PENGADAAN KOLEKSI ANAK PADA PERPUSTAKAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh: Ummi Nuqoyatun Nisa NIM: 1111025100051
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ABSTRAK Ummi Nuqoyatun Nisa (1111025100051). Pengadaan Koleksi Anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan Alfida, MLIS Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan pengembangan koleksi anak, penyeleksian koleksi anak, metode yang dilakukan dalam pengadaan koleksi anak, serta masalah yang dihadapi dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pengembangan koleksi, perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi tertulis. Kebijakan pengembangan koleksi meliputi hal yang terkait dengan anggaran, volume, perkiraan harga, jumlah, jenis atau format koleksi, konten atau isi koleksi sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dalam menyeleksi koleksi anak, pihak perpustakaan membentuk tim seleksi yang ditetapkan berdasarkan SK Tim Seleksi. Pemilihan koleksi anak dilihat dari beberapa kriteria, yaitu usia anak, kebutuhan, perkembangan motorik, tingkat keamanannya dan sesuai dengan isuisu yang berkembang saat ini. Dalam melakukan pengadaan koleksi anak sebagian besar dilakukan melalui pembelian, dan ada juga melalui deposit Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR) dari penerbit di Jakarta. Sedangkan anggaran untuk koleksi anak sendiri kurang lebih 10% pertahun dari anggaran pengadaan secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi oleh perpustakaan yaitu pertama, anggaran yang turun tidak sesuai dengan jadwal. Kedua, proses pengadaan memakan waktu yang lama. Dalam menghadapi masalah tersebut pihak perpustakaan berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan. Kata Kunci: Pengadaan, Koleksi Anak, Perpustakaan Umum
i
ABSTRACT
Ummi Nuqoyatun Nisa (1111025100051). Acquisition for the Children Collection in the Public Library of DKI Jakarta Province. Under the guidance of Alfida, MLIS Department of Library Science, Faculty of Adab and Humaniora of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2015. The purpose of this study are to determine the policies of the collection of the child, selecting collections of children, the method carried out in the acquisition of a child collection, and the problems encountered in acquisition a child collection at the Public Library in DKI Jakarta Province. This research is a descriptive study, using a qualitative approach. The technique that used to collect data are observation, interviews and documentation, while the data analysis technique is reduction, presebtation and conclusion. The results showed that in developing the collection, the library has a collection development policy in written. Collection development policy covering matters related to the budget, volume, price estimates, the number, type or format of the collection, the contents of collection in according to the needs of the library collection. In selecting a child collection, the library formed a selection team which is determined by decree team selection. Selection of a collection of children’s views of several criteria, namely the child’s age, needs, motoric development, and in accordance with the level of safety issues that developed at this time. In acquisition a children collection mostly through purchases, and also through deposit printed and recorded work (KCKR) of publishers in Jakarta. While the budget for the child’s own collection of approximately 10% peryear of the overall acquisition budget. The problems faced by libraries: first, the budget that runs down is not adjusted with the schedule. Secondly, the acquisition process takes a long time. In the face of these problems the library is trying to solve the problem by maximizing the services, and by utilizing the existed collections of the library as long as the process of acquisition is carried out. Keywords: Acquisition, Children’s Collection, Public Library
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengadaan Koleksi Anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Sukron Kamil, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 4. Ibu Alfida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta
iii
memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. 5. Bapak Amir Fadhilah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat-nasehatnya yang Insya Alloh sangat berguna bagi penulis. 6. Ibu Dra. Tinia Budiati, M.A., selaku Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Ibu Saryati dan Ibu Rieke Gartina, S.Sos., selaku informan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis disela kesibukannya. 8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dari semester awal sampai sekarang. 9. Keluarga tercinta, Ayahanda Drs. H. Aladin dan Ibunda Hj. Munzilah yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang dan perhatian dari kecil hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan telah memberikan dukungan moril ataupun materil yang tiada henti. Tak lupa Babangku M. Zulaaluddiin Rumbia dan Istri Annisa Rusanti, Kakakku Hikmah Dwi Rumbia dan Suami Anwar Saputra, Keponakankeponakanku yang lucu Nizom, Habibi, terima kasih atas dukungan dan semangat dari kalian yang tak henti diberikan kepada penulis. 10. Sahabatku Ade, Aini, Afda dan Eka yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis.
iv
11. Abdul Rahman yang selalu memberikan semangat, dukungan dan membantu dalam hal apapun kepada penulis. 12. Teman-teman seperjuangan IPI angkatan 2011, khususnya IPI B: Karina, Maeta, Adzani, Maria, Denisya, Destia, Nurul, Rohmah, Asma, Mita, Wahyudin, Eko, Yogi, Syarif, Wildan, Uli, Maliki, Arif, Aini, Eka, Ade, Afda. Semoga Ilmu yang kita dapat selama ini bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, menjadi pustakawan professional dan selalu diberkahi Allah SWT dalam setiap langkah kita. Aamiin. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna dan masih ada kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi mendekati kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, September 2015 Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT ...................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
7
D. Definisi Istilah .........................................................................
8
E. Sistematika Penulisan ..............................................................
9
TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Umum .................................................................
11
1.
Pengertian Perpustakaan Umum .......................................
11
2.
Visi dan Misi Perpustakaan Umum ...................................
12
3.
Tujuan Perpustakaan Umum .............................................
13
4.
Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Umum ................
14
5.
Koleksi Perpustaakaan Umum .........................................
15
B. Kebijakan Pengembangan Koleksi ..........................................
16
1.
Pengertian Kebijakan Pengembangan Koleksi ..................
16
2.
Tujuan Kebijakan Pengembangan Koleksi .......................
17
3.
Manfaat Kebijakan Pengembangan koleksi ......................
18
C. Pengadaan Bahan Pustaka ........................................................
19
1.
Seleksi Bahan Pustaka .......................................................
19
2.
Metode Pengadaan Bahan Pustaka ...................................
27
D. Koleksi Anak ............................................................................
33
1. Pengertian Koleksi Anak ..................................................
33
2. Tujuan Koleksi Anak ........................................................
34
3. Karakteristik Koleksi Anak ..............................................
34
vi
4. Jenis Koleksi Anak ...........................................................
36
5. Tahapan Perkembangan Anak ..........................................
39
6. Anggaran Koleksi Anak ...................................................
44
E. Penelitian Terdahulu ................................................................
45
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..............................................
47
B. Sumber Data ............................................................................
47
C. Pemilihan Informan .................................................................
48
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
49
E. Teknik Analisis Data ...............................................................
50
F. Jadwal Penelitian .....................................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian .............................................................
52
1.
Sejarah Singkat .................................................................
52
2.
Visi dan Misi .....................................................................
54
3.
Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................
54
4.
Struktur Organisasi ...........................................................
56
5.
Layanan Perpustakaan ......................................................
57
6.
Ruangan dan Perlengkapan Anak di Perpustakaan ..........
58
B. Hasil Penelitian .........................................................................
60
1.
Kebijakan Pengembangan Koleksi ...................................
60
2.
Seleksi Bahan Pustaka ......................................................
63
3.
Pengadaan Bahan Pustaka ................................................
65
4.
Masalah dalam Pengadaan ...............................................
72
C. Pembahasan .............................................................................
73
vii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
87
B. Saran .........................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Semakin
berkembangnya
informasi
saat
ini
tentunya
mempengaruhi kebutuhan informasi bagi setiap individu, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Kebutuhan informasi setiap individu tentunya
berbeda-beda
sesuai
dengan
usia
dan
kebutuhannya.
Kebutuhan informasi untuk anak merupakan salah satu hal yang penting untuk menunjang belajar dan perlu diperhatikan oleh orang tua khususnya. Hal ini dikarenakan anak merupakan generasi penerus bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk anak tentunya para orang tua memerlukan sarana pendukung untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk anak yang mendukung proses belajar anak. Perpustakaan
merupakan
salah
satu
sarana
yang
bisa
dimanfaatkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan informasi anak mereka dan bisa membantu dalam proses belajar seorang anak. Seperti disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
1
2
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Dalam hal memenuhi kebutuhan informasi dan sarana penunjang belajar anak, perpustakaan umum bisa menjadi salah satu pilihan tepat orang tua sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi untuk anak. Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhan akan informasi dan bahan bacaan.1 Perpustakaan umum berupaya
memasyarakatkan
sebagai sarana layanan masyarakat, perpustakaan
dengan
mengadakan
penyajian yang menarik dan menempatkan lokasi perpustakaan pada pusat keramaian sehingga masyarakat mudah untuk mendatanginya. Perpustakaaan umum turut membina masyarakat agar gemar membaca sedini mungkin, terutama anak-anak berusia balita, anak sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Perpustakaan umum menyediakan bukubuku berdasarkan kelompok usia agar sesuai dengan selera dan kebutuhannya.2 Karena
diperuntukkan
untuk
masyarakat
umum,
sudah
seharusnya perpustakaan umum memiliki koleksi yang beraneka ragam dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat umum. Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau
1
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 4. 2 Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h.2.
3
karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.3 Koleksi merupakan inti dari suatu perpustakaan dan salah satu faktor keberhasilan layanan. Koleksi juga bisa dianggap sebagai cerminan citra baik atau buruknya suatu perpustakaan. Jika koleksi pada suatu perpustakaan kurang baik maka bisa berdampak kurang baik pula bagi citra perpustakaan tersebut. Akan tetapi, koleksi tidak hanya dilihat dari berapa banyak jumlahnya melainkan dilihat dari berbagai sisi seperti kualitas isinya, dan kemutakhiran. Koleksi suatu perpustakaan juga seharusnya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya. Untuk itu perpustakaan perlu melakukan pengadaan bahan pustaka agar koleksi yang ada pada perpustakaan bisa memenuhi kebutuhan informasi. Pengadaan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan. Pengadaan merupakan proses menghimpun koleksi yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.4 Istilah pengadaan adalah terjemahan dari acquisition yaitu kegiatan yang merupakan implementasi dari keputusan dalam melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan pustaka yang telah dipilih.5 Selain itu pengadaan bahan pustaka adalah mengusahakan bahan-bahan pustaka yang belum dimiliki perpustakaan, dan menambah bahan-bahan
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Bab I, Pasal 1. 4 F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15. 5 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.2.
4
pustaka yang sudah dimiliki perpustakaan tetapi jumlahnya masih kurang.6 Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Bagi perpustakaan yang baru dibentuk atau didirikan, kegiatan pengadaan
ini
meliputi
pekerjaan
penentuan
kriteria
koleksi
perpustakaan dan pembentukan koleksi awal. Untuk perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan pengadaan untuk menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada.7 Pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang terletak di dalam komplek Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat terdapat ruang baca khusus untuk anak. Berdasarkan pengamatan sementara, ruangan tersebut terlihat ramai pengunjung, hal ini didukung dengan data pengunjung pada bulan Juni yang penulis peroleh. Berdasarkan data tersebut pengunjung anak yang terdaftar sebagai anggota berjumlah 695 pengunjung sedangkan non anggota berjumlah 2.546 pengunjung. Padahal perpustakaan ini baru saja dibuka sekitar bulan Maret lalu. Awalnya memang layanan anak disini sepi, tetapi setelah di share dijejaring sosial pemustaka langsung membludak setiap harinya. Banyak orang tua yang mengajak anaknya untuk datang ke perpustakaan ini. Layanan anak di sini menyediakan berbagai macam koleksi berupa buku referensi, buku fiksi dan non fiksi. Bahkan disediakan pula arena bermain khusus anak-anak usia di bawah lima tahun. Suasana ruang 6
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 25. Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, h. 174
7
5
baca anak terlihat cukup nyaman dan luas. Koleksi buku-buku disusun secara rapih pada rak-rak buku warna warni dan diberi petunjuk serta nomer klasifikasi. Ruang baca anak pada Perpustakaan Umum Povinsi DKI Jakarta ditujukan untuk anak usia dini sampai dengan usia dua belas tahun atau setara dengan tingkat Sekolah Dasar. Akan tetapi pada ruangan tersebut belum disediakan koleksi audiovisual. Padahal melihat perkembangan pada saat ini, koleksi audivisual bukanlah hal yang asing lagi, bahkan dalam IFLA Guidelines for Childrens Libraries Services disebutkan koleksi audiovisual merupakan salah satu bahan yang harus ada pada layanan anak sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, apalagi perpustakaan ini berada pada tingkat Provinsi. Bahan audiovisual juga bisa menjadi salah satu daya tarik anak-anak untuk datang ke perpustakaan. Melihat beragamnya koleksi anak yang ada pada ruang baca anak tersebut, tentunya hal tersebut tidak terlepas dari proses pengadaan koleksi anak yang dilakukan secara rutin serta peran pustakawan dalam menyeleksi koleksi anak yang akan diadakan. Dalam menyeleksi koleksi untuk anak tentunya tidak mudah, harus diperhatikan dari berbagai aspek serta memerlukan pedoman dalam proses penyeleksiannya, karena seleksi bahan pustaka akan berhubungan dengan mutu perpustakaan yang bersangkutan. Seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan.8
8
Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 4.8.
6
Melihat pemaparan diatas, peneliti melihat kegiatan pengadaan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan koleksi anak agar kebutuhan akan informasi untuk anak terpenuhi dan mendukung untuk meningkatkan minat baca anak. Sebagai generasi penerus Bangsa, anak diharapkan memiliki wawasan yang luas dan melek informasi dengan memanfaatkan koleksi anak di perpustakaan. Oleh karena itu perpustakaan umum perlu menyediakan informasi yang mutakhir dan berbagai macam format. Dengan mengadakan koleksi perpustakaan khususnya koleksi anak, Karena Perpustakaan umum memiliki tanggung jawab khusus untuk mendukung proses belajar membaca, dan untuk mempromosikan buku dan media lainnya untuk anak-anak. Selain itu, perpustakaan harus menyediakan acara khusus untuk anak-anak, seperti cerita dan kegiatan yang terkait dengan layanan perpustakaan dan sumber daya.9 Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti memutuskan untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang pengadaan koleksi anak dan menuangkannya dalam bentuk proposal penelitian yang berjudul “Pengadaan Koleksi Anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan, peneliti akan membatasi masalah penelitian ini. Penelitian ini tentang pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta, meliputi: kebijakan
9
IFLA, Guidlines for Children’s Libraries Services, (2003), h. 4
7
pengembangan koleksi anak, penyeleksian koleksi anak, metode pengadaan koleksi anak, dan masalah yang dihadapi dalam proses pengadaan koleksi anak. Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah dalam proposal penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan pengembangan koleksi yang digunakan sebagai acuan dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta? 2. Bagaimana
penyeleksian
koleksi
anak
dilakukan
pada
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta? 3. Bagaimana metode yang dilakukan dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta? 4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kebijakan pengembangan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta 2. Untuk mengetahui penyeleksian koleksi anak yang dilakukan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta 3. Untuk mengetahui metode yang dilakukan dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta 4. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat bagi perpustakaan setelah diadakannya penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan untuk perpustakaan dalam pengadaan koleksi untuk anak. 2. Manfaat bagi peneliti setelah diadakannya penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal pengadaan koleksi untuk anak. D. Definisi Istilah 1. Pengadaan Pengadaan adalah salah satu kegaiatan yang dilakukan oleh perpustakaan untuk menambah bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan, dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan malakukan seleksi terlebih dahulu terhadap bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan dan dengan berbagai macam pertimbangan. 2.
Koleksi Anak Koleksi merupakan bagian penting suatu perpustakaan tidak
terkecuali pada layanan anak. Koleksi anak merupakan bahan pustaka yang disediakan untuk anak di perpustakaan, yang terdiri dari berbagai macam format baik cetak seperti buku, majalah dan koleksi referensi ataupun nonbuku seperti CD, DVD dan koleksi elektronik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, dan ditempatkan secara terpisah oleh koleksi umum.
9
E. Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan Dalam bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, penelitian relevan dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Literatur Dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti seperti pengertian pengadaan, penyeleksian bahan pustaka, metode pengadaan bahan pustaka, pengertian dan jenis koleksi anak.
Bab III
Metode Penelitian Dalam bab penelitian
ini
menjelaskan tentang metode
yang digunakan seperti
jenis
dan
pendekatan penelitian yang digunakan, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, tekink analisis data dan jadwal penelitian. Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini membahas profil objek penelitian dan menguraikan hasil penelitian seperti penyeleksian bahan pustaka, metode pengadaan bahan pustaka, dan masalah yang dihadapi dalam pengadaan koleksi anak.
10
Bab V
Penutup Dalam bab ini membahas kesimpulan dari saransaran yang dapat dipertanggungjawabkan dari keseluruhan pembahasan penelitian yang telah dilakukan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum 1. Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti buku. Setelah mendapat awalan per dan akhiran an menjadi perpustakaan, yang berarti kitab, kitab perimbon, atau kumpulan buku, yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka.10 Pengertian yang lebih umum dan luas tentang perpustakaan yaitu mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.11 Ada beberapa jenis perpustakaan, salah satunya adalah perpustakaan umum. Perpustakaan umum seringkali diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat. Maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat.12 Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi
10
Sutarno NS, Manajamen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 11. 11 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 11-12. 12 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, h. 43.
