PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEDAGOGIK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA Isah Cahyani Abstrak
Pembelajaran aktif sangat penting karena hal ini termaktub dalam Permen Diknas Nomor 41, tahun 2007: Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sekaitan itu, UPI sebagai perguruan tinggi yang menghasilkan para pendidik wajib menyelenggarakan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif harus diterapkan karena para mahasiswa sering tidak mengungkapkan temuannya dalam pembelajaran sehingga terkesan hanya dosen yang aktif berbicara. Mahasiswa sering terdiam, kurang terampil menjawab pertanyaan dosen. Mereka seakan takut salah apabila berbicara. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dosen luar biasa PPL diketahui bahwa akar penyebab masalah di atas bermuara pada strategi pembelajaran yang masih berorientasi produk dan penugasan bukan membekali mahasiswa dengan kemampuan pedagogik sebagai proses untuk mengajar secara aktif dan berhasil gemilang. Strategi pembelajaran kurang mampu membangkitkan keterampilan berbicara, kurang mengembangkan kemampuan percaya diri, kurang mampu membangun komunikasi pembelajaran efektif, kolaborasi, refleksi, dan evaluasi. Bahkan pembelajaran kurang memanfaatkan model-model pembelajaran mutakhir. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana merancang pembelajaran aktif dalam meningkatkan kemampuan pedagogik keterampilan berbicara? Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan kemampuan para mahasiswa dalam pembelajaran aktif berbicara. Proses penelitian yang ditempuh melalui beberapa tahapan penelitian berikut : (1) melakukan kajian teoretis yang berkenaan dengan pembelajaran aktif dan kompetensi pedagogik; (2) melakukan kajian analisis dokumentatif terhadap pembelajaran aktif dan kompetensi pedagogik; (3) menilai keaktifan mahasiswa, menilai kemampuan pedagogik, dan menilai kemampuan mempraktikkan pembelajaran berbicara; (4) menganalisis dan mengklasifikasikan data hasil angket. Hasil penelitian menunjukkan 31 kegiatan yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran berbicara yang dilakukan secara aktif misalnya mengubah syair lagu dan tayangan video menjadi drama, menciptakan permainan berdiskusi (bertanya, menjawab, mengambil kesimpulan, mendengar penjelasan, mengajukan gagasan), mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb) membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara, merencanakan dan melakukan praktikum, membuat jurnal dan buku harian, membuat laporan, wawancara, berpidato, dan membuat model. Berdasarkan keaktifan mahasiswa rata-rata memperoleh nilai 3,36. Gambaran kompetensi pedagogik para mahasiswa dalam pembelajaran berbicara rata-rata 3,12. Adapun rata-rata kemampuan mahasiswa dalam mempraktikkan pembelajaran yaitu 3,7. Kemampuan mahasiswa menyusun RPP dalam pembelajaran berbicara rata-rata 3,36. Pembelajaran aktif dalam berbicara mampu membina dan mengembangkan kompetensi pedagogik para mahasiswa sebagai calon pendidik. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan karena para mahasiswa mampu menggali berbagai kompetensi bahasa Indonesia secara aktif. Kata kunci: pembelajaran, aktif, kompetensi, pedagogik, berbicara
Pendahuluan Perkembangan teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam mengubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, dan menyesuaikan informasi. Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi pelajar, dengan multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi, karena tidak terfokus pada teks dari buku. Kemampuan teknologi multimedia yang telah terhubung internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapatkan informasi untuk kepentingan pembelajaran. Namun, pada kenyataannya perkembangan teknologi tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam pembelajaran. Para mahasiswa sering tidak mengungkapkan temuannya dalam pembelajaran sehingga terkesan hanya dosen yang aktif berbicara. Mahasiswa sering terdiam, kurang terampil menjawab pertanyaan dosen. Mereka seakan takut salah apabila berbicara. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dosen luar biasa PPL diketahui bahwa akar penyebab masalah di atas bermuara pada strategi pembelajaran yang masih berorientasi produk dan penugasan bukan membekali mahasiswa dengan kemampuan pedagogik sebagai proses untuk mengajar secara aktif dan berhasil gemilang. Strategi pembelajaran kurang mampu membangkitkan keterampilan berbicara, kurang mengembangkan kemampuan percaya diri, kurang mampu membangun komunikasi pembelajaran efektif, kolaborasi, refleksi, dan evaluasi.
