PENERAPAN STRATEGI SELF ASSESSMENT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI KELAS XI IPA MAN YOGYAKARTA III
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh: Rina Marrinawati NIM.09410180
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
v
MOTTO
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.1 (QS.Al Ahzab: 21)
1
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006),
hlm.420.
vi
Persembahan Skripsi ini ku persembahkan kepada Almamaterku tercinta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
ِ اَﺷْﮭَﺪُ أَنْ ﻟَّﺎ اِﻟﮫَ إِﻟﱠﺎاﷲُ وَ اَﺷْﮭَﺪُ أَنﱠ ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا رَﺳُﻮْلُ ا,َاَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﮫِ رَبِّ اﻟْﻌَﺎ ﻟَﻤِﯿْﻦ ﷲ ,َوَاﻟﺼﱠﻠَﺎةُوَاﻟﺴﱠﻠَﺎمُ ﻋََﻠﻰ أَﺷْﺮَفِ اﻟْﺄَﻧْﺒِﯿﺎَءِوَاﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﯿْﻦَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﮫِ وَأَﺻْﺤَﺎ ﺑِﮫِ أَﺟْﻤَﻌِﯿْﻦ ُأَﻣﱠﺎ ﺑَﻌْﺪ Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini meskipun dalam prosesnya banyak sekali hambatan. Namun demikian, penulis sadari dengan sepenuh hati bahwa ini adalah benar-benar pertolongan Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai figur teladan dalam dunia pendidikan yang patut dicontoh. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang PENERAPAN STRATEGI SELF ASSESSMENT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI KELAS XI IPA MAN YOGYAKARTA III. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
viii
ABSTRAK RINA MARRINAWATI. Penerapan Strategi Self Assessment dalam Pembentukan Karakter Siswa pada Pembelajaran Fiqih di Kelas XI IPA MAN Yogyakarta III. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013. Latar belakang masalah ini adalah kurang efektifnya strategi pembelajaran fiqih dalam membentuk karakter siswa kelas XI IPA di MAN Yogyakarta III. Hal ini dikarenakan strategi yang kurang mendukung dalam pembelajaran serta peserta didik belum bisa menunjukkan karakter yang diharapkan, baik dalam proses pembelajaran fiqih maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui strategi self assessment dalam pembelajaran fiqih serta membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, dengan mengambil latar di MAN Yogyakarta III. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah dengan menganut teori dari Miles dan Huberman yaitu Data reduction (Reduksi data), Data Display (penyajian data) dan Conclution Drawing atau Verification. Hasil penelitian ini menunjukkan:1) Penerapan strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Dengan strategi ini siswa bisa mengekspresikan dirinya dengan cara menilai dirinya sendiri. Siswa sudah mampu menilai dirinya secara obyektif. Pada awalnya siswa belum bisa menilai dirinya sendiri setelah pembelajaran dikarenakan siswa belum terbiasa menilai dirinya sendiri sehingga mereka tidak percaya diri ataupun jujur dalam menilai pemahaman setelah pembelajaran. Selanjutnya, pada pertemuan berikutnya masing-masing siswa sudah mulai menunjukkan karakter jujur, bertanggung jawab atas penilaiannya sendiri serta percaya diri dalam memberikan penilaian. Selain penilaian yang dilakukan oleh masing-masing siswa, guru fiqih juga harus mengontrol dan mengamati sikap siswa-siswa tersebut. 2) Karakter yang muncul dan menjadi kebiasaan siswa tersebut adalah kejujuran, tanggung jawab, saling mengahargai dan percaya diri. Penerapan strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa sudah efektif dan menghasilkan pembentukan dan pengembangan karakter dengan baik meskipun belum bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................ HALAMAN SURAT PERNYATAAN .................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................ HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. HALAMAN MOTTO .............................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. HALAMAN KATA PENGANTAR ....................................................................... HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................... HALAMAN DAFTAR ISI ...................................................................................... HALAMAN DAFTAR TABEL.............................................................................. HALAMAN DAFTAR GAMBAR ......................................................................... HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
i ii iii iv v vi vii viii x xi xiii xiv xv
BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................... A. Latar Belakang Masalah..................................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... D. Kajian Pustaka .................................................................................... E. Landasan Teori ................................................................................... F. Metode Penelitian ............................................................................... G. Indikator Penelitian ............................................................................ H. Sistematika Pembahasan ....................................................................
1 1 6 6 8 12 36 41 42
BAB II : GAMBARAN UMUM MAN YOGYAKARTA III .............................. A. Letak Geografis .................................................................................. B. Sejarah Singkat Berdiri dan Proses Perkembangannya ................... C. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan .................................. D. Keadaan Siswa.................................................................................... E. Keadaan Sarana dan Prasarana ..........................................................
44 44 48 51 55 58
BAB III : PENERAPAN STRATEGI SELF ASSESSMENT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ......................................................... 62 A. Penerapan Strategi Self Assessment (Penilaian Diri) dalam Pembelajaran Fiqih ........................................................................... 63 1. Proses Pembelajaran Fiqih dengan Strategi Self Assessment
xi
(Penilaian Diri) .......................................................................... 69 2. Kendala Penerapan Strategi Self Assessment ............................ 77 3. Upaya Mengatasi Kendala Penerapan Strategi Self Assessment ........................................................................... 79 B. Karakter Strategi Self Assessment dalam Pembelajaran Fiqih ................................................................................................... 82 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ....................................................................................... 89 BAB IV : PENUTUP ............................................................................................... A. Kesimpulan ......................................................................................... B. Saran .................................................................................................... C. Kata Penutup .......................................................................................
95 95 96 97
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 102
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I
: Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pendidikan Karakter...................................................................... 29
Tabel II
: Sejarah Nama Sekolah Tahun 1950-1992................................... 46
Tabel III : Nama Kepala Sekolah dari Tahun 1950- sekarang .................... 46 Tabel IV : Sejarah Lokasi PGAN dari Tahun 1950-sekarang ..................... 47 Tabel V
: Keadaan Guru MAN Yogyakarta III Tahun 2012/2013 ............ 52
Tabel VI : Keadaan Tenaga Kependidikan MAN Yogyakarta III............... 54 Tabel VII : Keadaan Peserta Didik Tahun 2012/2013................................... 55 Tabel VIII : Keadaan Sarana dan Prasarana .................................................... 58 Tabel IX : Keadaan Alat Administrasi .......................................................... 59 Tabel X
: Lokasi Pondok Pesantren dan Asrama ........................................ 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Proses Pembelajaran Fiqih ............................................................ 127 Gambar 2 : Pembelajaran Fiqih Kelas XI IPA 4 Ketika Diskusi ................... 128 Gambar 3 : Pembelajaran Fiqih menggunakan Strategi Self Assessment.............................................................................. 129 Gambar 4 : Keadaan MAN Yogyakarta III ..................................................... 130 Gambar 5 : Ruang Baca MAN Yogyakarta III ................................................ 131
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
: Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 103
LAMPIRAN II
: Observasi Pembelajaran Untuk Guru .................................. 106
LAMPIRAN III
: Observasi Pembelajaran Untuk Siswa ................................. 112
LAMPIRAN IV
: Soal Post Test ........................................................................ 117
LAMPIRAN V
: RPP Fiqih Kelas XI .............................................................118
LAMPIRAN VI
: Silabus Fiqih ......................................................................... 126
LAMPIRAN VII
: Catatan Lapangan ................................................................. 136
LAMPIRAN VIII
: Bukti Seminar Proposal ........................................................154
LAMPIRAN IX
: Kartu Bimbingan Skripsi......................................................155
LAMPIRAN X
: Surat Ijin Penelitian ..............................................................156
LAMPIRAN XI
: Sertifikat PPL 1 ..................................................................... 157
LAMPIRAN XII
: Sertifikat PPL-KKN .............................................................158
LAMPIRAN XIII
: Sertifikat TOEFL .................................................................. 159
LAMPIRAN XIV
: Sertifikat TOAFL.................................................................. 150
LAMPIRAN XV
: Sertifikat ICT ........................................................................ 151
LAMPIRAN XVI : DaftarRiwayat Hidup .............................................................152
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mewujudkan perubahan positif pada diri peserta didik yakni setelah menjalani proses pembelajaran, khususnya perubahan tingkah laku individu untuk kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya di mana subjek didik menjalani kehidupan.1 Pendidikan dapat dianggap sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensinya serta mempunyai kepribadian yang baik dan berkarakter. Publik masih berasumsi bahwa pendidikan di negeri ini belumlah bisa membentuk dan menciptakan insan yang cerdas, terampil dan berkahlak mulia atau berbudi pekerti baik. Pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia emas tahun 2025.2 Sekolah sebagai lembaga pendidikan selalu berusaha terus menerus dan terencana dalam mengadakan pembenahan dan perbaikan di berbagai aspek, termasuk salah satunya aspek pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru memiliki strategi agar siswa dapat belajar dengan nyaman dan efektif serta 1
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009), hlm. 25. 2 ArtikelPendidikan,http://www.google.com/pendidikankarakter/pendidikankarakterponda sibangsa. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2013, Jam 02.30 WIB.
1
tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Keberhasilan dalam suatu pembelajaran tergantung kepada guru dan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
Guru
harus
mempunyai
kemampuan
untuk
memproses
pembelajaran yang terkait erat dengan kemampuannya dalam strategi pembelajaran. Strategi yang tepat akan membina peserta didik untuk berpikir mandiri, kreatif dan sekaligus adaptif terhadap berbagai situasi yang terjadi.3 Berawal dari kegelisahan peneliti yang melihat berbagai kasus yang melibatkan pelajar akhir-akhir ini, misalnya: kasus perkosaan, pelecehan, tawuran, narkoba, dan kriminal lainnya menunjukkan lemahnya nurani dan moralitas anak bangsa. Nurani yang sakit menggambarkan bahwa pendidikan agama selama ini belum berfungsi secara efektif. Pendidikan agama saat ini baru pada tataran formal dan ritual serta kurang menyentuh aspek pembentukan karakter.4 Sebenarnya tidak hanya guru Pendidikan Agama Islam saja yang berkewajiban dalam membentuk karakter siswa, akan tetapi stakeholder harus terlibat dan bertanggung jawab dalam pembentukan karakter siswa. Terkait dengan pendidikan karakter yang sudah dicanangkan pemerintah, maka semua sekolah harus menyiapkan dengan matang serta berbagai usaha dilakukan untuk tercapainya karakter bangsa yang diharapkan. Begitu juga dengan MAN Yogyakarta III (MAYOGA) sebagai figur sentral yang menjadi
3
Hisyam Zaini,dkk. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD, 2002) Hal: 96 4 AFSahabatArtikel,ArtikelPendidikan, http://abyfarhan7.blogspot.com/2011/12/penilaiandiri-dan-sikap-self-assesment.html, 2011.
2
contoh dan pusat pemberdayaan Madrasah sejenis, baik negeri maupun swasta. MAN Model dikembangkan untuk mencapai keunggulan bagi para lulusannya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai perlakuan, baik dalam sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses pembelajaran. MAN Model sebagai sekolah unggulan harus menampilkan kinerja yang memiliki karakteristik: populis-islamis-dan berkualitas. MAYOGA selain sebagai MAN Model, juga merupakan Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI). Salah satu alasan MAYOGA sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) adalah pendidikan berkarakter (madrasah integratif dengan pesantren). Oleh karena itu, inilah alasan mengapa penelitian akan dilakukan di MAYOGA yaitu dengan terbuktinya MAYOGA sebagai MAN Model yang sudah menerapkan pendidikan karakter terhadap siswa-siswanya dan merupakan MAN MODEL yang menjadi penutan oleh madrasah-madrasah lainnya.5 Mata pelajaran agama ada langkah-langkah khusus yang bertujuan untuk meningkatkan ibadah, memperteguh keimanan dan akhlakul karimah serta untuk membekali life skill peserta didik MAYOGA. Dalam pembelajaran agama di MAYOGA, jumlah jam pelajaran yaitu dua jam tiap minggunya. Begitu juga dengan mata pelajaran fiqih jumlah jam pelajaran tiap minggunya adalah dua jam. Padahal materi fiqih yang harus disampaikan sangatlah
5
Hasil wawancara dengan Kepala Madrasah Pak Suharto pada Tanggal 14 November
2012.