11
12
buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum.13 Dalam buku Manajemen Perpustakaan Umum perpustakaan umum adalah tempat penyimpanan berbagai jenis bacaan, disitu masyarakat
dapat
memanfaatkan
bacaannya
untuk
menambah
pengetahuan, mencari informasi atau sekedar mendapatkan hiburan.14 Dari
beberapa
pengertian
diatas,
dapat
disimpulkan
perpustakaan umum adalah suatu tempat menyimpan berbagai jenis bahan bacaan dan tempat tersedianya informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat umum, tanpa mengenal usia, suku dan bangsa. 2. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Visi Perpustakaan Umum adalah terciptanya masyarakat informasi atau masyarakat yang cerdas. Sedangkan Misi perpustakaan umum adalah: a. Menciptakan dan memantapkan kebiasaan membaca anak-anak sejak usia dini. b. Mendukung baik pendidikan perorangan secara mandiri maupun pendidikan formal pada semua jenjang. c. Memberi kesempatan bagi pengembangan kreativitas pribadi. d. Menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak-anak dan orang muda. e. Meningkatkan kesadaran terhadap warisan budaya, apresiasi pada seni dan kesenian dan hasil-hasil penemuan ilmiah.
13
Rusina Sjahrial Pamuntjak, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, (Jakarta: Djambatan, 1986), h. 4. 14 Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h. 17.
13
f. Menyediakan akses kepada ekspresi-ekspresi kultural dari semua seni pentas. g. Mendorong dialog antar budaya oleh karena keaneka-ragaman budaya h. Mengusahakan agar semua penduduk dapat akses kepada segala macam informasi yang tersedia untuk masyarakat. i. Memberikan layanan informasi yang sesuai kepada perusahaanperusahaan, perkumpulan-perkumpulan dan kelompok-kelompok setempat yang memerlukan. j. Memberi
kemudahan
kepada
pengembangan
informasi,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memakai komputer dan perangkat keras lainnya teknologi informasi. k. Mendukung dan b erpartisipasi dalam kegiatan dan programprogram pemberantasan buta huruf (“Literacy”) untuk semua kelompok usia, dan apabila dianggap perlu memprakarsai kegiatankegiatan ini.15 3. Tujuan Perpustakaan Umum Tujuan Umum Perpustakaan Umum adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rokhani masyarakat yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga terkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat 15
dan
produktivitas
setiap
warga
masyarakat
secara
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 5-6.
14
menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional.16 Sedangkan dijelaskan dalam buku Manajemen Perpustakaan Umum bahwa tujuan dari perpustakaan umum antara lain: a. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan umum. b. Mengembangkan
kemampuan
mencari,
mengelola
dan
memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan umum. c. Mendidik masyarakat agar dapat memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien. d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri. e. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi masyarakat. f. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.17 4. Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Umum Tugas pokok perpustakaan umum yang disebutkan dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum tahun 2000 adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan
bacaan.
Untuk
melaksanakan
tugas
pokok
tersebut,
perpustakaan umum melaksanakan fungsi antara lain: 16
Perpustakaan Nasional RI, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1992), h. 6. 17 Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, h.18.
15
a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain. c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi. e. Pendayagunaan koleksi. f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil dan lain-lain. g. Pemasyarakatan perpustakaan. h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan. i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah, tokohtokoh masyarakat dan mitra kerja lainnya. j. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan saranan/prasarana. k. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.18 5. Koleksi Perpustakaan Umum Koleksi Perpustakaan Umum mencakup bahan pustaka tercetak seperti: buku, majalah dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti: kaset, video, piringan (disk) dan lain-lain. Koleksi Perpustakaan Umum dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, antara lain: 18
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 6-7.
16
a. Kelompok bahan pustaka anak-anak. b. Kelompok bahan pustaka remaja. c. Kelompok bahan pustaka pandang dengar. d. Kelompok bahan pustaka rujukan (referens). e. Kelompok bahan pustaka berkala (majalah dan surat kabar). f. Kelompok bahan pustaka untuk pemuda dan orang dewasa. g. Kelompok bahan pustaka Braille h. Kelompok bahan pustaka Khusus seperti koleksi lukisan, foto dan lain-lain.19 B. Kebijakan Pengembangan Koleksi 1. Pengertian Kebijakan Pengembangan Koleksi Kebijakan pengembangan koleksi (collection development policy) yaitu merupakan rumusan atau dokumen tertulis yang memberi arah dan bimbingan mengenai koleksi yang akan dikembangkan.20 Kebijakan pengembangan koleksi sangatlah mempengaruhi kegiatan pengembangan koleksi. Tanpa adanya kebijakan tertulis, maka pengembangan koleksi berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas, pada akhirnya berdampak pada koleksi yang tidak seimbang dan kurang siginifikan. Dalam Dictionary for Library and Information Science, kebijakan pengembangan koleksi adalah sebuah pernyataan resmi tertulis dari prinsip-prinsip seleksi perpustakaan dan keputusan
19
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 19. 20 Siti Maryam “Upaya Untuk Mencari Solusi Pengembangan Koleksi di Perpustakaan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta” (Al-Maktabah, Vol. 1, No. 2, Oktober, 1999), h.3.
17
deseleksi (bidang yang dicakup, derajat spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dan lain-lain) dan kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Sebuah kebijakan pengembangan koleksi bisa sangat membantu dalam menghadapi tantangan.21 Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang dan strategis dalam karakter. Itu juga harus uptodate dalam hal misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.22 Dapat
disimpulkan
kebijakan
pengembangan
koleksi
merupakan pernyataan tertulis yang dibuat oleh perpustakaan yang berisi prinsip-prinsip pengembangan koleksi yang menjelaskan tujuan dan isi pengembangan koleksi yang berfungsi memberikan arahan agar pelaksanaan pengembangan koleksi menjadi terarah dan tepat sasaran. 2. Tujuan Kebijakan Pengembangan Koleksi Kebijakan pengembangan koleksi tertulis bertujuan sebagai a. Pedoman bagi para pustakawan (penyeleksi). Dengan adanya kebijakan, mereka berkerja lebih terarah karena sasaran jelas, dana yang terbatas dapat digunakan dengan sebijaksana mungkin. 21
Joan M. Reitz, Dictionary for Library and Information Science, (London: Libraries Unlimited, 2004), h. 157. 22 Evans G. Edward, Developing Library and Information Center Collection, (London: Libraries Unlimited, 2005), h. 49.
18
b. Sarana komunikasi. Kebijakan akan memberitahu kepada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain apa cakupan dari ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selanjutnya. c. Sarana perencanaan. Kebijakan memberi informasi yang akan membantu dalam proses alokasi dana.23 3. Manfaat Kebijakan Pengembangan Koleksi Kebijakan pengembangan koleksi tertulis juga dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan sebelum dibeli. b. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan, misalnya: langsung dari penerbit atau melalui jobber. c. Membantu menghadapi masalah sensor dengan menjelaskan bahan macam apa yang akan dibeli dan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut didukung oleh para administrator lembaga bersangkutan. d. Membantu dalam perancanaan anggaran jangka panjang dengan menetapkan
prioritas-prioritas
dan
garis
besar
sasaran
pengembangan. e. Membantu
merencanakan
bentuk-bentuk
kerjasama
dengan
pengadaan dan lain sebagainya. f. Membantu mengidentifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi.24 23
Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 17.
19
C. Pengadaan Bahan Pustaka 1. Seleksi Bahan Pustaka a. Pengertian Sebelum
melakukan
pengadaan,
karena
banyaknya
informasi yang dihimpun dan berbagai macam bahan pustaka yang akan diadakan maka sangat perlu melakukan proses seleksi terlebih dahulu, karena seleksi bahan pustaka akan berhubungan dengan mutu perpustakaan yang bersangkutan. Seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan.25 Menurut ALA Glossary of Library Terms seleksi adalah suatu proses pengambilan keputusan
dalam
mengidentifikasi
sumber
informasi
yang
disesuaikan dengan kebutuhan pemakai perpustakaan.26 Sedangkan menurut Dictionary for Library and Information Science seleksi adalah Proses memutuskan bahan yang harus ditambahkan ke koleksi perpustakaan. Keputusan seleksi biasanya dibuat atas dasar tinjauan dan standar
alat-alat pengembangan
koleksi oleh pustakawan ditetapkan sebagai pemilih di bidang studi tertentu, berdasarkan minat dan bidang spesialisasi mereka.27 Seleksi dilakukan tergantung dari tipe perpustakaan dan struktur organisasi di setiap perpustakaan. Pada perpustakaan
24
Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, h. 17. Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, h. 1.29. 26 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 4.8. 27 Joan M. Reitz, Dictionary for Library and Information Science, (London: Libraries Unlimited, 2004), h. 644. 25
20
umum, penyeleksian bahan pustaka dilaksanakan oleh sebuah tim yang melibatkan para pakar dan perwakilan masyarakat pembaca.28 Memilih buku anak merupakan tanggung jawab menyenangkan, yang membutuhkan pengetahuan tentang anak-anak: pertumbuhan dan perkembangan, minat dan gaya belajar, dan sastra mereka.29 Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan memilih bahan pustaka yang akan diadakan untuk menambah koleksi suatu perpustakaan dengan berbagai pertimbangan. b. Syarat Selektor Tugas menyeleksi bukanlah pekerjaan yang mudah karena mencakup kepentingan orang banyak. Menurut Sulistyo Basuki, ada beberapa syarat menjadi seorang penyeleksi, antara lain: 1) Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan khususnya mengenai penerbitan, spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka, standar, hasil terbitan yang ada selama ini dan sebagainya. 2) Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan, misalnya siapa saja yang menjadi anggota, kebiasaan menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan, berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan dan
28
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 22. 29 Phyllis Van Orden, Selecting Books for the Elementary School Library Media Cente: a Complete Guide, (New York: Neal-Schuman Publisher, Inc, 2000), h. 1.
21
mengapa
ada
kelompok
yang
menggunakan
koleksi
perpustakaan lebih banyak dari pada kelompok lainnya. 3) Memahami kebutuhan pemakai. 4) Hendaknya personil pemilihan buku bersifat netral, tidak bersifat mendua, mengetahui informasi dan memiliki akal sehat dalam pemilihan buku. 5) Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan. 6) Mengetahui buku melalui proses membuka-buka buku ataupun proses membaca.30 c. Kriteria Penyeleksian Menurut McColvin, ada tujuh kriteria dasar untuk pemilihan: 1) Informasi harus seakurat mungkin; 2) Buku harus lengkap dan seimbang, dengan memperhatikan kepada subjek dan ruang lingkup yang dimaksud; 3) Penulis harus dibedakan antara fakta dan opini; 4) Penyebaran informasi seringkali merupakan faktor penentu; 5) Gaya penulisan dan penafsiran subjek harus sesuai dengan jenis permintaan yang harus dipenuhi; 6) Judul yang mencerminkan nilai-nilai budaya negara asal biasanya lebih disukai; yaitu ketika subyek diperlakukan berbeda di berbagai negara perlakuan dari negara asal biasanya lebih disukai;
30
Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, h. 29-30.
22
7) Karakteristik fisik buku umumnya kurang penting kecuali ada dua buku yang sama dalam hal konten; ketika hal ini terjadi, faktor-faktor seperti tipe wajah, ilustrasi, jilidan, kertas, indeks, bibliografi, dll, dapat membantu membuat keputusan akhir.31 Dalam melakukan seleksi terdapat pula beberapa kriteria khusus yang perlu dipertimbangkan seperti hal-hal berikut: 1) Judul disesuaikan dengan program lembaga yang ada. 2) Judul disesuaikan dengan tingkatan pengguna. 3) Pengarang sudah sangat terkenal dibidangnya (ahli/pakar). 4) Isi buku harus tahan lama, berbobot dan tidak cepat berubah. 5) Penerbit cukup dikenal pada bidangnya. 6) Tahun dan edisi terbaru. 7) Harga buku cukup pantas.32 Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries Services, untuk mengembangkan koleksi dan layanan ada beberapa kriteria dalam pemilihan bahan yang harus diperhatikan oleh pustakawan, yaitu: 1) Berkualitas tinggi. 2) Sesuai usia. 3) Terkini dan akurat. 4) Refleksi dari berbagai nilai-nilai dan pendapat. 5) Cerminan budaya masyarakat setempat. 6) Pengenalan kepada masyarakat global.33 31
G. Edward Evans, Developing Library Collections, (Colorado: Libraries Unlimited, Inc, 1979), h. 139. 32 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 4.9.
23
d. Alat Bantu Seleksi Dalam melakukan proses seleksi, selektor memerlukan alat bantu seleksi untuk menseleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi. Secara umum alat bantu seleksi bahan pustaka adalah sebagai berikut: 1. Alat Bantu Seleksi Bahan Buku Untuk bahan pustaka buku, alat bantu seleksi yang dapat digunakan adalah: a. Katalog penerbit dari berbagai penerbit baik dalam negeri maupun penerbit luar negeri yang berisi informasi bukubuku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri. Contoh alat bantu katalog penerbit adalah: Harper Collins Publisher – Asia Pte. Ltd – Singapore 1997, katalog penerbit Gramedia 1996 dan sebagainya. b. Tinjauan Buku. Tinjauan buku biasanya dimuat pada majalah ilmiah, surat kabar serta majalah populer. Karena merupakan tinjauan yang ditulis oleh orang-orang yang ternama maka ini merupakan alat seleksi dan evaluasi yang sangat baik. c. Daftar buku IKAPI. Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Katalog ini diterbitkan oleh IKAPI
33
IFLA, Guidlines for Children’s Libraries Services, (2003), h.9.
24
dalam berkala tahunan yang sifatnya lebih merupakan alat verifikasi harga buku. d. Bibliografi Nasional Indonesia yang berisi tentang terbitan seluruh Indonesia yang mencakup buku, laporan penelitian, bacaan anak-anak, terbitan pemerintah, laporan konferensi serta peta yang terbit setiap tiga bulan sekali. Alat ini hanya berfungsi sebagai alat verifikasi untuk melengkapi data bibliografi dari buku yang dipesan perpustakaan. 2. Alat Bantu Seleksi Bahan Rujukan Alat bantu seleksi untuk buku-buku referens terbitan Indonesia masih menjadi satu dengan katalog penerbit. Akan tetapi untuk buku-buku referens terbitan penerbit luar negeri sudah tersedia alat bantu seleksinya seperti Guide to Reference Books/Conastance M. Wichell. Chicago: American Library Association, 1968. 3. Alat Bantu Seleksi Koleksi Serial (Terbitan Berkala) Secara umum alat bantu seleksi koleksi serial (terbitan berkala) Indonesia belum ada. Untuk menseleksi ini biasanya perpustakaan menggunakan
alat bantu
seleksi
Ulrich’s
International Periodical Directory terbitan Amerika. Buku ini merupakan terbitan tahunan yang memuat sekitar 12.600 terbitan berkala dalam lingkup internasional termasuk terbitan berkala Indonesia.34 34
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), h. 55-57.
25
4. Alat Bantu Seleksi Koleksi untuk Anak Banyak alat seleksi dan alat petunjuk bagi pembaca untuk literatur anak yang tersedia. Alat seleksi tersebut antara lain: a. Ulasan Buku. Contohnya adalah Booklist, ulasan buku yang cocok untuk perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, dengan masalah yang meliputi sastra anak. b. Penghargaan. Contohnya Newbery Medal (Association for Library Service to Children), diberikan setiap tahun sejak tahun 1922 untuk sastra Amerika anak-anak yang terbaik. c. Daftar buku yang direkomendasikan tahunan. Contohnya ALSC Notable Chlidren’s Books (Association for Library Service to Chlidren, dipilih dari buku yang diterbitkan di Amerika Serikat untuk anak-anak sampai usia empat belas. d. Alat untuk subjek/tema tertentu, seperti: 1) Pembaca
pemula/minat
tinggi
rendah
kosakata.
Contohnya “Barstow, Barbara, Judith Riggle, and Leslie Molnar. 2008. Beyond picture books: Subject access to best books for beginning readers. 3rd ed. Westport, CT: Libraries Unlimited.” 2) Buku kontroversial. Contohnya “Pistolis, Donna Reidy. 1996. Hit list: Frequently challenged books for children. Chicago: American Library Association.”
26
3) Matematika. Contohnya “Whitin, David J., and Sandra Wilde. 1992. Read any good math lately?: Children’s books for mathematical learning, K-6. Portsmouth, NH: Heinemann.” 4) Multikultural. Contohnya “Helbig, Aletha K., and Agnes Regan Perkins. 2001. Many peoples, one land: A guide to new multicultural literature for children and young adults. Westport, CT: Greenwood Press.” 5) Ilmu pengetahuan. Contohnya “Butzow, Carol M., and John W. Butzow. 2000. Science through children’s literature: An integrated approach. 2nd ed. Englewood, CO: Teacher Ideas Press.” 6) Ilmu Pengetahuan Sosial. Contohnya “Fredericks, Anthony D. 1991. Social studies through children’s literature: An integrated approach. Westport, CT: Libraries Unlimited.” 7) Bahasa Spanyol. Contohnya “Schon, Isabel. 2000. Recommended books in Spanish for children and young adults, 1996 through 1999. Lanham, MD : Scarecrow Press. 8) Alat dengan usia/tingkatan. Contohnya Katalog H. W. Wilson untuk koleksi inti. Koleksi inti ini dipilih oleh komite penasihat yang terdiri dari spesialis yang berpengalaman sastra remaja, didalamnya antara lain
27
“Children’s Catalog. 19th ed. New York: H. W. Wilson,
2006.
Annual
paper
supplements
2007−2009.”35 2. Metode Pengadaan Bahan Pustaka a. Pengertian Pengadaan Tahap kelanjutan dari seleksi bahan pustaka adalah pengadaan
bahan
pustaka.
Pengadaan
merupakan
proses
menghimpun koleksi yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.36 Istilah pengadaan adalah terjemahan dari acquisition yaitu kegiatan yang merupakan implementasi dari keputusan dalam melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan pustaka yang telah dipilih.37 Selain itu pengadaan bahan pustaka adalah mengusahakan bahan-bahan pustaka yang belum dimilki perpustakaan, dan menambah bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki perpustakaan tetapi jumlahnya masih kurang.38 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengadaan bahan pustaka adalah kegiatan untuk menambah koleksi perpustakaan yang sudah ada atau mengadakan koleksi yang belum ada di perpustakaan, dengan berbagai pertimbangan dari proses seleksi.