Bahkan pembelajaran kurang memanfaatkan model-model
pembelajaran mutakhir. Untuk mengatasi hal demikian diperlukan kemampuan dosen memilih strategi dan model pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa. Dengan model tersebut diharapkan para mahasiswa terbiasa mengungkapkan dan melakukan berbagai kegiatan yang menunjang pembelajaran yang mendidik. Model pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia diupayakan mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga pembelajaran menjadi aktif.
Model pembelajaran aktif diharapkan mengubah pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi lebih bermakna. Untuk hal tersebut, proses pendidikan melalui proses pembelajaran dapat memanfaatkan model pembelajaran aktif. Salah satu di antaranya, pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya sebatas kelas melainkan ada perluasan keluar ruangan kelas sebagai laboratorium belajar. Hal ini terutama untuk keperluan mengajar yang efektif.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana merancang pembelajaran aktif dalam meningkatkan kemampuan pedagogik keterampilan berbicara? Penelitian ini bertujuan menggambarkan peningkatan kemampuan pedagogik, motivasi, dan
minat mahasiswa dalam pembelajaran berbicara, serta peningkatan
keterampilan dosen dalam mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran aktif.
Isi Salah satu cara untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah pembelajaran aktif. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah dan anjuran presiden, seperti dipaparkan berikut ini. “Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Permen Diknas Nomor 41, tahun 2007: Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) Sejalan dengan hal itu, Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam Temu Nasional di Jakarta, 29 Oktober 2009, mengatakan: “Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya dosennya yang aktif , tetapi harus mampu membuat peserta didiknya juga aktif”. Secara umum, pembelajaran yang aktif dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
memahami,
menyadari,
dan
mengalami
nilai-nilai
karakter
serta
mampu
menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Dengan demikian, pembelajaran yang aktif diharapkan mampu memberikan daya dukung pada perilaku peserta didik dalam belajar dan perilaku keseharian mereka. Ternyata sikap dan perilaku yang bermuara pada pembentukan karakter perlu diamati dalam esensi pembelajaran nilai sebagai pengamatan salah satu indikator. Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter, dosen bertanggung jawab terhadap pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat melalui proses pembelajaran yang aktif dalam bahasa Indonesia. Dengan pembelajaran yang aktif diharapkan dosen dapat menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Depdiknas (2008) menguraikan bahwa pembelajaran aktif terkandung dalam PAKEM yang bercirikan mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran yaitu Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan. Secara garis besar, gambaran pembelajaran aktif adalah sebagai berikut ini. (1) Mahasiswa
melakukan,
mengamati,
dan
merefleksi
berbagai
kegiatan
yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. (2) Mahasiswa dan dosen menggunakan berbagai alat bantu dan membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan. (3) Mahasiswa dan dosen mengatur kelas untuk berdiskusi dan bermain peran. (4) Mahasiswa melakukan belajar aktif dan menerapkan cara mengajar aktif yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. (5) Mahasiswa menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah untuk mengungkapkan gagasannya. Adapun kemampuan pedagogik tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007. Kemampuan pedagogik yaitu meliputi hal-hal berikut. a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b) Pemahaman terhadap peserta didik. c) Pengembangan kurikulum/silabus. d) Perancangan pembelajaran. e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran. g) Evaluasi hasil belajar. h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun penilaian terhadap keaktifan, kemampuan pedagogik, dan kemampuan mengajar berbicara disajikan dalam tabel berikut. a.
Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran Berbicara Pembelajaran diikuti mahasiswa secara aktif dengan beberapa kriteria berikut.
No.
Kriteria
1.
Sangat Aktif
2.
Aktif
3.
Kurang Aktif
4.
Agak Aktif
b.
Indikator
Nilai
Aktif bertanya, kritis, mengembangkan ide, mampu memecahkan masalah, terbuka, gagasan orisinal, bekerja dalam kelompok. Mengembangkan ide, memecahkan masalah dengan berpendapat, tampil ke depan. Mengembangkan ide untuk bekerja dalam kelompok. Bekerja dalam kelompok.
4
3
2 1
Kemampuan Pedagogik
Adapun kemampuan pedagogik mahasiswa diklasifikasikan sepertidi bawah ini. No. 1.
Kriteria Sangat Baik
2.
Baik
3.
Kurang Baik
4.
Agak Baik
Indikator Memiliki pengetahuan dan praktik pembelajaran, merancang RPP, melaksanakan RPP, memanfaatkan media, menggali kemampuan siswa, dan mengevaluasi serta merefleksi pembelajaran. Merancang RPP dan memanfaatkannya dalam pembelajaran serta menggunakan media yang menarik. Merancang RPP namun kurang kreatif dalam melaksanakannya. Merancang RPP dan kurang menguasai dalam pelaksanaannya.
