PENERAPAN MODEL PEMEBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THIK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN Novita Nurcahyati1), Retno Winarni2), Tri Budiharto3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta. e-mail:
[email protected] Abstact: The purpose of this research is to improve Pantun writing skills through the application of cooperative learning model “ Think Pair Share” in the fourth grade. This research is a Classroom Action Research (CAR). The research is performed in two cycles, with each cycle consisting of planning, action implementation, observation, and reflection. Teachers and students of fourth grade are the subject and sources of data of the research. Data is collected by using observation, interview, test, and documentation technique. The validity of the data used is triangulation sources and triangulation techniques. The data analysis technique used was an interactive analyst which has three components namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The conclusion of the research is the application of cooperative learning model “Think Pair Share” can improve Pantun writing skills. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dan sumber data pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Candi kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan keterampilan menulis pantun. Kata Kunci: think pair share, keterampilan menulis pantun
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran pokok yang sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar utama dalam kegiatan belajar mengajar di semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia terutama di Sekolah Dasar (SD) adalah kunci keberhasilan peserta didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan baik di sekolah dasar itu sendiri maupun di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 untuk SD dan MI menjelaskan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 2) bahwa keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah meliputi empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking Skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). 1) 2,3)
Salah satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini, seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2006: 9). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil simpulan bahwa menulis cukup mendapatkan perhatian dari pendidikan dan pembelajaran terutama di sekolah. Menulis merupakan keterampilan yang paling akhir yang dikuasai oleh peserta didik setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh peserta didik bukan berarti keterampilan menulis itu tidak penting bagi peserta didik. Slamet (2009: 97) mengungkapkan bahwa menulis bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi un-
Mahasiswa PGSD FKIP UNS Dosen PGSD FKIP UNS
1
2
tuk dikuasai. Keterampilan berbahasa anak tidak akan menjadi sempurna bila keterampilan orang dapat mengungkapkan pikiran dan ide-nya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk itu pembelajaran menulis harus diajarkan secara intensif terutama di sekolah dasar agar peserta didik memiliki tingkat apresiasi yang tinggi sehingga mampu menuangkan gagasan dan idenya dengan penuh kreativitas. Kegiatan mengapresiasikan berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan ihdup. Kemampuan bersastra di sekolah dasar memiliki standar kompetensi yang berbeda untuk tiap kelasnya. Salah satu cara mengembangkan apresiasi sastra terutama untuk sekolah dasar di kelas IV adalah dengan pengajaran pantun. Waluyo (2005: 49) menjelaskan bahwa pantun adalah jenis puisi lama yang tardiri atas empat baris, memiliki rima (persamaan bunyi), dengan baris pertama dan kedua sebagai sampiran (semacam teka-teki) dan baris ketiga dan keempat sebagai isi. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik, dan juga bisa berarti sebuah sindiran. Rizal (2011: 2) berpendapat bahwa pantun adalah suatu puisi yang paling mudah dimengerti dan mudah ditangkap maksud dan artinya. Membaca dan mencerna pantun tidak sesulit membaca dan mencerna puisi-puisi lain (puisi bebas). Pantun dapat mencerminkan kecerdasan, kreativitas, dan tingkat apresiasi sastra yang tinggi dari pembuatnya karena pembuat pantun harus membuat sampiran dan isi pantun masing-masing dua baris yang memiliki pola persajakan yang khas yaitu a-b-a-b. Pembelajaran menulis pantun mulai diajarkan di sekolah dasar pada kelas IV. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, serta dari hasil wawancara dengan guru dan siswa di kelas IV SD Negeri Candi dengan jumlah siswa 24 anak, diketahui hasil tes menulis pantun menunjukkan nilai rata-rata kelas 63,13 dengan batas KKM (kriteria ketuntasan minimal) 70. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM adalah sebanyak 15 siswa (62,5%), sedangkan siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 9 siswa (37,5%). Banyaknya siswa yang belum memenuhi KKM
menulis anak belum optimal atau belum dikausai dengan baik. Dengan menulis sesemenunjukkan adanya masalah dalam pembelajaran menulis pantun. Beberapa masalah yang terlihat dari hasil pemaparan observasi dan wawancara dengan guru dan siswa kelas IV SD Negeri Candi, di antaranya; (1) terbatasnya penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa, (2) siswa lebih suka mencontoh pantun yang sudah ada di buku, (3) siswa kurang aktif karena dalam kegiatan belajar mengajar masih menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, (4) jarang melakukan pembelajaran dengan menggunakan model diskusi. Adapun permasalahan yang paling berpengaruh dalam menulis pantun di SD Negeri Candi adalah terbatasnya kosakata yang dimiliki siswa yang mengakibatkan siswa cenderung malas membuat pantun dengan kreativitas mereka sendiri kemudian siswa lebih memilih untuk menyalin dari pantun yang sudah ada di buku. Selain itu, pembelajaran yang kurang bervariasi juga membuat siswa merasa bosan karena siswa tidak diajak untuk aktif di dalam pembelajaran. Berpijak dari identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan penerapan model pembelajaran yang lebih inovatif, menyenangkan dan mengaktifkan semua siswa untuk dapat mengeluarkan ide dan kreativitasnya. Contohnya, penelitian milik Mistari (2011) yang menjelaskan bahwa keterampilan menulis pantun dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran kontekstual. Sedangkan, pada penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model pembelajaran Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland pada tahun 1981. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa untuk dapat bekerja secara individu dan bekerja sama dengan orang lain secara berpasangan. Stahl dalam Isjoni (2013: 23) berpendapat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar dan juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan. Ke-
3
terampilan yang dimiliki baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skiil). Think Pair Share merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dimulai dari tahap berpikir (think), berpasangan (pair), dan diakhiri dengan tahap berbagi (share). Dengan menggunakan Think Pair Share pada pembelajaran keterampilan menulis pantun siswa diberi kesempatan untuk berpikir (think time) secara mandiri untuk menuliskan gagasan atau ide yang dimiliki dalam membuat pantun. Setelah itu siswa akan berdiskusi secara berpasangan (pair) sehingga memperoleh pilihan kosakata yang lebih banyak yang akan memudahkannya dalam menulis pantun. Pada tahap terakhir siswa akan berbagi (share) dengan pasangan berpikir yang lain mengenai pantun yang telah dibuat. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan menulis pantun akan belangsung dengan lebih bervariasi dan siswa akan menjadi lebih aktif serta kompetensi menulis pantun menjadi optimal. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif terutama tipe think pair share, maka diharapkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share keterampilan siswa dalam menulis pantun dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu ditindak lanjuti dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2013/ 2014)”. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Candi yang terletak di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada tahun ajaran 2013/ 2014. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yakni dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2014. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 12 laki-laki, 12 perempuan dan guru kelas IV SD Negeri Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus, setiap siklus terdiri dari pe-
rencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokmentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik serta teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. HASIL Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas IV, serta dari hasil observasi dapat diketahui bahwa pada siswa kelas IV SD Negeri Candi mempunyai keterampilan menulis pantun yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai keterampilan menulis pantun kelas IV sebelum tindakan sebesar 63,13. Dari jumlah 24 siswa, terdapat 9 siswa (37,5%) yang mencapai nilai KKM ≥ 70. Daftar distribusi nilai keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair Share dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Nilai Keterampilan Menulis Pantun Siswa Pratindakan Interval Frekuensi Persentase Nilai 34 - 42 2 8,3% 1 43 - 51 3 12,5% 2 52 - 60 4 16,7% 3 61 - 69 6 25% 4 70 - 78 7 29,2% 5 79 - 81 2 8,3% 6 Rata-rata Kelas = 63,13 Ketuntasan Klasikal = (9 : 24) × 100 % = 37,5 %
No
Berdasarkan sajian data tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa adalah 63,13 dan hanya 9 siswa (37,5%) yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 70. Sisanya, sejumlah 15 siswa (62,5%) mendapat nilai kurang dari 70. Selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus I, yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun siswa dan hasilnya disajikan pada tabel 2 berikut ini:
4
Tabel 2. Distribusi Nilai Keterampilan Menulis Pantun Siswa Siklus I Interval Frekuensi Persentase Nilai 46 - 53 1 4,2% 1 54 - 61 3 12,5% 2 62 - 69 4 16,7% 3 70 - 77 11 45,8% 4 78 - 85 3 12,5% 5 86 - 93 2 8,3% 6 Rata-rata Kelas = 71,50 Ketuntasan Klasikal = (16 : 24) × 100 % = 66,67 % No
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan menulis pantun pada siklus I adalah 71,5 dengan 66,67% atau sejumlah 16 siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70. Sisanya, sejumlah 8 siswa atau 33,33% masih mendapat nilai di bawah 70. Berpijak dari hasil siklus I yang belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 80% siswa mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70, maka dilakukan tindakan pada siklus II. Tindakan dilakukan untuk mencapai nilai ketuntasan yang telah ditentukan dan memperbaiki tindakan pada siklus II sesuai dengan refleksi pada siklus I. Distribusi nilai rata-rata keterampilan menulis pantun siswa pada siklus II disajikan pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Nilai Keterampilan Menulis Pantun Siswa Siklus II Interval Frekuensi Persentase Nilai 60-69 1 4,2% 1 70-79 4 16,7% 2 80-89 8 33,3% 3 90-99 11 45,8% 4 Rata-rata Kelas = 86,58 Ketuntasan Klasikal = (23 : 24) × 100 % = 95,80 % No
Berdasarkan tabel distribusi nilai keterampilan menulis pantun siswa siklus II di atas, menunjukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan menulis pantun pada siklus II adalah 86,58. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70 sebesar 95,8% atau 23 siswa. Sisanya, satu orang siswa atau 4,2% masih mendapat nilai di bawah 70. Karena pada siklus II ketuntasan indikator kinerja telah mencapai 80% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70, maka penelitian dihentikan di siklus II.
PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, dapat dinyatakan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sudah baik dan terdapat peningkatan keterampilan menulis pantun siswa. Keterampilan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali saat pratindakan masih rendah. Berdasarkan nilai keterampilan menulis pantun siswa pratindakan yang diperoleh dari daftar nilai guru, diketahui nilai rata-rata kelas sebesar 63,13, masih jauh dari KKM yang ditetapkan yaitu ≥ 70. Dari 24 siswa terdapat 9 siswa (37,5%) telah mampu mencapai KKM, sedangkan 15 siswa (62,5%) belum bisa mencapai KKM. Pembelajaran siklus I menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share menujukkan adanya peningkatan keterampilan menulis pantun siswa. Ketuntasan keterampilan menulis pantun siswa meningkat menjadi 66,67% dibandingkan dengan hasil pratindakan. Siswa dengan nilai tuntas sejumlah 16 siswa dan 33,33% atau 8 siswa belum tuntas. Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I. Data yang diperoleh pada siklus II mengenai keterampilan menulis pantun yaitu, siswa yang telah mencapai KKM sejumlah 23 siswa (95,8%) dengan rata-rata kelas sebesar 86,58. Berikut ini disajikan perbandingan nilai keterampilan menulis pantun siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II pada tabel 4: Tabel 4. Perbandingan Nilai Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Aspek
Pratindakan
Siklus I
Nilai rata-rata Nilai terendah Nilai tertinggi Ketuntasan Klasikal
63,13 40 80
71,5 53 90
Siklus II 86,58 67 96,5
37,5%
66,67%
95,8%
Peningkatan yang terjadi dalam siklus I dan Siklus II dalam penelitian ini merupakan dampak dari perubahan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share membuat siswa menjadi lebih aktif dan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
5
Siswa dapat melatih kemandiriannya dalam berpikir untuk menyelesaikan permasalahan dan juga dapat belajar secara bekerja sama dengan pasangan diskusi. Johnson dan Johnson dalam Isjoni (2013: 17) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan mengelompokkan siswa dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono (2013: 61) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik dan toleransi. Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga mengajarkan untuk menerima keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial peserta didik. Berkaitan dengan hal di atas, mengenai model pembelajaran kooperatif tipe think pair Share, Isjoni (2013: 78) mengemukakan bahwa think pair share merupakan model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki keunggulan dalam optimalisasi partisipasi siswa. model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memberikan kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan juga untuk menunjukkan partisipasi mereka pada orang lain. Dalam Nacta Journal (2012: 85), Radhakrishna, Chikthimmah, dan Ewing menyata-
kan bahwa “Think Pair Share (TPS) is a very good active learning strategy. If properly implemented, it saves instructor time, keeps students prepared, helps students to get more involved in class discussion and participation and provides for cumulative assessment of student progres”. Berdasarkan pendapat tersebut Think Pair Share adalah Stategi pembelajaran aktif yang sangat baik. Jika diterapkan dengan benar, Think Pair Share dapat menghemat waktu bagi instruktur atau guru dalam menyiapkan siswa. TPS juga membantu siswa untuk terlibat dalam diskusi kelas dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memberikan kemajuan atau peningkatan nilai kumulatif siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2013/ 2014, dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri Candi.
DAFTAR PUSTAKA Isjoni. (2013). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta. KTSP. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Mistari. (2011). Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Melalui model Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas IV SDN 01 Gombang Tahun Ajaran 2010/2011. Surakarta: UNS. Tidak dipublikasikan Radhakrishna, R., Ewing, J., & Chikthimmah, N. (2012). TPS (think, pair and share) as an active learning strategy. NACTA Journal, 56(3), 84-85. Rizal, Y. (2011). Kumpulan Pantun Puisi Asli Anak Negeri. Jakarta: Garda Media. SISDIKNAS. (2003). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI NO.20 TH. 2003). Jakarta: Sinar Grafika. Slamet, St. Y. (2009). Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press. Suprijono, A. (2010). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasinya PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, H. G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waluyo, H. J. (2005). Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.