Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK PADA PERUMAHAN CITY HOME REGENCY PT.LADANGRIZKI JAYA SENTOSA SURABAYA
Amanah Mega Filantropi
[email protected]
Yuliastuti Rahayu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT In fixing the right selling and competitive price a company should be able to set their production cost. The production charging method on products when they are appropriate, they will give benefit in performing business competition. The implementation of traditional method may still be relevant and reliable for the company, however in fixing the accurate production cost, charging and costs allocation are needed by the company in order to cover cost control activity to avoid the cost distortion. The implementation of activity based costing is an innovation of an accurate production cost which influence the management decision in fixing the product selling price in order to be more competitive. Therefore, by using the activity based costing the production cost can be known by seeing all activities which occur in the company. The purpose of this research is to apply the activity based costing method at PT. Ladangrizki Jaya Sentosa, a company which is engaging in the field of housing development and also to find out the comparison of the production cost which is calculated by companies by using activity based costing method. Based on the pricing of production cost by using activity based costing method, for type 37, type 46 and type 59 houses in calculating by using the activity based costing method the production costs are resulted lower than the prices which have been fixed by the company. The activity based costing method should be used as an alternative for the company in counting the production cost, since the company can fix the accurate and competitive price with low production cost and can compete with other companies. Keywords: Production Cost, Traditional Method, Activity Based Costing Method. ABSTRAK Untuk menetapkan harga jual yang tepat dan bersaing maka perusahaan harus dapat menetapkan harga pokok produksinya. Metode pembebanan biaya atas produk yang dihasilkan jika sesuai maka akan memberikan manfaat dalam melakukan persaingan bisnis. Penerapan metode tradisional mungkin masih cukup relevan dan reliable bagi perusahaan, namun demikian dalam menentukan harga pokok produksi yang akurat perlu adanya pembebanan dan pengalokasian biaya-biaya yang dapat mencakup aktivitas pengendali biaya agar tidak menimbulkan distorsi biaya. Penerapan metode activity based costing merupakan sebuah inovasi pembebanan biaya produksi yang akurat, yang akan mempengaruhi keputusan manajemen mengenai penentuan harga jual produk untuk lebih bersaing. Sehingga dengan activity based costing ini dapat diketahui harga pokok produk dengan melihat aktivitas yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode activity based costing pada PT. Ladangrizki Jaya Sentosa, perusahaan yang bergerak dalam bidang housing development (pembangunan perumahan) serta mengetahui perbandingan harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan dengan metode activity based costing. Berdasarkan penetapan harga pokok produk menggunakan metode activity based costing, dihasilkan harga pokok produk untuk tipe rumah 37, tipe rumah 46 dan tipe rumah 59 lebih rendah dibanding yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan untuk tipe rumah 100 diperoleh harga pokok produk yang lebih tinggi dibanding yang ditetapkan oleh perusahaan. Metode activity based costing sebaiknya digunakan sebagai alternatif perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi, karena dengan harga pokok produksi yang lebih rendah maka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
2
perusahaan akan dapat menentukan harga jual yang lebih tepat dan bersaing dengan perusahaan lainnya. Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Tradisional, Activity Based Costing,
PENDAHULUAN Dalam memasuki era globalisasi semakin banyak perusahaan yang bermunculan baik itu berupa usaha maupun yang jenis produknya sama sehingga mengakibatkan timbulnya persaingan di dalam perkembangan dunia usaha. Setiap perusahaan menginginkan keunggulan dalam bersaing. Hal ini membuat para manajer harus memikirkan strategi-strategi untuk dapat memenangkan persaingan ini. Salah satu strategi yang harus dipikirkan adalah penentuan harga. Untuk menetapkan harga jual yang tepat maka perusahaan harus dapat menetapkan harga pokok produksinya. Perhitungan atau pembebanan biaya atas produk yang dihasilkan jika sesuai maka akan memberikan manfaat dalam melakukan persaingan pemasaran produk. Dalam pengalokasian biaya ada beberapa metode yang digunakan antara lain metode tradisional dan metode Activity Based Costing. Pengalokasian biaya dalam metode tradisional berdasarkan ukuran volume/jumlah unit yang dihasilkan tiap jenisnya. Sedangkan pengalokasian biaya dalam metode activity based costing adalah menggunakan dasar aktivitas. Permasalahan yang harus dipikirkan adalah apakah harga yang terbentuk sudah mencerminkan biaya yang dikonsumsi oleh produk atau tidak. Dalam hal ini diperlukan adanya metode pengalokasian dan perhitungan yang lebih baik, yang dapat menyajikan kepada perusahan secara lebih akurat biaya yang harus dibebankan pada suatu produk. Yaitu dengan melakukan perhitungan metode activity based costing pada perusahaan dengan melihat jumlah konsumsi produk atas aktivitas yang menimbulkan biaya, sehingga dapat diketahui dengan jelas seberapa besar biaya overhead harus dibebankan ke produk tersebut. Kondisi tersebut memberikan inspirasi bagi peneliti untuk menerapkan sistem activity based costing pada PT. Ladangrizki Jaya Sentosa di Surabaya, agar di peroleh keakuratan dalam