APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT
INTISARI Program pemerintah mengenal konversi energy dari sumber terbarukan dengan kewajiban memanfaatkan sumber energy potensial setempat dapat diterapkan di Provinsi Aceh karena mempunyai potensi sumber energy dari bahan nabati yang berlimpah, khususnya limbah padat cangkang sawit. Aplikasi/ penerapan teknologi proses briket arang dari cangkang sawit sebagai bahan bakar dilakukan pada proses penguapan garam rakyat cara tradisional. Hasil uji kinerja teknologi pembuatan briket arang dari cangkang sawit bahwa penggunaan larutan perekat tepung kanji yang optimum adalah konsentrasi 10%. Perbandingan larutan kanji 10% dengan bahan arang adalah 1 (satu) bagian larutan kanji 10%: 5 (lima) bagian bahan arang cangkang sawit. Dari pengamatan proses pemasakan/penguapan air garam memperlihatkan bahwa penggunaan bahan bakar kriket arang cangkang sawit memberikan nyala api yang lebih panas sehingga mempersingkat waktu pemasakan sampai 25% dibandingkan penggunaan bahan bakar dari kayu bekas. Selain itu pengguinaan bahan bakar briket tidak menghasilkan asap (karbon) yang tinggi sehingga tidak mengganggu kesehatan. Nilai kalor briket arang cangkang sawit telah memenuhi syarat mutu arang komersial yaitu lebih besar 5000 kal/gr sesuai persyaratan mutu SNI Briket Arang Kayu.
Kata kunci : briket arang, bahan bakar, cangkang sawit
APLIKASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUK ACEH DELIGHT BERBASIS GEL INTISARI
Penelitian mengenai aplikasi teknologi pengembangan produk aceh delight berbasis gel telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggarean 2011. Penelitian inidikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil kue khas daerah dan berkeinginan untuk mempertahankan kue khas daerah dan menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Pada penelitian ini telah dilakukan kegiatan pembuatan kue tradisional produk meusekat, dodol rumput laut dan produk aceh delight. Pada ketiga produk tersebut ditambahkan pure karagenan dengan variable 0,15%; 0,125%; 0,1%; 0,09%; 0,08%, 0,07%; 0,06%; 0,05%, 0,04% dan 0,02%. Hasil produk tersebut di analisa kadar air, kadar abu, kadar protein dan uji organoleptik. Analisa tersebut berdasarkan standar uji makanan dan minuman yaitu SNI 01-2891-1992 untuk kadar air, kadar abu dan kadar protein. Uji kapang/khamir berdasarkan SNI 01-2897-1992 dan uji kapang khamir berdasarkan laporan SOekarto, ST Tahun 1985. Hasil analisa terhadap kadar air, kadar abu dan protein masuk dalam range
Stabdar Nasional Indonesia kecuali kadar air pada produk dodol. Kapang/Khamir untuk semua produk hasilnya positif, ini dikarenakan produk dibiarkan di udara terbuka untuk melihat lamanya daya tahan. Uji organoleptik dilakukan pada 20 panelis dan diperoleh hasil untuk produk baru yaitu produk Aceh Delight tingkat penerimaan/kesukaan cukup bagus. Dengan adanya penemuan produk baru ini diharapkan dapat dikembangkian untuk industry rumah tangga di daerah Provinsi Aceh. Kata kunci : Aceh delight, karagenan dan meusekat
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK SIFAT FIKSASI MINYAK NILAM DI PROVINSI ACEH
INTISARI Penelitian mengenai karakteristik sifat fiksasi minyak nilam di provinsi Aceh telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2011. Penelitian ini dikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil minyak nilam terbesar di Indonesia, dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak nilam yang dihasilkan dari daerah lain. Pada penelitian dilakukan formulasi penggunaan minyak nilam dengan menggunakan minyak nilam rakyat yang telah melalui proses redistilasi. Proses redistilasi dilakukan pada kondisi tekanan 800 mbar dan temperatur 160oC dengan perbandingan minyak nilam dan air 1 : 8. Proses formulasi penambahan minyak nilam di lakukan dengan konsentrasi penambahan minyak nilam sebesar 1%; 1.5%; 2%; 3% dan 4% pada perbandingan parfum 20% minyak melati. Hasil pengujian minyak nilam untuk kondisi operasi redistilasi adalah warna kuning, bobot jenis 0,950, indeks bias 1,5024, kelarutan dalam alkohol 1 : 5, bilangan asam 2,23, bilangan ester 12,35, kadar Fe 13,94 mg/kg, kadar patchouli alkohol 18,86% dan kadar alpha-copaenen 0,20%. Formulasi penambahan minyak nilam yang terbaik diperoleh pada jumlah penambahan 3% dengan hasil warna lebih cerah, aroma lebih tahan lama, tidak terlalu bernoda dan masih mampu dibersihkan. Kata kunci
: minyak nilam rakyat, redistilasi, SNI 06-2385-2006, minyak bunga alamiah
