1
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang: Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berfikir Kreatif Ditinjau dari Keterampilan Metakognitif Siswa Madrasah Tsanawiyah Oleh: Mappataling Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fsika Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang (TTS) dibandingkan dengn model pembelajaran langsung terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berfikir kreatif ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi adalah seluruh siswa kelas IX MTsN 2 Kendari yang terdaftar pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 191 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak 40 orang yaitu kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan TTS dan disebut siswa kelas eksperimen (perlakuan). Siswa kelas eksperimen berasal dari kelas IX-2 masingmasing sebanyak 10 orang yang memiliki metakognitf tinggi dan 10 orang yang memiliki metakognitif rendah. Sedangkan kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran langsung atau disebut kelas kontrol (pembanding) adalah siswa yang berasal dari kelas IX-3. Pengumpulan data dilakukan melalui tes keterampilan metakognitif siswa, tes pemahaman konsep IPA-Fisika, dan tes keterampilan berpikir kreatif. Semua jenis tes telah diuji coba dan memenuhi kriteria sebagai tes standar (valid dan reliabel) serta memenuhi kriteria sebagai lembaran observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis secara statistik deskriptif dan infrensial. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika dan ketermpilan berpikir kreatif secara bersamasama antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan TTS dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini didasarkan pada nilai signifikan keterampilan metakognitif siswa yang memiliki nilai 0,017 (lebih kecil dari α=0,05), dan 2) tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif siswa terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berpikir kreatif berdasarkan nilai signifikan 0,342 (lebih besar dari α=0,05). Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika pada pokok bahasan listrik dinamis dan keterampilan berpikir kreatif ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari. Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang, model pembelajaran langsung, pemahaman konsep IPA-Fisika, keterampilan berpikir kreatif, dan keterampilan metakognitif siswa.
2
ABSTRACT Mappataliang, G2J113018. Application of Problem Based Learning Model Assisted Crossword: Increase understanding of IPA-Physics Concepts and Creative Thinking Skills in terms of Metacognitive Skills of Students of Madrasah Tsanawiyah. Supervisor : I) Dr. La Hamimu, S.Si., MT. II) Dr. La Maronta Galib, M.Pd. The main purposes of the research is to obtain empirical data on the effect of the application of problem-based learning model assisted crossword compared with direct learning model toward the understanding of the concept of IPA-physics and creative thinking skills in terms of skill of students metacognitive. This research is quasi-experimental research with 2x2x2 factorial design. The population is all students of class IX MTsN 2 Kendari enrolled in the second semester of the Academic Year 2015/2016 amounted to 191 students. Sampling technique was done by purposive sampling as many as 40 students that is groups of students who learn through problem based learning model assisted crossword called experimental class (treatment class). Experimental class students come from class IX-2 respectively as many as 10 students who have high metacognitive and 10 students who have low metacognitive. While group of students which were learning through the direct learning model and then called control class (comparison class) comes from class IX-3. The collection of data is conducted by test of students metacognitive skills, test of understanding of the concepts of IPAPhysics, and test of creative thinking skills. All kind of tests have be tried out and require the criteria as a standard test (valid and reliable) as well as require the criteria as observation rubric of learning model treatment. Data resulted from this research were then analyzed by descriptive statistics and inferential. The results from these analysis show that: 1) there is a significant difference average value of understanding the concept of IPA-physics and skill of creative thinking jointly between student learning with problem based learning model assisted crosswords and students leaning with direct learning model.The result is based on the significantly score of metacognitive skills of students having significant value of 0.017 (smaller than α=0.05), and 2) there was no significant interaction effect between learning models and metacognitive skills of students toward understanding of the concept of IPA-physics and creative thinking skills which is indicated by the significant value of 0.342 (greater than α=0.05). Furthermore, from results of this research we can conclude that the application of the problem based learning model assisted crosswords have a significant influence on the understanding of the concept of IPA-Physics on the topic of dynamic electricity and creative thinking skills in terms of metacognitive skill of student MTs Negeri 2 Kendari. Keywords: problem based learning model assisted crosswords, direct learning model, IPA-physics concept training, creative thinking skills, and skills metacognitive of students.
