perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MEDIA KOMIK UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 5 SURAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2011/2012 MATERI GERAK
Skripsi
Skripsi Oleh : Herlina Avrilliyanti K 2308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MEDIA KOMIK UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 5 SURAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2011/2012 MATERI GERAK
Oleh : Herlina Avrilliyanti K 2308091
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Jamzuri, M.Pd NIP. 19521118 198103 1 001
Sri Budiawanti, S.Si, M.Si NIP. 19770414 200212 2 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi :
Ketua
: Dyah Fitriana M, M.Sc.
( …………… )
Sekretaris
: Drs. Surantoro, M.Si.
( …………… )
Penguji I
: Drs. Jamzuri, M.Pd.
( …………… )
Penguji II
: Sri Budiawanti, S.Si, M.Si.
( …………… )
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Herlina Avrilliyanti. K2308091. PENERAPAN MEDIA KOMIK UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 5 SURAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2011/2012 MATERI GERAK. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif disertai metode diskusi dengan media pembelajaran komik dan buku teks. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VII SMP N 5 Surakarta. Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh sampel kelas VIIB dan kelas VIIC. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskusi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan tes. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa setelah diberi perlakuan. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif Fisika sebagai data keadaan awal siswa yang diambil dari nilai ulangan harian pokok bahasan Kalor. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t satu ekor pada pokok bahasan Gerak. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan: penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi ( taraf signifikansi 5%).
= -1,697 commit to user v
= 0,025
= 1,697 pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Herlina Avrilliyanti. K2308091. THE APPLICATION OF COMIC MEDIA FOR COOPERATIVE MODEL OF PHYSIC LEARNING WITH DISCUSSION METHOD IN THE VII GRADERS OF SMP NEGERI 5 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012 IN MOVEMENT MATERIAL. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, December 2012. The research is purposed to find out whether or not the use of comic media in Physics learning using cooperative learning model through discussion method is better than the use of textbook media in Physics learning using cooperative learning model through discussion method. This study was conducted with experiment method. This research employed a cooperative learning model with discussion method with comic and textbook learning media. The subject of research was all of VII graders of SMP N 5 Surakarta. The sample of research consisted of the VII B and VII C graders, taken using cluster random sampling technique. The research method used was discussion one. The data was collected using documentation and test techniques. The test technique was used to measure the students’ Physical cognitive ability after given treatment. Documentation technique was used to obtain the data on physical cognitive ability as the student’s prior condition data taken from daily quiz score of heat subject matter. Technique of analyzing data used was one-tail ttest in Movement subject matter. Considering the result of research with one-tailed t test, it could be concluded that the use of comic media in Physics learning using cooperative learning model through discussion method is better than the use of textbook media in Physics learning using cooperative learning model through discussion method (-ttable = -1.697 < tstatistic = 0.025 < -ttable = 1.697 at significance level of 5%).
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
# Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Insyirah :6-8) # Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al Insyirah : 6-8) # Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap kaum muslim laki-laki dan muslim perempuan. (Hadist)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Ayah
dan
Ibuku
tercinta
yang
telah
memberikan segalanya untukku. 2. Adikku yang selalu memberiku semangat dan dukungan. 3. Momo, terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini. 4. Teman-teman kos Arifah (Chandra, Dea, Bety, Wynta, Huda) 5. Teman-teman Fisika 2008 terima kasih karena commit to user hariku. telah mewarnai viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skrisi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penul;is mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini. 3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini. 5. Ibu Sri Budiawanti, S,Si, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Ibu dan Ayah yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 7. Dewan Guru SMP Negeri 5 Surakarta, terkhusus bapak Dirin, M.Pd, atas bantuannya dalam penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin
Surakarta, Oktober 2011 commit to user ix
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………................
i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………….........
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………….…………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………….….…………….
iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………..……........
v
HALAMAN ABSTRACT ……………………………………..……......
vi
HALAMAN MOTTO ……………………………..………..………….
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………….………………….
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……
ix
DAFTAR ISI ………………………………..…………………………..
x
DAFTAR TABEL ………………………..……………………………..
xiv
DAFTAR GAMBAR …………….....…………………………………..
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………….……………………...
xvii
BAB I
PENDAHULUAN……….…………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah………….……………………….
1
B. Identifikasi Masalah……….………………………………
4
C. Pembatasan Masalah ……………….……………………..
5
D. Perumusan Masalah……….…………………….…………
5
E. Tujuan Penelitian ……………….…………………………
5
F. Manfaat Penelitian…….…………………………….……..
6
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………….………..
5
A. Tinjauan Pustaka…………………………………….…….
8
1. Hakikat Belajar……..………………………..................
8
a. Pengertian Belajar ……………………….………....
8
b. Ciri-ciri Belajar…………………………….….........
9
c. Tujuan Belajar…………………………….…...........
9
d. Prinsip-prinsip Belajar……………………………...
11
2. Model Pembelajaran Kooperatif..................................... commit to user a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif……………….
12
x
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Ciri Pembelajaran Kooperatif………………………
13
c. Ciri Pembelajaran Kooperatif yang Efektif………....
13
d. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif..
14
e. Tujuan Pembelajaran………………………………..
14
f. Bentuk Keterampilan Kooperatif………………..….
15
g. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif model STAD……………………………………………….
16
3. Metode Diskusi………………...………………............
16
a. Pengertian Metode Diskusi…………………………
16
b. Kebaikan-kebaikan Metode Diskusi………..............
17
c. Kelemahan-kelemahan Metode Diskusi …………...
17
4.Media Pembelajaran………….…………………..…….
18
a. Pengertian Media Pembelajaran ............….………...
18
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran……………………….
19
c. Fungsi Media..............................................................
20
d. Manfaat Media Pembelajaran………………………
21
e. Pemilihan dan Penggunaan Media…………………
21
5. Komik sebagai Media Pembelajaran..……….…………
22
a. Pengertian Komik…………………………………..
22
b. Tahapan Pembuatan Komik dan Perbedaan Komik dengan Media Lain……………….................................
23
c. Kelebihan dan Kekurangan Komik………………....
24
d. Fungsi Komik……….................................................
25
e. Aplikasi Komik dalam Pembelajaran……………….
25
6. Buku Teks sebagai Media Pembelajaran..……………
26
a. Pengertian Buku Teks..……….…………………….
26
b. Manfaat Buku Teks..……….……………………….
26
c. Kelebihan dan Kekurangan Buku Teks..……………
27
7. Kemampuan Kognitif Fisika…………………………...
27
8. Konsep Gerak………………………………………….. commit to user a. Pengertian Gerak…………………………………....
28
xi
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Arti Gerak Lurus…………........................................
28
c. Gerak Relatif…………..............................................
28
d. Jarak dan Perpindahan…………................................
28
e. Kelajuan dan Kecepatan………….............................
29
f. Gerak Lurus Beraturan…………...............................
29
g. Gerak Lurus Berubah Beraturan…………................
30
B. Penelitian yang Relevan…………………………………..
32
C. Kerangka Berpikir………………………………………...
33
D. Hipotesis………………………………………..................
34
BAB III METODE PENELITIAN……….…………………….............
35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………
35
1. Tempat Penelitian……………………………………...
35
2. Waktu Penelitian……………………………………….
35
B. Metode Penelitian……………..….…...…………………..
35
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel, dan Sampel……..
36
1. Populasi…………………………..................................
36
2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian…………….....
36
3. Sampel…………………………....................................
36
D. Variabel Penelitian………………………………………..
37
1. Variabel Bebas…………………………......................
37
2. Variabel Terikat…………………………....................
37
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………..
37
1. Teknik Dokumentasi………………………….............
37
2. Teknik Tes………………………….............................
38
F. Instrumen Penelitian………………………………………
38
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian……………………..
38
2. Instrumen Pengambilan Data…………………………..
38
a. Uji Instrumentasi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa……………………………………………….
38
G. Uji Kesamaan Keadaan Awal…………………………….. commit to user 1. Uji Normalitas………………………………………....
39
xii
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Homogenitas……………………………………...
44
3. Uji-t 2 Ekor…………………………………………...
45
H. Teknik Analisis Data……………………………………..
46
1. Uji Prasyarat Analisis………………………………….
46
a. Uji Normalitas……………………………………..
46
b. Uji Homogenitas…………………………………..
48
2. Pengujian Hipotesis…………………………………...
49
a. Uji-t Satu Ekor…………………………………….
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………
52
A. Deskripsi Data…………………………………………….
52
1. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa……….
52
B. Analisis Data…………………………………...................
55
1. Uji Prasyarat Analisis………………………………….
55
a. Uji Normalitas………………………………………
55
b. Uji Homogenitas……………………………………
55
2. Hasil Pengujian Hipotesis……………………………...
56
a. Uji-t Satu Ekor……………………………………...
56
C. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………….
57
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………….
