PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh : MIFTAHUDDIN NIM. F04107022
PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA Miftahuddin, Yulis Jamiah, Sri Riyanti PMIPA, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak email:
[email protected] Abstrak: penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri ditinjau dari kreativitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kreativitas dan hasil belajar siswa setelah diajar dengan menerapkan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan bentuk penelitiannya adalah eksperimen semu. Berdasarkan hasil pengamatan kreativitas siswa diperoleh (1) siswa yang bertanya ada 5, (2) siswa yang kritis terhadap pendapat orang lain ada 8, (3) siswa yang menerima soal tantangan dari guru ada 5, (4) siswa yang berani mengambil resiko yang diperhitungkan ada 5, (5) siswa yang tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah ada 13, (6) siswa yang memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas ada 20, (7) siswa yang dapat menggunakan indentitas trigonometri ada 17, (8) siswa yang dapat memecahkan masalah limit fungsi trigonometri ada 17. Sedangkan hasil belajar dari 36 siswa diketahui bahwa ada 26 siswa yang tuntas dan 10 siswa yang tidak tuntas. Kata kunci: PAIKEM, Kreativitas, Hasil belajar Abstract: The application of PAIKEM to material of trigonometri function limit viewed from students’ creativity. The purpose of this research is to know the creativity and the students score after being taught by PAIKEM to material of trigonometri function limit. The method of this research is experiment method by semu eksperiment. According to the research finding of student creativity, research gat : (1) 5 students who ask the question, (2) 8 students had critical thinking to the other opinion, (3) 5 students get the chalerges exercise, (4) 5 students able to the risk, (5) 13 students able to solue many problems, (6) 20 students have rensponsibility and comitment to the exercise, (7) 17 students who knew how to use trigonometri identity, (8) 17 students who could solve the problem about trigonometri function limit. So, from 36 students in the class, there are 26 students pass and 10 students did not pass. Key word: PAIKEM, Creativity, and Students score
M
asalah yang banyak dihadapi siswa menurut hasil pengamatan peneliti selama progam pengalaman lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak adalah hasil belajar matematika secara klasikal yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal yang telah ditentukan yaitu ≥75%. Berdasarkan daya serap ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010 paket B di MAN 2 Pontianak rata-rata nilai siswa pada materi limit fungsi trigonometri adalah 27,78. Hasil wawancara dengan guru pada tanggal 10 Desember 2011, guru menyebutkan bahwa siswa yang tidak tuntas dikarenakan siswa tidak tahu menggunakan identitas trigonometri dalam menyelesaikan masalah, siswa di kelas kesulitan untuk memahami identitas-identitas trigonometri, siswa tidak paham materi limit fungsi trigonometri, dan siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Guru Madrasah Ailyah Negeri 2 Pontianak juga menyebutkan bahwa dalam mempelajari materi limit fungsi trigonometri, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami konsep dari suatu materi dan prosedur dalam mengerjakan soal, akan tetapi siswa juga diharuskan untuk lebih kreatif dalam menggunakan identitas trigonometri dan mengolahnya dengan benar. Kreatifitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Tanpa kreativitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Kreativitas otak dapat membantu menjelaskan dan mengintepretasikan konsep-konsep yang abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk mencapai penguasaan materi yang lebih mendalam, khususnya dalam pelajaran matematika. Kreativitas sangat diperlukan dalam pembelajaran, akan tetapi untuk membuat siswa berfikir kreatif itu guru harus kreatif (Florence Beetlestone, 2011: 41). Fryer (1996: 109) mengemukakan bahwa dalam usaha untuk menjadi seorang guru yang kreatif, seringkali harus berhadapan dengan situasisituasi yang tidak mendukung serta berbagai hambatan sosial. Akan tetapi jika guru mengajarkan dengan menyampaikan materi, memberikan contoh soal dan memberikan tugas yang berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan, maka siswa akan dapat mengerti dan dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru, tapi akan lain hasilnya jika siswa tersebut diberi soal yang berbeda dari yang disampaikan guru walaupun dengan materi yang sama, siswa tetap akan mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami siswa dikarenakan siswa kurang kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Kreativitas siswa perlu diasah dan perlu banyak dilatih untuk mempermudah dalam memahami materi matematika terutama pada materi yang berkaitan dengan identitas-identitas trigonometri. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Sedangkan mengenai cara penyampaian materi, guru harus dapat menanamkan konsep dari materi ajar dan menjelaskan prosedur yang benar dalam mengerjaan soal.