3
I. Pendahuluan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Fisika (IPA-Fisika) saat ini tidak hanya menuntut siswa untuk menguasai konsep-konsep IPA-Fisika saja, tetapi juga menuntut siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir yang penting bagi siswa untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satu keterampilan berpikir yang penting bagi siswa untuk meniti karir dan menjalani kehidupan sehari-hari adalah keterampilan berpikir kreatif. Bronson dan Merryman, (2010) dalam Greenstein (2012) menyatakan bahwa kreativitas atau berfikir kreatif diidentifikasi sebagai kompetensi kepemimpinan pertama yang dibutuhkan di masa depan. Amin (Mulyana, 2005: 5) mengemukakan bahwa pembelajaran IPAFisika memiliki tiga dimensi sasaran pembelajaran, yaitu dimensi proses, produk, dan sikap yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan diabaikan dalam proses pembelajaran. Dimensi proses berkaitan dengan: merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, mengobservasi, merumuskan hipotesis, mengklasifikasi, mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, meramal, mengkomunikasikan hasil dan sebagainya; dimensi produk meliputi: fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan sebagainya, sedangkan dimensi sikap sebagai dampak pengiring proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa pemahaman konsep IPA-Fisika menjadi salah satu faktor penting sasaran hasil belajar IPAFisika di madrasah. Masalahnya adalah secara umum pemahaman konsep IPAFisika siswa madrasah masih rendah. Untuk mencapai hasil belajar IPA-Fisika yang
maksimal, pemahaman konsep
IPA-Fisika siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA-Fisika menjadi hal utama. Berdasarkan data hasil ujian nasional TP 2014/2015 MTsN 2 Kendari pada Mata Pelajaran IPA diperoleh nilai rata-rata 42,52 berada pada kategori kurang, dan untuk capaian kompetensi siswa pada konsep IPA-Fisika materi listrik yaitu ketercapaian nilai dibawah 70 sebanyak 138 siswa dari peserta ujian 159 atau 86,79% siswa yang memperoleh ketercapaian nilai di bawah 70, sedangkan nilai 70 ke atas ada 21 siswa atau 13,21% siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas. (Data SHUN MTsN 2 Kendari TP 2014/2015). Fakta ini menunjukkan bahwa
4
rendahnya
pemahaman konsep IPA, khususnya IPA-Fisika disebabkan oleh
banyak faktor seperti metode yang kurang sesuai dengan karakteristik konsep konsep IPA-Fisika khususnya pada materi listrik dinamis, model pembelajaran klasikal yang hanya berpusat pada guru, dan tentu saja faktor internal siswa tidak dapat diabaikan, seperti keterampilan metakognitif siswa yang dijadikan sebagai variabel moderator dalam penelitian ini. Dari uraian yang telah disajikan, dipandang penting dilakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-teki Silang: Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berfikir Kreatif Ditinjau dari Keterampilan Metakognitif Siswa Madrasah Tsanawiyah”. Dalam hal ini, kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang disebut siswa kelas eksperimen, dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung disebut siswa kelas kontrol. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana efek penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang dan model pembelajaran langsung terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berfikir kreatif ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa? Untuk menjawab masalah utama ini, dirumuskan beberapa masalah khusus sebagai berikut: (1) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berpikir kreatif secara bersama-sama antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa?; (2) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berpikir kreatif secara bersama-sama antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan?; (3) apakah ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berpikir kreatif siswa secara bersama-sama?; (4) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol ditinjau dari keterampilan
5
metakognitif siswa?; (5) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa?; (6) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan?; (7) apakah ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki
keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari
model pembelajaran yang digunakan?; (8) apakah ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika siswa?; dan (9) apakah ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa? 2. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi adalah seluruh siswa kelas IX MTsN 2 Kendari yang terdaftar pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016 berjumlah 191 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak 40 orang yaitu kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan TTS dan disebut siswa kelas eksperimen (perlakuan). Siswa kelas eksperimen berasal dari kelas IX-2 masingmasing sebanyak 10 orang yang memiliki metakognitf tinggi dan 10 orang yang memiliki metakognitif rendah. Sedangkan kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran langsung atau disebut kelas kontrol (pembanding) adalah siswa yang berasal dari kelas IX-3 yang juga masing-masing sebanyak 10 orang yang memiliki metakognitf tinggi dan 10 orang yang memiliki metakognitif rendah. Pengumpulan data dilakukan melalui tes keterampilan metakognitif siswa, tes pemahaman konsep IPA-Fisika, dan tes keterampilan berpikir kreatif. Semua jenis tes telah diuji coba dan memenuhi kriteria sebagai tes standar (valid
6
