e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
PENERAPAN METODE PELATIHAN TERBIMBING DENGAN PENGGUNAAN NARASI STAND UP COMEDY SHOW DI METRO TV UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X-IBB2 SMA NEGERI 3 SINGARAJA Km. Susi Ariantini1, I Nym. Sudiana2, Md. Sri Indriani3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Unversitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan memiliki tujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang di tempuh dalam penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam menulis teks anekdot, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan menulis teks anekdot dengan penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy, dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XIBB2 SMA Negeri 3 Singaraja yang berjumlah 33 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil, dan respons siswa dalam penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode angket/kuesioner. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantiatif dan deskriptif kualitatif. Terdapat beberapa langkah penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy untuk meningkatkan aktivitas dan tercapainnya ketuntasan hasil belajar menulis teks anekdot. Langkahlangkah tersebut (1) menekankan pada pembelajaran menulis teks anekdot yang sebelumnya diajak untuk membuat subtopik dan menyusun kerangka teks yang dapat membuat siswa melakukan kegiatan menulis teks anekdot dengan lebih mudah dan lebih baik, (2) hasil penelitian ini adalah tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks anekdot siswa berkat diterapkannya metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy, yakni pada data awal skor ratarata klasikal 64,09% dengan kategori cukup. Siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 69,58% dengan kategori cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 72,81% dengan kategori baik, (3) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Kata kunci: metode pelatihan terbimbing, stand up comedy, anekdot
Abstract Action Research (PTK) is aimed (1) describes the steps taken in the application of guide training methods by using of stand-up comedy narrative, (2) describes increasing of students” result study until achieved the level of mastery of student learning outcomes on writing anecdotes text with application of guided training methods and the use the stand-up comedy narrative, and (3) describes the student's response to the application of training guided methods by the use the stand-up comedy narative. Subjects in this research is a teacher and students of X-IBB2 in SMA 3 Singaraja totaling 33 people. The object of this research is the steps, increased study result, and tresponse of the students in the application of guide training methods by use the stand-up comedy narrative. Data collection
1
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
methods used in this study is the observation method, test method, and method of questionnaire / questionnaire. Data were analyzed using descriptive techniques quantiatif and qualitative description. There are several steps of the guide training application methods and using the stand-up comedy narrative to increase the activity and achieved of mastery learning outcomes of anecdotes text. The steps are (1) emphasis on learning of writing anecdotes text that were previously invited to make Subtopic and frame the text can make students conduct anecdotes text with easier and better, (2) the results of this research are to attain mastery learning outcomes writing anecdotes text of students thanks to the implementation of the guide training methods by using of stand-up comedy narrative, namely the preliminary data the average score of 64.09% with a category classical enough. The first cycle gained an average score of 69.58% with a category classical enough, while the second cycle of the average value of classical students be 72.81% with the good category, (3) students gave positive responses to the application of guided training methods and the using of stand-up comedy narrative in learning of writting anecdotes text. Keywords:guide training methods, stand-up comedy, anecdotes text
PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi hal yang diperhatikan semenjak pengimplementasian kurikulum 2013 yang meletakkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sejajar bahkan satu tingkat lebih vita dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah jam yang disediakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan siswa dituntun untuk mampu menguasai keempat Kompetensi Inti yang tertuang dalam kurikulum. Undang-undang Nomor 20 Ta-hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menye-butkan bahwa kuriku-lum merupakan perangkat mata pela-jaran yang diberikan oleh suatu lemba-ga penye-lenggara pendidikan yang be-risi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada siswa dalam satu periode jenjang pendidikan. Pada lam-piran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kepaduan Umum Pembelajaran, menyebutkan bahwa strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwu-judnya seluruh kompetensi yang dia-nut dalam Kurikulum 2013. Salah satu Kompetensi Dasar yang diusung Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Atas adalah ten-tang memproduksi teks anekdot seca-ra lisan maupun tulisan. Dalam Kuri-kulum tersebut dinyatakan bahwa a-nekdot bertujuan menceritakan suatu kejadian yang tidak biasa dan lucu. Sementara itu,