3
banyak dan kompleks. Oleh sebab itu penggunaan metode dan strategi sangatlah penting dalam penyampaian materi fiqih. “Menggunakan strategi dan metode dalam pembelajaran fiqih memang sangat penting untuk mempermudah materi yang akan disampaikan. Akan tetapi tidak semua yang telah direncanakan dalam perencanaan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik. Terkadang rencana pembelajaran hanya sebagai formalitas semata dan guru menggunakan strategi dan metode menyesuaikan kondisi yang di kelas tersebut. Guru memang harus pandai dalam mengelola kelas”.6 Strategi yang dipilih untuk membentuk karakter peseta didik salah satunya dengan strategi self assessment, strategi ini mengandung kegiatan yang sangat menarik dan membentuk pribadi siswa yang sebenarnya. Sebab, dalam strategi self assessment ini siswa diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Diharapkan dengan strategi ini siswa bisa jujur, percaya diri, saling menghargai sesama dan bertanggung jawab atas penilaian dirinya sendiri terhadap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran Fiqih. Dengan adanya self assessment ini siswa akan terbentuk karakternya dan diamalkan dalam sehari-hari. Selain siswa, dengan strategi self assessment ini guru juga dapat terbantu dengan penilaian yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Sehingga guru bisa mengetahui tentang pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan serta karakter siswa yang baik dan kurang baik. Pada akhirnya guru bisa membentuk suatu motivasi bagi siswa-siswanya agar selalu memiliki karakter yang baik. Sebelumnya guru sudah pernah menerapkan strategi ini akan tetapi tidak
6
Hasil Wawancara dengan Guru Fiqih Bu Eny Isnaini Nazilaturrokhmah pada Tanggal 12 September 2012.
4
dilanjutkan dengan alasan bahwa guru fiqih merasa kalau strategi tersebut tidak berjalan dengan baik.7 Peneliti memilih pelajaran fiqih dalam menerapkan strategi self assessment karena sebelumnya guru fiqih pernah menggunakan strategi self assessment akan tetapi belum berhasil. Dengan alasan bahwa strategi ini masih belum efektif dalam pembelajaran, selain itu strategi self assessment belum memberikan kontribusi dalam penilaian bagi guru fiqih serta siswa tidak kooperatif dalam pembelajaran.8 Strategi ini siswa harus bisa menerapkan kejujuran terhadap diri sendiri dalam pembelajaran Fiqih. Selain kejujuran dalam strategi ini siswa juga dituntut untuk bisa menghargai orang lain, percaya kepada diri sendiri tanpa meniru ataupun menyontek karakter siswa lainnya. Siswa juga dituntut untuk bertanggung jawab atas penilaian diri yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa perlu diteliti dan diterapkan dalam pembelajaran aktif. Supaya guru mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam pembelajaran Fiqih dan bisa mengevaluasi siswanya sesuai dengan penilaian diri yang dilakukan oleh siswa sebelumnya. Dengan ini penulis bekerjasama dengan guru mata pelajaran Fiqih di MAN Yogyakarta III untuk menerapkan strategi self assessment dalam pembelajaran Fiqih.
7
Wawancara dengan Guru Fiqih Bu Eny Isnaini Nazilaturrokhmah pada Tanggal 21 November 2012. 8 Ibid,.
5
Secara khusus penelitian ini membahas tentang “Penerapan Strategi Self Assessment dalam Pembentukan Karakter Siswa pada Pembelajaran Fiqih di Kelas XI IPA MAN Yogyakarta III ”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan telah dipaparkan di atas, rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan strategi self assessment dalam pembelajaran Fiqih terhadap pembentukan karakter siswa kelas XI IPA MAN Yogyakarta III? 2. Apa saja karakter siswa yang terbentuk dengan menggunakan strategi self assessment dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas XI IPA MAN Yogyakarta III?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Fiqih di kelas XI IPA MAN Yogyakarta III. b. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan strategi self assessment pada pembelajaran Fiqih di kelas XI IPA MAN Yogyakarta III.
6
c. Mengetahui karakter siswa yang terbentuk dengan menggunakan strategi self assessment pada pembelajaran Fiqih di kelas XI IPA MAN Yogyakarta III. 2. Kegunaan penelitian ini adalah: a. Kegunaan teoritik 1) Memperkaya ilmu pengetahuan terhadap strategi pembelajaran self assessment. 2) Rekonstruksi dan eksplorasi strategi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Fiqih dan Pendidikan Agama Islam lainnya. 3) Memahami karakter siswa yang terbentuk dengan menggunakan strategi self assessment. b. Kegunaan praktis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan strategi self assessment dalam pembelajaran agama Islam pada umumnya dan pembelajaran fiqih pada khususnya. 2) Dengan menggunakan strategi self assessment diharapkan siswa terbentuk karakter sesuai dengan tujuan dari penerapan strategi self assessment tersebut. 3) Menjadi bahan masukan bagi guru-guru Fiqih pada khususnya dan guru-guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi.
7
D. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian mengenai penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu. Kajian pustaka pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan bahwa fokus yang diangkat belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan pengamatan dan penelusuran penulis sejauh ini, belum ada penelitian yang berjudul “ Penerapan Strategi self assessment dalam Pembentukan Karakter Siswa Pada Pembelajaran Fiqih di Kelas XI IPA MAN Yogyakarta III” sehingga peneliti melakukan penelitian ini. Adapun hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Questions Student Have Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Di Kelas VII F MTs N Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”, oleh Azimatul Munawaroh, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Skripsi ini mendeskripsikan tentang 1. Penerapan Metode Questions Student Have meliputi hal-hal yang membuat siswa semakin berani bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan, 2. Peningkatan motivasi belajar siswa, 3. Faktor-faktor internal yang mendukung siswa itu mau bertanya.9
9
Azimatul Munawaroh, “Penggunaan Metode Questions Student Have Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Di Kelas VII F MTs N Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011, hlm. 111-112.
8
Skripsi yang berjudul “ Pendidikan Karakter Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata (Perspektif Pendidikan Agama Islam)”, oleh Hani Raihana mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi literatur. Skripsi ini menghasilkan 1. Pendidikan karakter yang termuat dalam novel adalah sebagai berikut rendah hati dan penerimaan diri; ingin tahu dan kreatif; percaya diri; optimis dan pantang menyerah; kejujuran; tanggung jawab dan disiplin; empati; penghargaan terhadap orang lain dan cinta sesame; serta kerja sama dan kepemimpinan. 2. Proses pendidikan karakter dilakukan dengan penciptaan atmosfer pendidikan yang fun dan student center, menghargai perbedaan individu serta tim, memberi motivasi melalui mencintai ilmu, ajaran Islam dan teladan serta mendidik anak agar memiliki mimpi dan citacita serta berusaha mewujudkannya. 3. Keberhasilan suatu pendidikan adalah saat muncul moral awereness- conscience pada peserta didik saat muncul masalah. Pendidikan karakter terwujud melalui berkesinambungan moral knowing, moral feeling dan moral action.10 Skripsi yang berjudul “ Penerapan Metode pembelajaran Outbond Kids Sebagai Upaya Menumbuhkan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IV Di SDIT Salsabila Kabupaten Purworejo”, oleh Yusuf Ari Wardhana, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 10
Hani Raihana, “Pendidikan Karakter Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata (Perspektif Pendidikan Agama Islam)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007, hlm.134.
9
pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Skripsi ini menghasilkan 1. Penerapan metode outbond kids dalam mata pelajaran PAI kelas VI SDIT Salsabila Purworejo dapat menumbuhkan kreativitas belajar. Hal ini terlihat dari semangat dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran PAI. 2. Upaya guru dalam menerapkan metode outbond kids sudah cukup sesuai dengan kondisi siswa sehingga dapat membuat siswa menjadi semangat dan tidak jenuh dalam belajar. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kreativitas belajar siswa adalah dengan pemilihan jenis permainan yang sederhana dan sesuai dengan kondisi yang ada.11 Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Islami Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”, oleh Agus Firmansyah, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Skripsi ini menghasilkan 1. Pesan pendidikan karakter Islami dalam novel Bumi Cinta yaitu pertama, karakter kepada Allah yang meliputi cinta kepada Allah, berdoa, taubat, ridha, tawakal, syukur dan shalat. Kemudian karakter terhadap diri sendiri yang meliputi tanggungjawab, mandiri, disiplin, jujur, hormat, santun, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah. Karakter terhadap sesama masyarakat yang meliputi kasih sayang, peduli, menjenguk orang sakit dan kerjasama. Karakter terhadap lingkungan meliputi
11
Yusuf Ari Wardhana, “Penerapan Metode Pembelajaran Outbond Kids Sebagai Upaya Menumbuhkan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IV Di SDIT Salsabila Kabupaten Purworejo”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011, hlm. 80.
10
memakmurkan masjid dan mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak. 2. Adanya relevansi yang sangat erat antara nilai-nilai pendidikan karekter Islami dengan pendidikan nasional, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan insan kamil yang cerdas dan berakhlak mulia.12 Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Acting Out Untuk Meningkatkan Minat dan Keaktifan Siswa Pada Pembelajran Aqidah Akhlak di Kelas XIII IPA 2 MAN Gandekan Bantul”, oleh Dewi Kumalasari, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Skripsi ini menghasilkan 1. Minat dan keaktifan siswa pada pembelajaran Aqidah Akhlak sebelum penerapan strategi tersebut masih sangat rendah, 2. Penerapan strategi acting out pada pembelajaran Aqidah Akhlak berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang dibuat, 3. Adanya peningkatan minat dan keaktifan siswa pada pembelajaran Aqidah Akhlak.13 Setelah mengkaji dari berbagai skripsi yang ada terdapat perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, bahwasanya penelitian yang penulis teliti adalah tentang strategi Self Assessment dalam pembelajaran Fiqih. Sedangkan penelitian-penelitian yang ada menggunakan strategi yang berbeda. Selain itu dalam penelitian terdahulu membahas tentang minat dan
12
Agus Firmansyah, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Islami Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011, hlm. 95. 13 Dewi Kumalasari, “Penerapan Strategi Acting Out Untuk Meningkatkan Minat Dan Keaktifan Siswa Pada Pembelajran Aqidah Akhlak Di Kelas XIII IPA 2 MAN Gandekan Bantul”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011, hlm. 119-120.
11
keaktifan siswa dengan penerapan metode tersebut. Akan tetapi dalam penelitian ini strategi yang digunakan, untuk membentuk karakter siswa itu sendiri yaitu dengan strategi self assessment. Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas, penelitian ini difokuskan untuk mencari tahu strategi self assessment dalam mencapai pembentukan karakter siswa pada pembelajaran fiqih di kelas XI MAN Yogyakarta III. Sehingga fokus penelitiannya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Self assessement yang difokuskan di sini dalam pembentukan karakter yaitu meliputi karakter kejujuran, saling menghargai, tanggung jawab, dan percaya diri. Diharapkan juga dengan penelitian ini bisa membentuk karakter siswa dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Landasan Teori 1. Strategi Pembelajaran a. Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan “apa” berkaitan dengan isi atau materi pembelajaran. Pertanyaan “siapa” berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran. Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan perilaku seorang guru yang lebih baik. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pertanyaan
12
“mengapa” berkaitan dengan penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran harus dilakukan. Pertanyaan “bagaimana” berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik. Pertanyaan “seberapa baik” berkaitan dengan penilaian proses pembelajaran.14 Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang berarti proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Kata “belajar” kemudian mendapatkan awalan pe- dan akhiran –an yaitu pembelajaran, yang berarti upaya membelajarkan anak didik untuk belajar.15 Pembelajaran adalah upaya sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (siswa, peserta didik, peserta pelatihan, dan lain sebagainya) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih, dan lain sebagainya) yang melakukan kegiatan pembelajaran.16 Menurut Dr. Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari
14
Dra.Sumiati dan Asra, M.Ed., Metode Pembelajaran (Bandung: CV.Wacana Prima, 2008 cet 2), hlm. xii. 15 Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 99. 16 H.D. Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif (Bandung: Falah Production, 2001), hlm. 8.
13
siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.17 Sedangkan menurut Cagne dan Biggs, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga belajarnnya dapat berlangsung dengan mudah.18 Tentunya pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja karena proses pembelajaran merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya yang menuju kepada pembentukan perubahan yang lebih baik bagi peserta didik. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting karena guru merupakan pengelola proses belajar tersebut. b. Pembelajaran Fiqih Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang berarti proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Kata “belajar” kemudian mendapatkan awalan pe- dan akhiran –an yaitu pembelajaran, yang berarti upaya membelajarkan anak didik untuk belajar.19 Fiqih menurut bahasa (lughot) ialah paham. Definisi ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam syari’at atau hukum Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk 17
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara. 2007, cet ke-6),
hlm. 57. 18
Tengku Zahara Djafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar (Jakarta: Universitas Negeri Padang, 2001), hlm.2. 19 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar…,hlm. 99.
