Penerapan Model Pembelajaran Inovatif pada Kelas PAUD Muniroh Munawar Dosen PAUD FIP IKIP PGRI Semarang Email:
[email protected]
Abstrak Pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (child center) yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan anak usia dini, seperti kebutuhan anak untuk berekplorasi dengan lingkungannya melalui pengalaman panca inderanya, melakukan penyelidikan hingga menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus benar-benar memahami kebutuhan anak, yang mana hal ini dimulai dengan pemilihan model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran inovatif adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini, anatara lain: model pembelajaran inovatif berbasis konstruktivistik, kooperatif dan kelompok, serta kontekstual. Dalam pembelajaran berbasis konstruktivistik, guru hendaknya memulai pembelajaran dengan apa yang diketahui anak. Ada empat ciri pembelajaran ini yaitu: problematik; mengembangkan proses diskoveri dan inkuiri; kegiatan pembelajaran memacu proses ”sharing” atau berbagi pendapat, ide, kegiatan dan pemikiran baik antar individu maupun dalam kelompok; dan memacu anak untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap struktur pengetahuan yang telah ia miliki untuk melahirkan pengetahuan baru. Pembelajaran berbasis kooperatif, anak belajar melakukan kerjasama antar teman sebaya dan antar komponen-komponen lain di sekolah. Kerjasama antarsiswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama, contohnya pada anak Taman Kanak-Kanak, belajar dalam kelompok meliputi kelompok kecil, sedang, dan besar. Selain itu, dalam model pembelajaran kontekstual, anak diajak belajar dari persoalan yang nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mengawali pembelajaran dengan pemilihan tema yang dihubungkan dengan pengalaman hidup nyata atau riil anak usia dini. Kata Kunci: model pembelajaran inovatif, kontrukstifistik, kooperatif, kontekstual. Pendahuluan
berpusat pada guru (teacher center)
Latar Belakang
menjadi pendekatan mengajar yang
Sudah saatnya sekarang para pendidik/guru
paud
pendekatan mengajarnya
merubah dari
yang
berpusat pada anak (child center) yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan anak usia
dini. Adapun kebutuhan anak usia dini
tahun. Pada periode itu, jiwa anak
adalah: (a) kebutuhan memiliki tempat
masih bersifat utuh bulat atau total dan
yang aman dan nyaman untuk berani
belumlah disitu nampak diferensiasi “tri
bertindak,
sakti”
menyelidiki
apa
yang
manusia:
dan
kemauan.
belajar
menerima
segala dorongan, nafsu atau instincten
konsekuensinya, serta beradaptasi di
diperlukan untuk memenuhi segala
lingkungan yang baru, (b) kebutuhan
keinginannya. Selain adanya “insticten”
untuk
tahu,
memberi
menyelesaikan kebutuhan
masa
rasa
mungkin terjadi, berbuat kesalahan dan untuk
Pada
pikiran,
kanak-kanak
alasan
dan
(kekuatan yang ada di dalam jiwanya),
permasalahan,
(c)
anak-anak juga memiliki pancaindra
untuk
menjadi
kreatif
yang
merupakan
sumber
kekuatan
dimana untuk kreatif, anak memerlukan
untuk memasukkan alam luar ke dalam
peluang untuk mengidentifikasi dan
jiwanya.
menyatakan perasaan emosional mereka
Oleh karena itu, adanya sekolah
melalui bermain peran, berbagi cerita
PAUD merupakan taman pendidikan
dengan lain anak-anak, bekerjasama
untuk menyokong pertumbuhan jiwa
dalam kelompok; adanya orang yang
dan jasmani kanak-kanak di bawah
mau
umur 7 tahun, melalui latihan-latihan
mendengarkan
dan
merespon
terhadap apa yang mereka katakan, (d)
pancaindra
kebutuhan
untuk mendidik jiwa (pikiran, rasa, dan
untuk
mengembangkan
sebagai
pekerjaan
koordinasi fisik melalui aktivitas fisik,
kemauan)
berekplorasi dengan berbagai cara dan
sifatnya “kodrati atau natur” ke arah
benda, (e) kebutuhan untuk berbagi
sifat-sifat
pengalaman dengan lain anak-anak dan
kultur” (Ki Hajar Dewantara, 2004:
orang dewasa, sehingga anak belajar
275).
