PENERAPAN MUATAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (Disampaikan dalam Seminar Internasional di LPMP Padang) Oleh: Zainal Abidin
I. Pendahuluan. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dikemukakan bahwa, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI
muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang harus dipelajari siswa.
Mempelajari muatan lokal bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, keunggulan daerah, yang materi materi muatan lokal tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal dapat ditentukan oleh sekolahdan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Muatan lokal menurut Ansyar dan Nurtain (1991/1992) diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa. Isi dalam pengertian di atas adalah bahan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal Sedangkan media penyampaian merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal. Pada pembelajaran muatan lokal isi dan media yang digunakan harus memasukkan atau menggunakan muatan daerah dimana sekolah itu berada.
1
Misalnya,pada suatu daerah tertentu dianggap perlu melestarikan pakaian tradisional daerah, maka dalam kurikulum muatan lokan harus memasuk padaian daerah dan melaksanakan pembelajaran sesuai yang telah diprogramkan, baik pada kurikulum ataupun pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Berkenaan dengan isi membelajaran muatan lokan yang mangandung muatan daerah (lokal) secara umum dapat bersumber dari lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Ketiga macam lingkungan ini dengan segala rinciannya merupakan sesuatu yang menarik dan bermanfaat dipelajari oleh siswa SD/MI. Mempelajari lingkungan yang ada disekitar siswa menjadikan pembelajaran semakin bersifat kongkrik dan proses pembelajaran semakin menarik bagi siswa sehingga bekal siswa semakin kuat untuk dapat hidup mandiri dimasyarakat. Pembelajaran muatan lokal di SD/MI, khususnya di wilayah Propinsi Sumatera Barat banyak yang mengabaikan. Kalaupun ada sebagian SD/MI menjadikan mata pelajaran muatan lokal menjadi mata pelajaran yang sama dengan mata pelajaran lainya, itupun sebagian SD memasukkan isi dari muatan lokal bukan berasal dari lingkungan daerah dimana SD itu berada. Kalaupun ada SD yang memasukkan materi muatan lokal berasal dari lingkungan daerah SD berada, itupun dominan memasukkan Budaya Alam Minangkabau (BAM) namun dalam proses pembelajaran siswa cenderung mempelajari materi kemudian menghafal dan dalam ujian siswa memproduksikan kembali.
2
Kondisi ini tentu tidak sesuai tujuan muatan lokal itu sendiri yaitu mengembangkan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas atau potensi daerah.
II. Pembahasan A. Landasan Teoritik Pembelajaran Muatan Lokal 1. Tingkat berfikir siswa Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan Kjta menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel dalam Rahman Hahab dan Salahuddin (1998/1999) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget dalam Hurlock (1980) yang pada intinya menyatakan bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart dalam Mudjito (1990) yang dikenal dengan istilah apersepsi. 2. Rasa ingin tahu yang besar Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnyayangpenuh dengan
3
sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka
yang
berada
dalam
proses
pertumbuhan
akan
dapat
ditumbuhkembangkan dengan baik. 3. Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di berpuluh-puluh ribu pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Kekaguman terhadap bangsa dan negara Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan alam, fauna dan floranya serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan muatan lokal. Selain landasan-landasan pemikiran tersebut di atas, pengembangan muatan lokal juga didorong oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak murid Sekolah Dasar terpaksa hams meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi orang tua murid, kurang sesuainya
kurikulum
sekolah
dengan
kebutuhan
murid.
Salah satu faktor penyebab urbanisasi adalah karena pendidikan belum dapat memberikan kemampuan kepada murid untuk mengenal dan memanfaatkan keadaan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di sekitarnya untuk mengembangkan pribadinya dalam rangka memenuhi
4
kebutuhan hidupnya di daerah tempat asalnya. Mengingat berbagai sebab tersebut di atas, maka tujuan-tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat dicapai melalui gagasan dan penerapan muatan lokal di sekolah.
