Pengajaran Tentang Penentuan TUHAN Dalam Kitab Yunus Oleh Queency Christie Wauran, Asnani G Simak, Caroline Pattinama, Herianto Pailang Pendahuluan Kitab Yunus adalah kitab yang unik oleh sebab itu menarik untuk dipelajari. Andrew E. Hill menjelaskan bahwa kitab ini unik di antara kitab-kitab nubuat di Perjanjian Lama karena kitab ini tidak merupakan satu koleksi nubuat-nubuat nabi itu sendiri, melainkan mengisahkan suatu epidose dalam kehidupannya.1 Nubuat Yunus sendiri hanya terdapat dalam pasal 3:4. Selebihnya menjelaskan tentang kehidupan nabi Yunus. Pasal 1 menceritakan Yunus yang lari dari panggilan. Pasal dua menjelaskan doa Yunus di perut ikan. Pasal tiga menceritakan pelayanannya di Niniwe. Dan pasal 4 menceritakan kekesalan Yunus terhadap Tuhan. Namun ada salah satu masalah yang muncul dalam kitab Yunus yaitu soal genrenya yang diperdebatkan. Sifat kitab ini telah menjadi fokus banyak bahasan. Oleh karena sifat tidak masuk akal dari beberapa peristiwa yang dikisahkan dalam kitab ini. Misalnya, ikan besar yang menelan Yunus, Yunus yang tetap hidup dalam perut ikan besar, pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dari sebatang tanaman. Sehingga ada banyak sarjana menyebut kitab ini sebagai alegori (dengan tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang simbolis), sebagai midrash (sebuah cerita yang dimaksudkan untuk menyampaikan kebenaran agama dengan cara menguraikan panjang lebar dan membumbui sebuah peristiwa dalam lingkungan sejarah).2 Philip Johnston menjelaskan bahwa para pakar berdebat apakah kitab Yunus harus dibaca sebagai suatu kisah sejarah atau sebagai suatu perumpamaan.3 Jadi dengan demikan dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa itu tidak benar-benar terjadi. Namun, beberapa penafsir juga yang mengakui sifat sejarah dari kitab ini, kendatipun sensasional. Jadi, peristiwa dalam kitab Yunus benar terjadi. Menarik dalam perdebatan ini karena ayat-ayat yang dipermasalahkan penerimaannya yaitu kisah ikan besar yang menelan Yunus (1:17), pohon jarak yang tumbuh (4:6), ulat yang menggerek pohon itu sampai layu (4:7), dan angin timur yang bertiup (4:8), terdapat kata penegasan yang ditekankan yaitu “atas penetapan Tuhan”. Satu-satunya hal yang diinformasikan dalam teks adalah bahwa semua kejadian atau peristiwa yang terjadi adalah
1
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 631. Ibid., 631-632. 3 Philip Johnston, IVP Introduction To The Bible (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 213. 2
atas penetapan Tuhan. Sehingga salah satu kata kunci dalam kitab Yunus adalah kata menetapkan yang ditujukan kepada Tuhan. Kitab Yunus ini menjelaskan dengan baik keterlibatan binatang, tumbuhan, dan alam dalam kisah perjalanan nabi Yunus yang semuanya terjadi atas penentuan Tuhan. Kelompok percaya bahwa kitab Yunus adalah kitab sejarah. Jadi, semua peristiwa yang dituliskan benar terjadi atas penentuan Tuhan. Oleh sebab itu, bagian ini menjadi salah satu bagian yang menarik untuk dibahas dalam kitab Yunus. Sebenarnya apa maksud penetapan Tuhan dalam narasi kitab Yunus? Inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini.
Masalah Pokok Adapun yang menjadi masalah dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Pertama, apa maksud pengajaran kitab Yunus tentang penentuan Tuhan? 2. Kedua, apa implikasinya bagi kehidupan orang percaya?
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah 1. Untuk menjelaskan maksud dari pengajaran tentang penentuan Tuhan dalam kitab Yunus. 2. Untuk menjelaskan implikasi pengajaran tentang penentuan Tuhan dalam kitab Yunus bagi orang percaya
Tinjauan Pustaka Latar Belakang Kitab Kitab Yunus menceritakan tentang masa pelayanan nabi Yunus. Allah memanggil Yunus untuk pergi ke Niniwe tempat yang akan mengalami penghukuman Allah, karena keberdosaan umat manusia. “Dengan mengutus Yunus ke Niniwe Ibu kota Asyur, kasih dan kemurahan hati Allah yang demikian besar menjadi nyata. Niniwe adalah ibu kota Asyur, musuh yang sangat dibenci Israel. Lokasinya di timur laut Mesopotamia (kiri Irak) di sungai Tigris. Kejahatan Niniwe digambarkan dalam Nahum 2:10-2:4).”4 Kisah pengutusan Yunus ke Niniwe telah menunjukkan kebesaran kasih kepada orang-orang berdosa, bahkan mungkin yang juga dibenci oleh umat Israel. Meskipun demikian, kasih Allah adalah ciri dari berita
4
Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 1465.
