ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES IN HYBRID-ONLINEUNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP CAHAYA Oleh : Rizki Hadiwijaya Zulkarnaen Universitas Perjuangan Tasikmalaya, Jawa Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan multimedia learning modules (MLMs )in hybrid-online melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep cahaya untuk meningkatkan penguasaan konsep. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasieksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest-posttest acak. Penelitian ini dilaksanakan di kelas2satuPontrenModernTangerangpada TahunAkademik2012/2013. Penelitian dilakukan pada sampel dipilih secara cluster random sampling. Data yang dikumpulkan melalui tes untuk penguasaan konsep, lembar observasi adalah mengamati kelayaka nstudi, kuesioner adalah untuk meminta tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan MLMs. Pengolahan data dilakukan dengan uji-t untuk dua rata-rata yang berbeda, N-gain menggunakan SPSS Windows versi 17. Ratarata N-gain penguasaan konsep cahaya 0,80-0,59 masing-msaing untuk kelas eksperimendankelas kontrol. Hasil uji statistikmenunjukkan perbedaandaridua perhitungan N-gain berdasarkan SPSS17 dalam penguasaan konsep diperoleh Sig. (1-tailed) =0,000 dengan tingkat signifikansiα=0,05. Hal ini berartibahwa penerapanpembelajaran berbasis masalahmenggunakan MLM shybrid-online secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengantanpa menggunakan MLMs. Tanggapan diperoleh melalui kuesioner siswa yang menunjukkan responpositif terhadap penggunaan MLMs in hybrid-online melalui pembelajaran berbasis masalah. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Modul Pembelajaran Multimedia (MLMs), Hybrid-Online, dan Penguasaan Konsep PENDAHULUAN Pondok merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis agama islam yang menitik beratkan pada aturan sunah Rosul (sunah pondok). Pondok yang sering kita kenal merupakan tempat belajar yang serba berkecukupan dengan menggunakan metode tradisionalnya (tanpa diikut sertakan pada kurikulum Diknas), tetapi berbeda halnya dengan salah satu pondok di Tangerang provinsi Banten. Pondok tersebut merupakan sekolah boarding school dimana aktivitas belajar mengajarnya bisa berlangsung hampir sampai 24 jam. Pondok ini telah berkembang menjadi pondok modern, bahkan menjadi salah satu pelopor sekolah RSBI dilingkungannya. Dengan memasukan kurikulum pendidikan nasional (KTSP 2006) tetapi tidak membuang ciri khas dari kepondokannya (sunah pondok), akibatnya dalam pondok tersebut memiliki kurikulum yang padat sehingga jumlah mata pelajaran yang diajarkan pun menjadi lebih banyak. Jumlah mata pelajaran yang diajarkan dalam pondok ini kurang lebih berjumlah 24 mata pelajaran setiap semester dengan jumlah total 41 jam setiap minggu nya, imbasnya alokasi waktu yang ditetapkan dari Diknas berkurang guna menggapai mata pelajaran lainnya. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembelajaran fisika. Alokasi waktu yang relatif sedikit mengakibatkan pembelajaran fisika menjadi kurang optimal sehingga berdampak pada penguasaan konsep fisika siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus dibangun oleh siswa sebagai mana yang tersurat dalam salah satu 46
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
poin dari tujuan kurikulum KTSP yang diterbitkan oleh pusat kurikulum balitbang depdiknas (2006 : 377), menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah “…untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah…, Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA….”. Rendahnya penguasaan konsep fisika siswa tercermin dari nilai ulangan hariannya. Rerata nilai ulangan harian fisika yang dimiliki oleh siswa berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Data dari hasil studi pendahuluan dari salah satu kelas tingkat SMP di Pondok ini menunjukkan sekitar 75% siswa memiliki nilai ulangan harian yang berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan (70 dari sekala 100). Bertolak dari permasalahan tersebut, penulis menganggap perlu melakukan suatu inovasi kegiatan pembelajaran serta teaching material yang dapat dikemas dalam waktu yang fleksibel serta dapat menunjang aktivitas siswa dan membantu guru dalam menghadirkan fenomena fisika, sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih bervariatif dan menarik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep fisika siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang diadapsi dari penelitian sebelumnya, dengan menerapkan pembelajaran yang berbeda serta menyesuaikan kondisi objek penelitian yang dilakukan sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (eksperimen semu). Adapun variabel komparasi dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep fisika siswa kelas 2 Pontren (setara dengan kelas VIII tingkat SMP). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “The randomized pretestposttest control group design” (Frankel & Wallen, 2006). dengan menggunakan desain ini subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, satu kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online, dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. Pada penelitian ini, penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan MLMs in hybrid-online diaplikasikan pada meteri cahaya (kelas VIII SMP). Pemilihan materi cahaya dalam penelitian ini dikarenakan materi tersebut memiliki konsep yang cukup sulit bagi siswa. Banyak konsep-konsep abstrak yang sukar dijelaskan secara teoritik, tetapi dengan menggunakan batuan multimedia, konsep tersebut dapat tervisualisasikan sehingga dapat dipahami siswa dengan mudah. Penelitian ini mengembangkan pembelajaran PBM dengan menggunakan MLMs. MLMs merupakan suatu modul elektronik/penyusunan bahan ajar yang dihubungkan dengan multimedia (video, simulasi, animasi,) yang dapat memvisualisaikan suatu konsep yang abstrak atau susah dijelaskan secara teoritik sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Dengan demikian kesulitan materi cahaya tersebut diharapkan dapat teratasi melalui pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Peningkatan Penguasaan Konsep Cahaya Pengujian penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada konsep cahaya dilakukan dengan membandingkan nilai rerata gain yang dinormalisasi (N-gain) antara kelas eksperimen yang menggunakan MLMs dengan kelas kontrol melalui 47
Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
PBM tanpa menggunakan MLMs.Perbandingan nilai rerata tes awal (pretest), tes akhir (posttest), dan gain yang dinormalisasi antara kelas eksperimen melalui PBM menggunakan MLMs in hybrid online dengan kelas kontrol yang tanpa menggunakan MLMs ditunjukkan pada gambar 1. Rekapitulasi nilai rerata gain yang dinormalisasi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1 Rekapitlasi Skor Siswa pada Tes Penguasaan Konsep < Xide Xmi Xma Kelas Tes g Sχ x al n ks > Preet 0,0 4,3 2,3 10 0, 0, est 0 8 7 Kont 5 0 rol postt 6,2 8,1 6,9 9 8 10 est 5 3 1 Preet 0,0 4,3 2,3 10 Eksp 0, 0, est 0 8 0 erime 8 1 postt 7,5 10, 8,4 n 0 0 10 est 0 00 4 Penguasaan Konsep 84,4
Skor Penguasaan Konsep (%)
90 80
80
69.1
70
59
60 50
Kelas Kontrol
40 30
23,7 23
Eksperimen
20 10 0
Pree-Test
Post-Test
N-Gain
Gambar 1 Diagram batang perbandingan persentase nilai rerata tes awal (pretest), tes akhir (postest), dan gain yang dinormalisasi (N-gain) Berdasarkan gambar 1 diperoleh bahwa nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas eksperimen ialah 0,80 dengan kategori tinggi dan nilai rerata gain yang dinormlisasi untuk kelas kontrol ialah 0,59 dengan kategori sedang. Perbandingan nilai ini secara langsung menunjukkan bahwa penggunaan MLMs secara hybrid-online dalam pembelajaran berbasis masalah dapat lebih efektif meningkatkan penguasaan konsep siswa pada konsep cahaya dibandingkan dengan PBM tanpa menggunakan MLMs. Pada kelas eksperimen, peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap konsep cahaya dapat dilihat dari data hasil tes yang dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilaksanakannya pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hybrid Online. Selain itu, hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) tersebut kemudian dibandingkan dengan dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan yang berbeda yakni, pembelajaran yang dilakukan disini melalui pembelajaran berbasis masalah tanpa menggunakan MLMs. Pada kelas eksperimen siswa diberi kesempatan belajar secara mandiri dengan mengakses konsep cahaya melalui penggunaan multimedia learning modules (MLMs) interaktif berbasis masalah secara online di website address: http://el-fis.com/modle. 48
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
Kegiatan belajar mandiri secara online ini dapat dilakukan siswa selama berada didalam dan diluar jam pelajaran. Dalam MLMs ini terdapat beberapa materi bahan ajar yang disajikan melalui program animasi flash yang dapat memvisualisasikan konsep-konsep bersifat abstrak, tugas dan LKS sebagai latihan, serta kuis sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Pengadaan kuis didesain untuk memungkinkan siswa dapat menjawabnya dalam waktu beberapa menit, dan siswa bisa mendapatkan hasilnya secara langsung sehingga hasil evaluasinya dapat diterima langsung oleh siswa. Pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas melalui bimbingan dari guru dan ketika diluar jam pelajaran dengan cara mengakses website yang telah diberikan, dengan demikian meskipun waktu (jam pelajaran) nya relatif sedikit, hal tersebut memungkinkan bagi siswa karena siswa dapat belajar dengan tidak terikat oleh waktu. Selain dalam kelas, siswa juga dapat mengaksesnya ketika diluar jam pelajaran. Adapun kehadiran dan aktifitas siswa yang mengakses website tersebut tercatat pada database yang telah tersedia dan dikelola oleh admin (terdapat pada lampiran). Setelah siswa belajar di kelas melalui bimbingan dari guru dan secara mandiri lewat pengguanaan MLMs ketika diluar jam pelajaran, selanjutnya siswa diberikan tes akhir (posttest) yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa setelah proses pembelajaran dilakukan. Pada kelas kontrol, proses pembelajaran berlangsung melalui pembelajaran berbasis masalah tanpa menggunakan MLMs, sehingga sumber bahan ajar yang digunakan ketika di luar jam pelajaran adalah tugas terstruktur melalui