PENERAPAN METODE PENUGASAN DALAM PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP TUGAS- TUGAS KELOMPOK MATEMATIKA DI KELAS IX-3 SMP NEGERI 2 PANYABUNGAN HERMAN SMP Negeri 2 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Email :
[email protected]
ABSTRAK Penerapan model dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas selama dua siklus dengan dua kali pertemuan (KBM) setiap siklusnya. Data aktivitas diperoleh dari pengamatan siswa tiap siklus, data hasil belajar diperoleh dari tes setiap akhir siklus.Hasil penelitian menunjukkan; 1) aktivitas menulis/membaca sebesar 42%, aktivitas mengerjakan LKS sebesar 20%, aktivitas bertanya kepada teman sebesar 12%, aktivitas bertanya kepada guru sebesar 14%, yang tidak relevan dengan KBM sebesar 12%. 2) aktivitas menulis/membaca yakni 26%, mengerjakan LKS sebesar 46 %, bertanya kepada teman yakni sebesar 14%,bertanya kepada guru sebesar 12%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 3%; 2)Dengan menggunakan metode penugasan diperoleh hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan tuntas individunya sebanyak 12 orang dengan tuntas kelas sebesar 48%. Pada siklus II menunjukkan tuntas individu 22 orang dengan tuntas kelas sebesar 88%. Hasil belajar siswa dengan menerapkan Metode Penugasan Formatif I dan Formatif II menunjukkan 68,8 dan 82,4. Kata kunci: Metode penugasan, minat belajar, tugas kelompok matematika.
PENDAHULUAN Permasalahan yang ada dalam pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup serta diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Hal ini sangat
memungkinkan karena matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyerdahanakan suatu keadaan atau situasii melalui abstraksi, idealisasi, generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Matematika juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir jelas, logis, teratur, dan sistematis. Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
60
untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meingkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Agar pemahaman konsep matematika berkembang maka siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran, media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran. Banyak macam model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyajian suatu materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah metode pendekatan penugasan. Metoderesitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah dan Zain, 2010: 85). Tugas yang harus dikerjakan siswa bias secara individual maupunkelompok (Mulyasa, 2010: 113). Menurut Djamarah dan Zain metode penugasan memiliki kelebihan sebagai berikut: - Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. - Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. - Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, - Dapat mengembangkan kreativitas siswa. (DjamarahdanZain, 2010: 87)
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti kemampuan kognitif yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Jika siswa dapat menerima materi dengan baik, siswa akan mampu mengaplikasikan teori tersebut pada saat melakukan praktek (unjuk kerja) dengan baik pula. Jika kemampuan kognitif siswa tidak memadai, maka akan sulit bagi siswa untuk mengaplikasikan materi tersebut pada saat praktek. Pada penelitian ini, peneliti akan mengganti metode yang biasa peneliti gunakan pada saat menyampaikan materi ajar, yakni metode ceramah menjadi metode penugasan dimana, peneliti akan menugaskan siswa untuk mencari bahan ajar di luar sekolah, dan bahan tersebut yang akan menjadi bahan diskusi di sekolah. Hal ini peneliti lakukan agar proses belajar mengajar tidak lagi berpusat pada guru, melainkan pada siswa yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Belajar didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh adanya pengalaman. Pengalaman dalam hal ini berarti suatu kegiatan yang perna dilakukan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru atau juga seuatu yang pernah dialaminya. Menurut Slameto (2003:2) , “belajar ialah suatu proses uasaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
61
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Di dalam belajar banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor psikologis seperti motivasi, intelegensi, minat, kebiasaan, sikap, perhatian, emosi, fantasi berpikir, bakat. Sedangkan menurut Slameto (2003:76), hal lain yang mempengaruhi hasil belajar yaitu strategi belajar. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan, yaitu terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2006:101) mengelompokakan jenis-jenis aktivitas belajar sebagai berikut : a) Visualactivities. Misalnya : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain b) Oralactivities. Misalnya : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan intruksi c) Listeningactivities. Misalnya : mendengarkan, uraian percakapan, diskusi, musik dan pidato d) Writingactivities. Misalnya : menulis cerita, karangan , laporan, angket dan menyalin