utama kitab Yunus. Menurut Hassel Bullock, Yunus merupakan nabi yang dapat menjadi contoh bagi nabi-nabi lainnya yang juga dipanggil untuk melayani Allah. Yahweh memanggil Yunus, merinci misinya, dan mengutus dia untuk menunaikan tugas ini. Setiap nabi yang dipanggil oleh Yahweh berikutnya mempunyai contoh Yunus, dan kuasa Allah yang memaksa tidak dapat dilawan.5 Penulis Kitab Yunus Tidak ada acuan dalam kitab ini tentang siapa penulisnya. Mungkin Yunus sendirilah yang menulisnya, tapi kitab ini tak pernah memakai diri pertama (bertentangan dengan mis. Hos. 3:1). Boleh jadi tarikhnya sekitar awal abad ke 8, seperti teracu dalam Yunus. 3:3, seolah-oleh kota Niniwe tidak ada lagi (kota itu dimusnahkan tahun 612 sM). Jika bukan Yunus penulisnya, tidak ada seorang pun dapat mengatakan siapa menulis Kitab ini. Diperkirakan bahwa kisah yang terdapat dalam kitab Yunus terjadi sekitar 782/781-753 sebelum Masehi, yang menceritakan pengalaman Yunus di laut di dalam perjalanan menuju Tarsis, di dalam perut ikan besar, kota Niniwe, dan di luar kota Niniwe.6 Yunus, yang namanya berarti “merpati”, diperkenalkan sebagai putra Amitai (1:1). Ia disebutkan dalam 2 Raja. 14:25 (1) nabi kepada kerajaan Utara Israel semasa pemerintahan Yerobeam II (793-753); Ia berasal dari Gat-Heler, tiga sampai lima kilometer utara Nazaret di Galilea.7 Jadi orang Farisi salah ketika mengatakan bahwa tidak pernah ada nabi dari Galilea (Yoh. 7:52). Pelayanan nubuat Yunus terjadi tidak lama sesudah masa pelayanan Elisa (bdg. Amos 1:1) dan diikuti oleh pelayanan Hosea (bdg. Hos. 1:1). Sekalipun kitab ini tidak menunjukkan penulisnya, sangat mungkin penulis itu Yunus sendiri.”8 Kisah-kisah penting yang dituliskan di sepanjang kitab ini telah menceritakan salah satu tokoh penting yang akhirnya mungkin menunjukkan bahwa dialah penulis kitab ini. Sebagian besar kisah dalam kitab ini bercerita tentang seorang nabi. Pengutusannya sebagai seorang nabi untuk memberitakan berita pertobatan dan keselamatan kepada orang-orang di Niniwe di dalam pasal 1:1-2 dan pasal 3:1; kisah penghukuman Allah yang harus dialami oleh Yunus karena melarikan diri dan akhirnya juga ditelan oleh ikan besar di dalam pasal 1:4-17; kisah pelayanannya dan kisah tentang pertobatan orang-orang di Niniwe di dalam pasal 3 serta kisah tentang kesadaran Yunus tentang kasih Allah terhadap bangsa-bangsa lain di dalam pasal 4 dapat menjadi alasan yang tepat bahwa kitab ini sangat mungkin ditulis oleh 5
C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), 55. Philip Johnston, IVP Introduction To The Bible (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 216. 7 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z Cetakan Kesembilan (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 2008) s.v. “Yunus, Kitab.” 8 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Jakarta: Lembaga Indonesia, 2009), 1421. 6
Yunus sendiri. Penjelasan ini sesuai dengan ungkapan W. S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush yang mengatakan, “Dalam semua kitab nubuat, ciri utamanya adalah pesan Allah kepada seorang nabi dan melalui nabi itu kepada Israel. Kekecualian satu-satunya adalah kitab Yunus yang bersifat unik karena berisi cerita tentang pengalaman seorang nabi, bukan suatu laporan pemberitaannya. Karena kitab ini ditempatkan dalam kanon Alkitab di antara kitab-kitab para nabi, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pengalaman Yunus adalah isi pemberitaannya. Cerita itu mencakup lebih banyak hal daripada sekedar peristiwa Yunus ditelan seekor ikan.”9 Berdasarkan pada semua penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kitab ini sangat mungkin ditulis Yunus anak Amitai, sekalipun ada beberapa keraguan terhadap pemilihan penulis Kitab ini.
Tujuan Penulisan Kitab ini tampaknya memiliki tiga tujuan pokok yang perlu untuk dijelaskan, yakni: 10 Pertama, untuk menunjukkan kepada Israel dan bangsa-bangsa lainnya besarnya dan luas kasih sayang tindakan Allah yang menyelamatkan melalui pertobatan. Kedua, untuk menunjukkan melalui pengalamam Yunus betapa jauhnya Israel telah jatuh dari panggilan misionari yang semula untuk menjadi terang penebusan bagi orangorang yang tertinggal dalam gelap (Kej. 12:1-3; Yes. 42:6-7; 49:6). Ketiga, untuk memperingatkan orang Israel yang murtad bahwa Allah dalam kasih dan kemurahannya telah mengutus bukan hanya satu tetapi banyak nabi setia yang menyampaikan berita pertobatan-Nya agar menghindarkan hukuman atas dosa yang tidak dapat dielakkan. Tetapi berbeda dengan Niniwe, Israel telah menolak nabi-nabi Allah dan tawarannya untuk bertobat dan menerima tawarannya. Maksud lainnya dari penulisan kitab ini, adalah sebagai berikut. 1.
Kitab Yunus melawan sikap iri dengan menunjukkan kepada umat betapa bodohnya
terus-menerus membatasi Allah untuk diri sendiri, sebab Allah adalah Allah semua orang. Allah bisa menunjukkan belas kasihan kepada siapa saja, termasuk kepada musuh.11 2.
Ia (Yunus) bertujuan untuk menceritakan kisahnya sendiri (jika Yunus adalah
penulisnya) atau kisah nabi abad kedelapan yang mempunyai reputasi bahwa ia paling banter enggan menaati panggilan kenabian.12
9
W.S. Lasor. D.A.Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. 10 Ibid. 11 Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011 s.v. “Yunus.”
3.
Juga untuk menegaskan kehendak Allah yang tidak tertahankan dalam dunia ciptaan-
Nya. Dunia itu menjangkau jauh melewati perbatasan Israel, termasuk unsur-unsur alam, dan memusatkan perhatian pada perkataan dan tindakan para nabi-Nya.13 4.
Pesan kitab ini mengetengahkan hak kedaulatan Allah untuk menguraikan tindakan belas
kasihan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Kendatipun tindakan Niniwe yang berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri tidaklah memadai bagaimana diukur berdasarkan standar Allah untuk menjamin kelepasan mereka Allah sangat menghargai langkah sekecil apa pun ke arah yang benar dan Ia menunda pelaksanaan hukuman yang sudah diumumkan. Orangorang Niniwe masih menghadapi ancaman kebinasaan tetapi tidak akan segera terjadi, karena kasih karunia Kristus.14
Struktur Kitab Yunus `
Stuktur Kitab Yunus adalah sebagai berikut:15 A. Firman Tuhan yang pertama kepada Yunus (1:1-17) 1.
Panggilan dan pelarian Yunus (1:1-3)
2.
Rencana-rencananya yang dipersulit (1:4-10)
3.
Keheningan yang ajaib (1:11-16)
4.
Hukuman atas Yunus (1:17)
B. Tanggapan Yunus terhadap belaskasihan Allah (2:1-10) 1.
Doanya (2:1-9)
2.
