Skema Pengabdian Masyarakat Penugasan Lembaga Perjanjian No: III/LPPM/2016-04/62-PMP
PENGADAAN AIR BERSIH DI DESA SINDULANG KECAMATAN CIMANGGUNG – KABUPATEN SUMEDANG
Disusun Oleh: Dr. Stephanus Djunatan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2016
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK BAB 1. MITRA KEGIATAN BAB 2. PERSOALAN MITRA KEGIATAN BAB 3. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN BAB 4. HASIL DAN KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
3 4 5 7 11 13 14
2
ABSTRAK
Pengabdian masyarakat di Desa Sindulang ini berkonsentrasi pada program penyediaan air bersih untuk warga Dusun 2 dan 4 di sana. Program penyediaan air bersih ini mencakup bidang teknik pengairan dan bidang sosial, budaya dan ekonomi warga di kedua dusun, Desa Sindulang. Untuk bidang teknik pengairan pengabdian masyarakat dalam kesempatan kali ini berupaya berkonsentrasi pada pemetaan pipa air bersih PNPM yang mengalirkan air dari mata air Cigoler, di Kawasan Konservasi Gunung Masigit Kareumbi ke dusun 2, dan melewati dusun 4 dan 3. Pemetaan pipa ini diperlukan untuk memutuskan apakah diperlukan jalur pipa baru dari mata air Cigoler untuk warga dusun 4. Saluran pipa ini mungkin akan menempel dari jalur pipa air bersih PNPM. Pemetaan ini akan dikuti dengan penghitungan debit air. Berdasarkan penelusuran bidang teknik pengairan yang sudah dilakukan, kami menemukan masalah sosial, budaya, dan ekonomi lebih dominan daripada penyelesaian teknis untuk penyediaan air bersih di Desa Sindulang. Masalah sosial, budaya dan ekonomi berpusat pada komitmen warga dusun 2 untuk mengelola air bersih dengan cara mendirikan unit pengelolaan air bersih di tingkat dusun. Salah satu wujud komitmen itu ialah dengan pemasangan instalasi air bersih dan water meter. Komitmen sosial ini juga mencakup kesepakatan untuk menggunakan keuntungan material dari pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel ini untuk kebutuhan perekonomian warga di dusun 2. Sementara itu di dusun 4, komitmen berupa penutupan sodetan-sodetan air yang dilakukan di pipa utama. Lalu warga dusun 4 juga diajak untuk mengelola air secara tertib dan akuntabel dengan cara mendirikan unit pengelolaan air di tingkat dusun. Untuk itu, sebagai langkah awal, kami mengusulkan agar para tokoh dusun 2 dan 4 mengunjungi unit pengelolaan air bersih di Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut untuk studi banding bagaimana unit pengelolaan air bersih dijalankan oleh warga setempat.
3
BAB 1. MITRA KEGIATAN
Desa Sindulang berada di wilayah perbukitan di Priangan Timur dengan ketinggian lebih kurang 1.200 M dpl dan luas 751.130 ha. Wilayah Desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung. Desa Sindulang berada di lereng perbukitan Gunung Kareumbi yang merupakan kawasan hutan konservasi. Berada di area perbukitan menjadikan Desa Sindulang mempunyai arti penting dalam pelestariaan alam terutama hutan lindung. Selain itu Desa Sindulang juga menjadi desa penting dalam upaya pengendalian DAS Citarum yang merupakan upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mengembalikan fungsi DAS Citarum.1 Hal ini karena Desa Sindulang termasuk daerah hulu Sungai Citarum, dimana di desa ini mengalir Sungai Citarik yang menjadi salah satu pemasok air untuk DAS Citarum. Secara kuantitatif jumlah mata air yang berada di wilayah Desa Sindulang ini berkisar antara 10-15 mata air, dengan debit yang bervariasi. Beberapa mata air tersebut: Cigumentong, Sira Kumbang, Cihanjawar, Cikole, Gunung Buleut, Ciseumat, Cikahuripan, Cipariuk, Tambakan, Cihaniwung, Cipaku dan masih ada beberapa mata air lain. Selain mata air, untuk persediaan air bersih, ada juga beberapa sungai kecil (selokan) selain sungai utama yaitu Citarik. Sungai-sungai kecil yang juga bisa dimanfaatkan itu sbb: Selokan Cihanyawar, Selokan Cileutik, Selokan Cibuluh, Selokan Cijulang, Selokan Tambakan, Selokan Gurinda, Selokan Cikahuripan, Selokan Cipaku. Berbagai mata air dan sungai besar maupun kecil ini dimanfaatkan warga baik untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian juga menjadi sumber ikan air tawar untuk warga. Desa Sindulang dibagi dalam tiga dusun yaitu Sindulang (1), Ciseupan (2), Jambuaer (3), dan Leuwiliang (4). Dusun Sindulang dibagi lagi dalam dua RW yaitu RW 1 dan 2; Dusun Ciseupan dibagi kedalam 2 Rukun Warga (RW) yaitu: RW 3 dan 4; Dusun Jambuaer juga dibagi kedalam 2 RW yaitu: RW 5 dan 6; sedangkan Dusun Leuwiliang dibagi dalam 3 RW yaitu, RW 7, 8, dan 9. Jumlah RT yang ada di Desa Sindulang adalah 34 Rukun Tetangga (RT). Jumlah warga yang mendiami Desa Sindulang adalah 5.099 penduduk. Dengan komposisi, laki-laki sebanyak 2.646 orang dan perempuan 2.453 orang. Dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.569. Di tahun 2010, telah dibangun pipa air bersih dari mata air Cigoler di Kawasan Konservasi Hutan Gunung Masigit, Kareumbi. Pipa air bersih ini didanai oleh program pemerintah yang disebut PNPM. Pembangunan pipa ini merentang melewati dusun 4, 3 dan berakhir di dusun 2. Tujuan pembangunan pipa ini ialah penyediaan air bersih untuk dusun 4 dan dusun 2. Program ini telah berakhir di tahun 2010. Pengelolaan pipa air bersih ini kemudian diserahkan kepada Perangkat Desa Sindulang. Perangkat desa sudah berhasil mengadakan instalasi air bersih dengan water meter di dusun 1 dan 3. Menurut informasi dari kepala Desa, Bapak Edi, sudah terdapat unit pengelola air bersih di tingkat desa. Hanya saja masalahnya pada pengelola yang ditunjuk. Pengurus tidak dianggap transparan dan akuntabel dalam pengelolaan hasil dari iuran air dari masyarakat dusun 1 dan 3.