buku paket dan sumber-sumber lain yang relevan. Pembelajaran yang dilakukan ketika di kelas sama halnya dengan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen. Hal yang membedakan dalam proses pembelajaran ketika berlangsung adalah dari segi penggunaan Multimedia Learning Modules (MLMs) nya. Setelah siswa belajar di kelas melalui bimbingan dari guru dan belajar mandiri ketika diluar jam pelajaran melalui buku paket yang telah tersedia, selanjutnya siswa diberikan tes akhir (posttest) yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa setelah proses pembelajaran dilakukan. b. Peguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Cahaya Berdasarkan hasil uji kesamaan dua nilai rata-rata pretest pada tabel 4 di atas, disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang mendapat perlakuan PBM menggunakan MLMs dan kelas kontrol, tanpa menggunakan MLMs. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki kemampuan awal yang sama (homogen) pada aspek penguasaan konsep sebelum dilakukan pembelajaran. Setelah dilakukan pembelajaran, ternyata pada kedua kelas tersebut memiliki hasil tes akhir (posttest) yang berbeda secara siginifikan (berdasarkan tabel 4). Gambar 1 dan tabel 4 menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online secara signifikan lebih efektif meningkatkan penguasaan konsep siswa pada konsep cahaya dibandingkan dengan PBM tanpa menggunakan MLMs. Peningkatan penguasaan konsep dalam penelitian ini dapat terjadi karena pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybridonline merupakan pembelajaran aktif-mandiri yang berpusat pada individu (siswa) dengan cara menyajikan suatu permasalahan dalam materi ajar. Dalam kegiatan pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa aktif membangun konsep baru melalui masalah atau fakta yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (Matlin, 2003). Aktifitas tersebut sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Ibrahim, 2004) yang mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan 49
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, maka akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Bruner dalam Dahar, 1989). Siswa mendapatkan pembelajaran yang terbaik melalui usaha pencarian dan pembelajaran aktif (McBrien & Brandt dalam Salmiyati, 2007). Prinsip pembelajaran aktif dan mandiri seharusnya memberikan kesempatan kepada setiap pembelajar untuk aktif melakukan kegiatan sendiri (Munir, 2009). Siswa menentukan apa yang akan dipelajari dan mengembangkan kemampuan yang sudah dimilikinya. Siswa akan belajar karena merasa mempunyai kebutuhan. Pembelajaran lebih menekankan siswa untuk belajar melalui proses (learning by process), bukan hanya belajar berdasarkan hasil atau produk (learning by product). Belajar melalui proses memungkinkan tercapainya tujuan belajar pada semua aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar melalui produk pada umumnya hanya menekankan pada aspek kognitif (Lee & Sonmez, 2003 dalam Fauziah, 2009). Masalah pada konsep cahaya yang dipaparkan dalam multimedia learning modul (MLMs) ini dapat memotivasi siswa untuk belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena adanya motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar (Djamarah, 2002). Dengan adanya motivasi yang kuat dari siswa untuk belajar maka siswa akan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, dan siswa yang secara aktif memproses informasi dapat mencapai pemahaman yang benar akan sebuah topik (Wiggins & McTighe, 2005 dalam Balta, 2006). Sesuai dengan karakteristiknya, maka media ini berusaha menekankan pembelajaran materi cahaya secara tuntas, hal ini tentunya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari semua materi sampai selesai. Pengisian latihan, lembar kerja siswa (LKS) dan dan kuis sebagai evaluasi yang terdapat pada media tersebut akan membantu siswa menguji kembali penguasaan konsep mereka terhadap informasi yang telah mereka terima. Apabila mereka belum menguasai materi tersebut, maka siswa dapat mengulang kembali materi yang belum dikuasainya. Diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa pembelajar yang menggunakan website dalam pembelajaran terbukti dua kali lebih cepat belajarnya dibandingkan dengan kelas yang belajar secara klasikal (Wilfrid, 1998 dalam Puspita, 2008). Pembelajaran konsep-konsep menjadi lebih bermakna jika disesuaikan dengan gaya belajar siswa (student oriented) (Bottino, 2001). Dengan pemanfaatan PBM menggunakan MLMs secara hybrid-online, setiap siswa dapat belajar secara mandiri, maka dari proses seperti itu diperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna dan hasil belajar yang lebih baik. c. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hyrbri-Online Tanggapan siswa diambil dengan cara memberikan angket tertutup (lampiran) dengan pertanyaan yang mudah dipahami oleh siswa. Dari analisis yang dilakukan berdasarkan sekala Likert diperoleh skor rata-rata angket tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online pada konsep cahaya adalah 4,32 mengindikasikan setuju (dapat dilihat pada lampiran). Persentase tanggapan siswa terhadap penerapan PBM menggunakan MLMs disajikan pada tabel 5.