Kelepasannya (2:10)
C. Firman Tuhan yang kedua kepada Yunus (3:1-10) 1. Panggilan dan misi Yunus yang kedua (3:1-4) 2. Tanggapan Niniwe terhadap nabi itu (3:5-9) 3. Tanggapan Allah terhadap pertobatan Niniwe (3:10) D. Tanggapan Yunus terhadap belaskasihan Allah (4:1-5) 1. Doanya dan tanggapan Allah (4:1-4) 2. Menunggu hukuman (4:5) E. Dialog akhir antara Allah dengan Yunus (4:6-11)
12
C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), 66. Ibid. 14 Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 636. 15 C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), 71-72. 13
Pengajaran tentang Penentuan Tuhan dalam Kitab Yunus Arti Penentuan Tuhan Kata “penentuan Tuhan” diulangi sebanyak 4 kali dalam kitab Yunus. Yunus 1:17 menjelaskan bahwa atas penentuan Tuhan, datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus dan diberikan informasi bahwa Yunus tinggal selama tiga hari tiga malam lamanya di situ. Yunus 4:6 menjelaskan atas penentuan Tuhan Allah tumbuh sebatang pohon jarak yang melampaui kepala Yunus. Yunus 4:7 menjelaskan atas penentuan Allah datang seekor ulat yang menggerek pohon jarak sehingga layu. Dan terakhir dalam Yunus 4:8 menjelaskan bahwa atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik. Dalam akhir pasal 1, oleh karena Yunus lari dari panggilan ke Niniwe dan malah ke Tarsis maka dalam perjalanan kapal terjadi angin ribut dan akhirnya Yunus dibuang ke laut. Tuhan menentukan ikan besar untuk menelan Yunus. Tindakan ikan besar ini adalah untuk menyelamatkan Yunus. Matthew Henry menjelaskan “God has command of all the creatures, and can make any of them serve his designs of mercy to his people, even the fishes of the sea, that are most from under man's cognizance, even the great whales, that are altogether from under man's government. This fish was prepared, lay ready under water close by the ship, that he might keep Jonah from sinking to the bottom, and save him alive, though he deserved to die.”16 Penetapan seekor ikan besar perlu dilihat dalam tiga konteks tiga yang lain tentang penetapan dibuat oleh Allah. Dalam pasal 4 Yunus berada dalam keadaan marah tetapi dihibur oleh pohon jarak yang ditentukan oleh Tuhan untuk menaunginya. Yunus bersukacita karena pohon jarak ini (4:6). Tetapi pohon jarak yang disenangi Yunus dibinasakan oleh Tuhan, dengan cara, menentukan seekor ulat untuk menggerek pohon jarak dalam semalam hingga menjadi layu (4:7). Tidak hanya itu, Allah pun menentukan angin panas dari timur yang menyakiti kepalanya dan membuat ia terjatuh lesu (4:8). Seperti halnya ulat menggerek pohon jarak, demikian juga matahari menyakiti kepala Yunus. Penentuan Tuhan diterjemahkan dari kata kerja yang ditunjuk yaitu manah. Manah diartikan sebagai cara untuk menahbiskan. Kata ini digunakan sebanyak empat kali dalam kitab Yunus, dan Allah dalam setiap kasus merupakan pelajaran mengenai apa yang terjadi. Dalam kitab Yunus, kata manah digunakan menunjuk pada kedaulatan Tuhan.17 Jadi kedaulatan Allah ditekankan melalui pamakaian kata kunci “menetapkan”.18 16
Notes on Matthew Henry, Bible Works. “Jonah A Commentary Outline”. Diakses 22 Mei 2015, http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id= 352662484&url=3c62e76d982af89b37a5d792be3f29d1 18 Jeane Ch. Obadja. Survei Ringkas Perjanjian Lama (Surabaya: Momentum, 2004), 166. 17
Maka penentuan Allah adalah kedaulatan Allah untuk menahbiskan atau memerintahkan atau menentukan sesuai kehendak-Nya untuk memakai ciptaan-Nya baik manusia, binatang, tumbuhan, dan juga alam untuk tujuan-Nya sendiri. Dalam kitab Yunus, Allah menetapkan biantang, tumbuhan, dan alam untuk menunjukkan kedaulatan Allah atas peristiwa yang dialami oleh Yunus. Dari penjelasan ayat-ayat di atas menggambarkan penentuan Tuhan khususnya dalam alam ciptaan baik binatang (ikan besar dan ulat), tumbuhan (pohon jarak), bahkan suasana alam (angin timur). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penentuan Tuhan dalam kitab Yunus merupakan penunjukkan akan kemahakuasaan Allah atas alam semesta. Penentuan Tuhan berarti bahwa Allah berdaulat atas segala ciptaan-Nya dan Ia dapat menggunakannya untuk tujuan tertentu pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. Kehadiran ikan besar (1:17; 2:10), pohon jarak (4:6), ulat (4:7), dan angin timur (4:8) adalah atas penentuan Tuhan. Walaupun mereka tidak bisa berbicara namun mereka melaksanakan perintah Tuhan bagi mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah berdaulat atas segala yang diciptakan-Nya dan semuanya berada dalam kekuasaan-Nya. Baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun alam taat kepada kekuasaan Allah dan dapat melaksanakan kehendak-Nya untuk kebaikan manusia.19 Penentuan Tuhan ini tidak bisa dibatasi pada kedaulatan Allah atas alam saja melainkan kedaulatan Allah atas manusia juga. Allah menentukan ikan besar untuk menyelamatkan Yunus. Penentuan yang dilakukan Tuhan atas ikan besar, dalam konteks Allah atau penguasa adalah penunjukkan seorang hamba untuk melaksanakan misi tertentu (Ezra 7:25; Dan. 1:10-11; 2:24, 29). R. C. Sproul berkata, “Jika Ia [Allah] mengizinkan sesuatu, maka Ia pasti memutuskan untuk mengizinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengizinkan sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. Mengatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah itu berdaulat atas segala ciptaan-Nya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi di luar izin-Nya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi kedaulatan-Nya. Jika Allah menolak untuk mengizinkan sesuatu dan hal itu tetap terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri.”20 Pengajaran tentang Penentuan Tuhan dalam Kitab Yunus Pengajaran tentang penentuan Tuhan dapat ditemukan dalam sepanjang narasi kitab Yunus. Setidaknya, ada tiga bagian penentuan Tuhan yang akan dijelaskan dalam bagian ini. 1. Penentuan Allah atas Alam 19 20
Peniel Maiaweng, Catatan Kuliah: Naratif Kitab Yunus R. C. Sproul. Kaum Pilihan Allah (Malang: SAAT, 2011), 16.
