70 30 % >70 10 %
Pembelajaran di SMPN 5 Sanggau Pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII A dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penulis, yang sehari-hari bertugas di SMPN 5 Sanggau, bertindak sebagai guru model.Observer terdiri atas guru-guru setempat. Kekurangan-kekurangan yang dijumpai pada open class di SMPN1 telah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran hari ini. Guru memulai pembelajaran dengan menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis, dan menunjuk salah satu siswa yang duduk paling belakang untuk membacanya. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua siswa dapat membaca apa tujuan pembelajaran hari ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, guru mengatur meja siswa sehingga guru bisa berada di tengah- tengah mereka. Hal ini dilakukan agar mudah membimbing siswa dan tidak ada kelompok yang merasa diabaikan atau tertinggal dari kelompok lain. Setelah membagikan LKS beserta alat-alat percobaan yang akan digunakan, guru meminta siswa secara bersama-sama membaca LKS dan memperhatikan alat
dan bahan praktik yang sudah disediakan. Guru berada ditengah-tengah seluruh kelompok untukmengenalkan dan menunjukkan satu persatu alat–alat praktik yang akan digunakan.”Perhatikan semuanya, ini namanya lensa 50 mm ....Sudah dicek semua alat dan bahanya?ada yang belum jelas...?. Guru memandu peserta didik untuk merangkai alat sesuai gambar yang ada pada LKS. Setelah dipastikan semua kelompok telah selesai merangkai alat, setiap kelompok dipersilahkan untuk melaksanakan praktik.Guru model terus membimbing kelompok melakukan percobaan dan berdiskusi menyelesaikan LKS. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan diskusi guru mempersilahkan dua kelompok untuk mewakili presentasi di depan kelas. Pembelajaran diakhiri konfirmasi oleh guru dan mengerjakan kuis. Soal kuis yang digunakan sama dengan yang dipakai di open class pertama di SMPN1 Sanggau. Hasilnya cukup baik, karena lebih dari 70% siswa mendapat skor lebih dari 70 (Tabel 2).
Tabel 2. Distrubusi hasil kuis siswa SMPN5 Sanggau Nilai kuis Persentase <50 10 % 50- 70 20 % >70 70 %
REFLEKSI PEMBELAJARAN Refleksi pembelajaran dilaksanakan di sekolah masing-masing, segera setelah pembelajaran selesai. Berikut dipaparkan refleksi di masing-masing sekolah tersebut.
Refleksi di SMPN1 Sanggau Tahapan see dilaksanakan setelah siswa meninggalkan laboratorium. Peserta LS berkumpul untuk melakukan refleksi atas pembelajaran yang baru dilaksanakan.Kesempatan pertama diberikan kepada
Masdalifah, Pengalaman Berharga Mengembangkan Pembelajaran Cara Kerja Lensa Mata, 197
guru model untuk menyampaikan refleksinya atas pembelajaran yang telah dilaksanakan.Komentar dari guru model adalah “saya tidak berhasil”. Kegiatan berlanjut. Kini giliran guru-guru observer menyampaikan pandangan dan temuannya. Berikut beberapa temuan yang disajikan oleh para observer. (1) Penayangan tujuan pembelajaran terlalu singkat, dan isinya juga terlalu banyak sehingga siswa sulit memahami dengan baik. (2) Pada umumnya siswa antusias mengikuti pemabelajaran. Tetapi, karena belum kenal dengan alat-alat praktik yang akan digunakan serta belum memiliki pengalaman menggunakan alat-alat itu, maka mereka mengalami kesulitan dalam merangkai danmelaksanakan percobaan. (3) Ada kelompok yang tidak sempat mendapatkan bimbingan selama kegiatan praktikum sehingga hanya bermain-main dengan alat praktik, misalnya menggunakan lensa untuk melihat wajah temannya. (4)Guru hanya konsentrasi di beberapa kelompok. (5) Ruangan terlalu terang sehingga bayangan lilin samar-samar. (6)Siswa masih kesulitan untuk menjelaskan bagianbagian mata. (7) Pada kegiatan penutup, siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan, tetapi siswa yang tidak selesai