1
Pengelolaan Sungai Citarum berada dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum yang berada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
4
BAB 2. PERSOALAN MITRA KEGIATAN
Desa menjadi realitas penting dalam sejarah perkembangan Indonesia sejak sebelum kemerdekaan sampai saat ini. Posisi Strategis desa ini terlihat dengan dibentukanya kementerian khusus menangani desa, yakni Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Secara kuantitatif2 jumlah desa di Indonesia adalah 72.565. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 5.319. Kabupaten Sumedang sendiri memiliki 276 desa. Jumlah desa yang banyak ini menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah dan segenap warga masyarakat demi pemberdayaan desa. Semakin desa sejahtera, semakin sedikit jumlah orang yang meninggalkan desa ke kota untuk mencari pekerjaan demi perbaikan taraf kesejahteraan. Hal ini juga menjadi panggilan Universitas Katolik Parahyangan sebagai bagian integral dari bangsa ini. Berada di Jawa Barat membuat UNPAR perlu memahami dan berbuat sesuatu dalam rangka pemberdayaan desa. Desa Sindulang merupakan desa dengan potensi kekayaan alam yang memadai dan salah satu desa penyanggah untuk hasil pertanian wilayah Bandung dan sekitarnya. Dengan jumlah penduduk 5.099, Sindulang merupakan desa potensial untuk pemberdayaan menuju desa mandiri. Salah satu persoalan warga desa Sindulang saat ini adalah persediaan air bersih. Walaupun memiliki lebih dari sepuluh (10) mata air di seputar desa, pengelolaan air, teknologi, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki terbatas sehingga desa ini mengalami kekurangan air bersih dari tahun ke tahun. Desa Sindulang sendiri sebenarnya telah memiliki sistem pengelolaan air bersama untuk empat dusun, namun kenyataannya hanya dua dusun yang mendapat air pengelolaan bersama tersebut. Itu pun mengalami penyusutan dari tahun ke tahun karena tata kelola yang tidak dilakukan secara baik dan benar. Warga dusun empat (Leuwiliang) yang posisinya paling dekat dengan mata air dan dilewati pipa desa tidak mendapat pembagian air tersebut. Oleh karena itu, warga dusun 4 melakukan tindakan sepihak yaitu melubangi pipa induk milik desa, untuk dialirkan ke rumahnya masing-masing. Aliran air dari pipa induk yang dilubangi ini terus mengalir walaupun air tersebut tidak digunakan, hal ini mengakibatkan warga dusun 1, 2, 3 tidak mendapat air yang memadai. Beberapa kali diadakan musyawarah antar dusun namun tidak menyelesaikan persoalan. Karena persoalan ini akan diatasi apabila air pun tersedia bagi warga dusun 4. Dalam rangka membantu warga mengatasi persoalan ini, tim pengabdian kepada masyarakat akan bergerak dengan pendekatan teknik dan sosial-kemasyarakatan dan budaya. Tim Penelitaan dan Pengabadian ini agar bergerak dengan dua metode pendekatan, yaitu pertama dengan pendekatan sosial kemasyarakatan dan budaya; kedua pendekatan teknis pengadaan pipa air bersih. Kedua pendekatan ini akan berjalan secara simultan. Solusi yang ditawarkan tim ini menempuh dua cara yaitu tahap pertama (3 bulan) dan tahap kedua panjang (6 bulan). Kedua cara ini merupakan satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan. Pada tahap pertama tim akan melakukuan pemetaan lokasi 2
Data bersumber pada: www.kemendesa.go.id
5
(survey) tentang kondisi geografis mata air dan pemukiman warga. Selain itu, pada tahap pertama ini juga tim akan berupaya membangun kesadaran di antara para warga untuk bersama-sama memelihara apa yang sudah dibangun bersama. Pendekatan sosial kemasyarakatan dan budaya akan dikelola oleh tim dari Fakultas Filsafat, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Fakultas Hukum. Tim ini bergerak bersama warga untuk membangun kesadaran, saling pengertian di antara warga bahwa mereka sama-sama membutuhkan air bersih. Pada pendekatan sosial ini dilakukan melalui struktur desa yaitu kepala desa dan segenap jajaran sampai ke lingkup RT sebagai bagian dari pemerintahan eksekutif desa. Selain itu juga akan diadakan dialog bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebaga representasi legislatif desa. Selain pendekatan formal tersebut tim juga akan melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh informal sepert: tokoh agama, adat yang akan menjadi pintu masuk dalam membangun pemahaman bersama tentang pengelolaan air. Berbagai pendekatan ini ditempuh dalam rangka saling pengertian demi berjalan dan terpelihara untuk seterusnya pengelolaan air bersih pasca proyek pipanisasi. Dalam berbagai dialog ini tim akan membahas keterlibatan warga dan perihal pendanaan dalam proyek air bersih ini. Selain itu tim juga akan membantu warga dalam membuat aturan pemiliharaan agar proyek air bersih ini terpelihara baik dan berkelanjutan. Dimana yang menjaga keberlanjutan adalah warga Desa Sindulang. Pendekatan teknik ini akan dibawah koordinasi para dosen dari Fakultas Teknik Sipil dan beberapa tenaga ahli lain yang juga akan dilibatkan dalam proyek pipanisasi ini. Tenaga ahli ini akan berada dibawah koordinasi Teknik Sipil. Pendekatan teknis ini adalah membangun proyek pipanisasi, mulai dari pencarian sumber air dan pengukuran debit air, pemetaan dan penggambaran jalur pipa. Tahap pertama ini akan berlangsung dari bulan September-Desember 2016.