59
A. Kesimpulan ………………………………………………
59
B. Implikasi ………………...……………………. ………...
59
C. Saran ………….…………………………………………..
59
DAFTAR PUSTAKA ……………….…………………………………..
60
LAMPIRAN …………………………………………………………….
62
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Keadaan Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ..........................
41
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen .....................................................................
53
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol ...........................................................................
commit to user xiv
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Grafik Hubungan antara Kecepatan dan Waktu pada GLB…… 30 Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara (a) s-t, (b) v-t, (c) a-t pada GLBB…...
31
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian…………………………………………..
33
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen .........................................................
53
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol ...............................................................
commit to user xv
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1
Jadwal Penelitian..................................................................
62
Lampiran 2
Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen (VII C) .....................
63
Lampiran 3
Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol (VII B) ...........................
64
Lampiran 4
Data Keadaan Awal Nilai Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................................................
Lampiran 5
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................
Lampiran 6
65
66
Perhitungan Uji-t 2 Ekor Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................
75
Lampiran 7
Satuan Pelajaran ...................................................................
82
Lampiran 8
Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ...................................
85
Lampiran 9
Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................
90
Lampiran 10 Lembar Telaah Butir Soal Pilihan Ganda ..............................
95
Lampiran 11 Kisi-kisi Try Out ..................................................................
100
Lampiran 12 Instrumen Tes Try Out Kemampuan Kognitif Fisika Siswa ..
101
Lampiran 13 Kunci Jawaban Tes Try Out Kemampuan Kognitif Fisika Siswa ...................................................................................
110
Lampiran 14 Surat Keterangan Validasi Isi ...............................................
118
Lampiran 15 Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Reliabilitas dan Validitas Tes Try Out Fisika .........................................
122
Lampiran 16 Data Penelitian Kemampuan Kognitif Fisika Siswa pada Materi Gerak ........................................................................
126
Lampiran 17 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Menggunakan Media Komik dan Buku Teks ...
127
Lampiran 18 Pengujian Hipotesis Uji-t Satu Ekor ....................................
137
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar. Guru harus mencari cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan selama proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan
menggunakan
komik
sebagai
media
pembelajaran.
Anak-anak,
sebagaimana orang dewasa juga menyukai komik, sehingga jika media komik dipakai dalam proses pembelajaran, maka akan tercipta suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran untuk melahirkan hasil akhir yang sukses. Dorrell, Curtis, & Rampal, (1995) mengatakan bahwa “komik juga dituduh
sebagai
musuh
membaca
serius”
(http://komik-sebagai-media-
pembelajaran, 2011 : 1). Tetapi asumsi-asumsi negatif tentang komik tidak lagi ditemukan di ruang pembelajaran hingga berlanjut sampai 1970an. Robert Schoof menganggap bahwa “Komik berguna untuk pembelajaran bahasa, khususnya dalam mengajarkan dialek dan karakterisasi” (http://komik-sebagai-mediapembelajaran, 2011 : 1). Dalam jurnal perdagangan, pendidik Kay Haugaard (1973) dan Constance Alongi (1974) merekomendasikan komik bagi siswa yang tidak suka membaca; dan Bruce Brocka (1979) menganjurkan komik sebagai benteng pertahanan terhadap alat yang mengancam budaya membaca yaitu televisi (http://komik-sebagai-media-pembelajaran, 2011 : 1). Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di American Language Institute of New York University (1995). Bacon (2002) mengatakan bahwa “banyak to user pustakawan yang percaya bahwa commit komik dapat mengalihkan perhatian pelajar dari 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 televisi dan video games” (http://komik-sebagai-media-pembelajaran, 2011 : 1). Menurut Sones (2008: 233), “Many of these experiments have been in the field of language, and on the level of the middle grades and junior high school. Harold Downes, instructor in English in Lynn, with assistance of the publishers of Superman-D.C comic magazine, prepared a workbook in language” (Banyak percobaan dalam bidang bahasa, dan pada tingkat tengah dan sekolah menengah pertama. Harols Downes, pengajar di Inggris di Lynn, dengan asisten penerbit komik Superman, menyiapkan buku kerja dalam bahasa). Menurut Gene Yang (2003), “Komik memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran: 1), yaitu: (1) Memotivasi; (2) Visual; (3) Permanen; (4) Perantara; (5) Populer” (http://komik-sebagai-media-pembelajaran, 2011 : 1). Untuk lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Memotivasi Komik dengan gambar yang menarik dapat meningkatkan partisipasi individu sehingga dapat memotivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa dapat mempermudah pembelajaran siswa. sehingga pembelajaran menjadi mudah. 2. Visual Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media visual. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Permanen Menggunakan komik sebagai media pembelajaran berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Komik berbeda dengan film atau animasi, merupakan media yang permanen. Jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, mereka tidak bisa mengulanginya. Tetapi dengan komik, mereka bisa mengulangi sesuka hati commit to user mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 4. Perantara Komik dapat mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya bagi yang tidak suka membaca. Komik dapat berfungsi sebagai perantara dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.. 5. Populer Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat (2002) mengatakan bahwa “Dengan memasukkan budaya populer dalam kurikulum bisa menjembatani kesenjangan perasaan siswa ketika di dalam dan luar sekolah” (Derry Mayendra, 2011: 1). Komik adalah bagian dari budaya populer karena sebelumnya proses pembelajaran hanya menggunakan buku teks biasa. Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses belajar. Di kalangan anak prasekolah, yang disukai adalah komik dengan tokoh hewan, misalnya Miki tikus, Donal Bebek, dan Doraemon, yang berpakaian dan berbicara seperti manusia. Akan tetapi, sebenarnya anak prasekolah menyukai semua komik dengan syarat tidak mengandung unsur teror. Pada akhir masa kanak-kanak, anak-anak menyukai komik dengan pahlawan yang dapat diidentifikasikannya. Mereka menyukai petualangan, misteri, dan ketegangan. Dan memasuki usia remaja, mereka menyukai kisah roman dan cinta. Seks dan kejahatan juga menarik bagi anak selama usia remaja, seperti halnya humor yang sesuai dengan fase proses perkembangan anak, menurut Iswatiningsih (2002) yakni: “Umur 2-4 tahun adalah usia fantasi anak, umur 4-8 tahun usia dongeng, umur 8-11/12 tahun usia petualangan, umur 12-15 tahun usia kepahlawanan, dan umur 15-20 tahun usia liris dan romantis” (Derry Mayendra, 2011: 1). Hurlock (2000) menyatakan bahwa anak-anak usia sekolah (SD, SMP) menyukai komik karena beberapa hal diantaranya: (1) melalui identifikasi dengan karakter dalam komik, anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya, (2) komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural, (3) komik memberi anak pelarian sementara hirup pikuk hidup sehari-hari, (4) komik mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahamicommit arti dari gambarnya, (5) karena komik tidak to user mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 (6) karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu, komik mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain, (7) bila berbentuk serial, komik memberi sesuatu yang diharapkan, (8) dalam komik, tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka lakukan sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya, ini memberikan kegembiraan, (9) tokoh dalam komik sering kuat, berani, dan berwajah tampan, jadi memberikan tokoh pahlawan bagi anak untuk mengidentifikasikannya, (10) gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak (Derry Mayendra, 2011: 1). Pelaksanaan kegiatan pengajaran Fisika dengan menggunakan komik yang pernah dilakukan oleh Dwi Nuryani (2007) dengan judul “Pengembangan Komik Fisika Pokok Bahasan Gerak sebagai Media Pembelajaran yang Menarik dan Efektif untuk Siswa SMP Kelas VII” menunjukan bahwa dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa merasa senang, santai dan tidak merasa
tegang
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Pembelajaran
dengan
menggunakan media komik dapat memotivasi siswa untuk lebih memahami suatu masalah yang diajukan. Dari uraian latar belakang pada manfaat komik, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Media Komik untuk Pembelajaran Fisika Model Kooperatif dengan Metode Diskusi pada Siswa SMP Negeri 5 Surakarta Kelas VII Tahun Ajaran 2011/2012 Materi Gerak.
B. Identifikasi Masalah
Terutama pada penjelasan Hutchinson (1949) dan Hurlock (2000) pada latar belakang masalah antara lain, masih terdapat siswa yang mempunyai minat belajar rendah, kurang penjelasan dari guru di sekolah, komik dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran, siswa cenderung lebih menyukai komik daripada buku teks dengan bahasa yang formal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka penulis membatasi permasalahan pada: 1.
Pembelajaran Fisika dilakukan dengan menggunakan pembelajaran Fisika model kooperatif melalui metode diskusi.
2.
Komik dibuat dengan gambar kartun dan berwarna.
3.
Media komik yang digunakan dibatasi pada pokok bahasan Gerak untuk siswa SMP kelas VII.
4.