Sesuai dengan narasi dalam kitab Yunus maka penentuan Tuhan terlihat pertama melalui penentuan-Nya atas alam. Dalam sepanjang kitab Yunus, dapat ditemui fakta-fakta bahwa Tuhan berdaulat atas alam dan Ia menentukan alam untuk dipakai sesuai dengan maksud-Nya. Penentuan Allah atas alam ini akan dibahas secara rinci berdasarkan pasal-pasal dalam kitab Yunus. Pasal 1 Penentuan Tuhan atas alam dalam kitab Yunus pasal 1 dapat ditemukan dalam peristiwa terjadinya angin ribut dan badai juga ikan besar yang datang menelan Yunus. Dalam ayat 4 dituliskan bahwa “tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.” Ayat ini menjelaskan bahwa angin ribut dan badai besar terjadi atas keinginan Tuhan, bahwa Tuhanlah yang menurunkannya (ay. 4a). Walaupun tidak secara langsung dalam ayat ini menuliskan Tuhan menentukan angin ribut terjadi namun dapat dipahami bahwa Tuhan telah menentukan angin ribut itu terjadi ketika kapal yang ditumpangi Yunus berada di laut. Demikian pula badai besar yang terjadi atas penentuan Tuhan juga. Dalam ayat 9 dan 10 Yunus mengakui bahwa badai ini terjadi oleh karena ia melarikan diri dari panggilan Tuhan sehingga ia menyarankan dalam ayat 12 agar Yunus dibuang ke laut supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang mereka yang berada di kapal. Dan terbukti dalam ayat 15 bahwa laut kemudian menjadi tenang setelah Yunus dibuang ke laut. Hal ini pun dapat dijelaskan bahwa Tuhan telah menentukan angin ribut dan badai itu menjadi reda setelah Yunus dibuang ke laut. Yunus menyadari bahwa dialah yang menyebabkan terjadinya badai ini dan badai ini akan menjadi reda setelah ia dilemparkan ke laut. Sekalipun benar terjadi seperti yang dikatakan Yunus tetapi badai tersebut berhenti atas penentuan Tuhan. Peristiwa yang terjadi selanjutnya bagi Yunus juga adalah penentuan Tuhan. Pasal 1:17 menuliskan bahwa atas penentuan Tuhan datang seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal dalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam. Ayat ini jelas menuliskan bahwa Tuhan telah menentukan seekor ikan besar datang menelan Yunus. Alasannya jelas bahwa Tuhan tidak ingin Yunus mati tenggelam di laut karena Tuhan telah menetapkan Yunus untuk pergi ke Niniwe (1:2). Penentuan Tuhan akan ikan besar ini untuk menyelamatkan Yunus. Jadi, dapat dipahami dalam pasal 1 ini bahwa penentuan Tuhan atas alam adalah kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan dalam mendatangkan angin ribut dan badai dan juga menghentikannya untuk membuat Yunus tidak melarikan diri dari panggilan Tuhan sampai
ke Tarsis. Dan juga kekuasaan Tuhan untuk mengirim seekor ikan besar datang menelan Yunus dengan maksud untuk menyelamatkan Yunus. Pasal 2 Masih berkaitan dengan pasal 1:17, Tuhan menentukan ikan besar untuk menelan Yunus dan Yunus dipelihara oleh Tuhan dari dalam perut ikan. Menarik dalam pasal 2 ini adalah setelah Yunus berdoa kepada Tuhan, Tuhan berfirman kepada ikan besar itu untuk memuntahkan Yunus di darat. “Tuhan berfirman” menunjukkan bahwa setelah genap waktunya maka atas penentuan Tuhan ikan besar itu memuntahkan Yunus di darat. Walaupun ada berbagai pertanyaan sulit yang muncul dalam bagian ini – misalnya di darat mana tempat ikan besar itu memuntahkan Yunus, bagaimana mungkin ikan besar sampai ke darat atau bagaimana mungkin Yunus bisa bertahan hidup di dalam perut ikan, apa yang dimakan atau diminum Yunus, apa yang dilakukannya selama tiga hari tiga malam – namun secara tidak langsung hal ini menunjukkan kedaulatan Tuhan bahwa Tuhan telah menentukan ikan besar itu bukan memakan atau mengunyah Yunus, melainkan menelan Yunus dan menyelamatkan Yunus. Dan atas penentuan Tuhan, Yunus dijaga dan dibiarkan tetap hidup selama tiga hari tiga malam berada di dalam perut ikan itu. Peniel Maiaweng menuliskan bahwa penunjukkan ikan adalah serupa dengan penunjukkan Yunus, yang mana tindakan ikan untuk menelan Yunus sama dengan yang dimaksud oleh Tuhan, dan Yunus berada dalam perut ikan tiga hari tiga malam.21 Dan atas penentuan Tuhan ikan besar itu akhirnya memuntahkan Yunus di darat. Jadi penentuan Tuhan atas alam dalam pasal 2 menjelaskan kedaulatan dan kemahakuasan Tuhan dalam memerintahkan binatang di laut (ikan besar) untuk datang dan menyelamatkan Yunus, menjaganya, dan mengembalikannya ke darat sesuai dengan tujuan Tuhan sendiri dalam waktu-Nya sendiri pula. Pasal 3 Penentuan Tuhan atas alam dalam pasal 3 tidak nampak dengan jelas namun menarik dari bagian ini adalah keikutsertaan dari binatang ternak, lembu sapi, dan kambing domba (3:7-8) dalam maklumat puasa yang diperintahkan oleh raja dan para pembesar Niniwe. Pasal ini bahkan kitab ini menjadi unik karena keikutsertaan binatang dalam puasa yang menunjukkan pertobatan sungguh-sungguh dari orang-orang Niniwe setelah Yunus menyampaikan beritanya (3:4). Dan Tuhan melihat hal ini dengan sikap-Nya yang menyesal atas malapetaka yang dirancangkan-Nya atas Niniwe (3:10).
21
Peniel Maiaweng, Catatan Kuliah: Percakapan dalam Kitab Yunus.
Keikutsertaan binatang ternak dalam hal ini dapat dipandang sebagai keseriusan dari orang-orang Niniwe untuk bertobat. Allah Mahatahu sehingga Ia mengetahui sejak awal bahwa orang-orang Niniwe akan bertobat, itulah sebabnya Ia menentukan nabi Yunus untuk pergi ke Niniwe. Binatang ternak dapat menjadi bagian untuk melaksanakan rencana Allah yang telah ditetapkan bagi manusia. Bukan hal yang sulit bagi Allah memakai binatang maupun alam untuk melaksanakan rancangan-Nya. Pasal 4 Dalam pasal 4 menjelaskan bahwa Yunus kesal dan marah karena Tuhan tidak jadi menghukum Niniwe (4:1-3). Posisi Yunus diinformasikan bahwa ia telah keluar kota dan sambil duduk di bawah pondok menantikan apa yang Tuhan akan lakukan (4:5). Menarik dalam bagian ini adalah suasana hati Yunus adalah kesal dan marah. Sehingga Tuhan menentukan sebatang pohon jarak tumbuh melampaui kepala Yunus untuk menaunginya (4:6). Tuhan menentukan pohon jarak ini tumbuh untuk mengibur Yunus dari kekesalan hatinya dan benar bahwa Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu (4:6). Dalam waktu semalaman, atas penentuan Tuhan datang seekor ulat yang menggerek pohon itu sampai layu (4:7). Dan setelahnya matahari terbit, maka atas penentuan Tuhan juga bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari itu menyakiti kepala Yunus (4:8). Ini menjelaskan bahwa dalam penentuan Tuhan, Tuhan dapat menggunakan alam untuk tujuan-Nya sendiri. Dalam kisah Yunus adalah untuk menghibur bahkan untuk menyakiti Yunus. Kejelasan waktu yang diinformasikan dalam pasal 4 berkaitan dengan penentuan Tuhan yang menjelaskan bahwa tidak ada batasan waktu dalam penentuan Tuhan, kapan saja, di mana saja Tuhan dapat menumbuhkan sesuatu atau mematikan sesuatu. Kemahakuasaan-Nya menunjukkan bahwa Ia bebas untuk melakukan sesuatu dengan cepat, sangat cepat, lambat, ataupun sangat lambat untuk apa yang diciptakan-Nya untuk tujuanNya sendiri. 2. Penentuan Tuhan atas Manusia Penentuan Tuhan yang berikutnya dinyatakan dalam hidup manusia. Bagian ini jelas dipaparkan dalam narasi kitab Yunus. Bukan hanya atas alam melainkan juga Tuhan telah menentukan Yunus, para awak kapal, dan orang-orang Niniwe dalam rencana-Nya. Oleh sebab itu, pembahasannya akan disesuaikan sesuai pasal-pasal dalam kitab Yunus.