6
BAB 3. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN
Kami menggunakan metode interaksi deliberatif, yakni musyawarah bersama warga dan perangkat Desa Sindulang guna membahas persoalan sosial-kultural yang dihadapi. Sementara itu, kami menggunakan metode teknik pengairan berupa pengukuran debit air pada mata air, dan pemetaan jalur pipa air bersih dari mata air ke pemukiman penduduk. Berdasarkan kajian dari teknik pengairan ini, kami menentukan langkah berikutnya yang akan dilakukan dalam kegiatan pengabdian ini.
Berdasarkan kebutuhan tersebut kami mengadakan 2 kali kunjungan survey. Survey pertama dilaksanakan pada 22 Oktober 2016. Survey ini bertujuan untuk memohon izin dan kerjasama dengan perangkat desa untuk melakukan survey pemetaan pipa PNPM, survey mata air utama, dan survey kebutuhan air untuk pemukiman di dusun 2 dan 4. Survey kedua dilaksanakan pada 14 dan 15 November 2016. Tujuan utama survey kedua ialah melakukan pemetaan pipa air bersih dari mata air ke pemukiman, pengukuran debit air, dan analisa pengelolaan air bersih berdasarkan wawancara yang dibuat bersama perangkat dan warga masyarakat dusun 2 dan 4. Pada kegiatan survey pertama, perbincangan dengan perangkat desa di Kantor Desa Sindulang dimulai 14.45. Turut mendampingi kepala desa: Sekretaris desa, Ketua RW 4, RW 7, RW 8 dan RW 9, dua orang ketua RT dan dua orang kepala dusun. Percakapan diawali dengan penyampaian rencana P3M UNPAR untuk membantu/ menyiapkan/ membangun saluran air hingga ke rumah-rumah penduduk. Pembuatan saluran air akan berlangsung selama 2 tahap. a. Tahap I: pemetaan kontur sumber air, struktur undukan tanah dan jalur distribusi pipa saluran. Tim ahli UNPAR akan memimpin langsung proses tahap I ini, yang rencana awalnya akan berlangsung pada Jumat, 28 Oktober 2016. Perangkat desa dimohon untuk mengerahkan 3-4 orang tenaga setempat. Pemetaan direncanakan dimulai pukul 07.30 hingga 17.00 dengan masa istirahat pukul 11.00 – 13.00 untuk sholat Jumat dan makan siang. b. Tahap II: Direncanakan awal Januari 2017 bersama rombongan mahasiswa UNPAR yang sekaligus akan mengikuti kegiatan P3M di desa Sindulang. Kegiatan tahap II berupa pemasangan pipa hingga ke rumah-rumah penduduk, pemasangan water-meter (wm) dan beberapa infrastruktur penunjang lainnya. Sebelum rangkaian “proyek” tersebut dilaksanakan, tim P3M memohon kepada perangkat desa memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang fungsi utama dan manfaat air bersih, yakni memenuhi kebutuhan rumah tangga (minum, memasak dan mandi). Fungsi atau manfaat utama ini hendaknya tidak disamakan (apalagi dipertukarkan) dengan fungsi sekunder, yakni berkebun dan kolam ikan. Dengan kata lain, perlu pemahaman dan kesadaran yang kuat mengenai prioritas penggunaan air bersih bagi manusia secara individual maupun kolektif. Tim P3M juga mengingatkan agar masyarakat memahami fungsi water-mater, yakni mengontrol penggunaan air, sekaligus ikut bertanggung-jawab atas pengelolaannya. Dana yang dibayarkan sesuai jumlah penggunaan air yang diukur melalui water7
meter bertujuan untuk kelangsungan pengelolaan air bersih dalam jangka panjang. Secara keseluruhan, tim P3M mengingatkan bahwa kesiapan sosial masyarakat untuk menerima “proyek” ini sesungguhnya lebih penting dan utama tinimbang pekerjaan teknis. Kepala Desa menyambut baik dan berterima kasih kepada tim P3M dan UNPAR atas rencana “proyek” ini. Kepala desa menggaris-bawahi beberapa hal yang akan dilakukan perangkat desa sehubungan dengan pembangunan instalasi air bersih di Desa Sindulang. a. Kepala Desa akan mensosialisasikan kesadaran tentang manfaat utama ataupun prioritas penggunaan air bersih kepada segenap warga desa. b. Kepala Desa akan menerbitkan aturan-aturan beserta sanksi terkait dengan tata kelola dan penggunaan air bersih. c. Kepala Desa akan membentuk kepengurusan pengelolaan air bersih di Desa Sindulang. Merespon sambutan dan rencana kepala desa, tim UNPAR menyinggung beberapa kemungkinan masalah di kemudian hari yang harus diantisipasi. Misalnya tindakan eksplorasi sumber air bersih yang mungkin akan dipertanyakan oleh BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Kab. Sumedang. Selain itu, beberapa pihak lain yang mungkin juga merasa berkepentingan terhadap eksplorasi sumber air bersih ini, seperti Wanadri dan Perhutani, sebaiknya dikonfirmasi secara langsung dan terbuka. Pihakpihak tersebut boleh jadi akan mengajukan beberapa indikasi persoalan yang harus didialogkan, seperti kemungkinan