PENERAPAN MODEL RESPONS PEMBACA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI NOVEL (Studi Eksperimen pada Siswa SMAIT Al-Multazam Kuningan)
TESIS diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd.)
oleh Ira Rahayu NPM 109180035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013
PENERAPAN MODEL RESPONS PEMBACA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI NOVEL (Studi Eksperimen pada Siswa SMAIT Al-Multazam Kuningan)
IRA RAHAYU
ABSTRACT
Reader response model is a model that is based on the reader response theory approach (reader's response), the theory proposed by Rosenblatt (1978.1983). This theory emphasizes the musty reader response within the meaning of the text narrative-fiction reading. Meaning is formed through the transaction. The application of the model response in the reader an appreciation of learning to enable learners novel. This is evident in their activities when discussing various topics contained in the novels they read. They reveal a variety of responses in the classroom. It indicates the existence of a transaction between the learner (as a reader) with the text narrative fiction (novels) they read. In addition to this transaction also shows the social interaction between the teacher and the learners with other learners.
1. Latar Belakang Karya sastra merupakan media untuk mengungkapkan pikiran-pikiran pengarang yang bersifat imajinatif, estetik, dan menyenangkan pembaca. Selain itu, di dalam karya sastra terkandung pula pikiran-pikiran pengarang tentang nilai-nilai kehidupan yang patut diteladani oleh pembacanya. Karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya. Namun demikian, ada sesuatu proses yang cukup rumit dalam proses pembelajaran, apalagi kaitannya dengan pembelajaran apresiasi sastra yang cenderung bernuansa membosankan. Pengajaran sastra di SMA, hingga kini dianggap belum memberikan hasil yang memuaskan dan dianggap belum memenuhi harapan (Rusyana, 1990:41). Berdasarkan 0
pengamatan penulis, pembelajaran apresiasi novel seringkali terjebak pada pemusatan kesimpulan oleh guru. Siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya digiring pada pemahaman yang sama dengan apresiasi guru. Pembelajar tidak diberi kebebasan untuk mengapresiasi dengan memadukan skema pemahaman mereka sendiri (sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan perasaan yang mereka miliki). Sehingga proses pembelajaran kurang melatih kepekaan jiwa siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah adalah dengan penerapan model pembelajaran sastra yang menarik. Adapun model respons pembaca adalah model pembelajaran yang mengadopsi pendekatan respons pembaca. Hal yang mendorong penulis menggunakan model respons pembaca, karena pada realitasnya pengajaran sastra masih gagal menghasilkan kebermaknaan pada objek pembelajarnya (siswa sebagai pembaca). Oleh sebab itu, diharapkan dengan menerapkan model respons pembaca dalam proses pembelajaran apresiasi sastra, siswa sebagai pembaca akan lebih memaknai proses apresiasi yang mereka lakukan.
2. Model Respons Pembaca 2.1 Pendekatan Respons Pembaca Menurut Teeuw (1984: 59), respons pembaca termasuk pada orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, yaitu karya sastra ditujukan kepada pembaca, bagi kepentingan masyarakat pembaca. Disamping itu, pembacalah yang menentukan makna dan nilai karya sastra. Rosenblatt (Rozak, 2011:17) juga berpendapat kebermaknaan karya sastra terpenuhi setelah disentuh pembaca. Karya sastra tidak dengan sendirinya menjadi teks. Pembaca akan menentukan maknanya. Karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilai. 2.2 Model Respons Pembaca Model pengajaran respons pembaca yang dimaksudkan adalah model pengajaran apresiasi novel yang menitikberatkan kepada respons pembaca sebagai pembaca karya sastra. Menurut teori respons pembaca, peran pembaca sangat penting dan dominan dalam memahami sebuah karya sastra dan mengkaji karya sastra tidak lagi harus berorientasi pada teks melainkan pada aspek pembacanya.
1
Teori respons pembaca ini menekankan pentingnya pembaca dalam interpretasi teks. Kehadiran pembaca dalam teori ini diberikan peluang untuk memasukkan fantasinya dalam teks dan memodifikasinya sehingga menjadi sebuah interpretasi.