Pasal 1 Penentuan Tuhan atas manusia dalam kitab Yunus pasal 1 ditunjukkan dengan jelas mulai dari awal narasi (1:1-2). Penentuan Tuhan atas manusia, yang pertama adalah dalam diri Yunus. Yunus sebagai nabi Allah, telah ditentukan Tuhan dari awal untuk ke Niniwe (1:2). Tuhan-lah yang menentukan Yunus dan memanggil Yunus untuk pergi menyampaikan firman-Nya di Niniwe. Dan terbukti dengan jelas dalam narasi kitab Yunus pasal 1 bahwa penentuan Tuhan ini tidak dapat dibatalkan dengan cara Yunus lari dari panggilan menuju ke Tarsis (1:3). Sehingga penentuan Tuhan dalam hidup Yunus menjadi nyata dalam ayat 4. Ayat ini merupakan respons Tuhan atas tindakan Yunus yang lari dari panggilannya, dari apa yang Tuhan telah tentukan: Tuhan menentukan alam untuk menyatakan ketidaksetujuan-Nya dengan cara yang Yunus pilih (1:4). Hal ini mengakibatkan para awak kapal menjadi ketakutan (1:5-6). Menarik dalam ayat selanjutnya di pasal 1:7 adalah bagian ini jelas menunjukkan penetapan Tuhan. Bahwa Tuhan-lah yang menentukan para awak kapal yang saat itu ketakutan kemudian mengambil keputusan membuang undi (1:7). Dan atas penentuan Tuhan jugalah Yunus yang terpilih atau kena undi. Jadi, Tuhan sudah menentukan dari awal bahwa mereka akan membuang undi dan Yunus-lah yang kena undi itu. Penentuan Tuhan ini menjawab pertanyaan bagaimana mereka sampai memutuskan untuk membuang undi, bagaimana jika orang lain yang tidak bersalah yang kena undi itu. Tuhan sudah menentukan dari awal. Jadi, undian itu memang tidak akan kena kepada orang lain. Penentuan Tuhan. Sehingga dapat dijelaskan pula bahwa para penumpang kapal tersebut menjadi takut dan percaya kepada Tuhan juga oleh karena penentuan Tuhan. Badai yang mengamuk (1:414) dan kemudian berhenti (1:15) menunjukkan bahwa ada kuasa yang luar biasa yang dapat mengendalikan alam semesta ini sehingga hal ini membuat orang-orang dalam kapal tersebut sadar dan takut lalu menjadi percaya kepada Tuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa atas penentuan Tuhan-lah orang-orang ini juga bisa mengenal dan percaya kepada Tuhan sehingga mereka mempersembahkan syukur serta mengikrarkan nazar (ay. 16). Dan Tuhan juga telah menentukan bahwa Ia akan menyelamatkan Yunus. Dalam hal ini, Yunus pasti tidak berpikir untuk tetap hidup jika ia dilemparkan ke laut. Mungkin saja Yunus berpikir dia pada akhirnya mati tenggelam. Apalagi Yunus tahu badai itu terjadi karena ia melarikan diri dari panggilan Tuhan. Yunus pasti tidak menyangka bahwa Ia akan diselamatkan oleh ikan besar. Tetapi inilah penetapan Tuhan. Tuhan telah menetapkan untuk menyelamatkan Yunus dengan menetapkan ikan besar untuk menelan Yunus (1:17). Tuhan juga telah menetapkan bahwa Yunus akan berada dalam perut ikan selama tiga hari tiga
malam dan Tuhan telah menetapkan bahwa Yunus akan hidup selama berada di dalam perut ikan tersebut. Matthew Henry menulis: It was of the Lord's mercies that Jonah was not now consumed. The fish swallowed up Jonah, not to devour him, but to protect him. Out of the eater comes forth meat; for Jonah was alive and well in the belly of the fish three days and three nights, not consumed by the heat of the animal, nor suffocated for want of air. It is granted that to nature this was impossible, but not to the God of nature, with whom all things are possible.22 Jadi, penetapan Tuhan atas manusia dalam pasal 1 dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam arti negatif, Tuhan yang menentukan dapat menggunakan segala cara agar maksudNya dapat terlaksana melalui orang yang ditentukan-Nya, dalam waktu yang ditentukan-Nya, dan sesuai dengan tempat yang telah ditentukan-Nya. Dalam arti positif, Tuhan yang menentukan akan selalu membawa orang yang ditentukan-Nya pada akhirnya sesuai dengan maksud yang ditentukan-Nya, dalam waktu yang ditentukan-Nya, dalam keadaan yang ditentukan-Nya dan sesuai dengan tempat yang ditentukan-Nya. Dalam bahasa yang keren adalah Tuhan yang menentukan akan melaksanakan maksud-Nya dalam dua cara, tergantung pilihan manusia: “in easy way or in hard way.” Pasal 2 Penetapan Tuhan atas manusia dalam pasal 2 mengacu kepada pribadi Yunus yang pada saat itu berada di dalam perut ikan (2:1). Pasal 2 ini merupakan pasal di mana menginformasikan akan pertobatan Yunus. Pertobatan Yunus ini nampak dari doa yang dinaikkannya kepada Tuhan (2:1-9). Dapat dikatakan setelah peristiwa yang terjadi ini maka akhirnya Yunus taat akan panggilan Tuhan dan pergi ke Niniwe (ps. 3). Yunus kemudian mengakui bahwa keselamatan itu datangnya dari Tuhan (2:9). Setelah waktunya telah genap, selama tiga hari tiga malam, maka atas penentuan Tuhan, Yunus pun akhirnya dikembalikan ke darat oleh ikan besar. Sekali lagi penentuan Tuhan menjawab pertanyaan bagaimana mungkin ikan besar dapat pergi ke darat, atau apa mungkin ada ikan sebesar itu yang dapat menelan Yunus. Penetapan Tuhan adalah jawabannya. Jadi, penentuan Tuhan atas manusia dalam pasal 2 menunjukkan bahwa atas penentuan Tuhan, Yunus akhirnya menyadari kesalahannya dan bahkan Yunus mengatakan bahwa apa yang ia janjikan akan dilakukannya. Penentuan Tuhan mencakup bagaimana seseorang dapat diubahkan pikiran dan hidupnya untuk melayani Tuhan.
22
Matthew Henry Notes on Bible Works.