14
masyarakat sosial. Secara umum ilmu fiqih dapat disimpulkan bahwa jangkauan fiqih itu sangat luas sekali yaitu membahas masalah-masalah hukum Islam dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.20 Fiqih juga berarti ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.21 Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, fiqih merupakan bagian rumpun mata pelajaran yang membahas tentang ketentuanketentuan hukum dalam syari’at agama Islam. Syari’at Islam yang dibelajarkan melalui mata pelajaran fiqih cakupannya sangat luas. Oleh karena itu, dalam setiap jenjang Pendidikan Islam, pembelajaran fiqih memiliki aspek penekanan dan tujuan yang berbeda-beda. Pembagian materi-materi pembelajaran fiqih dalam setiap jenjang pendidikan secara psikologis disesuaikan dengan tingkat perkembangan pola pikir anak serta tingkat kebutuhan mutlak akan syari’at Islam oleh anak didik seperti yang sudah disyari’atkan agama Islam. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik pada saat Madrasah Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam, serta memperkaya kajian fiqih baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan 20
Drs.Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994), hlm.7. Muhammad Yusuf, dkk., Fiqh dan Ushul Fiqh (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005), hlm. 3. 21
15
kaidah-kaidah ushul fiqih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Fiqih membicarakan hubungan yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya, alatnya dan sebagainya. Hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia lainnya dan hubungan antara menusia dengan makhluk lain. Dilihat dari segi pengamalan ajaran Islam, yang jelas pengajaran Fiqih ini adalah pengajaran yang bersifat amaliyah, harus mengandung unsur teori dan praktik.22 Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di madrasah, materi keilmuan mata pelajaran fiqih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai-nilai (value) keagamaan. Secara garis besar mata pelajaran fiqih terdiri dari:23 a. Dimensi pengetahuan fiqih (Fiqih Knowledge), yang mencakup bidang ibadah, mu’amalah, munakahat, jinayah, siyasah dan ushul fiqih.
Secara
terperinci,
materi
pengetahuan
fiqih
meliputi
pengetahuan tentang thaharah, sholat, sujud, dzikir, haji, umrah, makanan, minuman, binatang halal atau haram, qurban, macammacam mu’amalah, kewajiban terhadap orang sakit atau jenazah, pergaulan remaja, jinayat, hudud, mematuhi undang-undang negara
22
Dr. Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara. 2008) cet.4, hlm.85. 23 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Fiqih Kurikulum (Jakarta: Departemen Agama RI. 2004), hlm. 3-5.
16
atau syari’at Islam, kepemimpinan, memelihara lingkungan dan kesejahteraan sosial. b. Dimensi keterampilan (Fiqh Skill), meliputi keterampilan melakukan thaharah, keterampilan melakukan ibadah mahdlah, memilih dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, melakukan kegiatan muamalah dengan sesama manusia berdasarkan syari’at Islam, memimpin dan memelihara lingkungan. c. Dimensi Nilai-nilai Fiqih (Fiqh Values), mencakup antara lain penghambaan kepada Allah SWT (ta’abbud), penguasaan atas nilai religius, disiplin, percaya diri, komitmen, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis dan kebebasan individual. Adapun fungsi pembelajaran Fiqih menurut Dirjen Departemen Agama adalah sebagai berikut:24 a. Mendorong timbulnya kesadaran beribadah para peserta didik kepada Allah Swt. b. Menanamkan kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik kepada Allah Swt. c. Mendorong timbulnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat Allah. d. Membentik kebiasaan disiplin dan rasa tanggung jawab sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat.
24
Dirjen Bimbingan Departemen Agama RI, Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih (Edisi Juni 2003), hlm 3.
17
e. Membentuk kebiasaan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat. f. Fungsi keilmuan, yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan agar dapat digunakan dalam kehidupan. Sedangkan tujuan pembelajaran Fiqih menurut Dirjen Departemen Agama antara lain:25 a. Agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami Islam secara terperinci dan menyeluruh, meliputi pengetahuan dan pengalaman. Keduanya menjadi pedoman dalam kehidupan pribadi dan sosial. b. Agar peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar sehingga dapat menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan sosial dan pribadi. Agar menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia dan berusaha menjadi teladan masyarakat. c. Strategi Strategi berasal dari kata Yunani, strategia yang berarti ilmu pengetahuan atau panglima perang. Berdasarkan arti kata tersebut, strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat
25
Ibid, hlm. 3.
18
atau laut. Strategia juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur kejadian atau peristiwa.26 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai. Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.27 Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah dilakukan. Strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sedangkan strategi yang penulis maksud adalah rencana kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
Pemilihan
tersebut
dilakukan
dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.28
26
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi) (Yogyakarta: Familia, 2012), hlm.11. 27 Ibid,. 28 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 3.
19
Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.29 Sehingga dari pengertian pembelajaran dan strategi dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang dipilih dan digunakan oleh seorang pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga memudahkan peserta didik menerima dan memahami
materi
pembelajaran,
yang
pada
akhirnya
tujuan
pembelajaran dapat dikuasinya diakhir kegiatan belajar. d. Strategi Self Assessment (Penilaian Diri) Strategi self assessment (Penilaian diri) adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.30 Penilaian diri (self assessment) adalah mengevaluasi perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan,
keterampilan-keterampilan
atau
perilaku-perilaku.
Penilaian diri dilakukan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya di masa depan.31 Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penilaian kompetensi kognitif di 29
Ibid, hlm.1. Sarwiji Suwandi, Model-Model Asesmen dalam Pembelajaran (Surakarta:Yuma Pustaka. 2011), hlm. 135. 31 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani dan YAPPENDIS. Cet 6 .2009), hlm. XXVII. 30
20
kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan karya yang dihasilkan. Penilaian diri didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria tertentu. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotor, siswa diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian
seseorang.
Keuntungan
penggunaan
penilaian diri (self assessment) antara lain: pertama, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri. Kedua, siswa menyadari terhadap kekuatan dan kelemahan dirinya, sebab ketika siswa melakukan penilaian, harus dilakukan dengan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Ketiga, dapat mendorong, membiasakan dan melatih siswa berbuat jujur, karena siswa mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.32
32
Sarwiji Suwandi. Model-Model Assessment…, hlm. 136.
21
1) Teknik Self Assessment (Penilaian Diri) Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut: 33 a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik agar senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak. 2) Self Assessment (Penilaian Diri) dalam Pendidikan Melalui menunjukkan
berbagai
kebijakannya,
komitmen
dan
saat
ini
pemerintah
kesungguhannya
dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu dan efektif. Lahirnya
Undang-Undang
nomor
20
tahun
2003
tentang
SISDIKNAS. PP Nomor 15 tahun 2005, PP Nomor 22 tahun 2006
33
Ibid,.
22
tentang standar isi dan peraturan menteri nomor 2003 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) adalah diantara buktinya. Standar nasional pendidikan lain yang saat ini sedang digodok adalah tentang standar penilaian pendidikan. Proses pendidikan akan berlangsung efektif dan memiliki dampak yang berarti bagi proses perubahan dan pembangunan jika dilihat melalui alat ukur kinerja baik proses maupun produknya. Alat yang selama ini dikenal dalam kinerja penilaian adalah evaluasi pendidikan. Dengan instrumen evaluasi yang baik, representatif dan valid maka efektivitas dan kualitas pendidikan yang selama ini berjalan dapat dengan mudah terlihat. Yang menarik dalam evaluasi pendidikan yang saat ini dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional adalah model penilaian yang dilakukan oleh peserta didik dan antar peserta didik (self assessment). Penilaian oleh peserta didik (self assessment) adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh peserta didik dalam menggali, menemukan dan mengemukakan tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berbagai hal serta mampu untuk menyikapi dan memperbaiki atas segala kekurangan yang ada serta menguatkan dan mengembangkan kelebihan yang dimilikinya. Di lingkungan Departemen Pendidikan, istilah penilaian diri atau self assessment tidaklah asing, pada saat penyelenggaraan akreditasi sekolah atau pendidikan, sekolah sebelum dinilai oleh evaluator atau assessor maka sekolah diharuskan menilai sekolahnya
23
sendiri dalam hal kinerja maupun keadaan kondisi sekolahannya. Dampak positif dengan adanya penilaian diri adalah pihak yang menilai dituntut dengan hati nuraninya, kejujurannya dan kejernihan pemikirannya untuk menilai kondisi dirinya maupun kondisi institusinya. Penilaian yang saat ini sedang diolah, yang mengacu pada PP Nomor 15 tahun 2005 tersebut adalah model penilaian yang dilaksanakan oleh oleh pendidik, penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Penilaian oleh peserta didik akan lebih melengkapkan model penilaian selama ini sudah berlangsung.34 2. Pendidikan Karakter a. Pengertian Akar dari kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara harfiah artinya memelihara dan member latihan. Sedangkan pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “tarbiyah”
yang
berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia dari fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi dan kanakkanak.35
34
AFSahabatArtikel,ArtikelPendidikan.http://abyfarhan7.blogspot.com/2011/12/penilaiandiri-dan-sikap-self-assesment.html, 2011. 35 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010) cet.16, hlm.32.
24
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.36 Pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003, merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mampu secara aktif mengembangkan potensi diri mereka untuk memiliki kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh mereka, masyarakat, bangsa dan Negara. Sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, the return of character education sebuah buku yang menyadarkan dunia barat secara khusus tempat dimana Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan pendidikan karakter.37 Menurut Nursalam Sirajudin, istilah karakter baru dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan pada akhir abad ke 18. Pencetusnya adalah FW. Foerster. terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan 36
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo. 2008), hlm.1. Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011), hlm. 11. 37
25
idealis spritualis dalam pendidikan, yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif. Lahirnya pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis, Auguste Comte.38 Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam ligkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agam, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.39 Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Dharma Kesuma, dkk., dalam
38
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta : Diva Press. 2011), hlm. 26-27. 39 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka: 2005), Edisi Ketiga, hlm. 529.
26
bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.40 b. Proses Pembentukan Karakter Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun atau mungkin hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari lingkungan keluarga itulah pondasi awal karakter anak sudah terbangun.41 Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. jika sejak kecil kedua orangtua selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Namun, jika kedua orangtua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa. Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola piker yang terbentuk, maka semakin jelas 40
Dharma Kesuma,dkk,. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011), hlm. 4. 41 Abdul Majid, Pendidikan Karakter …, hlm.18.
27
tindakan, kebiasaan dan karakter unik dari masing-masing individu. Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self image) dan kebiasaan (habit) yang unik.42 Secara teori, pembentukan karakter anak dimulai dari usia 0-8 tahun. Artinya di masa usia tersebut karakter anak masih berubah-ubah tergantung dari pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, membentuk karakter anak harus dimulai sedini mungkin bahkan sejak anak itu dilahirkan, karena berbagai pengalaman yang dilalui oleh anak semenjak perkembangan pertamanya, mempunyai pengaruh yang besar. Berbagai pengalaman ini berpengaruh dalam mewujudkan apa yang dinamakan dengan pembentukan karakter secara utuh.43 Pendidikan karakter memang harus dibangun di rumah dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah bahkan diterapkan secara nyata didalam masyarakat. Pendidikan karakter secara terpadu melalui pembelajaran, melalui manajemen sekolah dan melalui ekstrakurikuler. Ada 18 karakter atau nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan
42
Ibid., hlm.18-19. Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter (Yogyakarta: Tiara Wacana: 2008), hlm. 124. 43
28
karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti berikut ini:44 TABEL I45 Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Nilai 1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
Indikator Sekolah
Indikator Kelas
a. Merayakan hari-hari besar keagamaan. b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang. b. Transparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala. c. Menyediakan kantin kejujuran. d. Menyediakan kotak saran dan pengaduan. e. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian. a. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi
a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. b. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang. b. Tempat pengumuman barang temuan atau hilang. c. Transparasi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala. d. Larangan menyontek.
a. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi. b. Memberikan pelayanan
44
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 99. 45 Ibid., hlm. 100-104.
29
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
dan kemampuan khas. b. Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. a. Memiliki catatan kehadiran. b. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin. c. Memiliki tata tertib sekolah. d. Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin. e. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah. f. Menyediakan peralatan praktik sesuai program keahlian. a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. b. Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras. c. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
terhadap anak berkebutuhan khusus c. Bekerja dalam kelompok yang berbeda.
a. Membiasakan hadir tepat waktu. b. Membiasakan mematuhi aturan. c. Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya. d. Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian).
a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. b. Menciptakan kondisi etos kerja pantang menyerah, dan daya tahan belajar. c. Menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja. d. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar. Menciptakan situasi a. Menciptakan situasi yang menumbuhkan belajar yang bisa daya berpikir dan menumbuhkan daya bertindak kreatif. pikir dan bertindak kreatif.