Nilai 4
3
2 1
c. Kemampuan Praktik Pembelajaran Berbicara No.
Kriteria
1.
Sangat Baik
2.
Baik
Indikator
Nilai
Menguasai bahan ajar, pembelajaran sesuai dengan rancangan (RPP), menggunakan media pembelajaran yang kreatif, mengelola kelas dengan mengaktifkan siswa dan menggunakan metode pembelajaran yang mendidik, serta mampu menilai kemampuan peserta didik dengan cara merefleksi pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan media yang menarik serta metode yang mengaktifkan peserta didik disertai penilaian yang
4
3
3.
Kurang Baik
4.
Agak Baik
sesuai dengan tujuan. Melakukan pembelajaran walaupun kurang menguasai materi dan kurang kreatif mengaktifkan peserta didik. Mempraktikkan pembelajaran dengan media seadanya dan tidak melakukan evaluasi.
2
1
Proses penelitian yang ditempuh melalui beberapa tahapan penelitian berikut : (1) melakukan kajian teoretis yang berkenaan dengan pembelajaran aktif dan kompetensi pedagogik; (2) melakukan kajian analisis dokumentatif terhadap pembelajaran aktif dan kompetensi pedagogik; (3) menganalisis dan mengklasifikasikan data, dan mengolah serta menghitung data serta persentasi hasil angket. Sumber data penelitian ini adalah hasil proses pembelajaran dan data nilai serta hasil angket. Analisis pembelajaran aktif dilakukan melalui empat komponen yaitu: 1. Melakukan
: Kegiatan belajar apa saja yang termasuk melakukan?
Untuk menjawab komponen ini berdasarkan hasil observasi dan angket para mahasiswa melakukan hal-hal berikut. a.
Menggubah syair lagu dan dan tayangan video menjadi drama.
b.
Menciptakan permainan.
c.
Berdiskusi
(bertanya,
menjawab,
mengambil
kesimpulan,
penjelasan, mengajukan gagasan). d.
Mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb).
e.
Membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara.
f.
Merencanakan dan melakukan praktikum.
g.
Membuat jurnal, buku harian dsb.
h.
Membuat laporan.
i.
Wawancara.
j.
Berpidato.
k.
Membuat model.
2. Mengamati
: Kegiatan belajar apa saja yang termasuk mengamati?
a. Mengidentifikasi film. b. Menganalisis unsur-unsur intrinsik film. c. Mengamati persamaan dan perbedaan ciri suatu benda.
mendengar
d. Mengidentifikasi contoh RPP. e. Menganalisis karya teman. f. Menganalisis skripsi. 3. Interaksi
: Kegiatan belajar apa saja yang termasuk interaksi?
a. Berdiskusi b. Wawancara c. Menyusun buku harian d. Praktik mengajar berupa peer teahing e. Bermain peran f. Berpidato g. Berpendapat h. Reporter TV i.
Wawancara
j. Mendongeng 4. Refleksi
: Kegiatan apa saja yang termasuk refleksi?
a. Merefleksi pembelajaran b. Mengomentari karya teman Berdasarkan kegiatan pembelajaran tersebut, berikut ini dipaparkan analisis komponen-komponen model pembelajaran aktif. a. Sintaksis Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam model ini adalah : (1) melakukan, mahasiswa bertanya jawab perihal materi, model pembelajaran, media, dan evaluasi berbicara, menggubah syair lagu dan dan tayangan video menjadi drama, menciptakan permainan, berdiskusi (bertanya, menjawab, mengambil kesimpulan, mendengar penjelasan, mengajukan gagasan), mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb), membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara, merencanakan dan melakukan praktikum, membuat jurnal, buku harian dsb. membuat laporan, wawancara, berpidato, dan membuat model. Kemudian siswa mengidentifikasi SKKD berbicara yang terkandung dalam kurikulum. unsur-unsur yang terdapat dalam karangan narasi. (2) Mengamati, mahasiswa menyaksikan demonstrasi pembelajaran berbicara, menyaksikan film, menganalisis unsurunsur intrinsik film, mengamati persamaan dan perbedaan ciri suatu benda, mengidentifikasi contoh RPP, menganalisis
karya teman, dan menganalisis skripsi.