bencana alam dan prosedur perizinan sebagai bagian dari sistem administrasi negara. Pendeknya, hal-hal yang terkait dengan perizinan dan kepentingan instansi-instansi negara harus dikonfirmasi oleh pemerintah desa, bukan oleh tim UNPAR. Pada bagian terakhir, sekretaris desa menjamin bahwa usulan tim ahli UNPAR mengenai perizinan dan komunikasi dengan instansi terkait akan segera ditindak lanjuti. Pada survey kedua 14-15 November 2016, Survey kali ini dilakukan bersama dengan warga setempat, terutama dengan warga Dusun 2 Desa Sindulang, yang terdiri dari kepala dusun dan tokoh dusun terkait. Survey diawali dengan melihat dan menghitung debit mata air Cigoler yang terletak di Kawasan Konservasi Kareumbi, berdampingan dengan letak Dusun 4. Mata air tersebut merupakan sumber air untuk Dusun 2, akan tetapi banyak dari warga Dusun 4 yang memanfaatkannya dengan menyodet pipa yang melewati rumah warga, terutama untuk keperluan kebun dan kolam. Setelah melihat dan berbincang dengan warga berkaitan dengan mata air Cigoler tersebut, dapat disimpulkan bahwa debit sumber air Cigoler cukup besar untuk dialirkan ke rumah-rumah warga untuk keperluan rumah tangga, di Dusun 2 maupun Dusun 4. Berdasarkan kenyataan lapangan ini, tim tidak akan mempertimbangkan pembuatan jalur pipa baru dari mata air Cigoler, atau jalur pipa baru yang menempel pada jalur pipa utama atau jalur Pipa PNPM. Pembuatan jalur pipa baru ini dianggap tidak akan menyelesaikan persoalan pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel. Malah di kemudian hari, pembuatan jalur pipa baru ini bisa menimbulkan masalah sosial tentang pembagian air bersih yang tidak merata. Setelah melihat mata air Cigoler, survey dilanjutkan kembali untuk melihat jalur pipa yang telah terpasang sambil melihat jumlah sodetan yang ada. Letak jalur pipa tersebut cukup rumit dengan mengikuti kontur tanah dan letak dari daerah yang hendak dituju. Jumlah sodetan yang menempel pun 8
ternyata cukup banyak dan ditujukan untuk berbagai keperluan, seperti kebutuhan rumah tangga, kebun, dan juga kolam. Sodetan ini dapat mengurangi ‘jatah’ air yang diterima oleh Dusun 2, yang notabene seharusnya menjadi penerima manfaat dari pipa tersebut. Berbagai rupa sodetan yang ada, dari sodetan menggunakan selang kecil hingga pipa yang berukuran sedang. Dalam perhentian istirahat di Dusun 4, para perangkat dusun, baik Dusun 2 maupun Dusun 4 berdiskusi singkat mengenai persoalan distribusi air. Seorang tokoh Dusun 2, Pak Ade, mengatakan bahwa beliau bersedia menyediakan dana sebesar Rp 30.000.000,- untuk membeli water meter guna mengontrol pemakaian dan pengelolaan air. Namun, sejumlah warga menolak untuk menerima usulan tersebut dengan alasan ‘takut’ disalahgunakan demi kepentingan lain sehingga pada akhirnya usulan tersebut mental kembali. Menuju ke Dusun 2, debit air dicek kembali dan ternyata masih cukup tersedia untuk warga Dusun 2, walaupun debit air cenderung lebih lemah. Debit air yang dihasilkan adalah 2 liter perdetik. Debit air sebesar ini pun sudah mempertimbangkan air bersih yang disedot di dusun 4. Setiap orang seharinya membutuhkan 60 liter air bersih. Debit air 2 liter/detik cukup untuk memberi air bersih kepada 2000 orang. Dengan demikian, debit air di desa Sindulang dari Mata air Cigoler bukanlah masalah. Masalah lebih berkaitan dengan bagaimana mengelola air bersih ini tetap tersedia di musim penghujan dan kemarau. Masalah juga berkaitan dengan sikap untuk tidak memboroskan air bersih yang tersedia. Pemoborosan biasanya dlakukan warga dusun 2 dan 4, karena air bersih yang dialirkan dari mata air cigoler digunakan juga untuk mengisi empang dan menyiram kebun. Pemakaian air untuk keperluan empang dan kebun tidak bisa diukur dan bersifat membuang-buang air. Kembali muncul alternatif solusi dari permasalahan tersebut, yaitu kembali merujuk agar berkenan dipasang water meter di Dusun 2, sesuai dengan usulan dari para perangkat dan tokoh di Dusun 2 karena masalah sebenernya bukan terletak pada distribusi air, tetapi pada pengelolaan air. Tadinya, tim teknik pengairan ingin mengusulkan agar dana pengabdian yang ada akan dibelikan water meter untuk dipasang di dusun 2. Hanya saja, jaminan bahwa setelah pemasangan water meter lalu pengelolaan air bersih menjadi tertib dan akuntabel tetap menjadi pertanyaan. Pertanyaan ini muncul karena persoalan rasa memiliki alat water meter dan pipa air bersih yang telah disediakan program pemerintah PNPM mandiri. Jika rasa memiliki itu