munculnya teks anek-dot sebagai teks yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia baru disampaikan secara tersurat dalam Kurikulum 2013. Sesuai dengan prin-sip pembelajaran Bahasa Indo-nesia dalam Kurikulum tersebut yakni berba-sis teks.Teks anekdot menjadi salah satu teks yang wajib dipelajarai siswa. Hanya saja teks anekdot baru dikenal-kan mulai jenjang SMA/MA/SMK. Selain itu, sebelum memproduksi teks anekdot siswa terlebih dahulu mem-bandingkan teks anekdot karena itu bertujuan untuk mengetahui pema-haman siswa mengenai teks anekdot. Berdasarkan observasi awa,l permasalahan dalam menulis teks anekdot ditemukan di SMA Negeri 3 Singaraja. Penggunaan media dengan metode dalam pembelajaran menulis teks anekdot jarang dilakukan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di kelas X SMA Negeri 3 Singa-raja untuk mata pelajaran bahasa In-donesia adalah 70. Akan tetapi, dari 33 siswa hanya 39,39% siswa yang medapat nilai di atas KKM. Sedang-kan 60,61% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Dapat dikatakan bahwa dari 33 siswa hanya 13 siswa yang mencapai nilai tuntas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Ni Luh Apni Juliandari, S.Pd. bahwa siswa kelas X-IBB2 mengalami kesulitan ketika mencari topik permasalahan, menentukan sub-topik, mengembangkan teks hingga kesulitan ketika menentukan struktur teks pada 2
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
kegiatan pembelajaran menulis, khususnya menulis teks anekdot. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui langkah-langkah pembelajaran menulis teks anekdot sebelum dan setelah diterapkanya metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy, mengetahui peningkatan keterampilan menulis teks anekdot siswa, dan respons siswa terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:9), media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang ingin disampaikan, sehingga dapat men-capai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Ketepatan dalam memilih media pembelajaran dapat menarik minat siswa. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, media pem-belajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran menulis teks anekdot yaitu penggunaan narasi stand up comedy yang diambil dari program televisi. Penggunaan media ini merupakan sebuah upaya inovatif untuk menciptakan “nuansa baru” dalam kondisi lingkungan proses pem-belajaran menulis teks anekdot, khususnya di kelas X-IBB2 SMAN 3 Singaraja. Media narasi stand up comedy diharapkan dapat memotivasi siswa dan dapat membuat siswa peka terhadap fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat. Sesuai dengan paparan di atas, peneliti akan mencoba menggunakan narasi stand up comedy untuk pembelajaran teks anekdot bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 3 Singaraja. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan penggunaan narasi stand up comedy, guru lebih tepat menggunakan metode pelatihan terbimbing karena keduanya saling berkaitan dan saling mendukung. Metode pelatihan terbimbing mem-bantu siswa agar proses menulis teks anekdot dapat bimbingan secara intensif dan mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, dengan
metode pelatihan terbimbing membantu siswa dan guru agar lebih akrab. Dalam artian siswa tidak merasa canggung ketika membutuhkan bimbingan dari guru atau menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Djamarah (2010:46) menyatakan bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah di-tetapkan. Guru menggunakan metode untuk membuat siswa lebih aktif dan lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Metode pelatihan terbimbing adalah suatu metode mengajar yang baik untuk membiasakan diri mem-berikan bim-bingan secara terus menerus dan sis-tematis dengan memperhatikan kemampuan siswa. Ketika siswa menulis teks anekdot, guru memberikan narasi stand up comedy dan membimbing siswa tentang bagaimana cara membuat atau menulis teks anekdot dengan langkah-langkah yang tepat sehingga siswa lebih termotivasi dan semangat untuk belajar dan tujuan pembelajaran akan dapat dicapai. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X-IBB2 yang bernama Ni Luh Apni Juliandari, S.Pd., dan siswa kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja dengan jumlah siswa 33 orang. Objek pene-litian dalam penelitian ini, yaitu langkah-langkah pembelajaran me-nulis teks anekdot, kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot, dan respons siswa terhadap pene-rapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, tes, dan angket/kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pedoman observasi, tes (penugasan), dan kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan teknik analisis data dekriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis 3