35
Virginia Kay Williams, “Building and Evaluating Juvenile Collections in Academic Libraries,” College & Undergraduate Libraries, (2011): h.69-74. 36 F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15. 37 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 5.2. 38 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 25.
28
b. Tujuan dan Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka Tujuan dari pengadaan bahan pustaka adalah untuk mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang sehingga mampu melayani kebutuhan pemakai yang berubah dan tuntutan pemakai masa kini dan masa mendatang.39 Sedangkan fungsi pengadaan bahan pustaka menurut Nurhayati, sebagai berikut: 1) Menerima dan mencari buku-buku pesanan dari fakultas 2) Meneliti tentang macam atau jenis bahan pustaka cetak maupun non cetak dan mengusahakan kelengkapannya 3) Mengadakan pengamatan langsung tentang buku-buku baru misalnya langsung menanyakan ke penerbit atau toko buku.40 c. Metode Pengadaan Dalam melakukan pengadaan bahan pustaka ada beberapa cara atau metode untuk memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan. Metode pengadaan yang umumnya dilakukan adalah melalui pembelian, hadiah, tukar menukar dan lain-lain. 1) Pengadaan melalui pembelian Pelaksanaan pembelian bahan pustaka di Perpustakaan Umum dapat dilakukan langsung oleh perpustakaan. Pembelian bahan pustaka di kalangan instansi Pemerintah, terikat dengan
39
Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, h. 21. Nurhayati Sudibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), h. 144.
40
29
ketentuan
yang
terdapat
di
dalam
Keputusan
Pemerintah/Presiden tentang pengadaan barang dan jasa.41 Pengadaan buku melalui metode pembelian juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a) Pembelian melalui penerbit Dalam melakukan pembelian melalui penerbit ada beberapa prosedur yang dilakukan oleh perpustakaan, antara lain: 1. Membuat daftar buku yang dikelompokkan berdasarkan penerbit. 2. Mengirimkan daftar buku yang akan dibeli ke setiap penerbit untuk mengetahui ketersediaannya dan harga buku tersebut. 3. Menerima proforma invoice dar penerbit, yaitu daftar buku yang dilengkapi harga satuan, ketersediaannya dan informasi cara pembayarannya. 4. Melakukan pembayaran sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam proforma invoice. 5. Mengirimkan bukti pembayaran ke penerbit disertai dengan surat pengantar dan proforma invoice. 6. Membuat pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan yang berlaku.
41
Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 24.
30
7. Mengarsipkan fotokopi
bukti
pembayaran,
untuk
digunakan sebagai sarana klaim.42 b) Pembelian melalui toko buku Pembelian buku secara langsung pada toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang mempunyai jumlah dana yang relatif kecil, yang tidak mempunyai persyaratan pengadaan khusus, misalnya melalui tender. Selain itu pembelian melalui toko buku juga dapat dilakukan melalui toko buku online. Di Indonesia sudah tersedia toko buku yang bisa diakses melalui internet seperti Mizan dan Gramedia.43 c) Pembelian melalui agen Cara pembelian yang sering juga dilakukan oleh perpustakaan adalah cara pembelian melalui agen. Agen buku memperoleh buku buku-buku dari berbagai penerbit baik penerbit dalam negeri maupun luar negeri dengan potongan harga dan menyimpannya, kemudian menjual ke toko buku dan perpustakaan. Beberapa agen buku yang ada di dalam negeri antara lain Jakarta Raya, Paramita Book Corner, Tropen, PF Book, Sagung Seto, dan lain-lain.44 2) Pengadaan melalui tukar menukar Tidak semua bahan pustaka yang akan diadakan di perpustakaan bisa di peroleh di toko buku karena memang 42
Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 5.7 – 5.8. Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 5.12. 44 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 5.16. 43
31
tidak diperjualbelikan. Bahan-bahan pustaka seperti ini biasanya diterbitkan ole perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan lembaga-lembaga lain. Bahan pustaka seperti ini hanya dapat diperoleh dengan cara tukar menukar atau bahkan diminta secara gratis.45 Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perpustakaan dalam pengadaan melalui tukar menukar adalah: a) Mendaftar bahan perpustakaan yang akan dipertukarkan. b) Mengirimkan daftar penawaran disertai persyaratannya, misalnya biaya pengiriman, pengambilan, dan sebagainya. c) Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan. d) Mencatat alamat pemesanan. e) Menyampaikan bahan perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesannya.46 3) Pengadaan melalui hadiah Selain dengan cara pembelian dan tukar menukar, perolehan bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui metode hadiah. Hadiah buku bisa didapatkan dari berbagai sumber baik dari instansi pemerintah, swasta maupun pribadi. Ada beberapa cara mendapatkan hadiah, yaitu: a) Hadiah atas permintaan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
45
Abdul Rahman Saleh, Manajemen Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
3.10. 46
Luki Wijayanti, Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 55.
32
1. Mempersiapkan daftar donatur yang akan diminta sumbangannya
(lembaga
ilmiah,
lembaga
pemerintah, perorangan dan sebagainya). 2. Menyusun daftar buku yang akan diajukan kepada pihak lain. 3. Mengirimkan surat permohonan disertai daftar buku yang dibutuhkan. 4. Menerima buku-buku sumbangan apabila diterima permohonannya. 5. Memeriksa buku yang datang dan mencocokkannya dengan daftar pengantar. 6. Mengirimkan ucapan terima kasih. 7. Mengolah buku sumbangan sesuai prosedur. b) Hadiah tidak atas permintaan. Hal yang perlu dilakukan adalah: 1. Buku
yang
diterima
dicocokkan
dengan
surat
pengantar. 2. Mengirimkan surat ucapan terima kasih. 3. Buku yang diterima diperiksa terlebih dahulu apakah subjeknya sesuai dengan kebijakan pengembangan koleksi yang ada. Bila sesuai dapat segera diproses.
33
4. Jika buku tidak sesuai, disisihkan sebagai buku untuk bahan pertukaran atau dihadiahkan kembali pada pihak lain.47 D. Koleksi Anak 1. Pengertian Koleksi Anak Koleksi merupakan bagian penting suatu perpustakaan tidak terkecuali pada layanan anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata koleksi berarti “kumpulan yang berhubungan dengan studi atau penelitian”.48 Sedangkan batasan usia seseorang dapat dikatakan sebagai anak adalah mulai usia 0-13 tahun atau setara dengan sekolah dasar. Dalam Dictionary for Library and Information Science koleksi anak adalah Sebuah koleksi perpustakaan buku dan bahan-bahan lain yang dimaksudkan khusus untuk anak-anak di bawah 12-13 tahun, disimpan secara terpisah dari orang dewasa dan koleksi remaja, kadang-kadang di ruangan anak-anak dengan bagian terpisah untuk fiksi remaja dan nonfiksi, bacaan untuk pemula dan buku yang mudah, buku gambar, dan buku untuk anak-anak yang masih kecil (buku alfabet, buku menghitung, buku tulis, buku kain, dll).49 Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan koleksi anak adalah koleksi perpustakaan yang diperuntukkan bagi anak-anak yang
47
Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, h. 5.29. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 580. 49 Joan M. Reitz, Dictionary for Library and Information Science, (London: Libraries Unlimited, 2004), h. 384. 48
34
berusia dibawah 13 tahun, yang mencakup berbagai format yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. 2. Tujuan Koleksi Anak Tujuan dari koleksi anak adalah untuk menyediakan beragam bahan yang mutakhir dan relevan yang memenuhi kebutuhan informasi, rekreasi, budaya dan semua perkembangan anak di masyarakat. Melekat dalam tujuan ini, adalah keinginan untuk mendorong belajar sepanjang hayat, menumbuhkan apresiasi sastra dan cinta membaca dan menyediakan sumber informasi yang akurat dan terbaru.50 3. Karakteristik Koleksi Anak Dalam Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts disebutkan beberapa karakter atau ciri koleksi anak yang harus ada pada bagian layanan anak, antara lain: a. Koleksi anak harus mencakup berbagai macam bahan (tercetak, audiovisual dan elektronik) yang mempertimbangkan tahap perkembangan
anak,
dan
kebutuhan
orang
dewasa
yang
pekerjaannya berkaitan dengan merawat anak-anak. b. Koleksi harus menyediakan pilihan referensi yang mutakhir (disediakan dalam format tercetak dan elektronik). c. Setiap koleksi perpustakaan harus:
50
Massachusetts Library Association, “Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts,” artikel diakses pada Minggu, 17 Mei 2015 dari http://mlayss.pbworks.com/w/file/fetch/53591709/MLA%20YSS%20Children's%20Standards%20 2012%20revision.pdf
35
1) Termasuk bahan yang mewakili keragaman budaya dan perubahan sosial masyarakat, dan mencerminkan pengalaman anak-anak yang sesuai usia. 2) Menyediakan bahan dengan bahasa
yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan membaca semua anak di masyarakat. 3) Menyediakan bahan dalam bahasa inggris tentang budaya kelompok etnis yang menonjol di masyarakat. 4) Menyediakan koleksi tentang pengasuhan yang membantu orang tua / pengasuh agar lebih memahami kebutuhan perkembangan anak. d. Perpustakaan akan melayani anak-anak berkebutuhan khusus, untuk itu perpustakaan sebaiknya menyediakan bahan dan peralatan seperti buku braille, talkingbooks, audiobooks, buku dengan cetak besar, perangkat telekomunikasi untuk tuna rungu dan alat bantu rendah penglihatan. e. Perpustakaan harus mempertimbangkan koleksi sesuai dengan format dan perkembangan teknologi terbaru. Peralatan yang sesuai untuk menggunakan bahan audiovisual dan format elektronik harus tersedia
dan
dapat
diakses
oleh
seluruh
anak-anak
di
perpustakaan.51
51
Massachusetts Library Association, “Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts,” artikel diakses pada Minggu, 17 Mei 2015 dari http://mlayss.pbworks.com/w/file/fetch/53591709/MLA%20YSS%20Children's%20Standards%20 2012%20revision.pdf
36
4. Jenis Koleksi Anak Menurut IFLA Perpustakaan anak-anak harus mencakup berbagai bahan sesuai dengan tahapan perkembangan dalam semua format, termasuk bahan cetak (buku, majalah, komik, brosur), media (CD, DVD, kaset), mainan, game edukasi, komputer, perangkat lunak dan konektivitas.52 Dalam buku Fundamentals of Children’s Services ada beberapa macam koleksi anak yang ada di sebuah perpustakaan, antara lain: a. Buku Bergambar Pada umumnya buku ini dirancang untuk anak prasekolah atau anak sekolah dasar, buku bergambar dapat berupa fiksi atau nonfiksi. Mereka dibedakan oleh karya seni yang lebih diutamakan daripada teks. Kualitas ilustrasi dan format sangat penting. Bagi anak yang masih belum lancar membaca, buku seperti ini dengan mudah dapat menjadi pelarian yang menyenangkan. Melalui buku bacaan bergambar dia dapat memahami bacaannya dengan banyak mendapat bantuan dari gambarnya yang indah dan informatif.53 b. Pembaca Pemula Pembaca pemula dimaksudkan untuk anak TK sampai kelas tiga. Koleksi ini ditandai dengan kosakata yang pendek,
52
IFLA, Guidlines for Children’s Libraries Services, (2003), h.9. Riris K. Toha Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 18. 53
37
huruf dengan cetakan yang besar, lebih menggunakan ilustrasi dan jumlah halaman yang terbatas. Yang utama dalam buku ini adalah mengajak anak mulai berani membaca dan dengan cerita yang sederhana namun menarik pada akhirnya anak dapat menjadi gemar membaca.54 c. Fiksi Remaja Koleksi ini untuk melayani sekitar kelas tiga sampai kelas enam. Buku ini mempunyai fitur yang sesuai usia dan materi pelajaran, beberapa halaman dan ilustrasi yang sangat sedikit. d. Nonfiksi Remaja Koleksi nonfiksi untuk remaja meliputi bahan untuk melayani kebutuhan informasi dari anak-anak prasekolah, usia sekolah dasar, dan siswa sekolah menengah. Materi pelajaran, kosakata, susuan dan ruang lingkupnya harus sesuai dengan usia. e. Referensi Bahan referensi untuk anak-anak harus memenuhi kepentingan pribadi mereka, akademik, dan kemampuan kognitif mereka. f. Koleksi Video
54
Riris K. Toha Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi, h. 17.
38
Koleksi ini termasuk film-film dalam format video atau digital video disk (DVD). Koleksi ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan dan rekreasi untuk anak-anak, mulai dari bayi sampai siswa sekolah menengah. Koleksi ini meliputi fiksi dan nonfiksi pilihan. g. Audiobooks Koleksi ini berisi buku-buku yang direkam dalam format kaset dan CD. Koleksi ini dimaksudkan untuk melayani anak-anak prasekolah sampai sekolah menengah pertama. Lebih diperuntukkan untuk pembaca pemula. h. Rekaman Musik Koleksi ini meliputi musik populer, lagu pendidikan dan permainan yang direkam dalam CD. Koleksi ini dimaksudkan untuk melayani bayi sampai anak-anak sekolah dasar. i. Koleksi Orang Tua Koleksi untuk orang tua memberikan saran-saran praktis tentang membesarkan anak. Koleksi ini ditujukan untuk orang tua, guru dan orang dewasa lain yang tertarik dengan anak-anak.
Buku
ini
didalamnya
membahas
bidang
pengembangan fisik, emosional, sosial, dan membentuk pendidikan anak-anak dari lahir sampai remaja. Selain buku, koleksi lainnya berupa tabloid, pamflet, surat kabar dan artikel majalah.
39
j. Internet Kebijakan seleksi yang berfungsi untuk mengatur pembelian bahan perpustakaan tidak berlaku untuk bahan yang diakses
melalui
internet.
Perpustakaan tidak menjamin
keakuratan informasi yang diberikan, dan informasi yang diperoleh melalui internet. Sama dengan semua koleksi di perpustakaan, ini tetap menjadi tanggung jawab pelindung (orang tua atau wali) untuk menentukan informasi dari internet yang sesuai. k. Mainan Koleksi mainan yang mendidik, dimaksudkan untuk digunakan oleh balita, disediakan di perpustakaan pusat dan masing-masing cabang. Disediakan untuk kelompok usia ini dengan cara belajar tentang dunia mereka melalui bermain dan membangun landasan untuk membaca melalui pengembangan motorik dan keterampilan kognitif. Koleksi ini terdiri dari barang-barang seperti boneka, puzzle dan blok.55 5. Tahapan Perkembangan Anak Dalam
hal
pemilihan
bacaan
anak,
pustakawan
bisa
mempelajarinya melalui perkembangan intelektual anak berdasarkan usianya. Sebagai bahan pertimbangan di bawah ini dikemukakan empat tahapan perkembangan intelektual anak menurut Jean Piaget sebagai salah satu kriteria pemilihan bahan bacaan anak: 55
Michael Sullivan, Fundamentals of Children’s Services, (United States of America: American Library Association, 2005), h. 35-37.
40
a. Pertama: tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0–2 tahun).
Tahap
ini
merupakan
tahapan
pertama
dalam
perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Dalam usia 1,6─2 tahun anak akan menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan. Bunyibunyian ritmis akan memicu tumbuhnya rasa keindahan pada diri anak. b. Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2–7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini aantara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar (corat-coret). (ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan
41
pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan. Perkembangan kognitif pada saat ini yang secara luar biasa adalah perkembangan bahasa dan konsep formasi. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya. Buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah (i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberi kesempatan anak untuk memanipulasikannya, (iii) buku-buku yang memberi kesempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan (iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak. c. Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7– 11 tahun). Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan
42
objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjat, angka, besar-kecil, dan lain-lain. (iii) Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan; adanya perkembangan dari pola berpikir
yang
egosentris
menjadi
lebih
mudah
untuk
mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. (iv) Anak mulai dapat berpikir argumentaif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret. Buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. (ii) Buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii) Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan
43
dirinya ke waktu atau tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita. d. Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoretis, beragumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu memecahkan secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait. Buku bacaan sastra anak yang sesuai untuk tahapan ini adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh; (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami
hubungan
antarsubplot
tersebut,
serta
yang
menampilkan persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.56
56
Burhan Nurgiyantoro, “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak,” Cakrawala Pendidikan, No.2, Juni 2005, h. 200-203.