tidak ada, maka pemasangan water meter tidak akan menyelesaikan persoalan penyediaan air bersih untuk dusun 2. Besar kemungkinan, alat tersebut akan ditelantarkan mengingat belum munculnya komitmen untuk mengelola penyediaan air bersih. Akan mungkin terjadi masalah sosial baru di antara warga dusun 2. Ini terjadi karena pencatatan pengelolaan air bersih tidak ada, apalagi catatan keuangan masuk keluar, juga catatan tentang penggunaan keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan air bersih secara mandiri. Kami juga memikirkan alternatif untuk meminjamkan dana kepada masyarakat dusun 2 guna membeli water meter dan instalasi pemasangannya. Harapannya dana itu akan menggerakkan minat dan motivasi masyarakat untuk mengelola air dengan tertib dan akuntabel. Hanya saja, kami tidak yakin apakah peminjaman dana ini akan diikuti dengan upaya untuk mengembalikan dana tersebut. Sebelum
9
mereka sendiri memotivasi diri sendiri untuk mengelola air dengan akuntabel dan tertib, dana yang dipinjamkan ini tidak akan kembali. Oleh sebab itu, bukan hanya solusi fisik yang dibutuhkan, tetapi juga solusi mental dan sosial sehingga para warga saling menghargai keberadaan air yang sebenarnya melimpah di Desa Sindulang. Solusi mental dan sosial ini berupa kesepakatan antar-warga baik di dalam dusun 2 maupun di dalam dusun 4; kesepakatan juga harus terjadi antara dusun 2 dengan dusun 4; juga antara perangkat desa dengan warga di kedua dusun ini. Kesepakatan berkaitan dengan komitmen untuk tidak membuang-buang air untuk hal yang tidak perlu: mengairi empang dan kebun, mencuci kendaraan, dan lainnya. Air yang digunakan untuk kebutuhan itu bisa diambil dari sungai Citarik yang mengalir di sepanjang desa Sindulang. Air bersih dari mata air cigoler hanya untuk keperluan sehari-hari, masak, makan, minum, kebutuhan kebersihan diri: mandi, cuci dan kakus. Karena itu tim mengusulkan agar masyarakat dusun 2 dan 4, dan perangkat desa belajar untuk mengelola air. Pembelajaran dilakukan dengan metode studi banding. Warga desa ini perlu diajak melihat bentuk unit pengelolaan air desa yang ada di Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Studi banding ini diharapkan bisa membuka wawasan mereka tentang pengelolaan air bersih dalam unit pengelola air bersih desa, baik di tingkat dusun dan desa. Selain itu, tujuan studi banding ialah mendorong komitmen mereka untuk mau mengurusi air bersih secara teratur melalui organisasi desa: unit pengelolaan air. Untuk keperluan ini, tim perlu mengidentifikasi key persons yang dapat diajak untuk melakukan studi banding. Key persons ini bisa kelompok yang peduli dan mau mengelola air dengan tertib dan sistematik, juga kelompok yang selama ini mengambil jarak dan bersikap oposan terhadap pengelolaan air secara tertib. Perlu ditekankan kepada mereka keuntungan material dan non-material yang didapatkan dari pengelolaan air secara tertib dan sistematik melalui unit pengelolaan air desa. Jadi masalah teknis yang berkaitan dengan penyediaan water meter di dusun 2 dan 4, dan pemasangan teknologi pengairan untuk penyediaan air bersih di kedua dusun tadi tidak bisa dilepaskan dari persoalan mental dan sosial penduduk dusun 2 dan 4, Desa Sindulang. Sudah dilakukan 2 kali penyuluhan di bidang teknik pengaliran air bersih yang memancing komitmen warga untuk pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel. Hanya kedua penyuluhan ini tidak diikuti dengan pernyataan dan peneguhan komitmen bersama untuk mengelola air secara tertib dan akuntabel. Karena itulah, tim pengabdian masyarakat ini tidak bisa menindak lanjuti dengan penyuluhan berikutnya. Penyuluhan berikutnya tidak akan memancing kesepakatan dan komitmen. Malah mungkin mereka enggan melakukan komitmen tersebut. Itulah sebabnya, kami mengajukan kegiatan kunjungan beberapa orang kunci, baik tokoh dusun 2 yang pro maupun yang kontra dengan pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel. Kegiatan kunjungan ini bertujuan mengajak langsung pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel. Dengan demikian, para tokoh ini bisa melihat langsung keuntungan material dan non-material yang didapat dari pengelolaan air bersih yang akuntabel dan tertib. Harapannya, tokoh-tokoh ini dimotivasi untuk melakukan pengelolaan yang tertib dan akuntabel oleh apa yang mereka saksikan sendiri di lokasi yang 10
mereka kunjungi. Di level berikutnya, para tokoh ini bisa mempengaruhi warganya untuk berkomitmen bersama dalam pengelolaan air bersih.