Mahasiswa
mengemukakan pengalaman pribadi mengenai kemampuan berbicara. (3) Interaksi,
mahasiswa berdiskusi, berwawancara, menyusun buku harian, praktik mengajar berupa peer teaching, bermain peran, berpidato, berpendapat, bermain peran menjadi reporter TV, dan mendongeng. Selain itu mahasiswa melakukan diskusi dengan teman ataupun dengan guru apabila kesulitan dalam menulis RPP. Siswa saling bertukar pikiran dalam merumuskan tujuan pembelajaran. (4) Refleksi, mahasiswa merefleksi setiap penampilan temannya dalam mempraktikkan pembelajaran berbicara dan mengomentari karya teman ketika membuat kado buku harian. Ketika menerapkan model pembelajaran ini, dosen harus berusaha melihat dunia yang ada dalam pikiran mahasiswa, menciptakan atmosfer komunikasi yang sarat dengan empati sehingga arah dan pendirian pribadi mahasiswa dapat dibimbing dan dikembangkannya. Selama interaksi tersebut berlangsung, dosen merefleksikan pemikiran dan perasaan mahasiswa. Dengan demikian, menggunakan komentar yang reaktif, dosen membangkitkan kesadaran mahasiswa terhadap persepsi dan perasaan mereka, lalu membantu mereka mengklarifikasi gagasan-gagasannya.
b. Sistem Sosial Hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa dalam model ini adalah: (a) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan dan menggali kemampuannya berbicara; (b) dosen menyajikan video dan mendiskusikannya, memberikan contoh mengajar berbicara dengan pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa; (c) dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam video; (d) dosen menyajikan contoh RPP dan menganalisis SKKD; (e) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal yang belum mereka pahami; (e) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bermain peran; (f) dosen bersama mahasiswa menyimpulkan pokok materi di akhir pembelajaran.
c. Prinsip-prinsip Reaksi Prinsip-prinsip reaksi dalam model ini adalah selama kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain: (a) dosen harus selalu memotivasi siswa untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa; (b) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengidentifikasi contoh RPP dan model pembelajarannya; (c) dosen memotivasi mahasiswa untuk aktif berdiskusi; dan (d) dosen memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk aktif berpendapat.
d. Sistem Penunjang Pembelajaran berbicara melalui pembelajaran aktif ini adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui pembelajaran berbicara secara langsung dan tidak langsung. Mereka menampilkan drama, musikalisasi puisi, bercerita, bermain peran, dan menjelaskan serta membuat perbandingan. Untuk memancing pemahaman mahasiswa, dosen memberikan contoh video motivasi dan contoh mengajarkan berbicara serta cara membangkikan motivasi mahasiswa sehingga pembelajaran begitu menyenangkan.
e. Dampak Pengiring Model pembelajaran aktif dalam pembelajaran berbicara mampu menjadikan mahasiswa terampil mengajar. Dengan demikian pembelajaran aktif dapat digunakan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam mengajarkan berbicara. Salah satu bentuk kegiatan pembelajaran berbicara mahasiswa adalah pengalaman bermain peran, menjelaskan cara membuat sesuatu, berdiskusi, musikalisasi puisi, bercerita, membangun motivasi, dan kiatkiat menarik perhatian orang lain. Dalam hal ini, multimedia berupa film sangat berperan sehingga mampu mengaktifkan mahasiswa dan menjadikan pembelajaran menyenangkan. Oleh karena itu, film dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran berbicara. Dalam model pembelajaran aktif, mahasiswa dilatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam peranannya sebagai pengajar. Namun, sebelum mahasiswa menampilkan kemampuannya sebagai seorang pengajar, mahasiswa perlu memahami model-model pembelajaran berbicara dan multimedia, agar mahasiswa lebih kreatif dalam mengajarkan keterampilan berbicara. 1. Persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran aktif No 1.
2.
Aspek-aspek yang dimonitor Ilmiah: Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Relevan : Cakupan, kedalaman, tingkat
Variasi jawaban Tidak sesuai Sebagian sesuai Sesuai
Tidak sesuai Sebagian sesuai
Frekuensi 25 16
(%) 60 40
27
65
kesukaran dan urutan penyajian Sesuai materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik.
14
35
3.
Sistematik: Tidak sesuai Komponen – komponen silabus Sebagian sesuai saling berhubungan secara Sesuai fungsional dalam mencapai kompetensi.
17 24
41 59
4.
Konsisten : Tidak sesuai Adanya hubungan yang Sebagian sesuai konsisten ( ajeg, taat azas ) Sesuai antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembeljaran., kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
19 22
46 54
5.