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
data kemampuan menulis teks anekdot dan data kue-sioner tertutup. Sedangkan teknik analisis data deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data penggunaan narasi stand up comedy yang digunakan dan langkah-langkah pembelajaran menulis teks anekdot dengan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Kriteria keberhasilan belajar menulis teks anekdot melalui metode pelatihan terbimbing dengan peng-gunaan narasi stand up comedy ditunjukkan dengan adanya rasa antusias siswa dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil observasi pada saat penelitian berlangsung. Kemampuan menulis teks anekdot mengalami peningkatan, yaitu 81,82% siswa mencapai KKM atau di atas KKM. Selain itu, hasil kuesioner menunjukkan 80% ke atas siswa merespons positif terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.Ada tiga hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pertama, langkah-langkah pembelajaran, yaitu Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis teks anekdot tidak terlepas dari langkah-langkah pem-belajaran yang ditempuh. Langkah-langkah pembelajaran ini merupakan pembaharuan dari langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang kemudian diterapkan pada siklus II. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II, yaitu (1) guru mengucapkan salam pembuka, yaitu “Om Swastiastu”, (2) guru mengecek kehadiran siswa, (3) guru memberikan apersepsi terkait dengan materi yang sudah dijelaskan pada siklus I, (4) guru memfasilitasi siswa dengan mem-berikan umpan balik terkait materi yang belum mereka pahami yang telah dijelaskan pada siklus I, (5) guru menjelaskan kembali materi mengenai cara atau langkah-langkah membuat teks
anekdot, yakni bagaimana cara menentukan topik, cara mencari sub-topik, menyusun kerangka hingga mengembangkan kerangka teks. Guru tidak hanya sekadar menjelaskan materi pelajaran saja, tetapi guru juga mendampingi dan membimbing siswa agar siswa memahami dengan baik bagaimana langkah-langkah membuat teks anekdot yang baik, (6) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait dengan langkah-langkah menulis teks anekdot, (7) guru menjelaskan aspek-aspek yang akan diilai pada teks anekdot yang akan di buat seperti isi, organisasi, kosakata, kalimat, dan mekanik, (8) guru menugaskan siswa untuk mencatat hal-hal yang terdapat dalam narasi stand up comedy, seperti tema cerita dan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut, (9) guru mengajak siswa untuk membaca ringkasan narasi stand up comedy yang berjudul “I Love My Country Indonesia” yang dibawakan oleh Raditya Dika, (10) guru menugaskan siswa untuk menentukan topik dan menyusun kerangka teks berdasarkan narasi stand up comedy yang telah diberikan, lalu mengembangkannya, (11) guru menugaskan siswa membuat teks anekdot sesuai dengan tema dari narasi stand up comedy yang telah diberikan dan berdasarkan struktur teks anekdot, (12) guru membimbing siswa saat menentukan topik, menyusun kerangka teks, dan mulai membuat teks anekdot lagi (13) guru menugaskan siswa membacakan teks anekdot yang telah dibuat, (14) guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberkan tanggapan terhadap hasil kerja temannya, (15) jika ada kesalahan dalam menulis atau pelafalan, guru menugaskan siswa untuk memperbaiki teks anekdot yang dibuat oleh siswa, (16) selama proses pembelajaran, guru mengamati aktivitas belajar siswa dan memberikan bimbingan untuk siswa yang belum mengerti atau bertanya dengan cara menghampiri siswa kebangkunya, (17) guru mem-fasilitasi siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal 4
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
yang kurang jelas tentang teks anekdot dan langkah-langkah menulis teks anekdot, (18) guru memberikan penguatan verbal maupun nonverbal kepada siswa karena sudah aktif ketika proses pem-belajaran, (19) guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran hari itu, (20) guru mengadakan evalusi secara proses, (21) guru mengadakan refleksi, (22) guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam “Parama Santih”. Kemudian hasil yang kedua, kemampuan menulis teks anekdot, Peningkatan hasil belajar menulis teks anekdot dapat dilihat dari skor rata-rata klasikal yang diperoleh siswa kelas XIBB2 SMA Negeri 3 Singaraja. Persentase siswa yang mendapat nilai 70 ke atas adalah 39,39%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy, persentase skor siswa yang mendapat nilai 70 ke atas adalah 54,55%. Sedangkan, persentase siswa yang mendapat nilai 70 ke atas pada siklus II adalah 81,82%. Pada siklus I, persentase siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas lebih sedikit dibandingkan dengan siklus II. Peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM dari siklus I ke siklus II sebesar 3,23%. Rendahnya jumlah siswa yang sudah mencapai KKM disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa kurang fokus pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang sering sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, siswa masih kebingungan pada saat menulis teks anekdot, yakni pada saat menentukan topik, mencari subtopik, menyusun kerangka, hingga sulit me-ngembangkan kerangka teks, siswa juga masih memiliki kekurangan dalam penulisan ejaan dan tanda baca yang tepat. Hal ini mengakibatkan tulisan siswa masih banyak yang cara pe-nulisannya tidak sesuai dengan EyD, guru kurang memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa pada saat siswa menjawab per-tanyaan, sebelum kegiatan
menulis teks anekdot berlangsung, guru tidak menjelaskan aspek-aspek yang akan dinilai, narasi stand up comedy yang digunakan pada siklus I menarik perhatian siswa karena lucu dan ceritanya menarik, tetapi cerita narasi stand up comedy tersebut terlalu panjang. Pada siklus II, persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan karena permasalahan yang dihadapi pada siklus I sudah diatasi. Guru sudah mem-berikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan di-laksanakan, guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa semangat mengikuti pelajaran, guru menjelaskan materi secara jelas dan terperinci dan memberikan contoh saat menjelaskan, guru menjelaskan aspekaspek yang akan dinilai pada teks anekdot siswa, guru membimbing siswa saat menentukan topik teks anekdot, mencari subtopik, menyusun kerangka sampai mengembangkan-nya dan guru membimbing siswa pada saat mengembangkan kerangka teks anekdot menjadi sebuah teks anekdot, serta guru memberikan penguatan kepada siswa karena sudah aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tabel 1. Perbandingan antara persentase siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebelum dilakukan tindakan, pada siklus I, dan pada siklus II Pelaksanaan Persentase siswa yang mendapat nilai 70 ke atas Pratindakan 39,39% Siklus I 54,55% Siklus II 81,82% Terkait dengan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai 70 ke atas dalam menulis teks anekdot dan diterapkannya metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy tersebut mampu menarik perhatian siswa. Penggunaan narasi stand up comedy pada siklus II mampu meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot siswa meskipun narasi stand up comedy yang digunakaan sama. Penggunaan narasi stand up comedy yang digunakan pada siklus I 5
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
sudah mampu menarik perhatian siswa, namun jalan cerita pada narasi stand up comedy tersebut terlalu panjang sehingga membuat siswa merasa bosan. Pada siklus II, penggunaan narasi stand up comedy kembali digunakan, namun dengan cerita yang lebih pendek atau singkat. Digunakannya narasi stand up comedy yang berjudul “I Love My Country Indonesia” karena cerita pada narasi tersebut menarik dan ceritannya pas dengan pengalaman siswa, namun hanya ceritanya terlalu panjang. Hasil yang ketiga, yaitu respons siswa mengenai penerapan metode pelatihan terbimbing dengan peng-gunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Hasil penelitian yang ber-kaitan dengan respons yang diberikan oleh siswa terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan peng-gunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot juga menunjukkan peningkatan. Pada siklus I, dari 33 siswa yang mengisi kuesioner, 6 siswa atau 18,18% yang memberikan respons sangat positif, 26 siswa atau 78,79% orang siswa memberikan respons positif, 1 siswa atau 3,03% siswa yang memberkan respons cukup positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons kurang positif dan sangat kurang positif. Sedangkan pada siklus II, dari 33 siswa yang mengisi kuesioner, 9 siswa atau 27,27% yang memberikan respons sangat positif, 24 siswa atau 72,73% siswa yang memberikan respons positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons cukup positif, kurang positif, serta sangat kurang positif. Dari hal tersebut, penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy untuk meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot siswa kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diidentifikasi tiga temuan yang bermakna. Temuan ini selanjutnya dibahas dengan menghubungkan teori-teori yang ada maupun dengan penelitian-penelitian sejenis yang lain. Temuan tersebut adalah (1) terdapat beberapa langkah penerapan
metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot siswa, (2) penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dapat meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot, (3) siswa memberikan respons positif terhadap metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam menulis teks anekdot. Temuan pertama, terdapat beberapa langkah penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam meningkatkan keteampilan menulis teks anekdot siswa kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja. Langkah-langkah pembelajaran yang tepat dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy di kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkahlangkahpembelajaran menulis teks anekdot pada tahap pendahuluan adalah sebagai berikut. (1) Guru memberikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. (2) Guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa semangat mengikuti pelajaran. (3) Guru memberikan apersepsi dengan cara menyuruh salah satu siswa membaca sebuah teks anekdot. (4) Guru memberikan umpan balik terkait materi yang diajarkan. (5) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Langkah-langkah pembelajaran menulis teks anekdot pada tahap kegiatan inti adalah sebagai berikut. (1) Guru menjelaskan materi pelajaran secara jelas dan terperinci. Saat menjelaskan materi, guru memberikan contoh nyata kepada siswa. Selain itu, guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa terkait materi yang disampaikan. (2) Guru menjelaskan aspek-aspek yang akan dinilai pada teks anekdot siswa. (3) Guru menugasi siswa untuk mencatat hal-hal yang terdapat dalam cerita narasi stand up comedy tersebut, seperti topik dan masalah yang 6
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
dialami tokoh. (4) Guru mengajak siswa untuk memaca teks narasi stand up comedyyang sudah dipersiapkan sebelumnya. (5) Guru membimbing siswa saat membuat langkah-langkah teks. Pertama, guru membimbing siswa menentukan topik teks anekdot.Kedua, guru membimbing siswa mencari subopik.Ketiga, guru membimbing siswa menyusun kerangka teks, dan keempat, guru membimbing siswa mengembangkan teks. (6) Guru menugasi siswa membuat teks anekdot berdasarkan narasi stand up comedy yang diberikan. (7) Guru menugasi siswa memeriksa ulang dan memperbaiki teks anekdot yang dibuat sebelum dikumpulkan kepada guru. Langkah-langkah menulis teks anekdot pada tahap penutup adalah sebagai berikut. (1) Guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung. (2) Guru mengajak siswa membuat kesimpulan tentang menulis teks anekdot dengan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. (3) Guru memberikan penguatan kepada siswa karena sudah aktif ketika pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah pembelajaran tersebut sejalan dengan pendapat Roestiyah (2001) yang menyatakan bahwa ada beberapa langkah penggunaan metode pelatihan terbimbing, yaitu menjelaskan maksud dan tujuan pelatihan terbimbing kepada siswa, guru harus lebih menekankan pada diagnosa atau kepastian karena latihan permulaan belum bisa mengharapkan siswa mendapatkan keterampilan yang sempurna, mengadakan latihan terbimbing sehingga timbul respons siswa yang berbeda-beda untuk peningkatan keterampilan dan penyempurnaan kecakapan siswa, memberi waktu untuk mengadakan latihan yang singkat agar tidak meletihkan dan membosankan dan guru perlu memperhatikan respons siswa apakah telah melakukan latihan dengan tepat dan cepat, meneliti hambatan atau kesulitan yang dialami siswa dengan bertanya kepada siswa, serta memperhatikan masa latihan dengan mengubah situasi
sehingga menimbulkan optimisme dan rasa gembira pada siswa yang dapat menghasilkan keterampilan yang baik, guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang pokok dan tidak banyak terlibat pada hal-hal yang tidak diperlukan, dan guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing dapat berkembang. Pada langkah-langkah pembelajaran menulis teks anekdot siswa dalam menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy, proses menjelaskan maksud dan tujuan latihan terbimbing terjadi saat guru menyampaiakan langkah-langkah pembelajaran, proses meyakinkan siswa untuk bisa mendapatkan keterampilan yang sempurna terjadi saat guru meminta siswa memahami langkah-langkah dalam menulis teks anekdot, proses untuk mengadakan latihan terbimbing agar tidak membosankan, terjadi saat guru memberikan contoh teks narasi stand up comedy, proses meneliti hambatan atau kesulitan yang dialami siswa terjadi saat guru mengadakan evaluasi dan refleksi. Jadi, langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam penulisan teks anekdot.Hal ini bisa terjadi karena pada langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat mengantarkan siswa dalam menuangkan buah pikirannya dan siswa mendapatkan bimbingan yang maksimal. Seluruh rangkaian pelaksanaan aktivitas tersebut mampu dilaksanakan secara tepat, baik, dan efesien sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa menulis teks anekdot dapat ditingkatkan.Siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran menulis teks anekdot.Ini merupakan temuan penting pertama dalam penelitian ini. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy. 7
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