Indikator keberhasilan siswa dalam mempelajari Fisika dilihat dari kemampuan kognitif Fisika siswa.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Fisika pada pokok bahasan Gerak dan untuk mengetahui hasil belajar Fisika. Secara khusus tujuan penelitian adalah mengetahui apakah penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan komik Fisika antara lain : 1. Bagi Penulis : a. Mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah. b. Menggerakan penulis untuk menggunakan media komik pada saat penelitian. c. Memberdayakan dengan mengajak siswa menggunakan media komik agar lebih mudah memahami materi dalam pembelajaran. d. Mengembangkan media komik untuk memecahan masalah belajar siswa yang berada dalam kawasan teknologi pendidikan. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Teknologi Pendidikan : a. Mempengaruhi dalam peningkatan Perkembangan Ilmu Teknologi b. Menggerakkan siswa menjadi lebih maju pada era yang modern dengan menggunakan media komik dalam proses pembelajaran. c. Memberdayakan media komik sebagai media pembelajaran yang modern dalam mengatasi masalah belajar siswa. d. Mengembangkan media komik sebagai perwujudan kepekaan masalah belajar yang tengah dihadapi siswa. 3. Bagi Guru: a. Mempengaruhi guru dalam memudahkan proses mengajar. b. Menggerakkan siswa berfikir secara visual dengan menggunakan media komik dalam proses pembelajaran. c. Memberdayakan penggunaan media komik kepada siswa dalam proses pembelajaran. d. Mengembangkan media komik untuk sebagai perwujudan kepekaan masalah belajar yang tengah dihadapi siswa. 4. Bagi Siswa : a. Mempengaruhi kemampuan kognitif Fisika commit to user pembelajaran.
siswa dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 b. Menggerakkan siswa untuk selalu membaca media visual dalam bentuk komik. c. Memberdayakan media komik untuk menyelesaikan soal cerita dengan tingkat pemahaman yang lebih mudah. d. Mengembangkan media komik untuk membantu siswa dalam proses belajar Fisika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar Kegiatan belajar merupakan bagian utama dari proses pendidikan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan setiap manusia setiap waktu tanpa ada batasan apapun. Namun dalam dunia pendidikan, belajar didefinisikan tersendiri untuk dapat mencapai hasil tertentu yang diinginkan. Menurut Slameto (1995: 2), ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Rumusan kedua Chaplin adalah ”belajar
ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus” , tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar . Hintzman (1978) berpendapat bahwa ”Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” (belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut) (Muhibbin Syah 2003: 65). Jadi, dalam pendangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Menurut Muhibbin Syah (2003: 68) menyatakan, “Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Pernyataan Muhibbin Syah menjelaskan bahwa belajar merupakan hasil pengalaman dan merupakan interaksi individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang dibentuk oleh individu itu sendiri dalam susunan kognitif yang dimilikinya. commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Menurut Oemar Hamalik (2003: 154) menjelaskan bahwa, “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang melibatkan interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungan sehingga diperoleh suatu perubahan yang mencangkup aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan), serta aspek-aspek lain sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dialami oleh individu yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan. b. Ciri-Ciri Belajar Menurut Sumadi Suryobroto (1981) : ada tiga ciri yang khas pada aktivitas manusia (kegiatan belajar), yaitu : 1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) baik aktual maupun potensial. 2) Perubahan tingkah laku didapatkan pada kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan, 1999: 15). c. Tujuan Belajar Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen dalam pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan/kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 sarana/prasarana yang tersedia. Tiap-tiap tujuan belajar tertentu membutuhkan sistem lingkungan yang relevan. Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif. 1) Ranah kognitif ; meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasion. 2) Ranah afektif/sikap ; meliputi kemampuan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan kerja, dan ketelitian. 4) Ranah psikomotor ; meliputi gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi non verbal, perilaku berbicara (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan, 1999: 19). Selanjutnya Mudjiyoni dan Mochamad Paryadi menjelaskan butir-butir pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai berikut : 1) Ranah Kognitif. a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk yang dipelajari. b) Pengertian/pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan belajar ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. c) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya sesuai dengan situasi yang konkret. d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok menjadi struktur baru. f) Evaluasi (penilaian), merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud/tujuan tertentu. 2) Ranah Afektif. a) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. b) Merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat srta aktif memperhatikan. c) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan unuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya. e) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengonseptualisasi commit waktu to user merespon masing-masing nilai dengan jalan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 mengidentifikasikan karakteristiknilai atau membuat pertimbanganpertimbangan. 3) Ranah Psikomotor. a) Gerak tubuh, gerak tubuh yang mencolok merupakan kemampuan gerak tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh. b) Koordinasi gerak, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan. c) Non verbal. Komunikasi non verbal merupakan kemampuan komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat. 5) Perilaku bicara, merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi secara lisan (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan, 1999: 19-20). Berdasarkan uraian tentang tujuan belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran yaitu untuk mendapatkan pengetahuan (aspek kognitif), keterampilan (aspek psikomotorik), pembentukan sikap (aspek afektif). d. Prinsip-Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip yang terkait dalam proses belajar. Belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Menurut S. Nasution (1988), ”Perubahan individu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang” (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan, 1999: 51-52). Menurut Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan (1999: 53-56) berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman, ada beberapa prinsip belajar yang terutama berkenaan dengan : (1) Perhatian dan motivasi pebelajar; (2) Keaktifan pebelajar; (3) Keterlibatan langsung pebelajar; (4) Pengulangan belajar; (5) Sifat merangsang dan menantang dari materi yang dipelajari; (6) Pemberian balikan dan penguatan kepada pebelajar; (7) Perbedaan individual pebelajar yang satu dari yang lainnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip belajar akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 2. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Dalam situasi belajar sering terlihat sifat individualitas siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan dibiarkan maka akan dihasilkan warga negara yang egois, kurang bergaul dengan masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Berdasarkan situasi belajar yang individualitas dalam proses pembelajaran diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA terutama Fisika. Menurut Nurulhayati (2002) : ”pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi” (Rusman, 2012: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya sehingga siswa memiliki tanggung jawab yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya sendiri. Menurut Sanjaya (2006) : ”cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu unutk mencapai tujuan pembelajran yang telah dirumuskan” (Rusman, 2012: 203). Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Menurut Johnson dalam Hasan (1996) : ”Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut” (Rusman, 2012: 204). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 b. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012: 207-208), karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 1) Pembelajaran Secara Tim; Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Sehingga tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif; Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, (b) sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, (c) sebagai kontrol, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes. 3) Kemauan untuk Bekerja Sama; Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, sehingga prinsip kebersamaan atau kerja sama ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. 4) Keterampilan Bekerja Sama; Kemampuan bekerja sama perlu didorong dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif yang Efektif Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran kooperatif akan efektif apabila: 1) Guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual. 2) Guru menghendaki pemerataan pemerolehan hasil dalam belajar. 3) Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri. 4) Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa. 5) Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 d. Unsur-Unsur Dasar dalam Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 1) Ketergantungan yang positif, yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota dalam kelompo akan merasakan saling ketergantungan. 