Memadai : Tidak sesuai Cakupan indikator, materi Sebagian sesuai pokok/ pembelajaran, Sesuai kegiatanpembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian, untuk menujang pencapaian kompetensi dasar
27 14
65 35
6.
Aktual dan Kontekstual: Tidak sesuai Cakupan indikator, materi Sebagian sesuai pokok/ pembelajaran, Sesuai kegiatanpembelajaran, sumber belajar dan sistem penilaian, memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutahir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.
22 19
54 46
7.
Fleksibel : Tidak sesuai Keseluruhan komponen silabus Sebagian sesuai dapat mengakomodasi Sesuai keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
30 11
73 27
sekolah dan tuntutan masyarakat. 8.
Menyeluruh : Tidak sesuai Komponen siabus mencakup Sebagian sesuai keseluruhan ranah kompetensi ( Sesuai kognitif, afektif, psikomotor)
20 21
48 51
2. Respons mahasiswa terhadap pembelajaran aktif No 1.
Persentase Angket Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Aspek-aspek yang dimonitor Variasi jawaban Frekuensi Metode yang digunakan oleh 1. tidak setuju 2. kurang setuju 3 Dosen dalam kegiatan 3. setuju 33 pembelajaran menulis membuat 4. sangat setuju 5 kegiatan pembelajaran lebih bermakna
(%) 7,8 80 12,2
2.
Kegiatan mengajar sangat menyenangkan, membantu dalam membekali keterampilan berbicara
1. tidak setuju 2. kurang setuju 3. setuju 4. sangat setuju
1 22 18
2 54 44
3.
Dengan kegiatan diskusi kelompok/ kelas masalah jadi lebih mudah diselesaikan, serta dapat melatih mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan penuh percaya diri.
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
20 21
48 52
4.
Pembelajaran seperti ini dapat memotivasi mahasiswa untuk menuangkan gagasan lebih matang.
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
2 23 16
4 56 40
5.
Proses kolaborasi dengan teman dapat membimbing mahasiswa menggali potensi dalam mencurahkan dan mengkomunikasikan perasaannya, sehingga kemampuan personal setiap mahasiswa dapat ditampilkan.
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
26 15
63 37
6.
Bermain peran dan diskusi dapat mengarahkan mahasiswa pada karya orisinal berdasarkan
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
2 21 18
4 52 44
penalaran sesuai dengan potensi yang dimiliki mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengaktualisasikan kemampuan akademiknya dalam menerapkan berbagai latar belakang keilmuan. 7.
Kegiatan membiasakan diri mahasiswa untuk membacakan karyanya di depan temantemannya sangat membantu mahasiswa untuk dapat berbicara di depan umum, membekali mahasiswa dengan kemampuan percaya diri.
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
1 23 17
2 56 42
8.
Praktik berbicara membekali dan menyadarkan mahasiswa akan ruang lingkup masalah lapangan pekerjaan nanti.
1. 2. 3. 4.
tidak setuju kurang setuju setuju sangat setuju
1 22 18
2 54 44
Pembahasan Penerapan pembelajaran aktif dalam pembelajaran berbicara mampu mengaktifkan 60% mahasiswa mendapatkan nilai keaktifan 3, 15% mahasiswa mendapatkan nilai 3,5, dan 20% mahasiswa mendapatkan nilai 4. Dengan demikian keaktifan mahasiswa mencapai 95%. Hal ini sesuai dengan hasil angket dan observasi, seperti digambarkan berikut ini.
Gambaran kompetensi pedagogik para mahasiswa dalam pembelajaran berbicara setelah mengikuti pembelajaran aktif pun meningkat. Semula mereka tidak mengetahui cara menyusun RPP.
Namun, setelah pembelajaran mereka memiliki kemampuan
pedagogik yang baik. Mahasiswa memperoleh nilai baik atau 3 sebanyak 78% dan sangat baik atau 3,5 sebanyak 22%. Hal ini menunjukkan keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pedagogik. Berikut ini disajikan diagram batang.
Demikian pula dengan kemampuan mahasiswa praktik dalam pembelajaran. Mereka memperoleh hasil yang sangat baik. Ada 70% mahasiswa memperoleh nilai 3,5 dan 30% mendapatkan nilai 30%. Berikut ini disajikan diagram batang untuk persentasenya.
