Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/JPH
ISSN : 2443-3608
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS XI SMA PGRI 6
Wahyuni sari Guru SMK Dharma Putra Banjarmasin Email :
[email protected]
Abstrak Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA PGRI 6 Banjarmasin, didapatkan informasi bahwa pembelajaran khususnya mata pelajaran biologi keterampilan berpikir siswa masih tidak dapat dikatakan tinggi dan hasil belajarnya masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan guru memang menekankan model ceramah dalam pembelajarannya Sehingga siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan membuat hasil belajar tidak mencapai KKM yang ditentukan. Dengan adanya hal tersebut peneliti mencoba untuk melakukan suatu penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan tujuan untuk melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia.Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Banjarmasin dengan menggunakan konsep pelajaran sistem reproduksi manusia. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan terdapat dua kali pertemuan tiap siklusnya. Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan cara menggunakan tes hasil belajar, observasi dan angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus pada kelas XI IPA 1 SMA PGRI 6 Banjarmasin maka didapatkan hasil belajar produk siklus I pertemuan 2 nilainya 51.61% dan pada siklus II pertemun 2 mengalami peningkatan menjadi 88.57%. Hasil penelitian keterampilan berpikir tingkat tinggi siklus I 1.45 (cukup) dan siklus II 2.36 (baik). Kognitif proses pada siklus I 2.62 (baik) dan siklus II 3.43 (sangat baik). Respon siswa pada pembelajaran ini siswa mengatakan “Ya” terhadap penggunaan model pembelajaran PBM adalah sebesar 72.85% yang berarti siswa merespon positif terhadap penggunaan model pembelajaran yang digunakan. Kata kunci:
PBM, keterampilan berpikir tingkat tinggi
Publised : Desember 2016
PENDAHULUAN Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan (Sanjaya, 2006). Guru yang kreatif dan inovasi yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan peneitian tindakan kelas (PTK). 208
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Untuk Melatihkan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI SMA PGRI 6
Berdasarkan informasi yang didapat pada saat wawancara hari Rabu tanggal 11 Maret 2015 dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin, masih terdapat beberapa kendala dalam hasil belajar siswanya termasuk ketuntasan siswa dalam belajar. Kriteria ketuntasan maksimal siswa diakui guru tersebut mencapai ≤75 dari nilai KKM yaitu 75 atau ≥ 75 terutama pada materi reproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam upaya untuk melatihkan keterampilan berpikir dan hasil pembelajaran siswa SMA PGRI 6 Banjarmasin tersebut. Model pembelajaran berdasarkan masalah ini menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan masalahnya. Siswa akan aktif mencari solusi yang dihadapinya dan juga dapat aktif bertukar pendapat dengan rekannya. Dengan melatihkan cara berpikir siswa diharapkan akan berpengaruh juga pada hasil belajar siswa. Sehingga dengan adanya penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah ini diharapkan mampu untuk mengatasi masalah yang terjadi dan dapat melatihkan cara berpikir siswa sehingga hasil belajar pada materi sistem reproduksi manusia pada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin juga akan ikut meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBL) terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMA PGRI 6 Banjarmasin. 2) Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah di SMA PGRI 6 Banjarmasin. 3) Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah (PBL) didalam kelas terhadap siswa kelas XI SMA PGRI 6 Banjarmasin. 4) Bagaimana respon terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMA PGRI 6 Banjarmasin.