2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Sehingga setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan. 3) Interaksi Tatap Muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 4) Partisipasi dan Komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5) Evaluasi Proses Kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif (Rusman, 2012: 212). Sedangkan menurut Johnson and Johnson (1989), ”The CL model incorporates five essential elements: positive interdependence, individual accountability, face-to-face promotive interaction, social skills, and group processing. The positive impact of CL has far-reaching effects that extend beyond the classroom, into participant’s professional and personal live” (Pembelajaran kooperatif menggabungkan lima elemen penting: ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, kemampuan sosial, dan kelompok pengolahan. Dampak positif dari pembelajaran kooperatif mempunyai efek luas yang melampaui kelas, dalam partisipasi profesional dan kehidupadn pribadi) (Kupczynski, L., Mundy, M.A., Goswami, & Meling, V., 2012: 233). e. Tujuan Pembelajaran Model Kooperatif Menurut Rusman (2012: 210) : “tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi”. Keterampilan kerja sama dan kolaborasi sangat penting dimiliki oleh masyarakat yang sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain. Tetapi di kalangan remaja dan orang dewasa masih belum memiliki keterampilan sosial, sehingga banyak pertikaian commit to user kecil antara individu yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 mengakibatkan tindak kekerasan atau banyak orang yang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Tetapi siswa harus mempelajari keterampilan-keterampilann khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan. f. Bentuk Keterampilan Kooperatif Menurut Lundgren (1994) dalam buku Rusman (2012: 210-211), ada tiga bentuk keterampilan kooperatif, yaitu: 1) Keterampilan kooperatif tingkat awal. Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu. 2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah. Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan. 3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir. Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; dan (e) berkompromi. Menurut Slavin (2008 : 27) model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar ada banyak tipe di antaranya: tipe STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Game Tournament), TAI (Team Assistes Individualization), Belajar Bersama, Jigsaw, Investigasi kelompok, Instruksi Kompleks, Berpasangan Terstrukstur. Menurut Slavin (2008 : 13), ”Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas ketimbang metode komprehensif dalam mengajarkan mata kuliah tertentu”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 g. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ada enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu menurut Rusman (2012: 211) terbagi menjadi fase-fase sebagai berikut: 1) Penyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. 2) Pembagian kelompok; siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik. 3) Presentasi dari guru; guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan terebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media. 4) Kegiatan belajar dalam tim; siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD. 5) Evaluasi; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. 6) Penghargaan prestasi tim; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 3. Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi Menurut Suradji (2011: 28-29), diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung salam kelompok untuk mencari atau memperoleh kebenaran. Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Jika demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Di dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat yang mempunyai argumentasi kuat. b. Kebaikan-kebaikan Metode Diskusi Seperti juga metode-metode lain, metode diskusi pun mempunyai kebaikan-kebaikan. Kebaikan-kebaikan metode diskusi menurut Suradji (2011: 29-30) antara lain adalah : 1) Berfungsi untuk mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan dan dapat pula mengintegrasikan mata pelajaran. 2) Dapat menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara berpikir ilmiah. 3) Dapat membina bahasa para pelajar. 4) Dapat memperkecil atau menghilangkan rasa malu atau takut, dan pada pihak lain dapat menumbuhkan serta memupuk keberanian pelajar. 5) Dapat memupuk kerjasama, toleransi dan rasa sosial. c. Kelemahan-kelemahan Metode Diskusi Di samping kebaikan-kebaikan yang telah dikemukakan diatas metode diskusi tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelamahan metode diskusi menurut Anne Ahira (2012: 1) antara lain adalah: 1) Biasanya akan ada kelompok-kelompok yang menguasai dalam metode diskusi, jadi untuk mengatasinya guru harus selalu siap melakukan kontrol selama kegiatan diskusi berlangsung. 2) Metode diskusi sangat tidak efektif jika dipakai pada kelas-kelas yang terlalu besar. 3) Metode diskusi termasuk salah satu metode yang menyita waktu. Sehingga guru harus benar-benar mempersiapkan waktu secukup mungkin dan selalu mengontrol kegiatan jangan samapi setiap tahap berlangsung terlalu lama. 4) Biasanya metode diskusi hanya memunculkan informasi-informasi terbatas yang bisa didapatkan oleh siswa. 5) Terkadang metode diskusi ketika diterapkan pada pelajaran bahasa asing, kebanyakan siswa akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat. Demikian juga guru akan kesulitan memahami maksud yang disampaikan oleh beberapa siswa yang kemampuannya terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘penghantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Jadi, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. AECT (Association of Education and Communication Technologi, 1977) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampaian atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator. Menurut Fleming (1987) : “Penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya” (Azhar Arsyad, 2011: 3). Briggs (1977) mengatakan bahwa “Media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian” (Sri Anitah, 2009: 4-5). Ada lagi pendapat (Bretz, 1971) mengatakan bahwa “Media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan saling tindak antara pembelajaran dengan subyek yang dipelajari, sedangkan yang kedua semata-mata adalah penunjang pada pemyajian yang dilakukan oleh guru” (Sri Anitah, 2009: 5) Pendapat lain dikemukakan oleh Gerlach & Ely (1980) adalah sebagai berikut: “Media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasin lisan atau visual” (Sri Anitah, 2009: 5), sedangkan Smaldino dkk (2005) mengatakan bahwa “Media adalah suatu alat informasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa latin ‘medium’ yang berarti ‘antara’, media menunjukkan pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan. Dikatakan media pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran” (Sri Anitah, 2009: 5). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran Gerlach
&
Ely
(1971)
dalam
Azhar
Arsyad
(2011:
12-14)
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. 1) Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri fiksatif menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri fiksatif sangat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok. 2) Ciri Manipulatif (Manipulative Propertive) Trasformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatau rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media. Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pada rekaman gambar hidup (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau audio) dapat diputar mundur dan dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian penting/utama dari ceramah, pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagianbagian yang tidak diperlukan. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan commit to user penafsiran yang tentu saja akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum, pengolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam suatu urutan rekaman video atau film yang mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal-usul dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti. 3) Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri distribtif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media (rekaman video, audio, disket computer) dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hamper sama dengan aslinya. c. Fungsi Media Levie
&
Lentz
(1982)
mengemukakan
empat
fungsi
media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: 1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. 3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali (Azhar Arsyad, 2011: 16-17).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 d. Manfaat Media Pembelajaran Sudjana & Rivai (1992) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga kativitas lain seperti mengamati, melakuakan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain (Azhar Arsyad, 2011: 24-25). e. Pemilihan dan Penggunaan Media Menurut Azhar Arsyad (2011: 72-75) menjelaskan bahwa dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut: 1) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. 2) Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelijensi, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. 3) Tujuan pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. 4) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah dipahami jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. 5) Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk menggunakan media dengan sukses. 6) Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 7) Partisipasi. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. 8) Umpan balik. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan. 9) Penguatan (reinforcement). Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi tingkah laku. 10) Latihan dan pengulangan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. 11) Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. 5. Komik Sebagai Media Pembelajaran a. Pengertian Komik Komik berasal dari bahasa Inggris comics yang merupakan perwujudan utama dari gejala sastra gambar, sedangkan istilah komik dalam bahasa Prancis dikenal istilah bande dessinee yang memiliki arti sama dengan komik bersambung yang dimuat dalam surat kabar. Menurut McCloud (2008: 9) menjelaskan bahwa “komik merupakan pilihan yang berkesinambungan terdiri dari pencitraan, alur cerita, dialog, komposisi gestur dan satu ton pilihan lainnya”. Menurut Sudjana (2007) : “komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca”. Adapun karakteristik komik antara lain: 1) komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, 2) komik bersifat humor, 3) perwatakan lain dari komik harus dikenal agar kekuatan medium bisa dihayati, 4) komik memusatkan perhatian di sekitar rakyat, 5) cerita pada komik mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dan perwatakan tokoh utamanya, 6) ceritanya ringkas dan menarik commitperhatian, to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 7) dilengkapi dengan aksi bahkan dalam lembaran surat kabar dan bukubuku, dan 8) komik dibuat lebih hidup serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas (Riska Dwi Novianti, 2011: 1). Namun para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik, sebagian di antaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain lebih mementingkan kesinambungan image dan teks dan sebagian yang lain lebih menekankan sifat kesinambungannya. b. Tahapan Pembuatan Komik dan Perbedaan Komik dengan Media Lain Menurut Mc. Cloud (2008: 9) menjelaskan bahwa “komik memiliki sesuatu yang saling berkaitan dan menjadi rangkaian yang menguatkan suatu alur cerita yaitu pencitraan, alur cerita, dialog, komposisi, gesture dan bermacam pilihan lainnya”. Menurut Mc. Cloud (2008: 10), macam pilihan lainnya terbagi menjadi lima tipe dasar yaitu: (1) Pilihan momen; (2) Pilihan bingkai; (3) Pilihan citra; (4) Pilihan kata; (5) Pilihan alur. Untuk lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pilihan momen, yaitu memilih momen-momen yang ingin ditampilkan ke dalam panel dan momen-momen yang harus dibuang. Ditambah dengan pemilihan transisi panel yang baik, komikus dapat menghemat panel demi efisiensi, menambah panel demi penekanan, mengatur intensitas cerita, dan hal-hal lainnya. 