dan reliabel) serta memenuhi kriteria sebagai lembaran observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Dalam penelitian ini variabel bebas (X) yaitu penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang (X1) dan model pembelajaran langsung (X2), variabel terikat (Y) adalah pemahaman konsep IPAFisika (Y1) dan keterampilan befikir kreatif (Y2), dan Variabel moderator (Z) adalah keterampilan metakognitif siswa MTs, yang dibedakan atas metakognitif tinggi (Z1), dan metakognitif rendah (Z2). Data penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut: (1) data keterampilan metakognitif siswa diperoleh dengan cara memberikan tes keterampilan pemecahan masalah kepada siswa sebelum penerapan model pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk tes keterampilan pemecahan masalah pada konsep IPA-Fisika materi listrik dinamis yang disesuaikan dengan indikator keterampilan metakognitif. Dan hasilnya akan mendasari pengelompokkan siswa berdasarkan keterampilan metakognitif tinggi dan keterampilan metakognitif rendah; (2) data pemahaman konsep IPA-Fisika siswa diperoleh melalui tes pemahaman
konsep
dengan
indikator
proses
kognitif
memahami
dan
mengaplikasikan; dan (3) data keterampilan berpikir kreatif siswa diperoleh melalui tes keterampilan berpikir kreatif dengan indikator: (a) fluency (kelancaran); (b) flexibility (keluwesan); (c) originality (keaslian); dan (d) elaboration (elaborasi). Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, baik siswa kelas eksperimen maupun siswa kelas kontrol terlebih dahulu diberi tes keterampilan metakognitif, yang selanjutnya atas dasar hasil tes keterampilan metakognitif siswa pada masing-masing kelas dipetakan menjadi dua kategori, yaitu siswa dengan keterampilan metakognitif tinggi dan rendah, namun mereka tetap belajar bersama-sama dalam satu kelas demikian pula siswa di kelas kontrol, tetapi siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol terpisah secara paralel. Dalam hal ini Ketrampilan Metakognitif siswa dapat dilibatkan dan diyakini bahwa sebagai variabel moderator. Setelah proses pembelajaran pada masing-masing kelas sebanyak empat kali, dilakukan tes Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir Kreatif, sehingga diperoleh: (1) data Pemahaman Konsep IPA-Fisika diwakili materi listrik dinamis; dan (2) data
7
Keterampilan Berpikir Kreatif siswa. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan infrensial. Analisis secara statistik deskriptif meliputi uji normalits data, uji homogenitas varians data, Two Way Multvariate Analysis of Varians (MANOVA), dan Two Way Analysis of Varians (ANOVA), sedangkan analisis inferensial untuk melihat efek/pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan strategi teka-teki silang dan model pembelajaran langsung terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berfikir kreatif ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa melalui signifikansi perbedaan nilai rata-rata, serta pengaruh interaksinya yang signifikan. 3. Hasil Penelitian 3.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian Gambaran rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir
Kreatif
pada
masing-masing
kelas
berdasarkan
Keterampilan
Metakognitif siswa berlevel tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1
Kategori Meta
Tinggi
Rendah
Rangkuman hasil analisis data PK dan KBK Siswa Kelas eksperimen dan kontrol ditinjau dari keterampilan metakognitif Statistik n Rata-rata Simpangan Baku Nilai Terendah Nilai Tertinggi n Rata-rata Simpangan Baku Nilai Terendah Nilai Tertinggi
Kelas Eksperimen PK KBK 10 10 81,00 67,29 8,613 4,29 66,67 59,38 93,33 72,92 10 10 62,00 56,04 10,91 4,756 46,67 47,92 76,67 61,46
Kelas Kontrol PK KBK 10 10 73,33 65,63 9,69 4,36 60,00 59,38 90,00 70,83 10 10 50,67 50,04 12,25 5,38 33,33 40,63 66,67 60,42
Berdasarkan hasil analisis deskriptif Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika siswa di kelas eksperimen yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi lebih tinggi dibanding siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah di kelas eksperimen, dan lebih tinggi dibanding dengan rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika siswa kelas kontrol yang
8
memiliki keterampilan metakognitif tinggi dan rendah. Hasil juga menunjukkan bahwa rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif siswa di kelas eksperimen yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi lebih tinggi dibanding siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah di kelas eksperimen, dan lebih tinggi dibanding dengan rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif siswa di kelas kontrol yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dan rendah. 3.2 Hasil Analisis Deskriptif Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Hasil analisis deskriptif data keterlaksanaan model pembelajaran sesuai sintaksnya yang dilakukan oleh guru/pengamat pada masing-masing kelas disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rangkuman hasil analisis data keterlaksanaan model pembelajaran Keterlaksanaan Model Pembelajaran (%)
Model Pembelajaran
Kelas
Model Pembelajaran Bebasis Masalah berbantuan TekaTeki Silang
IX-2
Model Pembelajaran Langsung
IX-3
Pert. I
Pert. II
Pert. III
Pert. IV
Ratarata
100
90
90
100
95
80
100
100
100
95
3.3 Hasil Analisis Inferensial Data Penelitian a. Pengujian Dasar-Dasar Analisis Statistik 1. Hasil Uji Normalitas Data PK dan KBK Siswa Pengujian normalitas data PK dan KBK siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (KS). Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. H0 H1
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
9
Pengujiannya dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria uji adalah jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak dan jika nilai Signifikansi ≥ α maka H0 diterima atau dapat juga diuji dengan kriteria nilai KS
hitung
< KStabel maka Ho diterima.