KARAKTERISTIK DAN MODIFIKASI SIFAT FUNGSIONAL KAYUMANIS DALAM PRODUK PANGAN INTISARI Karakteristik dan modifikasi sifat fungsional kayumanis dalam produk pangan bertujuan untuk diversifikasi produk oleoresin menjadi produk pangan dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi kayu manis di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan selama 10 (sepuluh) bulan di Laboratorium Proses Baristand Industri Banda Aceh. Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi survey/ penjajakan potensi kayu manis ke daerah Kabupaten Tingkat II di Provinsi Aceh,
persiapan bahan dan peralatan ekstraksi oleoresin, penelitian dan analisa pendahuluan (analisa kadar air dan kadar abu terhadap bahan baku), penelitian lanjutan (proses ekstraksi oleoresin kayumanis), proses pemurnian, Karakteristisasi produk oleoresin kayumanis (GCMS dan SEM), aplikasi oleoresin kayumanis dalam produk pangan, uji organoleptik terhadap produk pangan modifikasi, pengolahan data analisa penyusunan laporan. Bahan baku kayumanis yang digunakan pada penelitian ini berasal dari beberapa daerah Kabupaten Tingkat II di Provinsi Aceh yaitu: Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Bireun. Ekstraksi oleoresin kayumanis menggunakan metode ekstraksi sokhlet. Variabel percobaan terdiri dari variabel tetap yaitu berat kayumanis 60 gram dan ukuran partikel 60 mesh, sedangkan variabel berubah yaitu 1). rasio pelarut terhadap bahan (1:8, 1;10, 1;12 dan 1:14), 2). jenis pelarut (Ethanol 96% p.a dan Ethanol daur ulang), 3) perlakuan setelah ektraksi (diuapkan dan tidak diuapkan). Hasil analis pendahuluan diketahui bahwa kadar air yang terkandung pada bahan baku kayumanis asal Lhokseumawe, Sigli dan Bireuen masing-masing sebesar 12,83%, 12,05% dan 12,07%. Persentase penurunan kadar air setelah pengeringan menggunakan oven masing-masing sebesar 55,49%, 48,98% dan 58,74%, sedangkan dengan matahari masingmasing sebesar 25,88%, 25,06% dan 23,70%. Kadar abu yang terkandung pada bahan baku kayumanis asal Lhokseumawe, Sigli dan Bireuen masing-masing sebesar 3,55%, 3,41% dan 3,68%. Persentase penurunan kadar abu setelah pengeringan menggunakan oven masingmasing sebesar 6,48%, 22,87% dan 26,09%., sedangkan dengan matahari masing-masing sebesar 11,27%, 9,09% dan 27,72%. Perlakuan ekstraksi oleoresin kayumanis dengan metode sokhlet yang paling optimal yaitu pada perlakuan jenis pelarut ethanol 96% (diuapkan), rasio bahan dan pelarut 1: 15, ukuran partikel 80 mesh, waktu ekstrak 8 jam, dengan yield oleoresin kayumanis sebesar 41,53% Hasil uji karakterisasi sifat fisiko kimia terhadap oleoresin kayumanis pada perlakuan optimal yaitu warna oleoresin Coklat Kemerahan; bentuk cairan kental; bau/ aroma khas kayumanis Indeks Bias 1,5304; Bobot Jenis 1,0179; morfologi/ bentuk struktur partikel tidak seragam. Hasil uji GCMS diketahui secara umum oleoresin hasil ekstraksi dengan metode sohklet menggunakan pelarut ethanol 96% dan pelarut bekas tidak berbeda secara signifikan, yaitu mengandung komponen propene, Propene, trideuteroacetonitril, Cinnamaldehyd, Coumarin. Hasil Uji organolpetik diketahui bahwa respon panelis terhadap produk pangan aplikasi berupa kue kering yakni “sangat suka” pada variasi penambahan oleoresin 2% yaitu sebesar 48% panelis. Sedangkan respon panelis “sangat tidak suka” yaitu terhadap produk pangan aplikasi dengan variasi penambahan oleoresin 5% yaitu sebesar 52% panelis. Aplikasi penggunaan oleoresin <3% pada produk pangan masih menunjukkan respon panelis “suka” dan “sangat suka”, sedangkan >5% menunjukkan respon panelis “tidak suka” dan “sangat tidak suka”.Dari pelaksanaan penelitian ini disarankan adanya kegiatan lanjutan dalam rangka tranfer teknologi/ aplikasi pada produk kayumanis pada IKM atau home industri, sehingga akhirnya dapat tercapai sasaran untuk memanfaatkan potensi kayu manis di Provinsi Aceh; diketahuinya karakterisasi (sifat kimia dan fisika) oleoresin kayu manis; dan modifikasi produk oleoresin dalam bahan pangan. Kata kunci: ektraksi sokhlet, kayumanis, oleoresin, dan uji organoleptik
LITBANG OPTIMASI SIFAT SENSORIK EKSTRAK JAHE PADA PRODUK MINUMAN KHAS ACEH