2) Pilihan bingkai, yaitu memilih jarak dan sudut pandang yang tepat untuk momen yang telah dipilih. Komikus menetukan seberapa dekat bingkai sebuah aksi untuk menunjukkan rincian yang pantas atau seberapa jauh bingkai agar pembaca dapat melihat tempat aksi berlangsung dan mungkin membangkitkan kesan berada di tempat kejadian. 3) Pilihan citra, yaitu bagaimana komikus mengisi bingkai dengan gambar yang membawa dunia cerita yang ia buat ke dalam bentuk rupa yang terlihat hidup. Untuk komik bergenre tertentu, mungkin lebih tepat pemilihan gaya realis sedangkan untuk genre yang lain gaya kartun lebih cocok. Pemilihan citra yang baik akan sangat mempengaruhi kesan pembaca terhadap dunia di dalam commit to user komik itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 4) Pilihan kata. Kata dalam komik berfungsi sebagai narasi untuk menjelaskan gambar, sebagai dialog atau percakapan dalam komik, sebagai bagian langsung dari gambar dalam bentuk terintegrasi. Sebagai contoh adalah penggunaan kata dalam gambar botol kecap, jadwal pelajaran, dan lain-lain. 5) Pilihan alur. Tujuan utama pemilihan alur adalah untuk menuntun pembaca mengikuti jalan cerita komik dari awal sampai akhir. Alur baca yang baik ditentukan dengan pengaturan panel ke panel yang tepat, baik itu penempatan panel maupun jarak antar panel. Pengaturan alur yang baik dapat menuntun pembaca untuk menyusuri panel demi panel dari awal sampai akhir, tanpa meyebabkan kebingungan. c. Kelebihan dan Kekurangan Komik Sebagai salah satu media visual, media komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Gene Yang (2003) komik memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran, antara lain: 1) Peranan pokok dari buku komik dalam instruksional adalah kemampuannya dalam menciptakan minat peserta didik. 2) Membimbing minat baca yang menarik pada peserta didik. 3) Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. 4) Komik menambah pemdendaharaan kata-kata pembacanya. 5) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak. 6) Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang lain. 7) Seluruh jalan cerita komik menuju salah satu hal yakni kebaikan atau studi yang lain (http://digilib.unnes.ac, 2011: 1 ). Media komik di samping mempunyai kelebihan, juga memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Kelemahan media komik antara lain : 1) Guru harus menggunakan motivasi potensial dari buku-buku komik, tetapi jangan berhenti hanya sampai disitu saja, apabila minat baca bergambar harus dilengkapi oleh materi bacaan film, gambar, tetap model (foto), percobaan serta berbagai kegiatan yang kreatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 2) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar. 3) Banyak aksi-aksi yang menonjol kekerasan ataupun tingkah laku yang kurang baik (http://digilib.unnes.ac, 2011: 1). d. Fungsi Komik Dalam www.wikipedia.com (2011: 1) : “Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh komik antara lain adalah komik untuk informasi pendidikan, komik untuk advertising, maupun komik sebagai sarana hiburan. Tiap jenis komik memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas”. Komik untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan baru harus dapat diterima dengan jelas, misalnya ”hindari pemecahan masalah dengan cara kekerasan.” Namun komik ini juga harus memiliki alur cerita yang menarik bagi pembaca. Jika tidak, komik akan terasa menggurui dan membosankan. Komik juga dapat dimanfaatkan sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk tersebut.Sementara pembaca dengan senang hati membaca komik, pesan-pesan promosi produk dapat tersampaikan (soft selling). Komik sebagai sarana hiburan merupakan jenis komik yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja.Bahkan sebagai hiburan sekali pun komik dapat dapat memiliki muatan yang baik.Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan dan semangat pantang menyerah dapat digambarkan secara drasmatis dan menggugah hati pembaca. e. Aplikasi Komik dalam Pembelajaran Menurut Rothlein dan Meinbach (1991) : “komik dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Komik juga dapat memberikan
apresiasi
bahasa
dan
mengembangkan
komunikasi
lisan,
mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni” (Syaiful Hadi, 2005: 7) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Sedangkan menurut Davis (1997) menjelaskan bahwa komik yang begitu menarik sebagai suatu alat pendidikan disebabkan karena: (a) a built-in desire to learn through comics; (b) easy accessibility in daily newspaper and bookstand; (c) the novel and ingenious way in which this authentic medium depicts real-life language and “every facet of people and society”; and (d) the variety of visual and linguistic element and codes tahet appeal to student with different learning style (Syaiful Hadi, 2005:7). Dari uraian yang diungkapkan oleh Rothlein, Meinbach dan Davis, dapat diketahui bahwa komik dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Komik dapat menyampaikan materi-materi Fisika yang masih abstrak bagi siswa, salah satunya adalah materi Gerak.
6. Buku Teks sebagai Media Pembelajaran a. Pengertian Buku Teks Buku teks merupakan salah satu jenis buku pendidikan. Menurut Muslich,”Buku teks adalah buku berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarakan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa” (http://bermutumatokan.guru-indonesia.net/artikel_detail-25109.html, 2012: 1). Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004) menyebutkan bahwa “Buku teks atau buku pelajaran adalah sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis berisi tentang suatu materi pelajaran tertentu, yang disiapkan oleh pengarangnya
dengan
menggunakan
acuan
kurikulum
yang
berlaku”
(http://bermutumatokan.guru-indonesia.net/artikel_detail-25109.html, 2012: 1). b. Manfaat Buku Teks Menurut Sunarko dalam Banowati (2011), manfaat buku antara lain adalah: 1) Meningkatkan perhatian dan motivasi belajar, 2) Memberikan variasi dalam belajar, 3) Memberikan struktur yang memudahkan belajar, 4) Menyajikan inti informasi belajar, 5) Memberikan contoh-contoh yang lebih kongkret, 6) Merangsang berpikir analisis, 7) Memberikan situasi belajar yang tanpa tekanan (http://bermutumatokan.guru-indonesia.net/artikel_detail-25109.html, 2009: 1). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Manfaat buku teks tidak hanya untuk siswa, tetapi guru pun terbantu dengan kehadiran buku teks. Selain digunakan oleh siswa, buku teks juga digunakan oleh guru pada waktu mengajar. Guru memiliki kebebasan dalam memilih, menyajikan, dan mengembangkan materi (http://bermutumatokan.guruindonesia.net/artikel_detail-25109.html, 2012: 1). c. Kelebihan dan Kekurangan Buku Teks Dalam http://zuardey.blogspot.com (2012: 1) menjelaskan tentang kelebihan jika digunakan sebagai media pembelajaran, antara lain: 1) Dapat berdampingan dengan media lain, 2) Dapat di gunakan oleh semua kalangan, 3) Tidak memerlukan peralatan khusus dalam menggunakanya, 4) Dapat di guanakan dalam situasi dan kondisi yang kurang mendukung, dan 5) Cara penggunaan mudah dan praktis. Buku teks juga memiliki kekurangan jika digunakan sebagai media pembelajaran, dalam http://zuardey.blogspot.com (2012: 1) juga menjelaskan tentang kekurangan media pembelajarn buku teks, antara lain: 1) Tidak menarik dan monoton, 2) Membutuhkan waktu untuk memahami sebuah bacaan, 3) tidak dapat digunakan dalam tempat gelap, 4) Membutuhkan konsep awal, 5) Memerlukan daya ingat yang tajam, 6) Membosankan, dan 7) Bersifat abstrak dan pengkonsepan. 7. Kemampuan Kognitif Fisika Oemar Hamalik (2003: 210) berpendapat bahwa “evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran”. Oemar Hamalik (2003: 211) juga mengatakan bahwa “evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap guru sebagai bagian dari tugasnya. Secara umum evaluasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar para siswa telah tercapai dalam program pendidikan yang telah dilaksanakannya”. Oemar Hamalik (2003: 212-213) mengatakan bahwa pada akhir pelajaran guru berkewajiban memberikan penilaian dengan maksud untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai Kompetensi dan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil evaluasi itu guru dapat memperoleh umpan balik dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya. Jadi, penilaian itu lebih bersifat evaluasi formatif, yang dilaksanakan dalam jangka pendek. Pada umumnya aspek kognitif lebih banyak mendapat perhatian. Seberapa jauh telah terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 perubahan pada diri siswa dapat dilihat pada perbandingan antara hasil tes awal dan tes akhir.
8. Konsep Gerak 1) Pengertian Gerak Benda dikatakan bergerak jika kedudukan benda tersebut berubah terhadap suatu titik yang disebut sebagai titik acuan. Titik acuan merupakan sembarang titik yang dipakai sebagai patokan (Tentor Ahli UGM dan UNY, 2009: 59). 2) Arti Gerak Lurus Benda bergerak lurus, jika benda itu berpindah posisi sepanjang garis lurus. Contoh : buku yang dijatuhkan, bola bilyar yang di sodok, pelari 100 m (Tentor Ahli UGM dan UNY, 2009: 61). 3) Gerak Relatif Gerak bersifat relatif artinya, benda dapat dikatakan bergerak terhadap titik acuan tertentu, tetapi tidak bergerak terhadap benda lain. Gerak benda tergantung dari titik acuan yang ditetapkan (Setya & Samsom, 2010: 180). 4) Jarak dan Perpindahan 1) Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan kedudukan awal dan kedudukan akhir. Perpindahan selalu dituliskan besar dan arahnya, dan tergolong dalam besaran vektor (Tentor Ahli UGM dan UNY, 2009: 60). 2) Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda selama bergerak. Jarak tidak mempunyai arah, sehingga tergolong besaran skalar (Tentor Ahli UGM dan UNY, 2009: 59). Contoh :
Sebuah mobil bergerak dari titik O-W-O-Y-Z-Y, maka jarak dan perpindahan benda adalah :
commit to user Jarak = 5+5+3+3+3 = 19 satuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Perpindahan = O-Y = 3 satuan
5) Kelajuan dan Kecepatan 1) Kelajuan, adalah jarak yang ditempuh dibagi dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. ( ) ( ) Kelajuan rata-rata adalah hasil bagi jarak total yang ditempuh dengan ( )
waktu tempuh.