44
6. Anggaran Koleksi Anak Agar pengembangan koleksi anak dapat berjalan lancar khususnya dalam kegiatan pengadaan, dibutuhkan anggaran yang cukup untuk mendukung kegiatan pengadaan tersebut. Menurut Taslimah Yusuf dalam buku Manajemen Perpustakaan Umum sumber anggaran perpustakaan umum adalah: a. Anggaran dari pemerintah b. Daftar isian proyek dari pemerintah c. Sumbangan yang tidak mengikat dari masyarakat dalam negeri atau luar negeri d. Iuran anggota e. Pendapatan daerah f. Sumbangan dari organisasi sosial g. Uang denda dari pengembalian buku terlambat Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries Services, perpustakaan
anak-anak
membutuhkan
anggaran
untuk
mempertahankan dan meningkatan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan kepada publik. Anggaran tersebut bisa didapatkan dari sumber lain, seperti: a. Hibah pemerintah (untuk program khusus dan inisiatif baru) b. Organisasi kebudayaan (musik, tari, drama, seni, sejarah dan pertunjukan etnis) c. Penerbit (untuk kunjungan dari penulis dan ilustrator buku dan untuk hadiah lain)
45
d. Sponsorship (bisnis lokal dan organisasi relawan untuk mendukung acara khusus) e. Lembaga non-pemerintah f. Dana sumbangan.57 Dalam Guidlines for Public Library Service to Children in Vermont anggaran perpustakaan per tahun untuk koleksi anak adalah: a. Jumlah yang dialokasikan untuk koleksi anak-anak akan berbedabeda tergantung pada perpustakaan dan masyarakat, tetapi pedoman dasarnya adalah sekitar 30% dari anggaran koleksi. b. Sebagian dari anggaran koleksi anak (biasanya 10-20%) harus dikeluarkan untuk penggantian dan untuk memperkuat koleksi dasar.58 E. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang akan diteliti diambil dari skripsi yang berjudul “Pengembangan Koleksi Anak di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor” ditulis oleh Nuria Prasanti mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia tahun 2012. Penelitian ini membahas mengenai pengembangan koleksi anak di Perpustakaan Umum Kabupaten Bogor yang merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pustakawan menerapkan kebijakan pengembangan koleksi, yaitu kegiatan seleksi, pengadaan, pengolahan, pemeliharaan, dan penyiangan di layanan 57
IFLA, Guidlines for Children’s Libraries Services, (2003), h. 8. Vermont State Dept. Of Libraries, Guidelines for Public Library Service to Children in Vermont, (1989), h. 14. 58
46
anak agar dapat memenuhi kebutuhan pemustaka anak sehingga kendala apa saja yang dihadapi dapat diketahui. Peneliti menyimpulkan bahwa pustakawan mengadakan pengembangan koleksi berdasarkan kemampuan dan pemahaman mereka dari kegiatan seleksi hingga penyiangan. Pedoman tertulis tidak dijadikan dasar dalam melakukan kegiatan pengembangan koleksi anak sehingga kemampuan dasar pustakawan menjadi utama agar kesesuaian koleksi anak dapat tercipta. Tidak adanya pedoman tertulis secara jelas, keterbatasan anggaran dan terbentur dengan kebijakan yang ada menyebabkan pustakawan tidak dapat secara maksimal mengembangkan mutu koleksi anak di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini aspek yang dibahas luas mulai dari seleksi sampai pada penyiangan koleksinya sedangkan penelitian yang peneliti kaji hanya sebatas pada pengadaan koleksi anak yang membahas kebijakan pengadaan, proses seleksi, metode pengadaan dan masalah yang dihadapi dalam pengadaan koleksi anak.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.59 Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai bagaimana pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.60 Dalam penelitian ini pengadaan koleksi anak dan pemanfaatannya merupakan obyek yang akan diteliti dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. B. Sumber Data Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam senuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Sumber 59
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Adminstrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004), h. 60. 60 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), h. 1
47
48
data dapat diperoleh dari dari lembaga atau situasi sosial, subjek/informan, dokumentasi lembaga, badan, atau historis.61 Ada dua sumber data, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya.62 Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu dengan cara wawancara dan observasi langsung. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan adalah pustakawan dan staf penanggung jawab dalam bidang pengadaan koleksi, dan pemustaka ataupun orang tua yang mendampingi anaknya dalam memanfaatkan koleksi di perpustakaan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.63 Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah laporan kegiatan pengadaan koleksi anak perpustakaan dan dokumen yang berkaitan dengan pengadaan koleksi anak, dan data peminjaman koleksi anak. C. Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Orang yang dijadikan informan harus memiliki kriteria tertentu agar informasi yang diberikan dapat dipercaya kebenarannya. Dalam hal ini peneliti memilih informan yaitu kepala perpustakaan, staf yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian yaitu staf bidang 61
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 107. Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86. 63 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 87. 62
49
pengadaan koleksi dan beberapa pemustaka anak. Berikut ini adalah informan yang dipilih berdasarkan kriteria: 1. Ibu Saryati, S.Sos Ibu Saryati merupakan informan pertama yang dipilih oleh peneliti. Beliau merupakan Kepala Sub Bidang Deposit di bawah Bidang Pengembangan Koleksi. Beliau dianggap memahami mengenai pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. 2. Ibu Rieke Gartina, S.Sos Ibu Rieke Gartina merupakan informan kedua yang dipilih oleh peneliti. Beliau merupakan pustakawan pertama. Beliau dianggap memahami mengenai pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.64 2. Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.65 64
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 63. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif), h. 72.
65
50
3. Dokumentasi Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain).66 E. Teknik Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya Data hasil observasi dan wawancara kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah: 1. Reduksi Data Data yang telah dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dirangkum kemudian dipilih hal-hal yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema dan polanya, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. 2. Penyajian Data Setelah reduksi data selesai dilakukan, selanjutnya data yang sudah direduksi disajikan agar data terorganisasikan dan tersusun sehingga mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif biasanya data disajikan dalam bentuk teks naratif.
66
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 272.
51
3. Penarikan Kesimpulan Seletah data direduksi dan disajikan, langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan akan menjawab rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan. F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanankan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di Jalan Cikini Raya No. 73 Kompleks Taman Ismail Marzuki (tim) Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Tabel 1 Jadwal Penelitian Pengadaan Koleksi Anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Waktu Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Penyusunan Proposal √ Pengajuan Proposal √ Bimbingan Skripsi √ √ √ √ √ √ √ Penelitian √ √ √ √ Penyusunan Skripsi √ √ √ √ √ √ Pengajuan Sidang Sidang Kegiatan
Sept
√ √ √
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Pada tahun 1950 kegiatan perpustakaan di Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dimulai sejak tahun 1950 ketika DKI Jakarta masih berbentuk kotapradja, dengan sebutan “Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja”. Pada tahun 1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja, kemudian berubah menjadi “Perpustakaan Balaikota Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja”. Pada tahun 1972 melalui keputusan Gubernur Nomor 16/2/1/1972
tentang
Susunan
Organisasi
Sekretariat
Daerah
Pemerintah DKI Jakarta, perpustakaan diselenggarakan oleh dan merupakan
salah
satu
bagian
pada
Biro
Organisasi
dan
Ketatalaksanaan. Tahun 1978 melalui keputusan Gubernur Nomor 62 tahun 1978 tanggal 3 Februari 1978 dibentuk Lembaga Perpustakaan Umum yang menangani jenis perpustakaan umum di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di lima wilayah Kotamadya DKI Jakarta. Pada tahun1981 Lembaga Perpustakaan Umum bernaung di bawah Biro Bina Mental dan Spiritual dengan status nonstruktural.
52
53
Tahun 1989 Perpustakaan umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Brodjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI Jakarta. Pada tahun 1992 Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri agar di lingkungan Sekwilda DKI Jakarta dibentuk satu wadah organisasi yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari Kepala Perpustakaan Nasional RI. Tahun 1993 Dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1993. Pada tahun 2001 Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 ditetapkan pembentukan Kantor Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 109 Tahun 2001. Tahun 2007 dalam mengoptimalkan pengelolaan secara teknis, termasuk pembinaan dan penyusutan arsip setiap unsure penyelenggara pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kearsipan. Pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009.
54
2. Visi dan Misi a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima dalam Bidang Perpustakaan dan Arsip. b. Misi : 1) Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan dan arsip yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah Good Governance•. 2) Mengembangkan sarana dan prasarana perpustakaan dan arsip bertaraf nasional dan/ atau internasional. 3) Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan dan arsip dalam kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa dan bernegara. 3. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, maka tugas pokok dan fungsi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah : Tugas : Menyelenggarakan urusan perpustakaan dan kearsipan daerah.
55
Fungsi : a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; b. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan perpustakaan dan arsip daerah; c. Pembinaan perpustakaan dan arsip terhadap Perangkat Daerah; d. Pelaksanaan retensi arsip dan/atau buku; e. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional Arsiparis dan Pustakawan f. Pengelolaan sistem informasi kepustakaan dan kearsipan. g. Penggalian dan penelusuran arsip dan bahan perpustakaan; h. Penyelenggaraan hubungan kerjasama di bidang Perpustakaan dan Kearsipan; i. Pengelolaan dan pelayanan perpustakaan dan kearsipan daerah; j. Pembinaan pemasyarakatan perpustakaan dan kearsipan; k. Akuisisi, penyusunan naskah sumber dan penyimpanan arsip; l. Pembinaan perpustakaan yang dikelola masyarakat termasuk perpustakaan masjid; m. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah; n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja; o. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan ketatausahaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; dan
56
p. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi. 4. Struktur Organisasi Bagan 1 Struktur Organisasi
57
5. Layanan Perpustakaan a. Alamat Jalan Cikini Raya No. 73 Kompleks Taman Ismail Marzuki (tim) Jakarta Pusat. Telepon : 02131928107 Fax : 31922763 b. Jenis Layanan Perpustakaan 1) Layanan peminjaman buku (2 minggu gratis) 2) Layanan pembuatan kartu anggota gratis (3menit selesai) 3) Layanan fotocopy gratis 4) Layanan internet wifi gratis 5) Layanan pesan antar koleksi perpustakaan gratis 6) Layanan bimbingan anggota dan calon anggota perpustakaan gratis 7) Layanan bercerita untuk anak-anak gratis 8) Layanan perpustakaan masyarakat Jakarta (Permata) 9) Layanan e-library (Jakartapedia, e-book dan e-journal) 10) Layanan baca di tempat 11) Layanan koleksi khusus Jakarta 12) Layanan Referensi 13) Layanan audio visual 14) Layanan penelusuran informasi 15) Layanan koleksi braile 16) Layanan koleksi anak 17) Layanan usulan buku sesuai kebutuhan masyarakat
58
c. Fasilitas Perpustakaan 1) Buku tamu online 2) Wi-fi area 3) Anjungan peminjaman dan pengembalian buku mandiri 4) Online katalog 5) Ruang diskusi 6) Ruang pameran 7) Ruang e-library 8) Ruang bermain anak d. Koleksi Perpustakaan Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan terdiri dari bahan tercetak dan audio visual yang secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar dan diletakkan dalam ruangan yang terpisah, yaitu: 1) Koleksi remaja/dewasa Terdiri dari koleksi umum nonfiksi dan fiksi, koleksi referensi/rujukan, koleksi terbitan berkala (koran, majalah, tabloid, dll) koleksi deposit, dan koleksi khusus Jakarta. 2) Koleksi anak-anak Terdiri dari koleksi umum nonfiksi dan fiksi, referensi/rujukan, dan koleksi deposit. 6. Ruangan dan Perlengkapan Anak di Perpustakaan Layanan anak di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang terletak di Cikini memiliki tempat di lantai 2. Dalam menata ruang tempat layanan anak sangat berbeda sekali dengan
59
layanan remaja atau dewasa, ruang baca anak ditata dengan seindah mungkin dan seunik mungkin untuk menjadikan anak-anak merasa senang dan nyaman. Ruang layanan anak dilengkapi dengan meja dan kursi yang disesuaikan dengan ukuran anak, ruang bermain, karpet, dll. Berikut ini data peralatan di ruang layanan anak: a. Rak koleksi referensi 3 buah b. Rak koleksi KCKR 2 buah c. Rak koleksi umum 13 buah d. Rak majalah 2 buah e. Rak mainan 18 buah f. Lemari mainan 12 buah g. Table game 2 buah h. Katalog online 1 buah i. Meja 7 buah j. Kursi 25 buah k. LCD 1 buah l. 1 ruangan bermain anak usia dibawah lima tahun m. 1 set mainan mandi bola, perosotan dan ayunan n. Skuter o. Motor-motoran p. Mobil-mobilan
60
B. Hasil Penelitian Berikut ini akan diuraikan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai pengadaan koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta berdasarkan tujuan penelitian. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut: 1. Kebijakan Pengembangan Koleksi Kebijakan pengembangan koleksi merupakan pernyataan tertulis yang dibuat oleh perpustakaan yang berisi prinsip-prinsip pengembangan
koleksi
yang
menjelaskan
tujuan
dan
isi
pengembangan koleksi yang berfungsi memberikan arahan agar pelaksanaan pengembangan koleksi menjadi terarah dan tepat sasaran. Dalam melakukan pengembangan koleksi pihak Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta memiliki kebijakan tertulis sebagai pedoman. Kebijakan tersebut adalah renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya
sudah diatur dalam DAP perkiraan anggaran, volume,
harga dan jumlah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Yang terlibat dalam penentuan kebijakan pengembangan koleksi tersebut adalah kepala Badan Perpustakaan dan Arsip daerah, dan kepala sub bidangsub bidang di bawah kepala badan dan dalam bidang perpustakaan. Kebijakan yang disusun terkait dengan visi dan misi perpustakaan, didalamnya juga ditentukan jenis atau format koleksinya, dilihat dari
61
konten atau isi koleksi yang akan diadakan, dan ada pula koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya dilihat dari kebutuhan masyarakat sekitar perpustakaan. Seperti tahun ini perpustakaan memprioritaskan pada koleksi untuk anak. Seperti yang dikatakan oleh informan Saryati berikut: “Kan kita ada programnya ya mba yang namanya renstra (rencana strategis) itu biasanya 5 tahun, terus kalau renja (rencana jangka panjang) itu satu tahun, ya jadi kita menyusun anggarannya tuh sesuai yang sudah di diterapkan disitu. Setelah itu kita menysun RAB (Rencana Anggaran Belanja), ketika itu keluarlah ini nih dokumen ini namanya DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), ini panduan kita ini de, jadi kita mengacu sini semua, semua anggaran disini sudah diatur berapa volumenya, berapa harganya,berapa jumlahnya, semuanya sudah diatur disini sesuai kebutuhan kita. Kebijakan yang ada itu terkait dengan visi dan misi perpustakaan dek. Jadi setiap tahun itu penambahan buku per nomer kelas dan ada kelas harganya sendiri dek, misalnya kelas 300 ada yang harga murah, sedang, mahal nah itu mau yang mana terserah termasuk formatnya cd atau yang lain, pokoknya terseleksi dari permohonan pengunjung ada juga penawaran dari penerbitpenerbit yang kita seleksi. Konten atau isinya juga diperhatikan, Cuma kita ga ada buku-buku pelajaran misalnya pelajaran kelas 1 atau kelas berapa, paling buku pengetahuan umum aja dek. Untuk prioritas koleksi ya kita lihat dari kebutuhan masyarakatnya juga dek, untuk tahun ini sih koleksi untuk anak lebih di prioritaskan dek, ditambah dek koleksi perkelas nya mudah-mudahan bisa bertambah tahun ini ya de”.(Saryati) Kebijakan pengembangan koleksi tertulis merupakan suatu hal yang penting agar kegiatan pengembangan koleksi terarah dan tepat sasaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua informan, keduanya sepakat memandang bahwa kebijakan pengembangan koleksi tertulis merupakan suatu hal yang penting. Menurut mereka kebijakan pengembangan koleksi tertulis penting sekali karena mereka tidak bisa bertindak semaunya dan untuk pedoman dalam melaksanakan tugas
62
dan kewajiban sesuai dengan tupoksi perpustakaan. Seperti yang dikatakan kedua informan, sebagai berikut: “Ya tentu sangat penting ya karena kita tidak bisa bertindak semaunya ya harus ada rules”.(Rieke) “Oh penting sekali, itu karena kan untuk pedoman kita untuk melaksanakan tugas, tugas dan kewajiban kita sesuai tupoksi kita masing-masing ya tentunya”.(Saryati) Dalam kebijakan pengembangan koleksi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak. Kebijakan tersebut diperuntukkan untuk semua koleksi perpustakaan tidak terkecuali koleksi anak, bahkan termasuk didalamnya koleksi untuk berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah mempunyai kebijakan tertulis sebagai pedoman dalam melakukan pengembangan koleksi yang termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak dan dianggap sangat penting. Kebijakan tersebut disusun oleh pihak-pihak terkait seperti kepala badan, kepala sub bidang yang berada dibawah bidang perpustakaan. Perpustakaan membuat renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya sudah diatur dalam DAP berapa anggarannya, volumenya, harganya dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kebijakan yang disusun terkait dengan visi dan misi perpustakaan, didalamnya juga ditentukan jenis atau format koleksinya, dilihat dari konten atau isi koleksi yang akan