praktik tidak dapat menyimpulkan pembelajaran. Dari semua temuan yang dirangkum, diketahui beberapa penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Bagaimana upaya agar hal tersebut tidak terulang? Solusi yang ditawarkan antara lain: (1) tujuan pembelajaran tidak cukup hanya ditayangkan sekilas, tapi perlu ditulis di papan agar anak lebih mengerti kemana tujuan pembelajaran; (2) sebelum praktikum, guru perlu menunjukkan dan menjelaskan satu persatu nama alat-alat praktikum, (3) meja siswa perlu diatur sedemikian rupa agar guru cepat mengetahui dan mudah membantu kelompok yang
memerlukan bantuan, dan (4) kegiatan praktikum diusahakan tidak pada jam-jam terakhir karena laboraorium sudah sangat terang; atau, perlu dipasang tirai/gorden di laboratorium. Refleksi di SMPN 5 Sanggau Kegiatan refleksi dilaksanakan segera setelah pembelajaran selesai.Berikut beberapa temuan observer tentang pembelajaran di SMPN5. Tujuan pembelajaran dijelaskan guru dengan jelas. Sebelum kegiatan praktikum, guru mengenalkan alat-alat percobaan dan menunjukkan caramerangkai alat-alat percobaan tersebut. Cara ini tampak efektif yang dibuktikan dengan lancernya siswa merangkai alat dan melakukan percobaan. Pengaturan tempat duduk siswa memungkinkan guru dengan mudah membimbing tiap-tiap kelompok. Siswa tampak merasa puas karena dapat menyelesaikan tiap tahapan percobaan dan berhasil membuat kesimpulan. Para observer juga sepakat bahwa pembelajaran di SMPN 5 ini lebih baik daripada sebelumnya, di SMPN1 Sanggau. PEMBAHASAN Meskipun rancangan pembelajaran yang digunakan di kedua open class tersebut sama, terlihat ada perbedaan keterlaksanaan pembelajaran. Terlepas dari perbedaan karakteristik siswa, hasil belajar di SMPN5 lebih baik daripada di SMPN1. Juga dalam aspek proses. Jika di SMPN1 banyak siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan LKS, utamanya dalam melaksanakan praktikum, di SMPN 5 Sanggau tidak seperti itu adanya. Tampaknya, kemudahan akses guru untuk menghampiri semua kelompok sangat berpengaruh pada kelancaran praktikum siswa.
198, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Jika dibandingkan dengan siswa di SMPN1, berdasarkan kesan umum selama ini, kemampuan akademik siswa SMPN 5 lebih rendah.Jika klaim tersebut benar, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di SMN5 lebih efektif daripada yang dilaksanakan di SMPN1. Selain dari aspek banyaknya siswa yang mencapai skor kuis lebih dari 70, jumlah kelompok yang siap untuk presentasijuga lebih baih dibandingkan open class pertama. Siswa juga merasa lebih puas karena dapat menyelesaikan tiap tahapan percobaan dan berhasil membuat kesimpulan. KESIMPULAN Melalui kegiatan lesson study, khususnya tahap plan, dapat dirumuskan beberapa butir pelajaran berharga sebagai berikut.
DAFTAR RUJUKAN Dasna, I W. 2013.Penelitian Tinadakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang. Ibrohim. 2013. Panduan pelaksanaan lesson study. Malang: Universitas Negeri Malang.
1. Pentingnya tujuan pembelajaran disampaikan dengan jelas, tidak hanya ditulis atau ditampilkan lewat slide. 2. Pada kegiatan pembelajaran dengan praktik/percobaan di SMP,guru perlu membimbing siswa untuk merangkai alat agar siswa tidak bingung. Panduan tertulis saja tampaknya tidak cukup. Dengan kata lain, inkuiri terbimbing secara terstruktur lebih cocok untuk siswa SMP daripada inkuiri yang lebih bebas. 3. Apabila model inkuiri dilakukan di dalam kelompok, guru perlu mengatur tempat duduk siswa agarmudah mengakses tiap kelompok sehingga tidak ada kelompok yang merasa “dianaktirikan”. 4. Anak dengan kemampuan rendah dapat berinkuiri apabila guru dapat memberikan bimbingan secara maksimal.
Zubaidah, S., Mahanal, s., dan Yuliati, L.2013.Model dan metode pembelajaran SMP IPA.Malang: Universitas Negeri Malang.