Seiring dengan tanggung jawab professional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan progam pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2012 : 1). Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran ini, setiap guru harus memahami model pembelajaran yang akan diterapkannya. Model pembelajaran yang digunakan juga belum tentu efektif untuk semua mata pelajaran. Banyak model pembelajaran yang ditawarkan dalam pembelajaran matematika dan banyak juga alat peraga yang dapat digunakan dalam belajar, namun pemilihan model dan alat peraga harus sesuai dengan materi pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi akan berdampak pada tingkat penguasaan dan prestasi belajar peserta didik yang dihadapi. Dalam Departemen pendiddikan nasional (2006: 5) Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. PAIKEM lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. PAIKEM disini dituntut bukan hanya kreasi dari guru tetapi inovasi guru dalam mengatur siswa dan alokasi waktu dengan kondisi siswa dan sekolah serta masyarakat (Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 1). Berdasarkan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri ditinjau dari kreativitas siswa kelas XI MAN 2 Pontianak. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kreativitas siswa setelah diberikan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri, (2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri. PAIKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Belajar dalam konteks PAIKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna. Dalam prosesnya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses sosial. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan konstruktivisme. PAIKEM garapannya tertuju pada bagaimana cara pengorganisasian materi pembelajaran, menyampaikan atau menggunakan model pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran (Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2012: 10).
Indrawati (2009: 10) mengemukakan bahwa ada beberapa prinsip yang diperhatikan jika akan mengimplementasikan konstruktivisme dalam pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (a) Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa, (b) Untuk memulai pembelajaran, ajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan seharihari siswa, sehingga siswa dapat meresponnya, contoh di sekolah kita, sampah plastik bekas menumpuk, apa yang akan kalian lakukan untuk itu? (c) Strukturkan pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial. (d) Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka untuk menalar (berpikir). (e) Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa. (f) Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Peserta didik dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang dikonstruksi peserta didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang ditrimanya. Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut, siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar bagi mereka tidak terjadi. Belajar aktif bukan sekedar bersenang-senang, kendati kegiatan belajar ini memang bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan manfaat (Melvin L. Silberman, 2011: 31). Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam belajar. Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung beberapa aspek. Salah satu aspek yang mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau dengan berceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi rendah. Pembelajaran inovatif yaitu pembelajaran dengan segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Menurut Hamzah (2012: 106) pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya ayng dilakukan oleh guru. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa
yang sedang belajar. Dalam pembelajaran inovatif, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian halnya dengan siswa, melalui aktifitas belajar yang dibangun, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dipelajari. Pembelajaran inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau pengalaman yang yang ditemukan selama menjadi guru. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif. Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif. Pembelajaran kreatif yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa. Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan yang sifatnya difergen dengan ciri utamanya berfikir konstruktif, kreatif, dan holistik (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2012: 12). Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran
dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Pembelajaran yang efektif adalah salah satu pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sebuah potensi kemudian dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik dan tuntas (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2012: 14). Dave Meier (2002: 36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana rebut, hur hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana sicio emotional climate positif yaitu peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukuri. Belajar bukanlah tekanan jiwa namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikan, dengan demikian peserta didik akan ikhlas dalam menjalani pembelajaran (Agus Suprijono, 2012: 11). Pembelajaran menyenangkan sangat luas sifatnya tergantung persepsi dan penilaian serta tanggapan seseoang yang belajar, apakah dia merasakan bahwa apa yang dipelajari itu sudah menyenangkan bagi dia untuk belajar. Menurut Indrawati (2009: 16) ciri-ciri suasana yang belajar yang menyenangkan dan tidak menyenangkan diantaranya (1) Rileks yaitu siswa merasa nyaman dalam belajar, (2) siswa dalam belajar tidak merasa tertekanan, (3) kondisi lingkungan dan susana belajarnya menarik, (4) Bangkitnya minat belajar siswa, (5) Adanya keterlibatan penuh siswa dalam pembelajaran, (6) Perhatian guru kepada siswa dapat tercurahkan, dan (7) siswa bersemangat dalam belajar. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat atau menciptakan hal-hal baru atau kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsurunsur yang ada. Memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi dan menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui pengetahuan atau pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Disinilah esensi pembelajaran yang kreatif perlu dikembangkan (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2012: 13). Sebuah pedoman umum dalam hal cara perkembangan artistik anakanak berlangsung sangatlah penting baik untuk memahami tentang bagaimana potensi kreatif mereka dapat diungkapkan maupun untuk memungkinkan kita, sebagai guru memahami prosesnya. Menurut
Lowenfeld dan Brittain, ada empat tahap perkembangan kreatifitas (Florence Beetlastone, 2011: 100-101), yakni: (1) Scribbling stage (Tahap corat-coret): anak sibuk mengekplorasi lingkungan melalui semua inderanya dan mengekspresikannya melalui pola-pola yang acak. Eksplorasi warna, ruang dan materi-materi tiga dimensi aksi corat-coret ini secara bertahap akan menjadi lebih terkontrol dan berkelanjutan, (2) Pre-schematic (Praskematik): anak mengeksprsikan pengalaman-pengalaman nyata ataupun imajinasi, dengan usaha pertamanya untuk mempresentasikan, (3) Schematic (Skematik): anak menginvestigasi cara-cara dan metode-metode baru, berusaha mencari sebuah pola untuk menciptakan hubungan antara dirinya dan lingkungan. Disini simbol-simbol digunakan untuk pertama kalinya, (4) Visual Realism (Realisme Visual): anak menyadari peran kelompok/lingkungan sosial mengekspresikan hasrat untuk bekerja dalam sebuah kelompok tanpa ada campur tangan orang tua menggambar menjadi representatif dan realistik. Seiring dengan pertumbuhan anak melalui keempat tahap ini sangat penting untuk mengenali bahwa mereka bukan hanya belajar tentang seni tetapi tentaang mereka sendiri: mereka mengekspresikan jiwa mereka. Gagasan-gagasan anak harus disambut khususnya dalam tahap scribbling, pre-schematic dan schematic, tahap dimana anak-anak perlu membangun rasa percaya diri dalam menyadari bahwa mereka memiliki sebuah pandangan yang unik tentang dunia. Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda dan dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri. Berdasarkan survei kepustakaan ciri-ciri kepribadian yang kreatif yaitu: (1) Kritis terhadap pendapat orang lain, (2) Terbuka terhadap pengalaman baru, (3) Bebas dalam menyatakan pendapa dan perasaan, (4) Senang mengajukan pertanyaan yang baik, (5) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, (6) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar, (7) Peka terhadap situasi dan lingkungan, (8) Percaya diri dan mandiri, (9) Tekun dan tidak mudah bosan, (10) Berani mengambil resiko yang diperhitungka, (11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, (12) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah (Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan amri, 2011: 4). Berdasarkan survey kepustakaan tentang ciri kepribadian kreatif, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mempelajari materi limit fungsi trigonometri, kreativitas siswa dapat diamati dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, (2) Kritis terhadap pendapat orang lain, (3) Berani menerima soal tantangan dari guru, (4) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan, (5) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah, (6) Memiliki tangung jawab dan komitmen terhadap tugas, (7) Dapat menggunakan identitas trigonometri dan menganalisis dengan benar, dan (8) Dapat memecahkan masalah limit fungsi trigonometri dengan benar.