50
Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
Tabel 5 Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan PBM menggunakan MLMs Ti San Ku Sang da gat ran N Rataat Set k tida g o. rata setuj uju se k set u tuj setuj uju u u Jumlah 14,3 20,1 2,5 1 0 0 siswa 1 5 3 Persent 38,6 54,4 6,87 2 0 0 ase 7% 6% %
Persentase Tanggapan Siswa (%)
60
54,46
50 40
38,67
30 20 6,87
10
0
0
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
0 Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Gambar 2 Persentase Siswa Menjawab Tanggapan Tentang Model PBM menggunakan MLMs Berdasarkan data pada tabel 5 dan gambar 2 terlihat bahwa siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan PBM menggunakan MLMs. Siswa merasa termotivasi belajar melalui PBM menggunakan MLMs karena dalam pembelajaran ini siswa dapat menemukan sumber pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami. MLMs didesain untuk memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri ketika diluar jam pelajaran. MLMs menyajikan beberapa animasi flash yang dapat mevisualisasikan suatu konsep yang bersifat abstrak sehingga siswa merasa lebih mudah memahaminya. Selain itu dalam MLMs ini, siswa juga bisa menggunakan fasilitas lainnya, misalkan pengerjaan tugas sebagai latihan, LKS dan kuis untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum mereka melaksanakan tes akhir (posttest). Dengan adanya materi dan evaluasi dalam satu set pembelajaran ini, siswa menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari konsep cahaya. Secara umum tanggapan siswa terhadap pembelajaran PBM menggunakan MLMs menyatakan setuju. Hal ini terbukti dari tanggapan siswa yang menunjukkan bahwa 38,67% siswa memberi respon sangat setuju, 54,46% siswa menjawab setuju, 6,87% kurang setuju, serta 0% siswa memberikan indikasi yang tidak setuju dan sangat tidak setuju pada pembelajaran ini. Kesimpulan tanggapan siswa pada pembelajaran PBM menggunakan MLMs dengan rata-rata skor berdasarkan skala likert yaitu 4,32 mengindikasikan siswa setuju dengan diterapkannya pembelajaran PBM menggunakan MLMs.
51
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu Pondok Pesantren Modern kabupaten Tangerang kelas 2 mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada pokok bahasan cahaya, diperoleh kesimpulan: 1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) secara signifikan lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaaran berbasis masalah (PBM) tanpa menggunakan MLMs. 2. Pada umumnya 38,67% siswa memberi tanggapan sangat setuju, 54,46% siswa memberi tanggapan setuju, jadi siswa memberi tanggapan posistif terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs).
DAFTAR PUSTAKA Akinoglu, O. & Tandagon, R.O. 2006. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1), 71-81 [On Line]: http:// www.cjmdte. com. Homeyra R. Sadaghiani. 2011. Using multimedia learning modules in a hybrid-online course in electricity and magnetism. PHYSICS EDUCATION RESEARCH. Res. 7 (Received 8 December 2010; published 24 March 2011) Zulkarnaen Rizki Hadiwijaya. 2013. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hybrid-Online Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP (Salah Satu Pondok Pesantren Modern). Tesis: Tidak diterbitkan.
52