Pasal 3 Penentuan Tuhan atas manusia dalam pasal 3 dipelajari dari karakter Yunus dan orang-orang Niniwe. Pasal 3:1 menjelaskan bahwa firman Tuhan kedua datang kepada Yunus. Yunus sejak awal telah ditetapkan untuk pergi ke Niniwe. Walaupun pada awalnya Yunus melarikan diri namun dia tidak bisa melarikan diri dari penentuan Tuhan baginya sebagai nabi. Firman Tuhan kedua menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa merubah ketetapan Allah untuk mengutus Yunus ke Niniwe. Isi firman (3:2) menunjukkan konsistensi penetapan Allah sejak awal mengenai tugas Yunus. Penetapan Tuhan ini terbukti dalam ayat 3 di mana Yunus bersiap pergi dan menuju ke Niniwe. Selain itu, penetapan Tuhan juga menyatakan kedaulatan Tuhan dalam hal Kemahatahuan-Nya bahwa orang-orang Niniwe akan bertobat, sehingga Ia telah menetapkan Yunus untuk pergi menyampaikan firman-Nya. Dan menarik adalah penentapan Tuhan tidak pernah salah. Orang-orang Niniwe menunjukkan respons yang benar dalam hal ini: berpuasa (3:5). Bahkan raja dan pembesar kota juga memaklumatkan puasa bagi seluruh penduduk termasuk ternak dan mengenakan kain kabung (6-9). Pertobatan nasional terjadi. Hal ini menunjukkan keseriusan orang-orang Niniwe akan berita yang disampaikan oleh Yunus. Bahkan Allah pun menunjukkan responss yang luar biasa yang akan dijelaskan dalam poin berikutnya (3:10). Jadi, penentuan Tuhan atas manusia dalam pasal 3 menyatakan bahwa Allah yang menentukan Yunus dari awal untuk pergi, tetap konsisten dan memakai Yunus yang telah ditentukan-Nya untuk
melaksanakan rencana-Nya. Penentuan Tuhan menunjukkan
kemahatahuan-Nya sejak awal bahwa orang-orang Niniwe akan bertobat. Pasal 4 Penentuan Tuhan atas manusia dalam pasal 4 dapat dilihat dari respons Yunus terhadap pembatalan malapetaka yang dirancangkan Tuhan kepada Niniwe. Yunus menjadi kesal dan marah (4:1). Sebab kekesalan dan kemarahan Yunus terlihat dalam ayat 2 dengan Yunus menyebutkan sifat-sifat Allah. Sebenarnya dari awal Yunus sudah tahu bahwa Tuhan akan menunjukkan belas kasihan kepada orang-orang Niniwe dan mereka akan bertobat. Dan pertobatan yang dilihatnya tersebut membuat ia kesal dan marah kepada Tuhan. Juga Yunus marah akan sikap Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia bagi Niniwe dan menyesal akan malapetaka yang dirancangkan-Nya (4:2). Jadi karena hal itu, Yunus meminta Tuhan mencabut nyawa-Nya (4:3). Terdapat dua kali keinginan Yunus agar Tuhan mencabut nyawa-Nya (4:3; 8).
Respons Tuhan adalah pertanyaan singkat bagi Yunus bahwa layakkah ia marah (4:4, 9). Bukannya menuruti keinginan Yunus, Tuhan malah memberi pelajaran kepada Yunus sekaligus menghibur Yunus dengan pohon jarak yang tumbuh atas penentuan Tuhan (4:6) dan ulat menggerek pohon jarak itu (4:7) juga bertiup angin timur yang panas terik menyakiti Yunus (4:8). Yunus rebah lesu dan ia berharap supaya mati, bahkan ia marah kepada Tuhan (4:8-9). Penentuan Tuhan dalam kisah ini adalah bahwa Tuhan telah menentukan orang-orang Ninwe untuk selamat, Tuhan telah menentukan Yunus untuk tetap hidup walaupun ia marah dengan
tindakan
Tuhan,
dan
Tuhan
menghibur
juga
menyakiti
Yunus
untuk
menyadarkannya. Pertanyaan yang lainnya juga yang menekankan penentapan Tuhan adalah ayat 5. Mengapa Yunus keluar dari kota Niniwe dan menunggu tindakan Tuhan dengan duduk di bawah pondok yang dibuatnya? Dengan Yunus keluar dan menyendiri di situ maka Tuhan menumbuhkan pohon jarak, mendatangkan ulat, dan meniupkan angin timur. Tuhan telah menentukannya untuk menyadarkan Yunus atas tindakan-Nya kepada orang-orang Niniwe. Selanjutnya, dalam bagian terakhir narasi kitab Yunus, Tuhan berfirman kepada Yunus bahwa Yunus sayang akan pohon jarak yang tidak ditumbuhkannya, juga yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam. Bagaimana mungkin Tuhan tidak sayang kepada Niniwe yang diciptakan-Nya itu? Bagian ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa Tuhan telah menentukan orang-orang Niniwe untuk selamat karena ia mengasihi kota Niniwe. Peniel Maiaweng menuliskan bahwa konteks kitab Yunus menunjukkan bahwa Allah juga menginginkan keselamatan terjadi, bukan hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain melalui kepercayaan mereka kepada Allah dan pertobatan dari segala kejahatan.23 Jadi, penentuan Tuhan atas manusia dalam pasal 4 menyatakan bahwa Tuhan yang memanggil Yunus dari awal untuk pergi ke Niniwe dan Yunus lari. Walaupun Yunus lari tetapi Tuhan memberi panggilan kedua untuk pergi ke Niniwe. Niniwe bertobat dan Yunus marah. Walaupun Yunus marah Tuhan menentukan Yunus untuk sadar dan mengerti akan tindakan Tuhan bagi Niniwe. Juga, penentuan Tuhan menyatakan bahwa Tuhan menginginkan bangsa-bangsa lain untuk percaya kepada Tuhan bukan hanya Israel saja, asalkan mereka bertobat dan percaya kepada Tuhan.
23
Peniel Maiaweng, Catatan Kuliah Kitab Yunus
3. Penentuan Tuhan atas Pribadi-Nya Penentuan Tuhan atas pribadi-Nya maksudnya adalah sifat-sifat Tuhan yang dinyatakan dalam narasi kitab Yunus. Allah dinyatakan sebagai Allah yang berkuasa, Allah yang berdaulat, Allah yang pengasih dan penyayang, Allah yang berbelaskasihan, Allah yang panjang sabar dan belimpah kasih setia dan Allah yang menyesal karena malapetaka yang dirancangkan-Nya. Penentuan Tuhan menyatakan bahwa Allah konsisten dengan sifat-sifatNya dan tidak bertentangan dengan satupun. Oleh karena itu pembahasannya akan dijelaskan berdasarkan pasal-pasal. Pasal 1 Dalam pasal 1:1-2 menuliskan bahwa Tuhan yang memanggil Yunus dan memberi firman untuk disampaikan kepada Niniwe. Sejak awal Tuhan telah menetapkan Yunus sebagai nabi-Nya untuk pergi ke Niniwe. Ini terbukti dalam pasal 1:4, Tuhan menentukan angin ribut dan badai datang karena Yunus lari dari panggilan-Nya (1:3). Tuhan menentukan agar Yunus yang kena undi (1:7). Tuhan yang menentukan agar Yunus dibuang ke laut (1:12, 15). Tuhan juga yang menentukan seekor ikan besar datang menyelamatkan Yunus (1:17). Dalam pasal 1:9 Yunus memberitahukan bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan, dan Allah-nya adalah Allah yang empunya langit yang telah menjadikan lautan dan daratan. Keberadaan Tuhan yang dijelaskan Yunus pada akhirnya membuat para penumpang kapal menjadi takut dan percaya kepada Tuhan. Jadi, penentuan Tuhan atas pribadi-Nya menyatakan bahwa Tuhan berdaulat atas lautan dan daratan dan ciptaan-Nya sekaligus menunjukkan bahwa Tuhan konsisten dengan rencana-Nya. Pasal 2 Dalam pasal 2, sifat-sifat dan keberadaan Tuhan diteguhkan melalui doa Yunus dari dalam perut ikan (2:1). Yunus yang lari dari panggilan Tuhan menaikkan doa kepada Tuhan. Yunus menyebut Tuhan sebagai tempatnya berseru (2:2). Yunus mengakui kemahakuasaan Tuhan atas alam ciptaan-Nya melalui pengalamannya sendiri yang berada di dalam lautan, dalam perut ikan (2:3-6). Ayat 7-8 menandakan bahwa Yunus sadar akan kesalahannya lari meninggalkan panggilan Tuhan. Yunus kemudian berjanji bahwa ia akan mempersembahkan korban dengan ucapan syukur dan membayar nazarnya (2:9). Pernyataan Yunus bahwa keselamatan adalah dari Tuhan menandakan ucapan syukur Yunus yang telah diselamatkan Tuhan yang berkuasa (2:9). Satu bagian yang menarik adalah ketika Tuhan berfirman kepada alam baik tumbuhan maupun binatang – dalam pasal 2 kepada ikan besar – mereka taat dengan firman Tuhan dan
