PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY – TWO STRAY (TS-TS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI POKOK SEGI EMPAT KELAS VII C MTs TAQWAL ILAH TEMBALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan Ilmu Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
JUPRI 053511248
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
i
ii
ABSTRAK
Jupri (NIM: 3105248). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran 2009-2010. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat (2) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010. Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang. Obyek penelitian ini adalah di MTs Taqwal Ilah Tembalang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) yaitu kelas VII C yang jumlahnya ada 41 peserta didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri. Pengumpulan data menggunakan angket motivasi belajar dan tes evaluasi. Data yang terkumpul dianalisis deskriptif sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar peserta didik mempunyai prosentase 50% dan rata-rata hasil belajar 59.63 dengan ketuntasan klasikal 49,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar peserta didik menjadi 45.56% dan rata-rata hasil belajar 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 81.51% dan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 75.17 dengan ketuntasan klasikal 85.36%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dengan sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS). Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada semua pihak (peserta didik, guru, orang tua) di MTs Taqwal Ilah Tembalang untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika dan dapat memberikan dorongan atau motivasi belajar kepada peserta didik untuk senantiasa meningkatkan motivasi belajar untuk bisa berprestasi dan berkompetisi dengan sehat.
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,10 November 2010 Deklarator,
JUPRI NIM. 053511248
iv
MOTTO
..... 4 Ÿω ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øtΡ ωÎ) !$tΒ $yγ8s?#u™ 4 ã≅yèôfuŠy™ ª!$# y‰÷èt/ 9ô£ãã #Zô£ç„ ∩∠∪ Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan1
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 946.
v
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis sederhana ini yang telah memberi arti dalam hidupku kepada: 1. Bapak dan umi tercinta (Bpk Djayus Ilhammudin dan Ibu Parinem), hanya ini yang baru bisa ku persembahkan. Terima kasih atas lantunan doa, motivasi, keikhlasan, pengorbanan, kesabaran, dan ridho yang selalu mengiringi langkahku hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah. 2. Kakak dan Adik tercinta (Nurhadi, Qoirul Anam, Abu Toyib, Ma’rifah, Maimunah, Nur Afifah, dan si ragil Ahmad Khalim). 3. Keluarga BANI JAIZ terima kasih atas doa dan motivasi dari kalian sehingga menghantarkan aku menuju gerbang kesuksesan. 4. NESHA (NUR MAZIYYATIN NISWAH), terima kasih atas cinta, kasih sayang, motivasi, dan doa darimu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan setia selalu menemaniku meniti masa depan. Yakinlah semua akan indah pada waktunya. Jadi jangan menyerah dan terus berjuang. Semoga Allah SWT membalas budi baik kalian, amin ….
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kehadirat beliau junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya, dengan harapan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terlesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang merestui pembahasan skripsi ini 2. DR. H. Ruswan, M.A, dan Hj. Minhayati Shaleh, S.Si M.Sc., selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini. 3. Segenap civitas akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menambah ilmu. 4. Rofiur Rutab, M.Si selaku Kepala MTs Taqwal Ilah Tembalang, Wiwik Ariyani S.Pd selaku guru pamong beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian serta membantu mengarahkan dan memberikan saran yang berharga dalam penelitian skripsi ini. 5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga dengan doa dan motivasimu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat–sahabat terbaik dan terindah Irkham, Arifin, Etik Ndut, Sofa Y, Mas Ari, Rohman, Faizal, Ima dan teman-teman anak Tadris Matematika
vii
khususnya Angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebut satu per satu, terima kasih telah mengukir warna dalam kehidupan saya. 7. Keluarga Besar Kelompok Pekerja Teater Beta Tempat bernaung menjadi rumah ke dua untuk mengolah rasa menebar kreasi. 8. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu, terimakasih telah ikut mengolah rasa dan menebar kreasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada yang peneliti kepada mereka selain untaian rasa terima kasih dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya. Amin. Pada akhirnya peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang,10 November 2010 Penulis,
JUPRI NIM. 053511248
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul......................................................................................
i
Abstrak...................................................................................................
ii
Deklarasi................................................................................................
iii
Motto......................................................................................................
iv
Halaman Persembahan........................................................................
v
Kata Pengantar.....................................................................................
vi
Pengesahan............................................................................................
viii
Daftar Isi................................................................................................
ix
Daftar Lampiran...................................................................................
xi
Daftar Tabel dan Gambar....................................................................
xii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Penegasan Istilah .................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7 D. Perumusan Masalah............................................................... 7 E. Tujuan Penelitian................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ................................................................ 8 G. Kajian Pustaka...................................................................... 10
BAB II
: LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori................................................................... 13 1. Belajar ................... .................................................... 13 2. Motivasi Belajar ........................................................ 15 3. Hasil Belajar Matematika .......................................... 24 4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 30 5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) ..................................................... 36 6. Segi Empat ................................................................ 43 7. Keterkaitan Teori dengan Judul.................................. 46
ix
BAB III
: METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ............................................................... 48 1. Model Penelitian ........................................................... 49 2. Rancangan Penelitian .................................................... 50 3. Sumber Data dan Jenis Data.......................................... 54 4. Kolaborator.................................................................... 55 5. Subyek Penelitian ......................................................... 56 6. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 56 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................... 57 B. Teknik Pengumpulan data................................................... 57 1. Metode Angket atau Kuesioner .................................... 57 2. Metode Tes ................................................................... 58 3. Metode Observasi ......................................................... 58 4. Metode Wawancara ..................................................... 59 5. Metode Dokumentasi ................................................... 59 C. Metode Analisis Data........................................................... 60 D. Indikator Keberhasilan ........................................................ 63
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus............................................................................. 64 B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ....................... 65 C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II ............................... 69 D. Pembahasan........................................................................ 72 1. Pra Siklus....................................................................... 72 2. Siklus I........................................................................... 72 3. Siklus II.......................................................................... 74
BAB V
: PENUTUP A. Simpulan.............................................................................. 77 B. Saran-saran.................................................................... ...... 78 C. Penutup................................................................................ 78
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar di kelas bagi peserta didik tidak selamanya berlangsung secara normal. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tersendat. Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membosankan. Dalam hal ini peserta didik dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi kadang bisa juga menjadi rendah. Demikianlah realita yang sering dihadapi oleh guru pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah dengan membangkitkan motivasi peserta didik, karena motivasi tersebut membawa kepada senangnya peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dengan tidak adanya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas, peserta didik akan menjadi malas belajar, sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan dari pembelajaran yang diinginkan. Dalam upaya pencapaian pendidikan yang berkualitas, pemerintah telah mengubah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.2 1
Sekolah efektif menurut Edmon adalah sekolah yang memiliki 5 ciri sebagai berikut; a. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, (strong principal leadership). b. Iklim sekolah yang aman dan kondusif, (safe and conducive school climak). c. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar, (empharis on the acquisition of basic skills). d. Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa, (teacher high expectation). e. Evaluasi belajar secara teratur, (frequency of evaluation). Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm 34 2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, hlm. 20.
1
2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru diharapkan dapat menciptakan suasana baru di dalam proses belajar mengajar, agar peserta didik lebih mudah untuk menerima materi yang akan disampaikan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ada 5 pilar belajar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melakukan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.3 Semua anak mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Dalam Al- Qur’an surat Al-Isra’ ayat 84 dikatakan:
∩∇⊆∪ Wξ‹Î6y™ 3“y‰÷δr& uθèδ ôyϑÎ/ ãΝn=÷ær& öΝä3š/tsù ϵÏFn=Ï.$x© 4’n?tã ã≅yϑ÷ètƒ @≅à2 ö≅è% Artinya: “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (QS: Al-Isra’:84).4 Belajar sudah menjadi kebutuhan pokok pada masa kini. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini telah menyebabkan informasi dapat tersedia dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan akses yang mudah. Hal ini menjadikan banyak perubahan serta perkembangan dari berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini tentunya perlu direspon dengan penyelesain pendidikan yang profesional dan bermutu. Kualitas yang demikian sangat
3
PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur’an 1971), hlm. 437 4
3
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global. Pembelajaran matematika khususnya pada materi segi empat, proses belajar mengajar harus teliti, berani mencoba dan mengetahui rumus serta bagian-bagianya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru matematika kelas VII pada tanggal 24 November 2009, didapatkan informasi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah masih dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan malah cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi tugas, peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik, metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena metode ini cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan duduk, mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas terasa membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata pelajaran matematika. 5 Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengerjakan soal, mereka sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa berusaha untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik
5
Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010
4
tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidak minatan peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama. Itu pertanda anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara mengajar. Masalah ini membuat guru harus memilih metode dan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan agar suasana di dalam proses pembelajaran dapat lebih menarik dan materi yang disampaikan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.6 Namun, dalam kenyataannya di MTs Taqwal Ilah ini memiliki permasalahan-permasalahan. 1. Masalah yang dihadapi oleh peserta didik: a. Pada waktu pembelajaran berlangsung ada yang mengantuk, mengobrol, ijin keluar, bengong, sehingga suasana kelas tidak kondusif. b. Peserta didik menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, terbukti pada waktu diberi tugas, peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah mengerjakannya. c. Aktifitas dan motivasi belajar peserta didik kurang berkembang. Ada beberapa peserta didik pasif saat diadakan diskusi kelompok. Misalnya, keberanian peserta didik untuk bertanya kepada guru dan maju mengerjakan soal-soal di depan tak lebih dari 3 anak d. Tidak semua peserta didik di MTs Taqwal Ilah memiliki minat yang sama di bidang matematika
6
Amin suyitno, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di MTs, (Semarang: FMIPA UNNES, 2007), hlm.1.
5
2. Masalah yang dihadapi oleh guru:. Guru belum menemukan cara mengajar yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII di bidang matematika. Jadi, dengan adanya hal tersebut guru matematika di MTs Taqwal Ilah harus berkolaborasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang efektif. Sehingga dalam penerapannya para guru harus melakukan perubahan model pembelajaran yang tepat sasaran dan mampu meningkatkan hasil belajar. Strategi pembelajaran semestinya mengembangkan kemampuan dasar peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik, efektif dan efisien
dalam
suasana
akrab
dan
menyenangkan.
Sehingga
akan
membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. Untuk itu peneliti menerapkan salah satu strategi model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe “Two Stay Two Stray (TS-TS)” Dengan karakteristik7 peserta didik tingkat SMP/ MTs yang mempunyai rasa ingin tahu dan cenderung untuk berkelompok dalam menyelesaikan masalah maka strategi pembelajaran Two Stay Two Stray akan menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif. Sedangkan Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim cooperative untuk membantu para peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.8 Kegiatan ini meliputi diskusi kelompok, aktifitas kelompok terstruktur, studi kasus dan simulasi.