BAB 4. HASIL DAN KESIMPULAN
Kegiatan survey pemetaan jalur pipa air bersih dalam rangka penyediaan air bersih untuk dusun 2 dan 4 di Desa Sindulang dan survey kebutuhan air bersih di kedua dusun ini membuahkan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum solusi teknis dengan teknologi pengairan diterapkan di kedua dusun tersebut. a. Perhatian pada komitmen warga untuk mengelola air bersih secara mandiri, akuntabel dan tertib. Jika tidak ada komitmen warga dusun 2 dan 4, air yang mengalir dari sumber mata air Cigoler akan tetap terbuang percuma. b. Pengelolaan air yang tertib, akuntabel dan mandiri berkaitan dengan kesediaan warga untuk memiliki air bersih untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan perorangan. Kesediaan warga untuk memiliki air bersama ini tidak bisa lepas dari pengelolaan air yang dapat dipantau bersama, dan pelaksanaan pengelolaan air bersih ini yang dilakukan oleh orang yang mereka tunjuk. Selanjutnya, orang yang ditunjuk ini dapat membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat secara berkala dan teratur. Dengan demikian, keuntungan material yang didapat dari pengelolaan ini pun dapat terpantau. Keuntungan material ini dapat digunakan kembali untuk kegiatan pembangunan masyarakat dusun 2 dan 4. c. Tim pengabdian masyarakat dari UNPAR dapat berkonsentrasi dalam pengembangan sistem pengelolaan air yang akuntabel dan tertib. Ini dapat dilakukan jika masyarakat sudah memotivasi diri sendiri untuk mau mengelola air secara mandiri, dan masyarakat punya kesepakatan bahwa air tidak bisa dibuang-buang untuk kepentingan perorangan. Air bersih memang ditujukan kepada semua masyarakat tanpa kecuali. d. Rasa memiliki dan motivasi untuk mengelola air bersih secara mandiri menjadi hal yang patut mendapat perhatian yang tinggi dari pihak-pihak seperti kepala desa dan perangkatnya. Karena itu, tim pengabdian pun perlu berkonsentrasi untuk memotivasi kepala desa dan perangkatnya untuk senantiasa mau menyelesaikan persoalan penyediaan air bersih ini. Harapannya para pejabat pemerintahan desa ini tidak lepas tangan dari persoalan sosial dan mental ini. e. Berdasarkan peraturan kementrian Dalam Negari Permendagri nomer 113/2014 dan 114/2014, desa wajib memiliki unit pengelola air bersih baik itu di tingkat dusun, maupun di tingkat desa. Desa perlu menuangkan keberadaan pengelolaan air bersih ini melalui rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan desa (RKPDes), dan alokasi dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang dibuat pertahun. Lagi pula pemerintah pusat melalui pemerintah daerah I dan II sudah menyiapkan Dana Desa dan Desa wajib membuat Alokasi Dana Desa (ADD) untuk kepentingan pembanguna unit pengelola air bersih di tingkat Desa. Dalam kaitan dengan peraturan pemerintah inilah, tim pengabdian
11
masyarakat UNPAR dapat berkonsentrasi untuk mendorong pemerintah desa untuk mewujudkan kewajiban dari pemerintah pusat ini.3
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, kami memang mengambil keputusan untuk: a. Menyelesaikan tahap pemetaan pipa air bersih dan pemetaan kebutuhan masyarakat akan air bersih. b. Kami memutuskan untuk tidak membuat pemetaan jalur pipa baru untuk dusun 4. Tadinya, kami merencanakan pembuatan jalur pipa baru dari mata air Cigoler ke dusun 4. Alternatifnya, tim teknik membuat jalur pipa baru yang menempel (menyodet) jalur pipa PNPM. Kami memutuskan tidak membuat jalur baru ini dengan mempertimbangkan komitmen dan kesepakatan warga dusun 4 untuk tidak membuang-buang air bersih dengan cara menggunakannya untuk empang dan kebun. Karena tidak adanya kesepakatan warga itu, kami memutuskan tidak jadi membuat pemetaan teknis untuk jalur pipa baru. c. Berdasarkan konsultasi dengan surveyor teknik pengairan dan konsultasi dengan tim ahli pemerintahan publik, kami memutuskan untuk mengembalikan sisa dana kegiatan survey pemetaan pipanisasi air bersih dan pemetaan kebutuhan air bersih untuk masyarakat dusun 2 dan 4. d. Kami menyusun pemetaan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode pengabdian selanjutnya. Pemetaan kegiatan ini lebih bersifat program sosial dan mendorong masyarakat memiliki komitmen sosial untuk mengelola penggunaan air bersih. Rencana kerja pengabdian masyarakat untuk tahap berikutnya berkaitan dengan dua hal utama: a. Menghubungi dan mengajak tokoh-tokoh kunci di dusun 2 dan 4 untuk membahas rencana kunjungan studi banding tentang unit pengelolaan air bersih di tingkat dusun dan desa. Kunjungan ini dimaksudkan untuk memotivasi para tokoh masyarakat, baik yang pro dan kontra akan pengelolaan air bersih yang tertib dan akuntabel, agar mereka mau berkomitmen mengelola air bersih secara bertanggung jawab. b. Tim pengabdian masyarakat perlu mempersiapkan nama-nama para tokoh tersebut dan mengajak mereka berunding bersama. c. Kunjungan akan dilakukan pada Januari 2017. Kunjungan akan dilakukan ke Desa Sukalaksana, kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. d. Setelah kunjungan, tim akan mendorong para tokoh untuk kembali berunding dan memotivasi mereka agar mereka sendiri memutuskan untuk mengelola air bersih. Tim hanya akan bergerak jika komintmen dan keputusan itu dicapai. e. Jika keputusan itu sudah terjadi, tim akan bergerak untuk membantu menyiapkan perangkat desa dan dusun untuk membangun sistem pengelolaan air yang akuntabel dan tertib.
