142
PENERAPAN STRATEGI KLARIFIKASI NILAI MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA DALAM MATA PELAJARAN PPKn DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURABAYA
Oleh : Farida Rahmawati IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak: Penelitian ini merupakan peneletian deskriptif, yaitu penelitian yang ingin mendeskripsikan hasil penelitian tentang penerapan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan informasi secara langsung terkait dengan penggunaan permainan ular tangga sebagai strategi pembelajaran. Dari informasi dan data-data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan suatu analisis untuk mengkaji permasalahan setelah diterapkannya strategi klarifikasi nilai melalui penggunaan permainan ular tangga. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn utamanya pada pokok bahasan Hak Asasi Manusia dengan prosentase kenaikan 60,7 %. Disamping itu melalui permainan ular tangga nilai - nilai moral telah ditanamkan pada hampir semua mata pelajaran terutama pada pelajaran PPKn dan Agama dengan harapan peserta didik mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai positif yang diserap dari materi. Kata Kunci: Pendidikan Nilai Moral, Permainan Ular Tangga
PENDAHULUAN Era Globalisasi, ternyata membawa dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif yang paling menonjol adalah terjadinya dekadensi moral. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa peristiwa, di antaranya adalah tawuran antar pelajar yang dipicu hanya karena masalah sepele, pembuatan video mesum antar teman, ugal–ugalan di jalam tanpa memiliki SIM Dan STNK, perbuatan kurang sopan yaitu pacaran di pinggir jalan tanpa memperhatikan norma–norma yang berlaku, siswa yang menjadi otak pencurian motor hanya demi gengsi dan masih banyak penyimpangan moral lainnya (Anonim, 2013). Hal tersebut tentunya akan berdampak pada stabilitas Negara, karena rusaknya moral warganegara akan berakibat rusaknya Negara. Negara ibarat sebuah rumah tangga, kalau ada anggota keluarga yang rusak moralnya, maka nama keluarga akan hancur. Sehubungan dengan hal tersebut perlu kiranya Pemerintah segera mengambil sikap agar kejadian seperti tersebut di atas tidak terulang lagi, apalagi sudah bukan menjadi rahasia lagi di Negara Indonesia banyak JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
142
143
pejabatnya yang korupsi yang menunjukkan telah terjadinya dekadensi moral di Negara Indonesia. Guna mengantisipasi hal tersebut di Indonesia, maka perlu adanya perbaikan mental dan moral bagi warga negara, utamanya di kalangan remaja dan lebih spesifik lagi di kalangan siswa sebagaimana yang diamanahkan oleh pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang bunyinya : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Dalam mengemban amanah pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 terebut di atas, maka lembaga pendidikan memegang posisi sentris, karena melalui pendidikanlah nilai-nilai moral ditanamkan. Pendidikan diharapkan mampu menjadi sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral bangsa yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang nantinya diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, Negara dan makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2007 : 10). Pendidikan nilai dan moral memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan budi pekerti dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum bertolok ukur pada nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya, oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan Nilai dan Moral dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah budi pekerti, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Sehubungan dengan hal ini, maka lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian siswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti (Djahiri, 1988 : 32). JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
144
Berkaitan dengan pembahasan di atas, bahwa pendidikan nilai dan moral adalah sebuah wadah pembinaan akhlak, maka hal ini perlu adanya sebuah pendekatan yang akan membawa siswa atau peserta didik untuk memaknai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Hal ini perlu dipahami oleh pendidik dan calon pendidik, khususnya seorang guru yang kemudian dijadikan sebagai pengetahuan untuk menerapkan nilai dan moral dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Sekolah Dasar maupun di tingkat selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PPKn karena selama ini pelajaran PPKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PPKn siswa di sekolah. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar PPKn siswa rendah antara lain adalah dari sisi siswa: 1.) Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi PPkn yang bersifat teoritik; 2.) Kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh–contoh implementasi konsep PPKn dalam kehidupan sehari–hari; 3.) Kurangnya persiapan/motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah; 4.) Mata pelajaran PPKn dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah. Sedangkan dari sisi guru yaitu: 1.) Belum optimalnya usaha yang dilakukan guru untuk membantu kesulitan belajar siswa,guru lebih banyak memperhatikan siswa yang aktif dan pintar, sehingga yang kurang mampu belum mendapatkan perhatian yang optimal; 2.) Kurang kondusifnya metode belajar mengajar yang digunakan guru yang dapat memotivasi belajar siswa, guru hanya menggunakan ceramah bervariasi belum menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif; 3.) Kurangnya media belajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dari faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan dampaknya sebagai berikut: 1.) Suasana belajar membosankan dan akibatnya siswa mengantuk; 2.) Rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran PPkn; 3.) Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PPkn yang kurang memuaskan. Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
145
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.) Apakah penggunaan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran PPkn?; 2.) Apakah penerapan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga nilai–nilai yang ditanamkan terinternalisasi pada diri siswa?; 3.) Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga. Hakikat Pembelajaran PPKn Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persistem pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach (dalam Winatapura 2005 : 19). Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afective domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Zuriah, 2007 : 64). Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PPKn dalam rangka “nation and character building”: 1.) PPKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psikologi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara; 2.) PPKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PPKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
146
landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi; 3.) PPKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience); 4.) PPKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui „mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Model Pembelajaran PKn yang Berorientasi Pada Pendidikan Nilai Pada kegiatan ini kita akan mempelajari tentang bagaimana gambaran model pembelajaran PPKn yang berorientasi Pendidikan Nilai dan Moral Pancasila. Perlu kita pahami bahwa salah satu ciri dan sekaligus pendekatan PPkn adalah sebagai pendidikan Nilai dan Moral lebih khusus lagi pendidikan Nilai dan Moral Pancasila. Pendidikan nilai dan pendidikan moral, dua istilah yang sering digunakan secara bergantian atau bersamaan untuk memberikan penegasan terhadap makna pendidikan. Pendidikan nilai adalah program dan proses pendidikan yang lebih menekankan kepada pengembangan aspek afektif dari pada aspek kognitif. Pengertian nilai menurut bahasa dapat diketahui berasal dari bahasa Yunani: valere yang artinya kuat atau baik yang dalam bahasa Inggris dinamakan value. Dalam kamus umum bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta dikatakan, bahwa nilai mempunyai arti: mutu, kadar, angka, kepandaian; sifat-sifat hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Perlu kita ketahui bahwa istilah nilai dikenal dengan kata value atau valere yang artinya baik atau kuat atau berharga. Pengertian berharga adalah memiliki manfaat bagi dirinya maupun lingkungannya, dengan demikian perbuatannya akan selalu memberikan kebaikan bagi kehidupan sebagai warga Negara. Permainan Ular Tangga Permainan ular tangga diciptakan pada abad ke-2 sebelum masehi dengan nama “Paramapada Sopanan” (Ladder to Salvation). Dikembangkan oleh pemuk aagama Hindu JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
147
untuk mengajarkan anak-anak mengenai “penghargaan”. Ular merepresentasikan “keputusan yang buruk dan jahat”, sedangkan tangga melambangkan “keputusan yang bermoral dan baik”. Permainan ini masuk ke Inggris pada tahun 1892, dan pada tahun 1943 namanya diubah menjadi “Chutes and Ladders” oleh Milton Bradley di Amerika untuk dikomersialkan. Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut. Pada zaman dulu, banyaknya anakanak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer di masyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat berinteraktif jika dimainkan bersama-sama. Pada permainan ular tangga, medan permainan adalah sebuah papan atau karton bergambar kotak-kotak biasanya berukuran 10x10 kotak. Tiap kotak diberi nomor urut mulai dari nomor 1 dari sudut kiri bawah sampai nomor 10 di sudut kanan bawah, lalu dari kanan ke kiri mulai nomor 11 baris kedua sampai nomor 20 dan seterusnya sampai nomor 100 di sudut kiri atas. Kotak-kotak tertentu berisi gambar yang mengandung pesan atau perbuatan. Ada pesan atau perbuatan baik, ada yang buruk. Pesan atau perbuatan baik biasanya diganjar dengan kenaikan ke kotak yang lebih tinggi lewat tangga, sedangkan pesan atau perbuatan buruk dihukum dengan penurunan ke kotak lebih rendah melewati ular. Karena itu dinamakan Ular Tangga. Menurut Janah (2009) dalam laporannya menyatakan bahwa tidak ada bentuk standar dari papan ular tangga. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Permainan sederhana namun mengasyikkan ini tersebar di seluruh dunia dan umumnya memiliki ciri yang sama dengan nama yang umumnya merupakan terjemahan dari kata ular dan tangga dalam bahasa masing-masing. Dalam bahasa Inggris misalnya dinamakan Snakes-and-Ladders.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan peneletian deskriptif, yaitu penelitian yang ingin mendeskripsikan hasil penelitian tentang penerapan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan informasi secara langsung terkait dengan penggunaan permainan ular tangga sebagai strategi pembelajaran. Dari informasi dan data-data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan suatu analisis untuk JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
148
mengkaji permasalahan setelah diterapkannya strategi klarifikasi nilai melalui penggunaan permainan ular tangga. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.) Identifikasi Masalah; 2.) Pengumpulan data melalui tes dan observasi; 3.) Analisis data yang diperoleh melalui tes dan observasi; 4.) Penyusunan laporan penelitian. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Tempat Penelitian adalah lokasi yang dipergunakan untuk pelaksanaan penelitian yaitu SMP Muhammadiyah 4 Surabaya. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk kegiatan penelitian, terhitung sejak penelitian ini mulai direncanakan dan proposal dibuat sampai pada penyusunan laporan penelitian untuk kemudian diujikan di depan penguji skripsi. Kemudian dalam menjawab rumusan masalah 1 (satu) yaitu tentang peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn setelah diterapkannya strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga. Untuk menganalisa data penelitian maka digunakan analisis non statistik, sedangkan untuk teknik analisanya digunakan teknik analisis kuantitatif dengan prosentase. Adapun rumus analisis prosentase adalah sebagai berikut:
Keterangan : P = Hasil akhir dalam prosentase n = Jumlah siswa yang diperoleh dari hasil observasi N = Jumlah seluruh siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari data yang diperoleh melalui penelitian didapatkan analisis deskriptif kualitatif, artinya data yang sudah diperoleh dideskripsikan secara kualitatif. Analisa data nilai untuk kelas VII A yaitu : JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
149
P=
27 x 100 % 28
P = 0,607 x 100 % P = 60,7 % Berdasarkan hasil analisa data dari penelitian bahwa peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan permainan ular tangga mengalami peningkatan hingga 60,7%. Keberhasilan pencapaian rata-rata dan hasil belajar siswa disebabkan beberapa hal sebagai berikut: 1.) Siswa telah aktif memperhatikan dan mengikuti materi pelajaran, sehingga mereka mampu menyerap pelajaran tersebut dengan baik; 2.) Siswa telah mampu menggunakan media permainan ular tangga dengan baik; 3.) Siswa lebih berminat dengan pembelajaran dengan menggunakan media permainan ular tangga. Tolok ukur atau indikator keberhasilan siswa ditandai dengan: 1.) Meningkatnya aktivitas siswa yang ditandai dengan keberanian siswa mengeluarkan pendapat, tidak ada kelompok yang pasif; 2.) Meningkatnya respon siswa terhadap pelajaran PPkn yang ditandai dengan antusias dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, adanya semangat untuk berkompetisi; 3.) Meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn tentang Hak Asasi Manusia; 4.) Kekompakan semakin meningkat; 5.) Semangat belajar; 6.) Pembelajaran yang menyenangkan; 7.) Student center. Adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari kenaikan nilai sebelum dan sesudah digunakannya metode permainan ular tangga yaitu 60,7 %. Adanya kenaikan tersebut karena adanya fungsi dan manfaat media dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar mengajar dan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Kemudian dalam menjawab rumusan masalah 2 (dua) untuk mengetahui terinternalisasi atau tidaknya nilai-nilai yang ditanamkan setelah diterapkannya strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga. Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi bahwa secara umum nilai-nilai moral siswa SMP Muhamadiyah 4 Surabaya telah ditanamkan hampir pada semua mata pelajaran, terutama pada pelajaran PPKn dan Agama, agar siswa mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai positif yang diserap dari materi.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
150