Selain itu, keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran berkorelasi tinggi terhadap kemampuan mahasiswa pedagogik dengan nilai korelasi 0,68 dan kemampuan
mempraktikkan pembelajaran berbicara secara individual menujukkan tingkat korelasi 0,920. Tabel hasil penghitungan disajikan berikut ini. Correlations Keaktifan Keaktifan
Pearson Correlation
Pedagogik .685**
1
Sig. (2-tailed)
.000
Sum of Squares and
6.549
2.409
.164
.060
41
41
Cross-products Covariance N
Correlations Keaktifan Keaktifan
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and
Pembelajaran .920** .000
6.549
3.506
.164
.088
41
41
Cross-products Covariance N
Hal tersebut tergambar dalam diagram berikut.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa menguasai kompetensi pedagogik. Hal ini sejalan dengan landasan teori tentang keaktifan belajar bahwa mahasiswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Berdasarkan hasil angket terdapat sejumlah kegiatan yang dilakukan
mahasiswa dalam pembelajaran aktif, yaitu 30 jenis kegiatan.
Selain itu, Dosen pun
menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan video dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi mahasiswa. Media yang disajikan menarik sesuai dengan kaidah dan karakteristik media pembelajaran. Demikian pula seperti kata Horward Gardner dalam pembelajaran Quantum Teaching memaparkan bahwa pembelajaran aktif itu harus menarik dan menyenangkan sehingga kemampuan mahasiswa melonjak tinggi dengan berbagai kegiatan yang mengasyikkan. Pembelajaran demikian menunjukkan bahwa kelas milik mereka. Pembelajaran aktif menjadikan mahasiswa selalu tergugah ingin tahu, kritis, imajinatif, kreatif, dan mandiri. Kemampuan pedagogik meningkat karena keaktifan mahasiswa secara tidak langsung mengasah kemampuan dan keterampilan menguasai berbagai unsur pembelajaran. Berdasarkan angket tentang pengelolaan pembelajaran peserta didik, mahasiswa mampu mengembangkan berbagai kemampuan pedagogik yang meliputi beberapa komponen yaitu pemahaman terhadap karakter peserta didik, penggunaan media, metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik siswa. Selain itu mahasiswa selalu memilih/menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik siswa. Setiap pembelajaran mahasiswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk eksperimen dan diskusi. Terakhir, pengaruh keaktifan terhadap kemampuan mengajarkan berbicara meningkat dengan bukti tingkat korelasi sebesar 0,920. Hal ini disebabkan dalam praktik pembelajaran mahasiswa mendapatkan contoh berinteraksi dalam kelas, mengidentifikasi video, mendidik melalui pelatihan, dan lain-lain. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran secara tidak langsung memandu mahasiswa untuk menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan. Ini berdampak pada menciptakan efek kepercayaan diri yang lebih dari si pembicara untuk selanjutnya berkreasi menyampaikan gagasan lainnya. Hasil penelitian ini memiliki dampak postif.
Kelebihan model aktif ini di antaranya pembelajaran menjadi
efektif, efisiensi, dan memiliki daya tarik pembelajaran terhindar dari kebosanan karena mahasiswa mengikuti berbagai variasi kegiatan. Kegiatan pembelajaran aktif dalam penelitian ini antara lain berupa (1) menggubah syair lagu dan dan tayangan video menjadi drama, (2) menciptakan permainan, (3) berdiskusi (bertanya, menjawab, mengambil kesimpulan, mendengar penjelasan, mengajukan gagasan), (4) mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb), (5) membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara, (6)
merencanakan dan melakukan praktikum, (7) membuat jurnal, (8) buku harian, (9) membuat laporan, (10) wawancara, (11) berpidato, dan (12) membuat model, (13) mengidentifikasi film, (14) menganalisis unsur-unsur intrinsik film, (15) mengamati persamaan dan perbedaan ciri suatu benda, (16) mengidentifikasi contoh RPP, (17) menganalisis karya teman, (18) menganalisis skripsi, (19) berdiskusi, (20) wawancara, (21) menyusun buku harian, (22) praktik mengajar berupa peer teahing, (23) bermain peran, (24) berpidato, (25) berpendapat, (26) reporter TV, (27) wawancara, (29) mendongeng, (30) merefleksi pembelajaran, dan (31) mengomentari karya teman. Namun demikian selain memiliki kelebihan, terdapat pula beberapa kelemahan. Adapun kelermahannya yaitu guru harus meluangkan waktu lebih untuk mempersiapkan bahan dan instrumen pembelajaran. Pembelajaran ini menuntut mahasiswa rajin, mahasiswa harus kreatif dan mandiri, tidak mungkin mahasiswa malas dapat mengikuti pembelajarn ini, memerlukan waktu yang banyak, memerlukan tempat yang bervariasi dalam pembelajaran, sebelum pembelajaran dosen dan mahasiswa harus merencanakan pembelajaran, diharapkan dosen dan mahasiswa sudah mengetahui rencana pembelajaran secara keseluruhan, dosen dituntut mampu memanfaatkan media yang canggih, dan memerlukan dana untuk menyiapkan instrumen dan berbagai media pembelajaran.