63
diadakan, dan ada pula koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya dilihat dari kebutuhan masyarakat sekitar perpustakaan. Seperti tahun ini perpustakaan memprioritaskan pada koleksi untuk anak. 2. Seleksi Bahan Pustaka Sebelum melakukan pengadaan, terlebih dahulu perpustakaan melakukan seleksi terhadap bahan pustaka yang akan diadakan. Seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan memilih bahan pustaka yang akan diadakan untuk menambah koleksi suatu perpustakaan dengan berbagai pertimbangan. Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta pun melakukan penyeleksian terlebih dahulu terhadap koleksi anak yang akan diadakan. Pihak perpustakaan melakukan seleksi tersebut dengan menggunakan katalog penerbit dan dengan melihat masukan atau saran dari pemustaka. Dalam menyeleksi koleksi anak pepustakaan menggunakan alat bantu seleksi berupa katalog-katalog dari penerbit dan dibantu oleh pihak luar seperti IKAPI. Sedangkan yang berperan dalam menyeleksi koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anakyang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk sesuai dengan SK Tim seleksi. Tim dalam penyeleksian koleksi anak diantaranya pejabat terkait, dan bidang-bidang terkait dengan pengadaan. Setelah tim seleksi terbentuk, kemudian tim seleksi mengumpulkan data koleksi yang akan diadakan misalnya melalui katalog atau saran dari pemustaka. Kemudian data koleksi tersebut diseleksi oleh tim sesuai dengan kebutuhan perpustakaan dan
64
menghasilkan jumlah koleksi yang terseleksi. Selanjutnya dibuat berita acara dari hasil seleksi dan hasil seleksi tersebut siap diusulkan untuk pengadaan. Seperti penjelasan dari informan berikut: “Oh koleksi anak ya, ini awalnya juga masukan dari pemustaka ya kita kan ngasih kotak saran di pelayanan ya, apa-apa saja kebutuhan dari masyarakat itu. nah setelah itu juga dari katalog-katalog yang dikirimkan oleh penerbit itu. yang mainan ya ada mainannya kan ya, karena ga buku aja kalau untuk anak-anak. itu kita membelinya sesuai katalog itu dek, sesuai katalog terus permintaan dari masyarakat gitu. Sebelumnya kita membuat SK Tim seleksi terlebih dahulu, kemudian tim seleksi menyeleksi dari katalog-katalog penerbit dan saran dari pemustaka itu dek. Setelah diseleksi kemudian menghasilkan jumlah koleksi yang terseleksi dek. Setelah itu dibuat berita acaranya, kemudian diusulkan pengadaan bahan pustakanya. Seperti tahun ini dari 113 penerbit yang terseleksi hanya 70 penerbit. Ini kemarin gitu dek, nah kemudian diusulkan untuk pengadaan”.(Saryati) Dalam memilih koleksi anak, kriteria yang dipertimbangkan oleh perpustakaan adalah yang sesuai dengan usia, melihat perkembangan anak melalui motorik kasar dan motorik halusnya dengan memberikan mainan-mainan yang sesuai, disesuaikan dengan kebutuhan dan keamanannya juga harus diperhatikan, terutama disesuaikan dengan anggarannya. Seperti yang diungkapkan oleh kedua informan berikut: “Tentu harus mendidik ya, kemudian sesuai dengan usia, kemudian kriteria dari segi keamanannya harus diperhatikan, dan tingkat kebutuhan, kebutuhan koleksinya seperti apa”. (Rieke) “Kriterianya yang sesuai ya, sesuai kebutuhan anak-anak itu, umpamanya mungkih umur ya, untuk umur ini kita berikan yang sesuai umurnya dia, teruskan ada agak gede lagi, ada yang mungkin motorik kasarnya ya dek kaya gitu yang disana tuh yang ada mobil-mobilan, terus yang halusnya mungkin perlu pemikiran, main game. Disesuaikan dengan usia dan kebutuhan juga dan anggarannya juga dek yang penting, iya
65
jadi kita juga kan aturannya udah program dulu ya pastinya kita oh kebutuhannya ini, ga bisa umpamanya kita sekarang pengen beli ini sedangkan kita memprogramkan mainan ini, jadi ya tetep sesuai aturan yg berlaku”.(Saryati) Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu memilih koleksi anak yang akan diadakan. Penyeleksian dilakukan berdasarkan saran dan kebutuhan dari pemustaka, dan juga melalui katalog penerbit yang selanjutnya melibatkan pustakawan dan pejabat-pejabat terkait. Alat bantu seleksi yang digunakan sebagai pedoman adalah katalog dari penerbit dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Yang berperan dalam melakukan penyeleksian koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim seleksi. Kriteria dalam pemilihan koleksi anak yang dilakukan oleh perpustakaan umumnya disesuaikan oleh usia, kebutuhan, perkembangan motorik, keamanannya dan yang paling utama adalah sesuai dengan anggarannya. 3. Pengadaan Bahan Pustaka Pengadaan bahan pustaka adalah kegiatan untuk menambah koleksi perpustakaan yang sudah ada atau mengadakan koleksi yang belum ada di perpustakaan, dengan berbagai pertimbangan dari proses seleksi. Pada ruang baca anak Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, sasaran pemustakanya adalah dari usia 0-12 tahun yaitu usia anak-anak. Koleksi yang disediakan antara lain buku referensi, buku-buku cerita, buku pop up, majalah, komik, dan permainan-
66
permainan, bahkan disediakan ruang bermain untuk anak usia 5 tahun kebawah. Perpustakaan belum menyediakan koleksi khusus yang memperkenalkan budaya setempat (dalam hal ini budaya betawi) untuk anak-anak, koleksi tersebut ada hanya saja disediakan untuk umum bukan dikhususkan untuk anak. Selain itu pada ruang baca anak juga tidak ada koleksi untuk orang tua seperti panduan dalam merawat anak. Koleksi tersebut ditempatkan dikoleksi umum kategori dewasa, padahal koleksi tersebut seharusnya berada pada koleksi anak, apalagi banyak orang tua yang mendampingi anaknya saat berkunjung ke perpustakaan. Sesuai
dengan
perkembangan
teknologi
perpustakaan
seharusnya sudah menyediakan layan internet untuk anak dan koleksi audiovisual. Pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berada di Cikini belum terdapat koleksi tersebut, akan tetapi pihak perpustakaan sudah memikirkan hal tersebut dan akan melakukannya dalam waktu dekat. Selain itu, karena berkedudukan sebagai perpustakaan umum maka perpustakaan harus menyediakan koleksi tidak terkecuali untuk anak berkebutuhan khusus. Pihak perpustakaan sudah menyediakan koleksi untuk anak berkebutuhan khusus seperti koleksi braille akan tetapi tidak hanya untuk anak melainkan untuk semua usia. Ruangannya pun dibuat di lantai dasar perpustakaan untuk memudahkan dalam mengakses koleksi, tetapi hanya sebagian koleksi yang berada di lantai dasar. Jika pemustaka
67
membutuhkan koleksi lain maka pustakawan akan membantu mencarikan koleksi tersebut di lantai 1. Disini peneliti juga meneliti pendapat dari pemustaka mengenai koleksi yang ada di perpustakaan dan koleksi apa yang dibaca oleh para informan. Berdasarkan wawancara terhadap 7 orang informan, sebagian besar tujuan mereka datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Seperti yang diungkapkan informan berikut: “mmm.. mau baca buku”. (Nadia) “Mau membaca buku”. (Kelvin) “Mau baca-baca”. (Arzeta) Selain itu sebagian besar informan memilih membaca bukubuku fiksi dan buku yang berkaitan dengan pengetahuan. Seperti yang diungkapkan informan berikut: “Komik, dan buku pelajaran tentang bumi”. (Syauqi) “Buku tentang angkasa”. (Farintino) “Komik, buku pelajaran juga”.(Nadia) “Buku tentang science sama buku tentang gua lubang dipegunungan”.(Ferdiansyah) Menurut informan Nadia, Kelvin dan Arzeta menunjukan bahwa tujuan mereka adalah untuk membaca buku dan dari ke 7 informan
semuanya
menyatakan
perpustakaan
tersebut
menyenangkan. Memang perpustakaan tersebut sangat menyenangkan dan nyaman untuk anak-anak sehingga anak-anak merasa senang berada di perpustakaan dan tentunya akan mempengaruhi minat baca anak-anak.
68
Sedangkan menurut informan Syauqi, Farintino, Nadia dan Ferdiansyah buku yang sudah atau sering mereka baca adalah bukubuku tentang pengetahuan dan fiksi seperti komik. Perpustakaan memang menyediakan buku-buku pengetahuan yang menarik seperti salah satu komik tentang pengetahuan yang berjudul “Salju dan Tanah Longsor”. Pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dilakukan secara rutin setahun sekali. Pengadaan koleksi untuk anak dijadikan satu dengan pengadaan keseluruhan. Perkiraan persentase untuk koleksi anak kurang lebih 10% dari pengadaan koleksi keseluruhan. Pengadaan koleksi pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan dengan dua metode yaitu, pengadaan melalui pembelian dan pengadaan melalui deposit dari penerbit yang ada di Jakarta. Secara garis besar pengadaan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan melalui pembelian. Proses pengadaan melalui pembelian dilakukan setelah hasil seleksi buku apa yang akan dibeli dan penerbit mana yang akan dipakai. Selanjutnya perpustakaan menghubungi penerbit dan memberikan daftar buku yang sudah dipilih oleh tim seleksi. Pengadaan pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, seperti belanja dengan anggaran 200juta ke atas harus dengan proses lelang, tetapi jika
69
200juta ke bawah bisa dengan pembelian langsung akan tetapi tetap melalui panitia pengadaan terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan informan berikut: “Yaa prosedurnya itu ya itu de rencananya renja terus ada program bpad terus disesuaikan, Cuma ga bisa rinci keadaan buku anak-anak krn kan kita global. Jadi setelah mendapat masukan dari pemustaka dan katalog-katalog yang dikirimkan penerbit, kemudian semua itu diseleksi oleh tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK tim seleksi de. Setelah itu muncullah daftar buku dan penerbitnya. Selanjutnya panitia pengadaan melakukan pembelian, kalau kurang dari 200jt kita lelang disini saja melalui panitia pengadaan, krn kita sekarang boleh per penerbit, misalnya penerbit ini berapa-berapa. Sesuai dengan aturan pengadaan barang dan jasa de. Jadi setelah dilakukan pembelian dan buku yang dibeli datang kita periksa lagi apakah sesuai dengan pesanan kita, kalaau sesuai maka buku bisa langsung di olah oleh bagian pengolahan de”. (Saryati) Selain itu pengadaan dilakukan melalui deposit yaitu koleksi wajib serah simpan dari penerbit jakarta yang rutin diberikan kepada perpustakaan yang diatur dalam Undang-undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Proses pengadaan melalui deposit yaitu, penerbit mengirimkan koleksi kepada perpustakaan beserta surat pengantarnya. Kemudian perpustakaan menerima koleksi tersebut dan mengirimkan ucapan terima kasih kepada penerbit. Sebelumnya tidak hanya ucapan terima kasih melainkan diberikan juga cenderamata kepada penerbit, namun anggaran tersebut sudah tidak diizinkan oleh pemerintah. Seperti yang dikatakan informan berikut: Itukan ada undang-undangnya ya de tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam, biasanya penerbit datang ke perpustakaan memberikan koleksinya beserta surat pengantarnya. Kita menerima lalu kita mengirimkan ucapan terima kasih, kalau dulu kita ada kasih kaya cenderamata gitu de tapi sekarangkan anggaran itu sudah ga boleh ya. Setelah
70
koleksi kita terima kemudian kita seleksi terlebih dahulu mana yang layak untuk dilayankan. Jadi ada koleksi yang tidak layak dipisahkan disatu lemari oleh teman-teman pustakawan”.(Saryati) Kebanyakan koleksi tersebut adalah komik dan novel, akan tetapi ada juga beberapa penerbit yang memberikan karya rekam seperti CD film. Sebelum dilayankan koleksi tersebut diseleksi terlebih dahulu apakah layak atau tidak untuk dilayankan. Seperti koleksi film, perpustakaan terlebih dahulu melakukan sensor sebelum ditayangkan kepada pemustaka. Seperti yang dikatakan informan berikut: “Oh lebih banyak sih buku ya kaya komik-komik dan novel de, tapi ada juga yang ngasih karya rekam kaya CD film gitu de. Biasanya sebelum film ditayangkan kita sensor dulu de karena kan itu untuk pendidikan ya de”.(Saryati) Dalam pelaksanaan deposit, sayangnya tidak semua penerbit di Jakarta melakukannya. Hanya beberapa saja yang ruitn melakukan deposit ke perpustakaan padahal pihak perpustakaan sudah melakukan sosialisasi kepada penerbit, tetapi tetap saja hanya sedikit yang melakukan deposit ke perpustakaan. Jumlah penerbit yang rutin melakukan deposit kurang lebih 20 sampai 30 penerbit setiap bulannya.Seperti yang dikatakan oleh informan berikut: “Kalau sosialisasi sih kita sudah ke penerbit ya de Cuma ya dari penerbit itu sendiri ada yang kirim dan ada yang tidak Cuma sebagian besar tidak de. Meskipun koleksi yang dikirim rata-rata 300 eksemplar perbulan tapi penerbitnya itu-itu saja de”.(Saryati) “Kalau yang rutin itu de kurang lebih 20 sampai 30 penerbit de setiap bulannya. Itu yang 30 sudah maksimal banget de”.(Saryati)
71
Selanjutnya, hal yang penting dalam pengadaan adalah anggaran. Dalam mengadakan koleksi anak, perpustakaan tidak memilah-milah anggarannya, semua menjadi satu kesatuan. Kisaran anggaran koleksi anak pertahun adalah 10% persen dari anggaran keseluruhan. Seperti diungkapkan oleh informan Saryati. “10% tadi, kalo kita umpamanya mengadakan tahun ini 1m berarti kan dia 10%nya, ya sekitar seratus juta”. (Saryati) Sedangkan untuk sumber dana, perpustakaan tidak ada sumber dana lain, melainkan hanya dari APBD pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, sasaran pemustaka layanan anak mulai dari 0-12 tahun. Koleksinya beragam mulai dari buku, majalah, komik, koleksi braille dan berbagai macam permainan edukatif sudah disediakan. Namun, untuk koleksi khusus mengenai budaya setempat untuk anak-anak belum disediakan, begitu pula layanan internet dan koleksi audiovisual, namun semua itu sudah dalam perencanaan pihak perpustakaan. Sebagian besar pengadaan dilakukan melalui pembelian dengan cara lelang dan juga dengan cara deposit dari penerbit yang ada di Jakarta. Namun sangat disayangkan tidak semua penerbit yang ada di Jakarta yang melakukan deposit ke perpustakaan, hanya ada 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit. Anggaran pengadaan koleksi anak menjadi satu dengan keseluruhan anggaran koleksi, persentasenya adalah 10% dari anggaran keseluruhan. Sumber dananya pun hanya dari APBD pemerintah tidak ada sumber dana lain.
72
4. Masalah dalam Pengadaan Dalam melakukan pengadaan tentunya tidak luput dari masalah dan kendala yang dihadapi oleh perpustakaan. Begitu pula pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Masalah yang dihadapi perpustakaan menurut informan Saryati adalah anggaran, anggaran untuk pengadaan tahun ini belum turun padahal sudah pertengahan tahun. Hal ini menyebabkan kurang uptodate nya buku yang sudah direncanakan untuk dibeli, sehingga masih banyaknya orang yang tertarik beli langsung ke toko buku dengan alasan yang lebih uptodate. Selain anggaran, informan Rieke menuturkan masalah yang dihadapi perpustakaan adalah waktu. Proses pengadaan yang lama memakan waktu. “Ooh kendalanya kaya ini ya anggaran sampe pertengahan tahun belum turun, sedangkan waktu berjalan terus. jadi ya bagaimanapun kita tetap melayani masyarakat, jadi apa yang bisa kita perbuat ya kita laksanakan dulu gitu jadi engga semua harus dana, nunggu dana turun haduh kasian masyarakat nanti”.(Saryati) “Kendalanya adalah, kalo pengadaan itu kan harus ada laporannya, harus ada pembuktiannya, itu aja sih kendalanya soal waktu yaa”.(Rieke) Namun pustakawan tidak larut dalam masalah-masalah tersebut, mereka berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan, jika ada program yang direncanakan menggunakan mainan baru tetapi pengadaan mainan yang akan digunakan belum berjalan, maka perpustakaan mensiasati dengan menggunakan atau memanfaatkan mainan yang
73
sudah ada di perpustakaan. Selain itu kerjasama antara tim dan saling mendukung merupakan salah satu cara menghadapi masalah tersebut. Menurut mereka, jika dihadapi bersama dan saling mendukung maka semuanya berjalan dengan lancar. Berdasarkan
hasil
penelitian,
masalah
yang
dihadapi
perpustakaan dalam pengadaan adalah anggaran dan waktu. Cara mereka
dalam
menghadapi
masalah
tersebut
adalah
dengan
memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan dan saling mendukung satu sama lain karena mereka merukan satu tim kerja. Banyak hal yang bisa dilakukan yang tidak hanya berpaku pada anggaran C. Pembahasan 1. Kebijakan Pengembangan Koleksi Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah mempunyai kebijakan tertulis sebagai pedoman dalam melakukan pengembangan koleksi yang termasuk didalamnya kebijakan mengenai koleksi anak dan dianggap sangat penting. Kebijakan tersebut disusun oleh pihak-pihak terkait seperti kepala badan, kepala sub bidang yang berada dibawah bidang perpustakaan. Perpustakaan membuat renstra (rencana strategis) dan renja (rencana jangka panjang). Perpustakaan menyusun RAB (Rencana Anggaran Belanja), kemudian keluarlah dokumen bernama DAP (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang menjadi acuan. Semuanya sudah diatur dalam DAP berapa perkiraan anggaran, volume, harga dan jumlah
74
sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kebijakan tertulis yang disusun oleh perpustakaan terkait dengan visi dan misi perpustakaan, jenis atau format koleksinya dan konten atau isi koleksinya juga diperhatikan. Selain itu ada juga koleksi yang diprioritaskan setiap tahunnya, untuk tahun ini misalnya perpustakaan memprioritaskan koleksi untuk anak. Semua hal tersebut dicerminkan dalam kebijakan pengembangan koleksi tertulis. Hal ini sesuai dengan pengertian kebijakan pengembangan koleksi Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang dan strategis dalam karakter. Itu juga harus up to date dalam hal misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.67 Pihak perpustakaan menganggap kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis merupakan suatu hal yang penting sebagai pedoman perpustakaan dalam melakukan pengembangan koleksi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari salah satu kebijakan pengembangan koleksi tertulis, yaitu Pedoman bagi para pustakawan (penyeleksi). Dengan adanya kebijakan, mereka berkerja lebih terarah karena
67
Evans G. Edward, Developing Library and Information Center Collection, (London: Libraries Unlimited, 2005), h. 49.