Pembaca akan diberi
kebebasan dalam mengapresiasi dasan menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra tersebut sesuai tingkat dan kemampuan apresiasi pembaca.
3. Pembahasan 3.1 Tes Sebagai Alat Ukur Keefektifan Pembelajaran Kefektifan penerapan model respons pembaca dalam pembelajaran apresiasi novel dapat diukur dengan alat tes. Dari hasil analisis data diketahui adanya peningkatan hasil pembelajaran siswa. Pemahaman siswa tentang unsur tokoh, tema, latar dan amanat mengalami peningkatan. Siswa makin terampil menjelaskan karakter tokoh dalam novel, menyimpulkan tema, mendeskripsikan latar, menyimpulkan hikmah/ amanat yang terkandung dalam novel. Pada uji tes perbedaan dua rata-rata pretes dan postes di kelompok eksperimen diketahui dari hasil penghitungan tersebut
terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil
pembelajaran apresiasi puisi pretes dan postes pada kelompok eksperimen. 3.2 Aktivitas Guru dan Siswa Rozak (2011) menyebutkan ada beberapa unsur penting dalam kegiatan pembelajaran apresiasi dengan menggunakan respons pembaca. Hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah peran pengajar dan peran pembelajar. Pengajar mempunyai peran penting dalam model ini. Pengajar harus menciptakan situasi/kondisi yang memungkinkan pembelajar dapat bertransaksi dengan leluasa. Pengajar harus bersikap fleksibel dalam mengarahkan respons pembelajar. Pembelajar harus terus aktif merangsang respons pembelajar dengan mengajukan pertanyaan, mengundang partisipan. Pengajar harus mengklarifikasi respon pembelajar. Pengajar harus mengarahkan bila terjadi respons yang menjauh. Pengajar harus menjalankan fungsinya sebagai mediator, fasilitator, yang menjadikan situasi transaksi antara pembelajar dengan teks berjalan dengan lancar. Juga menjadikan suasana sumbang saran respons menjadi menarik. Pengajar harus berusaha agar menggunakan skemanya dalam berdiskusi. Dari kegiaan observasi diketahui bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Hal ini tak lepas dari peran serta guru yang memiliki andil besar untuk mengaktifkan pembelajar. Guru berusaha memberikan pertanyaan pembuka yang merangsang respons pembelajar, guru selalu mengklarifikasi respons siswa, memfokuskan pembahasan, mengatur 2
pergantian topik bahasan agar pembelajaran tidak buntu dan membosankan, guru juga berperan menghangatkan situasi, menciptakan suasana yang nyaman dan akrab bagi pembelajar, misalnya dengan menyapa langsung nama pembelajar. Selanjutnya adalah peran pembelajar. Menurut Rozak (2011:25) pembelajar seharusnya diposisikan sebagai pembaca yang mempunyai kebebasan mengemukakan respons. Respons yang dikemukakannya berdasarkan skema (pengetahuan, pengalaman, dan perasaan) yang dipunyainya. Mereka harus bertransaksi dengan teks narasi-fiksi yang dibacanya. Pembelajar juga harus mengemukakan responsnya kepada pembelajar lain. Dia harus siap mempertanggungjawabkan responsnya. Jadi, pembelajar selain bertransaksi juga berdialog
dan
kemungkinan
bernegosisi.