Penutup Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Pembelajaran aktif dapat melibatkan mahasiswa dengan berbagai kegiatan. Berdasarkan data hasil angket menunjukkan 31 kegiatan yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran berbicara yang dilakukan secara aktif yaitu mengubah syair lagu dan dan tayangan video menjadi drama, menciptakan permainan berdiskusi (bertanya, menjawab, mengambil kesimpulan, mendengar penjelasan, mengajukan gagasan), mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb) membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara, merencanakan dan melakukan praktikum, membuat jurnal dan buku harian, membuat laporan, wawancara, berpidato, dan membuat model. Berdasarkan keaktifan mahasiswa rata-rata memperoleh nilai 3,36. 2. Gambaran kompetensi pedagogik para mahasiswa dalam pembelajaran berbicara yaitu mahasiswa berusaha memahami karakter siswa, mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman
siswa,
mengginakan
metode
pembelajaran
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran dan karakteristik siswa, mengajar selalu menggunakan media, memberikan
kesmpatan kepada siswa bereksperimen dan diskusi, penilaian hasil belajar dilakukan secara variatif digunakan untuk merefleksikan pembelajaran, hasil evaluasi sebagai alat ukur menentukan KKM, menyusun RPP dan silabus setiap mengajar, selalu berpusat pada peserta didik, menggunakan sumber belajar dari internet, IT, tidak suka mencela dan selalu berpikir positif, mengoptimalkan media, terbuka menerima kritik dan saran yang membangun. Adapun rata-rata kemampuan mereka adalah 3,12. 3. Karakteristik model pembelajaran aktif yang diselenggarakan dalam pembelajaran berbicara berdasarkan a.
syntak yaitu (1) melakukan, mahasiswa bertanya jawab perihal materi, model pembelajaran, media, dan evaluasi berbicara, menggubah syair lagu dan dan tayangan video menjadi drama, menciptakan permainan, berdiskusi (bertanya, menjawab, mengambil kesimpulan, mendengar penjelasan, mengajukan gagasan), mengarang dan bercerita (prosa, puisi, pantun, komik, dsb), membuat rangkuman buku dan skripsi tentang berbicara, merencanakan dan melakukan praktikum, membuat jurnal, buku harian dsb. membuat laporan, wawancara, berpidato, dan membuat model. Kemudian siswa mengidentifikasi SKKD berbicara yang terkandung dalam kurikulum. unsur-unsur yang terdapat dalam karangan narasi. (2) Mengamati,
mahasiswa
menyaksikan
demonstrasi
pembelajaran
berbicara,
menyaksikan film, menganalisis unsur-unsur intrinsik film, mengamati persamaan dan perbedaan ciri suatu benda, mengidentifikasi contoh RPP, menganalisis karya teman, dan menganalisis skripsi. Mahasiswa mengemukakan pengalaman pribadi mengenai
kemampuan
berbicara.
(3)
Interaksi,
mahasiswa
berdiskusi,
berwawancara, menyusun buku harian, praktik mengajar berupa peer teaching, bermain peran, berpidato, berpendapat, bermain peran menjadi reporter TV, dan mendongeng.
Selain itu mahasiswa melakukan diskusi dengan teman ataupun
dengan guru apabila kesulitan dalam menulis RPP. Siswa saling bertukar pikiran dalam merumuskan tujuan pembelajaran. (4) Releksi, mahasiswa merefleksi setiap penampilan
temannya
dalam
mempraktikkan
pembelajaran
berbicara
dan
mengomentari karya teman ketika membuat kado buku harian. b.
social system yaitu hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa dalam model ini adalah: (a) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan dan menggali kemampuannya berbicara; (b) dosen menyajikan video dan mendisksikannya, memberikan contoh mengajar berbicara dengan pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa; (c) dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam video; (d) dosen menyajikan contoh RPP dan menganalisis SKKD; (e) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal yang belum mereka pahami; (e) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bermain peran; (f) dosen bersama mahasiswa menyimpulkan pokok materi di akhir pembelajaran. c.