75
sasaran jelas, dana yang terbatas dapat digunakan dengan sebijaksana mungkin.68 2. Seleksi Bahan Pustaka Menurut ALA Glossary of Library Terms seleksi adalah suatu proses pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi sumber informasi
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pemakai
perpustakaan.69 Berdasarkan hasil penelitian, Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu memilih koleksi anak yang akan diadakan. Penyeleksian dilakukan berdasarkan saran dan kebutuhan dari pemustaka, dan juga melalui katalog penerbit yang selanjutnya melibatkan pustakawan dan pejabat-pejabat terkait. Alat bantu seleksi yang digunakan sebagai pedoman adalah katalog dari penerbit dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Hal ini sejalana dengan teori dalam bab 2 dalam buku Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah yang menyebutkan alat bantu seleksi yang bisa digunakan oleh perpustakaan dalam memilih bahan pustaka adalah Katalog penerbit dari berbagai penerbit baik dalam negeri maupun penerbit luar negeri yang berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri, dan juga Daftar buku IKAPI. Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan
68
Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 17. 69 Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 4.8.
76
Penerbit Indonesia (IKAPI).70Akan tetapi, dalam memilih koleksi untuk anak perpustakaan bisa menggunakan alat bantu seleksi lainnya seperti ulasan buku, Contohnya adalah Booklist, ulasan buku yang cocok untuk perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, dengan masalah yang meliputi sastra anak.71 Yang berperan dalam melakukan penyeleksian koleksi anak adalah pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim Seleksi. Kriteria dalam pemilihan koleksi anak yang dilakukan oleh perpustakaan pada umumnya yaitu disesuaikan oleh usia. Batasan usia seseorang dapat dikatakan sebagai anak adalah mulai usia 0-13 tahun atau setara dengan sekolah dasar. Koleksi perpustakaan untuk anak pun berbeda-beda sesuai tingkatan usianya. Misalnya untuk usia 0-5 tahun koleksi yang cocok adalah mainan edukasi, buku bergambar, buku untuk pemula yang lebih menekankan gambar daripada kata, audiobooks dan koleksi audiovisual, sedangkan untuk usia 6-12 tahun koleksi yang cocok adalah buku-buku fiksi dan non-fiksi yang memuat kebutuhan informasi anak. Menurut Jean Piaget, ada 4 tahapan perkembangan intelektual
anak
berdasarkan
usia
yang dapat
dipertimbangkan dalam pemilihan bacaan anak. Yang pertama tahap sensori-motor (usia 0-2 tahun). Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut sebagai tahap
70
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), h. 55-57. 71 Virginia Kay Williams, “Building and Evaluating Juvenile Collections in Academic Libraries,” College & Undergraduate Libraries, (2011): h.69-74.
77
sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Dalam usia 1,6─2 tahun anak akan menyukai aktivitas atau permainan bunyi
yang mengandung
perulangan-perulangan yang ritmis. Koleksi yang cocok pada tahapan usia ini adalah koleksi yang berkaitan dengan permainan bunyi, misalnya audiobooks. Yang kedua adalah tahap praoperasional (usia 27 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Koleksi yang cocok untuk tahapan ini adalah buku cerita sederhana yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak, bukubuku bergambar dan buku yang memberi kesempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya. Yang ketiga adalah tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun). Misalnya anak sudah dapat mengklasifikasi objek berdasarkan sifat umum seperti klasifikasi warna dan karakter tertentu, membuat urutan sesuatu secara semestinya, anak mulai mengembangkan imajinasinya, dan mulai berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana. Koleksi yang cocok adalah buku bacaan narasi yang mengandung urutan logis dari sederhana ke yang lebih kompleks, cuku bacaan yang menampilkan cerita sederhana, buku bacaan yang menampilkan objek gambar bervariasi dan buku cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Yang keempat adalah tahap operasi formal (usia 11 atau 12 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara ilmiah dan mampu memecahkan
78
masalah secara logis. Koleksi yang cocok adalah buku-buku cerita yang menampilkan alur cerita ganda, serta menampilkan persoalan (konflik) dan karakter yang lebih kompleks.72 Koleksi tersebut kurang lebih ada di ruang baca anak perpustakaan umum DKI Jakarta. Untuk koleksi mainan ada ruang khusus bermain untuk anak usia dibawah 5 tahun yang berisi mainan mobil-mobilan, ayunan, perosotan, dan mandi bola. Sedangkan untuk usia diatas 5 tahun ada ruang untuk bermain mainan kayu edukasi yang beragam. Tetapi, penempatan koleksi untuk buku tidak dikelompokkan berdasarkan usia anak, melainkan berdasarkan nomor kelas dari kelas 000-999. Kriteria selanjutnya adalah kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan koleksi seperti apa yang dibutuhkan oleh perpustakaan dan sesuai program yang dibuat oleh perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga melihat kebutuhan informasi untuk anak. Misalnya untuk anak informasi yang bisa diberikan adalah informasi tentang pendidikan keseharian seperti tata cara makan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Selanjutnya informasi tentang cerita tokoh teladan, cerita kepahlawanan dan cerita kemerdekaan. Selanjutnya kriteria berdasarkan perkembangan motorik. Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar lebih kepada aktifitas fisik yang menggunakan otot besar seperti lompat, lari, menendang, dan lain-lain. Untuk 72
Burhan Nurgiyantoro, “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak,” Cakrawala Pendidikan, No.2, Juni 2005, h. 200-203.
79
aktifitas
yang
melatih
motorik
kasar
tersebut
perpustakaan
menyediakan ruang bermain anak untuk usia dibawah lima tahun. Pada ruangan tersebut anak bebas untuk berlari, melompat dan bermain dengan permainan yang melatih gerakan anak seperti mandi bola, ayunan dan perosotan. Sedangkan motorik halus, lebih kepada aktifitas keterampilan seperti menggambar, membuat kerajinan tangan, bermain puzzle, dan lain-lain. Untuk aktifitas yang melatih motorik halus, perpustakaan menyediakan bermacam-macam mainan kayu edukatif seperti puzzle. Selain itu perpustakaan juga membuat kegiatan keterampilan seperti membuat bunga dari kertas. Kriteria selanjutnya dilihat dari keamanannya, koleksi yang aman untuk anak seperti sudut buku tidak tajam untuk koleksi buku. Sedangkan untuk koleksi mainan terbuat dari bahan yang aman, dilihat dari sudut kelancipan mainan, terhindar dari bahan kimia berbahaya dan sesuai standar nasional indonesia. Kriteria selanjutnya adalah sesuai dengan isu-isu yang berkembang saat ini. Yang dimaksud dengan isu yang berkembang saat ini adalah koleksi apa yang sedang trend saat ini, misalnya saat ini sedang trend buku dengan tema anak muslim, maka hal tersebut akan menjadi pertimbangan perpustakaan untuk menambah koleksi dengan tema tersebut. Dari kriteria yang dijabarkan di atas, kriteria yang paling utama adalah sesuai dengan anggaran perpustakaan.
80
3. Pengadaan Bahan Pustaka Koleksi merupakan bagian penting suatu perpustakaan tidak terkecuali pada layanan anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata koleksi berarti “kumpulan yang berhubungan dengan studi atau penelitian”.73 Sedangkan batasan usia seseorang dapat dikatakan sebagai anak adalah mulai usia 0-13 tahun atau setara dengan sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian, sasaran pemustaka layanan anak mulai dari 0-12 tahun Hal ini sesuai dengan pengertian koleksi anak dalam Dictionary for Library and Information Science koleksi anak adalah Sebuah koleksi perpustakaan buku dan bahan-bahan lain yang dimaksudkan khusus untuk anak-anak di bawah 12-13 tahun, disimpan secara terpisah dari orang dewasa dan koleksi remaja, kadang-kadang di ruangan anak-anak dengan bagian terpisah untuk fiksi remaja dan nonfiksi, bacaan untuk pemula dan buku yang mudah, buku gambar, dan buku untuk anak-anak yang masih
kecil (buku alfabet, buku
menghitung, buku tulis, buku kain, dll).74 Koleksinya beragam mulai dari buku, majalah, komik, koleksi braille
dan
berbagai
macam
permainan
edukatif
sudah
disediakan.Akan tetapi, untuk koleksi khusus mengenai budaya setempat untuk anak-anak belum disediakan, begitu pula layanan internet dan koleksi audiovisual, namun semua itu sudah dalam
73
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 580. 74 Joan M. Reitz, Dictionary for Library and Information Science, (London: Libraries Unlimited, 2004), h. 384.
81
perencanaan pihak perpustakaan. Hal ini seperti disebutkan dalam Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts bahwa Perpustakaan harus mempertimbangkan koleksi sesuai dengan format dan perkembangan teknologi terbaru. Peralatan yang sesuai untuk menggunakan bahan audiovisual dan format elektronik harus tersedia dan dapat diakses oleh seluruh anak-anak di perpustakaan.75 Selain itu koleksi panduan untuk orang tua dalam merawat anak tidak tersedia di ruang baca anak, padahal seharusnya koleksi tersebut termasuk dalam koleksi anak. Terlebih banyak sekali orang tua yang mendampingi anaknya di ruang baca anak. Seperti yang disebutkan dalam buku Fundamentals of Children’s Services ada beberapa macam koleksi anak yang ada di sebuah perpustakaan, antara lain: a. Buku Bergambar b. Pembaca Pemula c. Fiksi Remaja d. Nonfiksi Remaja e. Referensi f. Koleksi Video g. Audiobooks h. Rekaman Musik i. Koleksi Orang Tua j. Internet
75
Massachusetts Library Association, “Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts,” artikel diakses pada Minggu, 17 Mei 2015 dari http://mlayss.pbworks.com/w/file/fetch/53591709/MLA%20YSS%20Children's%20Standards%20 2012%20revision.pdf
82
k. Mainan Meskipun masih ada koleksi anak yang belum ada pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, akan tetapi perpustakaan sudah memiliki beberapa koleksi yang termasuk dalam jenis koleksi anak seperti buku bergambar, buku untuk pembaca pemula, buku fiksi, buku nonfiksi dan mainan. Tahap kelanjutan dari seleksi bahan pustaka adalah pengadaan bahan pustaka. Pengadaan merupakan proses menghimpun koleksi yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.76 Istilah pengadaan adalah terjemahan
dari
acquisition
yaitu
kegiatan
yang
merupakan
implementasi dari keputusan dalam melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan pustaka yang telah dipilih.77 Sebagian besar pengadaan dilakukan melalui pembelian dengan cara lelang melalui penerbit. Hal ini sejalan dengan teori pada bab 2 bahwa dalam melakukan pengadaan bahan pustaka ada beberapa cara atau metode untuk memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan, salah satunya melalui pembelian. Pelaksanaan pembelian bahan pustaka di Perpustakaan Umum dapat dilakukan langsung oleh perpustakaan. Pembelian bahan pustaka di kalangan instansi Pemerintah, terikat dengan
ketentuan
yang
terdapat
di
dalam
Keputusan
Pemerintah/Presiden tentang pengadaan barang dan jasa.78 Peraturan peresiden yang digunakan sebagai acuan adalah Peraturan Presiden 76
F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15. Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.2. 78 Sukarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h. 24. 77
83
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Selain itu pengadaan juga dilakukan dengan cara deposit dari penerbit yang ada di Jakarta. Proses pengadaan melalui deposit yaitu, penerbit mengirimkan koleksi kepada perpustakaan beserta surat pengantarnya. Kemudian perpustakaan menerima koleksi tersebut dan mengirimkan ucapan terima kasih kepada penerbit. Sebelumnya tidak hanya ucapan terima kasih melainkan diberikan juga cenderamata kepada penerbit, namun anggaran tersebut sudah tidak diizinkan oleh pemerintah. Dalam melakukan deposit sangat disayangkan tidak semua penerbit di Jakarta melakukan deposit ke perpustakaan, hanya 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit setiap bulannya. Padahal deposit perpustakaan diatur dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam Bab II pasal 2 dan pasal 3 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap penerbit yang berada di wilayah negara Republik Indonesia, wajib menyerahkan 2(dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah Ibukota Propinsi yang bersangkutan selambatlambatnya 3(tiga) bulan setelah diterbitkan”79 “Setiap pengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesia wajib menyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan, selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah proses rekaman selesai”80
79
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 2 80 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 3, ayat 1
84
Anggaran pengadaan koleksi anak menjadi satu dengan keseluruhan anggaran koleksi, persentasenya adalah 10% dari anggaran keseluruhan. Meskipun sejauh ini belum ada aturan pasti mengenai anggaran koleksi anak di Indonesia, tetapi dalam Guidlines for Public Library Service to Children in Vermont anggaran perpustakaan per tahun untuk koleksi anak adalah sekitar 30% dari anggaran koleksi. Akan tetapi mengenai anggaran tersebut tergantung pada kebijakan perpustakaan, tetapi tidak ada salahnya jika anggaran untuk koleksi anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ditambahkan lagi persentasenya mengingat banyaknya anak-anak yang mengunjungi perpustakaan. Sumber dananya pun hanya dari APBD pemerintah tidak ada sumber dana lain, seharusnya perpustakaan bisa mendapatkan sumber dana lain agar persentase anggaran untuk koleksi anak bisa ditingkatkan. Menurut IFLA Guidlines for Children’s Libraries Services, perpustakaan anak-anak membutuhkan anggaran untuk mempertahankan dan meningkatan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan kepada publik. Anggaran tersebut bisa didapatkan dari sumber lain, seperti: g. Hibah pemerintah (untuk program khusus dan inisiatif baru) h. Organisasi kebudayaan (musik, tari, drama, seni, sejarah dan pertunjukan etnis) i. Penerbit (untuk kunjungan dari penulis dan ilustrator buku dan untuk hadiah lain)
85
j. Sponsorship (bisnis lokal dan organisasi relawan untuk mendukung acara khusus) k. Lembaga non-pemerintah l. Dana sumbangan.81 4. Masalah dalam Pengadaan Sebagai sebuah organisasi perpustakaan tidak lepas dari masalah. Karena masalah itulah yang membuat perpustakaan terutama layanan anak tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan rencana sehinggat menghambat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adapun masalah yang dihadapi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam pengadaan, yaitu: a. Anggaran Salah satu masalah yang dihadapi perpustakaan adalah masalah anggaran. Menurut informan Saryati untuk anggaran tahun ini saja dananya belum turun padahal sudah pertengahan tahun. Hal ini menyebabkan kurang uptodate nya buku yang sudah direncanakan untuk dibeli, sehingga masih banyaknya orang yang tertarik beli langsung ke toko buku dengan alasan yang lebih uptodate. Karena sumber dana yang berasal dari APBD pemerintah, sambil menunggu anggaran turun dari pemerintah pihak perpustakaan melakukan hal lain yang bisa dilakukan tidak terpaku pada anggaran.
81
IFLA, Guidlines for Children’s Libraries Services, (2003), h. 8.
86
b. Waktu Selain anggaran, waktu juga dianggap menjadi salah satu masalah dalam pengadaan. Proses pengadaan yang memakan waktu lama menyebabkan penambahan koleksi pada rak-rak buku terhambat. Namun pustakawan tidak larut dalam masalah-masalah tersebut, mereka berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memaksimalkan layanan dengan memanfaatkan yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan. Jika ada program yang direncanakan menggunakan mainan baru tetapi pengadaan mainan yang akan digunakan belum berjalan, maka perpustakaan mensiasati dengan menggunakan atau memanfaatkan mainan yang sudah ada di perpustakaanSelain itu kerjasama antara tim dan saling mendukung merupakan salah satu cara menghadapi masalah tersebut. Menurut mereka, jika dihadapi bersama dan saling mendukung maka semuanya berjalan dengan lancar.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berikut ini kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian skripsi, yaitu: 1. Dalam melakukan pengembangan koleksi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta mempunyai kebijakan pengembangan koleksi tertulis sebagai pedoman yang terkait dengan visi dan misi perpustakaan. Kebijakan pengembangan koleksi tersebut disusun oleh kepala badan dan pihak-pihak terkait dalam pengembangan koleksi seperti kepala sub-bid, dan pustakawan di bawah bidang perpustakaan. Dalam kebijakan pengembangan koleksi di dalamnya meliputi hal yang terkait dengan anggaran, volume, perkiraan harga, jumlah, jenis atau format koleksi, konten atau isi koleksi sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. 2. Sebelum melakukan pengadaan koleksi anak, perpustakaan terlebih dahulu melakukan seleksi. Kegiatan seleksi tersebut melibatkan pejabat-pejabat terkait dan pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak yang tergabung dalam tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim seleksi. Dalam melakukan seleksi koleksi anak perpustakaan menggunakan katalog penerbit sebagai pedoman dan bantuan dari pihak luar seperti IKAPI. Dalam memilih koleksi anak, kriteria yang dilihat adalah usia anak, kebutuhan koleksi perpustakaan dan
87
88
kebutuhan informasi anak, perkembangan motorik, keamanan koleksi, dan sesuai dengan isu-isu yang berkembang. 3. Koleksi anak pada Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta sudah cukup beragam, seperti buku referensi, majalah, komik, mainan dll. Dalam hal pengadaan, sebagian besar perpustakaan melakukan pengadaan melalui pembelian. Akan tetapi ada juga yang didapat dari deposit karya cetak dan karya rekam (KCKR) dari penerbit yang ada di Jakarta. Namun tidak semua penerbit di Jakarta melakukan deposit, hanya 20 sampai 30 penerbit saja yang rutin melakukan deposit. Anggaran untuk koleksi anak sendiri kurang lebih 10% pertahun dari anggaran pengadaan secara keseluruhan. Sedangkan sumber dananya didapat dari APBD pemerintah DKI Jakarta. 4. Dalam melakukan pengadaan tentunya perpustakaan menghadapi beberapa masalah. Masalah yang dihadapi oleh perpustakaan pertama, anggaran yang turun tidak sesuai dengan jadwal. Kedua, proses pengadaan memakan waktu yang lama. Mereka berusaha mengatasi masalah
tersebut
dengan
memaksimalkan
layanan
dengan
memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan selama proses pengadaan dilakukan. B. Saran Berikut ini beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti, antara lain: 1. Mengenai kebijakan pengembangan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah bagus dan harus
89
dipertahankan mengenai isi kebijakannya. Akan tetapi dalam hal anggaran para pembuat kebijakan harus terus mengetahui harga-harga terbaru sehingga dalam kebijakan selalu menggunakan harga terupdate dan koleksi-koleksi terupdate terutama koleksi tentang anak 2. Dalam melakukan seleksi Perpustakaan sudah memiliki kriteria yang bagus dalam menentukan koleksi untuk anak. Akan tetapi lebih baik lagi perpustakaan menambahkan alat bantu seleksinya, tidak hanya terpaku pada katalog penerbit dan saran dari pemustaka. Ada baiknya perpustakaan melihat koleksi terbitan luar negeri dan koleksi yang sedang tren saat ini baik di dalam maupun di luar negeri. 3. Metode pengadaan bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sudah dilakukan dengan baik yaitu melalui pembelian dan deposit. Dalam metode pembelian anggaran untuk koleksi anak kurang lebih 10%, ada baiknya ditambah lagi anggaran untuk koleksi anak sekitar 30%-40%. Dalam metode deposit disayangkan masih banyaknya penerbit di Jakarta yang belum melakukan deposit. Akan lebih baik jika perpustakaan lebih mensosialisasikan lagi tentang kewajiban serah simpan karya cetak dan karya rekam dan menjalankan sanksi yang tertera dalam UU nomor 4 tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam bab IV pasal 11 agar para penerbit di Jakarta lebih memperhatikan lagi kewajiban mereka. 4. Dalam menghadapi masalah dalam pengadaan, perpustakaan sudah mengatasinya dengan baik dengan memaksilkan layanan dan lebih baik jika hal tersebut dipertahankan.