e) Drawingactivities. Misalnya : menggambar, membuat grafik, peta dan diagram f) Motoractivities. Misalnya : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan berternak g) Mentalactivities. Misalnya : menganggap, mengingat memecahakan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan h) Emotionalactivities. Misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. 3. Aktivitas Pembelajaran Matematika Beberapa aktivitas dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: a. Aktivitas Mempertimbangkan/ Berpikir b. Aktivitas Praktik c. Aktivitas Interpretasi d. Aktivitas Memproduksi e. Aktivitas Menerapkan f. Aktivitas Mengevaluasi g. Aktivitas Mengkreasi 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan keterampilan, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan
62
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar, ranah afektif berkenaan dengan sikap, sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak (Trimo;2009). Berdasarkan konsep diatas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik.Derajat kemampuan ynag diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar. 5. Metode Penugasan Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberikan latihan kepada siswa umtuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran pemberian tugas/ penugasan dapat diberikan kepada siswa di luar proses
pembelajaran. Tujuan pemberian tugas adalah untuk menunjang pelaksanaan program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga agar siswa dapat lebih menghayati bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta melatih siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Kegiatan pembelajaran dengan metode penugasan dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan atau di tempat lain. Bentuknya juga dapat disesuaikan dengan materi pokok bahasan yang sedang dipelajari.Misalnya dapat berupa membuat laporan, mengarang, mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan sebagainya. Metode penugasan mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: a. Kelebihan - Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. - Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. - Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. - Dapat mengembangkan kreativitas siswa. b. Kekurangannya - Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataupun orang lain. - Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota
63
lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. - Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. - Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. (Djamarah 2010:87). 6. Inovasi Pembelajaran Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Menurut Suprayekti ( 2004 : 2), inovasi adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau masyarakat. Sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya.Jadi dapat disimpulkan inovasi ialah suatu ide, barang, metode, gagasan, maupun kejadian yang dirasakan oleh seseorang maupun masyarakat, baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran dengan memperkenalkan sesuatu yang berbeda yang belum dialami dari sebelumnya. Sesuatu yang baru tidak identik dengan sesuatu yang mahal. Apa yang nampaknya sepele, bisa saja mampu membuat pembelajaran
lebih hidup hanya karena sang guru mampu melakukan inovasi. 7. Konsep Kolaborasi Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam. Namun, tetap didasari pada prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung gugat. Istilah kemitraan (partnership) umumnya digunakan untuk menunjukkan suatu kesepakatan hubungan antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan bersama (Julius Bobo, 2003:182). Kemitraan merupakan suatu kesepakatan hubungan antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan bersama (Keint L Fletcher, 1987; Muhammad Jafar Hafsah, 1999). Hubungan kemitraan antara dua pihak atau lebih dapat berupa hubungan dalam tingkatan yang dinilai lebih ”longgar” seperti ”koordinasi” (coordination) hingga tingkatan yang ”lebih mengikat” seperti ”kerjasama” (cooperation) dan ”kolaborasi”(collaboration). Motivasi utama kolaborasi biasanya adalah memperoleh hasilhasil kolektif yang tidak mungkin dicapai jika masing-masing pihak bekerja sendiri-sendiri. Selain seperti dalam kerjasama, para pihak berkolaborasi biasanya dengan harapan mendapatkan hasil-hasil
64
yang inovatif, terobosan, dan/atau istimewa/luar biasa, serta prestasi kolektif yang memuaskan. Kolaborasi biasanya dilakukan agar memungkinkan muncul/berkembangnya saling pengertian dan realisasi visi bersama dalam lingkungan dan sistem yang kompleks Dalam Bahasa Indonesia, istilah kerjasama dan kolaborasi masih digunakansecara bergantian, dan belum ada upaya untuk menunjukkan perbedaan dan kedalaman makna dari istilah tersebut (Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto,2009:112). METODE PENELITIAN Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam bahasa inggris PTK diartikan dengan Clasroom Action Research, disingkat CAR. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Adapun prosedur pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam menuntaskan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan (planning) Menyusun kegiatan tes Melakukan tes diagnostik yang bertujuan untuk mengetahui kamampuan awal siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran Penugasan dimulai.
2.