untuk berbicara / mendengarkan ke
kanak-kanak, “adab
Melalui
dari
lahir
kemanusiaan
pengalaman
sifatatau
panca
orang lain, mengamati dan meniru
inderanya anak-anak akan bereksplorasi
perilaku
dengan
prososial,
dan
memahami
perbedaan (Lilian Katz, 1988: 12).
lingkungannya,
penyelidikan
hingga
melakukan menemukan
Sebagaimana diungkapkan oleh
pengetahuannya sendiri. Oleh karena
Ki Hajar Dewantara, anak usia dini
itu, guru harus benar-benar memahami
merupakan anak-anak dibawah umur 7
kebutuhan anak dengan dimulai pada
pemilihan model pembelajaran yang
akan kebutuhan anak, serta model
inovatif.
pembelajaran
Inovasi dalam pendidikan
yang
sesuai
dengan
anak usia dini adalah pembaharuan
prinsip-prinsip pembelajaran di PAUD
yang di maksudkan untuk memecahkan
agar kualitas pendidikan anak usia dini
masalah-masalah dan mengembangkan
menjadi lebih baik.
pendidikan. Bila di kaitkan dengan
Rumusan Masalah
inovasi dibidang pendidikan anak usia
Berdasarkan latar belakang di atas,
dini maka yang dimaksud adalah teori,
maka rumusan masalah kajian ilmiah ini
metode,
adalah:
media
pembelajaran,
Bagaimanakah
pendekatan, model pembelajaran atau
pembelajaran
yang lainnya yang di anggap sebagai
dengan kebutuhan anak usia dini?
hal
Tujuan
baru
oleh
seseorang
atau
sekelompok orang untuk memecahkan
inovatif
model
yang
sesuai
Adapun tujuan kajian ilmiah ini
masalah-masalah dan mengembangkan
adalah
untuk
pendidikan anak usia dini.
pembelajaran
mengetahui inovatif
model
yang
sesuai
Salah satu wujud model kelas
dengan kebutuhan anak usia dini dalam
PAUD yang inovatif yaitu tampak pada
rangka menciptakan kelas yang berpusat
setting kelas dan banyaknya pilihan
pada anak.
main pada anak, karena salah satu ciri
Manfaat
kelas yang berpusat pada anak adalah
Teoritis
banyaknya pilihan main yang di setting
Dapat
oleh guru sehingga anak fleksibel
pengetahuan
berpindah dari satu pilihan main ke
pengembangan model pembelajaran
pilihan yang lain dan yang terpenting
inovatif di kelas PAUD.
supaya pengalaman main anak dapat
Praktis
mengarah pada sifat-sifat kemanusiaan /
menambah
wawasan
terkait
dengan
a). Bagi Anak Usia Dini:
kultur maka perlu ditekankan start and
(1) Memperoleh layanan
finish dalam aturan main, yaitu ketika
pendidikan yang sesuai minat
anak
pilihan
dan kebutuhan anak.
mainnya maka ia harus bertanggung
(2) Memperoleh
sudah
menjatuhkan
jawab untuk menyelesaikannya. Oleh
pemahaman dalam
karena itu, pentingnya pemahaman guru
belajar melalui
pembelajaran yang
menyenangkan
bermakna yang
kebutuhan
didesain oleh guru.
perubahan atau perkembangan pada diri anak.
b). Bagi Guru:
anak,
Ada
pembelajaran
(1) Meningkatkan kualitas
sesuai
dengan
sehingga
terjadi
beberapa inovatif
model
yang
sesuai
dengan kebutuhan anak usia dini yaitu:
pembelajaran AUD
Model
yang kreatif dan
Konstruktivistik
inovatif sesuai dengan
Pembelajaran
Berbasis
Kegiatan pendidikan menurut
minat dan kebutuhan
para ahli konstruktivis adalah memulai
anak.
pelajaran dari ”apa yang diketahui
(2) Mengubah paradigma
peserta didik” dan guru hanya berperan ’fasilitator
dan
penyedia
pembelajaran dari yang
sebagai
berpusat ke guru
kondisi” supaya proses belajar bisa
menjadi pembelajaran
berlangsung. (Dasim, 2002: 4). Anak
dan berpusat pada anak.
didik membangun pemahaman mereka sendiri
Pembahasan Pembelajaran
terhadap
dunia.