Pengambilan materi segi empat, karena materi tersebut sering ditemukan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dan memerlukan pemahaman konsep, penalaran dan ketelitian. Dalam materi tersebut terdapat
7
Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain (Membangun Karakter oleh Andrias Harefa, seorang trainer dan penulis 30 buku laris., sedangkan karakterisitik merupakan ciri khusus dari individu seperti jenis kelamin, pendidikan dan agama (www.goodreads.com) 8 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di RuangRuang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2007), Cet. 5, hlm. 55
6
variasi soal dan rumus sehingga peserta didik harus pandai menganalisanya. Hasil yang diperoleh peserta didik kurang dari nilai KKM yang ditentukan sebesar 65. Hal tersebut berdasarkan data nilai dari ibu Wiwik Ariyani, nilai harian kelas VII C tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik untuk materi pokok segi empat masih rendah yaitu 59. sedangkan nilai ratarata peserta didik kelas VII tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59.9 Dalam rangka memecahkan masalah yang ditemukan di MTs Taqwal Ilah di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two- Stray (TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul diatas dan demi menghindarkan dari bermacam-macam penafsiran, maka penulis memberikan penjelasan tentang pengertian beberapa kata yang tercantum dalam judul sehingga diketahui arti dan makna dalam pembelajaran yang diadakan. Beberapa istilah yang terdapat dalam judul diatas adalah sebagai berikut: 1. Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerangkan bahwa penerapan adalah satu proses menerapkan (hal mempraktikkan).10 Hal ini merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah–langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
9
Wawancara dengan ibu Wiwik Ariyani pada tanggal 24 November 2009 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005), hlm. 1180. 10
7
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.11 3. Kooperatif Two Stay Two Stray. Dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia, stay berarti “tinggal, penundaan, ruji, penupang”12, stray berarti “sesat, nyasar, datang, menyimpang”13 dan two berarti “dua”.14 Two Stay Two Stray merupakan struktur dua tinggal dua tamu yang di kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.15 4. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengajar guru dan belajar siswa. Hasil belajar meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.16 5. Meningkatkan Berasal dari asal kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf), mempertinggi, memperhebat. Mendapat awalan “me” dan akhiran “an”, yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik.17 6. Motivasi Motivation is often defined as any internal condition that initiates, guides, and maintains a response. Motivation is inferred from antecedent conditions and consequent responses.18
11
Amin Suyitno, Opcit, hlm. 1. John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 554. 13 Ibid, hlm. 560, 14 Ibid, hlm. 609. 15 Anita lie, Opcit , hlm. 61 12
16
Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007), hlm. 115. 17
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 2006), cet. 3, hlm. 1280-1281 18 Arno F. Wittig, Ph.D, Psychology of Learning, (United States of Amerika:McGrawHill, 1981), hlm 218
8
Mengandung arti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.19 Menurut Mc. Donald "motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. “Istilah motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.20
7. Peserta Didik Merupakan subjek belajar, sebab anak didik adalah sentral kegiatan dan pihak yang mempunyai tujuan. Komponen-komponen yang lain adalah faktor pendukung. Jadi yang aktif adalah anak didik.21 8. Segi empat Bangun sederhana yang bersisi empat yaitu; persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang.22 Dalam hal ini peneliti mengkaji pada Kompetensi Dasar 6.3 yaitu; menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakan dalam pemecahan masalah. Dengan indikator yang dipilih yaitu: a. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi panjang. b. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi. c. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas jajar genjang.
19
Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hlm; 756 20
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cetakan Kedelapan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm; 158 21
Sardiman, op.cit, hlm.121 22 Atik wintarti, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2008.
9
C. Pembatasan Masalah Tepat atau tidak penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- To Stray (TS-TS) pada materti pokok segi empat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray (TS-TS) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah? 2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran tipe two stay-two stray (TSTS) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah?
E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini, memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS). 2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS). F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
1. Bagi Guru a.
Menambah
alternatif
strategi
pembelajaran
yang
dapat
Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan masalah segi empat. b. Meningkatkan
pemahaman
dan
pengalaman
dalam
proses
pembelajaran secara langsung dalam PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan keaktifan peserta didik. b. Menumbuhkan sikap gotong royong dan kerja sama dalam kelompok. c. Dapat
meningkatkan
kemampuan
peserta
didik
dalam
mengemukakan dan menghargai pendapat orang lain. d. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan masalah segi empat. 3. Bagi Sekolah a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran matematika yang lebih efektif. b. Sekolah menjadi objek dalam PTK akan memperoleh hasil pengembangan ilmu. 4
Bagi Peneliti a. Memberi bekal agar peneliti sebagai calon guru matematika siap melaksanakan berbagai model pembelajaran di lapangan, sesuai kebutuhan lapangan agar dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar. b. Memiliki wawasan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan dalam pendekatan mengajar matematika. c. Menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang pendidikan. d. Membuat lebih percaya diri.
11
G. Kajian Pustaka Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik
terhadap
penelitian
yang
ada,
mengenai
kelebihan
maupun
kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang, baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan lainnya maka penulis akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang suda ada. Ada beberapa bentuk tulisan penelitian yang akan penulis paparkan. Penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk tulisan yang penulis temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi pembahasannya dengan skripsi yang akan penulis susun. Untuk menghindari duplikasi atau pengulangan penulisan skripsi. Penulis menyertakan telaah pustaka yang berkaitan dengan penelitian tindakan yang sedang penulis tulis ini. Ada 2 karya penelitian yang telah peneliti temukan yaitu skripsi tentang two stay-two stray dan skripsi yang menggunakan metode penelitian tindakan, yaitu : 1. Skripsi
Uswatun
Khasanah,
Uswatun.
2009. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Peserta didik Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang. Skripsi. Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. 2. Skripsi Tri Dana Wahyuningsih 2009. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS) Dan Team Assisted Individualizasion (TAI) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Matematika Peserta didik (Pada Kelas V11 SMP Muhammadiyah 1 Surakarta), Jurusan Ilmu Pendidikan dan Keguruan Matematika, Universitas Muhamadiyah Surakarta
12
Menurut analisa penulis, dari berbagai kajian yang telah penulis sebutkan di atas belum ada yang membahas tentang peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat. Oleh karena itu layak kiranya jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian yang akan disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan dan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah khususnya pada pelajaran matematika.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Beberapa pengertian mengenai belajar: Menurut kamus Oxford Learner’s Pocket : Learning is knowledge gained by study. (belajar adalah pengetahuan yang didapat dari belajar).1 Belajar merupakan perubahan kelakuan (a change in behavior), seperti pendapat Ernes R. Hilgrad yang dikutip olah Amin Riyanto: “Learning is the process by which an activity originates or is Changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”, (seseorang belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau apabila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari sebelum itu).2 Writing dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai berikut: Any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as result of experience. (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman).3 Sedangkan menurut Slameto, belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam 1
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar
Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2003), hlm.
244. 2
Amin Riyanto, Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, (Bandung; YAPEMDO, 2003), hlm. 2. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 90, Cet. 11.
13
14
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperopleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4 Batasan-batasan diatas secara umum bisa disimpulkan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang secara relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Sebagimana sabda Rosulullah SAW:
:ﻗﺎل, ان رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ,وﻋﻦ أﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ()وﻣﻦ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﻳﻘﺎ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻤﺎ ﺳﻬﻞ اﷲ ﻟﻪ ﺑﻪ ﻃﺮﻳﻘﺎ اﻟﻰ اﻟﺠﻨﺔ () رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ
“Dari Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka, maka Allah akan memudahkan baginya menuju surga. (HR. Muslim)”5 b. Prinsip – prinsip Belajar Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO melalui 4 pilar pendidikan (1996) yaitu: 1) Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi kepada produk/hasil belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada proses belajar. 2) Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi. 3) Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.
4
Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2. 5 Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, Ringkasan Riyadhus Shalihin terjemahan Imam Nawawi (Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 55.
15
4) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungjawab sebagai manusia. 6
2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar menerangkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.7 Sedangkan
Martinis
Yamin
dalam
bukunya
Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi menjelaskan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan.8 Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik manakala peserta didik merasa membutuhkan (need). Peserta didik yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.9
6
Wina Sanjaya, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 335. 7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.158. 8 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), hlm. 80. 9 Wina Sanjaya, Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 135.
16
b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Setidak – tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak subtansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi, (5) Kompetensi, (6) Penguatan. Berikut
disajikan
secara
ringkas
untuk
memperhatikan
bagaimana masing–masing faktor motivasi memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor– faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika guru merancang strategi motivasi dalam pembelajaran. 1) Sikap Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua–anak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi atau diubah. Seorang guru harus meyakini sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran. 2) Kebutuhan Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami individu sebagai sesuatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar perasaan yang menekan dalam memenuhi kebutuhannya. Keinginan biasanya mengarahkan pada kepuasan atau kenikmatan. Apabila peserta didik membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung
17
sangat
termotivasi.
Guru
menumbuhkan
motivasi
belajar
berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik. 3) Rangsangan Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.
Rangsangan
secara
langsung
membantu
memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses yang merangsang, maka perhatiannya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran. 4) Afeksi Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional (kecemasan, kepedulian dan kepemilikan) dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Peserta didik merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Guru hendaknya memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi cara berfikirnya. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong peserta didik bekerja keras. Integritas emosi dan berfikir peserta didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.
18
5) Kompetensi Manusia
pada
dasarnya
memiliki
keinginan
untuk
memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah bekerja keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara afektif. Di dalam pembelajaran, rasa kompetensi pada peserta didik itu akan timbul apabila menyadari bahwa pengetahuan atau yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila peserta didik mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini datang dari kesadaran peserta didik bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai ketrampilan dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas. 6) Penguatan Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Penggunaan penguatan yang efektif, seperti penghargaan
terhadap
hasil
karya
peserta
didik,
pujian,
19
penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting didalam perancangan pembelajaran. 10
c. Jenis–Jenis Motivasi Belajar Adapun
jenis–jenis
motivasi
menurut
Martinis
Yamin
dibedakan menjadi dua jenis, masing–masing adalah: 1) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa bentuk motivasi belajar diantaranya adalah ; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/ golongan administratif. 2) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu–satunya jalan adalah belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subjek belajar.11 Ada empat kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam usaha menghasilkan pembelajaran yang menarik,
10
Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT UNNES, 2006), hlm. 158-165,
11
Martinis Yamin, Op.Cit, hlm. 85-86.