Agar permasalahan yang dikaji tidak keluar dari masalah yang ingin dibahas, maka permasalahan dibatasi yaitu: 1) Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa .kelas XI SMA PGRI 6 Banjarmasin dilihat dari cara merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan yang didapat dari pengamatan dengan menggunakan lembar kerja produk (pretes dan postes). 2) Hasil belajar siswa didapat berdasarkan sikap afektif (jujur, rasa ingin tahu,bertanggung jawab, menghargai pendapat teman dan kelancaran berbicara). Kognitif proses didapatkan dari lembar kerja peserta didik (LKPD) dan psikomotor (menyusun potongan organ reproduksi manusia, membuat rangkaian siklus menstruasi dan poster). 3) Keterlaksanaan pembelajaran PBM didalam kelas XI SMA PGRI 6 Banjarmasin berdasarkan keterlaksanaan RPP yang ada pada perangkat pembelajaran. 209
Sari W / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI SMA PGRI 6 BANJARMASIN pada konsep sistem reproduksi manusia merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh perlakuan tersebut (Sanjaya, 2012).PTK merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikunto, 2010). Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian di SMA PGRI 6 Banjarmasin yaitu di kelas XI pada tahun 2015. Dilaksanakan pada semester genap (2) dengan waktu penelitian yang sudah ditentukan. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI IPA 1 SMA PGRI 6 Banjarmasin tahun yang berjumlah 35 orang Tahun ajaran 2014/2015. Pelaksanaan Tindakan Kelas a. Refleksi Awal Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengajar Biologi di SMA PGRI 6 Banjarmasin dapat diuraikan refleksi awal sebagai berikut : 1) Konsep sistem reproduksi di kelas XI SMA PGRI 6 Banjarmasin diberikan masih berpusat pada guru dan secara klasikal. 2) Guru Biologi belum pernah melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, khususnya pada konsep sistem reproduksi manusia kelas XI. 3) Para siswa belum pernah melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, khususnya pada konsep sistem reproduksi manusia kelas XI. b.
Tahap pelaksanaan tindakan Kelas Siklus I
Siklus pertama dalam PTK adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut: 1)
Perencanaan (planning) siklus I
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a)
Meminta kesediaan pihak sekolah dan guru Biologi kelas XI SMA PGRI 6 Banjarmasin untuk menjadi mitra dalam melaksanakan PTK. 210
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Untuk Melatihkan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI SMA PGRI 6
b)
Membuat silabus pembelajaran.
c)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I yang terdiri atas 2 kali pertemuan,.
d)
Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didalam juga terdapat LKPD, dan soal-soal pretes dan postes.
e)
RPP yang telah dibuat dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dan didiskusikan dengan guru bidang studi untuk mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia.
f)
Menyusun instrumen lembar observasi dan respon siswa dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).
g)
Melakukan revisi instrumen penelitian, sehingga instrumen layak untuk digunakan.
2)
Pelaksanaan (acting) siklus I
a)
Memberikan pretes siklus I kepada siswa sebelum melakukan pembelajaran.
b)
Mengorientasikan siswa kepada masalah dalam sistem reproduksi manusia yaitu organ dan oogenesis dengan cara memperlihatkan gambar-gambar, menyangkan video dan memberikan wacana kepada siswa yang terkait dengan LKPD.
c)
Mengorientasikan siswa untuk belajar dengan cara memberikan LKPD 1 dan 2, yaitu mengamati dan menelaah video tentang organ reproduksi manusia. Perorientasian siswa untuk belajar ini akan siswa dibagi kedalam kelompok kecil dengan anggota 5-6 orang siswa.
d)
Membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, mencari penjelasan dan solusi pada, bahan bacaan dan artikel-artikel yang menyangkut dengan materi sistem reproduksi manusia.
e)
Membimbing siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya yang telah diberikan sesuai kelompoknya masing-masing.
f)
Meminta siswa untuk menyajikan hasil karya yang telah dibuat secara berkelompok di depan kelas.
g)
Melakukan dan evaluasi bersama dengan siswa terhadap tiap-tiap hasil karya yang telah dibuat dan disajikan oleh siswa secara berkelompok.
3)
Pengamatan (observservation) Pada tahap pengamatan ini dilakukan observasi langsung terhadap cara belajar siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dan bagaimana efektivitas dari model pembelajaran tersebut.
4)
Refleksi (reflecting) Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data dengan melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam tahapan pengamatan. Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi terhadap kekurangan atau kesalahan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan pertimbangan untuk perbaikan disiklus berikutnya.