Mereka
inovatif
memahami apa yang terjadi disekeliling
merupakan bentuk pembelajaran yang
mereka dengan mensintesa pengalaman-
menarik, menyenangkan, dan dapat
pengalaman baru dengan apa yang
memfasilitasi
mereka telah pahami sebelumnya.
perkembangan
dan
kebutuhan anak. Bentuk pembelajaran inovatif
menggabungkan
mengkolaborasikan
beberapa
atau aspek
Menurut
Richardson
(1997),
paling tidak ada empat ciri kegiatan pembelajaran
dengan
pendekatan
penting yang dapat memperkaya isi
konstruktivisme.
pembelajaran menjadi suatu yang baru.
problematik. Pada tahap ini persoalan
Sedangkan model pembelajaran inovatif
yang dikaji diangkat dari persoalan
adalah suatu desain atau rancangan
yang menantang dan terkait dengan
yang menggambarkan proses rincian
keseharian
dan penciptaan situasi lingkungan yang
mengembangkan proses diskoveri dan
memungkinkan anak berinteraksi dalam
inkuiri.
pembelajaran
memecahkan
yang
menarik
dan
Pertama,
anak
Anak
didik
didik.
diajak
persoalan
ialah
Kedua,
untuk melalui
kegiatan eksplorasi dan pembuktian
dimaksudkan agar tidak terlalu sulit
untuk menemukan pengertian baru.
mengaturnya. Percobaan menanam biji,
Ketiga, kegiatan pembelajaran memacu
menghias
pohon,
proses ”sharing” atau berbagi pendapat,
pesawat
dari
ide, kegiatan dan pemikiran baik antar
menggunakan
individu maupun dalam kelompok.
Kelompok sedang terdiri atas empat
Keempat,
untuk
anak, biasanya untuk tugas yang lebih
melakukan refleksi dan revisi terhadap
kompleks, seperti menggambar pada
struktur pengetahuan yang telah ia
kertas lebar. Kegiatan kelompok besar
miliki untuk melahirkan pengetahuan
(seluruh kelas) juga sangat penting
baru.
untuk menyatukan anak dalam kelas
memacu
anak
sebagai suatu
atau
mendisain
plastisin
dapat
kelompok
kecil.
tim. Kegiatan
yang
Pembelajaran Berbasis Kooperatif
membutuhkan banyak partisipasi anak,
dalam Kelompok
seperti
Prinsip (Cooperative proses
belajar
kooperatif
Learning)
merupakan
pembelajaran
digunakan
dalam
tenda,
dapat
kelompok
besar.
Sedangkan kerjasama antarkomponen-
berbasis
komponen lain di sekolah termasuk
berbasis
kerjasama sekolah dengan orangtua
kooperatif cocok diterapkan pada anak
siswa dan lembaga terkait, misalnya
usia dini karena mampu melatih sosial
pada saat kegiatan puncak tema ataupun
dan kemampuan bekerjsama. Dalam
field trip ke suatu lokasi yang jauh
belajar anak melakukan kerjasama antar
(kantor pos, kebun kopi, bandara, dsb).
teman sebaya dan antar komponen-
Harapannya dengan kerjasama semua
komponen lain di sekolah (Dasim,
pihak maka akan tercipta pembelajaran
2002: 9). Kerjasama antarsiswa jelas
yang
terlihat pada saat kelas sudah memilih
kebutuhan anak.
satu
Pembelajaran Berbasis Kontekstual
kerjasama.
yang
mendirikan
Pembelajaran
masalah
untuk
bahan
kajian
bersama, contohnya pada anak Taman
menarik
dan
Contextual
sesuai
teaching
dengan
and
Kanak-Kanak, belajar dalam kelompok
learning (CTL) adalah sebuah proses
meliputi kelompok kecil, sedang, dan
pendidikan yang bertujuan menolong
besar. Kelompok kecil biasanya terdiri
anak didik melihat makna di dalam
atas
materi akademik yang mereka pelajari
dua
anak
(pair).
