77 PENERAPAN KONSEP FUNDAMENTAL PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN PERUBAHAN ZAMAN
HENDRO KUSWORO Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Gorontalo
Abstact: Physical education and sport has several different purposes but has the same estuary namely to form truly Indonesian based on Pancasila and the 1945 Constitution. Basically, physical education is a general layer of the sport process itself. While sport is more intended to a special level that leads to achievement. But noble values contained in it are the same, based on Pancasila. So if it is reviewed furtherly, the physical education is aimed at shaping a noble character and a healthy lifestyle. While the purpose of physical education itself is aiming to establish the character and achievement of athletes, so they have noble character. So the purpose of physical education and sport has some common ground that physical qualities shown by physical health must be balanced with spiritual health and spiritual health consists of (1). Socially healthy, (2). emotionally healthy, (3). mentally healthy, (4). healthy intellectual and (5). spiritual sense. The concept of integration of the fundamental values of education in the National Education Law number 20 and 2003 which is explained in the values of physical education and sport is a form of learning in accordance with the noble values of the Indonesian nation to be able to survive and not easily eroded by the changing of times. Key Words: Education Fundamental, Pysical Education, time development. Abstrak: Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki beberapa tujuan yang berbeda namun memiliki muara yang sama yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pada dasarnya pendidikan jasmani adalah lapisan secara umum dari proses olahraga itu sendiri sedang olahraga lebih dimaksukkan ke dalam tataran khusus yang mengarah kepada prestasi. Namun nilai – nilai luhur yang terkandung di dalamnya adalah sama berdasarkan Pancasila. Sehingga bila ditinjau lebih jauh lagi maka pendidikan jasmani adalah bertujuan membentuk pribadi yang berkarakter luhur dan pola hidup sehat sedangkan tujuan dari pendidikan olahraga sendiri adalah bertujuan untuk membentuk watak dan prestasi sehingga menjadi atlet yang berbudi pekerti luhur. Sehingga tujuan pendidikan jasmani dan olahraga memiliki beberapa titik temu adanya kesehatan jasmani yaitu kualitas jasmaniah yang berupa kesehatan fisik maka harus diimbangi dengan kesehatan rohani dan kesehatan rohani terdiri dari (1).sehat sosial, (2). sehat emosional, (3). Sehat mental, (4). sehat intelektual dan (5). sehat spiritual. Konsep keterpaduan nilai-nilai fundamental pendidikan dalam UU Sisdiknas nomer 20 dan 2003 yang terjabar dalam nilai nilai pendidikan jasmani dan olahraga adalah bentuk suatu pembelajaran yang sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia yang akan mampu bertahan dan tidak mudah tergerus oleh perubahan zaman. Kata Kunci: Fundamental Pendidikan, Pembelajaran Penjas, Perkembangan Jaman.
78 PENDAHULUAN Setelah beberapa puluh tahun pendidikan telah mengalami perkembangan yang berkelanjutan seiring dengan perubahan jaman terutama disebabkan oleh politik, budaya ekonomi dan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menjadi sesuatu tantangan bagi pendidik untuk dapat tanggap di dalam proses mendidik dan pembelajaran. Dengan adanya konsep pendidikan yang fundamental, maka akan menjadikan paradigma
bagi pendidik untuk memiliki pondasi dasar tentang konsep
pendidikan itu sendiri. Pondasi yang tertanam kuat maka tidak akan mudah goyah dan tanggap terhadap gelombang perubahan jaman. Sehingga tujuan utama dari pendidikan dapat diwujudkan. Apresiatif tersebut harus didukung dengan aplikasi dari konsep pendidikan yang fundamental. Di karenakan dengan berpegang teguh terhadap konsep pendidikan yang fundamental tersebut maka kemurnian dari tujuan pendidikan tidak akan pernah berubah. Di sisi lain pendidikan menghadapi tantangan yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya efek negatif dari perubahan jaman yang ditandai dengan berubahnya paradigma tentang budaya, dan kemajuan teknologi. Perlu dipertegas sebelumnnya bahwa gelombang perubahan jaman selain memiliki efek posistif juga memiliki efek negatif. Implikasi negatif dikarenakan adanya ketidak sesuainya faham – faham baru yang terbawa oleh gelombang perubahan jaman tersebut dengan nilai – nilai jati diri bangsa Indonesia salah satunya adalah perbedaan moral, dan etika yang terdapat dalam budaya itu sendiri sehingga akan menghambat pembentukan karakter (karakter building) yang merupakan tujuan utama dari pendidikan termasuk juga pendidikan jasmani dan olahraga. Jika hal ini tidak diwaspadai maka akan berakibat terwujudnya kepribadian anak bangsa yang mengandalkan intelgensi dan intelektual semata ataupun keahlian keilmuan yang dimiliki tanpa tidak