Menganalisis kondisi yang bertujuan untuk mengetahui tersedianya alat dan bahan pembelajaran Mengidentifikasi permasalahan yang akan dianalisis berdasarkan tes awal dan analisis kondisi Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Membuat lembar observasi yang bertujuam untuk melihat bagaimana aktivitas balajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung Membuat lembar angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang Penugasan Tindakan (acting) Penyampaian materi pelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara individual maupun kelompok melalui penerapan metode Penugasan. Melakukan observasi di dalam kelas yang dilakukan dengan penyediaan format evaluasi. Hal yang menjadi perhatian pengamat adalah aktivitas belajar siswa. Mengadakan analisis hasil observasi untuk mempelajari hal-hal yang berlangsung di dalam kelas. Melakukan evaluasi belajar berupa tes, pemberian tugas ataupun kelompok atau individu. Menganalisis evaluasi be;ajar dari perolehan tes pilihan
65
ganda untuk melihat tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh melalui penerapan metode Penugasan. 3. Observasi (observing) Tahap ini dilakukan oleh 2 orang pengamat untuk mengamati aktivitas belajar siswa di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Pangamat dilengkapi dengan lembar pedoman observasi yang berfungsi untuk menyaring data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian. 4. Refleksi (reflecting) Refleksi adalah untuk melihat apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil diselesaikan dengan tidakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil yang ditemukan dalam tahap observasi dianalisis, sehingga memberikan hasil yang bermakna dari data yang diperoleh untuk diambil kesimpulan sebagai tindakan penelitian. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus selanjutnya, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan berganda, observasi, dan angket. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan angket untuk mengetahui respon siswa setelah menerapkan metode pembelajaran Penugasan.
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan Penugasan. Tes disusun dalam bentuk pilihan ganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SMP kelas IX semester ganjil. Tes yang digunakan sebanyak 10 item dengan 4 option. Observasi dalam penelitiaan ini adalah observasi terhadap subjek penelitian yang dilakukan untuk mengetahui afektif dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Adapun manfaat observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang keseluruhan objek yaitu memperoleh informasi balikan guru di dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang dilengkapi dengan lembar pedoman observasi afektif dan aktivitas belajar siswa. Lembar aktivitas ini digunakan pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Yang menggunakan lembar aktivitas belajar siswa ini adalah dua orang pengamat, yang mengamati masingmasing satu kelompok setiap satu KBM yang sudah ditentukan oleh peneliti/guru. Angket adalah alat untuk mengumpulkan data berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada siswa untuk dijawab secara tertulis. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket ini berfungsi untuk mengetahui pendapat siswa
66
tentang metode pembelajaran Penugasan. Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II. 2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: Nilai Siswa
Jumlah jawaban benar 100 Jumlah seluruh soal
(Slameto,2001:189) b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:
X
X N
(Subino,1987:80) Keterangan :
X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
% 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑥 100%
(Majid, 2009:268) d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas Ketuntasan belajar kelas
S K
b
100%
ΣSb
= Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 (kognitif) ΣK = Jumlah siswa dalam sampel Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal. Yang menjadi indikator keberhasilan guru mengajar digunakan Kurikulum KTSP atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Jika nilai ≥ 70 siswa tuntas secara individu. Jika nilai ≥ 70 diperoleh ≥ 85% dikatakan tuntas secara klasikal/tuntas kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Data mengidentifikasikan bahwa siswa kurang antusias untuk belajar di sekolah. Penetapan pembelajaran Penugasan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatkan keaktifan siswa dan bekerja sama pada mata pelajaran Matematika.
67
Sebelum memulai siklus I maka terlebih dahulu diadakan pretes untuk menguji kemampuan awal siswa. Dan soal tersebut akan diuji kembali setelah berakhirnya siklus I dan II. Data nilai kognitif tes kemampuan awal siswa dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Distribusi hasil Pretes Nilai 10 20 30 40 50 60 70 Jumlah
Frekuensi 1 2 1 10 7 2 2 37
Rata-Rata
43,6
Data hasil pretes ini dapat disajikan dalam grafik pada gambar 1 berikut ini. 40 30 20 10 0
Frekuensi Rata-rata
3
4 5
n LKS Bertanya 20 kepada teman Bertanya 24 kepada guru Yang tidak 21 relevan dengan KBM Jumlah 170
5
12%
6
14%
5,2 5
12%
42.5
100%
Dari data pada tabel 4.3 diatas persentasi untuk aktivitas menulis membaca sebesar 42%, mengerjakan LKS sebesar 20%, bertanya kepada teman sebesar 12%, bertanya kepada guru sebesar 14% dan yang tidak relevan dengan KBM 12%. Dalam hal ini aktivitas yang paling menonjol adalah kegiatan menulis dan membaca yaitu sebesar 41% hal ini disebabkan siswa kurang mempersiapkan diri dirumah. Data aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 3 dibawah ini. 50%
Grafik Aktivitas siklus I
10203040506070
Gambar 1 Grafik Data Hasil Pretest a. Data Siklus I Adapun data aktivitas yang diperoleh selama 20 menit pada siklus I adalah sebagai berikut. Tabel 3 Skor Aktivitas Belajar Siswa N o 1 2
Siklus I Juml ah Menulis/me 71 mbaca Mengerjaka 34 Aktivitas
Sk or 17, 5 8.5
Presen tasi 42%
0% Siklus 1 42% 20% 12% 14% 12%
Gambar 3 Grafik Aktivitas belajar siswa siklus I Keterangan : 1. Menulis/membaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya kepada teman 4. Bertanya kepada guru 5. Yang tidak relevan dengan KBM.