30
7. Mandiri
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.
8. Demokratis
a. Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan. b. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan. c. Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.
9. Rasa Tahu
Ingin a. Menyediakan media komunikasi atau informasi untuk berekspresi bagi warga sekolah. b. Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. 10. Semangat a. Melakukan upacara Kebangsaan rutin sekolah. b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional. c. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional. d. Memiliki program
b. Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi. Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. a. Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat. b. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka. c. Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat. d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif. a. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. b. Eksplorasi lingkungan secara terprogram. c. Tersedia media komunikasi atau informasi.
a. Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi. b. Mendiskusikan harihari besar nasional.
31
melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. e. Mengikuti lomba pada hari besar nasional. 11. Cinta tanah a. Menggunakan produk air buatan dalam negeri. b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. c. Menyediakan informasi tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia. 12. Menghargai a. Memberikan prestasi penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. b. Memajang tandatanda penghargaan prestasi.
13. Bersahabat/ komunikatif
14. Cinta damai
a. Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah. b. Berkomunikasi dengan bahasa yang santun. c. Saling menghargai dan menjaga kehormatan. d. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban. a. Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram dan harmonis. b. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. c. Membiasakan perilaku warga sekolah yang
a. Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambing negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia. b. Menggunakan produk buatan dalam negeri. a. Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik. b. Memajang tanda-tanda pengahargaan prestasi. c. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi. a. Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik. b. Pembelajaran yang dialogis. c. Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. d. Dalam berkomunikasi, guru tidak mnejaga jarak dengan peserta didik. a. Menciptakan suasana kelas yang damai. b. Membiaskaan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. c. Pembelajaran yang tidak bias gender. d. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.
32
tidak bias gender. 15. Gemar membaca
a. Program wajib baca. b. Frekuensi kunjungan perpustakaan. c. Menyediakan fasilitas dan suasana. d. Menyenangkan untuk membaca.
16. Peduli lingkungan
a. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. b. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan. c. Menyediakan kamar mandi dan air bersih. d. Pembiasaan hemat energi. e. Membuat biopori di area sekolah. f. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik. g. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik. h. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik. i. Penanganan limbah hasil praktik (SMK). j. Menyediakan peralatan kebersihan. k. Membuat tendon penyimpanan air. l. Memprogramkan cinta kasih lingkungan.
a. Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik. b. Frekuensi kunjungan perpustakaan. c. Saling tukar bacaan. d. Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi. a. Memelihara lingkungan kelas. b. Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas. c. Pembiasaan hemat energi. d. Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan (SMK).
33
17. Peduli sosial
a. Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. b. Melakukan aksi sosial. c. Menyediakan fasilitas untuk mneyumbang.
18. Tanggung jawab
a. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. b. Melakukan tugas tanpa disuruh. c. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. d. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
a. Berempati kepada sesama teman kelas. b. Melakukan aksi sosial. c. Membangun kerukunan warga kelas. a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur. b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. c. Mengajukan usul pemecahan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter itu lebih ditekankan pada perilaku sehari-hari manusia atau peserta didik. Sedangkan perilaku-perilaku karakter yang dibentuk dalam self assessment (penilaian diri) hanya ada empat karakter yang muncul dalam pembelajaran. Empat karakter tersebut adalah kejujuran, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai. Hal ini bisa terlihat ketika melakukan self assessment dalam pembelajaran yang terbentuk dari sikap peserta didik. 1) Kejujuran Kejujuran yang dimaksud peneliti adalah kejujuran yang ada dalam diri peserta didik ketika menilai dirinya sendiri tentang pemahaman materi, penguasaan materi yang telah di pelajari tersebut. Sehingga,
34
dalam karakter jujur ini peserta didik bisa memberikan penilaian dirinya sendiri secara objektif tanpa adanya tekanan dari orang lain. 2) Tanggung Jawab Tanggung
jawab
yang
dimaksud
adalah
sikap
yang
bisa
dipertanggung jawabkan oleh siswa tersebut terkait dengan penilaian diri. 3) Percaya diri Percaya diri yang dimaksud adalah sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menilai dirinya. Ketika peserta didik dalam menilai dirinya sendiri tidak percaya diri, maka peserta didik akan berbohong ketika melakukan penilaian. 4) Saling Menghargai Saling menghargai yang dimaksud adalah sikap yang memberikan apresiasi, saling menghargai pendapat orang lain dan menghormati teman lain dalam penilaian diri. c. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik mereka akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan cenderung memiliki tujuan hidup.46
46
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter (Yogyakarta: Tiara Wacana: 2008), hlm. 128.
35
F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian terdiri dari: 1. Jenis penelitian Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, misalnya di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga pendidikan formal maupun non formal.47 Sedangkan
ditinjau
dari
jenis
penelitian
lapangan
yang
digunakan,termasuk penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memahami
fenomena
sosial
dari
pandangan
pelakunya.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara berpartisipasi, wawancara secara mendalam dan metode lain yang menghasilkan data bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya peristiwa yang dialami subjek penelitian.48 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi pendidikan karena dalam ilmu psikologi dapat digunakan untuk menganalisis interaksi dan proses pembelajaran peserta didik.49 Penulis
47
Sarjono dkk., Panduan Penulisan Skripsi (Yogyakarta:Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 2008), hlm. 21. 48 Ibid., hlm. 23. 49 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1998), hlm. 8-9.
36
meneliti bagaimana penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembentukan karakter siswa. 3. Subjek dan Objek Data Subjek penelitian juga berarti sumber data penelitian, yaitu memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan sehubungan dengan objek penelitian.50 Metode penentuan subjek sering disebut dengan metode penentuan sumber data yaitu dari mana sumber tersebut didapatkan, dengan menempatkan populasi sebagai tempat diperolehnya data.51 Subjek penelitian di sini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan.52 Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah guru PAI (guru fiqih). Penentuan subjek dalam penelitian dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa diyakini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
50
Tatang M. Amirun, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press. 1990), hlm.
10. 51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta. 1992), hlm. 102. 52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta. 2010), Cet. 11, hlm. 300.
37
Sedangkan yang dimaksud objek penelitian adalah program-program atau semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran dalam membentuk karakter siswa. 4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi/ Pengamatan Lapangan Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Diakui bahwa banyak gejala atau peristiwa yang hanya dapat diteliti dengan cermat melalui observasi karena hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah. Teknik observasi adalah cara untuk menghimpun bahanbahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.53 Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini termasuk observasi langsung. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati secara langsung tentang proses pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan menerapkan strategi self assessment dalam pembentukan karakter. b. Dokumentasi Metode ini merupakan salah satu metode penelitian sosial. pada intinya metode dokumen adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data histori54. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
53
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996),
hlm. 82. 54
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikatif, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana Praneda Media Group. 2007), hlm. 121.
38
sumber data yang berkaitan dengan penelitian seperti latar belakang berdirinya sekolah, letak geografis, visi maupun misinya, keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana serta pelaksanaan pembelajaran fiqih di kelas XI IPA. c. Wawancara/ Interview Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.55 Dalam wawancara terdiri dari dua belah pihak, yaitu orang yang mencari data dan orang yang memberikan informasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer dan data utama yang tidak diperoleh ketika dokumentsi. Wawancara dibedakan menjadi tiga yaitu; pertama, wawancara bebas, pada wawancara jenis ini orang yang mewawancarai tidak berpedoman tentang hal-hal yang ditanyakan. Kedua, wawancara terpimpin pada jenis ini orang yang mewawancarai membawa pertanyaan-pertanyaan yang lengkap dan terperinci. Ketiga, kombinasi dua jenis wawancara tersebut (bebas dan terpimpin), pewawancara membawa pedoman yang hanya berisi garis-garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada narasumber data.56
55 56
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, hlm.194. Suharsimi Arikunto. Prosedur…, hlm. 156.
39
Di
dalam
penelitian
nanti
peneliti
akan
menggunakan
wawancara bebas terpimpin. Adapun bentuk wawancaranya, penulis menyiapkan beberapa item pertanyaan pokok, dengan tujuan untuk menghindari
adanya
pertanyaan
yang
menyimpang
dari
permasalahannya. Walaupun demikian, dalam keadaan tertentu pewawancara mengajukan pertanyaan secara bebas guna mendapatkan data yang lebih mendalam. Dengan wawancara tersebut, diharapkan peneliti akan mendapatkan data tentang penerapan strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa kelas XI pada pelajaran Fiqih di MAN Yogyakarta III. 5. Metode Analisa Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.57 Data reduction (Reduksi data) yaitu pencatatan secara teliti dan rinci dari data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak. Data Display (penyajian data) yaitu menyajikan data dari proses reduksi yang berbentuk tabel, grafik dan sejenisnya agar terorganisasi sehingga mudah dipahami. Conclution Drawing atau Verification adalah penarikan kesimpulan dan
57
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan…, hlm. 337.
40
verifikasi dari kesimpulan awal yang bersifat sementara kemudian diperkuat dengan bukti berikutnya.
G. Indikator Penelitian 1. Strategi Pembelajaran Self Assessment (Penilaian Diri) a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau mengemukakan pendapat b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai dirinya sendiri c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri d. Mengetahui kompetensi diri peserta didik e. Memberikan kepercayaan kepada peserta didik 2. Penerapan Strategi Self Assessment (Penilaian Diri) a. Kejujuran: tidak menyontek saat ulangan, berkata tidak berbohong, menilai diri apa adanya, tidak menolah-noleh saat ulangan, dapat dipercaya, menepati janji teman. b. Percaya diri: percaya pada kemampuan diri, yakin pada potensi yang dimiliki, tidak mudah terpengaruh orang lain. c. Tanggung jawab: berani mengambil resiko, berani atas konsekuensi yang diterima, dapat memecahkan masalah, berani dengan hasil jawaban yang dikerjakan, melaksanakan tugas piket. d. Saling menghargai: tidak mengejek teman lain, menghargai pendapat teman, mengakui kemampuan yang dimiliki oleh orang lain, menghargai
41
sifat dan fisik yang dimiliki teman, memberikan ucapan selamat ketika mendapatkan prestasi. 3. Karakter Siswa a. Nilai-nilai karakter: kejujuran, percaya diri, tanggung jawab, saling menghargai. b. Tujuan pendidikan karakter: penanaman nilai pada diri peserta didik, meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan. c. Urgensi pendidikan karakter: karakter dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang, mampu membangkitkan kesadaran bangsa ini untuk membangun pondasi kebangsaan yang kokoh. d. Jenis-jenis pendidikan karakter: pendidikan karakter berbasis nilai religius, berbasis nilai budaya, berbasis lingkungan dan berbasis potensi diri. e. Indikator pendidikan karakter: mengamalkan ajaran agama, paham kekurangan
dan
kelebihan,
menunjukkan
sikap
percaya
diri,
menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, berkomunikasi dengan santun.
H. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan kemudahan dalam gambaran umum skripsi, maka peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisan skripsi. Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir atau penutup.
42
Pada bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan skripsi, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman transliterasi, daftar tabel, daftar gambar dan data lampiran. Pada bagian inti, skripsi terdapat tiga bab. Bab I berisi gambaran umum penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian, indikator penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II berisi gambaran umum tentang Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III. Pembahasan pada bagian ini terfokus pada letak geografis, sejarah berdirinya madrasah, keadaan guru, keadaan peserta didik dan sarana prasarana yang ada di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III. Selanjutnya pada Bab III, berisi pemaparan data beserta analisis tentang penerapan strategi self assessment dalam pembentukan karakter siswa. Yang terdiri dari penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dan karakter dalam strategi self assessment (penilaian diri). Pada bagian terakhir berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.