̅
∑
(2.1)
∑
Keterangan : ̅ = kelajuan rata-rata (
)
∑ = jarak total ( ) ∑ = waktu tempuh total ( ) (Setya & Samsom, 2010: 181-182) 2) Kecepatan, dapat didefinisikan sebagai tingkat perubahan posisi terhadap waktu (Bob Foster, 1999: 37). Kecepatan merupakan besaran vektor, yang mempunyai arah maupun besar (Sears Zemansky, 1994: 83).
⃗
(2.2)
Keterangan : ⃗ = kecepatan (
)
= perpindahan ( ) = perubahan waktu ( ) Kecepatan rata-rata, didefinisikan sebagai perpindahan (bukan dalam jarak tempuh total) dibagi dengan selang waktu.
(Setya & Samsom, 2010: 181-182) 6) Gerak Lurus Beraturan Gerak lurus beraturan adalah gerak benda yang lintasanya berupa garis lurus dan kecepatannya tetap (konstan). Karena lintasannya yang lurus maka pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 GLB perpindahan dan jarak besarnya sama, sehingga secara matematis hubungan jarak, kecepatan dan waktu tempuh dapat dituliskan : (2.3) Keterangan : = kecepatan (
)
= jarak/perpindahan ( ) = waktu tempuh ( ) Secara grafik dapat dilukiskan sebagai berikut :
0 Gambar 2.1. Grafik Hubungan Kecepatan dan Waktu pada GLB 7) Gerak Lurus Berubah Beraturan GLBB adalah gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan setiap saat berubah secara beraturan (besar percepatan tetap). Percepatan adalah perubahan kecepatan terhadap selang waktu.
̅
(2.4)
Keterangan : ̅ = percepatan rata-rata (
)
= perubahan kecepatan ( = kecepatan awal (
)
= kecepatan akhir (
)
)
= selang waktu (s) Jika
menyatakan kelajuan benda mula-mula (
) dan
menyatakan kelajuan benda benda pada waktu , maka kelajuan rata-rata benda commit to user (̅) dapat dituliskan :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Dan jaraknya
, maka
Percepatan
maka
atau
(2.5)
Dari persamaan di atas diperoleh
Atau
maka (
)
(2.6)
(
atau
)
Jadi, (2.7) Keterangan : = percepatan (
)
= kecepatan awal ( = kecepatan akhir (
)
= selang waktu ( ) = jarak ( ) menyatakan jarak yang ditempuh benda yang bergerak dengan percepatan tetap selama waktu dari kedudukan mula-mulanya.
0
0
0
Gambar 2.2. Grafik Hubungan antara (a) s-t, (b) v-t, (c) a-t pada GLBB Contoh GLBB dalam kehidupan sehari-hari adalah gerak jatuh bebas kelereng dari atas meja (Setya & Samsom, 2010: 185-186).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dipaparkan hasilnya sebagai berikut: 1) Riska Dwi Novianti pada tahun 2005 dengan judul “Pengembangan Media Komik Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan pada Siswa Kelas V SDN Ngembung ” menunjukkan bahwa: (1) Pada uji coba perorangan diperoleh hasil bahwa media komik pembelajaran Matematika yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori sangat baik; (2) Pada uji coba kelompok kecil diperoleh hasil media komik pembelajaran Matematika yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori sangat baik; (3) Pada uji coba kelompok besar diperoleh hasil bahwa media komik pembelajaran Matematika yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori sangat baik 2) Ika Candra Sayekti tahun 2010 dengan judul “Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Demonstrasi dengan Pendekatan Quantum Learning dan Keterampilan Proses Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa” menunjukkan bahwa (1) Siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning melalui metode demonstrasi memiliki kemampuan kognitif lebih baik daripada pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi; (2) Siswa yang memiliki motivasi belajar Fisika tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (3) Antara penggunaan pendekatan pembelajaran quantum learning dan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dengan motivasi belajar Fisika siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuankognitif
Fisika
siswanmempunyai
pengaruh
sendiri-sendiri
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pembelajaran Fisika pokok bahasan Bunyi. 3) Dwi Nuryani tahun 2011 dengan judul “Pengembangan Komik Fisika Pokon Bahasan Gerak sebagai Media Pembelajaran yang Menarik dan Efektif untuk Sisiwa SMP Kelas VII” menunjukkan bahwa komik fisika pokok bahasan to user gerak untuk siswa SMP kelascommit VII yang telah dikembangkan, termasuk dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 kriteria baik, menarik, dan efektif untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. C. Kerangka Berpikir Mengajar bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru yang menghadapi sekelompok siswa. Guru dituntut untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar dengan segala permasalahannya. Guru harus memiliki cara siswa agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan mudah. Terdapat banyak cara penyajian materi pada proses belajar menagajar yang bertujuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif. Salah satu alternatif yang digunakan untuk menyampaikan informasi pelajaran agar materi yang diberikan lebih jelas dan mudah dipahami siswa diantaranya adalah pemilihan pendekatan dan metode yang tepat dan baik serta meningkatnya kemampuan kognitif Fisika siswa akan menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Setiap model pembelajaran, metode serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga, pemilihan model pembelajaran kooperatif dan metode dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan bahan dan tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis alternatif: Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Eksperimen Sampel Kontrol Gambar 2.3. Paradigma Penelitian
commit to user
Kemampuan kognitif Fisika siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustakan dan kerangka berfikir, maka dapat diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut: Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta beralamat di Jln. Diponegoro 45, Surakarta. Sedangkan tempat melakukan uji coba instrumen tes kemampuan kognitif Fisika siswa dilakukan Jln. Diponegoro 117, Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro. 2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut: a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, survei ke sekolah yang digunakan penelitian, permohonan ijin penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian. b. Tahap penelitian, meliputi: semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, uji coba instrumen, dan pelaksanaan pengambilan data. c. Tahap penyelesaian, meliputi: analisis data dan penyusunan laporan penelitian serta penggandaan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Mei 2012, dengan jadwal penelitian pada Lampiran 1.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol yaitu kelas VIIB dan kelompok eksperimen yaitu kelas VIIC. Selanjutnya kelompok kontrol diberi perlakuan yaitu menggunakan media buku teks dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi, sedangkan kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu menggunakan media komik dengan model pembelajaran commit to userkontrol dan kelompok eksperimen kooperatif melalui metode diskusi. Kelompok
35
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diukur tingkat kemampuan kognitif Fisika siswa sehingga diperoleh data penelitian bahwa penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi
lebih baik daripada
penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi.
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel, dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel pada penelitian adalah teknik cluster random sampling, satu kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIIB dan satu kelas yang lain sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas VIIC. 3. Sampel Sampel penelitian berdasarkan teknik pengambilan sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VII B sebagai kelas kontrol dan VII C sebagai kelas eksperimen. Daftar nama siswa keadaan awal kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan daftar nama siswa keadaan awal kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 3. Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk mengetahui keasamaan keadaan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diambil dari konsep Kalor. Data keadaan awal nilai Fisika kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat di Lampiran 4. Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti, terlebih dahulu diuji kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menggunakan uji-t 2 ekor.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Media Pembelajaran 1) Definisi operasional : Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk membawa pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Skala Pengukuran : Nominal, dengan dua kategori, yaitu : a) Media buku teks dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi b) Media komik dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penenitian adalah kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Gerak. b. Definisi Operasional : Kemampuan kognitif Fisika siswa adalah tingkat penguasaan konsep siswa dalam mempelajari Fisika pada pokok bahasan Gerak. c. Skala Pengukuran
: Interval
d. Indikator
: Nilai hasil tes mata pelajaran Fisika pada pokok bahasan Gerak.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2006: 231) menyatakan bahwa ”... Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal baru atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”. Dalam penelitian, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan awal siswa yang diperoleh dari nilai ulangan harian konsep Kalor . Data keadaan awal siswa yang diperoleh digunakan untuk commit to user menguji kesamaan keadaan awal siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah diberikan perlakuan. Tes dinamakan untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi pokok bahasan Gerak.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu : 1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian berupa satuan pelajaran
(Lampiran 7) dan Rencana Pembelajaran kelas kontrol dan kelas
eksperimen (Lampiran 8 dan 9). Instrumen pelaksanaan penelitian disusun oleh peneliti dan telah divalidasi dengan cara dikonsultasikan pada dosen pembimbing. 2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data pada penelitian berupa instrumen tes kemampuan kognitif Fisika Sebelum digunakan, instrumen tes kemampuan kognitif Fisika dikonsultasikan dengan pembimbing dan selanjutnya diuji cobakan terlebih dahulu. Instrumen tes kemampuan kognitif belajar Fisika siswa dapat dilihat pada Lampiran 12, sedangkan kunci jawaban tes kemampuan kognitif Fisika siswa dapat dilihat pada Lampiran 13. Uji coba instrumen kemampuan kognitif Fisika bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun telah memenuhi kriteria yang meliputi: tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas maupun reliabilitas atau tidak. a. Uji Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa Uji instrumen tes terdiri atas uji taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas tes. 1) Taraf Kesukaran Soal yang baik untuk alat ukur kemampuan kognitif adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Untuk menentukan taraf kesukaran digunakan rumus: commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut : a) Soal sukar jika: 0,00 P 0,30 b) Soal sedang jika: 0 ,30 < P 0,70 c) Soal mudah jika : 0,70 < P 1,00 (Suharsimi Arikunto, 2008 : 207-210) Kriteria soal dengan tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah digunakan dalam penelitian. 2) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang panda (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : J
: jumlah peserta tes
JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda (nilai D) diklasifikasikan sebagai berikut : a) Soal dengan 0,00 < D 0,20 = jelek b) Soal dengan 0,20 D 0,40 = cukup c) Soal dengan 0,40 < D 0,70 = baik commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Soal dengan 0,70 < D 1,00 = baik sekali (Suharsimi Arikunto, 2008: 213214). Dalam penelitian, kriteria soal dengan daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali akan digunakan dalam penelitian. Sedangkan soal dengan daya pembeda jelek didrop. 3) Validitas Sebuah tes valid apabila tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan ganda dengan skor dikotomi, yaitu skor nol dan satu adalah dengan menggunakan teknik korelasi point Biseral dengan rumus : √
Keterangan : : koefisien korelasi biseral Mp
: rerata skor dari subyek yang menjawab benar
Mt
: rerata skor total
St
: standar deviasi dari skor total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar
q
: proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)
Kriteria a) Jika
, maka soal valid
b) Jika
, maka soal tidak valid (invalid) (Suharsimi Arikunto, 2008:
79). Dalam penelitian, kriteria soal valid digunakan dalam penelitian, sedangkan soal yang tidak valid didrop. 4) Reliabilitas Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada waktu yang sama. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, sebagai berikut : [
][
∑
]
Keterangan : r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 = p)
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q N : banyaknya item S : standar deviasi dari tes Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga r hitung > rtabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen reliabel. Kriteria nilai reliabilitas : a) 0,8 < r11 1
: sangat tinggi
b) 0,6 < r11 0,8
: tinggi
c) 0,4 < r11 0,6
: cukup
d) 0,2 < r11 0,4
: rendah
e) 0,0 r11 0,2
: sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2008: 100-101).
Hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif Fisika selengkapnya ada di Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Keadaan Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Variabel Jumlah No item Jumlah uji coba 40 1 s.d 40 Valid 33 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34 Invalid Reliabilitas sangat tinggi
commit7to user 0,8546
2, 16, 17, 23, 30, 31, 35
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daya pembeda baik sekali Daya pembeda baik Daya pembeda cukup
1 6 27
Daya pembeda jelek Soal layak diambil
6 33
Soal didrop
7
24 1, 14, 19, 20, 34, 39 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 21, 22, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 36, 37,23, 38,30, 40 31, 35 2, 16, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34 2, 16, 17, 23, 30, 31, 35
Perhitungan ujicoba instrumen tes kemampuan kognitif Fisika selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 15.
G. Uji Kesamaan Keadaan Awal Untuk menguji keasamaan keadaan awal siswa sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian, uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors adalah sebagai berikut: Bila diketahui nilai data
lalu diurutkan nilai data tersebut
dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk membentuk statistik tatanan (order statistics)
dan dihitung
̅
, s = simpangan baku
(standard deviation) sampel. Maka rumus uji normalitas Lilliefors (KolmogorovSmirnov) adalah jarak vertikal maksimum antara {|
(z ) |
dan (z ) sebagai berikut:
}
adalah fungsi distribusi empiris (empirical distribution function), yakni = ( jumlah dari
) / n, untuk setiap z sedangkan (z ) adalah fungsi
distribusi kumulatif (cumulative distribution function) normal baku. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Hipotesis : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal. 2) Taraf Signifikasi: = 5% 3) Keputusan Uji Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima berdasarkan Lobs adalah sebagai berikut: Jika
pada = 0,05,maka
Jika
pada = 0,05, maka
ditolak. diterima (Budiyono, 2004: 171).
Perhitungan dengan SPSS sama dengan perhitungan Lilliefors dalam buku Budiyono (2004: 170-171) bahwa: 1) Penggunaan X1, X2, …, Xi diajdikan bilangan baku z1, z2, …, zi dengan rumus: ̅
dengan X rerata dan s simpangan baku.
SD dapat dihitung dengan:
√
∑
∑
2) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah samapi skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian dihitung peluang 4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu: ∑
Keterangan : fi : cacah Z dimana Z
Zi
n : cacah semua observasi n 5) Statistik uji |
|
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Daerah kritik { |
}
7) Keputusan uji Jika
maka hipotesis H0 diterima, yang berarti sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian, uji homogenitasnya menggunakan uji Levene yang prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis : sampel berasal dari populasi yang homogen. : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen. 2) Taraf Signifikasi: = 5% 3) Keputusan Uji Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima berdasarkan
adalah sebagai berikut:
Jika
pada = 0,05, maka
ditolak.
Jika
pada = 0,05, maka
diterima (Budiyono, 2004 : 178).
Perhitungan dengan SPSS sama dengan perhitungan dalam buku Budiyono (2004: 177-179) bahwa: a) Hipotesis (sampel homogen) (paling terdapat satu variansi yang berbeda atau sampel tidak homogen) b) Statistik Uji ∑ commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : f : derajat kebebasan untuk RKG = N-k N : banyaknya seluruh nilai (ukuran) k : banyaknya sampel : derajat kebebasan untuk : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j (∑
)
RKG = rataan kuadrat galat = (∑ )
∑
∑
(
)
c) Daerah Kritik { |
}
d) Keputusan Uji Jika
, maka kedua populasi homogen.
c. Uji-t 2 Ekor Uji-t 2 ekor dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan antara keadaan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji-t 2 ekor untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. 1) Hipotesis H0 : Tidak ada perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. H1 : Ada perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. 2) Statistik Uji ̅ √(
̅̅̅ )(
Keterangan :
)
commit to user S : Standar deviasi (simpangan baku)
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
√ ̅ : Rata-rata kelompok eksperimen ̅̅̅ : Rata-rata kelompok kontrol
S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol (Stanislaus S. Uyanto, 2009 : 160-161). 3) Taraf Signifikasi: = 5% 4) Kriteria Pengujian Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima berdasarkan P-value adalah sebagai berikut: Jika
pada = 0,05, maka
atau
pada = 0,05, maka
Jika
ditolak.
diterima (Sudjana, 2002 :
242).
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Untuk menguji hipotesis, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Dalam penelitian, uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors adalah sebagai berikut: Bila diketahui nilai data
lalu diurutkan nilai data tersebut
dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk membentuk statistik tatanan (order statistics)
dan dihitung
̅
, s = simpangan baku
(standard deviation) sampel. Maka rumus uji normalitas Lilliefors (Kolmogorovcommit toantara user Smirnov) adalah jarak vertikal maksimum dan (z ) sebagai berikut:
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(z ) |
{|
}
adalah fungsi distribusi empiris (empirical distribution function), yakni ) / n, untuk setiap z sedangkan (z ) adalah fungsi
= ( jumlah dari
distribusi kumulatif (cumulative distribution function) normal baku. 1) Hipotesis : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal. 2) Taraf Signifikasi: = 5% 3) Keputusan Uji Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak berdasarkan
adalah sebagai berikut:
Jika
pada = 0,05,maka
Jika
pada = 0,05, maka
ditolak. diterima (Budiyono, 2004: 171).
Perhitungan dengan SPSS sama dengan perhitungan Lilliefors dalam buku Budiyono (2004: 170-171) bahwa: 1) Penggunaan X1, X2, …, Xi dijadikan bilangan baku z1, z2, …, zi dengan rumus: ̅
dengan X rerata dan s simpangan baku.
SD dapat dihitung dengan:
√
∑
∑
2) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian dihitung peluang 4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu: ∑ commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : fi : cacah Z dimana Z
Zi
n : cacah semua observasi n 5) Statistik uji |
|
6) Daerah kritik { |
}
7) Keputusan uji Jika
maka hipotesis H0 diterima, yang berarti sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Dalam penelitian, uji homogenitasnya menggunakan uji Leneve yang prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis : sampel berasal dari populasi yang homogen. : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen. 2) Taraf Signifikasi: = 5% 3) Keputusan Uji Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima berdasarkan
adalah sebagai berikut:
Jika
pada = 0,05, maka
ditolak.
Jika
pada = 0,05, maka
diterima (Budiyono, 2004 : 178).