Cet. 3.
20
bermakna, dan memberikan tantangan. Keempat kondisi motivasional tersebut adalah: 1) Perhatian (Attention) Perhatian peserta didik muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen–elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Apabila elemen–elemen seperti itu dimasukkan dalam rancangan pembelajaran, hal ini dapat merangsang rasa ingin tahu peserta didik. Namun perlu diperhatikan agar rangsangan tersebut tidak berlebihan, sebab akan menjadikan rangsangan hal biasa dan kehilangan keefektifannya. 2) Relevansi (Relevance) Relevansi
menunjukkan
adanya
hubungan
materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi
peserta
didik
akan
terpelihara
apabila
mereka
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Nilai motif pribadi (personal motive value), menurut Mc Mlelland mencakup tiga hal, yaitu: a) Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), b) Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan c) Kebutuhan untuk berfasilisasi (needs for affiliation). 3) Kepercayaan diri (Confidance) Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan meningkat sejalan
21
dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas berikutnya. 4) Kepuasan (Satisfaction) Keberhasilan
dalam
mencapai
suatu
tujuan
akan
menghasilkan kepuasan, dan peserta didik akan termotivasi untuk terus berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar peserta didik. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.12
d. Cara Menggerakkan atau Membangkitkan Motivasi Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan
motivasi
belajar
peserta
didik.13
Guru
dapat
menggunakan berbagai cara menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya, antara lain ialah sebagai berikut: 1) Memberi angka Peserta didik yang mendapat angka baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya bagi yang mendapat nilai jelek akan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
12 13
Ibid, hlm. 48. Ibid, hlm.29.
22
2) Pujian Pemberian pujian kepada yang telah peserta didik lakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. 3) Hadiah Pemberian kepada peserta didik yang berprestasi di berbagai bidang besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. 4) Kerja Kelompok Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok kadang-kadang ada perasan untuk mempertahankan nama baik kelompok, hal itu menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. 5) Persaingan Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada peserta didik. Hanya saja persaingan individu akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik. 6) Tujuan dan level of aspiration Dari keluarga akan mendorong kegiatan peserta didik. 7) Sarkasme Ialah dengan jalan mengajak peserta didik yang memiliki hasil belajar yang kurang. Hal ini mendorong kegiatan demi nama baiknya, ataupun sebaliknya, karena peserta didik merasa dihina sehingga memungkinkan timbilnya konflik antara guru dan peserta didik. 8) Penilaian Penilaian secara kontinu akan mendorong peserta didik belajar. 9) Karyawisata dan ekskursi Cara ini dapat membangkitkan motivasi peserta didik. 10) Film pendidikan Hal ini dapat menambah pengalaman baru dan menarik perhatian serta minat peserta didik.
23
11) Belajar melalui radio. 14
Paling sedikit terdapat empat cara yang dapat dilakukan guru untuk
membangkitkan
kehangatan
dan
motivasi
keantusiasan,
belajar
peserta
menimbulkan
didik,
rasa
ingin
yaitu: tahu,
mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat belajar peserta didik.15 Seringkali peserta didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Misalnya, karena keadaan lingkungan yang mengancam, perasaan takut diasingkan oleh kelompok bila peserta didik berhasil, atau karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri peserta didik sendiri kurang atau tidak ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada diri peserta didik cukup mempengaruhi kemampuan intelektual peserta didik agar dapat berfungsi secara optimal. Saran–saran
untuk
membantu
mengurangi
hambatan
kemampuan intelektual: 1) Hendaknya pengajar turut memperhatikan kondisi kesehatan fisik peserta didik. 2) Membantu pengembangan sifat – sifat positif pada diri peserta didik seperti rasa percaya diri dan perasaan dihargai. 3) Memperbaiki kondisi motivasi peserta didik. Melalui pemberian inisiatif atas keberhasilan peserta didik (dapat berupa pujian, angka yang baik), guru membantu meningkatkan motivasi peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan usaha pencapaian tujuan pengajaran lebih lanjut. 4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi peserta didik. Melalui pemberian kesempatan melaksanakan tugas–tugas yang relevan, misalnya di dalam kelompok diskusi, dimuka kelas, 14
Oemar Hamalik, Op. Cit, hlm 166-168. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 85. 15
24
dan lain–lain, memungkinkan kesempatan yang lebih baik bagi peserta didik untuk belajar. 5) Memberikan rangsangan belajar sebanyak mungkin. Misalnya, melalui penyajian sejumlah masalah yang bervariasi, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang suatu pemikiran. 16
3. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Chatarina Tri Anni dalam bukunya Psikologi Belajar mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.17 Benyamin S. Bloom mengemukakan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.18 Belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam pengertian banyak hubungannya denga tujuan pengajaran), Gagne mengemukakan 5 jenis/ 5 tipe hasil belajar yakni: 1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif). 2) Belajar informasi verbal. 3) Belajar mengatur kegiatan intelektual. 4) Belajar sikap. 5) Belajar ketrampilan motorik. 19 16
Slameto, Op.Cit, hlm. 136. Chatarina Tri Anni, Op.Cit, hlm.5, Cet.3. 18 Ibid, hlm. 7 19 Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm. 288. 17
25
b. Pembelajaran Matematika Pembelajaran menurut definisi Oemar Hamalik adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material
fasilitas
perlengkapan
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”20 Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching dan learning). Jadi pembelajaran telah mencangkup belajar. “Istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM).”21 Dengan demikian pembelajaran didefinisikan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan secara relatif permanen di dalam tingkah laku yang tampak sebagai hasil pengalaman. Adanya kesimpulan dari pembelajaran dapat didefinisikan pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar antara peserta didik, guru dan lingkungan sekitar dalam menguasai beberapa kompetensi matematika yang ada. Beberapa
pendapat
mengenai
pengertian
matematika
diantaranya, menurut Hudoyo: Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), strukturstruktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif.”22 Menurut Sujono dalam bukunya Abdul Halim Fathani, “matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara 20
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.
57 21
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Group, 2008), hlm.9 22 Techonly 13, “Proses Belajar Matematika Dan Hakekat Matematika”, http://techonly 13.wodpress.com/2009/07/04/proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/, yang diakses pada hari rabu, 10 Desember 2010
26
sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.”23 Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan angka, strukturstruktur
dan
hubungan-hubungannya
yang
diatur
secara
terorgorganisasi menurut urutan yang logis dan sistematis. Dengan beberapa sudut pandang para ilmuwan dalam mendefinisikan matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika sebagai berikut.24 a. Memiliki objek yang abstrak. b. Bertumpu pada kesepakatan. c. Berpola pikir deduktif. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti. e. Memperhatikan semesta pembicaraan. f. Konsisten dalam sistemnya. Pembelajaran matematika ini sudah harus dikenalkan kepada peserta didik mulai dari SD sampai SMA bahkan juga di perguruan tinggi. Cornelius mengemukakan pentingnya belajar matematika adalah:25 a. Sarana berpikir yang jelas dan logis. b. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman. d. Sarana untuk mengembangkan kreativitas. e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Dalam mengajarkan matematika seorang guru matematika yang professional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat
23
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakatra: Ar-Ruzz Media,2009), hlm.19 24 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,1990), hlm. 13. 25 Mulyono Abdurrahman, op.cit., hlm. 253.
27
dipakai dalam perencanaan dan pelaksnaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika, diantaranya yaitu:26 a. Teori Thorndike Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat, mengkomunasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedut baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin banyak latiha. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak memberi praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. b. Teori Jean Piaget Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan, terutama untuk mnyesuaikan keabstrakan bahan matematika dengan kemampuan berpikir abstrak anak pada saat itu. Penerapan teori Piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan materi baru pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru.
26
Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 8.
28
c. Teori Vygotsky Teori
Vygotsky
berusaha
mengembalikan
model
konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator. Dengan kegiatan yang beragam, peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan, dan presentasi. d. Teori George Polya (pemecahan masalah) Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan meningkatkan pembelajaran matematika sehingga peserta didik mempunyai pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam ketika menghadapi suatu masalah. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika perlu ditentukankan satu terobosan alternatif, yaitu sebuah terobosan pendekatan pembelajaran matematika, menurut Mutadi dalam bukunya terobosan-terobosan tersebut yaitu sebagai berikut27: a. Membuat pelajaran matematika hadir ke tengah peserta didik bukan sebagai sesuatu yang abstrak dan menakutkan, melainkan sebagai sesuatu yang berangkat dari kehidupan peserta didik itu sendiri, b. Memberikan
satu
permasalahan
yang
menantang
untuk
didiskusikan dan diselesaikan menurut cara berfikir meraka, c. Memberikan kesempatan untuk bekerjasama dan beradu argumentasi dalam memecahkan masalah dalam kelompok belejarnya,
27
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan Depag Bekerjasama dengan Ditbina Widyaiswara LAN-RI, 2007)., hlm. 2-3.
29
d. Memberikan
kesempatan
mempresentasikan
hasil
kepada
peserta
pemikiran-baik
didik
pribadi
untuk maupun
kelompok- di depan kelas, e. Memanfaatkan
kemajuan
teknologi
dalam
pembelajaran
matematika. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Adapun komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.28
c. Pengertian Matematika Kata “matematika” berasal dari Yunani yaitu “mathematike” yang berarti “reating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata “mathema” yang artinya “pengetahuan atau ilmu (knowledge, science)” dan “mathein” yang mengandung arti “belajar (berfikir)”.29 Menurut Erman Suherman, matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Matematika itu ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat dan sebagainya.30 Sedangkan
Soedjadi
dalam
bukunya
Kiat
Pendidikan
Matematika di Indonesia menyajikan beberapa definisi atau pengertian matematika diantaranya adalah: 1) Matematika
adalah
cabang
ilmu
pengetahuan
eksak
dan
terorganisir secara sistematik. 28
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 48. 29 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:UNM, 2003), hllm. 43. 30 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Malang: UPI, 2003), hlm. 15.
