Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK Heriyanto Nggodulano. A., Dasa Ismaimusa, dan Mustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kelas V SDN Tatarandang pada materi FPB dan KPK?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar kelas V SDN Tatarandang pada materi FPB dan KPK melalui model pembelajaran tipe STAD. Jumlah siswa sebanyak 28 orang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Rancangan penelitian mengikuti tahap penelitian yang mengacu pada modifikasi diagram Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, LKS, serta tes hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dibuktikan oleh rata-rata hasil belajar siswa dari 8,3 pada siklus I menjadi 8,0 pada siklus II, ketuntasan klasikal 75% pada siklus I menjadi 89,3% pada siklus II. Demikian pula peningkatan daya serap klasikal dari 72,5% pada siklus I menjadi 80,4% pada siklus II, aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar ratarata dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kelas V SDN Tatarandang pada materi FPB dan KPK. Kata kunci: Model Pembelajaran Tipe STAD, Hasil Belajar Siswa I.
PENDAHULUAN Pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan
kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar
52
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together). Dalam proses pembelajaran matematika tak selamanya apa yang diharapkan dapat tercapai sesuai tujuan. Sebagaimana dikemukakan Rohmiyati (2011) bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang diajarkan. Tetapi ketika guru menanyakan kepada siswa tentang bagian materi yang belum dimengerti seringkali siswa hanya diam, dan setelah guru memberikan soal latihan barulah guru mengerti bahwa sebenarnya ada bagian dari materi yang belum dimengerti siswa. Tentunya permasalahan tersebut mengakibatkan siswa kesulitan menyelesaikan soal matematika yang ditugaskan guru. Hal serupa terjadi di SDN Tatarandang, khususnya pada materi menentukan nilai FPB dan KPK, sebagian besar siswa masih kurang paham membedakan FPB dan KPK. Siswa cenderung keliru menyelesaikan soal, apalagi jika soal terdiri dari 3 bilangan. Siswa yang dapat memahami materi dominan pada siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedangkan yang lain semakin tertinggal. Rendahnya aktivitas siswa dimungkinkan karena penerapan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Strategi belajar yang digunakan masih berpusat pada guru, sehingga tidak dapat membekali siswa dengan konsep-konsep matematika dan sikap yang berguna bagi kehidupan siswa untuk keperluan sehari-hari. Melihat kenyataan yang ada di lapangan saat ini di kelas V SDN Tatarandang yang akan menjadi obyek penelitian, siswa kurang aktif dalam menyelesaikan soalsoal menetukan FPB dan KPK disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah siswa merasa segan, malu bahkan takut untuk bertanya kepada guru. Namun sebaliknya siswa pada umumnya menjadi lebih terbuka untuk mengemukakan masalah yang dihadapi atau bertanya tentang ketidaktahuan mereka kepada teman sekelasnya. Hal ini tentunya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika pada materi FPB dan KPK yaitu 6,0 pada tahun ajaran 2013/2014 (sumber: nilai semester ganjil). Nilai tersebut belum mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 7,0 dan nilai persentase ketuntasan klasikal sebesar 80%.
53
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Model pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa sangat diperlukan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kooperatif tipe STAD merupakan singkatan dari Student Team Achivement Division. Dimana dalam pembelajaran ini siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul βPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang pada Materi FPB dan KPKβ. Dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap, sehingga tidak mustahil memperoleh nilai yang memuaskan. Adapun alasan peneliti untuk memilih judul tersebut adalah model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD belum pernah diterapkan di kelas V SDN Tatarandang, masalah yang akan dipecahkan merupakan masalah yang sangat mendasar, jika dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar pada materi FPB dan KPK, dan masalah yang akan dipecahkan adalah masalah yang selama ini membuat peneliti ingin mencari jalan keluarnya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah secara berkelompok.
II. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti model penelitian secara bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Iskandar, 2009). Tiap siklus dilakukan
54
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X beberapa tahap, yaitu: 1) perencanaan
tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)
observasi, dan 4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tatarandang. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil dengan jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 11 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi di kelas V SDN Tatarandang dan mengadakan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan penelitian. Tes awal yang diberikan berupa tes uraian berjumlah 5 nomor. Pada tahap ini peneliti menyusun perencanaan sebagai berikut : a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I yang terdiri dari 2 x pertemuan, dengan materi menentukan FPB b) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru c) Mempersiapkan tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran model pembelajaran tipe STAD. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan RPP yang telah dirancang : a) Kegiatan Awal 1) Menyampaikan apersepsi dan motivasi berupa tanya jawab. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. 2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. 3) Guru membentuk beberapa kelompok, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
55
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X 4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. 5) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. 6) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. c) Kegiatan Akhir 1) Menyimpulkan materi pelajaran sesuai tujuan pembelajaran. 1. Observasi Observasi berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruhpengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. Kegiatan observasi dibantu oleh observer. 2. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisa data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran diterapkan. Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, hanya saja sub materi yang berbeda dan beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I, diperbaiki pada siklus II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menetapkan suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang akan diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah:
56
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X a. Siswa: mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. b. Guru: mengamati aktivitas guru selama pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe STAD. Jenis Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) Data kualitatif yaitu data yang hasil observasi aktivitas guru/peneliti dan data hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 2) Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Jenis data penelitian ini adalah: 1. Guru, data yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung. 2. Siswa, data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas dan tes hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu : a) Tes untuk mengetahui peningakatan hasil belajar siswa, yang diberikan di setiap akhir tindakan penelitian. b) Observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II berlangsung. Pelaksanaan observasi baik pada guru dan kepada siswa dilakukan dengan cara mengisi format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. c) Wawancara terhadap siswa, dimaksudkan untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai proses berpikir siswa karena ada kemungkinan dalam pekerjaannya, proses-proses berfikir siswa tidak semuanya tertuang, sehingga diperlukan adanya wawancara. Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan tes dengan jumlah siswa yang diwawancarai adalah 3 siswa. Pertanyaan diajukan dalam wawancara tergantung pada hasil pekerjaan siswa dan jawaban-jawaban yang muncul dari pertanyaan sebelumnya. Ada 2 (dua) analisis data yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu data data kuantitatif dan data kualitatif. a. Analisis Data Kuantitatif Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa adalah : 1) Daya Serap Individu
57
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
π·ππΌ =
π π
x 100%
Keterangan :
X Y DSI
= Skor yang diperoleh siswa = Skor maksimal soal = Daya Serap Individu
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 70% . 2) Ketuntasan Belajar Klasikal
πΎπ΅πΎ =
βπ
x 100%
βπ
ο₯N ο₯S
Keterangan :
= Jumlah siswa yang tuntas = Jumlah siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase klasikal yang dicapai adalah 80%. 3) Daya Serap Klasikal
π·ππΎ =
βπ βπΌ
Keterangan :
x 100%
ο₯P ο₯I
= Skor ideal seluruh siswa
DSK
= Daya Serap Klasikal
= Skor yang diperoleh siswa
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentasi daya serap klasikal sekurang-kurangnya 70%. b. Analisis Data Kualitatif Analisis
data
kualitatif
dalam
penelitian
ini
dilakukan
sesudah
pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah mereduksi data, menyajikan data, dan Verifikasi data/Penyimpulan. Masing-masing data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Mereduksi Data Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh, mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. 2) Penyajian Data
58
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Penyajian data dilakukan dengan menyusun data secara sederhana ke dalam tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. 3) Verifikasi/ Penyimpulan Penyimpulan adalah proses penampilan intisari, dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas. Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: a. Indikator Kuantitatif Pembelajaran Dalam penelitian ini indikator pembelajaran diikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa pada materi FPB dan KPK di kelas V SDN Tatarandang mencapai daya serap individu lebih dari atau sama dengan 70 (sesuai dengan KKM mata pelajaran matematika di SDN Tatarandang) dan ketuntasan klasikal mencapai 80%. b. Indikator Kualitatif Pembelajaran Indikator kualitatif dapat dilihat dari hasil analisis observasi aktivitas siswa dan guru. Analisis dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat keberhasilannya setelah meneliti. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika aktivitas siswa dan guru telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. Data hasil observasi siswa dan guru diperoleh melalui lembar observasi, kemudian dianalisis dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase nilai rata-rata (NR) =
π½π’πππβ ππππ ππππππβππ
90 % β€ NR β€ 100 %
: Sangat baik
70 % β€ NR < 90 %
: Baik
60 % β€ NR < 70 %
: Cukup
ππππ ππππ πππ’π
x 100%
50 % β€ NR < 60 % : Kurang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I
59
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Tindakan siklus I ini menerapkan model pembelajaran tipe STAD. Materi yang diberikan adalah tentang FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dengan mengikuti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Kemudian dievaluasi menggunakan tes hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I. Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 September 2014 (KBM). Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan penerapan model pembelajaran tipe STAD di kelas V SDN Tatarandang, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes hasil belajar. Bentuk tes yang diberikan adalah uraian dengan jumlah soal 4 butir. Secara ringkas hasil analisis tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 1. Analisis Tes Tindakan Siklus I Aspek Perolehan Skor tertinggi Skor terendah Jumlah Siswa Banyak siswa yang tuntas Persentase tuntas klasikal Persentase daya serap klasikal Rata-rata hasil belajar
Hasil 10 4 28 21 75% 72,5% 7,3%
Berdasarkan Tabel 1, hasil belajar siswa kelas V SDN Tatarandang, diperoleh persentase daya serap klasikal 72,5% dan persentase ketuntasan klasikal 75%. Hasil tersebut belum mencapai ketuntasan klasikal 80% berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus ke II Hasil Siklus II Pelaksanaan pembelajaran mengikuti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran. Pada akhir pelaksanaan siklus II dilakukan tes hasil belajar. Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 September 2014, dan didampingi oleh observer yang membantu mengamati peneliti dan semua kegiatan siswa selama penelitian. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II dengan penerapan kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dengan materi FPB dan KPK, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes hasil belajar. Bentuk tes yang 60
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X diberikan adalah uraian dengan jumlah soal 4 nomor. Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 2. Analisis Tes Tindakan Siklus II Aspek Perolehan Skor tertinggi Skor terendah Jumlah Siswa Banyak siswa yang tuntas Persentase tuntas klasikal Persentase daya serap klasikal Rata-rata hasil belajar
Hasil 10 6 28 25 89,3% 80,4% 8,0
Berdasarkan Tabel 2, hasil belajar siswa kelas V SDN Tatarandang sudah menunjukkan hasil yang sangat baik dengan persentase daya serap klasikal 80,4% dan persentase ketuntasan klasikal 89,3%. Hasil tersebut sudah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Pembahasan Siklus I a. Aktivitas Siswa selama Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil siswa dalam pembelajaran matematika materi FPB dan KPK. Dalam model pembelajaran tipe STAD, guru yang lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I, diperoleh persentase 71,4% dengan kriteria baik. Meskipun kriteria ini sudah mencapai indikator yang ditetapkan, namun masih ada indikator penilaian yang perlu ditingkatkan. Adapun kekurangan pada siklus I tersebut adalah: (1) Siswa kurang aktif bekerjasama mendiskusikan atau membahas hasil pekerjaan yang ditugaskan,
61
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X (2) Masih terdapat anggota kelompok yang kurang aktif ketika mengerjakan LKS. Oleh sebab itu, guru mengarahkan siswa yang kurang aktif dan menekankan bahwa setiap tugas yang dikerjakan diberikan penilaian, agar semua siswa bekerjasama untuk mendapatkan nilai yang baik. b. Hasil Belajar Siswa Hasil tes akhir tindakan siklus I, diperoleh 21 orang siswa tuntas dari 28 jumlah siswa yang mengikuti tes, dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 75%, daya serap klasikal 72,5%, dan hasil belajar mencapai 7,3. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai rata-rata sebelum penelitian, mengalami peningkatan, namun persentase ketuntasan klasikal belum mencapai 80% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Terdapat 7 siswa belum tuntas secara individu dan rata-rata mereka keliru menjawab soal nomor 3 dan 4. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka direkomendasikan agar peneliti membimbing cara menyelesaikan soal dengan benar serta meminta siswa untuk lebih memperhatikan penjelasan guru. Siklus II a. Aktivitas Siswa selama Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD Pada tindakan siklus II, dari data observasi terhadap aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II disebabkan semua siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa dapat mengerjakan kuis dengan baik, dan nilai penghargaan kelompok rata-rata dalam kriteria super. Model pembelajaran STAD merupakan pembelajaran yang dapat memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru. b. Hasil Belajar Siswa Hasil yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik daripada hasil yang diperoleh pada siklus I. Dari analisis hasil belajar siklus II, diketahui bahwa 25 siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 89,3% dan daya serap klasikal 80,4%. Hal ini menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar sudah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Pada tindakan siklus II ini siswa sudah bisa memahami materi dengan baik. Siswa yang sebelumnya
62
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X tidak tuntas dapat menyelesaikan soal karena diberikan latihan, bimbingan, dan diberikan kesempatan untuk bertanya pada saat jam istirahat. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa penelitian tindakan kelas ini secara keseluruhan semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar di kelas V SDN Tatarandang dalam pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK dapat terjadi karena penggunaan model pembelajaran tipe STAD. Berikut ini adalah grafik peningkatan persentase Ketuntasan Belajar Klasikal hasil analisis tes hasil belajar siswa siklus I ke siklus II. 95% 90%
89.3%
85% 80% 75%
75%
70% 65% Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa. IV. PENUTUP Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis data pada penelitian ini yaitu penerapan model tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Tatarandang. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari 8,3 pada siklus I menjadi 8,0 pada siklus II, ketuntasan klasikal 75% pada siklus I menjadi 89,3% pada siklus II. Demikian pula peningkatan daya serap klasikal dari 72,5% pada siklus I menjadi 80,4% pada siklus II, aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar rata-rata dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan di atas, diberikan beberapa saran sebagai berikut: (a) Agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang megintegrasikan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model tipe STAD dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang ditentukan, guru perlu mengadakan persiapan 63
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X yang lebih baik sebelum pembelajaran dimulai. (b) Guru diharapkan semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam menciptakan suatu situasi yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: Gaung Persada (GP) Press. Rohmiyati, Dwi. (2011). Komparasi Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diberi Metode Stad Dengan Tgt Kelas VIII MTs Negeri Sumberagung Jetis Bantul. Thesis Program Pasca Sarjana pada FMIP Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
64