langsung melaksanakannya. Berbeda dengan Yunus yang tidak taat kepada firman Tuhan. Walaupun begitu, penentuan Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat atas alam ciptaanNya bahkan atas hidup manusia yang diciptakan-Nya. Pasal 3 Dalam pasal 3, firman Tuhan yang kedua datang kepada Yunus untuk pergi ke Niniwe. Yunus bersiap dan pergi sesuai firman Allah (3:1-3). Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan konsisten dengan rencana-Nya sejak awal untuk menyelamatkan Niniwe. Dan Tuhan konsisten dengan orang yang dipilih-Nya sejak awal yaitu Yunus. Bagian selanjutnya yang penting adalah respons Allah terhadap pertobatan Niniwe. Allah menyesal atas malapetaka yang dirancangkan-Nya terhadap mereka dan Ia pun tidak jadi melakukannya (3:10). Allah yang menyesal menyatakan bahwa Allah konsisten terhadap firman-Nya bahwa Niniwe akan diselamatkan jika mereka bertobat. Peniel Maiaweng menjelaskan bahwa Allah yang menyesal adalah Allah yang konsisten dengan firman-Nya. Allah konsisten dengan firman-Nya tentang Niniwe dan Allah konsisten dengan pilihan-Nya terhadap Yunus sebagai nabi-Nya bagi Niniwe. Berdasarkan konteks kitab Yunus, baik pemberitaan Yunus maupun pertobatan Niniwe adalah cara yang digunakan oleh Tuhan untuk menyelamatkan Niniwe.24 Selanjutnya Peniel Maiaweng juga menjelaskan bahwa Allah yang menyesal adalah Allah yang berdaulat memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengalami anugerah-Nya. Allah berdaulat untuk membatalkan malapetaka yang telah dirancangkan-Nya. Pembatalan ini bukan karena Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi kepada orang Niniwe, tetapi karena Allah mengetahui bahwa orang-orang Niniwe akan percaya kepada-Nya dan meninggalkan tingkah lakunya yang jahat (3:5-7). Dengan demikian sikap Allah yang menyesal menyatakan kebenaran diri-Nya, bahwa Allah secara tepat telah bertindak terhadap apa yang akan terjadi di waktu mendatang karena Ia adalah Allah yang mengetahui.25 Pasal 4 Dalam doanya, Yunus menjelaskan dengan baik akan sifat-sifat Tuhan. Yunus menyebut Allah sebagai Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya (4:2). Sifat-sifat Allah ini dibuktikan Allah dalam diri Yunus sendiri. Allah yang pengasih dan penyayang dibuktikan dengan Allah mengutus nabi Yunus untuk pergi ke Niniwe, di kota yang semuanya tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, sebuah kota yang jahat 24
Peniel C. D. Maiaweng, Penafsiran Narasi Perjanjian Lama (Makassar: Sekolah Tinggi Theologi Jaffray, 2014), 101-102. 25 Ibid., 98-101.
(4:11, 3:9). Karena Allah sayang akan Niniwelah maka Yunus diutus (4:11). Allah yang panjang sabar dibuktikan dengan Allah sabar terhadap Yunus yang marah dan tidak langsung mengabulkan permintaan Yunus untuk mencabut nyawanya. Dengan sabar Tuhan menyadarkan Yunus akan sikapnya yang marah dengan tak beralasan itu. Allah yang berlimpah kasih setia dibuktikan dengan Allah menyelamatkan baik Yunus maupun orangorang Niniwe. Pembatalan hukuman itu adalah bukti Allah berlimpah kasih setia. C. Hassel Bullock menjelaskan bahwa pahlawan yang sebenarnya dari kitab ini adalah Tuhan. Ia yang mendominasi tindakan dalam cerita ini. Kendali-Nya atas dunia terbentang sampai ke alam, para nabi, dan orang-orang kafir. Ia berdaulat dalam keputusan dan bahkan dalam belas kasihan.26 Jadi, secara keseluruhan penentuan Allah terhadap pribadi-Nya menyatakan bahwa Allah konsisten dengan rencana-Nya, Allah konsisten dengan orang yang dipilih-Nya, Allah konsisten dengan firman-Nya, dan Allah konsisten dengan sifat-sifat-Nya.
Implikasi Pengajaran tentang Penentuan Allah dalam Kitab Yunus Allah berdaulat atas segala ciptaan-Nya Penentuan Tuhan dalam kitab Yunus menggambarkan Allah adalah Allah yang Mahakuasa, bahwa Ia berkuasa atas alam, bahkan dalam hidup manusia. Allah adalah Allah yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya. “Kedaulatan Allah merupakan salah satu sifat dan kedaulatan-Nya ini memerintah seluruh ciptaan-Nya, dan untuk dapat berdaulat Allah harus mahatahu, mahakuasa, dan merdeka secara mutlak. Kedaulatan-Nya menuntut agar Ia merdeka secara mutlak, dan itu berarti bahwa Ia dapat bebas melakukan apa pun yang diingini-Nya di mana dan kapan saja, yaitu untuk melaksanakan rencana kekal-Nya, sampai pada bagiannya yang terkecil tanpa ada yang menghambat.27 Allah berkuasa atas alam dan atas semua ciptaan. Sehingga oleh karena kedaulatan-Nya Ia dapat menentukan alam sesuai dengan kehendak-Nya dan untuk tujuan-Nya. How tender God is of his people in their afflictions, yea, though they are foolish and froward, nor is he extreme to mark what they do amiss. God had before prepared a great fish to secure Jonah from the injuries of the water, and here a great gourd to secure him from the injuries of the air; for he is the protector of his people against evils of every kind, has the command of plants as well as animals, and can soon prepare them, to make them serve his purposes, can make their growth sudden, which, in a course of nature, is slow and gradual.28 26
C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), 70. A.W. Tozer, Mengenal Yang Maha Kudus (Bandung: Kalam Hidup, 2006), 152. 28 Matthew Henry Notes on Bible Works 27
Allah dapat menentukan ikan besar, pohon jarak, ulat, bahkan angin timur untuk menunjukkan kepada Yunus bahwa Ia berkuasa atas segala ciptaan-Nya sehingga tidak ada cara apapun bagi Yunus untuk melarikan diri dari panggilan. Allah sanggup menyelamatkannya di tengah lautan, menghibur Yunus bahkan menyakiti Yunus untuk memperlihatkan betapa Ia peduli dengan Niniwe. Jadi, kedaulatan Allah menunjukkan bahwa Allah mengetahui setiap kehidupan, Allah sanggup menyelamatkan dan menghibur manusia yang berada dalam situasi yang tidak aman tetapi Allah juga sanggup memberi pelajaran melalui hal-hal yang menyakitkan manusia untuk menyadarkan atau menunjukkan kepedulian-Nya terhadap umat manusia. Dan ini pun berarti bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat membatasi karya Allah dalam kehidupan. Allah bukan hanya dapat menggunakan manusia namun seluruh ciptaan-Nya dapat digunakan-Nya untuk tujuan-Nya.