30
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 31
d. Karakteristik dan Tujuan Pendidikan Matematika 1) Ada beberapa karakteristik matematika diantaranya yaitu: a) Memiliki objek kajian abstrak Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Objek–objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi fakta
yang bersifat abstrak (berupa konvensi–
konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu), konsep/ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklarifikasikan
sekumpulan
objek),
operasi
abstrak
(pengerjaan hutang, aljabar dan pengerjaan matematika yang lain), dan yang terakhir yaitu prinsip (objek matematika yang komplek). b) Bertumpu pada kesepakatan Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting karena untuk menentukan aksioma agar dalam membuktikan tidak berputar–putar. Selain digunakan untuk menentukan aksioma juga digunakan untuk konsep primitif agar dalam mendefinisikan itu jelas sehingga tidak terjadi perselisihan dan perbedaan. c) Berpola pikir deduktif Dalam matematika berpola pikir deduktif, maksudnya yaitu matematika berpangkal dari aksioma yang bersifat umum dapat dituturkan hingga memperoleh sifat–sifat khusus. Matematika
31
tidak
menerima
generalisasi
berdasarkan
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 2000), hlm. 11.
31
pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.32 d) Memiliki simbol yang kosong dari arti Banyak sekali simbol–simbol yang digunakan dalam matematika baik berupa huruf maupun simbol yang lain. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model matematika itu justru memungkinkan “intervensi” matematika kedalam berbagai pengetahuan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu. e) Memperhatikan semesta pembicaraan Sehubungan dengan kosongnya arti simbol–simbol dan tanda-tanda dalam model matematika tersebut maka dalam matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol– simbol diartikan bilangan. f) Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai ikatan dan ada yang dapat dipandang terlepas satu sama lain namun tidak ada satupun sistem yang bertentangan atau kontradiksi dengan sistem tersebut. 33 2) Tujuan Pendidikan matematika Tujuan pendidikan matematika dibagi menjadi dua yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. a) Tujuan matematika secara umum adalah: (1)
Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar
32 33
Erman Suherman et. al, Op. Cit, hlm. 18. Soedjadi, Op. Cit,hlm. 18.
32
pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efisien. (2)
Mempersiapkan peserta didik agar dapat maenggunakan matematika dan pola fikir matematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
b) Tujuan matematika secara khusus adalah: Dalam GBPP matematika untuk pendidikan dasar memiliki tujuan khusus yaitu: (1)
Menumbuhkembangkan
ketrampilan
berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari–hari. (2)
Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.
(3)
Memiliki pengetahuan matematika sebagai bakal untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
(4)
Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.34
e. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya: 1) Internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik. 2) Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang
34
Ibid, hlm. 43.
33
digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.35 Nana Sudjana dalam bukunya Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar mengatakan jika hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping itu juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan salah satu faktor lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran(tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran).36 Adapun
menurut
Sumadi
Suryabrata,
faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah: 1) Faktor internal, terdiri dari: a) Faktor fisiologi: keadaan jasmani yang segar dan berfungsinya panca indera. b) Faktor psikologis: adanya sifat ingin tahu, adanya sifat kreatif dan adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang tua, guru, dan teman–temannya. 2) Faktor eksternal, yang meliputi: a) Faktor non sosial seperti: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, dan alat yang dipakai untuk belajar.
35
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm.132. Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm.39–40. 36
34
b) Faktor sosial seperti: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat. 37
f. Alat –alat Bantu untuk Mengukur Hasil Belajar Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah satu mata rantai yang menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran peserta didik. Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan menjelaskan, tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil pembelajaran pada setiap atau sekelompok peserta didik. Ada dua macam yaitu pretes dan post tes (tes formatif).38 Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan bukan tes. Bentuk tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, ada juga tes tertulis (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini disusun secara objektif dan uraian, serta tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala sosiometri dan studi kasus.39
4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Soekamto,dkk mendefinisikan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan 37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hlm.
249. 38
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 36, Cet. 3. 39 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 5, Cet. 13.
35
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan
para
melaksanakan
aktivitas
pengajar belajar
dalam
merencanakan
mengajar.40
Pemilihan
dan model
pembelajaran ini mempunyai peranan penting dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada peserta didik dan mampu menciptakan komunikasi dua arah sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran dengan model ini menerapkan prinsip belajar kooperatif yaitu proses belajar yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar peserta didik dan antar komponen – komponen di sekolah, termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua peserta didik dan lembaga terkait.41 Cooperative pembelajaran
yang
Learning
merupakan
diterapkan
dalam
salah
satu
pengajaran.
model Mutadi
mendefinisikan pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, melengkapi latihan atau untuk mencapai tujuan tertentu.42 Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam penulisannya yang berjudul “Cooperative Learning” menyatakan cooperative learning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.43 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi mengajar yang baik dengan dalam kelompok kecil, dimana tingkat kemampuan setiap peserta didik berbeda,
40
Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.5 41 Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran, (Semarang, UPT MKK UNNES, 2006), hlm. 94, Cet.4. 42 Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007), hlm.35 43 Spencer Kagan,”Coopoerative Learning”, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010.
36
menggunakan sebuah variasi dalam aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka pada materi. Pengelompokan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama satu dengan yang lain, yang merupakan kesempatan untuk merencanakan, menyimpulkan/menganalisis dalam suasana yang lebih baik. Lebih–lebih lagi, suatu kelompok kecil membuat anak– anak yang berbeda sifat dan kemampuannya saling berinteraksi (misalnya, para sahabat, anak yang suka menyendiri, anak yang pandai berbicara, pecinta mesin, suaatu gabungan berbagai kemampuan). Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Seperti firman Allah SWT:
ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ … .... Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran .44 Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari, bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Anak didik yang dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam
44
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 142.
37
kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.45 Berdasarkan kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukakn besarnya kelompok belajar, yaitu (1) kemampuan anak, (2) ketersediaan bahan, (3) ketersediaan waktu. Kelompok belajar hendaknya sekecil mungkin agar semua anak aktif menyelesaikan tugas–tugas mereka.46
b. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang berbeda, tetapi semuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama. Salah satu ciri dasar yang dimaksud adalah bahwa ketika peserta didik melakukan pekerjaan dalam grupnya, mereka lakukan dengan saling bekerjasama (they work cooperative). Ciri-ciri dasar lainnya adalah: 1) Setiap anggota dalam sebuah grup harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan tertentu. 2) Setiap anggota dalam grup harus menyadari bahwa permasalahan yang mereka pecahkan adalah permasalahan grup. 3) Untuk menyelesaikan/melengkapi tugas kelompoknya, setiap peserta didik harus berbicara satu dengan yang lain terlibat aktif dalam mendiskusikan setiap permasalahan. 4) Yang perlu dijelaskan pada semua orang adalah bahwa hasil pekerjaan setiap anggota memiliki andil yang besar dalam sukses/tidaknya sebuah grup.47
45
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 7. 46 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 125. 47 Mutadi, Op. Cit, hlm. 35-36.
38
Sistem pengajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima pokok yaitu: 1) Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap peserta didik mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota.
Untuk
menjagaa
keadilan,
setiap
anggota
menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka. Beberapa peserta didik yang kurang mampu tidak akan minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. Malah mereka akan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, peserta didik yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka. 48 Untuk terciptanya kelompok yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan
setiap
anggota
kelompok.
Inilah
hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.49
48
Anita lie, Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas), (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 32. 49 Wina Sanjaya, Op. Cit, hlm. 246, Cet.3.
39
2) Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola pemikiran dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik akan meras bertanggungjawab melakukan yang terbaik. 3) Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesmpatan untuk bertemu muka dan diskusi, kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4) Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan peserta didik mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. 5) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 50
c. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif 1) Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pembelajaran kooperatif diantaranya: a) Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety) -
50
menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.
Anita lie, Op.Cit, hlm.35.
40
-
menggantikan bentuk persiangan (competition) dengan saling kerjasama (cooperation).
-
melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.
b) Belajar melalui komunikasi (learning through comunication) , seperti: -
Mereka dapat berdiskusi, berdebat, menuangkan gagasan, konsep dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.
-
Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggungjawab (take responbility) terhadap teman lain dalam proses belajarnya.
-
Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate) perbedaan etnite (ethnicity), perbedaan tingkat kemampuan (performance level), dan cacat fisik (disability).
c) Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik dapat belajar bersama, saling membantu, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ia miliki, dna menemukan pemahamannya sendiri lewat eksplorasi, diskusi, menjelaskan, mencari hubungan dan mempertanyakan gagasangagasan baru yang muncul dalam kelompoknya.
d. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai strategi pembelajaran: 1) Terhambatnya cara berpikir peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih terhadap peserta didik yang kurang. 2) Memerlukan periode lama. 3) Sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami belum seluruhnya dicapai peserta didik. 51
51
Mutadi, Op.Cit, hlm. 37.
41
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) a
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) Metode Two Stay Two Stray merupakan metode dua tinggal dua tamu. Menurut Agus Suprijono, pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masingmasing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.52 Sedangkan menurut Anita Lie, teknik belajar mengajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain dengan cara: a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
52
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 93-94
42
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.53 Pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status dan melibatkan peran aktif peserta didik. Aktivitas belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah: 1) Mengajar: guru mempresentasikan materi pelajaran 2) Belajar pada tim: peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok dan antar kelompok dengan dipandu oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran. 3) Penghargaan: pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis. Berlomba–lomba dalam memperoleh nilai sangat bagus dan sangat mendidik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 48.
ِ اﳋﻴـﺮ ِ ً َ ِ ُﻣﺔً و ﳉﻌﻠﻜﻢ أ ِ ُوﻟﻜﻦ ِﻟﻴَْﺒ ُـﻠﻮ َوﻟَْﻮ َﺷﺎء....... ......ات ُ َِ ْ َ آﺗﺎﻛﻢ ْ ُ ََ ﻛﻢ ﰲ َﻣﺎ ْ َ ْ َ َ اﺣﺪة َ ْ ُ َ َََ ُاﻟﻠﻪ َ َ َْْ ﻓﺎﺳﺘﺒﻘﻮا
53
Anita lie, Op.Cit hlm. 61-62.
43
“Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba – lombalah berbuat kebajikan”. (QS. Al Maidah: 48).54
b Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) Langkah–langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat adalah sebagai berikut: 1) Guru mempresentasikan dan menyajikan garis besar tentang rumus segi empat: a. Persegi Panjang 1) Pengertian Persegi Panjang Persegi Panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku. D
C
A
B Gambar (1) Persegi Panjang
Pada gambar di atas adalah segiempat ABCD adalah persegi panjang dengan sisi AB sama panjang dan sejajar DC. Sisi AD sama panjang dan sejajar dengan BC, ∠ A = ∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. Sisi
AB dan DC disebut
panjang, sisi AD dan BC disebut lebar. Sedangkan AC dan DB disebut diagonal. Diagonal adalah garis yang ditarik
54
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Op. Cit, hlm.154.