Pembelajar
mempunyai
tugas
utama
mengkonstruksikan makna teks narasi fiksi yang dibacanya dengan memadukan skema yang sebelumnya telah tersedia pada dirinya. Dengan cara ini pembelajar diharapkan memiliki skema baru tentang berbagai peristiwa yang ditemuinya dalam teks narasi-fiksi yang dibacanya. Pembelajarlah yang menentukan sikap, akan dibawa kemana kegiatan pembelajaran tersebut, apakah akan menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan ataukah sebaliknya. Dari hasil pengamatan observasi, pada kegiatan pembelajaran pertama dan kedua, pembelajar antusias menjalani tiap tahap proses pembelajaran, mereka sangat antusias menanggapai pertanyaan guru model yang merangsang mereka untuk mengemukakan respons. Pembelajar juga tanpa mereka sadari mengemukakan respons saat berinteraksi dengan menggabungkan aspek pengetahuan, pengalaman, dan perasaan yang mereka miliki. Pembelajar memaknai teks narasi fiksi (novel) dengan memadukan skema pengetahuan, pengalaman, dan perasaan yang mereka miliki, sehingga pembelajar memiliki skema baru tentang berbagai peristiwa yang ditemuinya dalam teks narasi-fiksi yang dibacanya. Proses pembelajaran pun terbuka, siswa mengemukakan responsnya secara jujur dan berani. Saat pengajar mengklarifikasi respons yang mereka kemukakan sebagian besar pembelajar dapat mempertanggungjawabkan responsnya. Kegiatan pembelajaraan efektif, juga disebabkan oleh pembelajar yang memahami etika berdiskusi. Mereka menghargai pendapat rekannya, meskipun mungkin responsnya bersebrangan. 3.3 Konstruksi Ringkasan, Konstruksi Analisis dan Konstruksi Generalisasi 3
Iser (Teeuw, 1984:202) mengatakan bahwa peran pembaca tidaklah pasif, peranan pembaca amat penting yaitu sebagai pemberi makna. Karya sastra harus dihidupkan kembali dan diberi makna oleh pembacanya sehingga menjadi objek estetik. Reaksi terhadap teks sastra tersebut dapat berupa sikap dan tindakan untuk memproduksi kembali, menciptakan hal baru, menyalin, meringkas, dan sebagainya. Mengacu pada pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pembaca sastra bukan hanya pembaca yang bertujuan untuk kesenangan tetapi juga bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap karya sastra yang dibacanya bahkan memproduksi kembali. Rosenblatt (Rozak, 2011:17) juga berpendapat kebermaknaan karya sastra terpenuhi setelah disentuh pembaca. Karya sastra tidak dengan sendirinya menjadi teks. Pembaca akan menentukan maknanya. Karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilai. Setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda terhadap karya sastra. Hal ini terjadi karena pengalaman orang berbeda dan pengalaman ini berpengaruh terhadap respons (Rozak, 2011:17). Menurut Rosenblatt (Rozak, 2011:18) kebersamaan antara teks dan pembaca dimediasi dengan transaksi. Terjadinya konteks antara pembaca dan teks membuka berbagai kemungkinan yang mengarah terhadap pengalaman, perasaan, imajinasi, pengetahuan pembaca, dan lainnya yang berhubungan dengan pembaca. Transaksi akan berjalan bila terdapat dua unsur penting, yaitu pembaca dan teks (Rosenblatt, 1978:18). Pembaca akan mengungkapkan aspek kehidupannya ketika bertransaksi dengan teks. Kegiatan transaksi tersebut bertujuan untuk merebut makna, (Rozak, 2011:20). Selain tes pemahaman apresiasi novel, kefektifan penerapan model respons pembaca dapat juga diukur melalui analisis data konstruksi ringkasan, konstruksi analisis, dan konstruksi generalisasi. Konstruksi
merupakan bentuk refleksi pembelajar terhadap teks