Temuan penting kedua yang menyangkut peningkatan kemampuan menulis teks anekdot siswa dengan penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy. Penerapan metode pelatihan terbimbing dan penggunaan narasi stand up comedy mampu meningkatan keterampilan siswa menulis teks anekdot. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai awal adalah 64,09% dengan kategori cukup, siklus I adalah 69,58% dengan kategori cukup, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 72,81% dengan kategori baik. Peningkatan tersebut terjadi karena guru melakukan perbaikan dengan lebih menekankan penjelasannya pada pembuatan teks anekdot khususnya mengenai langkah-langkah menulis teks anekdot, yakni bagaimana cara menentukan topik, mencari subtopik, menyusun kerangka teks, serta cara mengembangkan teks. Guru menekankan siswa untuk membuat teks anekdot dengan langkah-langkah yang tepat, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan tulisannya dan tulisan siswa pun sesuai dengan struktur teks anekdot dan aspek penilaian yang ditetapkan. Setelah melakukan cara ini, berdasarkan hasil teks anekdot yang dibuat siswa, secara keseluruhan skor siswa mengalami peningkatan. Dengan pemilihan topik nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, siswa telah mampu mengungkapkan atau menuangkan ideideya sehubungan dengan topik narasi stand up comedy yang diberikan. Siswa menjadi senang dan bersemangat Siswa pun merasa bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Siswa diberikan kebebasan untuk menulis sekreatif mungkin sesuai dengan topik dalam proses pembelajaran khususnya menulis teks anekdot. Temuan ini sejalan dengan pendapat Kustandi dan Sutjipto (2011: 9) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk
memperjelas makna pesan yang ingin disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Dilihat dari isi tulisan teks anekdot siswa adalah lucu dan menarik. Dengan diterapkan metode pelatihan terbimbing, siswa merasa diperhatikan. Penerapan metode pelatihan terbimbing membuat siswa mendapat bimbingan lebih banyak dan termotivasi. Menurut Djamarah (2010: 95), metode pelatihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu. Selain itu, dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Bimbingan adalah bantuanbantuan atau tuntutan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran dapat diatasi karena guru memberikan bimbingan secara intensif kepada siswa. Pemberian motivasi oleh guru dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan lebih baik dalam menulis. Guru yang baik adalah guru yang selalu memberikan motivasi kepada siswanya untuk belajar. Dengan diberikan motivasi, siswa akan belajar lebih baik dan lebih tekun. Djamarah (2010: 182) menyatakan “Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan, tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar”.Oleh karena itu, guru selalu memotivasi siswa agar siswa lebih semangat dalam belajar. Motivasi yang diberikan oleh guru sangat penting bagi siswa. Hasil penelitian di kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja menunjukkan bahwa memang benar metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dapat membantu siswa dalam membuat teks anekdot. Peningkatan kemampuan menulis teks anekdot berdasarkan penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dibuktikan 8
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
dengan hasil pembelajaran dari siklus I, secara klasikal skor rata-rata siswa adalah 69,58%. Pada siklus II, secara klasikal, skor rata-rata siswa adalah 72,81%. Dari kedua siklus tersebut terjadi peningkatan sebesar 3,23%. Temuan penting yang ketiga adalah siswa memberikan respons positif terhadap penggunaan narasi stand up comedy dalam menulis teks anekdot. Observasi yang dilakukan selama melakukan penelitian, ternyata dapat diketahui respons siswa dalam pembelajaran menulis teks anekdot dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing adalah positif. Respons tersebut tercermin pada keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh siswa berlangsung secara kondusif. Sebelum diterapakan metode pelatihan terbimbing, guru mengatakan bahwa siswa kurang antusias dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan. Siswa tampak menyibukkan diri dengan kegiatan di luar pembelajaran. Pada siklus I dan siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I respons siswa secara klasikal yakni 41,55%. Adapun rincian pengeskoran yakni, sebanyak 6 (18,18%) siswa memberikan respons sangat positif, 26 (76,79%) siswa memberikan respons positif terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, dan 1 (3, 03%) siswa memberikan respons cukup positif. Pada siklus II respons siswa secara klasikal yakni 42,27% dengan kategori positif. Adapun rincian pengeskoran yakni, sebanyak 9 (27,27%) siswa memberikan respons sangat positif, 24 (72,73%) siswa memberikan respons positif. Walaupun respons siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, namun kategori yang dicapai tetap sama yakni aktif. Respons positif yang ditunjukkan oleh siswa dapat diamati dari keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan metode pelatihan terbimbing dan siklus. Temuan ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2008:65) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuanbantuan atau tuntutan khusus yang
diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin. Dengan adanya bimbingan, siswa akan lebih termotivasi karena pada saat siswa merasa kebingungan dalam menulis, guru akan membimbing siswa sampai siswa mengerti. Keberhasilan siswa tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menggunakan narasi stand up comedy untuk meningkatkan kemampuan siswa dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Guru juga mampu mengelola kelas dan memberikan bimbingan bagi siswa yang dirasa masih memiliki kesulitan sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif. Di samping keberhasilan yang diraih dari penerapan metode pelatihan terbimbing, kesesuaian isi teks anekdot disesesuaikan dengan cerita yang telah dikembangkan oleh siswa. Rata-rata siswa sudah dapat mengembangkan tema yang telah dipilih dan siswa mengembangkan tema dengan cukup baik. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, pada intinya langkah-langkah pembelajaran menulis teks anekdot yang tepat dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy adalah (1) guru memberikan apersepsi terkait dengan materi yang diajarka, (2) guru menugaskan siswa untuk membaca dan mengamati narasi stand up comedy yang diberikan, membimbing siswa saat mencari topik, dan membimbing siswa saat mengembangkan topik yang didapat menjadi sebuah teks anekdot, (3) guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung serta memberikan penguatan kepada siswa karena sudah aktif ketika pembelajaran berlangsung. Kedua, peningkatan skor rata-rata menulis teks anekdot siswa dengan menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up 9
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
comedy terjadi pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yaitu 69,58 dengan 18 orang siswa sudah tuntas atau 54,55% dan 15 orang siswa atau 45,45% orang siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II, nilai siswa mengalami peningkatan sebesar 3,23, yaitu dari rata-rata nilai kelas sebesar 69,58 pada siklus I menjadi 72,81 pada siklus II. Jadi, penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy mampu meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja. Ketiga, siswa memberikan respons positif terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Hal ini bisa dilihat dari 33 siswa yang mengisi kuesioner, 15 atau 45,45% siswa memberikan respons sangat positif dan 50 siswa memberikan respons positif terhadap penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot.Siswa merasa senang dan antusias mengikuti pelajaran karena media yang digunakan mampu menarik minat dan perhatian siswa.Selain itu, bimbingan yang diberikan oleh guru dan kondusifnya suasana saat pembelajaran menjadi faktor penyebab keberhasilan siswa kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja menulis teks anekdot. Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kepada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disarankan untuk menerapkan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas menulis teks anekdot siswa. Guru juga hendaknya menambahkan contoh nyata kepada siswa apabila menjelaskan materi. Selain itu, guru juga harus memberikan motivasi dan penguatan yang bervariasi kepada siswa, menggunakan media narasi stand up comedy yang tepat,
membimbing siswa mulai dari cara mencari topik sampai dengan menyusun dan mengembangkan kerangka teks, serta memberikan apresiasi supaya siswa menjadi aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. (2) Kepada siswa SMA Negeri 3 Singaraja, khususnya siswa kelas X pada tahun ajaran berikutnya, dapat menggunakan media narasi stand up comedy ini dalam belajar menulis teks anekdot. Dengan menerapkan penggunaan narasi stand up comedy dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks anekdot. (3) Peneliti lain disarankan agar mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai menulis teks anekdot dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, peneliti lain dapat memperhatikan kendala-kendala yang dialami oleh peneliti sebagai bahan bandingan, masukan, atau referensi untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prktik. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran (Manual dan Digital). Bogor: Ghalia Indonesia. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta http://www.sarjanaku.com/2013/05/p engertian-metode-latihan-drill.html UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembar Negara RI Tahun 2003 No 78, tambahan Lembar Negara RI No 4301). https://ilovemycountryindonesia.wordpress .com/2014/03/19/naskah-stand-upcomedy-raditya-dika/. Diakses tanggal 28-07-2015.
10
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
11