43
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab III mengenai penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembentukan karakter siswa, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Penerapan strategi self assessment meliputi: a) awal pembelajaran: pada awal pembelajaran peserta didik berdoa dan melantunkan asma’ul husna secara bersama-sama, kemudian tadarus Al Qur’an serta menerjemahkan ayat yang telah dibaca selama 15 sampai 20 menit. Dalam awal pembelajaran ini muncul karakter tanggung jawab, saling menghargai dan percaya diri. b) pada inti pembelajaran: peserta didik mendapatkan dan mencari materi yang akan disampaikan serta berdiskusi dalam kelompok. Dalam kegiatan inti, peserta didik menunjukkan karakter tanggung jawab dan saling menghargai. c) evaluasi atau penilaian: guru menggunakan strategi self assessment (penilaian diri) untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran. Dalam strategi self assessment (penilaian diri) dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Penerapan strategi self assessment sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beberapa alasan dalam penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembentukan karakter siswa adalah a) supaya peserta didik
mengetahui kemampuan dirinya sendiri, b) guru atau pendidik mengetahui pemahaman peserta didik, c) peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, d) peserta didik memiliki karakter dan bisa diaplikasikan dan diamalkan dalam kehidupan, e) memberikan kepercayaan kepada peserta didik untuk menilai dirinya sendiri, f) untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor, dan g) terbangunnya kecerdasan emosional serta kemampuan memperbaiki diri. 2. Karakter strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembelajaran fiqih adalah a) kejujuran, b) percaya diri, c) tanggung jawab dan d) saling menghargai. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing acting), menuju kebiasaan (habit). Strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembelajaran fiqih ini secara langsung mengajarkan peserta didik untuk memiliki karakter yang baik dan bermanfaat. Dengan selalu membiasakan dan mengulangi langkahlangkah dalam strategi self assessment (penilaian diri) maka peserta didik dapat ikut merasakan karakter yang ada pada dirinya sendiri.
B. Saran-Saran 1. Bagi Madrasah (MAN Yogyakarta III) Bagi pihak madrasah hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menilai dirinya. Selain itu, madrasah hendaknya
96
memberikan perhatian kepada peserta didik yang belum menerapkan karakter di kehidupan sehari-hari. Madrasah hendaknya memberikan kata-kata motivasi dan kisah inspirasi tentang tokoh-tokoh besar. Meskipun fasilitas yang ada di madrasah sudah baik, tetapi madrasah harus lebih meningkatkan lagi serta memperbaiki kekurangan yang ada. 2. Bagi pendidik dan calon pendidik Bagi pendidik, dosen dan calon pendidik perlu mencoba strategi self assessment (penilaian diri) untuk penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran. Meskipun masih ada kelemahan dalam pelaksanaan strategi self assessment (penilaian diri), akan tetapi strategi ini perlu dicoba. Memang tidak lansung bisa dipercaya penilaian tersebut melainkan harus dilakukan berulang-ulang, sehingga peserta didik menjadi terbiasa dan akan mengamalkan kebiasaan yang baik tersebut. Penulis yakin bahwa semua materi pelajaran bisa menerapkan strategi self assessment (penilaian diri) dengan catatan sudah ada persiapan dari pendidik sendiri.
C. Kata Penutup Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan kemudahan-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini tentang penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam
97
pembentukan karakter siswa pada pembelajaran fiqih di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III (MAYOGA) secara baik sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Semoga
penelitian
ini
dapat
memberikan
informasi
dan
pengalaman kepada masyarakat mengenai penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembentukan karakter siswa pada pembelajaran fiqih di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III (MAYOGA), kendala yang dihadapi guru fiqih dan karakter yang terbentuk dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penulis berharap semoga dengan penelitian ini dan laporan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam hasil penelitian, akan tetapi penulis yakin dengan membaca laporan ini maka pembaca akan bertambah wawasan tentang penerapan strategi self assessment (penilaian diri) dalam pembentukan karakter siswa pada pembelajaran fiqih di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III (MAYOGA). Selain itu pembaca bisa mengetahui dan bisa menerapkan strategi ini dalam mata pelajaran lainnya. Penulis berharap dengan strategi ini bisa membantu peserta didik dalam pembentukan karakter dan mengembangkannya di kehidupan sehari-hari.
98
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Metode. Bandung: Angkasa. 1987. Amirun, M. Tatang. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1990 . Arikunto, Suharsimi dkk.. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Asmani, Ma’mur Jamal . Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Diva Press. 2011. Bakry, Nazar. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikatif, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Praneda Media Group. 2007. Daradjat, Zakiah,dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet.4. 2008. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Fiqih Kurikulum. Jakarta: Departemen Agama RI. 2004. Dirjen Bimbingan Departemen Agama RI, Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih. Edisi Juni 2003. Djafar, Zahara Tengku. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Negeri Padang. 2001. Firmansyah, Agus. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Islami Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. 2008. Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. 2007. Hardini, Isriani, dkk. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi). Yogyakarta: Familia. 2012. Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1998. Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung :PT Remaja Rosdakarya. 2011.
99
Kumalasari, Dewi. Penerapan Strategi Acting Out Untuk Meningkatkan Minat Dan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas XII IPA 2 MAN Gandekan Bantul. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Madjid, Abdul. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.2011. Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: Citra Media. 1996. Munawaroh, Azimatul. Penggunaan Metode Questions Student Have Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Di Kelas VII F MTs N Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Muttaqin, Jamalul. “Implementasi Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih (Studi Kasus di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-Huda Gapura Timur Gapura Sumenep)”, Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2010. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Cet 6. Raihana, Hani. Pendidikan Karakter Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata (Perspektif Pendidikan Agama Islam). Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2007. RI, Agama Depertemen., Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006. Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009. Sarjono dkk., Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta:Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 2008. Silberman, Mel. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani dan YAPPENDIS. Cet 6 .2009. Sudjana, H.D. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. 2001.
100
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010. Cet 11. Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima. 2008. Cet 2. Suwandi, Sarwiji. Model-Model Assessment dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010. Cet.16. Uno, B. Hamzah. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Wardhana, Ari Yusuf. Penerapan Metode Pembelajaran Outbond Kids Sebagai Upaya Menumbuhkan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas IV Di SDIT Salsabila Kabupaten Purworejo. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Yusuf, Muhammad dkk. Fiqh dan Ushul Fiqh. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005. Zaini, Hisyam dkk. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD. 2002. Zuchdi, Darmiyati dkk. Pendidikan Karakter Grand Desain dan Nilai-Nilai Target. Yogyakarta: UNY Press. 2009. http://abyfarhan7.blogspot.com/2011/12/penilaian-diri-dan-sikap-self assesment.html. Diunduh Pada Tanggal 29 Februari Jam 14.15 WIB. http://duniaberbagieka.blogspot.com/2012/07/self-assessment-menjadikan-siswa subjek.html,dunia berbagi eka. Diunduh pada tanggal 27 November 2012 Pukul 11.02 WIB. ArtikelPendidikan,http://www.google.com/pendidikankarakter/pendidikankarakter pondasibangsa. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2013, Jam 02.30 WIB.
101
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
: MAN Yogyakarta III
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/ Semester
: XI IPA / Genap
Tahun Pelajaran
: 2012/2013
Jumlah Tatap Muka : 1 (2 JP) Alokasi Waktu I.
: 1x pertemuan (2x45 menit)
Standar Kompetensi 1. Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga
II.
Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Peserta didik mampu: 1. Menjelaskan pengertian dan hukum-hukum pernikahan 2. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah 3. Menyebutkan syarat dan rukun nikah 4. Menjelaskan hikmah pernikahan 5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang
IV.
Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: 1. Menjelaskan pengertian dan hukum-hukum pernikahan 2. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah 3. Menyebutkan syarat dan rukun nikah 4. Menjelaskan hikmah pernikahan 5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang
V.
Nilai/ Karakter yang dikembangkan Rasa ingin tahu, bekerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab, demokratis dan saling menghargai.
VI.
Materi Pokok (Bahan Materi Ajar Terlampir) Nikah 1. Pengertian nikah dan hukum pernikahan 118
2. Prosedur sebelum pernikahan 3. Menjelaskan pengertian dan hukum meminang 4. Pengertian dan hukum khitbah 5. Mahram nikah dan pembagiannya 6. Rukun dan syarat nikah 7. Hikmah pernikahan 8. Macam-macam pernikahan terlarang VII.
Alokasi Waktu 2x45 Menit/ 1x pertemuan
VIII.
Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran Pendekatan: Keimanan, Individual dan Humanistik Metode : Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi Strategi : strategi reading aloud (membaca dengan keras), information search (pencarian informasi) dan self assessment (penilaian diri).
IX.
Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (20 menit) a. Guru membuka dengan salam b. Guru bersama siswa membuka pembelajaran dengan bacaan basmalah c. Menarik
perhatian
siswa/memberi
motivasi misalnya,
menanyakan
keadaan
(komunikatif) d. Guru melakukan appersepsi terhadap materi yang lalu e. Guru melakukan pre-test untuk materi pada hari ini f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini 2. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi a. Guru menjelaskan proses pembelajaran b. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi Elaborasi a. Masing-masing kelompok (4 orang) menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah, menyebutkan syarat dan rukun nikah, menjelaskan hikmah pernikahan, dan
119
menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang (bekerjasama dalam kelompok, menghargai orang lain, tanggung jawab) b. Menyampaikan hasil diskusinya (bertanggung jawab) Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi/ umpan balik terhadap proses dan hasil diskusi siswa untuk meluruskan yang kurang tepat. 3. Kegiatan penutup ( 20 menit) a. Siswa diminta untuk mengkaji materi yang sangat bermakna bagi dirinya serta membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari (Refleksi) b. Guru melakukan post-test (self assessment) (kejujuran, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai) c. Masing-masing siswa diberi tugas mempelajari materi selanjutnya d. Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan membaca tahmid X.
Media dan Sumber Belajar 1. Sumber -
Makalah Fiqih
-
LKS
-
Menggali Hukum Islam
-
Fiqih Munakahat
2. Media a. White board b. Spidol c. LCD XI.
Penilaian Hasil Belajar o Kognitif Peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan tentang materi nikah. o Afektif Mengukur dengan indikator kerjasama dalam kelompok untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan dalam diskusi kelompok. Menuliskan hukum-hukum
120
pernikahan dan menuliskan tentang macam-macam pernikahan terlarang yang terjadi di masyarakat. o Psikomotor Mempraktikkan dengan tugas mewawancara tentang proses mendapatkan jodoh.
Yogyakarta, 24 Desember 2012 Guru Pendidikan Agama Islam
Mahasiswa Peneliti
Eny Isnaini Nazilaturrohmah NIP. 19730211 200604 2 004
Rina Marrinawati NIM. 09410180
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
: MAN Yogyakarta III
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/ Semester
: XI IPA / Genap
Tahun Pelajaran
: 2012/2013
Jumlah Tatap Muka : 1 (2 JP) Alokasi Waktu XII.
: 1x pertemuan (2x45 menit)
Standar Kompetensi 1. Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga
XIII.
Kompetensi Dasar 1.2 Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya
XIV.
Indikator Pencapaian Kompetensi Peserta didik mampu: 1. Menjelaskan pengertian dan hukum-hukum pernikahan 2. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah 3. Menyebutkan syarat dan rukun nikah 4. Menjelaskan hikmah pernikahan 5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang
XV.
Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: 1. Menjelaskan pengertian dan hukum-hukum pernikahan 2. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah 3. Menyebutkan syarat dan rukun nikah 4. Menjelaskan hikmah pernikahan 5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang
XVI.
Nilai/ Karakter yang dikembangkan Rasa ingin tahu, bekerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab, demokratis dan saling menghargai.
XVII.
Materi Pokok (Bahan Materi Ajar Terlampir) Pernikahan 1. Syarat wali dan saksi 122
2. Macam-macam wali 3. Ijab qabul 4. Hukum dan macam-macam mahar 5. Hukum walimah dalam pernikahan 6. Hikmah walimah XVIII.
Alokasi Waktu 2x45 Menit/ 1x pertemuan
XIX.
Pendekatan, Metode dan Strategi Pembelajaran Pendekatan: Keimanan, Individual dan Humanistik Metode : Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi Strategi : strategi reading aloud (membaca dengan keras), information search (pencarian informasi) dan self assessment (penilaian diri).
XX.
Kegiatan Pembelajaran 4. Kegiatan Pendahuluan (20 menit) g. Guru membuka dengan salam h. Guru bersama siswa membuka pembelajaran dengan bacaan basmalah i. Menarik
perhatian
siswa/memberi
motivasi misalnya,
menanyakan
keadaan
(komunikatif) j. Guru melakukan appersepsi terhadap materi yang lalu k. Guru melakukan pre-test untuk materi pada hari ini l. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini 5. Kegiatan inti (50 menit) Eksplorasi c. Guru menjelaskan proses pembelajaran d. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi Elaborasi a. Masing-masing peserta didik menyaksikan prosesi akad nikah dan mencari orangorang yang terlibat dalam akad nikah (tanggung jawab) b. Masing-masing bangku (2 orang) mencari syarat wali dan saksi, mencari orang-orang yang bisa menjadi wali(bekerja sama)
123
c. Setelah selesai siswa sibuat menjadi kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang, kemudian mendiskusikan tentang mahar dan hukum menyelenggarakan walimah serta aturan penyelenggaraan walimah (bekerja sama, tanggung jawab) d. Menyampaikan hasil diskusinya (bertanggung jawab) Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi/ umpan balik terhadap proses dan hasil diskusi siswa untuk meluruskan yang kurang tepat. 6. Kegiatan penutup ( 20 menit) e. Siswa diminta untuk mengkaji materi yang sangat bermakna bagi dirinya serta membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari (Refleksi) f. Guru melakukan post-test (self assessment) (kejujuran, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai) g. Masing-masing siswa diberi tugas mempelajari materi selanjutnya h. Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan membaca tahmid XXI.