3
Bdk. http://kopkuninstitute.org/2016/01/27/implementasi-uu-desa-akademisi-harus-terlibat/
12
DAFTAR PUSTAKA
UU RI no. 6 th. 2014 UU tentang Desa Permendagri no. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Permendagri no. 114/2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa Referensi elektronik www.kemendesa.go.id http://kopkuninstitute.org/2016/01/27/implementasi-uu-desa-akademisi-harus-terlibat/
13
LAMPIRAN:
Notulensi Survey I NOTULEN PERTEMUAN TIM P3M UNPAR DAN PERANGKAT DESA SINDULANG, 22 OKTOBER 2016
1.
Tim P3M UNPAR tiba di lokasi pukul 14.20 wib, terdiri dari: Bambang KS., Ariotejo S., Andreas DB., Samson GS. Kedatangan tim disambut sekertaris desa.
2.
Percakapan dimulai 14.45 setelah kedatangan kepala desa yang baru menghadiri kegiatan seremonial bersama istri gubernur Jawa Barat. Turut mendampingi kepala desa: Sekretaris desa, Ketua RW 4, RW 7, RW 8 dan RW 9, dua orang ketua RT dan dua orang kepala dusun.
3.
Percakapan diawali dengan penyampaian rencana P3M UNPAR (selanjutnya: P3M) membantu/ menyiapkan/ membangun saluran air hingga ke rumah-rumah penduduk. Pembuatan saluran air akan berlangsung selama 2 tahap.
4.
a.
Tahap I: pemetaan kontur sumber air, struktur undukan tanah dan jalur distribusi pipa saluran. Tim ahli UNPAR akan memimpin langsung proses tahap I ini, yang akan berlangsung pada Jumat, 28 Oktober 2016. Perangkat desa dimohon untuk mengerahkan 34 orang tenaga setempat. Pemetaan direncanakan dimulai pukul 07.30 hingga 17.00 dengan masa istirahat pukul 11.00 – 13.00 untuk sholat Jumat dan makan siang.
b.
Tahap II: Direncanakan awal Januari 2017 bersama rombongan mahasiswa UNPAR yang sekaligus akan mengikuti kegiatan P3M di desa Sindulang. Kegiatan tahap II berupa pemasangan pipa hingga ke rumah-rumah penduduk, pemasangan water-meter (wm) dan beberapa infrastruktur penunjang lainnya.
Sebelum rangkaian “proyek” tersebut dilaksanakan, tim P3M memohon kepada perangkat desa memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang fungsi utama dan manfaat air bersih, yakni memenuhi kebutuhan rumah tangga (minum, memasak dan mandi). Fungsi atau manfaat utama ini hendaknya tidak disamakan (apalagi dipertukarkan) dengan fungsi sekunder, yakni berkebun dan kolam ikan. Dengan kata lain, perlu pemahaman dan kesadaran yang kuat mengenai prioritas penggunaan air bersih bagi manusia secara individual maupun kolektif. Tim P3M juga mengingatkan agar masyarakat memahami fungsi water-mater, yakni mengontrol penggunaan air, sekaligus ikut bertanggung-jawab atas pengelolaannya. Dana yang dibayarkan sesuai jumlah penggunaan air yang diukur melalui watermeter bertujuan untuk kelangsungan pengelolaan air bersih dalam jangka panjang. Secara keseluruhan, tim P3M mengingatkan bahwa kesiapan sosial masyarakat untuk menerima “proyek” ini sesungguhnya lebih penting dan utama tinimbang pekerjaan teknis.
14
5.
Kepala Desa menyambut baik dan berterima kasih kepada tim P3M dan UNPAR atas rencana “proyek” ini. Kepala desa menggaris-bawahi beberapa hal yang akan dilakukan perangkat desa sehubungan dengan pembangunan instalasi air bersih di Desa Sindulang.
a.
Kepala Desa akan mensosialisasikan kesadaran tentang manfaat utama ataupun prioritas penggunaan air bersih kepada segenap warga desa.
b.