prinsip yang mendasari yaitu prinsip-prinsip reaksi dalam model ini adalah selama kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain: (a) dosen harus selalu memotivasi siswa untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa; (b) dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengidentifikasi contoh RPP dan model pembelajarannya; (c) dosen memotivasi mahasiswa untuk aktif berdiskusi; dan (d) dosen memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk aktif berpendapat.
d.
supporting system yaitu multimedia dan model yang menyenangkan. Pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui pembelajaran berbicara secara langsung dan tidak langsung. Mereka menampilkan drama, musikalisasi puisi, bercerita, bermain peran, dan menjelaskan serta membuat perbandingan. Untuk memancing pemahaman mahasiswa, dosen memberikan contoh video motivasi dan contoh mengajarkan berbicara serta cara membangkikan motivasi mahasiswa sehingga pembelajaran begitu menyenangkan.
e.
nurturant effect yaitu mahasiswa menjadi terampil mengajarkan berbicara dengan berbagai cara yang menyenangkan dan mendidik. Salah satu bentuk kegiatan pembelajaran berbicara mahasiswa adalah pengalaman bermain peran, menjelaskan cara membuat sesuatu, berdiskusi, musikalisasi puisi, bercerita, membangun motivasi, dan kiat-kiat menarik perhatian orang lain. Dalam hal ini, multimedia berupa film sangat berperan sehingga mampu mengaktifkan mahasiswa dan menjadikan pembelajaran menyenangkan. Oleh karena itu, film dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran berbicara. Dalam model pembelajaran aktif, mahasiswa dilatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam peranannya
sebagai
pengajar.
Namun,
sebelum
mahasiswa
menampilkan
kemampuannya sebagai seorang pengajar, mahasiswa perlu memahami modelmodel pembelajaran berbicara dan multimedia, agar mahasiswa lebih kreatif dalam mengajarkan keterampilan berbicara. Adapun rata-rata kemampuan mahasiswa mempraktikkan pembelajaran yaitu 3,7. Kemampuan mahasiswa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) aktif dalam pembelajaran berbicara yaitu rata-rata 3,36. Adapun persepsi mahasiwa terhadap model
pembelajaran aktif dalam pembelajaran berbicara yaitu keilmiahan materi 60 % sebagian sesuai
dengan
keilmuan
dan
40
%
sesuai
dengan
keilmuan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Relevansi materi dengan tingkat perkembangan 65% sebagian sesuai dan 35% sesuai.
Sistematikan materi 41% sebagian sesuai dan 59% sesuai.
Konsistensi antara kompetensi, materi, metode, media, dan penilaian 46% sebagian sesuai dan 54% sesuai.
Cakupan materi memadai
65% sebagian sesuai dan 35% sesuai.
Keaktualan pembelajaran yang kontekstual 54% sebagian sesuai dan 46 % sesuai. Keseluruhan materi dapat mengakomodasi keragaman sehingga fleksibel 73% sebagian sesuai dan 27 % sesuai. Komponen pembelajaran mencakup keseluruhan kompetensi 48% sebagian sesuai dan 51 % sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal positif. Untuk itu disarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Para pemerhati pendidikan terutama para guru di sekolah hendaknya mampu merancang pembelajaran yang mengaktifkan siswa. 2. Para pendidik melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi peserta didik terutama di LPTK sekaitan dengan kompetensi pedagogik. 3. Dalam pembelajaran para pendidik hendaknya mempertimbangkan berbagai jenis kegiatan pembelajaran, sistem hubungan, prinsip pembelajaran, media, dan dampak pengiring. 4. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan RPP yang mengandung sistematika dan model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik serta penilaian yang bervariasi. 5. Para pendidik mempersilakan peserta didik untuk memberikan respos sebagai refleksi terhadap pembelajarannya. 6. Para pendidik hendaknya mampu membimbing peserta didik dalam melakukan projeknya agar dapat memecahkan berbagai kendala.
Daftar Pustaka Depdiknas. 2008. PAKEM. Jakarta: Depdiknas. Kisyani-Laksono.1999.Teori Berbicara.Surabaya: Unesa Unoversity Press. Krida Laksana, Hari Murti (Ed.) 1996. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nugriyantoro, Burhan. 1998. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE.
Permen Diknas Nomor 41, tahun 2007: Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2011). Strategi Belajar Bahasa. Bandung: Rosda. Tarigan, Djago. 1990. Materi Pokok Pendidikan bahasa Indonesia 1. Buku 1 : Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1980. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.