Kemudian, untuk mengasah dan mengamalkannya disediakan adah bagi siswa yaitu pendidikan keorganisasian atau ekstrakulikuler. Sehingga kegiatan di dalam kelas dan kegiatan di luar kelas berjalan dengan berdampingan dan saling melengkapi. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut: 1.) Kegiatan di dalam kelas berupa proses pembelajaran yang mengutamakan tiga aspek yaitu Aspek kognitif (pengetahuan), Aspek afektif (sikap), dan Aspek psikomotor (keterampilan). Terutama dalam aspek sikap siswa dibekali dengan nilainilai moral sepertimenghormat dan menghargai orang lain, toleransi, kesetiakawanan, religiusitas, tanggung jawab, disiplin, mencintai alam sekitar; 2.) Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar kelas berupa proses pembelajaran aktif, sebagai tindak lanjut dari ketiga aspek tersebut diatas. Siswa akan mulai merasakan interaksi social secara langsung dari perwujudan konsep-konsep yang diterima dari kegiatan yang ada di dalam kelas. Siswa akan mengamalkan dan menjalani proses kegiatan langsung yang aktif dan menggunakan daya nalarnya untuk membina kerukunan dan bekerja sama. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMP 4 Muhammadiyah Surabaya adalah Kepramukaan yang bertujuan untuk: 1.) Membentuk kepribadian dan akhlak mulia siswa; 2.) Menanamkam sikap kebangsaan, cinta tanah air dan bela Negara; 3.) Meningkatkan keterampilan siswa sehingga siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh serta menjadi calon pemimpin yang handal. Sehingga melalui kegiatan pramuka, kepada siswa ditanamkan nilai-nilai moral Pancasila yang meliputi tanggung jawab, disiplin, cinta tanah air, religious. Disisi lain yaitu melalui upacara bendera ditanamkan nilai moral tanggung jawab, disiplin, semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Sedangkan pada Palang Merah Remaja dapat melatih siswa untuk tanggap membantu sesama. Selanjutnya dalam mendeskripsikan aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan strategi klarifikasi nilai melalui permainan ular tangga dapat diperoleh data sebagai berikut: 1.) Siswa sudah dapat memanfaatkan media permainan ular tangga dengan optimal dan bermain ular tangga sesuai dengan aturan yang berlaku; 2.) Siswa sangat senang dengan permainan ular tangga dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa; 3.) Frekuensi siswa untuk bertanya dan menjawab cukup bagus sehingga tercipta suasana kelas yang menyenangkan; 4.) Minat terhadap cara mengajar guru dengan permainan ular tangga JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
151
sudah sangat optimal. Dengan adanya bimbingan dari guru siswa lebih memperhatikan materi pelajaran; 5.) Ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan di luar skenario.
KESIMPULAN Melalui permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn utamanya pada pokok bahasan Hak Asasi Manusia. Disamping itu melalui permainan ular tangga nilai - nilai moral telah ditanamkan pada hampir semua mata pelajaran terutama pada pelajaran PPKn dan Agama dengan harapan peserta didik mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai positif yang diserap dari materi. Siswa mampu menggunakan media permainan ular tangga dengan baik dan siswa lebih berminat dengan pembelajaran dengan menggunakan media permainan ular tangga. Sedangkan saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1.) Mengingat penerapan strategi klarifikasi nilai dengan permainan ular tangga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka model pembelajaran tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran; 2.) Guru hendaknya tidak semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, namun juga dapat berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang lebih tinggi, serta member kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran; 3.) Guru hendaknya dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PPKn; 4.) Guru PPKn melalui Kepala Sekolah agar memberikan himbauan kepada orang tua siswa agarikut berperan serta secara aktif agar melakukan pengawasan terhadap siswa dalam pembentukan sikap dan moral sehingga akan mempermudah penanaman nilai-nilai moral Pancasila di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Harian Jawa Pos, Sabtu 2 November. Budiardjo, Miriam. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi MataPelajaran Kewarganegaraan, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Djahiri, Kosasih. 1988. Strategi Pembelajaran IPS/PKN. Bandung: IKIP Bandung. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
152
Janah,
Arinil. 2009. Laporan PTK Ular Tangga PKn. (Online). Tersedia di http://arinilwordpress.com/2009/10/28/laporan-ptk-ular-tangga-pkn. Diakses 29 November 2010.
Kosasih, Djahiri. 1988. Strategi Pembelajaran IPS/PKN. Bandung: IKIP Bandung. UU No 20 Tahun 2003, Jakarta :Visimedia Winatapura, Udin, 2005 :Materi dan Pembelajaran Pkn : Jakarta : UT. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : PT Bumi Aksara
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014