mengindahkan norma-norma yang pada akhirnya menjadikan
kepribadian bebas tanpa aturan dan jauh dari etika, moral dan agama. Hal
itupun dapat terjadi di dalam pendidikan jasmani dan olahraga yang
merupakan bagian dari pendidikan secara utuh. Menurut Rusli Lutan (2001: 21) Karakteristik dari pendidikan jasmani dan olahraga yang membedakan dari bidang ilmu yang lain adalah “belajar untuk bergerak dan belajar sambil bergerak”. Dua kata yang mirip namun memiliki makna yang berbeda dan arti yang cukup mendalam. Pernyataan
79 yang telah diuraikan di atas adalah pernyataan yang sulit di wujudkan tanpa adanya penanaman dan pegangan yang kuat tentang konsep fundamental tentang pendidikan. Diharapkan dengan adanya penanaman konsep fundamental tentang pendidikan, pendidik akan mudah mengaplikasikan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dengan tidak mudah goyah terhadap gelombang perubahan jaman yang juga memiliki implikasi negatif terhadap pembentukan karakter bangsa yang pada akhirnya menghambat tujuan utama dari pendidikan tak terkecuali pendidikan jasmani dan olahraga. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat topik “penerapan konsep pendidikan yang fundamental di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dalam menghadapi tantangan perubahan jaman”.
PEMBAHASAN Konsep Pendidikan Yang Fundamental Sebelum menelaah lebih jauh tentang lingkup pendidikan jasmani dan olahraga diperlukan pemahaman tentang definisi dari pendidikan. Pendidikan menurut (Dawey: 1859 – 1952 dalam Tim MKDK Unesa: 1990) menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang menuntut pertumbuhan dan proses sosialisasi dikarenakan kedua proses ini akan dialami manusia sepanjang hidupnya. Sehingga memunculkan prinsip pendidikan seumur hidup (long life Education). Kemudian Ki Hajar Dewantoro: 1889 1959 menurut (Majelis Luhur UNESA:
1990)
pendidikan
Persatuan Taman Siswa: 1962 dalam Tim MKDK diartikan
sebagai
daya-upaya
untuk
memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani. Beberapa pengertian diatas akan lebih bermakna bila disinergikan dengan (Undang-Undang SISDIKNAS No: 20 BAB I pasal 1 tahun 2003) meyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Namun definisi dari pendidikan yang lebih representatif untuk menjawab tantangan gelombang perubahan jaman dari tiga buah pernyataan di atas adalah arti pendidikan
80 yang telah terjabar dalam Undang – Undang No: 20 tentang SISDIKNAS BAB I pasal 1 tahun 2003. Adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mengantarkan peserta didik untuk mewujudkan proses belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif untuk mengembangkan potensi yang di miliki yang pada akhirnya memiliki kemampuan spiritual keagamaan, kecerdasan emosi, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang berguna bagi pribadi, masyarakat dan bangsa. Kemudian di dalam membentuk konsep pendidikan diperlukan dasar ataupun landasan yang kuat di dalam pelaksanaan pendidikan tersebut. Di dalam negara Republik Indonesia pendidikan yang diberikan haruslah memiliki landasan hukum. Landasan hukum yang kuat dalam pelaksanaan pendidikan adalah Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Hal ini telah dijelaskan di dalam Undang – Undang No 20 tentang SISDIKNAS BAB II pasal 2 tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan hal ini dipertegas kembali oleh BAB I pasal 1 UU SISDIKNAS tahun 2003 menyebutkan bahwa selain di dasarkan oleh Pancasila dan UUD 1945 pendidikan juga berakar dari nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap akan perubahan zaman. Bila mengkaji kutipan tersebut mudah dipahami bahwa pendidikan yang yang di berlakukan harus berdasarkan jati diri bangsa Indonesia yaitu
Pancasila dan UUD 1945 yang berasal dari nilai – nilai