menghitung biaya yang digunakan pada waktu proses produksi, sehingga bisa mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa dengan menggunakan metode activity based costing serta mengetahui perbandingan harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan dengan harga pokok produksi setelah penerapan activity based costing. TINJAUAN TEORITIS Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen Halim (2012:5) mendefinisikan akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian integral dari fungsi (proses) manajerial yang dapat memberikan informasi keuangan dan nonkeuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan strategik organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen berupa data historis dan estimasi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan operasi sehari-hari, mengevaluasi kinerja serta perencanaan operasi dimasa datang dalam mengembangkan strategi bisnis secara menyeluruh. Oleh karena itu, akuntansi manajemen diharapkan mampu membantu perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan operasi agar perusahaan dapat terus bertahan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
3
Fungsi (proses) manajerial yang utama menurut Halim (2012:5) yaitu : (1) Perencanaan (planning) adalah proses penentuan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi pada masa yang akan datang, termasuk di antaranya adalah penetapan tujuan organisasi dan metode atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. (2) Koordinasi adalah proses mengintegrasikan kegiatan masing-masing bagian didalam organisasi agar terjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (3) Pengendalian (controlling) adalah proses yang menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas pengendalian dilaksanakan dengan cara melakukan pengawasan terhadap implementasi perencanaan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. (4) Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses untuk memilih sebuah alternatif solusi yang terbaik dari berbagai macam alternatif solusi yang ada. Atas dasar definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa setiap saat pihak manajer pasti akan dihadapkan pada sebuah proses memilih berbagai alternatif. Maka pengambilan keputusan (decision making) yang tepat sangat dibutuhkan untuk memberikan jaminan rasional bagi perusahaan untuk bertahan dan tumbuh dalam jangka waktu yang panjang. Pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan dari fungsi perencanaan, koordinasi dan pengendalian dimana fungsi-fungsi tersebut saling menentukan satu sama lain. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Dalam melakukan aktifitas untuk menghasilkan barang dan jasa, perusahaan memerlukan pengorbanan. Faktor-faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut disebut biaya. Istilah biaya (cost) seringkali digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Namun beban didefinisikan sebagai arus keluar barang dan jasa yang sudah digunakan untuk menghasilkan pendapatan sehingga sudah tidak mempunyai nilai atau manfaat dimasa yang akan datang. Tujuan dari menentukan biaya-biaya yang ada adalah dapat menentukan harga pokok produk, dimana harga pokok produk tersebut tergantung pada proses produksi atau kegiatan untuk menghasilkan produk (barang atau jasa). Dalam mengartikan biaya setiap individu mempunyai pengertian yang berbeda. Hal ini sesuai dengan disiplin ilmu yang mendasari. Berikut ini beberapa pendapat tentang definisi biaya: Mowen (2009:47) menyatakan bahwa biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2010:8) biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi tersebut diartikan bahwa sumber-sumber ekonomi yang akan dikeluarkan untuk mencapai suatu tujuan dapat diperoleh manfaat di masa-masa yang akan datang. Dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya sebaiknya selalu diperhatikan konsep βDifferent classification of costs for different purposeβ, Artinya untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda, maka diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian suatu klasifikasi biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Mulyadi (2010:13-16), mengemukakan klasifikasi biaya menjadi lima golongan yaitu: (1) Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran, dalam cara penggolongan ini,
nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
4
berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. (2) Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : (a)Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual. (b) Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. (c) Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. (3) Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai, meliputi: (a) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. (b) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. (4) Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas, dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi : (a) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume aktivitas. Jadi semakin besar output yang dihasilkan maka akan semakin besar biaya variabel yang ditimbulkan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (b) Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Contoh sederhana adalah biaya perawatan, biaya listrik. Pada suatu kisaran dasar aktivitas, biaya semi variabel atau campuran mungkin tetap dalam jumlah total. Akan tetapi pada kisaran lain, biaya semi variabel mungkin berubah proporsinya pada perubahan dasar aktivitasnya.(c) Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Biaya yang relatif konstan, tidak ada pengaruhnya dengan besarnya output yang dihasilkan. Jadi berapapun output yang dihasilkan perusahaan, maka tidak ada perubahan terhadap biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan. Contohnya adalah pajak bumi dan bangunan, depresiasi atau penyusutan, asuransi, gaji tenaga kerja tidak langsung, beban sewa bangunan. (5) Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya, atas jangka waktu manfaatnya biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi yang terjadinya pengeluaran tersebut. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan semua biaya, baik biaya secara langsung maupun biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang dan jasa yang merupakan operasi utama perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terdiri dari tiga unsur, yaitu : (1) Biaya bahan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
5
baku langsung merupakan semua bahan yang menjadi bagian integral barang jadi dan dapat langsung dimasukkan dalam kalkulasi biaya produk, (2) Biaya tenaga kerja langsung merupakan pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan produk, mulai dari bahan baku diolah sampai menjadi bahan jadi dan dapat dibebankan secara layak ke suatu produk tertentu, dan (3) Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam penentuan harga pokok produksi ada dua metode, yang pertama metode penentuan harga pokok produksi berdasarkan volume atau tradisional yaitu dengan cara mengalokasikan biaya ke produk dengan menggunakan jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin, dan jumlah unit yang dihasilkan. Sedangkan, penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas atau activity based costing yaitu dengan cara menelusuri biaya dari aktivitas berdasarkan permintaan produk pada aktivitas tersebut Sistem Biaya Tradisional Menurut Hansen dan Mowen (2000:57) sistem akuntansi biaya tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya di klasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Sedangkan menurut Supriyono (2002:731) dalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan menurut elemen-elemennya di dalam pusat pertanggungjawaban. Dengan cara ini, maka biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang dikonsumsi, disetiap pusat biaya. Dari beberapa definisi sistem akuntansi biaya tradisional tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional adalah suatu sistem akuntansi biaya yang menghitung biaya produksi dan membebankan biaya overhead berdasarkan dengan volume yang diproduksi, seperti banyaknya unit produk, jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin dan pengukuran volume lainnya.
Dalam sistem tradisional mempunyai beberapa kelemahan sehingga menyebabkan kurang optimalnya sistem tersebut, yaitu menurut Supriyono (2002:642) beberapa kelemahan tersebut adalah (1) Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung (biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa, (2) Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya ke produk dan jasa. (3) Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya overhead yang sangat berbeda, dan (4) Biaya pemesanan dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya tidak mempedulikan biaya pemasaran. Pengertian Activity Based Costing System Menurut Tunggal (2009:2) activity based costing adalah metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Definisi lain diungkapkan oleh Mulyadi (2007:53), activity based costing adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
6
Dari definisi diatas maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa activity based costing adalah suatu metode perhitungan biaya produk yang membebankan biaya ke produk dan jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan aktivitas, serta dibuat agar dapat memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka waktu panjang melalui pengelolaan aktivitas atau suatu sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Syarat-syarat Penerapan Activity Based Costing System Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum penerapan sistem activity based costing menurut Supriyono (2002:247-248), yaitu : (1) Biaya-biaya berdasar non unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk. (2) Rasiorasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar nonunit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau activity based costing system membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi, perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produk rendah) mungkin dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah. Sedangkan menurut Simbolon (dalam jurnal ekonomi dan bisnis, 2008:2) beberapa alasan agar penggunaan harga pokok produk berdasar aktivitas menjadi maksimal, sebagai berikut : (1) Diversifikasi produk yang tinggi berarti perusahaan memproduksi bermacammacam jenis produk. Maka yang menjadi masalah adalah pembebanan biaya overhead ke setiap produk secara logis sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap produk. Sistem activity based costing menerapkan hubungan sebab akibat yang berarti harga-harga pokok produk merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk membuat produk tersebut. (2) Persaingan yang ketat seperti sekarang ini perlu dicari terobosan pasar sehingga bisa bertahan pada persaingan tersebut. Untuk bisa bertahan, perusahaan perlu mempertimbangkan konsep cost efektif sehingga aktivitas yang dilakukan bisa menambah nilai (value added activity). Sistem activity based costing dapat mengantarkan perusahaan ke posisi tersebut, namun penerapannya harus secara konsisten sehingga dapat memantau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity) dan mengeliminasinya. (3) Biaya pengukuran relatif kecil berarti bahwa biaya perancangan dan pengoperasian sistem harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh pada masa yang akan datang.