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan dengan SPSS sama dengan perhitungan dalam buku Budiyono (2004: 177-179) bahwa: 1) Hipotesis (sampel homogen) (paling terdapat satu variansi yang berbeda atau sampel tidak homogen) 2) Statistik Uji ∑ Keterangan : f : derajat kebebasan untuk RKG = N-k N : banyaknya seluruh nilai (ukuran) k : banyaknya sampel : derajat kebebasan untuk : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j (∑
)
RKG = rataan kuadrat galat = ∑
(∑ )
(
∑
)
3) Daerah Kritik { |
}
4) Keputusan Uji Jika
, maka sampel berasal dari populasi yang homogen. 2. Pengujian Hipotesis
a. Uji-t Satu Ekor Dalam penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran commit to user melaui metode diskusi. Analisis Fisika dengan model pembelajaran kooperatif
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data digunakan uji-t satu ekor. Selain menggunakan uji-t satu ekor, uji hipotesis juga menggunakan Levene’s Test. Uji-t satu ekor untuk menguji hipotesishipotesis yang diajukan. 1) Hipotesis H0 : Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kognitif melalui metode diskusi tidak lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. H1 : Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kognitif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. 5) Statistik Uji ̅ √(
̅̅̅ )(
)
Keterangan : S : Standar deviasi (simpangan baku) √ ̅ : Rata-rata kelompok eksperimen ̅̅̅ : Rata-rata kelompok kontrol
S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol (Stanislaus S. Uyanto, 2009 : 160-161). 6) Taraf Signifikasi: = 5%
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Kriteria Pengujian Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima berdasarkan P-value adalah sebagai berikut: Jika Jika
atau
pada = 0,05, maka pada = 0,05, maka
242).
commit to user
ditolak.
diterima (Sudjana, 2002 :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMP Negeri 5 Surakarta dengan jumlah sampel dua kelas yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas berjumlah 30 siswa sehingga jumlah keseluruhan adalah 60 siswa (Lampiran 2 dan 3). Penelitian menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas adalah penggunaan media buku teks pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi dan penggunaan media komik pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Gerak. Dari penelitian diperoleh data berupa data nilai ulangan siswa pada pokok bahasan Gerak yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif Fisika siswa setelah diberi perlakuan (Lampiran 16). Berikut data dari kedua kelompok sampel penelitian: 1. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Data nilai kemampuan kognitif Fisika diperoleh setelah mendapat perlakuan, untuk kelas eksperimen diberi media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi, sedangkan untuk kelas kontrol diberi media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Nilai kemampuan kognitif Fisika siswa diambil dari nilai tes kemampuan kognitif Fisika pokok bahasan Gerak (Lampiran 16). Distribusi frekuensi dan gambaran yang jelas mengenai kemapuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2, kemudian diperjelas dengan histogram Gambar 4.1 dan 4.2 sebagai berikut:
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen No. Kelas Interval Nilai Tengah Frekuensi Mutlak
Relatif (%)
1
58-62
60
1
3.33
2
63-67
65
2
6.67
3
68-72
70
5
16.67
4
73-77
75
11
36.67
5
78-82
80
8
26.67
6
83-87
85
2
6.67
7
88-92
90
1
3.33
Jumlah
30
100.00
KOMIK 12
Frekuensi (Fi)
10 8 6 4 2 0 60
65
70
75
80
85
Nilai Tengah
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa dengan Media Komik
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol No. Kelas Interval Nilai Tengah Frekuensi Mutlak
Relatif (%)
1
58-61
60
2
6.67
2
62-65
64
1
3.33
3
66-69
68
5
16.67
4
70-73
72
11
36.67
5
74-77
76
6
20.00
6
78-81
80
4
13.33
7
82-85
84
1
3.33
Jumlah
30
100.00
BUKU TEKS 12
Frekuensi (Fi)
10 8 6 4 2 0 60
64
68
72
76
80
84
Nilai Tengah
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa dengan Media Buku Teks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 B. Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika siswa setelah pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi menggunakan buku teks dan komik pada pokok bahasan Gerak. a. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara dan
dibandingkan, jika
<
maka sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal, dan sebaliknya jika
maka sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan perhitungan uji normalitas, dapat disimpulkan hasil uji normalitas yaitu: 1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan bahwa harga statistik uji dan harga kritik (
= 0,161. Karena
= 0,063
tidak melebihi harga
) maka dapat disimpulkan bahwa sampel pada kelas kontrol berasal
dari populasi yang berdistribusi normal (Lampiran 17). 2) Untuk kelas kontrol menunjukkan bahwa harga statistik uji harga kritik
= 0,161. Karena
tidak melebihi harga
= 0,117 dan (
)
maka dapat disimpulkan bahwa sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Lampiran 17). b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel bersal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji Levene. Dari hasil perhitungan diperoleh Apabila dikonsultasikan dengan Karena
= 0,832 <
pada =0,05 diperoleh
= 0,832. = 3,841.
= 3,841 maka dapat disimpulkan bahwa sampel
berasal dari populasi yang homogen (Lampiran 17). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji-t Satu Ekor Pada penelitian melibatkan dua variabel bebas. Variabel pertama adalah penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi dan variabel kedua adalah penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Variabel terikat yang digunakan adalah kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Gerak. Analisis data yang digunakan adalah uji-t satu ekor. Untuk melakukan uji-t satu ekor digunakan uji hipotesis Levene’s Test. Berdasarkan perhitungan uji-t satu ekor menjelaskan bahwa besar sampel untuk setiap group adalah 30 dan 30. Rerata (mean) kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 71,63 dan 74,80 dan simpangan baku (standard deviations) kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 5,840 dan 6,381. Dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1) Untuk uji-t satu ekor, SPSS juga melakukan uji hipotesis Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua variance sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: = variance group 1 dan harga
terhadap
di mana
= variance group 2. Dari table distribusi t diketahui
= 3,841 pada 0,05 dan hasil perhitungan uji-t didapatkan = 0,825 sehingga
= 0,832 <
= 3,841. Sehingga
diterima. Dapat disimpulkan bahwa asumsi kedua variance sama besar terpenuhi. 2) Karena hasil Levene’s Test di atas menyatakan bahwa asumsi kedua variance sama besar terpenuhi, maka hasil uji-t satu ekor dengan asumsi kedua variance sama besar untuk hipotesis
terhadap
memberikan nilai t = 2,005 dengan derajat kebebasan
yang = 30 + 30 –
2 = 58 dan thitung = 0,05. Karena melakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed)
, maka nilai thitung (2-tailed) harus dibagi dua menjadi
0,05 0,025 . Karena 2
commit = -1,671to<user
= 0,025 <
= 1,671 pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
0,05 maka
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Perhitungan uji-t satu ekor selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan analisis uji-t satu ekor dapat diuraikan hal-hal sebagai hasil penelitian: H0 : Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kognitif melalui metode diskusi tidak lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. H1 : Penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kognitif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Berdasarkan hasil pada analisis data bahwa thitung = 0,025 sehingga = -1,697 <
= 0,025 <
= 1,697 pada 0,05 maka
ditolak. Dari uji-t satu ekor tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Perbedaan kemampuan kognitif Fisika antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena suasana lingkungan belajar pada saat pembelajaran dibuat menyenangkan yaitu dengan menggunakan media komik. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa membaca komik Fisika berisi tentang materi pembelajaran konsep Gerak yang disajikan dengan kata yang singkat dan jelas disertai dengan gambar-gambar yang lucu sehingga siswa mudah mengingat materi pembeajaran konsep Gerak. Dalam komik juga disajikan soal-soal tentang konsep Gerak sehingga siswa dapat melatih kemampuan belajarnya. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang disajikan dalam komik dengan benar. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana santai dan perasaan senang sehingga berdampak baik pada peningkatan kemampuan kognitif Fisika siswa. Dengan suasana senang, siswa akan merasa rileks dan nyaman sehingga siswa lebih mudah dalam menerima materi dan mengaplikasikan materi yang telah diperolehnya. Sedangkan pada kelas yang menggunakan media buku teks, pembelajaran dilakukan dengan suasana tenang, serius dan cenderung lama dalam mempelajari materi pembelajaran, tanpa ada gambar-gambar lucu dan kata-kata yang singkat dan jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN. IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media komik pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi lebih baik daripada penggunaan media buku teks pada pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif melaui metode diskusi. Siswa yang diberi pembelajaran menggunakan media komik dengan pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi memiliki kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan buku teks. B. Implikasi Dengan diperolehnya hasil penelitian, implikasinya adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran Fisika yang menggunakan media komik dengan pembelajaran kooperatif
melalui
metode
diskusi
dapat
membantu
siswa
dalam
menyelesaikan soal Fisika dengan mudah. 2. Penggunaan media komik dengan pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi dapat menghasilkan kemampuan kognitif Fisika siswa yang lebih baik dibanding dengan penggunaan buku teks dengan pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi. C. Saran Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, salah satunya dengan menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. 2. Guru sebaiknya menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi dan interaktif sehingga kemampuan kognitif Fisika siswa selalu meningkat. commit to user 59