INTISARI Penelitian optimasi sifat sensorik ekstrak jahe pada produk minuman khas Aceh dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh. Penelitian ini merupakan eksperimen untuk memanfaatkan potensi jahe di Provinsi Aceh dan mendapatkan proses untuk mengoptimasi sifat sensorik ekstrak jahe, serta memaksimalkan penggunaan ekstrak jahe pada produk minuman yaitu bandret. Diharapkan hasil penelitian ini adalah meningkatnya produksi ekstrak jahe yang berkualitas, serta adanya peningkatan mutu produk minuman dari ekstrak jahe. Adapun perlakuan pada penelitian ini meliputi 2 (dua) perlakuan yaitu jahe tidak dikuliti dan jahe dikuliti, dimana pada setiap perlakuan akan diperoleh 2 (dua) jenis produk yaitu konsentrat bandret dan konsentrat ekstrak jahe. Variabel tetap untuk kedua perlakuan meliputi bobot jahe, volume awal, volume akhir dan jenis serta bobot bahan tambahan. Sedangkan variable berubah adalah volume konsentrat yang terdiri dari 5,10, 15, dan 20 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat sensorik jahe yang terbaik dari kedua perlakuan, berdasarkan pengujian organoleptik yang meliputi rasa, aroma dan warna oleh 15 orang panelis yang memberikan prosentase penilaian tertinggi terhadap ketiga parameter organoleptik tersebut, pada skala numeric suka dan sangat suka adalah pada penambahan kedua jenis konsentrat sebanyak 15 ml untuk perlakuan jahe tidak dikuliti, dan 20 ml untuk perlakuan jahe dikuliti. Kata kunci : bandret, jahe, konsentrat, sensorik
PENGEMBANGAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL
INTISARI Diversifikasi pangan sangat diperlukan untuk menunjang ketahanan pangan di Indonesia, terutama pada saat ini dimana produktivitas beras semakin fluktuatif, masyarakat diharapkan tidak hanya bergantung pada satu jenis makanan saja terutama beras, tetapi juga komoditas lainnya yang gizinya tidak kalah dengan beras. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses serta formula terbaik dalam menghasilkan produk pangan alternatif pengganti beras dengan nilai gizi yang mendekati beras. Bahan utama yang digunakan untuk membuat pangan pengganti beras adalah pati sagu dan bahan tambahan lain yang terdiri dari kacang kedelai dan kacang hijau. Pati sagu diformulasikan dengan tepung kacang hijau dan kacang kedelai dalam empat formula. Teknologi proses yang dilakukan meliputi tahap pencampuran, tahap granulasi, tahap pregelatinisasi dan tahap pengeringan. Hasil analisa nutrisi menunjukkan beras sagu formula 2 (75 % sagu, 25% kedelai) mengandung
kadar karbohidrat mendekati beras serta nutrisi protein, lemak dan serat yang paling tinggi. Beras sagu formula 4 (70% sagu, 15% kedelai, 15% kacang hijau) memiliki nilai karbohidrat setara dengan beras, serta mengandung nilai nutrisi protein, lemak dan serat yang mendekati beras. Hasil uji organoleptik secara hedonik menunjukkan panelis menyukai tekstur dari nasi beras sagu secara umum dan menyukai rasa serta warna nasi beras sagu dengan pemasakan kombinasi 70% beras dan 30% beras sagu. Hasil analisa umur simpan dengan parameter mikrobiologi menunjukkan bahwa beras sagu masih memenuhi persyaratan SNI (3549:2009) dengan waktu penyimpanan selama empat bulan. Kata kunci: Sagu, pangan alternatif, formula
PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI GARAM RAKYAT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
INTISARI Garam merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Akan tetapi saat ini kebutuhan tersebut masih belum dapat terpenuhi oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja Indonesia masih harus mengimpor garam dari luar negeri. Hal ini sangatlah tidak wajar bagi negara maritim yang memiliki pantai terpanjang nomor dua di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan potensi alam serta mengembangkan teknologi produksi garam rakyat dalam rangka meningkatkan produktivitas. Pengembangan proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah menvariasikan waktu penjemuran pasir (7, 14, 21 dan 28) jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penjemuran pasir memberi pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan dimana semakin lama waktu proses penjemuran maka semakin tinggi produktivitas dan peningkatan kadar NaCl pada garam. Rendemen garam yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 21,64% (72,69 kg) yaitu dari proses pemasakan selama 6 jam gram per batch (336 liter dengan kepekatan bahan 22ºBe). Kandungan NaCl yang dihasilkan dari percobaan ini juga menunjukkan peningkatan yaitu diatas 94% bila bila dibandingkan dengan garam yang dihasilkan dari pemasakan masyarakat masih sangat rendah yaitu berkisar antara 80-90% NaCl. Proses penjemuran terbaik pada penelitian ini adalah pada waktu penjemuran 21 jam dengan rendemen garam 21,64%. Hasil uji mutu terhadap parameter kadar air : 4,32%, NaCl : 97,40%, bagian tak larut dalam air : 0,023%, dan tehadap cemaran logam Cd : 0,083 ppm, Pb : <0,012 ppm dan As : <0,0002 ppm dan memenuhi persyaratan SNI 013556-2010. Kata kunci : Garam, natirum clorida, produktivitas, sistem pemasakan