Rangkuman Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3 Rangkuman hasil uji normalitas data PK IPA-Fisika dan KBK Siswa secara keseluruhan Variabel Terikat PK IPA-Fisika KBK Kesimpulan Tabel 4
KS
n
hitung
KStabel
Nilai α
Sig.
40 0,091 0,210 40 0,108 0,210 Semua data terdistribusi normal
0,200 0,200
0,05 0,05
Rangkuman hasil uji normalitas data PK IPA-Fisika dan KBK Siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol
Variabel Terikat PK IPA-Fisika Kelas Eksperimen KBK siswa Kelas Eksperimen PK IPA-Fisika Kelas Kontrol KBK siswa Kelas Kontrol Kesimpulan
n
KS hitung
KStabel
Sig.
Nilai α
20
0,147
0,294
0,200
0,05
20
0.099
0,294
0,200
0,05
20
0,150
0,294
0,200
0,05
20
0,128
0,294
0,200
0,05
Semua data terdistribusi normal
Berdasarkan Tabel 3 dan 4, diketahui nilai Probabilitas (Signifikansi) untuk Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Kemampuan Berpikir Kreatif ≥ α = 0,05 maka H0 diterima dan Keputusan uji juga dapat dilihat dari nilai KS KStabel, jika KS
hitung
hitung
<
< KStabel maka Ho diterima. Dari data nilai Asymp. Sig dan
perbandingan nilai Ztab dan Zhit, diperoleh kesimpulan bahwa data sampel untuk masing-masing variabel terikat berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada α=0,05.
10
Tabel 5 Rangkuman hasil uji normalitas data PK IPA-Fisika dan KBK siswa kelas eksperimen dan kontrol pada tiap level keterampilan metakognitif Variabel Terikat PK siswa Kelas Eksperimen Metakognitif Tinggi KBK siswa Kelas Eksperimen Metakognitif Tinggi PK siswa Kelas Eksperimen Metakognitif Rendah KBK siswa Kelas Eksperimen Metakognitif Rendah PK siswa Kelas Kontrol Metakognitif Tinggi KBK siswa Kelas Kontrol Metakognitif Tinggi PK siswa Kelas Kontrol Metakognitif Rendah KBK siswa Kelas Kontrol Metakognitif Rendah Kesimpulan
Nilai α
N
KS hitung KStabel
Sig.
10
0,145
0,409
0,200
0,05
10
0,137
0,409
0,200
0,05
10
0,173
0,409
0,200
0,05
10
0,185
0,409
0,200
0,05
10
0,116
0,409
0,200
0,05
10
0,184
0,409
0,200
0,05
10
0,249
0,409
0,078
0,05
10
0,158
0,409
0,200
0,05
Semua data terdistribusi normal
Berdasarkan Tabel 5, diketahui nilai Probabilitas (Signifikansi) untuk Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Kemampuan Berpikir Kreatif ≥ α=0,05 maka H0 diterima dan Keputusan uji juga dapat dilihat dari nilai KS
hitung
< KStabel, jika
KS hitung < KStabel maka Ho diterima. Dari data nilai Asymp. Sig dan perbandingan nilai Ztab dan Zhit, diperoleh kesimpulan bahwa data sampel untuk masing-masing variabel terikat di masing-masing kelas pada masing-masing level metakognitif berasal dari populasi yang berdstribusi normal pada α=0,05. 2. Hasil Uji Homogenitas Matriks Kovarians dan Varians Data PK dan KBK Siswa Pengujian homogenitas matriks kovarians data dari variabel terikat disetiap kelompok dilakukan dengan menggunakan uji statistik Box’s M. Rumusan hipotesis untuk menguji homogenitas data adalah: H0 : matriks kovarians data dari variabel terikat adalah sama (homogen) di setiap kelompok. H1 : matriks kovarians data dari variabel terikat tidak sama (heterogen) di setiap kelompok.