narasi yang dibacanya Konstruksi ringkasan merupakan bentuk refleksi pembelajar dalam menyimpulkan secara singkat keterpahaman mereka dalam merekonstruksi ulang seluruh peristiwa yang terdapat dalam novel. Pembelajar secara sadar menyerap saripati novel yang dibacanya dan menghasilkan simpulan baru menurut sudut pandang mereka. Dari hasil analisis data konstruksi ringkasan siswa, terdapat peningkatan hasil pembelajaran. Konstruksi ringkasan pembelajar, pada kegiatan pembelajaran kedua menunjukan hasil yang lebih baik dari konstruksi pada kegiatan pembelajaran pertama. 4
Peningkatan hasil belajar, dapat mencerminkan keterpahaman mereka merekonstruksi ulang, memaknai, dan memperbarui hasil refleksi mereka terhadap teks narasi fiksi yang dibacanya. Konstruksi analisis adalah respons personal pembelajar. Hasil analisis data menunjukan bahwa, pada konstruksi ini pembelajar leluasa memberikan responsnya. Mereka memaknai berbagai peristiwa yang terjadi dalam novel dengan menghubungkan skema yang dimiliki. Bagian yang ada dalam diri mereka sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan perasaan yang mereka miliki. Pembelajar bertransaksi dan berinteraksi intens dengan novel yang dibacanya. Bentuk respons yang memadukan skema pengetahuan tampak dalam respons mereka saat memaknai karakter tokoh, menyimpulkan tema, membandingkan situasi latar dan menyimpulkan amanat/hikmah yang terkandung dalam novel, pembelajar memadukan pengetahuan yang dimilikinya. Bentuk respons yang memadukan skema pengalaman tampak dalam respons mereka saat mengungkapkan adanya kesamaan peristiwa yang mereka alami dengan peristiwa yang terdapat dalam novel. Ada pembelajar yang mengungkapkan adanya kesamaan pengalaman peristiwa saat tokoh Dahlan gundah memilih sekolah lanjutan, ada pembelajar yang mengungkapakan adanya kesamaan pola didikan ayahnya dengan pola didikan keluarga Dahlan dalam novel, ada pembelajar yang mengalami peristiwa yang sama, yang dialami tokoh dalam novel, misalnya pengalaman jatuh dari sepeda. Ada pembelajar yang menilai karakter ayah dan ibu dalam novel memiliki kemiripan dengan karakter ayah dan ibu mereka. Bentuk respons tersebut menandakan pembelajar memadukan skema pengalamannya, sehingga menciptakan pengalaman bersastra yang baru. Bentuk respons yang memadukan skema perasaan tampak pada respons pembelajar, saat mereka menanggapi peristiwa yang terdapat dalam novel. Pembelajar ada yang merasa tersentuh, tergugah, sedih, marah, tersenyum dan tertawa saat membaca tiap peristiwa yang terdapat dalam novel. Konstruksi selanjutnya yaitu, konstruksi generalisasi. Konstruksi generalisasi memungkinkan pembelajar untuk dapat menyimpulkan ide utama dari novel yang dibacanya. Selain itu konstruksi generalisasi juga dapat mengukur sejauh mana apresiasi mereka terhadap novel yang dibacanya, karena pada konstruksi generalisasi pembelajar diminta membuat rekomendasi untuk orang lain. Jelas, agar dapat memberi rekomendasi pembelajar harus betul-betul memahami rangkaian peristiwa dan makna yang terkandung dalam novel.
5
Hasil
analisis
data
menyimpulkan,
pembelajar
dengan
fasih
menuliskan
rekomendasinya, mereka tegas menyebutkan kepada siapa novel ini mereka rekomendasikan. Pembelajar telah dapat menilai kepada siapakah novel ini disarankan untuk dibaca dengan disertai alasannya. Dari hasil analisis konstruksi ringkasan, konstruksi analisis dan konstruksi generalisasi dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran apresiasi novel dengan menerapkan model respons pembaca pembelajar secara aktif memberikan penilaian, pandangan, dan memperkaya makna peristiwa dalam novel.