keagamaan dan budaya nasional bangsa Indonesia sehingga mencerminkan identitas bangsa. Hal yang tak kalah pentingnya untuk membentuk suatu konsep fundamental tentang pendidikan tidak dapat terlepas dari fungsi dan tujuannya. Fungsi dan tujuan dari pendidikan secara formal telah termaktub dalam UU SISDIKNAS BAB II pasal 3 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan yang menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan rangkaian pembahasan di atas kiranya kita dapat memakanai bahwa konsep pendidikan yang fundamental tidak dapat terlepas hakekat pendidikan, fungsi dan tujuan
81 dari pendidikan itu sendiri. Sehingga konsep yang fundamental tentang pendidikan adalah:
Adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mengantarkan peserta didik untuk mewujudkan proses belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif untuk mengembangkan potensi yang di miliki yang pada akhirnya memiliki kemampuan spiritual keagamaan, kecerdasan emosi, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Pendidikan yang yang di berlakukan harus berdasarkan jati diri bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang berasal dari nilai – nilai keagamaan dan budaya nasional bangsa Indonesia sehingga mencerminkan identitas bangsa. Dan tanggap terhadap perubahan jaman
Fungsi pendidikan adalah mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Aplikasi Di Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Penerapan (aplikasi) di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga haruslah di sesuaikan dengan karakteristiknya. Pada uraian awal telah di singgung mengenai salah satu karakteristik pendidikan jasmani dan olahraga yaitu belajar untuk bergerak dan belajar sambil bergerak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nuansa pendidikan jasmani dan olahraga tidak dapat terlepas dari media gerak. Namun perlu digaris bawahi bahwa pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya semata-mata terbatas dalam gerak di dalam aspek keilmuan yang terbatas pada aspek psikomotor namun juga aspek kognitif serta afektif merupakan aspek yang juga menjadi ranah untuk dikembangkan. Malah sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga memiliki kelebihan khusus yang tidak dimiliki oleh kajian bidang ilmu yang lain yaitu: efek kesehatan dan
82 kebugaran yang secara nyata dan langsung berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Untuk lebih mendalam dan mendapatkan gambaran pasti tentang suatu proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang menerapkan konsep pendidikan yang fundamental perlunya terlebih dahulu mengetahui definisi dari pembelajaran. Pembelajaran menurut UU SISDIKNAS PASAL 1 tahun 2003 menyebutkan bahwa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa proses interaksi antara proses peserta didik dan pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar merupakan kunci dari suatu proses pembelajaran. Pada tataran proses pembelajaran inilah pendidikan memiliki tantangan di dalam memenuhi amanat Undang – Undang yaitu menerapkan konsep dasar
fundamental pendidikan di dalam pelaksanaan proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga. Pertanyaan berikutnya bagaimanakah cara mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menerapkan konsep yang fundamental dari pendidikan tersebut di dalam pembelajaran pendidikan jasmani? Dengan melihat beberapa alur konsep yang fundamental tersebut proses pembelajaran yang kita berikan tidak pernah terlepas dari kata kunci penjabaran dari “pembelajaran “ yaitu: proses interaksi peserta didik dangan pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Tantangan terbesar yang harus diwaspadai sebelum mengaplikasikan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga oleh pendidik adalah harus mampu tanggap terhadap perubahan jaman. Paradigma peserta didik di masa lalu dan masa kini berbeda. Kemampuan pendidik untuk dapat tanggap terhadap perubahan jaman dan tidak goyah di dalam mengaplikasikan konsep yang fundamental di dalam pendidikan adalah kunci utama efektifitas di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Jika pada jaman dahulu peserta didik lebih cenderung pasif dan mengangap seorang pendidik adalah seseorang yang sangat dihormati secara khusus layaknya orang tua sendiri bahkan lebih (linuweh) karena dianggap memiliki kepandaian/ ilmu segala – galanya termasuk budi pekertinya. Sehingga nilai budaya etika dan estetika peserta didik kepada pendidik sangat erat dan terjaga bahkan termasuk keluarga peserta didik menganggap pendidik adalah seseorang yang sangat lebih sehingga memiliki respek yang sangat tinggi.