44
dari suatu titik sudut ke titik sudut lain yang saling berhadapan. 2) Luas dan Keliling Persegi Panjang Luas adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan bangun atau hasil kali antara panjang dan lebar. Rumus : L = p × l Dimana: L= luas persegi panjang p = panjang l = lebar Keliling adalah total jarak yang mengelilingi suatu bangun atau panjang suatu lintasan yang dimulai dari suatu titik sampai pada titik awal semula. Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l ) Dimana: K = keliling persegi panjang p = panjang l = lebar b. Persegi 1) Pengertian Persegi Persegi merupakan segi empat yang keempat sisinya sama panjang,
sisi-sisinya saling berhadapan sejajar dan keempat
sudutnya sama besar.
D
C
A
B Gambar (2) Persegi
ABCD adalah persegi dengan AB =BC = CD = DA dan ∠ A = ∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. AB, BC, CD, DA disebut sisi persegi. Ruas garis AC dan DB disebut diagonal persegi.
45
2) Keliling dan Luas Persegi Keliling persegi adalah jumlah seluruh sisinya. Keliling persegi ditulis sebagai berikut: Rumus : K = s + s + s+s =4s Dimana: K = keliling persegi s = sisi Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya. Luas pada persegi ABCD ditulis sebagai berikut: Rumus : L = s × s = s2 Dimana: L= luas persegi s = sisi c. Jajargenjang 1) Pengertian Jajargenjang Jajargenjang merupakan segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
D
D •O
A
C t
B A a
E
B b
Gambar (3) Jajargenjang
Pada gambar di atas (a) ∆ ABD dan titik O tengah-tengah BD. Jika ∆ ABD diputar setengah putaran penuh dengan pusat O, maka bangun ∆ ABD dan bayangannya membentuk jajargenjang ( pada gambar b). Panjang sisi AB = CD dan
46
AB// CD, serta panjang sisi AD = BC dan AD // BC. Ruas garis DE disebut tinggi jajargenjang dan ruas garis DB disebut diagonal. 2) Luas dan Keliling jajargenjang Luas jajargenjang D n
A
a
C
t
n
a B Gambar (4) Jajargenjang Rumus: L = a × t Dimana: L =luas jajargenjang a = alas t = tinggi Keliling Jajargenjang Menentukan keliling jajargenjang dapat dilakukan dengan menjumlahkan semua panjang sisinya. Sisi-sisi pada jajargenjang yang sejajar adalah sama panjang. Apabila panjang sisi yang tidak sejajar masing-masing adalah m dan n, maka keliling jajargenjang dapat ditentukan sebagai berikut: Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n ) Dimana: K = keliling jajargenjang a, n = sisi jajargenjang.55
2) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen. 3) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membahas materi atau tugas yang diberikan guru. Materi atau tugas tiap kelompok boleh sama atau berbeda.
55
Atik wintarti , Ibid, hlm. 272
47
4)
Dua atau tiga orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan materi atau tugas dari kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima peserta didik yang bertamu ke kelompoknya.
5) Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil kunjungan di bahas bersama dan dicatat. 6) Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan salah satu kelompok diminta membacakan hasilnya. 7) Memberikan kuis secara individu untuk mengetahui seberapa besar pemahaman peserta didik tentang materi segi empat yang telah diberikan. 8) Membahas soal kuis bersama–sama dengan peserta didik. 9) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi pembelajaran. 10) Memberikan tes evaluasi dan pekerjaan rumah.. Ketika memberikan penilaian akhir pada peserta didik, nilai hendaknya didasarkan pada nilai kuis dan evaluasi akhir. Karena jika penilaian didasarkan pada kemampuan tim maka ini dipandang sebagai sesuatu yang tidak adil bagi anggota tim yang memperoleh nilai tinggi.
6. Segi Empat Segi Empat yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar :
6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
48
Materi segi empat terdapat pada SMP/MTs, dalam penelitian kali ini akan dibahas mengenai menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi dan jajargenjang. a. Persegi panjang Rumus : L = p × l Dimana: L= luas persegi panjang p = panjang l = lebar Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l ) Dimana: K = keliling persegi panjang p = panjang l = lebar b. Persegi Rumus : L = s × s = s2 Dimana: L= luas persegi s = sisi Rumus : K = s + s + s+s = 4 s Dimana: K = keliling persegi s = sisi c. Jajargenjang Rumus: L = a × t Dimana: L =luas jajargenjang a = alas t = tinggi Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n ) Dimana: K = keliling jajargenjang a, n = sisi jajargenjang
49
Contoh :
D
1. Hitung keliling dan luas persegi panjang
C
4cm
ABCD serta persegi pembentuknya !
A 4 cm Penyelesaian : Diketahui : panjang = p = 2 x 4 cm = 8 cm lebar
= l = 4 cm
sisi
= s = 4 cm
Ditanya : Keliling dan Luas persegi panjang serta persegi pembentuknya ? Jawab
: K = 2( p + l) = 2 (8 cm + 4 cm) = 24 cm Jadi, keliling persegi panjang adalah 24 cm. L=pxl L = 8 cm x 4 cm = 32 cm2 Jadi, luas persegi panjang adalah 32 cm2. K = 4s = 4 x 4 cm K
= 16 cm
Jadi keliling persegi adalah 16 cm. L = s2 = 42 = 16 cm2 Jadi luas persegi adalah 16 cm2.
B
50
2.
A
Dari gambar jajar genjng ABCD disamping,
D- - -8 cm - -O
carilah keliling dan luasnya ! 10 cm
B
Penyelesaian : Diketahui : AB = a = 10 cm
5 cm
BC = 5 cm
C
DO = t = 8cm Ditanya : Keliling dan luas jajargenjang ?
Jawab : K = AB + BC + CD + AD = 10 cm + 5 cm + 10 cm + 5 cm = 30 cm Jadi keliling jajargenjang ABCD adalah 30 cm. L=axt = 10 cm x 8 cm = 80 cm2 Jadi luas jajargenjang ABCD adalah 80 cm2. Dengan ringkasan materi dan contoh-contoh tersebut peserta didik harus mampu menganalisa soal yang akan diberikan dengan cermat. Walaupun sekilas soal yang diberikan sangat sulit tapi jika peserta didik telah memahami konsep yang ada, pasti peserta didik dapat mengerjakan soal tentang segi empat dengan mudah. Pemahaman konsep dan penalaran setiap peserta didik sangatlah berbeda-beda maka diharapkan dengan diadakannya kerja sama dalam kelompok, peserta didik dapat saling membantu menjelaskan kepada temannya yang belum paham demi meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada materi pokok segi empat. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) ini diharapkan peserta didik tidak merasa jenuh karena dalam pembelajaran berlangsung peserta didik bekerjasama dalam
51
kelompok sehingga hal demikian dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik.
7. Penerapan TS-TS dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Segi Empat Dalam perkembangan pembelajaran matematika sangat diperlukan diperlukan proses berpikir peserta didik. Dalam materi segi empat peserta didik harus teliti memahami soal dan rumus yang digunakan untuk setiap bangun segi empat. Dalam pemecahan masalah tesebut walau rumus itu sudah ditetapkan tetapi setiap peserta didikpasti akan menemukan suatu cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan soal tersebut. Walu hasilnya sama tetapi caranya berbeda. Dari dua pekerjaan tersebut merupakan kesatuan dari pembelajaran matematika. Guru yang selesai memberikan pembelajaran matematika diusahakan memberikan latihan baik soal noncerita maupun soal bentuk cerita. Setelah itu peserta didik diharapkan mampu menguasai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penyelesaian dari masalah-masalah tersebut menghendaki adanya metode pemecahan. Suatu pemecahan masalah dapat dikatakan berhasil apabila
peserta
didik
mampu
mendefinisikan
dan
menganalisa
permasalahan, mendapat informasi yang diperlukan dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang dimiliki. Bobrow Jerry, “menyatakan bahwa proses penyelesaian merupakan metode langkah demi langkah yang membantu mengenali soal dengan cara yang teratur, terfokus, dan sistematis.56 Tingkat kesulitan dari soal materi segi empat dipengaruhi oleh jika hanya di ketahui 1 sisinya, kelilingnya, luasnya, dibuat ke persaman linier atau variabel x. Hal tersebut sangat berkaitan dengan tujuan dari pembelajaran matematika yaitu membantu peserta didik untuk mengenal
56
Bobrow Jerry, Cliff Quick Review TM Matematika Dasar dan Pra-Aljabar, Alih Bahasa: Ervina YUdha Kusuma, S.S , (Bandung: Pakar Raya, 2004), hlm. 135.
52
situasi kontekstual sesuai dengan lingkungan yang memerlukan aturan operasi matematika yang telah dipelajari. Sebagaimana pendapat George Polya tentang langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut.57 a. Memahami masalah 1). Memahami kalimat. 2). Mengubah masalah dengan kalimat matematika. 3). Mengidentifikasi apa yang diketahui. 4). Mengidentifikasi apa yang ditanyakan. b. Menyusun rencana pemecahan. Dalam bagian ini peserta didik diminta untuk mencari hubungan antara apa yang diketahuhi dengan apa yang ditanyakan. Hubungan itu biasanya berupa teorema atau rumus-rumus matematika. c. Melaksanakan rencana pemecahan Peserta didik diharapkan memilih metode yang sesuai untuk menyelesaikan dengan persamaan atau model matematika yang ada. d. Memeriksa kembali. Peserta didik melakukan pemeriksaan terakhir atas jawaban yang telah diperoleh dari proses pengerjaan yang telah dilakukan, dalam hal ini melakukan kesimpulan dari penyelesaian permasalahan. Berkaiatan dengan langkah dalam penyelesaian, Spencer Kagan mengatakan, Kegiatan pokok dalam TS-TS untuk memecahkan soal meliputi rangkaian atau langkah-langkah kegiatan bersama yang spesifik, yakni: Dalam model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS), peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4-5 peserta didik. Dalam pembagian kelompok bersifat heterogen, yang tidak membedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan peserta didik sehingga setiap kelompok diharapkan terdiri dari peserta didik yang pandai, sedang/lemah, dan masing-masing 57
John L. Mark, Athur A. Hiatt, Evelyn M. Nevfeld, Metode Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar , Alih Bahasa: Bambang Sumantri, (Jakarta:s Erlangga, 1998), hlm. 59.