20%
68
Refleksi dan Tindakan Perbaikan Setelah siklus I dengan 2 KBM dilaksanakan, maka peneliti melakukan refleksi. Dari hasil tes belajar siswa terjadi peningkatan. Pada pretest tidak seorangpun lulus KKM yang ditetapkan, tetapi pada siklus I meningkat menjadi 48% siswa lulus KKM tetapi peningkatan belum seperti yang diharapkan peneliti karena belum mencapai 85%. Kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dengan melakukan tindakantindakan. b. Data siklus II Siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Berikut rekaman pembelajaran siklus II, KBM 3 dan 4: Setelah berakhirnya pembelajaran siklus II maka siswa diberikan tes yang merupakan bagian dari pretes yang sesuai dengan indikator yang dipelajari di siklus II. Tes ini disebut sebagai formatif II dan dari tes ini diperoleh data yang disajikan dalam tabel 4 Tabel 4.4 Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekue Tuntas Tuntat Nilai nsi Indivi as Ratadu Kelas rata 60 3 80 16 16 64% 100 6 6 24% 82, Juml 25 25 88% 40 ah Data hasil formatif II dapat disajikan dalam Grafik, Grafiknya dapat dilihat pada gambar 4
Grafik Formatif II 20 15 10 5 0 Frekuensi
60
80
100
3
16
6
Gambar 4 Grafik Data Hasil Formatif II Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika. Dengan nilai terendah 60 diperoleh oleh 3 orang dan nilai tertinggi 100 orang dengan 3 orang siswa dibawah ketuntasan persentase klasikal. Diperoleh 88% ketuntasan hasil belajar dari 85% ketuntatasan klasikal. Tabel 4.5 Skor Aktivitas Belajar Siswa No
1 2 3 4 5
Siklus II Aktivitas Ju ml ah Menulis/mem42 baca Mengerjakan 73 LKS Bertanya kepada 22 teman Bertanya kepada 19 guru Yang tidak 4 relevan dengan KBM Jumlah 160
Rata Rata 10,5
Prese ntasi
18,2 5 5,5
46%
4,75
12%
1
3%
40
100%
Data pada tabel 4.5 dapat disajikan dalam bentuk grafik sesuai gambar 5
69
26%
14%
60%
Grafik Aktivitas siklus II 40% 20%
0% Siklus 1 26% 46% 14% 12%
3%
Gambar 5 Grafik Aktivitas Belajar Siklus II Keterangan : 1. Menulis/membaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya kepada teman 4. Bertanya kepada guru 5. Yang tidak relevan dengan KBM d. Refleksi dan Tindakan Perbaikan Merujuk pada tabel-tabel hasil tes yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat baik nilai rat-rata tes siswa maupun ketuntasan klasikalnya mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siklus I dan siklus II tersebut juga telah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan. Dengan demikian KBM siklus I dan KBM siklus II telah berhasil memberikan ketuntasan belajar secara klasikal, peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat melalui tabel 4.6. Tabel 4.6. Rekapitulasi Data Awal, Siklus I, dan Siklus II N Hasil Tes Data Siklu Siklu o Awa sI s II l 1 Nilai 70 100 100 Tertinggi 2 Nilai 10 40 60
Terendah 3 Rata43,6 68,8 82,4 Rata 0 Nilai Tes 4 Ketuntas 0% 48% 88% an Klasikal Data pada tabel 6 dapat dituliskan dalam grafik, grafiknya dapat dilihat pada gambar 6. 100 80 60 40 20 0
Data Awal Siklus I Siklus II
Gambar 4.6 Data Awal,Siklus I, dan Siklus II 2. Pembahasan Penelitian Sebelum melaksanakan siklus I terlebih dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Merujuk pada Tabel 1 tentang pretest, maka nilai rata-rata sebesar 43,6 belum tuntas dan semua siswa tidak memperoleh nilai tuntas atau ketuntasan klasikal 0%. Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan aktivitas siswa untuk belajar Matematika dengan cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metode Penugasan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dengna melakukan tindakan70