Kepala Desa akan menerbitkan aturan-aturan beserta sanksi terkait dengan tata kelola dan penggunaan air bersih.
c.
Kepala Desa akan membentuk kepengurusan pengelolaan air bersih di Desa Sindulang.
6.
Merespon sambutan dan rencana kepala desa, tim UNPAR menyinggung beberapa kemungkinan masalah di kemudian hari yang harus diantisipasi. Misalnya tindakan eksplorasi sumber air bersih yang mungkin akan dipertanyakan oleh BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Kab. Sumedang. Selain itu, beberapa pihak lain yang mungkin juga merasa berkepentingan terhadap eksplorasi sumber air bersih ini, seperti Wanadri dan Perhutani, sebaiknya dikonfirmasi secara langsung dan terbuka. Pihak-pihak tersebut boleh jadi akan mengajukan beberapa indikasi persoalan yang harus didialogkan, seperti kemungkinan bencana alam dan prosedur perizinan sebagai bagian dari sistem administrasi negara. Pendeknya, hal-hal yang terkait dengan perizinan dan kepentingan instansi-instansi negara harus dikonfirmasi oleh pemerintah desa, bukan oleh tim UNPAR.
7.
Pada bagian terakhir, sekretaris desa menjamin bahwa usulan tim ahli UNPAR mengenai perizinan dan komunikasi dengan instansi terkait akan segera ditindaklanjuti.
8.
Percakapan ditutup pukul 16.30, dilanjutkan dengan foto bersama.
Notulis Samson Ganda JS.
15
Lampiran
LAPORAN SURVEY PEMETAAN AIR Peserta Survey : Bpk. Bambang Adi Bpk. Edi (surveyor eksternal) Bpk. Trisno Sakti Bpk. Ario Tejo Bpk. Andreas Doweng Bolo Bpk. F.X. Bambang K. Subowo Bpk. Arnold Rurry Tempat Waktu
: Desa Sindulang, Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang : Senin-Selasa, 14-15 November 2016
Fokus Survey : 1. Perhitungan debit air 2. Menlihat dan menghitung jumlah sodetan seoanjang jalur pipa yang telah terpasang 3. Mencari berbagai alternatif solusi masalah air Survey kali ini dilakukan bersama dengan warga setempat, terutama dengan warga Dusun 2 Desa Sindulang, yang terdiri dari kepala dusun dan tokoh dusun terkait. Survey diawali dengan melihat dan menghitung debit mata air Cigoler yang terletak di Kawasan Konservasi Kareumbi, berdampingan dengan letak Dusun 4. Mata air tersebut merupakan sumber air untuk Dusun 2, akan tetapi banyak dari warga Dusun 4 yang memanfaatkannya dengan menyodet pipa yang melewati rumah warga, terutama untuk keperluan kebun dan kolam. Setelah melihat dan berbincang dengan warga berkaitan dengan mata air Cigoler tersebut, dapat disimpulkan bahwa debit sumber air Cigoler cukup besar untuk dialirkan ke rumah-rumah warga untuk keperluan rumah tangga, di Dusun 2 maupun Dusun 4. Setelah melihat mata air Cigoler, survey dilanjutkan kembali untuk melihat jalur pipa yang telah terpasang sambil melihat jumlah sodetan yang ada. Letak jalur pipa tersebut cukup rumit dengan mengikuti kontur tanah dan letak dari daerah yang hendak dituju. Jumlah sodetan yang menempel pun ternyata cukup banyak dan ditujukan untuk berbagai keperluan, seperti kebutuhan rumah tangga, kebun, dan juga kolam. Sodetan ini dapat mengurangi ‘jatah’ air yang diterima oleh Dusun 2, yang notabene seharusnya menjadi penerima manfaat dari pipa tersebut. Berbagai rupa sodetan yang ada, dari sodetan menggunakan selang kecil hingga pipa yang berukuran sedang. Dalam perhentian istirahat di Dusun 4, para perangkat dusun, baik Dusun 2 maupun Dusun 4 berdiskusi singkat mengenai persoalan distribusi air. Seorang tokoh Dusun 2, Pak Ade, mengatakan bahwa beliau bersedia menyediakan dana sebesar Rp 30.000.000,- untuk membeli water meter guna mengontrol pemakaian dan pengelolaan air. Namun, warga menolak untuk menerima usulan tersebut 16
dengan alasan ‘takut’ disalahgunakan demi kepentingan lain sehingga pada akhirnya usulan tersebut mental dan mentah kembali. Menuju ke Dusun 2, debit air dicek kembali dan ternyata masih cukup tersedia untuk warga Dusun 2, walaupun debit air cenderung lebih lemah. Kembali muncul alternatif solusi dari permasalahan tersebut, yaitu kembali merujuk agar berkenan dipasang water meter di Dusun 2, sesuai dengan usulan dari para perangkat dan tokoh di Dusun 2 karena masalah sebenernya bukan terletak pada distribusi air, tetapi pada pengelolaan air. Oleh sebab itu, bukan hanya solusi fisik yang dibutuhkan, tetapi juga solusi mental dan sosial sehingga para warga saling menghargai keberadaan air yang sebenarnya melimpah di Desa Sindulang.
17
Foto-foto Survey 14-15 November 2016
18
19
20
21
22
23
24