211
Sari W / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218
Teknik Analisis Data 1. Teknik analisis data berdasarkan pemahaman siswa ini memperoleh analisis dari kuantitatif, dengan cara menghitung ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal pada konsep sistem reproduksi manusia berdasarkan nilai yang diperoleh. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:Setelah dilakukan proses pembelajaran diperoleh analisis dengan menggunakan teknik persentasi yaitu dengan rumus sebagai berikut: =
jumlah siswa tuntas x 100% jumlah seluruh siswa
skor diperoleh x 4 = skor akhir skor maksimal
Tabel 1. Kriteria Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Skor akhir 3,3 < skor ≤4,00 2,33 < skor ≤ 3,33 1,33 < skor ≤ 2,33 Skor ≤ 1,33
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang
Tabel 2. Persentasie Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Banyak Siswa 25-32 17-24 9-16 0-8
Persentase % 76-100 51-75 26-50 0-25
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Kurang Tinggi Rendah
Keterampian berpikir tingkat tinggi dikatakan berhasil jika lebih dari atau sama dengan 75% dari siswa teah mencapai nilai ≥ 75 (KKM= 75) dengan persentase keterampian berpikir tingkat tinggi dari atau sama dengan 76% dan kategori sangat tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan pada kelas XI IPA 1 SMA PGRI 6 Banjarmasin dengan menggunakan materi Sistem Reproduksi Manusia dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), maka dari hasil penelitian tersebut diperoleh data kuantitatif aktivitas guru, dan data hasil belajar. Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Produk Dapat dilihat pada Diagram 1 sebagai berikut:
212
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Untuk Melatihkan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI SMA PGRI 6
100%
siklus I & Siklus II 88.57%
80% 60%
65.71% 44.11%
51.61%
43%
40% 20%
10%
0%
9%
0%
Diagram 1. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Dilihat dari tabel diagram diatas warna birumuda, abu-abu dan biru tua adalah warna untuk pretes menunjukkan pretes pertama sedangkan orange, kuning, hijau dan coklat adalah warna untuk postes. Dari hasil pertemuan satu siklus I nilai ketuntasan pretes aadalah 0% sedangkan postes adalah 44.11% sedangkan pada pertemuan kedua siklus I nilai pretes adalah 10% dan postes 51.61% ini menunjukkan bahwa pada siklus I tidak mengalami ketuntasan klasikal. Pada siklus II pertemuan ketiga nilai pretes adalah 9% dan postes 65.71% dan pada pertemuan keempat nilai pretes adalah 43% dan postes 88.57%. hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar siswa kognitif produk meningkat sehingga memenuhi ketuntasan klasikal. Meskipun nilai pretes pada pertemuan ketiga menurun, hal ini dapat terjadi dikarekanan siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilakukan terutama pada siklus I dimana hasil penilaiannya tidak memenuhi ketuntasan yang telah ditentunkan serta kurangnya motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar. Data Hasil Belajar Siswa Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dapat dilihat pada Diagram 2 sebagai berikut:
keterampilan berpikir tingkat tinggi 1.32 1.42 1.69 2.81.26 1.35 1.57 2.571.5 1.58 1.94 2.711.5 1.55 1.94 2.8 1.5 1.61 2.51 3.14
PI
PII
PIII
PIV
Diagram 2. Hasil Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Berdasarkan diagram 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai keterampilan berpikir tingkat tinggi terjadi peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif produk tersebut didapat dari hasil mengerjakan postes secara individu yang dilaksanakan pada setiap siklusnya. Pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai 1.45 yang memiliki kriteria cukup sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 2,36 dan memiliki kriteria baik. Akan tetapi jika kita melihat dari tabel 4.5 yaitu diagram dari penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi bias dilihat perbedaan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini wajar 213
Sari W / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218
terjadi karena pada siklus 1 siswa belum cukup mampu mengembangkan pikiran mereka sehingga hasil data yang diperoleh pun pada siklus 1 kurang dari apa yang diharapkan, berbeda pada siklus 2 yang sudah mengalami peningkatan berpikir hal ini disebabkan karna siswa sudah mulai mengerti bagaimana cara berpikir tingkat tinggi. Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kelompok Dapat dilihat pada Diagram 3 sebagai berikut:
Hasil Belajar Kelompok pertemuan 1
pertemuan 2
pertemuan 3
pertemuan 4
4 3 2 1 0
kel 1 kel 2 kel 3 kel 4 kel 5 kel 6
pertemuan 1 2.4
1.8
2.4
2
2.4
2.6
pertemuan 2
2.8
3
3
3
3
pertemuan 3 3.6
3
3.4
3
3.4
3.6
pertemuan 4 3.8
3.4
3.4
3.8
3.2
3.6
3
Berdasarkan Diagram 3 tentang hasil belajar siswa pada kognitif proses dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada kognitif proses dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar siswa ini didapat dari siswa yang mengerjakan LKPD secara berkelompok yang dilaksanakan setiap siklusnya. Dilihat dari tabel 4.6 diatas menunjukkan pada pertemuan pertama memiliki kriteria nilai rata-rata 2,27 baik dan pada pertemuan kedua memiliki kriteria nilai rata-rata 2.97 dengan kategori baik. Sedangkan pada pertemuan ketiga memiliki kriteria nilai rata-rata 3,33 dengan kategori baik dan pada pertemuan keempat yang memiliki kriteria nilai rata-rata 3.53 dengan kategori sangat baik hal ini sesuai dengan sumber dari Permendikbud No.81A tahun 2013. Data Hasil Belajar Siswa Afektif Data hasil belajar afektif diperoleh dari lembar observasi berupa lembar perilaku berkarakter dan keterampilan sosial yang dinilai setiap kali pertemuan sehingga setiap siklusnya didapatkan dua data penilaian berkarakter dan dua data keterampilan sosial. Perilaku berkarakter ini meliputi jujur, rasa ingin tahu dan bertanggung jawab. Sedangkan perilaku keterampilan sosial penilaian meliputi menghargai pendapat teman dan kelancaran berbicara. Penilaian hasi belajar afektif ini dinilai berdasarkan dengan rubric afektif yang telah disediakan dimasing-masing aktivitas. Adapun data hasil belajar ranah afektif perilaku berkarakter dan keterampilan sosial yang disajikan dalam diagram 4.8 dibawah ini:
214
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Untuk Melatihkan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI SMA PGRI 6
afektif berkarakter
1.621.191.34 1.771.841.52 2.092.32.17 SIKLUS 1 jujur
3.4 2.773.13
SIKLUS 2 rasa ingin tahu
tanggung jawab
Diagram 4. Nilai Afektif Berkarakter
Dari diagram 4 di atas dapat dilihat bahwa pada siklus 1 pertemuan 1 afektif berkarakter dikategorikan cukup pada aspek jujur (1.62 ) dan rasa ingin tahu (1.19), hal ini disebabkan karena siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa juga kurang menunjukan rasa ingin tahu mereka, tapi pada siklus II menunjukkan adanya perubahan bahkan peningkatan pada sikap berkarakter siswa, hasil pengamatannya dapat dilihat di dalam tabel diagram diatas. Hasil skor ratarata yang diperoleh dari siklus I ke siklus II dikategorikan baik dan sangat baik.
AFEK TIF K ETERA MPI LAN S O S IA L kelancaran berbicara menghargai pendapat teman
1.43 1.34
2.14 1.84
SIKLUS 1
2.74
3.26
2.71
2.91
SIKUS 2
Diagram 5. Nilai Keterampilan Sosial
Sedangkan pada afektif keterampilan sosial dapat dilihat pada Diagram 5 sangat jelas terlihat adanya perbedaan antara siklus I dengan siklus II. Pada siklus I untuk aspek pengamatan menghargai pendapat teman memiliki nilai 1,34 dengan kategori cukup baik dan untuk aspek pengamatan kelancaran berbicara 1,43 dengan kategori juga cukup baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan 3 untuk aspek menghargai pendapat teman memiliki nilai 2.71 dengan kategori baik dan aspek kelancaran berbicara dengan nilai 2.74 juga dengan kategori baik. Tentununya hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya latar belakang yang mendasari hal ini dapat terjadi, untuk menghargai pendapat teman siswa bias saja belum terbiasa dan pada aspek kelancaran berbicara jeas sekali pada siklus I dan II terlihat bahwa cara siswa berbicara lancar mengalami peningkatan justru dengan kategori sangat baik. Yang awalnya hanya menggunakan bahasa daerah, berbicara yan terbata-bata pada siklus II hal
215
Sari W / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218
ini sudah dapat dikatakan tidak tampak lagi karena sudah terbiasa didepan kelas menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Data Hasil Belajar Siswa Psikomotor Dapat dilihat pada Diagram 6 sebagai berikut: Series 1 4 2.88
3 2
1.58
1 0 Siklus 1
Siklus 2
Diagram 6. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Berdasarkan Diagram 6 tentang hasil belajar siswa ranah psikomotor dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dari siklus I dan II. Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor tersebut didapat dari mengerjakan hasil karya berupa makalah membuat sketsa, membuat gambar 2D dan membuat gambar 3D secara berkelompok yang dilaksanakan pada setiap siklusnya. untuk siklus I, dimana nilai yang dicapai 2,04 dan memiliki kategori cukup. Sedangkan pada siklus II dengan persentase yang diperoleh pada siklus ini naik menjadi 2,96 dan memilki katagori baik. Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran
3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3 2.9
aktivitas pembelajaran
3.73
3.24
siklus I
siklus II
Diagram 7. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan Diagram 7 tersebut dapat dilihat aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh gurusesuai dengaan langkah-langkah pada model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) yang terdapat di dalam RPP. Penilaian aktivitas pmbelajaran tersebut didapat dari hasil observasi dengan melakukan pengamatan terhadap guru yang dilaksanakan pada setiap siklusnya. Pada siklus Idimana aktivitas 216
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Untuk Melatihkan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI SMA PGRI 6
guru berada pada nilai3,24 dan memilki kriteria baik, dan pada siklus II aktivitas guru dengan nilai 3,73 dan memiliki kriteria sangat baik. B. Pembahasan Berdasarkan hasi belajar, aktivitas pembelajaran dan respon siswa dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan materi sistem reproduksi manusia siswa kelas XI IPA 1 SMA PGRI Banjarmasin pada siklus I dan II, dapat dianalisa bahwa dari segala aspek yang di amati mengalami peningkatan dari siklus Ike siklus II hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa untuk belajar dengan menggunakan model PBM. Ngalimun, (2012) menyatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Siswa memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui investigasi, inquiri, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep dan prinsip dengan kemampuannya sendiri
yang
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Ditambahkan oleh Moffit (Depdiknas, 2012) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensi dari materi pembelajaran (Rusman, 2012). Hal serupa dijelaskan oleh Nur (2011), PBM dirancang terutama untuk mambantu siswa: (1) mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu melalui situasisituasi nyata atau yang disimulasikan; dan (3) menjadi mandiri. Selanjutnya keberhasilan penelitian ini diyakini karena PBM melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti yang dikemukakan oleh Pannen (2001) dalam Ngalimun (2012) menyatakan langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBM paling sedikit ada delapan tahapan yaitu : Mengidentifikasi masalah, Mengumpulkan data, Menganalisis data, Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, Memilih cara untuk memecahkan masalah, Merencanakan penerapan pemecahan masalah, Melakukan uji coba terhadap rencana yang diterapkan, dan Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Empat tahapan yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berpikir. Dan empat tahapan berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher level thingking skill).
217
Sari W / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.4 (2016) : 208-218
SIMPULAN 1. ketuntasan hasil belajar produk siswa mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II dengan ketuntasan klasikal 88.57%. 2. ketuntasan hasil belajar berpikir tingkat tinggi juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai 2.36 dengan kategori sangat baik. 3. Ketuntasan hasil belajar kognitif prose 4. s atau hasil belajar kelompok juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai 3.53 dengan kategori sangat baik. 5. Ketuntasan hasil belajar afektif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan aspek jujur nilai 2.77 (baik), rasa ingin tahu 3.12 (baik) dan jujur 3.4 (sangat baik). 6. Ketuntasan hasil belajar afektit keterampilan sosial mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan aspek menghargai pendapat teman dengan nilai 2.91 dengan kategori baik dan kelancaran berbicara dengan nilai 3.26 dengan kategori baik. 7. Aktivitas keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai akhir 3.73 dengan kategori sangat baik. 8. Respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah pada sistem reproduksi manusia ini cukup tinggi yaitu dengan respon positif yang berpendapat ya pada tiap pernyataan yang diberikan.
DAFTAR RUJUKAN Nur, Muhammad. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Banjarbaru: Scripta Cendikia.. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran MengembangkanProfesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
218