Media dan Sumber Belajar 3. Sumber -
Makalah Fiqih
-
LKS
-
Menggali Hukum Islam
-
Fiqih Munakahat
4. Media d. White board e. Spidol f. LCD XXII.
Penilaian Hasil Belajar o Kognitif Peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan tentang materi nikah. o Afektif
124
Mengukur dengan indikator kerjasama dalam kelompok untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan dalam diskusi kelompok. menyaksikan prosesi akad nikah dan mencari orang-orang yang terlibat dalam akad nikah o Psikomotor Mencari orang yang bisa menjadi wali nikah dalam kehidupan sehari-hari.
Yogyakarta, 24 Desember 2012 Guru Pendidikan Agama Islam
Mahasiswa Peneliti
Eny Isnaini Nazilaturrohmah NIP. 19730211 200604 2 004
Rina Marrinawati NIM. 09410180
125
INSTRUMENT PEDOMAN PENELITIAN A. Observasi 1. Letak geografis MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 2. Kondisi umum MAN Yogyakarta III (MAYOGA), seperti guru, karyawan, peserta didik, dan sarana prasarana. 3. Penentuan subyek-subyek untuk melakukan wawancara yaitu guru fiqh. 4. Proses kegiatan belajar mengajar terkait tentang mata pelajaran fiqh kelas XI IPA MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 5. Strategi dan metode yang digunakan guru fiqh dalam pembentukan karakter siswa kelas XI IPA MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 6. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran fiqh. 7. Sikap siswa kelas XI IPA dalam mengikuti pembelajaran fiqh.
B. Dokumentasi 1. Sejarah singkat berdirinya dan perkembangan MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 2. Struktur kepengurusan sekolah. 3. Struktur guru dan karyawan yang ada di MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 4. Kurikulum Pendidikan MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran fiqh MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 6. Silabus mata pelajaran fiqh kelas XI IPA MAN Yogyakarta III (MAYOGA).. 7. Penerapan strategi dan metode oleh guru fiqh dalam pembentukan karakter siswa kelas XI IPA MAN Yogyakarta III (MAYOGA). 8. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah terkait dengan kegiatan pembelajaran fiqh kelas XI IPA MAN Yogyakarta III (MAYOGA)., jika ada. 9. Kegiatan pembelajaran fiqh kelas XI IPA.
103
10. Hasil karya tulisan peserta didik ataupun guru/ karyawan terkait dengan pendidikan karakter. C. Wawancara Daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara. 1. Apakah visi, misi, dan tujuan MAN Yogyakarta III (MAYOGA).? 2. Prestasi akademik apakah yang telah diraih oleh MAN Yogyakarta III (MAYOGA).? 3. Bagaimanakah gambaran umum pendidikan guru dan karyawan yang bekerja di MAN Yogyakarta III (MAYOGA).? 4. Bagaimanakah gambaran umum peserta didik (ekonomi keluarga, pendidikan sebelum MAN, kemampuan baca tulis Al Quran, dan sebagainya)? 5. Seperti apa kurikulum mata pelajaran fiqh kelas XI IPA? 6. Apakah kurikulum mata pelajaran fiqh memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran yang lainnya? Jika iya, seperti apakah keterkaitan tersebut? 7. Bagaimana penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
mata
pelajaran fiqh kelas XI IPA? Apakah sudah sesuai dengan ketentuan dari pemerintah dengan menitik beratkan pada indikator? 8. Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqh faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyusunannya? 9. Apakah dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran fiqh sudah memasukkan nilai-nilai karakter yang telah dicanangkan oleh pemerintah? 10. Landasan apakah yang digunakan oleh pendidik mata pelajaran fiqh dalam memasukkan nilai karakter dalam setiap kompetensi dasar? 11. Karakter apakah yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar mata pelajaran fiqh? 12. Bagaimana strategi dan metode yang digunakan pada pembelajaran fiqh dalam pembentukan karakter siswa? 13. Bagaimana media yang digunakan oleh guru fiqh dalam proses pembelajaran?
104
14. Apakah peserta didik sudah bisa menilai dirinya sendiri dalam pembelajaran fiqih? 15. Bagaimana peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai dirinya sendiri? 16. Apakah peserta didik sudah obyektif dalam menilai dirinya sendiri ataukah belum? 17. Bagaimana perkembangan peserta didik dengan menggunakan strategi self assessment? 18. Apakah ada perbedaan yang sangat signifikan antara strategi self assessment dengan strategi pembelajaran lainnya? 19. Apakah pendidik sudah menentukan kriteria yang jelas dan objektif dalam pembelajaran fiqih? 20. Apakah guru fiqih sudah menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai? 21. Apakah guru fiqih sudah menentukan format penilaiannya (pedoman penskoran, daftar tanda cek/ skala penilaian)? 22. Dengan menggunakan strategi self assessment karakter apa saja yang terbentuk? 23. Apakah masing peserta didik terbentuk karakternya dengan menggunakan strategi self assessment? 24. Apakah karakter yang sudah terbentuk sudah dikembangkan oleh peserta didik? 25. Bagaimana cara guru mengembangkan karakter yang terbentuk dalam strategi self assessment?
105
INSTRUMEN PENELITIAN 1. Peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri a. Apakah peserta didik sudah bisa menilai dirinya sendiri? b. Bagaimana peserta didik menilali dirinya sendiri? c. Apakah peserta mau bersikap obyektif terhadap dirinya sendiri? d. Apa saja karakter yang terbentuk dengan strategi self assessment? 2. Perkembangan kepribadian peserta didik a. Bagaimana perkembangan kepribadian peserta didik dengan strategi self assessment? b. Apakah strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih berbeda dengan strategi self assessment? 3. Seperti apa kurikulum fiqih kelas XI IPA a. Bagaimana kurikulum fiqih kelas XI IPA, apakah sudah sesuai dengan pendidikan karakter? b. Bagaimana penyusunan RPP fiqih kelas XI IPA? 4. Apa saja karakter peserta didik yang terbentuk dengan strategi self assessment a. Karakter apa saja yang terbentuk dengan strategi self assessment? b. Bagaimana cara guru mengembangkan karakter peserta didik yang telah terbentuk tersebut? c. Bagaimana karakter peserta didik tersebut bisa diaplikasikan dan menjadi kebiasaan yang baik? d. Apakah setiap peserta didik sudah bisa mengembangkan karakter yang telah terbentuk tersebut?
106
BAB: PERNIKAHAN Standar Kompetensi Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga Kompetensi Dasar Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmah
Nama : Kelas : Absen/tgl: Ttd
:
SOAL KOGNITIF 1. Jelaskan pengertian nikah menurut bahasa dan istilah! 2. Sebutkan dan jelaskan hukum-hukum pernikahan! 3. Sebutkan syarat dan rukun nikah! 4. Jelaskan hikmah pernikahan! SOAL AFEKTIF Bagaimana cara atau proses memilih jodoh yang baik? SOAL PSIKOMOTOR Wawancara dengan orang yang telah menikah tentang bagaimana proses mendapatkan jodoh di era globalisasi.
117
LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN Hari/Tanggal Pokok Bahasan Petunjuk Pengisian
: Rabu/ 14 November 2012 : Hakim dan Peradilan : Berilah tanda (V) pada kolom sesuai dengan kriteria skor sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan 1 jika siswa 1-4 siswa melakukan 2 jika siswa 5-8 siswa melakukan 3 jika siswa 9-12 siswa melakukan 4 jika siswa 13-16 siswa melakukan 5 jika siswa 16-20 siswa melakukan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek yang Diamati Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa pada penjelasan guru Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Respon siswa dalam menjawab pertanyaan Keberanian siswa dalam pertanyaan Partisipasi siswa dalam berdiskusi Menghargai pendapat/ argumen Jujur dalam melakukan post test/ penilaian Percaya diri dalam pembelajaran di kelas
0
1
2 V V V
3
4
5
Keterangan
V V V V V V Peneliti
Rina Marrinawati
112
LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN Hari/Tanggal Pokok Bahasan Petunjuk Pengisian
: Kamis/ 15 November 2012 : Hakim dan Peradilan : Berilah tanda (V) pada kolom sesuai dengan kriteria skor sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan 1 jika siswa 1-4 siswa melakukan 2 jika siswa 5-8 siswa melakukan 3 jika siswa 9-12 siswa melakukan 4 jika siswa 13-16 siswa melakukan 5 jika siswa 16-20 siswa melakukan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek yang Diamati Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa pada penjelasan guru Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Respon siswa dalam menjawab pertanyaan Keberanian siswa dalam pertanyaan Partisipasi siswa dalam berdiskusi Partisipasi dalam mengemukakan argumen Jujur dalam melakukan post test/ penilaian Percaya diri dalam pembelajaran di kelas
0
1
2
3
4
5 V
Keterangan
V V V V V V V V Peneliti
Rina Marrinawati
113
LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN Hari/Tanggal Pokok Bahasan Petunjuk Pengisian
: Rabu/ 09 Januari 2013 : Hukum Perkawinan dalam Islam : Berilah tanda (V) pada kolom sesuai dengan kriteria skor sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan 1 jika siswa 1-4 siswa melakukan 2 jika siswa 5-8 siswa melakukan 3 jika siswa 9-12 siswa melakukan 4 jika siswa 13-16 siswa melakukan 5 jika siswa 16-20 siswa melakukan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek yang Diamati Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa pada penjelasan guru Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Respon siswa dalam menjawab pertanyaan Keberanian siswa dalam pertanyaan Partisipasi siswa dalam berdiskusi Menghargai pendapat/ argumen Jujur dalam melakukan post test/ penilaian Percaya diri dalam pembelajaran di kelas
0
1
2
3
4 V
5
Keterangan
V V V V V V V V Peneliti
Rina Marrinawati
114
LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN Hari/Tanggal Pokok Bahasan Petunjuk Pengisian
: Rabu/16 Januari 2013 : Hukum Perkawinan dalam Islam : Berilah tanda (V) pada kolom sesuai dengan kriteria skor sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan 1 jika siswa 1-4 siswa melakukan 2 jika siswa 5-8 siswa melakukan 3 jika siswa 9-12 siswa melakukan 4 jika siswa 13-16 siswa melakukan 5 jika siswa 16-20 siswa melakukan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek yang Diamati Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa pada penjelasan guru Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Respon siswa dalam menjawab pertanyaan Keberanian siswa dalam pertanyaan Partisipasi siswa dalam berdiskusi Menghargai pendapat/ argumen Jujur dalam melakukan post test/ penilaian Percaya diri dalam pembelajaran di kelas
0
1
2
3
4
5 V
Keterangan
V V V V V V V V Peneliti
Rina Marrinawati
115
LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN Hari/Tanggal Pokok Bahasan Petunjuk Pengisian
: Rabu/ 23 Januari 2013 : Hukum Perkawinan dalam Islam : Berilah tanda (V) pada kolom sesuai dengan kriteria skor sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan 1 jika siswa 1-4 siswa melakukan 2 jika siswa 5-8 siswa melakukan 3 jika siswa 9-12 siswa melakukan 4 jika siswa 13-16 siswa melakukan 5 jika siswa 16-20 siswa melakukan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek yang Diamati Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa pada penjelasan guru Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Respon siswa dalam menjawab pertanyaan Keberanian siswa dalam pertanyaan Partisipasi siswa dalam berdiskusi Menghargai pendapat/ argumen Jujur dalam melakukan post test/ penilaian Percaya diri dalam pembelajaran di kelas
0
1
2
3
4
5 V
Keterangan
V V V V V V V V Peneliti
Rina Marrinawati
116
OBSERVASI PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN YOGYAKARTA Jln. Marsda Adisucipto, Telp. (0274) 513056, Fax 519734, Yogyakarta; E-mail:
[email protected]
Nama Guru Mata Pelajaran Topik Bahasan Kelas Jam/ Ruang Tanggal
: Eny Isnaini Nazilaturrahmah : Pendidikan Agama Islam (fiqih) : Hakim dan Peradilan : XI IPA 2 : 11.35-12.55/ Kelas XI IPA 2 : 15 November 2012 Realisasi No. Aspek Yang Dinilai Ada Tidak (V) (V) 1. Ketrampilan membuka pelajaran: a. Menarik perhatian siswa V b. Membuat appersepsi V c. Menyampaikan topik/ tujuan V pembelajaran d. Memberi pre test V 2. Ketrampilan menjelaskan materi: a. Kejelasan V b. Penggunaan contoh V c. Penekanan hal penting V d. Penggunaan metode secara V tepat V e. Penggunaan sumber belajar secara tepat 3. Interaksi Pembelajaran: a. Mendorong siswa aktif V b. Kemampuan mengelola kelas V c. Memberi bantuan kepada V siswa yang mengalami kesulitan 4.