83 Hubungan antara peserta didik, orang tua terhadap para pendidik adalah tidak sebatas dari sekedar balas budi terhadap (transfer of learning) sebatas memberikan kepandaian keilmuan kepada anak didik namun ada nilai yang lebih yang biasa dengan pengaruh dari kewibawaan pendidikan oleh kaum pendidik sangat terasa kuat. Namun sekarang anggapan itu mulai berubah. Dengan adanya perubahan jaman ini paradigma peserta didik telah mulai bergeser kebanyakan peserta didik saat ini lebih cenderung kritis dan aktif serta anggapan terhadap seorang pendidikpun tentang kewibawaan seorang pendidikpun mengalami degraditas dari seorang yang penuh kelebihan (linuweh) sekarang telah bergeser
dikarenakan
pergeseran budaya dan kemajuan IPTEK. Proses mendapatkan ilmu saat ini tidak lagi harus melalui interaksi dengan pendidik secara langsung atau tanpa pendidik sekalipun diantaranya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK di bidang media cetak dan elektroknik salahsatu contohnya adalah men-down load ilmu dari dunia maya (internet). Dengan IPTEK tersebut dunia
yang luas menjadi lebih sempit, jarak yang
panjang menjadi lebih dekat hal ini mengakibatkan proses sosialisasi antar manusia menjadi lebih meng-global. Realita ini juga didukung dengan berubahnya paradigma orang tua terhadap pendidik yang tida serespek pada jaman dahulu. Para orang tua kebanyakan cenderung melihat guru adalah sosok pekerja yang setelah mengajar anak didik segera dibayarkan gaji maka selesai hubungan pertautan antara guru dan orang tua. Nilai budaya etika dan estetika antara guru dan orang tua telah berubah seiring dengan pergeseran perubahan jaman. Hal menjadi wajar, realita ini sebenarnya adalah implementasi dari teori Dawey (1859-1952) karena hidup adalah bagian dari proses pendidikan, manusia memerlukan pertumbuhan dan perkembangan melalui sosialisasi (hubungan interaksi terhadap sesamanya) dan hal tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan hingga akhir usia (long live Education). Namun pertanyaan berikutnya yang muncul apakah semua perkembangan manusia itu menjadi bermanfaat atau malah lebih berimplikasi negatif. Dengan perkembangan IPTEK tersebut membuat pergeseran budaya menjadi lebih dinamis karena faham-faham budaya baru dapat tersosialisasi secara formal ataupun laten. Perlu diingat jati diri bangsa Indonesia berasaskan pancasila dan UUD 1945 serta
84 berakar dari nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa dapat tersusupi oleh budaya dari luar yang tentunya ada yang memiliki pengaruh positif dan negatif. Budaya dari luar yang memiliki sifat negatif tersebut diantaranya adalah, individualistis, hedonisme, meterialistis longgarnya arti kebebasan yang pada akhirnya menjadi longgarnya batas etika misalnya cara berpakaian, sex bebas, pornografi, hingga narkoba. Hal ini menjadikan tantangan yang tidak mudah bagi praktisi pendidikan. Tak terkecuali adalah di dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Bagaimana mengemas proses pembelajaran yang dapat menjadikan penanaman karater anak bangsa sesuai dengan jati diri dan identitas bangsa Indonesia. Yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang memiliki nilai – nilai agama dan budaya bangsa Indonesia. Untuk mengaplikatif konsep pendidikan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga diperlukan keterampilan serta kemampuan guru yang kompleks di dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran. Di antaranya adalah menguasi teknik pendekatan yang dipakai dan metode pembelajaran yag digunakan serta yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan di dalam memahami serta menghayati tentang psikologi pembelajaran. Jika guru tidak menguasai keilmuan pendukung tentang pendidikan dan hanya mengartikan secara “mentah” tentang karakteristik dari pendidikan jasmani dan olahraga yaitu belajar untuk bergerak dan bergerak sambil