11
Pengujiannya dilakukan pada α=0,05 dengan kriteria uji adalah jika nilai Pvalue < α maka H0 ditolak dan jika nilai Signifikansi ≥ α maka H0 diterima. Rangkuman hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rangkuman hasil uji homogenitas matriks kovarias data variabel terikat di setiap kelompok (kelompok model pembelajaran dan kelompok keterampilan metakognitif) Uji Statistik Box’s M
F
Sig.
5,89
0,59
0,81
Nilai α
Keputusan
0,05
matriks kovarians data homogen
Berdasarkan Tabel 6, diketahui nilai probabilitas (signifikansi) untuk uji Box’s M > α = 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa matriks kovarians data dari variabel terikat adalah sama (homogen) setiap kelompok pada α = 0,05. Selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians kedua data untuk masngmasing variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Levene’s. Rumusan hipotesis untuk menguji homogenitas data adalah: H0 H1
: kedua data sampel memiliki varians yang sama (homogen) : kedua data sampel tidak memiliki varians yang sama (homogen)
Pengujiannya dilakukan pada α=0,05 dengan kriteria uji adalah jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak dan jika nilai Signifikansi ≥ α maka H0 diterima. Rangkuman hasil hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rangkuman hasil uji homogenitas varians data PK IPA-Fisika dan KBK kelas eksperimen dan kelas kontrol Variabel Terikat PK IPA-Fisika KBK
Uji Statistik Levene’s Sig. 1,204 0,322 0,169 0,916
Nilai α
Keputusan
0,05 0,05
Varians data homogen Varians data homogen
Berdasarkan Tabel 7, diketahui nilai Probabilitas (Signifikansi) untuk uji Levene’s > α = 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kedua data sampel telah memiliki varians yang sama (homogen) pada α=0,05.
12
Tabel 8 Rangkuman hasil uji homogenitas varians data PK IPA-Fisika dan KBK siswa antara keterampilan metakognitif tinggi dengan rendah Variabel PK IPA-Fisika siswa Kelas Eksperimen KBK siswa Kelas Eksperimen PK IPA-Fisika siswa Kelas Kontrol KBK siswa Kelas Kontrol
Uji Statistik Levene’s Sig.
Nilai α
Keputusan
0,902
0,355
0,05
Varians data homogen
0,503
0,487
0,05
Varians data homogen
2,200
0,155
0,05
Varians data homogen
0,126
0,726
0,05
Varians data homogen
Berdasarkan Tabel 8, diketahui nilai Probabilitas (Signifikansi) untuk uji Levene’s pada masing-masing variabel > α=0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kedua data sampel (metakognitif level tinggi dan rendah pada masingmasing variabel respon di tiap kelas) telah memiliki varians yang
sama
(homogen) pada α=0,05. Tabel 9 Rangkuman Uji homogenitas varians data PK IPA-Fisika dan KBK siswa antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol di masingmasing level keterampilan metakognitif Variabel PK IPA-Fisika Keterampilan Metakognitif Tinggi KBK Keterampilan Metakognitif Tinggi PK IPA-Fisika Keterampilan Metakognitif Rendah KBK Keterampilan Metakognitif Rendah
Uji Statistik Levene’s Sig.
Nilai α
Keputusan
0,021
0,887
0,05
Homogen
0,000
0,999
0,05
Homogen
0,622
0,440
0,05
Homogen
0,020
0,888
0,05
Homogen
Berdasarkan Tabel 9, diketahui nilai Probabilitas (Signifikansi) untuk uji Levene’s pada masing-masing variabel > α=0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kedua data sampel (siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada masingmasing variabel respon di tiap level metakognitif) telah memiliki varians yang sama (homogen) pada α=0,05.