Ketrampilan Bertanya: a. Penyebaran b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berpikir
Keterangan
V V V
108
5.
6.
7.
Ketrampilan memberi peringatan: a. Penguatan verbal b. Penguatan Non verbal Ketrampilan menggunakan waktu: a. Menggunakan waktu selang b. Menggunakan waktu secara proporsional c. Memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai jadwal d. Memanfaatkan waktu secara efektif Ketrampilan menutup pelajaran: a. Meninjau kembali isi materi b. Memberikan tugas/ Melakukan Post Test
V V V V V V
V V
Yogyakarta, 15 November 2012 Observer/ Peneliti
Rina Marrinawati NIM. 09410180
109
OBSERVASI PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN YOGYAKARTA Jln. Marsda Adisucipto, Telp. (0274) 513056, Fax 519734, Yogyakarta; E-mail:
[email protected]
Nama Guru Mata Pelajaran Topik Bahasan Kelas Jam/ Ruang Tanggal
: Eny Isnaini Nazilaturrahmah : Pendidikan Agama Islam (fiqih) : Hakim dan Peradilan : XI IPA 4 : 07.15-08.30/ Kelas XI IPA 4 : 14 November 2012 Realisasi No. Aspek Yang Dinilai Ada Tidak (V) (V) 1. Ketrampilan membuka pelajaran: a. Menarik perhatian siswa V b. Membuat appersepsi V c. Menyampaikan topik/ tujuan V pembelajaran d. Memberi pre test V 2. Ketrampilan menjelaskan materi: a. Kejelasan V b. Penggunaan contoh V c. Penekanan hal penting V d. Penggunaan metode secara V tepat V e. Penggunaan sumber belajar secara tepat 3. Interaksi Pembelajaran: a. Mendorong siswa aktif V b. Kemampuan mengelola kelas V c. Memberi bantuan kepada V siswa yang mengalami kesulitan 4.
Ketrampilan Bertanya: a. Penyebaran b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berpikir
Keterangan
V V V
106
5.
6.
7.
Ketramppilan memberi peringatan: a. Penguatan verbal b. Penguatan Non verbal Ketrampilan menggunakan waktu: a. Menggunakan waktu selang b. Menggunakan waktu secara proporsional c. Memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai jadwal d. Memanfaatkan waktu secara efektif Ketrampilan menutup pelajaran: a. Meninjau kembali isi materi b. Memberikan tugas/ Melakukan Post Test
V V
V V V V
V V
Yogyakarta, 14 November 2012 Observer/ Peneliti
Rina Marrinawati NIM. 09410180
107
OBSERVASI PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN YOGYAKARTA Jln. Marsda Adisucipto, Telp. (0274) 513056, Fax 519734, Yogyakarta; E-mail:
[email protected]
Nama Guru Mata Pelajaran Topik Bahasan Kelas Jam/ Ruang Tanggal
: Eny Isnaini Nazilaturrahmah : Pendidikan Agama Islam (fiqih) : Hukum Perkawinan dalam Islam (Perkawinan) : XI IPA 4 : 07.15-08.30/ Kelas XI IPA 4 : 09 Januari 2013 Realisasi No. Aspek Yang Dinilai Keterangan Ada Tidak (V) (V) 1. Ketrampilan membuka pelajaran: a. Menarik perhatian siswa V b. Membuat appersepsi V c. Menyampaikan topik/ tujuan V pembelajaran d. Memberi pre test V 2. Ketrampilan menjelaskan materi: a. Kejelasan V b. Penggunaan contoh V c. Penekanan hal penting V d. Penggunaan metode secara V tepat V e. Penggunaan sumber belajar secara tepat 3. Interaksi Pembelajaran: a. Mendorong siswa aktif V b. Kemampuan mengelola kelas V c. Memberi bantuan kepada V siswa yang mengalami kesulitan 4.
Ketrampilan Bertanya: a. Penyebaran b. Pemindahan giliran c. Pemberian waktu berpikir
V V V
110
5.
6.
7.
Ketrampilan memberi peringatan: a. Penguatan verbal b. Penguatan Non verbal Ketrampilan menggunakan waktu: a. Menggunakan waktu selang b. Menggunakan waktu secara proporsional c. Memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai jadwal d. Memanfaatkan waktu secara efektif Ketrampilan menutup pelajaran: a. Meninjau kembali isi materi b. Memberikan tugas/ Melakukan Post Test
V V V V V V
V V
Yogyakarta, 09 Januari 2013 Observer/ Peneliti
Rina Marrinawati NIM. 09410180
111
GAMBAR I: Proses Pembelajaran Fiqih
127
GAMBAR II: Pembelajaran Fiqih Kelas XI IPA 4 (Ketika Diskusi) 128
GAMBAR III: Pembelajaran Fiqih menggunakan Strategi Self Assessment
129
GAMBAR IV: Keadaan MAYOGA
130
GAMBAR V: Ruang Baca MAYOGA
131
CATATAN LAPANGAN 1 Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/tanggal
: Jum’at, 25 Mei 2012
Pukul
: 08.30 WIB
Lokasi
: MAN Yogyakarta III
Sumber data
: Lokasi MAYOGA
Deskripsi data: Sumber data adalah MAYOGA yang terletak di jalan Magelang Km. 4, dusun Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman Yogyakarta. Observasi ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh peneliti. Sasaran dari observasi ini menyangkut keadaan geografis MAYOGA. Dari hasil observasi ditemukan bahwa lokasi madrasah sangat strategis karena terletak di jalan magelang km 4. Madrasah ini juga bersanding dengan MIN 1 Yogyakarta dan MTs N 1 Yogyakarta. _________________ Interpretasi: Lokasi MAYOGA terletak di daerah yang strategi, tidak bising sehingga nyaman untuk melaksnakan pembelajaran. Selain itu MAYOGA juga terletak bersebelahan dengan MIN 1 Yogyakarta dan MTs N 1 Yogyakarta.
136
CATATAN LAPANGAN 2 Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Rabu, 12 September 2012
Pukul
: 10.15- 11.00 WIB
Lokasi
: Ruang Tamu MAYOGA
Sumber data
: Bu Eny Isnaini Nazilaturrahmah
Deskripsi Data: Bu Eny Isnaini adalah guru Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III (MAYOGA) yang kebetulan mengampu pelajaran fiqih. Beliau juga guru Al Qur’an Hadist, selain itu beliau juga membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian. Bu Eny Isnaini pada tahun ajaran 2012/2013 diberi amanat untuk mengampu pelajaran fiqih kelas X dan kelas XI. Dalam kesempatan ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan pembelajaran fiqih. Peneliti
: Assalamu’alaikum wr.wb
Informan
: Wa’alaikumsalam wr.wb, mbak..
Peneliti
: Bagaimana kabarnya bu’??
Informan
: Alhamdulillah mbak…baik-baik saja.
Peneliti
: Begini bu’, maksud dari kedatangan saya kesini sesuai dengan janji saya lewat SMS bahwa hari ini saya ingin bertanya mengenai pembelajaran fiqih di kelas XI.
Informan
: oh iya mbak..berhubung saya jam segini belum mengajar. Silahkan kalau mau tanya tentang sesuatu yang diinginkan..sumonggo!!!
137
Peneliti
: enggeh, bu’…trimakasih. Baik langsung saja, begaimana dengan pembelajaran fiqih di kelas??apakah siswa antusias ataukah biasabiasa saja.?
Informan
: begini mbak, kalau tentang pembelajaran fiqih ya itu semua sesuai dengan materi yang akan dibahas. Adakalanya materi itu membuat anak-anak menjadi senang dan adakalanya materi itu menjenuhkan. Kebanyakan anak-anak menyukai materi fiqih selain ada teori ada praktiknya juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya thaharah, zakat, sholat itu butuh praktik.
Penelini
: oh gitu…kalau mengenai metode dan strategi yang digunakan ibu’ dalam mengajar bagaimana???
Informan
: hemmm…tentu saja ibu’ sudah menggunakan strategi dan metode yang bervariasi akan tetapi ibu selalu mengawali dengan berceramah dan memberikan motivasi kepada anak-anak. Selain itu ada tanya jawab bagi yang belum paham atau ada pertanyaan yang akan disampaikan. Tapi begini mbak, memang seorang guru harus membuat RPP akan tetapi saya selama ini menggunakan strategi dan metode terkadang tidak sesuai dengan RPP yang saya buat. Karena apa??ini karena saya harus bisa fleksibel dan menguasai kelas. Sebab itulah saya terkadang tidak menggunakan strategi yang telah direncanakan. Mbak, meskipun rencana pembelajaran itu penting akan tetapi kita harus bisa mengontrol kelas. 138
Peneliti
: oh iya bu’…trimakasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya bu’… Assalamu’alaikum wr.wb… bu’..
Informan
: Wa’alaikumsalam wr.wb, mbak.. besok kalau mau kesini lagi dan butuh bantuan ibu’ SMS aja dulu ya mbak..
Peneliti
: enggeh bu’……
________________________ Interpretasi: Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa pembelajaran fiqih di MAYOGA sudah menggunakan strategi dan metode yang bervariasi. Guru pasti mengawali pembelajaran dengan berceramah, hal ini dianggap guru sebagai hal yang wajar karena untuk memberikan motivasi dan pengantar materi tidak mungkin lepas dari ceramah. Akan tetapi, sudah divariasikan dengan strategi dan metode yang lainnya. Guru tidak selamnya sebagai pemateri, melainkan peserta didik bisa menjadi pemateri yaitu dengan pembuatan makalah. Pembelajaran fiqih memang tidak bisa hanya teori tanpa praktik. Oleh karena itu, pembelajaran fiqih selain teori juga harus praktik langsung. Selain itu juga, peserta didik juga dituntut untuk bisa memecahkan kasus (studi kasus) yang ada di kehidupan sehari-hari.
139
CATATAN LAPANGAN 3 Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/tanggal
: Rabu, 24 Oktober 2012
Pukul
: 07.00-08.45 WIB
Lokasi
: Kelas XI IPA 4
Sumber data
: Kegiatan Belajar Mengajar (Mapel Fiqih)
Deskripsi Data: Observasi kali ini dilakukan oleh peneliti guna untuk mengetahui berlangsungnya pembelajaran fiqih kelas XI. Selain itu observasi kali ini dilakukan untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pembelajaran fiqih. Dari observasi yang telah dilakukan terbukti bahwa strategi yang digunakan oleh guru fiqih sudah bervariasi. Selain itu juga guru fiqih memberikan motivasi serta menanamkan karakter kepada peserta didik. ___________________ Interpretasi: Dalam pembelajaran guru harus memperhatikan peserta didik, dengan menggunakan strategi pembelajaran maka guru akan bisa menghidupkan suasana di dalam kelas. Peserta didik juga harus diberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar.
140
CATATAN LAPANGAN 4 Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Rabu, 21 November 2012
Pukul
: 07.15-08.15 WIB
Lokasi
: Ruang Guru MAYOGA
Sumber data
: Bu Eny Isnaini Nazilaturrahmah
Deskripsi Data: Informan adalah guru fiqih, wawancara dilaksanakan di ruang guru. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan terkait dengan strategi Self Assessment dalam pembelajaran fiqih dan pengembangan karakter peserta didik. Peneliti
: Assalamu’alaikum wr.wb
Informan
: Wa’alaikumsalam wr.wb, mbak..
Peneliti
: bu’, kok mboten ngajar..??
Informan
: oh iya mbak,maaf ibu’ tidak ngabari kamu bahwa hari ini ibu’ tidak masuk kelas karena jam pelajaran fiqih dipake’ oleh mapel lain.
Peneliti
: oh gitu bu’…enggeh mpun gak papa bu’.. saya mau tanya-tanya aja kalau gitu bu’.. gini bu’apakah sebelumnya ibu’ sudah pernah menggunakan strategi self assessment? Maksud saya strategi penilaian diri yang dilakukan oleh siswa?