belajar maka yang terjadi adalah anak sebagai objek atau robot yang terasah keterampilannya namun kurang memperhatihan perkembangan afeksi dan kognitifnya. Pada uraian diawal telah disebutkan untuk mengaplikasikan konsep dasar yang fundamental di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dapat selain memiliki konsep keilmuan pendidikan yang komplek juga dapat di runut dari tiga subtantif yaitu : a) Proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik Peserta didik adalah: Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Sedangkan pendidik adalah: Orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
85 pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/organisasi. Interaksi di dalam pendidikan jasmani dan olahraga lebih banyak dimediasi dengan aktivitas gerak tanpa meninggalkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Konsep yang fundamental di dalam pendidikan dapat dikutip dari UU SISDIKNAS No: 20 BAB I pasal 1 tahun 2003 yaitu : Adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mengantarkan peserta didik untuk mewujudkan proses belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif untuk mengembangkan potensi yang di miliki yang pada akhirnya memiliki kemampuan spiritual keagamaan, kecerdasan emosi, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Jika disimpulkan adalah bahwa pendidikan seharusnya lebih adalah sebuah “alat” untuk mengantarkan potensi peserta didik berkembang sesuai potensinya yang di bentuk dalam suasana belajar dan pembelajaran yang menyenangkan dengan tujuan kepada pembentukan kemampuan spiritual keagamaan dan pembentukan watak dan yang terakhir adalah keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat serta bangsa. Jika keterpaduan antara metode, pendekatan dan psikologi pembelajaran telah di kuasai serta dipahami oleh pendidik serta dapat dipraktekkan ke dalam proses pembelajaran maka proses interaksi antara peserta didik dan pendidik mejadi bernuansa menyenangkan dan akan menimbulkan proses pembelajaran bagi peserta didik menjadi aktif. Jika keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran tercapai maka diharapkan berkembangnya potensi peserta didikpun dapat diwujudkan. Berikut salah salah satu penerapan di didalam membangun interaksi siswa yang terkait dengan metode, pendekatan dan psikologi pembelajaran di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Kemampuan Siswa
Metode
Pendekatan
Psikologis
Sumber Belajar
Ability Tinggi
Ability Sedang
-Student centered
-Game Approach
-Kontruktivis
-Elektronik
-Social learning
-Internet
Persentase student
-Pengetahuan-
-Behavioristik
-Guru
centered
lebih
keterampilan
-Humanis
(demonstrasi/pen
daripada
-Pendekatan
-Kognitivis
jelasan)
besar
teacher centered
belajar
- gambar
86 -Motor learning Ability Rendah
-elektronik
Persentase Teacher
-Pengetahuan
-Behaviristik
-Guru
Centered
lebih
keterampilan
-Motivasi
-Gambar
daripada
-Pendekatan
-Humanis
-Elektronik
besar
Student Centered
personalisasi -Pendekatan Belajar
Berikut metode yang belum popular namun harus dicoba sebagai langkah awal agar penanaman karakter tentang nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dapat diwujudkan. Kemampuan siswa
Metode
Pendekatan
psikologis
Sumber belajar
Semua Tingkatan
Pendidikan
Personalisasi
Spiritual
Nilai keagamaan
Karakter
dengan Suara hati
Kemanusiaan
Contoh tabel di atas adalah sebagian dari aplikatif yang sebenarnya namun. Di dalam realita sesungguhnya dapat diantara berbagai macam teori dapat di padukan ataupun secara separatis untuk sesuai dengan permasalahan baik kemampuan yang dimiliki serta pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Yang perlu di tegaskan dengan aplikatif metode, pendekatan dan sumber belajar bukanlah tujuan utama untuk mencapai kecakapan gerak /keterampilan semata. Namun kembali ke amanat UU SISDIKNAS
2003
yaitu
pembentukan
karakter.