13
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis perbedaan pengaruh Model Pembelajaran (model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki Silang dan model Pembelajaran Langsung terhadap Pemahaman Konsep IPA-FISIKA dan Keterampilan
Berpikir
Kreatif
secara
bersama-sama
berdasarkan
level
Keterampilan Metakognitif siswa, dilakukan dengan menggunakan Analisis Varians Multivariat Dua Arah (Two Way Multivariate Analysis of Varians) dengan statistik uji Wilks’ Lamda. Tabel 10 Rangkuman hasil analisis multivariat data penelitian (Hipotesis I, II, III) Uji Statistik Wilks' MP Lambda Wilks' Meta Lambda Wilks' MP*Meta Lambda
Hipotesis Pengaruh I II III
Nilai Keputusan α
Nilai
Fhitung
Sig.
0,793
4,558
0,017 0,05
H0 ditolak
0,305
39,946
0,000 0,05
H0 ditolak
0,941
1,105
0,342 0,05
H0 diterima
H0 ditolak jika > Utabel atau nilai signifikansi (p) < α = 0,05. Sebaliknya H0 diterima jika ≤ Utabel atau nilai signifikansi (p) ≥ α = 0,05. Berdasarkan Tabel 10, diperoleh kesimpulan bahwa: (1) hipotesis I: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir Kreatif secara bersama-sama, antara siswa kelas eksperimen yang belajar menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-teki Silang dengan siswa kelas kontrol yang belajar model Pembelajaran Langsung ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa, ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,017 (lebih kecil dari =0,05); (2) hipotesis II: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir Kreatif secara bersama-sama, ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari =0,05); dan (3) hipotesis III: H0 diterima. Artinya: Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika dan keterampilan berpikir kreatif siswa
14
secara bersama-sama, ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,342 (lebih besar dari =0,05). Selanjutnya, ploting interaksi model pembelajaran terhadap Pemahaman konsep IPA-Fisika berdasarkan Keterampilan Metakognitif siswa, disajikan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Dan ploting interaksi model pembelajaran terhadap Keterampilan berpikir Kreatif berdasarkan Keterampilan Metakognitif siswa, disajikan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Gambar 3.1 Grafik interaksi PK IPA-Fisika pada jenis model pembelajaran berdasarkan keterampilan metakognitif siswa
Gambar 3.3 Grafik interaksi KBK pada jenis model pembelajaran berdasarkan keterampilan Berdasarkan Gambar 5.1, 5. metakognitif siswa
Gambar 3.2 Grafik interaksi PK IPA-Fisika pada level keterampilan metakognitif siswa berdasarkan model pembelajaran
Gambar 3.4 Grafik interaksi KBK pada level keterampilan metakognitif siswa berdasarkan model pembelajaran
Pengujian secara parsial perbedaan pengaruh model pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep IPA-Fisika berdasarkan level Keterampilan Metakognitif siswa, perbedaan pengaruh model pembelajaran terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif siswa berdasarkan keterampilan metakognitif siswa. Kemudian, perbedaan pengaruh level keterampilan metakognitif siswa siswa terhadap Pemahaman
15
Konsep IPA-Fisika berdasarkan model pembelajaran yang digunakan, perbedaan pengaruh level keterampilan metakognitif siswa terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, dapat dilakukan dengan menggunakan Analisis Varians Dua Arah (Two Way ANOVA). Tabel 11 Rangkuman hasil analisis varians data penelitian (Hipotesis IV-IX)
IV V VI VII VIII
Jml Variabel Kuadrat Terikat (Tipe III) PK 4340,35 Meta KBK 1800,43 PK 902,79 MP KBK 147,07 33,62 MP*Meta PK
IX
KBK
Hipotesis Pengaruh
47,05
db
Kuadrat Rata-rata
Fhitung
Sig.