4. Simpulan Berdasarkan rangkaian logis isi tesis secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Berdasarkan perhitungan statistik, penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan model respons pembaca efektif dalam pembelajaran apresiasi novel. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penghitungan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes pada masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen. Dilihat dari selisih rata-rata pretes dan postes antarkelompok, hal ini menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran apresiasi novel masing-masing kelompok baik pada kelompok eksperimen dengan menerapkan model respons pembaca maupun pada kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional menunjukan sama-sama adanya peningkatan hasil pembelajaran. Hanya pada kelompok eksperimen peningkatan hasil pembelajaran apresiasi novel lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Hal ini menyimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi novel dengan menggunakan model respons pembaca efektif meningkatkan apresiasi siswa. 2. Penerapan model respons pembaca dalam pembelajaran apresiasi novel mengaktifkan pembelajar. Hal ini tampak pada aktivitas
mereka saat
membicarakan berbagai topik yang terdapat dalam novel yang mereka baca. Mereka mengungkapkan berbagai respons di kelas. Hal ini menunjukan adanya transaksi antara pembelajar (sebagai pembaca) dengan teks narasi fiksi (novel) yang mereka baca. Selain transaksi hal ini juga menunjukan adanya interaksi sosial antara pembelajar dengan guru maupun dengan pembelajar lainnya. 6
Selain itu, model respons pembaca juga dapat memaksimalkan pemahaman pembelajar terhadap teks narasi fiksi (novel) yang dibacanya. Pada kegiatan pembelajaran, pembelajar secara aktif
menghubungkan skema pengetahuan,
pengalaman dan perasaan yang mereka miliki untuk mengapresiasi novel. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam novel mereka pahami dengan melibatkan pengetahuan, pengalaman dan perasaan mereka. Pembelajar melibatkan pandangan hidupnya untuk memahami peristiwa yang terjadi di dalam novel. Model ini meragamkan pemahaman, meluaskan pandangan dan wawasan mereka terhadap teks narasi fiksi (novel) yang mereka baca. 3. Bentuk respons pembelajar saat berinteraksi dengan teks dapat terlihat dalam konstruksi yang dibentuk pembelajar (partisipan) sebagai wujud refleksi. Konstruksi merupakan paduan antara kepahaman dan skema yang telah mereka miliki dengan pemahaman terhadap teks narasi fiksi yang dibacanya. Pengetahuaan pembelajar menyatu dengan skema pemahaman mereka terhadap teks. Pelibatan unsur perasaan juga tergambar dalam hal merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh atau beberapa peristiwa yang terjadi dalam teks narasi fiksi yang dibacanya, mereka ikut bereaksi, ada yang sedih, terharu, kagum, bahkan marah saat berinteraksi dengan teks (novel). Pengalaman hidup pembelajar pun tampak dalam konstruksi yang mereka bentuk, mereka mengaitkan peristiwa dalam novel dengan pengalaman pribadinya. Jadi, pemaknaan pembelajar terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam teks narasi fiksi yang dibacanya melibatkan pengetahuan, penngalaman, dan perasaan mereka. Hal ini tergambar jelas dalam konstruksi yang mereka bentuk. 5. Saran Pembelajaran apresiasi novel dengan model respons pembaca merupakan salah satu model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran apresiasi novel yang menyenangkan, aktif, kreatif, terbuka, dan apresiatif. Dengan ini, dapat disimpulkan pembelajaran apresiasi novel dengan model respons pembaca perlu disosialisasikan kepada para pengajar khususnya kepada para guru bahasa dan sastra Indonesia.
Daftar Pustaka Abrams. 1993. A Glossary Of Literary Terms. Orlando: harcourt Brace College Publishers. 7
Ahmadun Yosi Herfanda. 2011. Membentuk Karakter Siswa dengan Pengajaran Sastra.Makalah disampaikan dalam Seminar Internasional Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah untuk Pembentukan Karakter Siswa yang Diselenggarakan Program Pascasarjana Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Unswagati.19 Februari 2011. Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. AR. Samsuddin dan Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Padang:Dian Dinamika Press Joyce, Bruce., Weil, Marsha., and Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Musthafa, Bachrudin.2008. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan Pengajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pabichara, Khrisna.2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: Noura Books (PT Mizan Publika). Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Ratna, Nyoman Khuta. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rosenblatt, Louise M. 1976. Literature as Exploration. New York: The Modern Language Association of America. Rosenblatt, Louise M. The Reader the Text the Poem. United States of America: Southern Illionis University Press. Rozak, Abdul. 2011. Konstruksi Respons Pembaca Terhadap Teks Naratif. Cirebon: Unswagati Cirebon. Rozak, Abdul dkk. 2011. Model Pendidikan Karakter di Unswagati. Cirebon: Unswagati Cirebon. 8
Rusyana, Yus (1990). Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Sukmadinata, N.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiono.2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumardjo, Jacob dan Saini KM. 1984. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Teeuw, A. 1984.Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra.Jakarta; Pustaka Jaya. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
9