53
peserta didik merasa cocok satu sama lain. Dua atau tiga orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan materi atau tugas dari kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di kelompoknya
untuk
menerima
peserta
didik
yang
bertamu
ke
kelompoknya. Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil kunjungan di bahas bersama dan dicatat. Dengan pembelajaran kelompok tersebut, diharapkan peserta didik mampu meningkatkan daya pikir, kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
8. Keterkaitan Teori dengan Judul Dalam proses belajar mengajar peserta didik sering kali kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh guru. Kesulitan tersebut termasuk pelajaran matematika salah satunya materi segi empat yang terdiri dari banyak rumus yang sebenarnya mempunyai pola yang sama. Banyak peserta didik yang mengeluhkan rumitnya cara mengerjakan. Karena selama ini peserta didik selalu pasif dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik menyepelekan pelajaran. Padahal dalam materi pokok segi empat ini peserta didik dituntut mengerjakan soal yang beraneka ragam bentuk. Sehingga sebelum mengerjakan soal, peserta didik sudah menyerah. Materi pokok segi empat sangat cocok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
karena di
dalamnya terdapat pengakuan tim, tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu, antar kelompok bertukar informasi dan hasil tentang konsep sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar guna meningkatkan kemampuan hasil belajar tim mereka, peserta didik akan merasa nyaman dalam belajar bersama temannya. Ada tanggungjawab individu agar hasil belajar kelompok meningkat sehingga tidak ada tekanan karena setiap kelompok harus bekerjasama sehingga setiap anggotanya paham akan materi yang dipelajari. Juga setiap kelompok
54
bertukar informasi
dan hasil dengan kelompok lain mengenai suatu
konsep untuk dibuat satu kesimpulan. Dengan
demikian
diharapkan
dengan
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) tidak hanya hasil belajar peserta didik yang meningkat tetapi juga motivasi belajar peserta didik juga karena melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) guru dapat mengkondisikan peserta didik sedemikian hingga peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mampu bekerja sama diantara peserta didik sehingga hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik meningkat.
BAB III METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).1 Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.2 PTK dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan penelitian. Upaya ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya metode, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, perubahan tindakan yang baru ini diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Pada umumnya PTK dibagi kedalam dua jenis, yakni (1) PTK individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2) PTK kolaborasi, yakni guru bekerjasama dengan orang lain, orang lain ini sebagai sebagai peneliti sekaligus pengamat.3 Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kolaborasi. Sumber data penelitian ini adalah peserta didik dan guru. Jenis data yang diperoleh adalah kuntitatif dan kualitatif. Adapun lokasi penelitiannya yaitu MTs Taqwal Ilah Tembalang. Penelitian ini mengkaji tentang motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 93, Cet. 13. 2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 3. 3 Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 15, Cet. 2.
55
56
1. Model Penelitian PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat daur: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Penelitian Tindakan4 Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai berikut: a. Perencanaan 1). Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian. 2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. 3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan. 4
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm; 16
57
b. Pelaksanaan Kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam
tahap
ini
adalah
melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TSt) pada materi pokok Segi Empat dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik yang telah direncanakan. c. Pengamatan Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat peserta didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran. d. Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran matematika dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang telah berlangsung guna perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Rancangan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti memakai 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum peneliti melaksanakan siklus, terlebih dahulu diadakan pre tes yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya (pengertian segi empat). Nilai dari kuis akan digunakan sebagai skor awal dalam menentukan poin bagi kemajuan tim. Sedangkan untuk tiap – tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipasif antara guru mata pelajaran matematika kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dengan peneliti. a
Pra siklus Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang di
58
gunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan kurang menarik minat peserta didik untuk belajar matematika sehingga proses pembelajaran matematika materi pokok segi empat pada dua tahun sebelumnya belum memperoleh hasil yang memenuhi KKM, yaitu 65. Perolehan ini perlu ditingkatkan menjadi 65 sesuai KKM. Informasi tersebut diperoleh dari Wiwik Ariyani selaku guru matematika tahun ajaran 2008-2009 dan 2007-2008 di MTs Taqwal Ilah Tembalang pada tanggal 13 Januari 2010. b Siklus I Pada siklus I, topik yang akan dibahas adalah menentukan rumus luas dan keliling segi empat, pada kali ini yang dibahas adalah persegi dan persegi panjang. 1) Perencanaan a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada materi pokok segi empat kemudian peneliti mencari apa penyebab peserta didik kurang aktif saat pembelajaran matematika berlangsung. b) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok segi empat menentukan rumus luas dan keliling segi empat (persegi dan persegi panjang). c) Peneliti menyiapkan latihan soal pada materi pokok segi empat. d) Peneliti menyiapkan soal evaluasi. e) Peneliti merencanakan pembentukan kelompok f) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif untuk peserta didik. g) Peneliti menyiapkan lembar angket untuk mengetahui motivasi peserta didik.
59
2) Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu sebagai berikut: a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan motivasi belajar. b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen. c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang menentukan rumus luas dan keliling segi empat. d) Menyampaikan materi secara singkat. e) Guru membagikan soal untuk didiskusikan oleh peserta didik.. f) Guru meminta dua orang dari tiap kelompok untuk berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat soal dan sisa dari anggota kelompok tetap tinggal di kelompok untuk menerima tamu yang berkunjung. g) Setelah mendapat soal dari kelompok lain, peserta didik kembali ke kelompoknya untuk membahas soal tersebut. h) Guru
meminta
setiap
kelompok
mengumpulkan
hasil
diskusinya. i) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk melaporkan atau mempresentasikan hasil diskusi. j) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar. k) Memberikan tes evaluasi l) Memberikan lembar angket motivasi.
60
3) Pengamatan a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi kelompok dan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan tugas. b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan latihan soal. c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau berani menjawab pertanyaan dari teman yang belum paham dan berani mengerjakan tugas di papan tulis. d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP. 4) Refleksi a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I. b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II. c
Siklus II Pada siklus II, topik yang dibahas adalah menentukan rumus luas dan keliling jajar genjang. Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. 1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. 2) Materi pelajaran berkelanjutan. 3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat. Data hasil belajar diambil dari nilai evaluasi akhir pada tiap siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Data tentang refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas diambil dari jurnal, angket, dan hasil tes akhir pembelajaran.
61
Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata evaluasi akhir pada siklus II lebih besar dari siklus I. Motivasi belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata angket semua peserta didik pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I.
3. Sumber Data dan Jenis Data a. Sumber data adalah subyek penelitian itu sendiri. Subyek yang telah diteliti adalah peserta didik pada kelas VII yang berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri. Tabel 1 Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
NAMA ABDUL KARIM AHMAD NADIRIN AHMAD SUSILO AHMAD TAUFIQ ANDI RIBOWO ARGA ARFIANTO BADITUL ZUHRO DEWANTI SEPTIANINGSIH ERTA YULIASTANTI SETYANINGRUM FAHRUR ROZIQIN FIROYATI FITRIANINGSIH GUNADI INDAH PUSPORINI IS FAIZAH M. IMAM GHOZALI MUHAMMAD ZAMRONI MUNADLIROH NUR ROHMADIAH NURUN NIYAH PURWANTO BUSRI PURWANTO ROHANI RIA HIDAYATI ROFIATUN KHASANAH ROSYIDATUL MUDLIMAH
62
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
SISKA ANTIKA SITI NUR AZIZAH SHOFIYATI SOLEHAH SOLEHAN SUMARI SUSI RAHAYUNINGSIH TITIK GIANTININGSIH TRI PURWANTI TUTIK KRISTIANTI WAHYU BUDI UTOMO WAHYU PUJI LESTARI WAKHID AMIN HIDAYATI WIWIK PURWANTI YUNIMA ZUNITA
b. Jenis datanya adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa (a) angket motivasi belajar, (b) penilaian hasil belajar
4. Kolaborator Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara guru dengan peneliti menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan
keputusan
yang
akhirnya
melahirkan
kesamaan tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/ atau peserta didik di sekolah. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, kedudukan antara peneliti dan guru mempunyai peran yang saling membutukan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerja sama sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melakukan tindakan, observasi,
63
merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.5 Yang menjadi kolaborator disini adalah
Ibu Wiwik Ariyani.
Pengalaman mengajar beliau sudah 10 tahun. Karena pengalaman mengajar beliau sudah lama diharapkan kolaborator ini dapat memberikan masukan-masukan
dalam
melaksanakan
perbaikan-perbaikan
pembelajaran selama siklus dalam penelitian yang dilaksanakan.
5. Subyek penelitian Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII C yang berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari 17 putra dan 24 putri.
6. Waktu dan tempat penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari, dimulai tanggal 1 Maret sampai 10 April 2010 di kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang
5
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, (Semarang: -------, 2008), hlm.7.
64
7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas di MTs taqwal Ilah Tembalang. Tabel 2 Jadwal Penelitian No
Rencana Kegiatan
Waktu
1 1
Observasi awal
2
Persiapan
3
Maret April Minggu Ke2 3 4 1
X
Menyusun konsep pelaksanaan
X
Menyepakati jadwal dan tugas
X
Menyusun instrumen
X
Diskusi konsep pelaksanaan
X
Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat
X
Pelaksanaan prasiklus
X
Pelaksanaan siklus I Melakukan tindakan siklus I
X X
Pelaksanaan siklus II
X
Melakukan tindakan siklus II
X
X
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode triangulasi yaitu: 1. Metode Angket atau Kuesioner (Questionnaires) Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal–hal yang ia ketahui.6 Metode angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik terhadap penerapan pembelajaran kooperatif 6
Suharsimi Arikunto,Op.Cit., hlm. 151.
65
tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS). Motivasi belajar pada siklus I dipakai untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran
Two
Stay-Two
Stray
(TS-TS),
yang
akan
dibandingkan dengan motivasi belajar pada pra siklus, dan siklus I sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan motivasi belajar pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS). 2. Metode Tes Tes merupakan alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban–jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan.7 Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam belajar matematika pada materi pokok segi empat sub bab menentukan rumus luas dan keliling segi empat. Tes disusun oleh peneliti. Tes dalam penelitian ini adalah evaluasi akhir. Hasil tes tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar pada siklus I dipakai untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS), yang akan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, dan siklus I sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan hasil belajar pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS). 3. Metode Observasi Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.8
7
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm. 100, Cet. 4. 8 Ibid., hlm. 109.
66
4. Wawancara (Interview) Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interviu digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.9 Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika, motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik sebelum pemberian tindakan pada materi pokok logaritma di tahun pelajaran sebelumnya. 5. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang– barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda–benda tertulis seperti buku–buku, majalah, dokumen, peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.10 Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui data nama peserta didik dan guru, dokumen (catatan hasil belajar) 11, dan arsip–arsip lain yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik yang termasuk dalam subjek penelitian, nilai formatif materi terakhir sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS).