90
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009. Agung Sundowo. “Menimbang Bahan Pustaka, Tepat Guna dan Tepat Sasaran.” Visi Pustaka. Vol.13, No.3, Desember 2011. Burhan Nurgiyantoro. “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak.” Cakrawala Pendidikan. No.2, Juni 2005. Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Grasindo, 2001. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Evans G. Edward. Developing Library and Information Center Collection. London: Libraries Unlimited, 2005. Evans, G. Edward. Developing Library Collections. Colorado: Libraries Unlimited, Inc, 1979. F Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Ibrahim Bafadal. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. IFLA. Guidlines for Children’s Libraries Services. 2003. Janti G. Sugana dan Yuyu Yulia. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006. Luki Wijayanti. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Massachusetts Library Association, “Standards for Public Library Service to Children in Massachusetts,” artikel diakses pada Minggu, 17 Mei 2015 dari http://mlayss.pbworks.com/w/file/fetch/53591709/MLA%20YSS%20Childre n's%20Standards%202012%20revision.pdf Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi, 2013. Nurhayati Sudibyo. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung: Penerbit Alumni, 1987. Orden, Phyllis Van. Selecting Books for the Elementary School Library Media Center: a Complete Guide. New York: Neal-Schuman Publisher, Inc, 2000.
91
Pamuntjak, Rusina Sjahrial. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Jakarta: Djambatan, 1986. Perpustakaan Nasional RI. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1992. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004. Reitz, Joan M. Dictionary for Library and Information Science, London: Libraries Unlimited, 2004. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Bab I, Pasal 1. Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 2. Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Bab II, Pasal 3, ayat 1. Sarumpaet, Riris K. Toha. Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010. Siti Maryam. “Upaya Untuk Mencari Solusi Pengembangan Koleksi di Perpustakaan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Al-Maktabah. Vol. 1, No. 2. Oktober, 1999. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012. Sukarman dan Rachmat Natadjumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000. Sullivan, Michael. Fundamentals of Children’s Services. United States of America: American Library Association, 2005. Sutarno NS. Manajamen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Taslimah Yusuf. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996. Taslimah Yusuf. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997.
92
Vermont State Dept. Of Libraries. Guidelines for Public Library Service to Children in Vermont. 1989. W. J. S. Poerwadarminta. Pustaka, 2007.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Williams, Virginia Kay. “Building and Evaluating Juvenile Collections in Academic Libraries,” College & Undergraduate Libraries. 2011. Yuyu Yulia dan Janti G. Sugana. Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
TRANSKRIP WAWANCARA Informan
: Ibu Saryati, S.Sos
Jabatan
: Kepala Sub Bidang Deposit
Tanggal
: 11 Juni 2015
Transkrip wawancara ini dilakukan peneliti bertujuan melengkapi data yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya saat melakukan observasi. Pertanyaan dibuat berdasarkan pembahasan yang akan ditanyakan kepada informan. Pertanyaan: 1. Apakah dalam melakukan pengembangan koleksi disini ada kebijakan tertulis sebagai pedoman? Kan kita ada programnya ya mba yang namanya renstra (rencana strategis) itu biasanya 5 tahun, terus kalau renja (rencana jangka panjang) itu satu tahun, ya jadi kita menyusun anggarannya tuh sesuai yang sudah di diterapkan disitu. Setelah itu kita menysun RAB (Rencana Anggaran Belanja), ketika itu keluarlah ini nih dokumen ini namanya DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran), ini panduan kita ini de, jadi kita mengacu sini semua, semua anggaran disini sudah diatur berapa volumenya, berapa harganya,berapa jumlahnya, semuanya sudah diatur disini sesuai kebutuhan kita. Kebijakan yang ada itu terkait dengan visi dan misi perpustakaan dek. Jadi setiap tahun itu penambahan buku per nomer kelas dan ada kelas harganya sendiri dek, misalnya kelas 300 ada yang harga murah, sedang, mahal nah itu mau yang mana terserah termasuk formatnya cd atau yang lain, pokoknya terseleksi dari permohonan pengunjung ada juga penawaran dari penerbit-penerbit yang kita seleksi. Konten atau isinya juga diperhatikan, Cuma kita ga ada buku-buku pelajaran misalnya pelajaran kelas 1 atau kelas berapa, paling buku pengetahuan umum aja dek. Untuk prioritas koleksi ya kita lihat dari kebutuhan masyarakatnya juga dek, untuk tahun ini sih koleksi untuk anak
lebih di prioritaskan dek, ditambah dek koleksi perkelas nya mudahmudahan bisa bertambah tahun ini ya de. 2. Siapa saja yang terlibat dalam penentuan kebijakan tersebut? Yang terlibat ya, dari kepala badan perpustakaan, itu ibu tiniah ya tahun ini. Terus kepala bidang perpustakaan, terus kasubid-kasubidnya mbak, karena semuanya ini kan disusun dari bawah dulu ya terus diajukan ke kepala bidang, kepala bidang terus kepala badan, kepala badan diusulkan lagi ke namanya BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) itu di balaikota yah ditingkat provinsinya, nah
begitu urut-urutannya
begitu de. 3. Menurut anda seberapa penting kebijakan pengembangan koleksi tertulis tersebut? Oh penting sekali, itu karena kan untuk pedoman kita untuk melaksanakan tugas, tugas dan kewajiban kita sesuai tupoksi kita masing-masing ya tentunya. 4. Apakah dalam kebijakan pengembangan koleksi tersebut termasuk didalamnya kebijakan pengembangan koleksi anak? Iya kita kan perpustakaannya umum ya dek ya, kalau umum itu ya dari remaja, dewasa, masyarakat umum, dan anak bahkan yang tunanetra kan kita sediakan braille, untuk berkebutuhan khusus ya. 5. Sebelum melakukan pengadaan koleksi, tentunya dilakukan seleksi terlebih dahulu, bagaimana perpustakaan menyeleksi koleksi anak? Oh koleksi anak ya, ini awalnya juga masukan dari pemustaka ya kita kan ngasih kotak saran di pelayanan ya, apa-apa saja kebutuhan dari masyarakat itu. nah setelah itu juga dari katalog-katalog yang dikirimkan oleh penerbit itu. yang mainan ya ada mainannya kan ya, karena ga buku aja kalau untuk anak-anak. itu kita membelinya sesuai katalog itu dek, sesuai katalog terus permintaan dari masyarakat gitu. Sebelumnya kita membuat SK Tim seleksi terlebih dahulu, kemudian tim seleksi menyeleksi dari katalog-katalog penerbit dan saran dari pemustaka itu dek. Setelah diseleksi kemudian menghasilkan jumlah koleksi yang terseleksi dek. Setelah itu dibuat berita acaranya, kemudian diusulkan pengadaan bahan
pustakanya. Seperti tahun ini dari 113 penerbit yang terseleksi hanya 70 penerbit. Ini kemarin gitu dek, nah kemudian diusulkan untuk pengadaan. 6. Apakah ada pedoman atau alat bantu seleksi yang digunakan dalam penyeleksian koleksi anak? Pedomannya ya itu tadi dari aturan kan kita harus ada SK nya ya terutama SK tim dulu, SK tim seleksi itu biasanya terlibat dari pustakawan, pejabatpejabat yang terkait gitu, sama staf nya juga 7. Siapa sajakah yang berperan dalam menyeleksi koleksi anak tersebut? Oh teknisnya ya langsung, pustakawan yang termasuk dalam Tim seleksi sesuai dengan SK Tim seleksi. kaya buku juga pustakawan yang mengerti tentang koleksi anak, tentunya itu. 8. Apakah ada tim khusus dalam melakukan penyeleksian koleksi anak? Kalau tim itu dibuat berdasarkan SK Tim seleksi ya mba, jadi yang terkait itu pejabat terkait, terus bidang terkait, kaya ini kan bidang deposit. terus sama pustakawan itu jadi bukulah, mainan semua itu terkait semua, jadi gak membeda-bedakan, jadi apa yang kebutuhan perpustakaan pasti pustakawan kasih. Kita memang ada tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK Tim Seleksi mba. 9. Kriteria apa saja yang dipertimbangkan dalam penyeleksian koleksi anak? Kriterianya yang sesuai ya, sesuai kebutuhan anak-anak itu, umpamanya mungkih umur ya, untuk umur ini kita berikan yang sesuai umurnya dia, teruskan ada agak gede lagi, ada yang mungkin motorik kasarnya ya dek kaya gitu yang disana tuh yang ada mobil-mobilan, terus yang halusnya mungkin perlu pemikiran, main game. Disesuaikan dengan usia dan kebutuhan juga dan anggarannya juga dek yang penting, iya jadi kita juga kan aturannya udah program dulu ya pastinya kita oh kebutuhannya ini, ga bisa umpamanya kita sekarang pengen beli ini sedangkan kita memprogramkan mainan ini, jadi ya tetep sesuai aturan yg berlaku. 10. Siapa sajakah pemustaka yang menjadi sasaran untuk koleksi anak disini? Semua, bahkan bayi pun ada yang diajak ibunya kesini. 11. Koleksi apa saja yang disediakan pada ruang baca anak?
Ada koleksi yang bentuk gambar, jadi ada kreatif anak, iya jadikan ada yang bentuk rumah terus dibuka ada bentuk rumah, ada bentuk mobil dibukakan gambar tuh dibuka bentuk mobil (buku pop up), ada yang untuk mewarnai, ada yang udah agak gede lagi kaya cerita tentang agama, tentang ya kehidupan sehari-hari Cuma ya cerita anak bahkan yang modern juga ya kaya apa sailor moon, komik-komik. 12. Apakah disini disediakan koleksi khusus tentang budaya setempat mengingat perpustakaan ini adalah perpustakaan provinsi? oh iya ada di kuningan kan masih satu bidang, tapi adanya di kuningan kalau disini tidak ada, ada khusus betawi disana. 13. Apakah disini disediakan koleksi tentang panduan bagi orang tua dalam merawat anak? Oh ada, jadi perkelas dek, jadi nanti adek bisa ngeliat kelas ini tentang ada perawatan kan sampe ke tentang makanannya ya balita, cara perawatan bayi, terus makanannya, terus sampe kesehatannya, terus sampe mendidik pun ada semua. 14. Apakah disini disediakan layanan internet? Kalau ada sejak kapan? Sudah, tapi dikuningan, untuk anak ada, untuk dewasa ada itu dikuningan kalau disini kan belum yah. 15. Apakah disini disediakan koleksi audiovisual atau koleksi dalam format elektronik mengingat dengan perkembangan teknologi saat ini? Ooh dikuningan dek, disini belum, dikuningan sudah disediakan bahkan untuk pemutaran film sudah ada. 16. Apakah disini disediakan koleksi untuk anak berkebutuhan khusus? Kalau kebutuhan khusus mungkin itu bisa dari anak sampai dewasa, disni ada yang dibawah tuh lantai dasar, tapi kita baru menyediakan braille, dikuningan juga sudah ada braille cuma ga dipisahkan ya pokoknya sudah ada braille dari anak sampai dewasa, jadi nanti mungkin tekniknya pemustaka ingin membaca buku apa kita yang mencarikan, pasti kita terima kalau ada pengunjung berkebutuhan khusus. 17. Bagaimana pengadaan koleksi anak disini? apakah dilakukan secara rutin?
Oh kalau pengadaan itu setahun sekali ya dek, setahun sekali itu keseluruhan sih dari untuk anak-anak, dewasa umum. 18. Berapa kira-kira persentase pengadaan koleksi anak pertahun? Itu berapa ya, karena saya kan baru megang tahun ini yah mungkin kalau dilihat dari persentase itu mungkin 10%, tapi kan ada terkait kalau kaya untuk mendidik anak itu udah untuk dewasa dek tapi kan untuk kebutuhan anak-anak nah itu kalau khusus sendiri untuk cerita apa, karena kita juga ada sumbangan karya cetak karya rekam itu kebanyakan anak-anak, komik-komik gitu dek.kalau KCKR tergantung penerbit 19. Pengadaan koleksi anak disini dilakukan dengan cara apa saja? Cara pembelian 20. Bagaimana prosedurnya? Yaa prosedurnya itu ya itu de rencananya renja terus ada program bpad terus disesuaikan, Cuma ga bisa rinci keadaan buku anak-anak krn kan kita global. Jadi setelah mendapat masukan dari pemustaka dan katalogkatalog yang dikirimkan penerbit, kemudian semua itu diseleksi oleh tim seleksi yang dibentuk berdasarkan SK tim seleksi de. Setelah itu muncullah daftar buku dan penerbitnya. Selanjutnya panitia pengadaan melakukan pembelian, kalau kurang dari 200jt kita lelang disini saja melalui panitia pengadaan, krn kita sekarang boleh per penerbit, misalnya penerbit ini berapa-berapa. Sesuai dengan aturan pengadaan barang dan jasa de. Jadi setelah dilakukan pembelian dan buku yang dibeli datang kita periksa lagi apakah sesuai dengan pesanan kita, kalaau sesuai maka buku bisa langsung di olah oleh bagian pengolahan de. 21. Dalam melakukan pembelian koleksi, bagaimana penentuan pembelian koleksi tersebut dan siapa yang menentukan? Oh aturannya itukan umpanya kaya 200 keatas harus dilelang, kalau 200 juta kebawah itukan pembeliannya langsung, tetapi tetap ke panitia pengadaan bukan kita sendiri yang membeli, melalui tender. 22. Dalam pembelian koleksi apakah disesuaikan dengan isu-isu yang berkembang saat ini?
Iya tentunya iya, jadi apa sih yang berkembang sekarang, kaya pustakawan kan juga ngeliat ya apa yang in sekarang gitu, yang anak-anak apa, yang umum apa gitu. 23. Apakah ada pengadaan koleksi melalui sumbangan? Ada koleksi KCKR, dan tidak kita pinjamkan keluar jadi untuk baca ditempat saja. 24. Bagaimana prosedurnya? Itukan ada undang-undangnya ya de tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam, biasanya penerbit datang ke perpustakaan memberikan koleksinya beserta surat pengantarnya. Kita menerima lalu kita mengirimkan ucapan terima kasih, kalau dulu kita ada kasih kaya cenderamata gitu de tapi sekarangkan anggaran itu sudah ga boleh ya. Setelah koleksi kita terima kemudian kita seleksi terlebih dahulu mana yang layak untuk dilayankan. Jadi ada koleksi yang tidak layak dipisahkan disatu lemari oleh teman-teman pustakawan. 25. Apakah ada seleksi terlebih dahulu terhadap koleksi tersebut? Oh iya, karena ada itu kaya novel-novel gitu kan, pasti diseleksi jadi kan dipengolahan dilihat layak engga ini dilayankan, itu makanya ada juga buku-buku yang ga layak dilayankan. 26. Biasanya koleksi deposit dalam bentuk apasaja? Oh lebih banyak sih buku ya kaya komik-komik dan novel de, tapi ada juga yang ngasih karya rekam kaya CD film gitu de. Biasanya sebelum film ditayangkan kita sensor dulu de karena kan itu untuk pendidikan ya de. 27. Apakah semua penerbit di Jakarta sudah melakukan deposit? Kalau sosialisasi sih kita sudah ke penerbit ya de Cuma ya dari penerbit itu sendiri ada yang kirim dan ada yang tidak Cuma sebagian besar tidak de. Meskipun koleksi yang dikirim rata-rata 300 eksemplar perbulan tapi penerbitnya itu-itu saja de. 28. Berapa jumlah penerbit yang melakukan deposit? Kalau yang rutin itu de kurang lebih 20 sampai 30 penerbit de setiap bulannya. Itu yang 30 sudah maksimal banget de.