Mutochir
dalam
(ahmesabe.wordpress.com/2008) mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Sedangkan Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
87 Sehingga berdasarkan hal tersebut di atas pembentukan karakter adalah yang utama penekanan kepada siswa tentang nilai-nilai luhur pendidikan jasmani dan olahraga harus didogmatis dan di kaitkan ke dalam pembelajaran. Dengan media aktifitas gerak di harapkan akan lebih bermakna (meaning full) jiwa spiritualis sportifitas, pantang menyerah, kerjasama, saling menghargai, hormat menghormati, jujur dan masih banyak lagi adalah nilai – nilai yang harus termasuk di dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal inilah yang akan membentuk karakter peserta didik menjadi anak bangsa yang handal dan kaya akan nilai – nilai spiritual dan budaya bangsa sehingga tidak mudah goyah di dalam menghadapi tantangan perubahan jaman. Konsep inilah yang harus di pegang oleh pendidik yang berlandaskan konsep yang fundamental pendidikan berdasarkan UU SISDIKNAS 2003 yang teraplikatif di dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
KESIMPULAN Pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu bentuk pendidikan dengan media “gerak” yaitu bergerak untuk belajar dan belajar sambil bergerak. Namun di luar gambaran umum tersebut terdapat makna yang dalam. Bahwa dengan pembelajaran di dalam pendidikan jasmani dan olahraga harus dapat membentuk karakter, dan perilaku hidup sehat di samping keterampilan (performance). Dari semua tujuan tersebut yang paling penting adalah memiliki kemampuan keagamaan spiritualitas. Sesuai dengan amanat UU SISDIKNAS 2003 bahwa pendidikan harus dapat menerapkan proses pembelajaran yang di dasarkan pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, mandiri dan
bertanggung jawab. Dikaitkan dengan arus perubahan jaman. Dengan
perkembangan IPTEK membuat pergeseran budaya menjadi lebih dinamis karena fahamfaham budaya baru dapat tersosialisasi secara formal ataupun laten. Budaya dari luar yang memiliki sifat negatif (yang tidak sesuai dengan jati diri budaya bangsa) tersebut diantaranya adalah, individualistis, hedonisme, meterialistis longgarnya arti kebebasan yang pada akhirnya menjadi longgarnya batas etika misalnya cara berpakaian, sex bebas,
88 pornografi, hingga narkoba. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan media yang sangat memiliki potensi di dalam penanaman karakter nilai-nilai luhur buadaya bangsa tersebut. Di karenakan dengan media gerak peserta didik akan mudah mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai luhur tersebut. Diantaranya adalah nilai spiritual ketuhanan, kerjasama, saling mengahargai, pantang menyerah dan lainnya. Peserta didik akan merasakan itu secara bermakna (learning by meaning) karena langsung dipraktekkan. Hal ini dapat dicapai jika pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang terjabar dalam UU SISDIKNAS 2003. Diharapkan konsep di atas dapat menajdi konsep yang fundmental di dalam proses pembelajaran Pendidikan jasmani dan olahraga. Sehingga dapat menjadikan “alat” untuk mencetak generasi bangsa yang bermartabat, demokratis, madiri dan bertanggung jawab yang tak mudah goyah dan tergerus oleh perubahan dan kemajuan jaman hal ini sangat dimungkinkan karena pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga adalah bagian dari proses pendidikan yang berkelanjutan atau pendidikan sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA Deni. P. (2007) Sumber Belajar . http:// blog.spot/2007 Direktorat
Pendidikan
Dasar
Menengah.
Kurikulum
Pembelajaran
SMA.
http://www.docstoc.com/docs/199191 Hidayat.
K
(2003).
Belajar
Dan
Mengajar
Dengan
Hati.
http://
www.kompas.com/kompas-cetak/0502/03. Hikmah. (2007). Sosial Learning . http:// www one.Indoskripsi.com/2007 Laird. D, (2003) Approaches To Training And Development Third Edition. United States Of America: Perseus Books Group Lutan.R, (2001). MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional. DIDASMEMEN, DIREKTORAT JENDERAL OLAHRAGA Maksum. A (2008). Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Surabaya: Unesa University Press
89 Mutokhir.C.T. (2008). Pengertian Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. http:// ahmesabe.wordpress.com/2008/11/04 Sidjabat.B.S (2002). Lingkungan Belajar Kelas. http:// pepak.sabda.org/pustaka/020021. Sylvie (2007). Evaluasi Pendidikan . http:// sylvie.edublogs.org/2007 Tim MKDK Unesa, (1990) ILMU PENDIDIKAN. Surabaya: University Press IKIP Surabaya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara