PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMPN 5 SIJUNJUNG Della Three Agusvita1, Lutfian Almash2, Yusri Wahyuni1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] 2 Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Padang Abstract There are several factors that cause low mathematics result of study. One is the lack of interes and attention of students in learning mathematics. Teacher have tried to overcome these problems by conducting a discussion of question and answer, but these efforts have not been able to improve students’ motivation and activity. To remedy this situation, one attempts to do is applying the cooperative learning model Two Stay Two Stray (TSTS) technics. The purpose of this study is to see the mathematical activity development and students result of study after applying the cooperative learning model TSTS technics. after analyzed the data, the writer concluded that the results of student taught learning mathematics by using cooperative learning model TSTS technics is better than the expository method in class IX SMPN 5 Sijunjung. Key words : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray (TSTS) Technics, Activity, Result Of Study. Menyadari begitu pentingnya peranan
Pendahuluan Matematika adalah salah satu cabang
matematika, diperlukan peningkatan mutu
ilmu pengetahuan yang berperan penting
pengajaran dan hasil belajar matematika.
dalam kehidupan dan pembangunan bangsa.
Tetapi pada kenyataannya hasil belajar
Peranannya tidak hanya dalam cabang ilmu
matematika siswa sampai sekarang belum
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
(MIPA) tetapi juga pada ilmu-ilmu lainnya.
Banyak
Dengan kata lain banyak ilmu pengetahuan
matematika adalah pelajaran yang sulit dan
yang perkembangannya tergantung pada
membingungkan. Oleh sebab itu, guru harus
matematika. Karena itu matematika dijadikan
mampu menciptakan suasana pembelajaran
sebagai salah satu pelajaran wajib di sekolah.
yang kondusif dan efektif serta didukung
Sebagai
wajib,
oleh model pembelajaran yang bervariasi,
matematika harus dipahami dan dimengerti
sehingga akan memudahkan siswa dalam
oleh siswa mulai dari tingkat dasar hingga
memahami konsep matematika.
salah
satu
pelajaran
menengah bahkan ke tingkat perguruan tinggi.
siswa
menganggap
pelajaran
Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas
SMPN 5 Sijunjung pada tanggal
didapatkan bahwa
oleh siswa. Guru telah berusaha mengatasi
proses pembelajaran masih terpusat pada
permasalahan yang terjadi dalam proses
guru dan mengakibatkan kurangnya aktivitas
pembelajaran seperti melakukan diskusi atau
siswa dalam pembelajaran matematika. Hal
tanya jawab, tetapi usaha tersebut belum
ini terlihat ketika guru menjelaskan materi
mampu menarik minat dan perhatian siswa.
pelajaran
Kebanyakan
Juli sampai
Juli
dan
meminta
siswa
bertanya
siswa
hanya
diam
dan
tentang materi yang sedang dipelajari, tidak
menunggu guru sendiri yang menjawab
ada satupun siswa yang mau bertanya.
pertanyaan
Akibatnya aktivitas siswa hanya duduk
mengerjakannya soal, maka siswa tidak mau
melihat, mendengarkan dan mencatat apa
mengerjakannya lagi.
tersebut.
Apabila
terbentur
Untuk mengatasi masalah yang dialami
yang dijelaskan oleh guru. Hal lain yang penulis temukan adalah
siswa di atas, maka diperlukan suatu tindakan
siswa kesulitan memahami konsep-konsep
untuk mengatasi masalah yang ada, misalnya
yang diajarkan guru, hal ini terlihat ketika
dilakukan
diberikan soal latihan yang berbeda dari
pembelajaran
contoh soal yang diberikan sebelumnya siswa
kepedulian siswa terhadap pembelajaran
tidak mampu untuk mengerjakannya. Selain
matematika, serta dapat meningkatkan hasil
itu ketika diberi latihan siswa banyak yang
belajar matematika siswa. Penerapan suatu
menyalin jawaban dari temannya, meribut
model pembelajaran yang akan digunakan
dan berjalan-jalan di dalam kelas. Ketika jam
membutuhkan perangkat pembelajaran untuk
pelajaran selesai siswa diberikan PR yang
mendukung
diambil dari buku paket untuk dikumpulkan
pembelajaran tersebut. Oleh karena itu,
pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran
diperlukan suatu perangkat pembelajaran
yang dilakukan oleh guru seperti mencatat,
yang
menerangkan, memberikan soal latihan, dan
memfasilitasi
PR membuat siswa menjadi bosan dan kaku
pembelajaran.
sehingga
mengakibatkan
hasil
Sijunjung
pada
tanggal
dapat
pelaksanaan
dirancang
guna siswa
model
meningkatkan
dari
model
membantu dalam
guru proses
yang dapat dikembangkan adalah bahan ajar
wawancara
dengan guru matematika kelas
yang
suatu
Salah satu perangkat pembelajaran
belajar
matematika siswa menjadi rendah. Berdasarkan
penerapan
penulis
pemilihan model pembelajaran Cooperative
SMPN Juli
yang dibuat sendiri oleh guru dengan
,
yang mengelompokkan siswa untuk bekerja
diperoleh informasi bahwa pembelajaran
dan
menggunakan
bahan
matematika masih dianggap sulit dan penuh
perangkat pembelajaran.
ajar
sebagai
dengan rumus-rumus yang membingungkan 2
Salah
satu
model
pembelajaran
Cooperative teknik TSTS lebih tinggi dari
yang
dapat
meningkatkan
proporsi siswa yang mencapai ketuntasan
aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model
belajar matematika yang diajarkan dengan
pembelajaran Cooperative teknik Two Stay
menggunakan metode ekspositori di kelas
Two Stray (TSTS) dengan menggunakan
SMPN 5 Sijunjung.
Cooperative
LKS. Model pembelajaran ini diharapkan
Belajar dan pembelajaran merupakan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta
dua hal penting yang saling terikat. Setiap
meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas.
ada aktivitas pembelajaran selalu ada yang
Model pembelajaran TSTS ini memberikan
melakukan aktivitas belajar. Jadi belajar dan
kesempatan kepada setiap siswa untuk saling
pembelajaran
bertukar informasi dan berbagi pengetahuan
berlangsung secara bersamaan. Menurut
dalam berdiskusi, mempertimbangkan serta
Sardiman (2014:20) “belajar merupakan
membandingkan jawaban yang tepat terkait
perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan
yang
dengan
dipelajari. Sehingga dengan sendirinya akan
dengan
tercipta pembelajaran aktif karena setiap
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.
siswa akan memegang peranan penting
Jadi belajar merupakan proses yang ditandai
dalam
berlangsung.
oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri
Selain itu siswa juga dilatih untuk berpikir
seseorang dimana perubahan tersebut dapat
kritis, logis dan sistematis serta memiliki rasa
berupa
tanggung jawab yang besar terhadap diri
kebiasaan, kegemaran dan sikap. Jika dalam
sendiri dan orang lain. Dengan model
suatu
pembelajaran
suatu
materi
pembelajaran
mendapatkan
ini,
pelajaran
yang
siswa
pengalaman
merupakan
serangkaian
kegiatan
membaca,
pengetahuan,
proses
aktivitas
belajar
yang
misalnya mengamati,
keterampilan,
seseorang
tidak
juga
akan
memperoleh perubahan tingkah laku yang
belajar
yang
positif berarti orang tersebut belum berhasil
bermakna dan menyenangkan.
dalam belajar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Pembelajaran Cooperative merupakan
mengetahui perkembangan aktivitas belajar
salah satu model pembelajaran kelompok
matematika siswa dengan menggunakan
yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip
model pembelajaran Cooperative Teknik
dasar pembelajaran Cooperative adalah siswa
TSTS di kelas
membentuk kelompok kecil dan saling
untuk
SMPN 5 Sijunjung dan
membandingkan
proporsi
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan
siswa yang mencapai ketuntasan belajar
bersama-sama. Menurut Suyatno ( 2009: 51)
matematika
“Model pembelajaran cooperative adalah
menggunakan
yang
apakah
diajarkan
model
dengan
pembelajaran
kegiatan
pembelajaran
dengan
cara 3
berkelompok untuk bekerja sama saling
TSTS. Model pembelajaran Cooperative
membantu
teknik TSTS dikembangkan oleh
mengkontruksi
konsep,
Spencer
menyelesaikan, persoalan, atau inkuiri”. Pada
Kangan pada tahun 1992. Menurut Lie (2010:
pembelajaran Cooperative siswa akan belajar
61) “model pembelajaran Cooperative teknik
didalam kelompoknya untuk mempelajari
TSTS
suatu
Cooperative dengan struktur dua tinggal dua
materi
dan
pengalaman
akan
secara
mendapatkan
individu
maupun
merupakan
Pengelompokan dalam pembelajaran Cooperative
merupakan
pengelompokan
pembelajaran
tamu yang memberikan kesempatan kepada kelompok
kelompok.
model
untuk
membagikan
hasil
dan
infomasi dengan kelompok lain”. Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa model
siswa
pembelajaran teknik TSTS adalah model
kemampuan
pembelajaran Cooperative dengan teknik
akademis. Menurut Lie (2010: 41) “dalam
setiap kelompok membagikan hasil dan
hal
informasi kepada kelompok lain atau dengan
yang
heterogen,
dikelompokkan
dimana
berdasarkan
kemampuan
akademis,
kelompok
pembelajaran Cooperative biasanya terdiri
kata
dari satu orang berkemampuan tinggi, dua
pengetahuan yang dimilikinya dengan cara
orang dengan kemampuan sedang, dan satu
dua orang dari anggota tinggal dalam
lainnya dari kemampuan akademis kurang”.
kelompok dan dua orang anggota kelompok
Sehingga
yang lain bertamu mencari informasi ke
dapat
pengelompokan
disimpulkan
secara
heterogen
bahwa dapat
memberi manfaat bagi proses pembelajaran,
lain
siswa
saling
berbagi
ilmu
kelompok lain. Langkah-langkah
pembelajaran
terutama dalam meningkatkan interaksi antar
Cooperative teknik TSTS menurut Anita Lie
siswa dengan kemampuan akademik yang
(2010: 62) :
berbeda. Karena siswa yang berkemampuan
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. 2) Setelah selesai, dua orang dari masingmasing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. 3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
tinggi membagi pengetahuannya kepada siswa yang berkemampuan sedang dan rendah.
Hal
ini
membuat
siswa
berkemampuan tinggi semakin memperkuat pemahamannya dan siswa berkemampuan rendah akan sangat terbantu dan termotivasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih. Salah
satu
model
pembelajaran
Cooperative yang efektif diterapkan adalah model pembelajaran
Cooperative teknik 4
Berdasarkan pendapat Anita Lie di atas dapat
disimpulkan
bahwa
kelompok yang mendapat nomor urut
model
genap yang duduk berdampingan dengan
TSTS
kelompok-kelompok lain yang medapat
juga
nomor urut genap pula. Hal ini dilakukan
membelajarkan selain itu dapat melatih siswa
agar ketika siswa bertamu ke kelompok
untuk aktif dan memiliki rasa tanggung
lain siswa tidak kesulitan mencari mana
jawab yang besar terhadap diri.
yang kelompok genap dan mana yang
pembelajaran
Cooperative
siswa
hanya
tidak
teknik
belajar
tetapi
Langkah-langkah model pembelajaran
kelompok ganjil.
Cooperative teknik TSTS dalam proses
5) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa
pembelajaran pada penelitian yang dilakukan
(LKS) yang berisi ringkasan materi dan
peneliti adalah:
tugas kelompok yang akan dibahas siswa
1) Guru
menyampaikan
model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Guru membentuk tujuh kelompok secara heterogen
berdasarkan
tingkat
kemampuan akademis siswa. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa, karena
jumlah
eksperimen
siswa
ganjil,
pada
maka
ada
dalam kelompok masing-masing. 6) Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. 7) Guru
mengintruksikan
agar
siswa
kelas
mendiskusikan dan mengerjakan tugas
tiga
kelompok yang ada dalam LKS dengan
kelompok yang beranggotakan 5 orang siswa.
kelompok masing-masing. 8) Setelah
3) Guru meminta perwakilan dari tiap-tiap
selesai
didiskusikan
dalam
kelompok masing-masing, 2 orang dari
kelompok untuk mencabut lot ke depan
tiap-tiap
kelas guna menentukan nomor kelompok
masingnya berkunjung sebagai tamu ke
siswa.
kelompok lain
4) Setelah
masing-masing
kelompok
yang
masing-
untuk berdiskusi dan
perwakilan
bertukar informasi mengenai hasil kerja
kelompok selesai mencabut lot, didapat
kelompok yang dikunjunginya, dengan
4 kelompok ganjil dengan nomor urut
syarat kelompok yang mendapat nomor
1,3,5,7 dan 3 kelompok genap dengan
urut ganjil bertamu ke kelompok yang
nomor urut 2,4,6. Kelompok yang
mendapat nomor urut ganjil pula, begitu
mendapat nomor urut ganjil duduk
juga untuk kelompok yang mendapat
berdampingan
kelompok-
nomor urut genap bertamu ke kelompok
kelompok lain yang medapat nomor urut
yag mendapat nomor urut genap pula,
ganjil
sedangkan dua orang anggota kelompok
pula,
dengan
begitu
juga
dengan
5
yang tidak pergi berkunjung kekelompok lain
tetap
dikelompoknya
menerima
siswa
kekelompoknya
untuk
yang serta
12) Guru membimbing siswa merangkum
bertamu
pembelajaran. 13) Guru memberikan PR kepada siswa.
memberikan
Aktivitas merupakan prinsip atau asas
informasi kepada siswa yang bertugas
yang sangat penting di dalam interaksi
sebagai tamu mengenai hasil diskusi
belajar mengajar, karena aktivitas belajar
kelompoknya.
adalah
9) Setelah kegiatan bertamu selesai, siswa
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
memperoleh pengetahuan, jadi jelaslah dalam
yang bertamu kembali ke kelompok
belajar
asalnya
dan
Sardiman ( 2014: 95 ) menyatakan: “belajar
menyampaikan hasil kunjungannya dari
adalah berbuat, berbuat untuk mengubah
tiap-tiap
tingkah laku, tidak ada belajar kalau tidak
masing-masing
kelompok
kepada
anggota
kelompoknya. Hasil kunjungan tersebut dibahas
dan
didiskusikan
memang
diperlukan
aktivitas.
ada aktivitas“.
bersama
Banyak aktivitas yang dapat dilakukan
kemudian dicatat oleh masing-masing
siswa
anggota kelompok.
matematika. Menurut Paul B. Diedrich dalam
10) Guru menunjuk satu kelompok secara acak
masing-masing
ganjil
dan
dari
kelompok
kelompok
genap
mempresentasikan
hasil
kelompoknya
kelompok
dan
untuk diskusi
Sadirman
a.
b.
kelompok ynag terpilih juga dipilih
semua
siswa
dituntut
bisa
c.
belajar
sunguh-sungguh agar faham dengan
d.
hasil kerja kelompok masing-masing, karena takut tidak bisa menjelaskan hasil
e.
diskusinya jika ditunjuk oleh guru. 11) Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan
guru
memberi
penguatan
dan
meluruskan jawaban siswa jika ada yang
101)
pembelajaran
indikator
yang
pembelajaran adalah sebagai berikut:
mempresentasikan hasil diskusi dari
secara acak. Dengan cara seperti ini,
(2014:
proses
menyatakan aktivitas siswa dalam proses
lain
memberikan tanggapan. Siswa yang
dalam
f.
Visual activites, seperti membaca, memperhatikan, demonstrasi, mengamati percobaan. Oral activites, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi alasan, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato. Writing activities, seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket dan menyalin. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta dan diagram. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
keliru. 6
g.
h.
Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tegang dan gugup.
tidak
tahu,
timbulnya
pengertian
baru,
perubahan setiap kebiasaan, keterampilan, kesanggupan,
menghargai
perkembanan
sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani”. Hasil belajar ini dapat diperoleh melalui penilaian sebagaimana yang kita
Berdasarkan pendapat ahli tersebut,
ketahui bahwa tujuan dari penilaian hasil
maka aktivitas siswa dan indikator yang
belajar adalah untuk mengetahui apakah
diamati peneliti dapat dilihat pada tabel
materi yang sudah diberikan telah dipahami
berikut.
siswa dan apakah metode yang digunakan
Tabel 1: Aktivitas siswa yang diamati
sudah tepat atau belum.
No 1.
Jenis Aktivitas Oral activities
Indikator yang diamati
pendapat
b. Siswa
dalam
relevan
3.
untuk
mencari
akibat
dengan
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
sedang dipelajari.
menyisihkan
a. Siswa mencatat hasil yang
sebab
(hubungan kausal) antara dua faktor yang
materi pelajaran yang
diskusi
hubungan
yang
telah
atau
mengurangi
faktor-faktor
lain
atau yang
mengganggu”. Pada Penelitian ini penulis menggunakan
dua
kelas
yaitu
kelas
kontrol.
Kelas
eksperimen
kelompoknya.
eksperimen merupakan kelas yang diajar
a. Siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan. mengetahui apakah proses
dengan menerapkan model pembelajaran
belajar yang dilakukan telah berhasil atau
dan
kelas
didiskusikan dengan
Emotional activities
Untuk
penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 9) “eksperimen adalah suatu cara
mengajukan
pertanyaan
Writing activities
Jenis penelitian yang digunakan adalah
a. Siswa mengeluarkan
berdiskusi.
2.
Metodologi
Cooperative teknik TSTS sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang diajar dengan menerapkan
metode
pembelajaran
Ekspositori.
tidak maka terlebih dahulu perlu diketahui
Populasi adalah keseluruhan objek
hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa.
yang akan diteliti. Menurut Arikunto (2010:
Sesuai dengan
173) “Populasi adalah keseluruhan objek
yang diungkapkan oleh
Hamalik (2007:30) bahwa: “Hasil belajar
yang
akan
diteliti“.
Populasi
dalam
adalah tingkah laku yang timbul dari yang 7
penelitian ini adalah semua siswa kelas kelas SMPN
5
Sijunjung
tahun
ajaran
yang diamati dengan teknik persentase yang dikemukakan Sudjana (2013:131) yaitu :
2014/2015. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang diteliti., Arikunto (2010: 174) menyatakan “Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang
Keterangan : P%
= Persentase Aktivitas
F
= Frekuensi Aktivitas Yang Dilakukan
diteliti”. Jadi, sampel yang diambil harus mewakili
karakteristik
dan
sifat-sifat
populasinya. Pada penelitian ini yang terpilih menjadi kelas eksperimen adalah kelas kontrol adalah
dan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar obsevasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan memperoleh
informasi
tentang
aktivitas siswa pada setiap pertemuan selama penggunaan
= Jumlah Siswa
2. Hasil Belajar Untuk
mengetahui
apakah
terdapat
perbedaan hasil belajar dari kedua kelas
.
Instrumen penelitian yang digunakan
untuk
N
model
pembelajaran
Cooperative teknik TSTS. Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui apakah hasil
independen, yaitu kelas eksperimen dengan menerapkan
model
pembelajaran
Cooperative teknik TSTS dan kelas kontrol dengan menerapkan metode Ekspositori, maka dilakukan analisis terhadap hasil belajar. Hasil belajar yang dianalisis adalah hasil
belajar
yang
diperoleh
setelah
pelaksanaan tes akhir. Analisis hasil belajar akan diuji dengan
belajar matematika siswa yang menerapkan
cara menguji hipotesis. Dengan hipotesis
model
pembelajaran
yang diuji dalam penelitian ini adalah
TSTS
lebih
baik
cooperative dari
hasil
teknik belajar
matematika siswa yang menerapkan metode ekspositori. Teknik analisis data dalam penelitian
sebagai berikut: :
Proporsi
siswa
yang
mencapai
ketuntasan belajar matematika yang
ini adalah:
diajar dengan menggunakan model
1.
pembelajaran Cooperative teknik
Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengetahui perkembangan aktivitas
TSTS sama dengan proporsi siswa
siswa selama proses pembelajaran model
yang mencapai ketuntasan belajar
cooperative teknik TSTS, digunakan lembar
matematika
observasi. Lembar observasi ini dianalisa
menggunakan metode pembelajaran
dengan cara menentukan persentase aktivitas
Ekspositori.
yang diajar
dengan
8
:
mencapai
observasi. Pengamatan dilakukan pada setiap
ketuntasan belajar matematika yang
kali pertemuan oleh dua orang observer
diajarkan
menggunakan
selama proses pembelajaran berlansung.
model pembelajaran Cooperative
Untuk melihat kecenderungan peningkatan
teknik
aktivitas siswa selama penerapan model
Proporsi
siswa
yang
dengan
TSTS
lebih
tinggi
dari yang
pembelajaran
Cooperative
teknik
TSTS
proporsi
siswa
mencapai
ketuntasan
belajar
dapat dilihat pada diagram berikut untuk
matematika
yang diajar dengan
setiap indikator aktivitas pada pertemuan
menggunakan metode pembelajaran
pertama sampai pertemuan ke enam.
Ekspositori.
a.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan tes
Aktivitas siswa mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi
untuk dua sampel independen.
Langkah-langkah dalam menggunakan tes untuk menguji hipotesis di atas adalah : a.
Masukkan frekuensi-frekuensi observasi dalam suatu tabel kontingensi
b.
Hitung
.
dengan rumus : |
(|
=(
)(
)
)(
)(
Dari diagram di atas terlihat bahwa
)
aktivitas yang mengeluarkan pendapat c.
Tentukan
signifikansi
dengan acuan tabel
observasi
. Untuk suatu tes
satu- sisi, bagi dua tingkat signifikansi yang
ditunjuk.
Jika
diberikan oleh tabel
yang
sama dengan
atau lebih kecil daripada dan terima
peluang
, maka tolak
.
pertemuan
pertama
sampai
pertemuan ke-enam. Pada pertemuan pertama hanya 13 orang siswa atau 41,94%
siswa
yang
mengeluarkan
pendapat dalam berdiskusi. Hal ini terjadi karena sebagian besar siswa waktu
diskusi
untuk
bergurau dan ada yang mengerjakan
Aktivitas Belajar Siswa tentang
dari
memanfaatkan
Hasil dan Pembahasan
Data
dalam berdiskusi cenderung meningkat
tugas mata pelajaran lain, akibatnya aktivitas
belajar
matematika siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative teknik Two Stay
suasana kelas menjadi sangat ribut. Pada pertemuan ke-dua meskipun persentase siswa mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi belum meningkat dari
Two Stray (TSTS) diperoleh melalui lembar 9
pertemuan pertama namun cenderung
sudah
tetap, tetapi suasana kelas mulai agak
pembelajaran
tenang dan terkontrol dari pertemuan
dilaksanakan
pertama.
menggunakan
Dalam
hal
ini
guru
terus
lebih
baik
dari
proses
sebelumnya
yang
oleh
guru
model
sebelum
pembelajaran
cooperative teknik TSTS.
memberikan arahan dan motivasi kepada
Pada pertemuan pertama persentase
siswa agar kepedulian siswa terhadap
aktivitas ini adalah 41,94% atau 13
pentingnya
orang
mengeluarkan
dalam berdiskusi
pendapat
meningkat.
Usaha
siswa,
meningkat
persentase
walaupun
peningkatannya
tidak
pertemuan selanjutnya dapat kita lihat
pertemuan ke-enam persentase aktivitas
peningkatan
siswa yang kedua ini sudah mencapai
mengeluarkan
siswa
pendapat
yang dalam
berdiskusi dan pada pertemuan terakhir
besar
terus
tersebut ternyata berhasil, sehingga pada
persentase
terlalu
ini
hingga
61,29% atau 19 orang siswa. c.
Aktivitas Siswa Mencatat Hasil diskusi
sudah mencapai 70,97% atau 22 orang
yang
siswa
Kelompoknya masing-masing.
yang
mengeluarkan
pendapat
pada
Telah
Didiskusikan
dengan
dalam berdiskusi. b.
Aktivitas Siswa Mengajukan Pertanyaan yang Relevan dengan Materi Pelajaran.
Aktivitas yang ketiga ini adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan Dari diagram di atas diketahui bahwa
persentase
siswa
relatif tinggi dari pertemuan pertama
mengajukan pertanyaan yang relevan
sampai pertemuan ke-enam. Dapat di
dengan materi pelajaran yang sedang
lihat
dipelajari
karena
pertemuan pertama 87,10% atau 27
peningkatan aktivitas siswa di setiap
orang siswa dan pada pertemuan ke-
pertemuan
enam sudah mencapai 100% atau seluruh
tergolong
peningkatan
aktivitas
siswa dan mengalami peningkatan yang
sedang,
relatif sedikit. Meskipun aktivitas
siswa
pada
diagram
di
atas
pada
dalam
siswa telah melakukan aktivitas ini. Hal
bertanya relatif sedikit, tetapi hal ini
ini berarati siswa sudah mulai menyadari 10
dan
peduli
terhadap
suatu
materi
pelajaran. d.
dengan pembelajaran sebelumnya yang menerapkan model pembelajaran biasa,
Aktivitas Siswa yang Berani Menjawab Pertanyaan yang Diberikan Guru Secara Lisan
dimana siswa tidak ada yang berani untuk menjawab pertanyaan guru secara lisan. Jika ada hanya satu atau dua orang saja dan dilakukan oleh orang yang sama. Dari tiap-tiap indikator aktivitas yang diamati, secara umum dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas
dalam
proses
pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Aktivitas
ke
empat
ini
juga
pembelajaran
Cooperative
teknik
TSTS
mengalami peningkatan yang relatif
mengalami
sedikit. meskipun sedikit, tetapi setiap
pertama
pertemuan
terus
Meskipun persentase peningkatannya tidak
meningkat. Sebagian besar siswa tidak
terlalu besar, tetapi hal ini sangat jauh
mempunyai keberanian untuk menjawab
berbeda dari pembelajaran biasanya yang
pertanyaan yang dilontarkan guru. Hal
dilakukan oleh guru, dimana biasanya siswa
ini terjadi karena kebanyakan siswa tidak
cenderung kaku dan diam dalam proses
terbiasa aktif di dalam kelas dan mereka
pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa
takut ditertawakan jika jawaban yang
kearah yang lebih baik ini akan berpengaruh
mereka berikan salah.
terhadap hasil belajar siswa kearah yang
aktivitas
siswa
Pada pertemuan pertama persentase siswa yang melakukan aktivitas ini adalah 32,26% atau 10 orang siswa, persentase ini terus meningkat tiap pertemuan hingga pada pertemuan keenam persentase aktivitas siswa yang berani
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan guru secara lisan mencapai 54,84% atau 17 orang. Peningkatan ini tentu saja lebih baik dibandingkan
peningkatan
sampai
dari
pertemuan
pertemuan ke
enam.
lebih baik pula. Hasil Belajar Siswa untuk mendapatkan kesimpulan tentang data yang diperoleh dari hasil belajar, maka dilakukan analisis data dengan menguji hipotesis.
Untuk
digunakan tes
menguji
hipotesis
ini
. Sebelum menentukan nilai
terlebih dahulu susun jumlah siswa tiap kelas sampel menurut pencapaian KKM seperti pada tabel berikut. 11
Tabel 2: Jumlah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Menurut Pencapaian KKM Nilai
banyak bertanya apabila mereka tidak paham dengan
Kelas Eksperiemen
Kelas Kontrol
20
11
31
11
21
32
31
32
63
KKM
pembelajaran Cooperative teknik TSTS lebih
materi
yang
sedang
dipelajari.
Mereka terpacu untuk lebih giat, mengerti, dan paham tentang materi yang diajarkan agar dapat menyelesaikan soal dengan cepat
KKM
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai dan karena
. Oleh , maka
diterima.
ditolak dan
Dengan
demikian,
dapat
dan tepat dalam kelompoknya. Berdasarkan hal yang dikemukan di atas, dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran Cooperative teknik TSTS ini berdampak matematika
positif
pada
sehingga
pembelajaran hasil
belajar
disimpulkan bahwa proporsi siswa yang
matematika siswa meningkat. Hal ini juga
mencapai ketuntasan belajar matematika
dapat dilihat dari persentase ketuntasan hasil
yang diajarkan dengan menggunakan model
belajar matematika kelas eksperimen yaitu
pembelajaran Cooperative teknik TSTS lebih
dan persentase ketuntasan hasil
tinggi dari proporsi siswa yang mencapai
belajar matematika kelas kontrol
ketuntasan belajar matematika yang diajar
34,37%.
yaitu
dengan menggunakan metode pembelajaran
Terjadinya perbedaan pada hasil belajar
ekspositori. Hal ini berarti bahwa hasil
matematika dikedua kelas ini disebabkan
belajar matematika dengan menggunakan
karena
model pembelajaran
Cooperative teknik
menerapkan model pembelajaran cooperative
TSTS
dari
belajar
teknik TSTS siswa belajar memecahkan soal-
matematika dengan menggunakan metode
soal dengan cara diskusi dalam kelompok-
pembelajaran biasa.
kelompok kecil yang heterogen, artinya di
lebih
baik
hasil
proses
pembelajaran
dengan
peneliti,
dalam suatu kelompok terdapat siswa yang
belajar
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah,
matematika siswa yang pembelajarannya
dan saat diskusi berlansung siswa akan
menerapkan
berbagi informasi dan pengetahuan yang
Berdasarkan memang
benar
pengamatan bahwa
model
hasil
pembelajaran
Cooperative teknik TSTS lebih baik dari
dimilikinya
dengan
sesama
anggota
pada hasil belajar matematika siswa yang
kelompok maupun dengan anggota kelompok
pembelajarannya menerapkan pembelajaran
lain yang bertamu. Siswa tidak hanya belajar
biasa. Hal ini terlihat pada saat proses
tetapi juga membelajarkan, siswa yang
pembelajaran siswa yang menerapkan model
kurang faham bisa bertaya kepada siswa 12
yang faham dan siswa yang faham bisa
Hasil yang penulis peroleh sesuai dengan
mengajarkan kepada siswa yang tidak faham,
landasan
teori
yang
karena siswa akan lebih mudah mengerti
sebelumnya, bahwa model pembelajaran
dengan apa yang dijelaskan teman sebayanya
Cooperative
daripada yang dijelaskan guru.
kesempatan kepada setiap siswa untuk
teknik
TSTS
dikemukakan
memberikan
Selain hal yang dikemukan di atas,
bekerja sama dan membagikan hasil diskusi
pembelajaran dengan menerapkan model
dan informasi tentang suatu materi kepada
pembelajaran cooperative teknik TSTS juga
siswa lain. Sehingga dengan sendirinya akan
dapat
lebih
tercipta pembelajaran aktif karena setiap
dan mengerti tentang materi
siswa akan memegang peranan penting
membuat
memahami
siswa
menjadi
karena siswa berdiskusi dan bekerjasama
dalam
dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-
Selain itu siswa juga dilatih untuk berpikir
soal tugas kelompok dan siswa lebih terlatih
kritis, logis dan sistematis serta memiliki rasa
dalam mengerjakan soal, berbicara dan
tanggung jawab yang besar terhadap diri
mengeluarkan pendapat, karena frekuensi
sendiri dan orang lain sehingga dapat
siswa menyelesaikan soal-soal secara diskusi
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
lebih banyak dari kelas kontrol. Waktu yang
perubahan
pada
berlangsung.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka
Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi
yang
Kesimpulan
digunakan dalam kelas eksperimen juga lebih efektif dari pada kelas kontrol.
pembelajaran
pembelajaran
dapat disimpulkan: 1.
Aktivitas belajar matematika siswa yang
matematika. Hal ini disebabkan perlakuan
pembelajarannya
pembelajaran matematika pada kelas kontrol
pembelajaran Cooperative Teknik Two
menggunakan
pembelajaran
Stay Two Stray (TSTS) di kelas IX
menerangkan
SMPN
Ekspositori
metode dimana
guru
5
menerapkan
Sijunjung
model
cenderung
pelajaran dengan cara ceramah sehingga
mengalami peningkatan dari pertemuan
banyak
pertama sampai pertemuan keenam.
menghabiskan
waktu
dan
juga
frekuensi siswa mengerjakan soal latihan
2.
Hasil belajar matematika siswa kelas IX
sedikit. Dalam metode ekspositori ini guru
SMPN
yang banyak berperan aktif sebagai pengajar.
pembelajarannya
Siswa
pembelajaran Cooperative Teknik Two
hanya
bertugas
menyimak
dan
mencatat pelajaran. Kondisi yang seperti ini memberi
dampak
pada
hasil
belajar
5
Sijunjung
yang
menerapkan
model
Stay Two Stray (TSTS) lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang
matematika yang belum memuaskan. 13
diajar
dengan
menerapkan
metode
ekspositori. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Lie,
Anita. 2010. Active Learning. Mempraktikkan Active Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Sardiman AM. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Siegel, sidney. 1990. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia. Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suyatno,
2009.
Menjelajah
Pembelajaran
Inovatif. Sidoajo: Masmedia Buana Pustaka.
14