Nilai Keputusan α
1 1 1 1 1
4340,35 1800,43 902,79 147,07 33,62
39,72 80,91 8,26 6,61 0,31
0,00 0,00 0,01 0,01 0,58
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
1
47,05
2,11
0,16 0,05 H0 diterima
H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh kesimpulan bahwa: (1) hipotesis IV: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPA-Fisika antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa, dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 < α = 0,05; (2) hipotesis V: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang yang signifikan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa, dengan nilai signifikansi sebesar 0,00< α = 0,05; (3) hipotesis VI: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPAFisika antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,01< α = 0,05; (4) hipotesis VII: H0 ditolak. Artinya: terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,01 < α = 0,05; (5) hipotesis VIII: H0 diterima. Artinya: Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika siswa, dengan nilai signifikansi sebesar 0,58 > α =
16
0,05; dan (6) hipotesis IX: H0 diterima. Artinya: Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa, dengan nilai signifikansi sebesar 0,16 > α = 0,05. Tabel 12 Rangkuman hasil uji perbedaan rata-rata PK IPA-Fisika dan KBK siswa antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dan rendah pada masing-masing kelas
Variabel Kelas
Level thitung Metakognitif
Tinggi Rendah Tinggi Kontrol Rendah Tinggi Eksperimen Rendah Tinggi Kontrol Rendah Eksperimen
PK
KBK
df
ttabel (1 Pihak)
Nilai Keputus α an
4,323
18 1,734
0,000 0,05 Ditolak
5,556
18 1,734
0,000 0,05 Ditolak
4,589
18 1,734
0,000 0,05 Ditolak
7,114
18 1,734
0,000 0,05 Ditolak
Tabel 13 Rangkuman hasil uji perbedaan rata-rata PK IPA-Fisika dan KBK siswa antara siswa yang memiliki metakognitf tinggi dan rendah pada masingmasing kelas Level Variabel Kelas Metakognitif Tinggi PK Rendah KBK
Tinggi Rendah
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
thitung
df
ttabel (1 Pihak)
1,871
18
1,734
0,039 0,05 Ditolak
0,861
18
1,734
0,200 0,05
2,185
18
1,734
0,021 0,05 Ditolak
2,643
18
1,734
0,009 0,05 Ditolak
Nilai Keputus α an
Gagal Ditolak
17
4. Pembahasan Hasil analisis secara inferensial yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran, dalam hal ini model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki Silang dan model Pembelajaran Langsung terhadap Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Kemampuan Berpikir Kreatif siswa berdasarkan level Keterampilan Metakognitif siswa. Dan rata-rata Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa yang belajar
dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki
Silang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Adanya perbedaan ini secara teori disebabkan oleh model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki Silang lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya dan siswa lebih dilibatkan dalam proses belajar mengajar, sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam proses kognitif tercapai. Disamping itu posisi guru sebagai motivator, fasilitator, manajer pembelajaran terlaksana sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Dengan terjadinya proses kontruksi pengetahuan yang baik maka siswa dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang diberikan. Selain itu model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki Silang proses pembelajaran dapat mengasyikan, membuat penasaran, dapat menjadi sarana uji pengetahuan, mengasah, menganalisis, menemukan sekaligus sebagai ajang refreshing siswa dalam belajar, sehingga pembelajaran ini dikatakan sebagai proses rekreasi otak karena dapat mengasah kemampuan kognitif, meningkatkan daya ingat, memperkaya pengetahuan dan juga menyenangkan. Secara keseluruhan, hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Teka-Teki Silang pada keterampilan metakognitif siswa berpengaruh terhadap Pemahaman Konsep IPA-Fisika pada pokok bahasan listrik dinamis dan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa Kelas IX MTs Negeri 2 Kendari.
18
5. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Pemahaman Konsep IPA-Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis dan Keterampilan Berpikir Kreatif ditinjau dari Keterampilan Metakognitif Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari, dengan tingkat kepercayaan 95% atau peluang kekeliruan 5%. Kesimpulan ini didukung beberapa kesimpulan khusus sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Pemahaman Konsep IPAFisika dan Keterampialn Berpikir Kreatif secara bersama-sama antara siswa yang belajar model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang dengan siswa yang yang belajar model Pembelajaran Langsung ditinjau dari Keterampilan Metakognitif siswa, dimana diketahui model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang lebih baik pengaruhnya dibanding dengan
Model Pembelajaran Langsung. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,017 lebih kecil dari =0,05. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Pemahaman Konsep IPAFisika dan Keterampialn Berpikir Kreatif secara bersama-sama antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan, dimana diketahui bahwa siswa yang memiliki Keterampilan Metakognitif tinggi lebih baik dibanding dengan Keterampilan Metakognitif siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari =0,05). 3. Tidak
Terdapat
pengaruh
interaksi
yang
signifikan
antara
model
pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap Pemahaman Konsep IPA-Fisika dan Keterampilan Berpikir Kreatif siswa secara bersama-sama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya sebesar 0,342 ( lebih besar dari α=0,05).