9
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155. Ibid., hlm. 158. 11 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 125. 10
67
C. METODE ANALISIS DATA Analisis
data
merupakan
usaha
untuk
memilih,
membuang,
menggolongkan, menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasikan data untuk mendukung tujuan dari penelitian. Sebagaimana dalam pelaksanaan PTK, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis
kualitatif digunakan untuk
memberikan informasi
yang
menggambarkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two StayTwo Stray (TS-TS). 2. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar peserta didik dan perolehan skor motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray (TS-TS) pada materi pokok Segi Empat. Dalam hal ini peneliti menggunakan statistik deskripif dengan mencari nilai rata-rata dan prosentase dari hasil belajar dan motivasi belajar. Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk menghitung prosentase motivasi peserta didik yang dilihat dari angket dan mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik. a. Hasil kuesioner (angket) motivasi belajar peserta didik Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray (TS-TS), analisis ini dilakukan pada instrumen angket dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase dan rata–rata skor motivasi belajar peserta didik secara klasikal. Instrumen angket terdiri dari 20 pertanyaan. Kriteria penilaian untuk tiap 1 pertanyaan adalah sebagai berikut: a) Skor 3 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan a . b) Skor 2 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan b. c) Skor 1 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan c. d) Skor 0 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan d.
68
Sehingga jumlah skor maksimal adalah 60. Adapun perhitungan prosentase hasil angket motivasi belajar adalah: Prosentase (%) =
n x100% N
Keterangan:
N = Jumlah seluruh skor n = Jumlah skor yang diperoleh oleh peserta didik % = Tingkat prosentase yang dicapai Indikator motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut: Skor ≥ 85%
: motivasi belajar peserta didik tinggi.
65% ≤ Skor ≤ 84% : motivasi belajar peserta didik sedang. 45% ≤ Skor ≤ 64% : motivasi belajar peserta didik cukup. Skor ≤ 44%
: motivasi belajar peserta didik kurang.
Adapun rumus yang digunakan untuk rata – rata nilai motivasi belajar semua peserta didik adalah:
x=
∑X P
Keterangan:P
x
= Rata – rata nilai motivasi peserta didik
∑X
= Jumlah seluruh nilai
P
= Jumlah peserta didik Adapun rumus yang digunakan untuk prosentase dari rata-rata nilai
motivasi belajar peserta didik adalah: Prosentase (%) =
r x100% R
Keterangan:
R = Jumlah seluruh skor r = Jumlah rata-rata skor motivasi belajar peserta didik % = Tingkat prosentase yang dicapai
69
b. Hasil evaluasi siklus peserta didik Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal–soal evaluasi, peneliti menggunakan cara yaitu dengan menghitung rata–rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (evaluasi akhir). Pada siklus I evaluasi akhirnya terdiri dari 10 soal essay. Jika setiap jawaban benar maka bernilai 10, jika kurang sedikit nilainya 8,mendekati benar 5 namun jika jawaban salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0. Sedangkan pada siklus II evaluasi akhirnya terdiri dari 5 soal essay. Jika setiap jawaban benar maka bernilai 20, jika mendekati benar nilainya 12, namun jika jawaban salah bernilai 8, bila tidak diisi bernilai 0. Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Ketuntasan Individu Dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang ada yaitu 65 . b) Ketuntasan Klasikal Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik dapat menentukan
ketuntasan
belajar klasikal
menggunakan
analisis
deskriptif prosentase, dengan perhitungan: Ketuntasan belajar klasikal = Keterangan:
m x100% M
M = Jumlah seluruh peserta didik m = Jumlah peserta didik belajar individu % = Tingkat prosentase yang dicapai
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika rata–rata nilai yang diperoleh lebih dari nilai KKM dan minimal 85% dari jumlah peserta didik dikelas tersebut mendapatkan ≥ 65.
70
D. INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Tercapainya tujuan pertama, yaitu adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi pokok segi empat ≥ 65%. 2. Tercapainya tujuan kedua, yaitu ada peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi pokok Segi Empat yang ditandai rata-rata hasil belajar adalah 65 dengan ketuntasan klasikal 85%.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru matematika kelas VII C pada tanggal 24 November 2009, didapatkan informasi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah masih dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan malah cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi tugas, peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik, metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena metode ini cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan duduk, mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas terasa membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata pelajaran matematika. 1 Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengotak-atik soal, mereka sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa berusaha untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidakminatan peserta
1
Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010
71
72
didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama . Itu pertanda anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara mengajar. Pelaksanaaan pembelajaran pra siklus untuk kelas VII C yang diampu oleh Ibu Wiwik Ariyani, S.Pd dilaksanakan Selasa tanggal 2 Maret 2010. Materi yang diajarkan adalah pengertian segi empat dan sifat-sifat segi empat. Tahap ini bertujuan untuk megetahui model pembelajaran yang digunakan dalam pebelajaran matematika di kelas sebelum diterapkannya pendekatan pembelajaran secara TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS), dengan melihat atau mengamati secara langsung pembelajaran yang ada di kelas, kemudian dicatat yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data dari ibu Wiwik Ariyani, nilai harian kelas VII C tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik untuk materi pokok segi empat masih rendah yaitu 59,36, sedangkan nilai rata-rata peserta didik kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59,90 sedangkan untuk motivasi pada 2 tahun sebelumnya juga didapat masih rendah yaitu 50 %.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1 Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti dengan Ibu Wiwik Ariyani. S.Pd sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran matematika kelas VII di MTs. Taqwal Ilah. Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Dalam
siklus
I
ini
peneliti
dan
guru
bersama-sama
mempersiapkan: 1).
Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian.
73
2).
Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3).
Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 9, 11 dan 13 Maret 2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan mengabsesn kehadiran peserta didik (daftar peserta didik ada pada lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan judul pokok bahasan dan indikator (RPP Siklus I pada lampiran 2). Pokok bahasan yang dipelajari adalah menghitung keliling dan luas segi empat (persegi panjang, persegi). Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi segi empat. Dalam mengingat kembali tentang materi tersebut peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan prasyarat yang diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya. Kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk membentuk kelompok yang telah dibuat secara acak (daftar kelompok pada lampiran 10) Setelah seluruh peserta didik mengelompok, guru menjelaskan cara kerja dan tanggung jawab masing-masing peserta didik dalam kelompok. Guru membagikan latihan soal (Lihat lampiran 4) kepada tiap kelompok untuk dipelajari bersama. Suasana ramai ketika kelompok mempelajari latihan soal sedikit sekali peserta didik yang saling berdiskusi dan berusaha memahami dengan saling tanya, karena banyak yang berbincang-bincang dan bercanda dengan teman kelompok lain hingga guru berusaha memberikan pengarahan kembali mengenai cara kerja dan tanggung jawab tim. Peserta didik yang berbincang-bincang dan bercanda tadi mulai mengerti dan mengikuti diskusi yang berlangsung. Suasana
74
yang tadinya ramai karena banyak yang ngobrol kini berubah menjadi kondusif dan diskusi berjalan dengan baik. Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan
seperti langkah-langkah yang
telah diberikan. Guru memberikan pengarahan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan jika diperlukan dan ketua kelompok menyampaikan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya, setelah waktu yang ditentukan habis, guru mempersilahkan seorang peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi tersebut. Guru memberikan
penghargaan
kepada
peserta
didik
yang
telah
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membubarkan kelompok untuk kembali ke tempat masing-masing. Setelah semua selesai, guru memberikan tes evaluasi (Lihat lampiran 6) yang dikerjakan secara individu. Sebelum pelajaran diakhiri, guru membagikan angket motivasi (Lihat lampiran 11) dan meminta peserta didik mengisinya dengan jujur. Saat peserta didik mengisi angket guru memberikan pengarahan untuk belajar dirumah guna meningkatkan belajar dan lebih bisa bekerja sama. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab oleh peserta didik. c. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus pertama, adalah sebagai berikut: 1)
Guru aktif memberikan pengarahan kepada peserta didik yang belum paham, peserta didik yang ramai dan sudah berkeliling memantau kerja kelompok.
2)
Guru telah memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta didik.
75
3)
Peserta didik belum sepenuhnya bisa menggunakan waktu yang ada dengan baik.
4)
Peserta didik kurang aktif berpendapat dan bertanya kepada teman dalam kelompok ketika diskusi berlangsung, hanya sebagian saja yang sudah berani menjelaskan kepada teman dan bertanya pada guru.
5)
Dalam menjawab soal peserta didik terburu-buru dan kurang berdiskusi dengan kelompok dan mengandalkan jawabannya sendiri sehingga jawaban kadang ada yang salah.
d. Hasil Refleksi Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) pada siklus I masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti dan guru berdiskusi dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam siklus I dan perlu perbaikan adalah: 1) Kerjasama peserta didik dalam kelompok masih kurang, sehingga kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana mestinya. 2) Masih banyak peserta didik yang ramai sendiri dengan cara berbicara dengan teman kelompok lain, banyak peserta didik belum berani untuk bertanya, aktif mengungkapkan pendapatnya maupun memberi komentar terhadap jawaban teman. Hanya beberapa peserta didik saja yang sudah mulai berani bertanya dan berpendapat. 3) Pengkondisian waktu belum tertata dengan baik, sehingga peserta didik merasa batas waktu yang diberikan kurang lama. 4) Penjelasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik masih kurang, sehingga peserta didik belum cukup paham dengan materi yang diberikan. 5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
76
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru untuk siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Guru mengupayakan agar peserta didik aktif dalam kelompok, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan akan memberi pengarahan manfaat kerjasama dalam kelompok. 2) Guru harus memberikan semangat agar peserta didik mau berpendapat dan bertanya kepada guru ataupun teman sekelompok. 3) Guru akan lebih menyesuaikan waktu yang ada dan meminta peserta didik lebih menghargai dan memanfaatkan waktu. 4) Guru membuat strategi agar peserta didik mudah menerima pelajaran dengan waktu yang singkat. 5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu dilakukan siklus I.
C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II a. Perencanaan Dalam
siklus
II
ini
peneliti
dan
guru
bersama-sama
mempersiapkan: 1).
Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan penelitian.
2).
Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3).
Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan
b. Pelaksanaan tindakan Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II. Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 18, 20 dan 22 Maret 2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO
77
STAY TWO STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik (daftar peserta didik ada pada lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan judul pokok bahasan dan indikator (RPP Siklus II pada lampiran 3). Pokok bahasan yang dipelajari adalah Menghitung keliling dan luas segi empat (jajar genjang). Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi segi empat pada siklus I. Dalam mengingat kembali tentang materi tersebut peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan pra syarat yang diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya. Kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk membentuk kelompok yang telah telah dilakukan pada siklus I (daftar kelompok pada lampiran 10). Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan
seperti langkah-langkah yang
telah dilakukan pada siklus I. Guru memberikan pengarahan agar semua anggota kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan bimbingan secara merata kepada kelompok yang mengalami kesulitan, jika diperlukan, dan ketua kelompok menyampaikan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya,
setelah waktu yang ditentukan habis, guru
mempersilahkan peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Mereka sangat antusias untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, ini dibuktikan banyaknya yang angkat tangan sebagai perwakialan kelompok untuk maju ke depan. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi tersebut. Mereka banyak bertanya kepada peserta didik yang mempresentasikan, sehingga guru pun membantu untuk mengkondisikan mereka. Guru membubarkan kelompok untuk
78
kembali ke tempat masing-masing. Setelah semua selesai, guru memberikan tes evaluasi (Lihat lampiran 7) yang dikerjakan secara individu. Sebelum pelajaran diakhiri, guru membagikan angket motivasi (Lihat lampiran 12) dan meminta peserta didik mengisinya dengan jujur. Saat peserta didik mengisi angket guru memberikan pengarahan untuk belajar dirumah guna meningkatkan belajar dan lebih bisa bekerja sama. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab oleh peserta didik c. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus II, adalah sebagai berikut: 1) Guru telah meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan pengarahan ketika mereka tidak semangat dan malas. 2) Peserta
didik
lebih
bisa
memahami
materi
ketika
guru
menyampaikannya dengan baik. 3) Guru dan peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik dan bermanfaat. 4) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada teman dalam kelompok/guru ketika diskusi berlangsung. 5) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan kelompok dan diskusi berlangsung secara baik. d. Hasil Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengadakan refleksi dengan guru partner, hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut: 1) Guru mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. 2) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada teman dalam kelompok ketika diskusi berlangsung. 3) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan kelompok.
79
4) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan. 5) Peserta didik yang mendapat nilai tertinggi diumumkan oleh guru pada pertemuan berikutnya (setelah penelitian selesai).
D. Pembahasan 1. Pra Siklus Untuk pra siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai harian materi pokok segi empat (menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi dan jajar genjang) peserta didik kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 dan 2008-2009. Peneliti juga meminta guru untuk mengisi angket motivasi peserta didik untuk data pra siklus. Nilai ratarata kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 adalah 59,90 dengan ketuntasan klasikal 58% sedangkan untuk tahun pelajaran 2008-2009 adalah 59,36 dengan ketuntasan klasikal 41%. Dari kedua tahun pelajaran tersebut didapat nilai rata-rata 59.63 dengan ketuntasan klasikal 49.5%.Sedangkan untuk motivasi belajar peserta didik diperoleh 50%. Tabel 3. Perolehan Hasil belajar, Ketuntasan klasikal, dan motivasi belajar pada Pra siklus. Nilai
Pra siklus
Hasil belajar
59
Ketuntasan klasikal
49.5%
Motivasi belajar
50%
Selebihnya lihat lampiran 28 dan 29.
80
2. Siklus I Pelaksanaan siklus I adalah 3 hari pada hari selasa, kamis dan sabtu tanggal 9, 11 dan13 Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru menyampaikan materi secara singkat tentang pengertian persegi panjang dan persegi, rumus luas dan keliling persegi panjang dan persegi, serta menghitung luas dan keliling persegi panjang dan persegi. Setelah itu peserta didik mengerjakan latihan soal secara individu. Pertemuan kedua yaitu guru meminta peserta didik mengelompok sesuai kelompok yang telah ditentukan guna pelaksanaan metode two stay two stray. Dalam kelompok masing-masing peserta didik membahas soal dan konsep tentang persegi panjang dan persegi. Setelah itu penerapan metode two stay two stray di jalankan. Setelah pelaksanaan metode two stay two stray selesai guru meminta peserta didik kembali
ditempat
duduk asalnya. Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluasi yang dikerjakan secara individu, kegiatan terakhir adalah pengisian angket motivasi belajar. Dari data-data yang diperoleh didapat nilai rata-rata hasil belajar peserta didik 68.14 dengan persentase ketuntasan klasikal 51.21% sedangkan motivasi belajar peserta didik pada siklus I kurang optimal. Ini terlihat dari pengamatan dan diperkuat dengan hasil angket motivasi belajar yang telah diisi pada siklus I. Indikator motivasi belajar yang masuk kategori sedang dengan persentase 2%, indikator motivasi belajar yang masuk kategori cukup dengan persentase 56%, dan indikator motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan prosentase 41% dengan rata – rata motivasi belajar pada siklus I sebesar 27.36 dan mencapai persentase 45.56 % (lampiran 13).
81
Tabel 4. Persentase Hasil Motivasi Belajar Pada Siklus I Indikator
Siklus I
Tinggi
-
Sedang
2%
Cukup
56%
Kurang
41%
Dari nilai rata-rata hasil belajar dan hasil angket motivasi belajar peserta didik pada siklus I tersebut maka indikator keberhasilan dari peneliti belum tercapai yaitu nilai rata – rata hasil belajar ≥ 65 dan ketuntasan klasikal ≥ 85%, sehingga perlu diadakan siklus II. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus dan Siklus I Nilai
Pra siklus
Siklus I
Motivasi belajar
50%
45.56%
Hasil belajar
59.63
68.14
Ketuntasan klasikal
49.5%
51.21%
3. Siklus II Pelaksanaan siklus II adalah 3 hari pada tanggal 18, 20 dan 23 Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru mengumumkan peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi, setelah itu menyampaikan materi secara singkat tentang pengertian jajar genjang, rumus luas dan keliling jajar genjang, dan cara menghitung luas dan keliling jajar genjang. Setelah itu peserta didik mengerjakan latihan soal soal yang dikerjakan secara individu. Pertemuan mengelompok
kedua
sesuai
yaitu
kelompok
guru
meminta
sebelumnya
guna
peserta
didik
pelaksanaan
pelaksanaan metode two stay two stray. Dalam kelompok masing-masing
82
peserta didik membahas soal dan konsep tentang persegi panjang dan persegi. Setelah itu penerapan metode two stay two stray di jalankan. Setelah pelaksanaan metode two stay two stray selesai guru meminta peserta didik kembali ditempat duduk asalnya. Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluai yang dikerjakan secara individu dan kegiatan terakhir adalah pengisian angket motivasi belajar. Pelaksanaan pada siklus II sudah berlangsung optimal. Ini bisa dilihat dari peningkatan perolehan nilai rata-rata yaitu sebesar 75.17 dengan ketuntasan klasikal sebesar 85.36% dan peningkatan persentase motivasi belajar peserta didik yang telah mencapai. Indikator motivasi belajar yang masuk kategori tinggi dengan persentase 5%, indikator motivasi belajar yang masuk kategori sedang dengan persentase 80%, indikator motivasi belajar yang masuk kategori cukup dengan persentase 12% dan indikator motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan persentase 2% dengan rata–rata motivasi belajar pada siklus II sebesar 41.97 dan mencapai persentase 81.51% (lampiran 14).
Tabel 6. Perbandingan Persentase nilai motivasi belajar peserta didik kelas VII C Indikator
Siklus I
Siklus II
Tinggi
-
5%
Sedang
2%
80%
Cukup
56%
12%
Kurang
41%
2%
Adapun untuk perbandingan perolehan nilai antar pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 7. Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Nilai
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Motivasi belajar
50%
45.56 %
81.51%
Hasil belajar
59.63
68.14%
75.17%
Ketuntasan klasikal
49.5%
51.21%
85.36%
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik meningkat dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu motivasi belajar ≥ 65%, nilai rata–rata hasil belajar ≥ 65 dan ketuntasan klasikal ≥ 85% sehingga siklus II dipandang sudah cukup. Dan ternyata dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan uraian data dan analisis penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam materi pokok Segi Empat guna meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 20092010 dari bab I sampai bab V, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam materi pokok segi empat di kelas VII C MTs Tembalang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam pembelajaran matematika ternyata dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang. Hal ini ditunjukan pada peninggkatan hasil akhir tiap siklus yaitu pada pra siklus rata-rata motivasi belajar peserta didik 50% dan rata-rata hasil belajar sebesar 59.63 dengan ketuntasan belajar 49.5%, pada siklus I motivasi belajar peserta didik yaitu 45.56% dan nilai rata– rata peserta didik mencapai 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%, pada siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar menjadi 81.51% dan nilai rata – rata peserta didik mencapai 75.17 dengan ketuntasan klasikal 85.36%.
84
85
B. Saran – saran Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang semester genap peneliti menyajikan saran sebagai berikut: 1. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang kini telah menjamur sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan lagi ketika pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) sangat perlu diterapkan oleh guru kelas VII MTs Tembalang pada khususnya dan guru kelas VII di sekolah lain pada umumnya, karena model pembelajaran ini dapat memacu semangat/motivasi belajar peserta didik dan mereka dapat melatih sosialisasi dengan teman serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
C. Penutup Untaian syukur peneliti persembahkan kepada Allah SWT dengan kalimat hamdalah “Alhamdulillahirobbil’alamin” sehingga skripsi ini bisa selesai. Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbalalamin. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrohim, Abu Khodijah Ibnu, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006 Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Anni, Tri, Catharina, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES, 2006 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 ..............................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 ..............................., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008 Bahri, Djamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971 Echols, John, M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An EnglishIndonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, 2003 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Hudojo, Herman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Malang:UNM, 2003 Kagan, Spencer, Coopoerative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008 Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2007
Learning Di
Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007 Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
……………, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, Jakarta: Pusdiklat Tenaga Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007 Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York: Oxford University Press, 2003 Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, Semarang: -------, 2008 PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006 Riyanto, Amin Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, Bandung; YAPEMDO, 2003 Sanjaya, Wina Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2007 Sanjaya, Wina, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007 Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995) Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Depdiknas, 2000 Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000 ......................., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009 ....................... dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007 Sugandi, Achmad, Teori Pembelajaran, Semarang, UPT MKK UNNES, 2006 Suherman, Erman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Malang: UPI, 2003 Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2008
Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2009 Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993 Suyitno, Amin, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran Penerapannya di MTs, Semarang: FMIPA UNNES, 2007
dan
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005 Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, Malang: UIN Malang Press, 2008 Wintarti, Atik, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Jakarta: Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, 2008 Wittig, Arno, F. Ph.D, Psychology of Learning, United States of Amerika: McGrawHill, 1981 Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006