Panggilan yang ditetapkan Allah Pada awalnya Allah telah memanggil dan menetapkan Yunus untuk menyampaikan firman-Nya kepada orang-orang Niniwe. Namun Yunus tidak taat dan melarikan diri. Tetapi Tuhan menetapkan ikan besar untuk menyelamatkan sekaligus menyadarkan Yunus akan panggilan-Nya. Kemudian Yunus akhirnya pergi ke Niniwe. Penentuan yang Allah lakukan menunjukkan bahwa Yunus tidak bisa lari dari panggilannya. Kitab Yunus adalah pelajaran bagi Yunus dan bukan saja bagi Yunus, melainkan juga bagi semua nabi. Bahkan bagi semua orang yang memberitakan firman Allah. Bukan saja bagi pendeta dan penatua mempunyai tugas tersebut, melainkan semua orang Kristen. Kita sekalian sewaktu-waktu berusaha untuk melarikan diri dari tugas pemberitaan/pekabaran Injil, seperti yang Yunus lakukan. Kitab Yunus merupakan pelajaran bahwa hal itu tidak mungkin. Adalah tidak mungkin melarikan diri dari panggilan yang datang dari pihak Tuhan dan mengikat kebebasan Tuhan kepada firman manusia.29 Jadi, tidak ada seorangpun yang dapat melarikan diri dari panggilan yang telah Allah tetapkan baginya. Tidak ada satu pun rencana Allah yang gagal Penentuan Allah berarti bahwa tidak ada satu pun rencana Allah yang gagal dalam hidup manusia. Yunus boleh lari dari panggilan-Nya tetapi rencana Allah tidak gagal karena Allah telah menetapkan ikan besar untuk menyelamatkan dan menyadarkan Yunus akan 29
A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus. Dikutip oleh Peniel C. D. Maiaweng, Penafsiran Narasi Perjanjian Lama (Makassar: Sekolah Tinggi Theologi Jaffray, 2014), 118-119.
panggilannya sehingga Niniwe bertobat. Yunus boleh meminta Allah untuk mengambil nyawanya
tetapi
Allah
menunjukkan
kasih-Nya
dengan
menghibur
Yunus
dan
menyadarkannya betapa Allah mengasihi Niniwe. Sebagaimana Tuhan menentukan pohon jarak, ulat dan angin panas sebagai cara Allah untuk menyadarkan Yunus atas sikapnya. Yunus senang karena pohon jarak tersebut namun kemudian ia kesal akan ulat dan angin panas yang ditentukan Allah. Maka Allah pun dapat menggunakan hal yang sama dalam hidup kita. Ia dapat menentukan sesuatu hal yang mungkin menyenangkan ataupun menyakitkan kita untuk menyadarkan kita akan kuasa dan kedaulatan Allah dalam hidup manusia dan bahkan membawa kita untuk menggenapi rencana-Nya. Sekaligus hal ini juga membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan sehingga rencana-Nya dapat terlaksana. Dalam kisah Yunus, Allah menetapkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus. Sebuah mukjizat yang Allah lakukan. Bahkan Allah dapat menumbuhkan pohon jarak dan di hari berikutnya Allah membuatnya layu karena ulat yang menggereknya. Demikian pula pada siang hari Allah menentukan angin timur yang panas dan matahari untuk menyakiti Yunus. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah dapat membuat mukjizat-Nya terjadi dalam waktu dan ketetapan-Nya. Demikian juga tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Jika Allah ingin bekerja dalam kehidupan seseorang maka Ia dapat mengadakan dan membuat mukjizat terjadi untuk melaksanakan tujuan-Nya.
Kesimpulan Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penentuan Allah adalah kedaulatan Allah untuk menahbiskan atau memerintahkan atau menentukan sesuai kehendakNya melalui ciptaan-Nya baik manusia, binatang, tumbuhan, dan juga alam untuk tujuan-Nya sendiri. Penentuan Allah dalam kitab Yunus dapat terlihat dalam tiga aspek yaitu: Penetapan Tuhan atas alam menjelaskan bahwa Allah berdaulat untuk memakai alam, binatang, tumbuhan, untuk tujuan-Nya dan tidak ada batasan waktu, kapan saja, di mana saja Tuhan dapat menumbuhkan sesuatu atau mematikan sesuatu. Kemahakuasaan-Nya menunjukkan bahwa Ia bebas untuk melakukan sesuatu dengan cepat, sangat cepat, lambat, ataupun sangat lambat untuk apa yang diciptakan-Nya untuk tujuan-Nya sendiri. Penetapan Tuhan atas manusia Tuhan menyatakan bahwa akan selalu membawa orang yang ditentukan-Nya pada akhirnya untuk melakukan maksud yang ditentukan-Nya,
dalam cara yang ditentukan-Nya, dalam waktu yang ditentukan-Nya, dalam keadaan yang ditentukan-Nya dan sesuai dengan tempat yang ditentukan-Nya. Penetapan Tuhan atas pribadi-Nya menyatakan bahwa Allah konsisten dengan rencana-Nya, Allah konsisten dengan orang yang dipilih-Nya, Allah konsisten dengan firman-Nya, dan Allah konsisten dengan sifat-sifat-Nya.
DAFTAR PUSTAKA Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Jakarta: Lembaga Indonesia, 2009. Barth, C. Teologi Perjanjian Lama 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. Baturi, Sani, Ermest & Freda Maxwell, Melihat Ke dalam Perjanjian Lama. Bandung: Kalam Hidup, 1998. Bomendal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Bullock, C. Hassell. Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2009. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z Cetakan Kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 2008. Hill, Andrew E. & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2008. Johnston, Philip. IVP Introduction To The Bible. Bandung: Kalam Hidup. “Jonah A Commentary Outline”. Diakses 22 Mei 2015, http://ebookbrowse.com/gdoc. php?id= 352662484&url=3c62e76d982af89b37a5d792be3f29d1 Kaiser, Walter J. Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2013. Kamus Alkitab A Dictionary Of The Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Maiaweng, Peniel. Catatan Kuliah: Naratif Kitab Yunus Maiaweng, Peniel. Catatan Kuliah: Percakapan dalam Kitab Yunus Maiaweng, Peniel C. D. Penafsiran Narasi Perjanjian Lama. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2014. Matthew Henry Notes on Bible Works Obadja, Jeane Ch. Survei Ringkas Perjanjian Lama. Surabaya: Momentum, 2004. Sproul, R. C. Kaum Pilihan Allah. Malang: SAAT, 2011. Tozer, A.W. Mengenal Yang Maha Kudus. Bandung: Kalam Hidup, 2006. W.S. Lasor. D. A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.