Informan
: oh itu…iya mbak. Ibu’ sudah pernah menggunakan strategi tersebut. Akan tetapi karena siswa belum terbiasa untuk objektif maka strategi itu tidak berhasil.
141
Peneliti
: kemudian apakah ibu menggunakannya strategi itu kembali?
Informan
: tidak pernah lagi mbak. Karena ibu’ fleksibel di kelas..kan gak semua yang direncanakan oleh ibu’ bisa berjalan dengan baik. Ibu’ juga harus menyesuaikan kondisi siswa di kelas. Supaya ibu’ bisa mengontrol dan mengelola kelas dengan baik. Kan terkadang ibu’ mengikuti keinginan siswa ketika pembelajaran.
Peneliti
: menurut ibu’, bagaimana mengembangkan karakter siswa?
Informan
: hemmm…kalau karakter itu harus dibiasakan mbak, jadi karakter itu gak bisa ujug-ujug muncul. Pembentukan karakter harus melalui proses yang harus didukung oleh lingkungan sekitar. Yang jelas karakter yang terbentuk itu harus dikembangkan dengan pembiasaan baik itu di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.
Peneliti
: bagaimana dengan madrasah sendiri dalam kaitannya dengan karakter dan apa sih usaha yang dilakukan madrasah bu’??
Informan
: dari pihak sekolah sudah menyediakan asrama untuk siswa-siswi yang ingin di pondok ataupun bagi siswa-siswi yang nakal. Selain itu ada kunjungan guru ke rumah wali murid untuk bekerja sama dalam mendidik putra-putrinya. Yang terpenting adalah teladan atau contoh yang ditunjukkan oleh guru, orang tua.
Peneliti
: bagaimana dengan karakter dalam proses pembelajaran?
Informan
: gini mbak kalau dalam pembelajaran biasanya kan ada diskusi, tanya jawab atau yang lainnya. Dengan kegiatan tersebut maka siswa-siswi 142
secara tidak langsung muncul sikap-sikap karakter. Misalnya dalam diskusi maka siswa punya karakter bekerja sama dan tanggung jawab. Selain itu dalam tanya jawab maka karakter yang terbentuk adalah percaya diri, jujur dan saling menghargai. Peneliti
: oh iya bu’…trimakasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya bu’… Assalamu’alaikum wr.wb… bu’..
Informan
: Wa’alaikumsalam wr.wb, mbak..
_____________________ Interpretasi: Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa strategi self assessment (penilaian diri) sudah pernah dilakukan oleh guru fiqih sebelumnya. Akan tetapi, karena peserta didik belum terbiasa dengan penilaian diri maka strategi ini dianggap belum berhasil. Dalam penilaian diri ini peserta didik kurang bertanggung jawab dan jujur terhadap kemampuan dirinya. Selain itu, guru terkadang tidak menggunakan strategi yang telah direncanakan. Hal ini disebabkan karena keadaan peserta didik di dalam kelas tidak kondusif. Terkait dengan pengembangan karakter, guru fiqih beranggapan bahwa karakter peserta didik tidak bisa muncul begitu saja. Melainkan harus melalui proses yang sangat lama. Dalam membentuk karakter peserta didik bukan hanya tugas guru agama melainkan tugas semua pihak. Dari pihak guru pembentukan karakter peserta didik dengan keteladanan/ contoh baik yang dilakukan oleh guru. Dari pihak madrasah biasanya pembentukan karakter peserta didik melalui ekstra kurikuler. Selain itu, 143
madrasah juga bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan karakter peserta didik. Madrasah memberikan fasilitas yang bisa membentuk dan mengembangkan karakter peserta didik. Pihak keluarga juga sangat berperan dalam pembentukan karakter peserta didik, keluarga merupakan tempat yang pertama kali membangun karakter. Pembentukan karakter pada peserta didik sangat penting. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak yaitu pihak dari guru, madrasah dan keluarga. Sehingga semua pihak
bertanggung
jawab
untuk
membentuk
karakter
peserta
didik
dan
mengembangkan karakter tersebut.
144
CATATAN LAPANGAN 5 Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Rabu, 21 November 2012
Pukul
: 08.30-09.00
Lokasi
: Ruang Tata Usaha MAYOGA
Sumber data
: Bu Yuli Endarwati
Deskripsi data: Informan adalah karyawan tata usaha yang menngurusi dan menyimpan dokumen tentang keadaan siswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diperoleh data tentang keadaan siswa tahun akademik 2012/2013. ____________________ Interpretasi: Peneliti mendapatkan data tentang keadaan siswa tahun akademik 2012/2013, khususnya kelas XI IPA.
145
CATATAN LAPANGAN 6 Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Jum’at, 30 November 2012
Pukul
: 08.15-08.45 WIB
Lokasi
: Ruang Tata Usaha
Sumber data
: Bapak Sugeng Riyadi
Deskripsi data: Informan merupakan karyawan tata usaha MAYOGA yang mengurusi dan menyimpan dokumen data-data tentang keadaan guru MAYOGA. Dari hasil ini, peneliti mendapatkan sejumlah informasi dan data tentang keadaan guru tetap, guru tidak tetap dan karyawan MAYOGA. _________________ Interpretasi data: Mendapatkan data tentang keadaan guru dan karyawan MAYOGA tahun pelajaran 2012/2013.
146
CATATAN LAPANGAN 7 Metode pengumpulan data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Jum’at, 30 November 2012
Pukul
: 09.00-10.00 WIB
Lokasi
: Di depan kelas XI IPA 4
Sumber data
: Hana
Deskripsi data: Informan adalah siswi kelas XI IPA 4 MAYOGA yang merupakan salah satu siswa aktif di kelasnya. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan mengenai proses pembelajaran Fiqih yang diampu oleh Bu Eni Isnaini. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa pembelajaran Fiqih kelas XI IPA dalam minggunya ada 2 jam pelajaran. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah yaitu dengan bercerita. Banyak kelebihan dan kekurangan dalam metode tersebut. Selain itu juga guru fiqih kurang bisa mengontrol peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. _________________ Interpretasi data: Proses pembelajaran fiqih yang diampu oleh Bu Eni Isnaini sudah berjalan dengan baik serta materi yang ada telah disampaikan. Akan tetapi, terkadang metode ceramah itu tidah bisa diterapkan kepada materi tertentu sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Guru juga belum bisa memaksimalkan dan mengontrol siswa dalam pembelajaran.
147
CATATAN LAPANGAN 8 Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/tanggal
: Rabu, 9 Januari 2013
Pukul
: 07.00-08.30 WIB
Lokasi
: Di kelas XI IPA 4
Sumber data
: Proses Pembelajaran Fiqih
Deskripsi data: Setelah libur semester gasal selama 3 minggu, saatnya siswa-siswa beraktivitas kembali. Pada pertemuan pertama semester genap guru dan siswa akan mempelajari tentang perkawinan dalam Islam. Pertemuan yang pertama ini dengan kompetensi dasar ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya. Pada pembelajaran hari itu guru memberikan kesempatan siswa untuk mencari informasi tentang perkawinan dengan cara berdiskusi dan mengakses internet. Selain itu, guru memberikan tugas/ penilaian yang diberikan kepada siswa yang menyangkut dalam kehidupan di sekitarnya. Guru memberikan tugas yang mengasah aspek afektif dan psikomotor siswa. Tugas itu diberikan dengan waktu antara 1 minggu sampai 2 minggu. Tugas ini bersifat individu dan melibatkan orangtua, keluarga dan tetangga sekitar. Tugas yang pertama siswa diberikan kesempatan untuk mewawancarai orang yang sudah menikah, baik mulai dari perkenalan sampai pernikahan. Tugas yang kedua siswa diberikan tugas untuk membuat silsilah keluarga besarnya. Tugas yang ketiga adalah siswa diberikan
148
tugas untuk mengamati keluarga yang hamil sebelum menikah (hanya mengamati kehidupannya bukan mewawancarai). _____________________ Interpretasi data: Pada pertemuan pertama di semester genap, guru berusaha untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap semangat dalam belajar. Selain itu, guru berharap siswa bisa menerima pelajaran dengan baik terutama pelajaran fiqih karena pada semester genap ini hanya membahas 3 bab pokok. Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tujuan siswa bisa bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya setelah libur panjang. Guru pada pertemuan pertama hanya memberikan tugas kepada siswa dan siswa disuruh untuk mencari informasi tentang kompetensi dasar yang dibahas.
149
CATATAN LAPANGAN 9 Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/tanggal
: Rabu, 16 Januari 2013
Pukul
: 07.00-08.30 WIB
Lokasi
: Di kelas XI IPA 4
Sumber data
: Proses Pembelajaran Fiqih
Deskripsi data: Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi pembelajaran dengan pembahasan pengertian nikah, hukum-hukum nikah, rukun dan syarat nikah. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk melakukan diskusi tentang pengertian nikah, hukum-hukum nikah, rukun dan syarat nikah. Kemudian setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada bagian akhir pembelajaran, guru melakukan post test dengan menggunakan strategi self assessment. Masing-masing siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam mengerjakan soal tersebut, guru memperhatikan siswa yang sedang mengerjakan soal. Guru mengamati dan menilai dengan mengisi tanda cek pada pernyataan yang akan diamati. Pernyataan tersebut diantaranya adalah apakah siswa sudah jujur dalam mengerjakan soal tersebut, apakah siswa bisa bertanguung jawab dan percaya diri dengan hasil jawaban. Setelah selesai semuanya, pada minggu berikutnya guru membacakan hasil jawaban dari siswa secara acak. Di sini guru berusaha memberikan arahan kepada siswa agar saling menghargai satu dengan yang lainnya.
150
________________ Interpretasi data: Pada pembelajaran ini guru sudah menggunakan strategi self assessment. Dengan strategi ini guru mendapatkan hasil yang dibilang bagus dari hasil pembelajaran pada pertemuan hari itu. Guru bisa menilai siswa secara objektif dan membuat siswa memiliki karakter jujur, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai.
151
CATATAN LAPANGAN 10 Metode pengumpulan data
: Observasi
Hari/tanggal
: Rabu, 23 Januari 2013
Pukul
: 07.00-08.30 WIB
Lokasi
: Di kelas XI IPA 4
Sumber data
: Proses Pembelajaran Fiqih
Deskripsi data: Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi pembelajaran dengan pembahasan pengertian nikah, hukum-hukum nikah, rukun dan syarat nikah. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk melakukan diskusi tentang pengertian nikah, hukum-hukum nikah, rukun dan syarat nikah. Kemudian setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada bagian akhir pembelajaran, guru melakukan post test dengan menggunakan strategi self assessment. Masing-masing siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam mengerjakan soal tersebut, guru memperhatikan siswa yang sedang mengerjakan soal. Guru mengamati dan menilai dengan mengisi tanda cek pada pernyataan yang akan diamati. Pernyataan tersebut diantaranya adalah apakah siswa sudah jujur dalam mengerjakan soal tersebut, apakah siswa bisa bertanguung jawab dan percaya diri dengan hasil jawaban. Setelah selesai semuanya, pada minggu berikutnya guru membacakan hasil jawaban dari siswa secara acak. Di sini guru berusaha memberikan arahan kepada siswa agar saling menghargai satu dengan yang lainnya.
152
________________ Interpretasi data: Pada pembelajaran ini guru sudah menggunakan strategi self assessment. Dengan strategi ini guru mendapatkan hasil yang dibilang bagus dari hasil pembelajaran pada pertemuan hari itu. Guru bisa menilai siswa secara objektif dan membuat siswa memiliki karakter jujur, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai.
153
CURRICULUM VITAE Nama
: Rina Marrinawati
TeTaLa
: Kudus, 30 Desember 1990
Alamat Asal
:Jln. Sersan Abdul Qodir Dukuh Boto Lor Rt: 04 Rw:V Desa Ngembalrejo Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Jawa Tengah
Alamat Yogya
:Wisma Rambu, Ngentak Sapen Gondokusuman 1, No. 553 Yogyakarta
No. Hp
: 085 641 517 296/ 089 672 439 327
Status Keluarga
: Anak 1 dari 4 bersaudara (Anak Kandung)
Nama Ayah
: Sulbi Achmad
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Khasiati
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan : 1. TK Darul Ulum Lulus Tahun 1997 2. MI Darul Ulum 01 Lulus Tahun 2003 3. MTs Negeri 1 Kudus Lulus Tahun 2007 4. MAN 01 Kudus Lulus Tahun 2009 5. UIN Sunan Kalijaga Tahun 2009- Sekarang
152