Hal
ini
dengan cara menghubungkan subjek-
menantang, dan bermakna bagi
subjek akademik dengan konteks dalam
siswa.
kehidupan keseharian mereka yaitu
b. Pembelajaran terjadi di berbagai
dengan konteks keadaan pribadi, sosial
konteks (multiple contexts), artinya
dan budaya mereka ( Johnson, 2007
pendekatan
:67). Untuk jenjang pendidikan anak
kontekstual menggunakan berbagai
usia dini, belajar dikemas dalam lintas
setting,
bidang
pengembangan/kompetensi
maupun kecakapan dalam konteks
(kognitif, bahasa, seni, fisik motorik,
yang beragam, seperti: perkebunan,
dan sosial emosional) sehingga anak
sekolah, keluarga, pasar, dll. Selain
melihat bagaimana pengetahun dan
itu, Pengajar tidak selalu guru, guru
keterampilan
dapat
berhubungan
dengan
pembelajaran
baik
tempat,
persoalan,
memprogramkan
kegiatan
kehidupan mereka (sekarang dan yang
belajar bersama orangtua, dalam hal
akan
ini orangtua dengan berbagai profesi
datang).
Sebagaimana
diungkapkan John Dewey (1938), fokus
yang
pengajaran
pengajar,
seharusnya
ditujukan
berbeda
bertugas
misalnya
sebagai petani,
terhadap minat dan kemampuan yang
pedagang, pembuat roti, peternak,
sekarang nyata-nyata dimiliki anak,
dokter, dll.
karena pendidikan dipandang sebagai
c. Membimbing
proses sepanjang hidup, oleh karena itu,
memonitor
anak diajak belajar dari persoalan yang
sehingga ia mampu belajar secara
nyata dalam konteks kehidupan sehari-
mandiri. Program dirancang untuk
hari.
membantu Oleh
karena
itu,
ketika
anak hasil
untuk belajarnya
anak-anak
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
menggunakan pendidikan kontekstual,
sendiri.
Saat
guru harus memperhatikan karakteristik
pertanyaan,
CTL (Clifford dan Wilson, 2000), yaitu:
motivasi
a. Menekankan
dan
anak
mereka mengajukan
timbullah perhatian
minat, mereka
adanya
pemecahan
dengan sendirinya. Peran guru disini
(problem
solving).
adalah mencari jalan untuk jawaban
Pembelajaran hendaknya berdasar
yang memuaskan anak tanpa terlalu
pada masalah yang riil, menarik,
menyederhanakan informasi atau
masalah
menghujani anak dengan informasi
menangkap
yang tidak dapat dipahami.
secara terus menerus adalah melalui:
d. Pembelajaran
menggunakan
(1)
kinerja
dan
proses
pengamatan
tentang
berbagai ragam kehidupan anak
perkembangan dan belajar anak, (2)
didik sebagai titik pijak.
pencatatan anekdotal yang singkat
e. Modalitas
belajar
berasal
dari
dan lengkap, (3) cheklist untuk
awal
tentang
latar
melihat arah perkembangan dan
belakang sosial budaya, cita-cita,
deskripsinya, (4) sampel produk
dan tipologi masyarakat masing-
berupa contoh yang mewakili hasil
masing anak didik.
karya
pengetahuan
f. Mendorong
anak
untuk
saling
belajar dengan temannya. g. Menerapkan
otentik
asesmen
(authentic assessment).
anak
(portofolio),
sampling
waktu
kegiatan,
(6)
dilakukan
atau
peristiwa
wawancara ketika
(5)
yang
anak-anak
bermain.