Agus Suprijono (2012: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selain itu menurut Nawawi (dalam Murofikah, 2010) Hasil belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai materi pembelajaran di sekolah dalam bentuk nilai yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran. Hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif berupa skor yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal posttest pada materi limit fungsi trigonometri yang dikonversi menjadi nilai dengan rentang nilai dari 0 – 100. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Sugiyono (2011: 72) metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Jenis penelitiannya adalah pre-eksperimen dan rancangan dalam penelitian ini berbentuk one shot case study. Menurut Sugiyono (2009: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 2 Pontianak. Menurut Sugiyono (2009: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini adalah satu kelas dari tiga kelas. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan guru. Berdasarkan pertimbangan guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran dan teknik observasi langsung. Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan menerapkan PAIKEM yang dilakukan dengan mengamati hasil pekerjaan siswa sedangkan teknik observasi langsung digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kreativitas siswa. Menurut Sugiyono (2009: 147) instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, dengan bentuk tes uraian (essay) dan pedoman observasi. Menurut Sudijono (2007: 99-100), tes uraian yang juga dikenal dengan istilah tes subjektif adalah salah satu jenis ter hasil belajar yang
memiliki karakteristik yakni tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian ataupun paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang. Tes pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan posttest untuk mengetahui kreatifitas siswa setelah diberi perlakuan dengan penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri, sementara observasi langsung dilakukan juga untuk mengetahui kreativitas siswa saat PAIKEM diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, ada juga alat peraga yang digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa dalam hal memecahkan masalah limit fungsi trigonometri. Agar suatu rencana pelaksanaan pembelajaran dikatakan baik, maka diperlukan adanya validitas dari rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut. Menurut Sudijono (2007: 163), validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambara yang cermat mengenai data tersebut alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkan dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi menurut sudijono (2007: 164), validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Tujuan dari analisis data adalah untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan atau untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Adapun prosedur pengolahan data sebagai berikut: Untuk menjawab sub masalah yang pertama, dilakukan alanaisis deskriptif selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu dengan observasi langsung yang diamati oleh observer dengan lembar observasi. Sedangkan untuk menjawab sub masalah kedua, dilakukan analisis data dengan mendeskripsikan pekerjaan posttest siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kreativitas siswa di dalam kelas diamati oleh observer mulai dari awal belajar sampai pelajaran tentang materi limit fungsi trigonometri selesai, kemudian Guru memberikan posttest kepada siswa untuk mengukur kemampaun siswa dalam menyelesaikan soal-soal limit fungsi trigonometri dan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berikut ini disajikan perolehan data dari hasil pengamatan langsung terhadap kreativitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar setelah diajar dengan penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri di kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak pada hari jum’at tanggal 20 April 2012.
No
1 2 3 4 5 6 7 8
Hasil observasi langsung selama pembelajaran berlangssung Keterlaksa Jumlah Persent naan Aspek yang diamati siswa yang ase teramati Ya Tidak Mengajukan pertanyaanpertanyaan seperti : 5 13,88% “mengapa”, “bagaimana”, “apa √ yang terjadi jika..” Kritis terhadap pendapat orang 8 22,22% √ lain Berani menerima soal 5 13,88% √ tantangan dari guru Berani mengambil resiko yang 5 13,88% √ diperhitungkan Tidak kehabisan akal dalam 13 36,11% √ memecahkan masalah Memiliki tanggung jawab dan 20 55,55% √ komitmen kepada tugas Dapat menggunakan identitas trigonometri dan menganalisis 17 47,22% √ dengan benar Dapat memecahakan masalah limit fungsi trigonometri 17 47,22% √ dengan benar Hasil posttest siswa setelah diajar dengan menerapkan PAIKEM
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kode Siswa A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17
Nilai 7 8 8 10 7 7 10 10 8 10 7 7 10 10 6 6 10
No. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Kode Siswa A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35
Nilai 10 6 9 10 10 7 10 10 10 8 8 10 10 10 6 9 10
18. A18 Jumlah nilai Rata-rata nilai
10
36.
A36
9 313 8,69
Pembahasan 1) Kreativitas siswa Dari tabel di atas, data yang diperoleh dari hasil pengamatan penelitian dapat dilihat bahwa dari semua indikator dari kreativitas siswa yang diamati, yang paling banyak dilakukan siswa adalah memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas. Hal ini dikarenakan tugas yang diberikan akan berpengeruh terhadap nilai mereka, sehingga siswa lebih bersemangat untuk menyelesaiakan tugas tersebut dengan benar. Berikut ini akan diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai setiap indikator dari kreativitas siswa yang diamati. a) Mengajukan pertanyaan Selama pembelajaran dilaksanakan, dari hasil observasi dapat diketahui siswa yang bertanya ada 5 siswa atau 13,88% dari 36 siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa mengenai identitas trigometri yang menurut siswa belum paham, selain itu ada juga yang bertanya karena siswa masih penasaran dengan identitas-identas trigonometri yang sering digunakan pada materi limit fungsi trigonometri. Beberapa dari siswa masih ada yang ragu-ragu untuk bertanya, setelah guru mendekati siswa tersebut, siswa baru mengakui jika masih ada beberapa hal yang belum dipahami. Kurangnya percaya diri dari siswa dapat membuat siswa malu bertanya dan lebih memilih untuk bertanya kepada temannya. b) Kritis terhadap pendapat orang lain Dari data hasil observasi, diketahui bahwa 22,22% dari 36 siswa atau ada 8 siswa yang kritis terhadap pendapat orang lain. Beberapa siswa yang mengemukakan pendapatnya terjadi pada saat siswa yang sedang mengerjakan soal dipapan tulis memiliki jawaban yang berbeda dengan siswa lain. Saat guru guru menjelaskan contoh soal, juga terdapat perbedaan pendapat dengan siswa. Hanya ada beberapa siswa saja yang berpendapat, karena siswa cenderung lebih berani mengemukakan pendapatnya dengan jawaban siswa yang lain dibandingkan dengan jawaban guru. c) Berani menerima soal tantangan dari guru Dari data hasil observasi diketahui bahwa 13,88% dari 36 siswa atau ada 5 siswa yang berani menerima soal tantangan dari guru. Saat guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan dipapan tulis, beberapa siswa yang memiliki kepercayaan diri terhadap hasil jawabannya berani mengerjakan soal papan tulis. Hal itu diketahui pada saat guru menanyakan siswa tentang siapa yang berani mengerjakan soal didepan kelas, tidak banyak dari siswa tersebut menunjuk jari untuk maju kedepan.
Siswa masih banyak yang merasa malu untuk menunjukkan hasil jawabannya didepan kelas dan masih merasa takut jika jawaban yang dia kerjakan ada kesalahan. d) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan Dari data hasil observasi diketahui bahwa 13,88% dari 36 siswa atau ada 5 siswa yang berani mengambil resiko yang diperhitungkan. Seperti pada penjelasan tentang keberanian siswa dalam menerima soal tantangan dari guru, keberanian siswa dalam mengambil resiko dari jawaban yang dikerjakan tidak banyak terjadi dikelas, yaitu hanya ada beberapa siswa saja. Resiko yang diambil oleh siswa yaitu saat siswa mengerjakan soal dipapan tulis, siswa yang lain mengomentari pendapat siswa tersebut. Namun siswa yang mengerjakan soal dipapan tulis tetap pada keyakinan jawaban yang dikerjakan. Keberanian Siswa mengambil resiko membuat siswa tersebut tidak merasa takut atau malu jika nantinya jawaban tersebut salah. e) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah Dari data hasil pengamatan, diketahui banwa 36,11% dari 36 siswa atau ada 13 siswa yang tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah limit fungsi trigonometri berbeda-beda dan banyak siswa yang merasa kesulitan dengan soal limit trigonometri. Saat guru memberikan alat peraga kepada siswa yang sudah dibentuk kelompok oleh guru, dimana pada alat peraga terdapat soal yang harus dikerjakan siswa, banyak dari siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut. Namun beberapa siswa yang tadinya kesulitan mengerjakan soal, dia tetap berusaha mengerjakan dengan menggunakan cara lain sehingga ada yang berhasil mengerjakan jawaban dengan benar. f) Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa 55,55% dari 36 siswa atau ada 20 siswa yang teramati memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas. Bagi siswa tugas itu sangat penting karena berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai mereka nanti. Saat guru memberikaan tugas kepada siswa, banyak dari siswa yang mengerjakan tugas tersebut dengan serius, sehingga tanggung jawab dan komitmen siswa terhadap tugas banyak teramati disini. Namun siswa yang kurang memiliki tanggung jawab dengan tugas yang diberikan cenderung main-main dikelas, menyontek kerjaan temannya, dan membuat keributan dikelas. g) Dapat menggunakan identitas trigonometri dan menganalisis dengan benar Dari data hasil pengamatan diketahui 47,22% dari 36 siswa atau ada 17 siswa yang teramati dapat menggunakan indentitas trigonometri dan menganalisis dengan benar. Dalam mengerjakan tugas, tidak semua siswa dapat menggunakan identias trigonometri dan menganalisis dengan benar.
Banyak dari siswa yang merasa bingung dalam menggunakan identitas tersebut. Mereka berpendapat identitas dari trigonometri itu banyak, sehingga siswa merasa kesulitan. Sehingga hanya ada 17 siswa atau 47,22% saja yang dapat menggunakan identitas trigonometri dengan benar. h) Dapat memecahakan masalah limit fungsi trigonometri dengan benar Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui 47,22% dari 36 siswa atau ada 17 orang siswa yang berhasil dapat memecahkan masalah limit fungsi trigonometri dengan benar. Kemampuan siswa dalam menggunakan indentitas identitas trigonometri akan berpengaruh kepada kebenaran jawaban siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa-siswa yang berhasil menggunakan identitas trginometri dengan benar, mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaiakan tugas yang diberikan sehingga siswa-siswa tersebut dapat menyelesaiakan semua tugas dari guru dengan benar. Kebenaran jawaban siswa juga diperlukan adanya ketelitian dalam melakukan perhitungan 2) Hasil belajar Standar kriteria ketuntasan minimal nilai untuk mata pelajaran matematika di kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak adalah 7,5. Data hasil posttest di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 dari 36 siswa ada 26 siswa yang nilainya tuntas atau telah memenuhi standar nilai minimal yaitu ≥ 7,5 dan 10 siswa yang lain nilainya belum tuntas. Secara klasikal jumlah siswa yang tuntas dalam kelas ada 72,22%, sedangkan standar ketuntasan secara klasikal itu ≥ 75% sehingga secara klasikal nilai siswa kelas XI IPA 2 belum tuntas. Namun jika dilihat dari nilai rata-rata seluruh siswa yaitu 8,69 maka rata-rata nilai siswa adalah tuntas. Nilai siswa yang belum tuntas yaitu nilainya yang masih dibawah 7,5 disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam menghitung, kesalahan dalam penulisan, dan kesalahan dalam menggunakan identitas trigonometri, ini dapat dilihat dari posttest yang telah dikerjakan siswa. Dari 26 siswa dimana hasil belajarnya telah memenuhi standar minimal di sekolah, ada 17 orang siswa yang berhasil mengerjakan semua soal dengan benar semua. Menjawab semua soal dengan benar memang diperlukan ketelitian dari siswa dan kreativitas siswa dalam menggunakan identitas trigonometri dan menganalisis dengan benar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: (1) Kreativitas siswa kelas XI IPA 2 setelah diberikan penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri berdasarkan dari 8 indikator yang teramati yaitu kreativitas siswa di kelas yang paling banyak teramati terdapat pada indokator memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas dengan persentase 55,55% atau 20 orang siswa sedangkan dari 7 indikator
kreativitas yang lain persentase kreativitas siswa di kelas masih kurang dari 50%, (2) Hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 setelah diberikan penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri yaitu dari 36 siswa secara individu ada 26 siswa yang nilainya tuntas atau telah memenuhi standar nilai minimal yaitu ≥ 7,5 . Jika dilihat secara klasikal jumlah siswa di kelas yang tuntas ada 72,22%, sedangkan standar ketuntasan klasikal itu ≥ 75%, sehingga secara klasikal siswa kelas XI IPA 2 pada materi limit fungsi trigonometri belum tuntas. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai penerapan PAIKEM pada materi limit fungsi trigonometri diharapkan dapat lebih menguasai kondisi kelas, sehingga semua siswa fokus belajar ketika guru menjelaskan, (2) Peneliti diharapkan dapat memanfaatkan waktu pembelajaran dengan baik, agar peneliti dapat mengingatkan kembali tentang identitas-identitas trigonometri dan tidak kekurangan waktu dalam menyampaikan materi limit fungsi trigonometri, (3)Peneliti hendaknya mempersiapkan soal yang akan di gunakan dalam penelitian untuk validasi dan di uji coba terlebih dahulu, (4) Penelitian hendaknya dilakukan dalam dua kali pertemuan atau lebih, sehingga kreativitas siswa lebih banyak teramati.
DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, K dan Amri, S. 2011. PAIKEM GEMBROT. Jakarta: Prestasi Pustaka. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Beetlestone, F. 2011. Creative Learning. Bandung: Nusa Media. Indrawati dan Setiawan, W. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PPPPTK IPA. Kyriacou, C. 2011. Efective Teaching Theory and Practice. Bandung: Nusa Media. Saptoto, R. 2008 (online). Bagaimana Mengajari Siswa Agar Kreatif. (http://ridwan-psy.staff.ugm.ac.id/h-1/bagaimana-mengajari-siswaagar-kreatif.html) diakses tanggal 4 November , 2011. Silberman, M. 2011. Active Learning. Bandung: Nusa Media. Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukino. 2007. Matematika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga. Suprapto, 2009 (online). (http://ekosuprapto.wordpress.com/2009), diakses tanggal 18 Januari 2013 Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syaodih Sukmadinata, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uno, H dan Mohamad, N. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Umar, H. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Wirodikromo, S. 2007. Matematika untuk SMA kelas XI Progam Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga.