PENERAPAN TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR Menuju (Learning how to learn) Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu Dr.Muhammad Japar, M.Si
Disusun Oleh : 1. M Rizqi Akbar
(12.0305.0188)
2. Dodo Prastyoko
(12.0305.0170)
3. Lina Lestari
(12.0305.0167)
4. Reni Herawati
(12.0305.0203)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2012/2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tujuan penulis membuat makalah ini dengan judul “Filsafat Pendidikan Realisme”guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat Pendidikan. Terselesainya makalah ini tak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis haturkan terimakasih kepada; 1. Dr.Muhammad Japar, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini. 2. Rekan-rekan yang memberikan dukungan dan motivasi. 3. Kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan makalah ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan yang akan datang.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Magelang , 3 April 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------------------------------i 2. KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------------------------ii 3. DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------iii 4. BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------------------1 4.a. Latar Belakang -----------------------------------------------------------------------------------------1 4.b. Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------------------------------3 4.c. Tujuan ---------------------------------------------------------------------------------------------------3 5. BAB II PEMBAHASAN ----------------------------------------------------------------------------------4 5.a. Macam-macam Teori Belajar ------------------------------------------------------------------------4 5.b. Tokoh-tokoh Teori Belajar ---------------------------------------------------------------------------7 5.c. Penerapan Teori Belejarb dan Pembelajaran ------------------------------------------------------8 5.d. Learning How To Lear --------------------------------------------------------------------------------10 5.e. Peranan Siswa dan Guru dalam proses belajar ----------------------------------------------------11 6. BAB III PENUTUP -----------------------------------------------------------------------------------------14 6.a. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------14 6.b. Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------------14 7. DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------------15
iii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintanganrintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini.
Begitu banyak teori belajar kognitif yang dapat guru pelajari untuk diberikan kepada siswa. Sebab teori ini tak luput dari masalah pendidikan. Kata pendidikan didefinisikan oleh Driyakara sebagai upaya memanusiakan manusia dan untuk menuju manusia yang manusia tersebut manusia butuh belajar.
Belajar dalam artian bergerak dalam proses menjadi manusia. Teori belajar sangat diperlukan dalam kegiatan guru dilapangan. Hal ini dikarena untuk membantu guru bagaimana dapat memahami bagaimana siswa belajar, bagaimana guru harus merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, mengelola kelas, melakukan evaluasi dan menciptakan kelas yang efektif.
Banyak teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar. George R. Knight dalam bukunya tentang filsafat pendidikan mengatakan bahwasanya belajar memang merupakan sebuah konsep yang sulit dirumuskan.
Banyak sekali yang membuat pernyataan tentang hakikat dari belajar dan untuk tujuan ini, menurut George R. Knight, belajar kiranya dapat dirumuskan sebagai proses yang menghasilkan kemampuan menampilkan tingkah laku 'manusiawi' yang baru. Baru disini dapat diartikan sebagai perkembangan yang relevan dari peserta didik itu sendiri.
Selanjutnya dapat dirumuskan secara sekilas bahwa belajar adalah proses yang tidak dapat dibatasi oleh konteks kelembagaan. Masih menurut George, seseorang mungkin saja belajar secara mandiri (autodidak) atau dengan bantuan orang lain. 1
Dari sini dapat dilihat bahwa belajar merupakan proses hidup sepanjang hayat dimana kita terusmenerus menambah pengalaman dan pengetahuan baru dan dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun.
Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu: 1. Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
2. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
3. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
4. Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
2
B. RUMUSAN MASALAH 1. Sebutkan macam-macam teori belajar? 2. Contoh tokoh-tokoh teori belajar? 3. Bagaimanakah proses penerapan teori belajar dalam pembelajaran? 4. Leraning how to learn? 5. Bagaimana peranan Siswa dan Guru dalam proses belajar?
C. TUJUAN Mempelajari apa itu yang mananya teori belajar, proses penerapanya dan bagaimana menerapkanya dalam dunia pendidikan atau dalam proses belajar mengajar.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Macam-macam teori belajar? Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Macam-macam teori belajar dan pembelajaran antara lain: 1.
Teori Behavioristik Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimults yang bervariasi. Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari Pavlov yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali. Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap. Teori behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks. 4
2.
Teori Belajar Kognitif Menuru teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan teori ini adalah: a.
Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.
b.
Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya, dan membantu dirinya sendiri.
c.
Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur xang memungkinkan belajar menjadi produktif.
d.
Teori
belajar
kognitif
menjelaskan
bagaimana
seseorang
mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.
Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hamper sama. Dapat juga dikatakan insight adalah pemahaman terhadap suatu situasi secara mendalam. Insight terjadi dengan malihat kasus-kasus/kejadian yang terpisah, kemudian manggeneralisasikannya sehingga timbul pemahaman. Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respons adalah sebagai berikut. Teori kognitif menekankan pada fungsi-fungsi psikologis, sedangkan teori behaviorisme pada segi fisiknya saja. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini, sedangkan teori behaviorisme pada sejarah masa lalu. 5
Dalam proses kognitif terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya secara simultan dan saling membutuhkan. Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran. b. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya. c. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu. Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar penemuan dari Brunner, model belajar bermakna dari Ausebel, model pemrosesan informasi dan model peristiwa pembelajaran dari Rober Gagne, dan model “perkembangan intelektual” dari Jean Piaget. 3.
Teori Belajar Konstruktivisme Constructivism merupakan teori dari Piaget. Menurut cara pandang teori ini bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sehingga model pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori ini bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan.
4.
Teori Belajar Humanistik Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimiliki, baik dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Teori belajar ini lebih banyakberbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada pemahaman tentang 6
proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teoriteori belajar lainnya. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun, sarana prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi (a) kemampuan aktualisasi diri, (b) kualitas pemahaman diri serta (c) kemampuan merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teori humanistic bersifat sangat eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini eklektisisme bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun asal tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia.
B. Tokoh-tokoh teori belajar? 1. Teori Piaget Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
2. Teori Bruner Teori
belajar
Bruner
hampir
serupa
dengan
teori
Piaget,
Bruner
mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa. 7
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah.Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali strukturstruktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. 3. Teori Vygotsky Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugastugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
C. Penerapan teori belajar dalam pembelajaran? 1) Piaget Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu : a) Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi. b) Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) 8
prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi. c) Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”. 2) Ausubel David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat
ditentukan oleh
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipebelajar, yaitu : 1) belajar dengan penemuan yang bermakna, 2) belajar dengan ceramah yang bermakna, 3) belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan 4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. 3) Bruner Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: a. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan c. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
9
D. Learning how to learn: 1. Pengertian Learning How To Learn (belajar bagaimana cara untuk belajar) : Cara belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi (metode inquiry). Cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam.
2. Prinsip-prinsip teori belajar how to learn Peserta didik berlatih dalam : a) Membaca dalam hati b) Siswa sebelumnya diminta membaca biasa secara bergiliran, baru kemudian diminta membaca dalam hati. c) Membaca secara cepat • Di sini dilakukan dengan membaca dalam hati tanpa adanya pembatasan waktu, kemudian dilanjutkan dengan membaca dalam hati tetapi dengan pembatasan waktu. d) Mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam suatu materi • Hal ini dapat dilakukan setelah membaca dalam hati tanpa pembatasan waktu, dengan perintah untuk mengingat hal-hal penting. • Langkah kedua adalah membaca dalam hati dengan pembatasan waktu, ditambah perintah untuk mengingat hal-hal penting. • Untuk mengetahui penguasaan siswa, guru dapat melakukan tanya jawab secara langsung sebagai latihan. • Selanjutnya guru dapat memberikan tes tertulis mengenai suatu materi yang dibaca e) Menghafal secara efisien • Dilakukan dengan menuliskan hal-hal penting untuk kemudian dihafal. • Dilakukan dengan menghubungkan suatu materi dengan hal-hal yang sudah biasa didengar atau sesuatu yang lucu atau sedang terkenal. f) Menghitung dalam hati • Siswa diberi soal sederhana secara lisan, diberi waktu berpikir dan kemudian jawaban dituliskan (hanya jawaban terakhir). • Pertama kali dilakukan dengan waktu yang longgar, kemudian secara bertahap waktu dipersingkat. 10
g) Mengidentifikasi macam-macam manfaat/kegunaan suatu benda • Siswa diminta menjelaskan sebanyak mungkin manfaat/kegunaan sebuah benda, hingga manfaat/kegunaan yang tidak biasa. h) Membuat ringkasan materi • Siswa diberi tugas membaca dan meringkas materi menjadi beberapa kalimat, yang makin lama makin sedikit kalimatnya. i) Membuat kesimpulan • Siswa diberi bahan bacaan berupa sebuah cerita, peristiwa, atau permasalahan kemudian diminta membuat kesimpulan atas apa yang dibacanya., j) Menyusun laporan pengamatan • Siswa diminta mengamati suatu peristiwa atau proses kemudian diminta membuat laporan atas apa yang diamatinya. k) 10. Menyusun karangan tentang pengalaman yang dimiliki • Siswa diminta menyusun karangan tentang pengalaman pada masa liburan atau pada waktu tertentu yang menarik minatnya. l) Meniru suatu pekerjaan atau barang • Mengamati seseorang yang bekerja dan kemudian menirunya • Membuat barang dengan meniru yang telah ada m) Belajar melalui modul, buku manual atau petunjuk pengoperasian • Mempelajari modul/buku manual dan bekerja sesuai petunjuk.
E. Peranan siswa dan guru dalam proses belajar Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melaui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Proses tersebut berupa 11
“…..constructing and restructuring of knowledge and skills (schemata) within the individual in a complex network of increasing conceptual consistency…..”. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun diluar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya. Peranan Siswa (Si-Belajar). Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Peranan Guru. Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
12
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi: a) Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. b) Menumbuhkan
kemampuan
mengambil
keputusan
dan
bertindak,
dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. c) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
13
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Jadi menurut kami dari model-model teori belajar yang kami bahas di atas baik jika kita terapkan dalam suatu proses pembelajaran. Namun semua model teori belajar mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing jadi kita harus jeli dalam memmilah model teori belajar yang cocok yang akan diterapkan dengan melihat situasi dan kondisi proses belajar yang sedang berlangsung.
B. SARAN Sebagai calon guru kita harus bener-bener mehamahi teori-teori belajar yang ada saat ini sebelum kita terjun dalam prakterk mengajar, agar nanti ketika mengajar dapan menerapkan teori belajar yang tepat pada kelas yang kita ajar.
14
DAFTAR PUSTAKA A. Sugiarto. Dkk. 2007. Pesikologi Pendidikan : UNY press B. http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristikkognitif.html#ixzz29W9HE9oV C. http://e-multicenter.blogspot.com/2012/01/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.html D. http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/tokoh-tokoh-teori-belajar-kognitif.html E. http://binderpuja.blogspot.com/2010/10/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.htm F. Degeng N.S, (1997). Pandangan Behavioristik vs Konstruktivistik: Pemecahan Masalah Belajar Abad XXI. Malang: Makalah Seminar TEP. G. Raka Joni, T., (1990). Cara Belajar Siswa Aktif: CBSA: Artikulasi Konseptual, Jabaran Operasional, dan Verivikasi Empirik. Pusat Penelitian IKIP Malang.
15