29. Bagaimana dengan anggaran koleksi anak? Menjadi satu dengan anggaran pengadaan koleksi secara keseluruhan atau terpisah? Iya satu kesatuan, jadi kita engga memilah milah pengadaannya gitu. 30. Berapakah kisaran anggaran koleksi anak per tahun? 10% tadi, kalo kita umpamanya mengadakan tahun ini 1m berarti kan dia 10%nya, ya sekitar seratus juta. 31. Pada bulan apa kisaran anggaran tersebut turun? Oohh rata-rata itu triwulan kedua lah jadi antara mei, juni, juli. 32. Apakah ada sumber dana lain selain dari pemerintah? Oh engga ada kita dari pemerintah saja, kita anggarannya APBD. 33. Dalam melakukan pengadaan apa saja masalaha atau kendala yang dihadapi oleh perpustakaan? Ooh kendalanya kaya ini ya anggaran sampe pertengahan tahun belum turun, sedangkan waktu berjalan terus. jadi ya bagaimanapun kita tetap melayani masyarakat, jadi apa yang bisa kita perbuat ya kita laksanakan dulu gitu jadi engga semua harus dana, nunggu dana turun haduh kasian masyarakat nanti. 34. Bagaimana perpustakaan mengahadapi masalah tersebut? Oh iya kita namanya team work ya jadi memang harus kerja sama itu yang harus kita pegang ya, tetep solid lah gitu, yang penting kerjasama , saling mendukung iya itu yang pasti namanya satu organisasi ya jadi kalo saling mendukung pasti akan lancar semuanya. Banyak kok yang bisa kita perbuat ga Cuma terpaku sama anggaran.
TRANSKRIP WAWANCARA Informan
: Ibu Rieke Gartina, S.Sos
Jabatan
: Pustakawan Pertama
Tanggal
: 11 Juni 2015
Transkrip wawancara ini dilakukan peneliti bertujuan melengkapi data yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya saat melakukan observasi. Pertanyaan dibuat berdasarkan pembahasan yang akan ditanyakan kepada informan. Pertanyaan: 1. Apakah dalam melakukan pengembangan koleksi disini ada kebijakan tertulis sebagai pedoman? Kebijakan tertulis sih seperti yang tadi saya bilang ya kalau untuk pedoman atau apa-apanya, jadi kita dalam melakukan pengadaan, pengolahan ada laporannya, ada pedoman tertulisnya. 2. Siapa saja yang terlibat dalam penentuan kebijakan tersebut? Untuk pengembangan koleksi, jelas kepala, kalau subbid nya subbid dibawah bidang perpustakaan, bidang perpustakaan itu ada subbid pengolahan, dibawah kepala badan. 3. Menurut anda seberapa penting kebijakan pengembangan koleksi tertulis tersebut? Ya tentu sangat penting ya karena kita tidak bisa bertindak semaunya ya harus ada rules. 4. Apakah dalam kebijakan pengembangan koleksi tersebut termasuk didalamnya kebijakan pengembangan koleksi anak? iya, pengembangan koleksi semua termasuk anak dan dewasa . 5. Sebelum melakukan pengadaan koleksi, tentunya dilakukan seleksi terlebih dahulu, bagaimana perpustakaan menyeleksi koleksi anak?
Jadi kalau untuk koleksi kan bukan cuma pustakawan pasti ada pihakpihak terkait. kita lihat lapangan juga dimana perpustakaan itu berada, yang dibutuhkan mainan seperti apa, yang mendidik dan lain sebagainya. 6. Apakah ada pedoman atau alat bantu seleksi yang digunakan dalam penyeleksian koleksi anak? Kita dibantu dari pihak luar seperti IKAPI, jadi kita tau koleksi apa saja yang dibutuhkan untuk anak-anak dan umum gitu. 7. Siapa sajakah yang berperan dalam menyeleksi koleksi anak tersebut? Yang berperan itu pustakawan, subbid dan kabid. 8. Apakah ada tim khusus dalam melakukan penyeleksian koleksi anak? Tim khusus kita ya selain subbid dan kabid perpustakaan ya kita dibantu disini sama pustakawan. 9. Kriteria apa saja yang dipertimbangkan dalam penyeleksian koleksi anak? Tentu harus mendidik ya, kemudian sesuai dengan usia, kemudian kriteria dari segi keamanannya harus diperhatikan, dan tingkat kebutuhan, kebutuhan koleksinya seperti apa. 10. Siapa sajakah pemustaka yang menjadi sasaran untuk koleksi anak disini? Anak ya usia anak jadi usia dini dari usia sebelum sekolah sampai kategori dasar semua kita sentuh. 11. Koleksi apa saja yang disediakan pada ruang baca anak? Diruang baca kita ada koleksi umum artinya bisa dipinjam yah, kemudian KCKR karya cetak karya rekam itu terbitan dari setiap penerbit yang wajib diberikan, kemudian permainan-permainan untuk anak, kemudian arena bermain untuk usia dibawah lima tahun, juga permainan-permainan yang melatih motorik mereka. 12. Apakah disini disediakan koleksi khusus tentang budaya setempat mengingat perpustakaan ini adalah perpustakaan provinsi? Kalo disini khususnya belum, adanya di perpustakaan kuningan itu udah ada sebenernya sih kita satu ya cuma beda tempat aja. 13. Apakah disini disediakan koleksi tentang panduan bagi orang tua dalam merawat anak?
Kalau koleksi itu adanya dikoleksi umum, karena itu termasuk koleksi dewasa. 14. Apakah disini disediakan layanan internet? Kalau ada sejak kapan? Internet ya, belum kedepannya akan dipikirkan. 15. Apakah disini disediakan koleksi audiovisual atau koleksi dalam format elektronik mengingat dengan perkembangan teknologi saat ini? Audiovisual sih ya baru yang meja bermain table game itu, akan kita lakukan dalam waktu dekat. 16. Apakah disini disediakan koleksi untuk anak berkebutuhan khusus? Dikuningan sih ada, kalo braille sudah ada. 17. Bagaimana pengadaan koleksi anak disini? apakah dilakukan secara rutin? Pengadaan koleksi iya, kalo kckr itu rutin dari penerbit jadi setiap bulan datang minimal 1 buku dari penerbit. 18. Berapa kira-kira persentase pengadaan koleksi anak pertahun? Bisa ditanya ke ibu saryati 19. Pengadaan koleksi anak disini dilakukan dengan cara apa saja? Pembelian sih, sama kckr. 20. Dalam melakukan pembelian koleksi, bagaimana penentuan pembelian koleksi tersebut dan siapa yang menentukan? Untuk pembelian kita sih ga belanja langsung karena dalam jumlah besar ya, kalau pembelian kan kita punya ketentuan dilihat angkanya berapa kalau jumlah tertentu, jadi kita menetukan atau mengajukan spek ukuranukuran, mau misalkan edu game seperti ini-ini yang aman sekian, sekian sekian jadi mereka yang mencarikan, kita kalau ga sesuai kriteria kita tidak akan terima. 21. Dalam pembelian koleksi apakah disesuaikan dengan isu-isu yang berkembang saat ini? Iya, artinya untuk buku iya dicari saran-saran, artinya buku-buku yang memang banyak diminati gitu kan, yang lagi trend apa, untuk mainanmainan sendiri juga kita perhatikan kaya semacam, ya buktinya kita sediakan mainan-mainan, jadi kita juga melihat perkembangan dan minat anak.
22. Apakah ada pengadaan koleksi melalui sumbangan? Iya, KCKR. 23. Jika ada apakah ada seleksi terlebih dahulu terhadap koleksi tersebut? Biasanya masuk dulu ke kita nanti diseleksi yang mana yang pantas dilayankan. 24. Bagaimana dengan anggaran koleksi anak? Menjadi satu dengan anggaran pengadaan koleksi secara keseluruhan atau terpisah? Bisa ditanya ke ibu saryati 25. Berapakah kisaran anggaran koleksi anak per tahun? Bisa ditanya ke ibu saryati. 26. Apakah ada sumber dana lain selain dari pemerintah? Hanya dari APBD. 27. Dalam melakukan pengadaan apa saja masalaha atau kendala yang dihadapi oleh perpustakaan? Kendalanya adalah, kalau pengadaan itu kan harus ada laporannya, harus ada pembuktiannya, itu aja sih kendalanya soal waktu yaa. 28. Bagaimana perpustakaan mengahadapi masalah tersebut? Ya sejauh ini sih kita berbuat maksimal, artinya ketika kita menunggu sesuatu yang belum dibutuhkan kita maksimalkan apa yang ada dan apa yang dibisa. Disinikan suka ada acara mendongeng jadi itu yang kita maksimalkan, gimana memaksimalkan dan memanfaatkan yang ada . terus kita buat game harusnya dengan game yang akan kita beli tapi karena memang belum ada kita pake tools yang ada, jadi pinter-pinternya kita mba.
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 1
: Nadia
Sekolah
: Kelas 6 SD, SD Kenari
Hari/Tanggal : Rabu/10 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? mmm.. mau baca buku 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? Deket rumah 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? Baru sekali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? Bagus 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Baca buku 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? Bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? Engga 8. Buku atau koleksi apa yang sering dibaca atau dipinjam disini? Buku cerita 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Engga ada 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Tambahin aja deh buku ceritanya
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 2
: Kelvin
Sekolah
: Kelas 2 SD, SD Kenari
Hari/Tanggal : Rabu/10 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Mau membaca buku 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? dekat 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? Baru pertama kali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? Menyenangkan, bagus 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Mau membaca buku 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? kaga 8. Buku atau koleksi apa yang sering dibaca atau dipinjam disini? Lego, sama buku tentang planet 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Ada, planet 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Apa ya, buku planet deh tambahin
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 3
: Ferdiansyah
Sekolah
: Kelas 4 SD, MI Al-Makmur
Hari/Tanggal : Rabu/10 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Karena mau baca buku 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? Engga jauh 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? Baru pertama kali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? menyenangkan 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Mau baca buku aja 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? Engga ka 8. Buku atau koleksi apa yang sudah dibaca atau dipinjam disini? Buku tentang science sama buku tentang gua lubang dipegunungan 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Buku cerita 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Bukunya ditambahin
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 4
: Syauqi
Sekolah
: home schooling
Hari/Tanggal : Kamis/11 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Aku diliatin fotonya sama ummi aku, seneng liat tempat mainnya, ternyata tempat mainnya Cuma buat 5 tahun. 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? Engga aku lg nginep dihotel, aslinya rumahnya di cirebon 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? 3 atau 4 kali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? menyenangkan 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Baca-baca buku 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? Engga pernah 8. Buku atau koleksi apa yang sudah dibaca atau dipinjam disini? Komik, dan buku pelajaran tentang bumi 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Engga ada 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Engga ada ka
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 5
: Dinda
Sekolah
: Kelas 4 SD, SD Kenari
Hari/Tanggal : Kamis/11 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Itu mau baca-baca buku 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? dekat 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? 10 kali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? menyenangkan 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? baca buku 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? pernah 8. Buku atau koleksi apa yang sudah dibaca atau dipinjam disini? Komik, buku pelajaran juga 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Itusih, apa agama gitu 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Itu ka buku agamanya tambahin lagi
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 6
: Farintino
Sekolah
: Kelas 4 SD, SD Kenari
Hari/Tanggal : Kamis/11 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Mau belajar 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? deket 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? Baru sekali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? menyenangkan 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Mau baca buku 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? Belom 8. Buku atau koleksi apa yang sudah dibaca atau dipinjam disini? Buku tentang angkasa 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? 25 kisah nabi lebih dibanyakin, tentang pilot 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Engga tau ka
TRANSKRIP WAWANCARA ANAK
Informan 7
: Arzeta
Sekolah
: Kelas 2 SD, SD Kenari
Hari/Tanggal : Kamis/11 Juni 2015 Tempat
: Ruang baca anak
1. Kenapa adik datang ke perpustakaan? Mau baca-baca 2. Apakah perpustakaan ini dekat dengan rumah adik? deket 3. Seberapa sering adik datang ke perpustakaan? Sering, 15 kali 4. Menurut adik bagaimana perpustakaan disini? Menyenangkan atau tidak? menyenangkan 5. Biasanya adik kesini mau membaca buku atau yang lainnya? Mau baca buku matematika 6. Menurut adik koleksi disini bagaimana? bagus 7. Adik pernah memanfaatkan koleksi disini untuk mengerjakan tugas sekolah? Pernah 8. Buku atau koleksi apa yang sudah dibaca atau dipinjam disini? Buku matematika 9. Kira-kira ada buku yang kamu pengen untuk diadakan disini tidak? Ada, buku ips 10. Apa harapan adik untuk perpustakaan ini khususnya koleksinya? Mau buku pelajaran yang banyak
LAPORAN KEGIATAN DAN PENCAPAIAN KINERJA SUBIDANG LAYANAN BPAD BULAN JUNI 2015 A. PERPUSTAKAAN UMUM CIKINI NO
KETERANGAN
I. Pengunjung/Pemustaka 1. Anggota R/D Anak Referensi Jumlah 2. Non Anggota R/D Anak Referensi Jumlah
1
5
6
7
12
13
37 257 59 198
0 13 27 65 0 5 6 17 0 8 21 48 0 0 13 27 65 0 180 170 208 0 69 68 87 0 111 102 121
0 0 0 0 0 0 0 0
0 47 67 82 67 52 0 17 27 35 29 36 0 30 40 47 38 16 0 0 47 67 82 67 52 0 194 152 179 194 262 0 77 59 86 81 80 0 117 93 93 113 182
257
0 180 170 208
0
37 6 31
2
3
4
II. Anggota Baru dan Perpanjang (Kartu Anggota Lama) Perpustakaan Anggota Baru 1. Anak-anak 3 0 2 20 19 0 2. Remaja/Dewasa 27 0 10 11 12 0 Jumlah 30 0 12 31 31 0 Perpanjangan 1. Anak-anak 0 0 0 0 0 0 2. Remaja/Dewasa 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 0 III. Peminjam 1. Anak-anak 2. Remaja/Dewasa Jumlah Pengembalian 1. Anak-anak 2. Remaja/Dewasa Jumlah
8
9
10
11
14
TANGGAL 15 16 17
18
19
20
21
22
23
24
25 26
0 0 0 0 0 0 0 0
0 55 72 70 50 66 0 18 37 29 33 29 0 37 35 41 17 37 0 0 55 72 70 50 66 0 199 186 286 120 166 0 67 79 97 49 50 0 132 107 189 71 116
0 0 0 0 0 0 0 0
0 48 44 68 43 0 12 11 26 10 0 36 33 42 33 0 0 48 44 68 43 0 125 185 184 174 0 38 73 55 56 0 87 112 129 118
0 194 152 179 194 262
0
0 199 186 286 120 166
0 0 0
17 13 30
19 12 31
45 12 57
45 12 57
38 22 60
0 0 0
0 0 0
17 13 30
20 15 35
61 23 84
29 18 47
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
28
29
TOTAL
30
36 224 78 146
0 0 0 0 0 0 0 0
0 72 97 0 35 49 0 37 48 0 0 72 97 0 142 197 0 59 71 0 83 126
0
0 125 185 184 174 224
0
0 142 197
15 17 32
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
8 4 12
2 13 15
390 288 678
0 0 0
0 0 0
0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
2 13 15
5 10 15
7 9 16
0 0
0 0 0
0 0 0
36 16 20
27
7 9 14 8 21 17 0 0 0
483 695 1178 1438 2546 3984
0
15 1 16
0 0 0
38 17 55
28 8 36
25 8 33
0 0 0
0 0 0
53 5 58
53 12 65
75 18 93
66 4 70
52 18 70
0 0 0
0 0 0
71 26 97
70 102 13 16 83 118
67 78 12 30 79 108
0 0 0
0 0 0
37 14 51
40 7 47
48 26 74
30 32 15 13 45 45
0 0 0
0 0 0
43 16 59
33 19 52
1056 298 1354
36 7 43
0 0 0
27 6 33
12 6 18
47 19 66
0 0 0
0 0 0
27 5 32
17 8 25
37 5 42
56 8 64
47 13 60
0 0 0
0 0 0
45 23 68
49 35 84
49 27 76
0 0 0
0 0 0
37 11 48
45 13 58
48 30 78
47 53 31 15 78 68
0 0 0
0 0 0
68 13 81
64 19 83
931 318 1249
60 11 71
60 13 73
STATISTIK BUKU DARI TAHUN 2012 S.D 2014 No. 1. 2. 3.
Jumlah
Tahun 2012 2013 2014
Judul 4.674 8.984 2.282
Eksemplar 28.459 43.329 10.738
RUANG BACA ANAK
KOLEKSI BUKU
KOLEKSI ENSIKLOPEDI
KOLEKSI MAJALAH
KOLEKSI MAINAN
RUANG BERMAIN ANAK
BUKU TAMU
KATALOG ONLINE
MESIN SIRKULASI
TABLE GAME
LCD
KEGIATAN LAYANAN ANAK
WAWANCARA ANAK
BIODATA PENULIS Penulis lahir di Jakarta, 25 September 1993, putri ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. H. Aladin dengan Ibu Hj. Munzilah. Penulis bertempat tinggal di Jl. Batu Ampar I, Gg. Kekeran RT. 013/004 No. 27, 13520, Kel. Batu
Ampar,
Kec.
Kramat
Jati,
Jakarta
Timur.
Menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Al- Ihsan Jakarta (tahun 2005). Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di Madrasah Tsanawiyah Al- Ihsan Jakarta (tahun 2008) dan Sekolah Menengah Atas Negeri 51 Jakarta (tahun 2011). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Pengadaan Koleksi Anak pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta”. Penulis pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Kementerian Sosial RI pada tahun 2014 selama satu bulan, dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kp. Cihiris, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2014 selama satu bulan.