Evaluasi tidak dilakukan dalam
Berdasarkan karakteristik CTL,
bentuk ‘tes” karena tidak sesuai
dapat dikatakan bahwa pembelajaran
dengan keluguan, dan kemurnian
kontekstual
alam pikiran anak usia dini. Dalam
pengembangan kecakapan hidup (life
konteks
asesmen
skill). Untuk anak usia dini, kecakapan
dalam
hidup lebih difokuskan untuk kegiatan
konteks alami dan otentik (bukan
yang akan dipakai anak sepanjang hayat
rekayasa), oleh karena itu, maka
(longlife skills). (Slamet Suyanto. 2003:
disebut asesmen otentik. Fokus
165-173).
pembelajaran,
dilakukan
asesmen
menyeluruh,
adalah
menekankan
pentingnya
memperhatikan
Dalam
proses yang menghasilkan produk,
pembelajaran
yaitu proses interaksi anak dengan
maka guru harus mengawalinya dengan
lingkungannya yang kondusif, serta
pemilihan
proses
terjadi
dengan pengalaman hidup nyata atau
karena meningkatnya kemampuan
riil. Adapun dalam pemilihan tema di
anak
PAUD
perubahan
dalam
yang
perkembangannya
(profisiensi) (Iksan Waseso, 2008: 4.12). Oleh karena itu, teknik untuk
menerapkan berbasis
tema
yang
hendaknya
kontekstual,
dihubungkan
memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kedekatan : tema hendaknya dipilih
Sub tema “aku anak indonesia”
dimulai dari tema yang terdekat
dalam tema “diri sendiri”
dengan kehidupan anak kepada tema
Sub tema “indahnya wisata laut
yang semakin jauh dari kehidupan
di
anak. Contoh:
“lingkunganku”
desaku”
dalam
tema
Untuk tema wisata seperti kota di
Sub tema “makanan khas di
badung di provinsi bali (dengan
kotaku”, “rumah joglo” dan
pantai kutanya) dan di manado
“beskap dan kebaya kecilku”
(dengan taman laut bunaken),
dalam tema “kebutuhanku”
tema rekreasi dapat masuk ke
Sub tema “komodo keajaiban
tema lingkunganku dan tema
alam
yang lebih dekat daripada tema
“binatang”
tanaman dan binatang
Sub
b. Kesederhanaan : tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang
dunia” tema
rafflesia”
dalam
tema
“bunga
raksasa
dalam
tema
“tanaman”, dll c. Kemenarikan:
tema
hendaknya
lebih rumit bagi anak. Guru dapat
dipilih mulai dari tema-tema yang
menentukan
lebih
menarik minat anak kepada tema-
sederhana agar tema dapat lebih
tema yang kurang menarik minat
efektif dan fokus
anak. Tema-tema tertentu dapat
tema
yang
airku”,
dibuat lebih menarik dan dibedakan
menurut guru masih terlalu rumit
antara tema TK kelompok A dan
dan luas, guru bersama anak dapat
TK kelompok B, agar anak didik
menentukan tema yang lebih sempit
tertarik
misal:
membosankan
Contoh:
tema
tema
kelahiranku”
“tanah
“mengenal atau
“aku
kota rindu
dan
pengulangan
tidak anak
tema
akan karena
yang
kampung halaman, dll
dengan sub tema yang sama.
Tema-tema tertentu yang terlalu
Contoh:
rumit dan luas dapat digabung atau
Tema pekerjaan
sama
diintegrasikan ke tema yang lain
Sub tema pada anak kelompok
menjadi sub tema agar tidak terlalu
A: sub tema “ pekerjaan orang
banyak tema. Contoh:
tuaku”
(misalnya
:
dokter,
petani, nelayan, polisi, pegawai
Sub tema “bunga indah untuk
bank, insiyur, dll), sub tema
ibu” dalam tema “tanaman”
“cita-cita”
Sub tema “puisi untuk kartini”
(misalnya:
pilot,
guru, pelaut, arsitek, dokter, dll)
dalam tema “alat komunikasi”,
Sub tema pada TK kelompok B:
dll
sub tema “pekerjaan disekitar
Pemilihan tema-tema yang akan
(misalnya:
guru,
dipakai selama satu tahun pelajaran
satpam, tukang ojek, penjual
dilakukan sebelum tahun pelajaran di
kue, petugas kebersihan, dll) sub
mulai.
tema
dilengkapi
TK-ku”
“pekerjaan
di
kota
Tema
yang
dengan
sudah
dipilih
rentang
waktu
semarang” (misalnya: pedagang
pelaksanaan tema. Agar anak didik dan
di kampung pecinan gang baru,
guru
pedagang di kauman, pedagang
eksplorasi
di pasar johar, nelayan, dan
melalui wahana tema tersebut. Rentang
pedagang ikan di pantai, tukang
waktu
pos di kantor pos, masinis di
singkat, rentang waktu sekitar satu
stasiun tawang, dll)
bulan (empat minggu) untuk satu tema,
dapat
melakukan
kegiatan
pelaksanaan
secara
jangan
kegiatan tuntas
terlalu
d. Keinsidentalan : peristiwa atau
merupakan rentang wakttu yang cukup
kejadian di sekitar anak (sekolah)
untuk eksplorasi. Proses identifikasi
yang terjadi pada saat pembelajaran
tema menjadi sub tema dapat dilakukan
berlangsung
hendaknya
oleh guru dan anak didik melalui
dimasukkan dalam pembelajaran
kegiatan percakapan sehingga sub tema
walaupun tidak sesuai dengan tema
yang akan dijadikan payung kegiatan
yang
benar-benar
dipilih
pada
hari
itu,
diperoleh
dari
sudut
tujuannya agar anak mendapat
pandang peserta didik (fokus pada
pengalaman yang bermakna pada
minat anak) bukan dari sudut pandang
peristiwa khusus walaupun hanya
guru.
beberapa hari atau satu minggu.
Tentu saja untuk mengembangkan
Contoh:
materi pembelajaran seperti tema
Sub
tema
“perayaan
hari
”ikan mas” tersebut, guru hendaknya
dalam
tema
mengacu pada buku-buku referensi
kemerdekaan” “lingkunganku”
agar dapat menyampaikan informasi
berpusat pada anak, i) demokratis, j)
yang tepat pada anak.
bermakna.
Ketika
guru
pembelajaran
dapat
mendesain
seperti
tema
Simpulan
yang
Model
pembelajaran
inovatif
diangkat tersebut maka anak akan
dirancang dalam rangka menciptakan
mendapatkan
kelas yang berpusat pada anak. Ada
(hands
pengalaman
on
experience)
langsung erat
beberapa model pembelajaran inovatif
kaitannya dengan masalah dikehidupan
yang sesuai dengan kebutuhan anak usia
sehari-hari, sehingga tujuan akhir dari
dini, antara lain: model pembelajaran
pembelajaran
tersebut
yang
“anak
yang
inovatif
berbasis
tadinya tidak suka ikan akan suka ikan
kooperatif
karena kegiatan makan bersama dengan
kontekstual.
teman. Hal ini sesuai dengan definisi
berbasis
konstruktivistik,
pembelajaran, yaitu proses interaksi
hendaknya
memulai
anak usia dini dengan guru dan sumber
dengan apa yang diketahui anak. Ada
belajar pada suatu lingkungan belajar
empat ciri pembelajaran ini yaitu:
untuk membantu membimbing anak
problematik; mengembangkan proses
belajar dengan baik sesuai dengan tahap
diskoveri
perkembangannya
sehingga
pembelajaran memacu proses ”sharing”
menghasilkan perubahan tingkah laku
atau berbagi pendapat, ide, kegiatan dan
menjadi
Dalam
pemikiran baik antar individu maupun
melaksanakan pembelajaran di PAUD
dalam kelompok; dan memacu anak
perlu
prinsip-prinsip
untuk melakukan refleksi dan revisi
sebagai berikut: a) bermain sambil
terhadap struktur pengetahuan yang
belajar, b) berorientasi pada prinsip-
telah
prinsip
pengetahuan
lebih
baik.
memperhatikan
perkembangan
anak,
c)
ia
dan
konstruktivistik, kelompok,
Dalam
dan
pembelajaran
untuk
baru.
kegiatan
melahirkan Pembelajaran
berorientasi pada kebutuhan anak, d)
berbasis
kreatif dan inovatif, e) didukung oleh
melakukan
lingkungan
f)
sebaya dan antar komponen-komponen
menggunakan pendekatan tematik, g)
lain di sekolah. Kerjasama antarsiswa
mengembangkan keterampilan hidup, h)
jelas terlihat pada saat kelas sudah
yang
kondusif,
kooperatif,
guru
pembelajaran
inkuiri;
miliki
serta
kerjasama
anak antar
belajar teman
memilih satu masalah untuk bahan
kajian bersama, contohnya pada anak
Practice in Early Childhood
Taman Kanak-Kanak, belajar dalam
Programs
kelompok meliputi kelompok kecil,
from birth through Age 8.
sedang, dan besar. Selain itu, dalam
Washington DC.
model pembelajaran kontekstual, anak
Serving
Children
Budimansyah, Dasim. 2002. Model-
diajak belajar dari persoalan yang nyata
Model
dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Penilaian Berbasis Portofolio.
Oleh karena itu, guru harus mengawali
Bandung: Genesindo.
pembelajaran dengan pemilihan tema
Children’s
Pembelajaran
Resources
dan
International.
yang dihubungkan dengan pengalaman
1997. Menciptakan Kelas yang
hidup nyata atau riil anak usia dini.
Berpusat pada Anak. Jakarta:
Dalam mengembangkan tema, guru
CRI Inc.-USAID
sebaiknya mengacu pada referensi yang
Depdiknas,
2003.
UU
tepat agar konsep yang dikenalkan pada
Pendidikan Nasional, Jakarta.
anak tepat pula.
Dewantara, Ki Hajar. 2004. Bagian Pertama: Pendidikan (Cetakan
Saran Dalam
merancang
model
pembelajaran inovatif hendaknya guru mengawalinya dengan menggali tema-
Ketiga).
Yogyakarta:
Direktorat Pembinaan TK & SD. 2010. Pedoman
anak dan berbasis problem sesuai
Silabus di TK. Jakarta
konteks kehidupan sehari-hari. Selain kegiatan
pembelajaran
Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
tema pembelajaran yang sesuai minat
itu,
Sistem
Pengembangan
Jamaris, Martini. 2003. Perkembangan
yang
dan Pengembangan Anak Usia
disajikan hendaknya mengembangkan
Taman Kanak-kanak. Jakarta :
proses discoveri dan inkuiri, kerjasama
PUD PPS UNJ.
antar teman sebaya, memacu proses berbagi ide dan refleksi.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching
and
Learning:
Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Bermakna.
Daftar Pustaka Bredekamp,
Sue.
1992.
Developmentaaly
Appropriate
Mengasyikkan dan Terjemahan:
Chaedar Alwasilah. Bandung: Mizan Media Utama
Katz, Lilian. 1988.
Early Childhood
Education: What Research Tell Us. Canada: Phi Delta Kappa Educational Association. Santrock, John W. 2002. Life - Span Development, 5 E. Terjemahan: Achmad
Chusairi
&
Juda
Damanik. Jakarta: Erlangga. Sudono,
Anggani.
2004.
Sumber
Belajar dan Alat Permainan untuk
Pendidikan
Usia
Dini.Jakarta : Grasindo. Tedjasaputra, Mayke. 2000. Bermain, Mainan,
dan
Permainan.
Jakarta: Erlangga Triyono. 2005. Pintu-Pintu Pendidikan Kontekstual Anak Usia Dini. Jakarta: Dit. PPTK-KPT. Tu’u, Tulus, S.Th, 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.