tindakan. Peneliti kemudian berdiskusi dengan narasumber dari LPMP dan UNIMED. Secara keseluruhan hasil belajar siswa meningkat dari pretes, formatif I, sampai formatif II. Namun peningkatan yang terjadi baik pada siklus I maupun pada siklus II masih meninggalkan beberapa siswa yang belum tuntas hasil belajarnya. Kondisi ini muncul karena berbagai kendala yang muncul dari beberapa siswa tersebut dalam pembelajaran. Penting dalam catatan peneliti bahwa pembelajaran dapat diperbaiki dengan lebih menekankan pembimbingan. Namun harus dengan persentase yang seimbang pada setiap siklusnya agar hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan, sesuai yang diungkapkan (Slawin,1994) bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri dan ketrampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik pproses pelaksanaan pembelajaran maupuntujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakuakn dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanari,2002). Hasil belajar siklus II cukup memuaskan dan berhasil meski
masih meninggalkan lima orang siswa dengan nilai tidak tuntas. Rekapitulasi ketuntasn belajar setiap siklus serta penjelasan mengenai pencapaian kompetensi dasar siswa dalam pembelajaran hingga mencapai indikator keberhasilan disajikan melalui Tabel 4.7 Tabel 4.7 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Tiap Siklus No Aspek Penilaian Siklu Siklu sI s II 1 Hasil Belajar 48% 88% . Kognitif 2 Aktivitas Belajar . Menulis/memb 42% 26% 20% 46% aca 12% 14% Mengerjakan 14% 12% LKS 12% 3% Bertanya kepada teman Bertanya kepada guru Yang tidak relevan dengan KBM Berdasarkan hasil observasi aktivitas diskusi kelompok, dan hasil tes pada siklus II dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian. Dengan demikian metode Penugasan dapat meningkatkan minat belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Data pada tabel 4.7 dapat dituliskan dalam grafik, grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.7.
71
41.00%
45.00% Siklus 1
26.00% 20.00%
1
2
Siklus 2
14.00% 12.00% 12.00% 15.00% 13.00% 3.00% 3
4
5
Gambar 4.7 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Tiap Siklus PENUTUP Kesimpulan Setelah data-data tes hasil belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menerapakan metode Penugasan pada siklus I mencapai rata-rata 68,8 dengan ketuntasan klasikal 48% dan siklus II mencapai ratarata 82,40 dengan ketuntasan 89%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai pada mata pelajaran Matematika di kelas IX-3, tahun pelajaran 2014/2015. 2. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menerapkan metode Penugasan pada siklus I aktivitas menulis/membaca sebesar 42%, aktivitas mengerjakan LKS sebesar 20%, aktivitas bertanya kepada teman sebesar 12%, aktivitas bertanya kepada guru sebesar 14%, aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 12%. Dan pada siklus II, aktivitas menulis/membaca
yakni sebesar 26%, mengerjakan LKS yakni sebesar 46%, bertanya kepada teman yakni sebesar 14%, bertanya kepada guru sebesar 12%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 3%.
Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran dengan menggunakan metode Penugasan dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Lembar kerja siswa alat/bahan atau materi sesuaikan kondisi daerah masing-masing. 3. Selama kerja kelompok agar pemanfaatan LKS benar-benar di arahkan agar tujuan pembelajaran tercapai. 4. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai,
72
walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. 5. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. RUJUKAN Aqib, Zainal. (2006).Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Dimyanti.Dr, Mudjono, Drs. 2009. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta Djamarah, S.B., dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Joyce, Wheil, dan Calhoun. (2010). Model’s of Teaching (Model– Model Pengajaran.PustakaPelajar. Yogyakarta. Sanjaya M.Pd, Dr.Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :Kencana Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slameto. (2003). Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, Dr.Nana.1998. DasarDasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar baru Algensindo
73