B. Tujuan Muatan Lokal Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya
serta
sikap
dan
perilaku
bersedia
melestarikan
dan
mengembangkan sumber daya alam ,kualitassosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak iangsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung. a. Tujuan langsung 1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid 2) Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan 3) Murid
dapat
menerapkanpengetahuan
dan
keterampilan
yangdipelajarinyauntuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
5
4) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. b. Tujuan tak langsung 1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya. 2) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. 3) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri. Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang adadi lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak. Jean Piaget dalam B. Hurlock (1980) mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secan. keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid. Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.
6
C. Fungsi Muatan Lokal Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya. Fungsi Integrasi Siswa merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan mengintegrasikan pribadi kepada masyarakat. Melalui pengembangan dan pembelajaran muatan lokal dapat menjadikan siswa tidak asing dengan lingkungannya. Hal ini satu arah dengan kurikulim tingkat satuan pendidikan (KTSP), bahwa pembelajaran di kelas harus berorientasi pada lingkungan Fungsi Perbedaan Pengakuan atas perbedaan berarti pula meraberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap-perbedaan minat dan kemampuan siswa. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik, tetapi muatan lokal harus dapat befungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat. Melalui pembelajaran muatan lokal memberikan peluang pada siswa
7
mengembangkan potensi dan bakatnya sesuai dengan ketersediaan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat. Mengembangkan potensi dan bakat siswa tidak hanya sebatas aspek-aspek yang terkait dengan lingkungan di mana sekolah itu berada, tetapi dapat berhubungan dengan lingkungan yang lebih luas. Siswa disuatu sekolah yang berasal dari daerah, propinsi bahkan dari negara tetangga berpeluang untuk mempelajari dan mendalami obyek atau aspek yang ada dilingkungannya. Jadi melalui pengembangan muatan lokal memungkinkan siswa berkembang sesuai perbedaan dari masing-masing siswa.
D. Materi Muatan Lokal Dalam merumuskan materi atau isi dari muatan lokal dapat memasukkan lingkungan alam, lingkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen binatang dan tanaman beserta tempat tinggalnya dan hubungan timbal balik antar komponen tersebut. Pada lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain kolam, tambak, sungai, hutan, tanah kebun, lapangan rumput, sawah, keindahan alam, beserta isinya yang dapat dijadikan materi pembelajaran dalam muatan lokal. Secara geografis lingkungan alam ini dapat dibagi menjadi lingkungan pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan/ gunung dengan ekosistem yang terdapat di dalamnya. Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Contoh-contoh lingkungan sosial antara lain adalah interaksi antarmanusia yang
8
terdapat dalam lingkungan sekolah. lingkungan kelurahan/desa, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan lembaga-lembaga formal seperti: Koperasi Unit Desa, Puskesmas, dan Posyandu, serta lembaga-lembaga informal seperti: Subak di Bali dan sejenisnya. Lingkungan budaya adalah lingkungan yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah tertentu.Termasukdi dalamnya antara lain adalah kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya, tata krama dan tata cara pergaulan dengan orang tua sendiri atau orang lain yang usianya lebih tua, pergaulan dengan teman sebayadan tetangga),nilai-nilai, sertapenampiIan perlambangperlambangyangmenyatakanperasaan, yang antara lain terdapat dalam upacara adat/tradisional, bahasa daerah (aksara, tutur kata, dan rasa bahasa daerah), dan kesenian daerah (termasuk tari-tarian daerah). Keterpaduan antara lingkungan alam, sosial dan budaya pada hakikatnya membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri tertentu yang disebutpo/a kehidupan. Jadi pola kehidupan masyarakat mencakup interaksi antar anggota masyarakat berkenaan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi antar anggota masyarakat itu meliputi interaksi antar individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok, baik formal maupun informal. Dalam kenyataannya pola kehidupan satu masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan alamnyadan
sejarah
perkembangan
kebudayaannya.
Kebudayaansuatu
masyarakat antara lain mencakup gagasan, keyakinan, pengetahuan, aturan dan
9
nilai, dan perlambang (simbol-simbol) yang digunakan untuk menanggapi lingkungannya. Dengan demikian, pengembangan bahan pelajaran bermuatan lokal yang mengacu pada pola kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung mengembangkan wawasan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya. E. Penerapan Muatan Lokal Dalam Pembelajaran di SD Penerapan pembelajaran muatan lokal di SD harus berorientasi dengan tujuan utama pembelajaran muatan lokal, yaitu mengembangkan potensi siswa sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah. Salah satu cara penerapan pembelajaran muatan
lokal
di
SD
menurut
Pakde
Sofa
(2008)
(dalam
http://www.pk.sps.edu/abstrakpk) dan ansyar dan Nurtain (1992/1992) yaitu sebagai berikut: 1. Mengkaji nilai-nilai budaya di lingkungan yang telah dituangkan ke dalam kurikulum dan menetapkan isi/topik yang akan diajarkan. Pengkajian nilai-nilai budaya terarah pada analisa terhadap nilai-nilai budaya yang ada di lingkunga daerah SD itu berada. Tidak semua nilai budaya harus dimasukkan kedalam pembelajaran, tetapi nilai-nilai yang dinilai lebih dikenal dan cukup populer di daerah itu sendiri 2. Mencari materi ajar sesuai tengan topik. Materi ajar kadang-kadang sulit dan tidak ditemui pada pada literatur, untuk itu guru atau guru bersama siswa dapat mewawancari nara sumber di masyarakat atau mengobservasi lingkungan bila topik yang akan dibahas berkaitan dengan lingkungan alam. Misalnya, nilai atau daerah yang dikenal
10
di Kota Bukittinggi adalah kerupuk sanjai. Sulit untuk menemukan bagaimana membuat kerupuk sanjai yang gurih dan enak dari iteratur tertentu. Wawasan dan skil membuat kerupuk sanjai itu hanya diketahui oleh warga masyarakat tertentu yang diperolehnya secara turun temurun. Untuk itu materi ajar membuat kerupuk sanjai dapat diperoleh dengan mewawancari warga masyarakat yang mengetahui bagaimana cara membuat kerupuk sanjai 3. Menyususun materi yang diperoleh menjadi bahan yang sistematis dan terorganisir dengan rapi. Bila materi muatan lokal yang diperoleh belum tersusun dengan sistematis, maka sebelum di pelajari siswa materi itu harus disusun dengan sistematis dan diorganisir dengan baik. 4. Menganalisa materi ajar untuk menetapkan media dan alat yang tepat digunakan, menentukan dimana media itu diperoleh dan mempelajari bagaimana media itu digunakan. 5. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 6. Melaksanakan
proses pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan
pembelajaran keterlibatan siswa diujutkan semaksimal mungkin mungkin, sehingga siswa tidak sekedar memiliki wawasan tetapi juga memiliki skil sesuai materi yang dipelajari 7. Guru atau guru bersama siswa melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran muatan lokal yang dilaksanakan. 8. Guru menetapkan tindak lanjut
11
III. Penutup Dari paparan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran muatan lokal bukan mata pelajaran nomor dua, tetapi kedudukannya dalam kurikulum SD sama dengan mata-mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran ini dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan ciri khas dan kekuatan daerah SD berada. Pembelajaran muatan lokal dapat diterapkan di SD dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lainnya. Kekhasan pembelajaran muatan lokal terletak pada kemungkinan materi ajar yang agan dibahan tidak ditemui literaturnya, sehingga perlu mencari nara sumber di lapangan informasi atau melakukan observasi dilingkungan. Pembelajaran ini cukup menarik siswa karena bersifat kongkrik dan lebih banyak melibatkan siswa. Disarankan pada kepala dan guru SD agar tidak menomor duakan mata pelajaran muatan lokal, karena kedudukan sama degan mata-mata pelajaran lainnya. Kiranya setiap SD merancang program pembelajaran muatan lokal dengan baik dan sungguh-sungguh, agar siswa dapat lebih akrab dan lebih mandiri dengan lingkungannya sendiri sesuai dengan perkembangan anak yang seusianya.
12
Seminar Internasional di LPMP Padang
13