19
4. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Pemahaman Konsep IPAFisika antara siswa yang belajar model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang dengan siswa yang belajar model Pembelajaran Langsung ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa, dimana diketahui model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang lebih baik pengaruhnya dibanding dengan model Pembelajaran Langsung. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari =0,05). 5. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata Keterampilan Berpikir Kreatif antara siswa yang belajar model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang dengan siswa yang belajar model Pembelajaran Langsung ditinjau dari keterampilan metakognitif siswa, dimana diketahui model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Teka-Teki Silang lebih baik pengaruhnya dibanding dengan model Pembelajaran Langsung. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari =0,05). 6. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pemahaman konsep IPAFisika antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan, dimana diketahui bahwa siswa yang memiliki Keterampilan Metakognitif tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki Keterampilan Metakognitif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,01 (lebih kecil dari =0,05). 7. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,01 (lebih kecil dari =0,05). 8. Tidak
Terdapat
pengaruh
interaksi
yang
signifikan
antara
model
pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap pemahaman konsep IPA-Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,58 (lebih besar dari =0,05).
20
9. Tidak
Terdapat
pengaruh
interaksi
yang
signifikan
antara
model
pembelajaran dan keterampilan metakognitif terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,16 (lebih besar dari =0,05). 6. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan, beberapa saran yang dikemukakan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kepada guru-guru IPA SMP/MTs, khususnya di MTs Negeri 2 Kendari, diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan teka-teki silang
sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran IPA-Fisika. 2. Para guru dapat melatih dan memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pemahaman yang dimiliki siswa.
21
DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2010. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives, Agung Prihantoro (Penerjemah), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Bloom. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Amin. 2005. Pembelajaran IPA memiliki tiga dimensi sasaran pembelajaran, http://www.google.com. September 2015. Bronson, P., dan Merryman, A. 2010. The Creativity Crisis. Newsweek. http://www.thedailybeast.com. Oktober 2015. Duch J.B, 1995. Pembelajaran berbasis masalah meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dan aktivitas belajar. Tesis, Pascasarjana UNESA. Surabaya. Diah Mulhayatiah (2005). Meningkatkan penguasaan konsep fisika pada siswa SMA melalui model pembelajaran berbasis masalah. Tesis, PPS. UPI. Bandung. Federer, W. T. 1993. Statistical Design and Analysis for lntercropping Experiments. Volume 1: Two Crops. Springer-Verlag, New York, Heidelberg, London, Paris, Tokyo, Hong ~ong, Barcelona, Budapest, pp.xx + 298. Lipman. 2003. Keterampilan berpikir kreatif berhubungan dengan pemecahan masalah. http://www.google.com. Oktober 2015. Goh. 2014, Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan self directed learning siswa. http://www.google.com. September 2015. Gijbaels, 2005. Efek positif pembelajaran http://www.google.com. September 2015.
berbasis
masalah.
Hartono, Makmur, 2013. Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep. Tesis, Pascasarjana Unimed. Medan.
22
Kardi, Nur. 2005. Pengajaran Langsung. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana, Unesa University Press. Surabaya. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Pikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA. Desertasi IKIP Bandung. Bandung. Munandar. 1992. Pengertian bahwa berfikir kreatif. http://www.google.com. Agustus 2015. Mattjik, A.A, dkk. 2004. Modul Teori: Pelatihan Analisis Multivariate. Departemen Statistika MIPA Institut Pertanian Bogor. Niahidayati, 2009. Manfaat-teka-teki silang sebagai penambah wawasan dan mengasah kemampuan.html. http://niahidayati.net. Oktober 2015. Ridwan, 2006. Meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Tesis, PPS. UPI. Bandung. Russeffendi, E.T. 1998. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung. Press Bandung. Rinaldi Munir, 2005. Crossword Puzzle. http://www.cse.ohio.html. November. 2015. Sudarsono. 2015. Peningkatan pemahaman konsep biologi dan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas x sma negeri 8 konawe selatan melalui pengembangan keterampilan metakognitif dan pemecahan masalah. Tesis Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo. Kendari. Treffinger. 2007. Kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah kompleks. http://www.google.com. September 2015. Universitas Halu Oleo. 2012. Panduan Penyusunan Tesis dan Disertasi. Revisi Tahun 2012. Kendari.