Pemicu Biaya (Cost Driver) Dunia (2012:320) menjelaskan bahwa sistem activity based costing dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem penentuan biaya yang sudah ada sebelumnya (conventional costing system), oleh karena sistem ini menggunakan jenis pemicu biaya (cost driver) yang lebih banyak sehingga dapat mengukur secara lebih tepat sumber daya yang dikonsumsi oleh produk. Dalam sistem tradisional istilah pemicu biaya ini dikenal sebagai basis alokasi (allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin, dan jumlah unit yang dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya yang hanya berhubungan dengan volume atau tingkat produksi yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik. Sedangkan sistem activity based costing disamping menggunakan pemicu biaya yang berhubungan dengan volume
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
7
atau jumlah unit yang dihasilkan yakni yang berhubungan dengan suatu aktivitas atau transaksi, misalnya jumlah jam pemasangan, jumlah jam pemesanan dan jumlah kali (frekuensi) dipesan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya biaya overhead yang tidak hanya berhubungan dengan volume produk tetapi berhubungan dengan aktivitas, sehingga menyebabkan struktur biaya menjadi lebih kompleks atau rumit. Menurut Supriyono (2002:245) dalam pemilihan cost driver paling sedikit ada dua faktor yang harus diperhatikan antara lain: (1) Biaya pengukuran, dalam sistem activity based costing, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminumkan biaya pengukuran. (2) Pengukuran tidak langsung dan tingkat korelasi, pada struktur informasi yang ada sebelumnya dapat digunakan dengan cara lain untuk meminimumkan biaya dalam memeperoleh kuantitas cost driver. Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengganti cost driver yang secara langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu cost driver yang secara tidak langsung mengukur penggunaan itu. Tahap-tahap dalam Activity Based Costing Tahap pertama dalam activity based costing adalah mengidentifikasi aktivitas. Fokus perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah aktivitas. Oleh sebab itu, mengidentifikasikan aktivitas haruslah menjadi tahap awal dalam perancangan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas: (a) Mengidentifikasi Aktivitas, Hansen dan
Mowen (2006:162) mengklasifikasikan aktivitas kedalam empat kategori, yaitu : (1) Aktivitas tingkat unit (unit level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi artinya besar kecilnya aktivitas ini di pengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Contoh akivitas yang termasuk dalam aktivitas berlevel unit adalah tenaga kerja langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat suatu unit produk dihasilkan, maksudnya adalah banyak atau sedikit unit produk yang dihasilkan akan mempengaruhi tenaga kerja langsung, jam mesin dan jam listrik. (2) Aktivitas tingkat batch (batch level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi. Biaya aktivitas batch bervariasi dengan jumlah batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat batch ini adalah aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas setup, aktivitas pengolahan bahan (gerakan bahan dan order pembelian). (3) Aktivitas tingkat produk (product level activities) adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi input yang mengembangkan produk, atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat produk adalah perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa teknik produk dan pengiriman. (4) Aktivitas tingkat fasilitas (facilities level activities) adalah aktivitas yang menopang proses umum
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
8
produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk secara spesifik. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat fasilitas meliputi manajemen pabrik, tata letak, pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan dan penyusutan di pabrik; (b) Membebankan biaya-biaya ke tiap-tiap aktivitas; (c) Mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan kedalam tiap-tiap homogeneous set. Aktivitas-aktivitas yang dikelompokkan ke dalam satu homogeneous set mempunyai ciri-ciri yaitu secara logika mempunyai hubungan, serta mempunyai prosentasi konsumsi yang sama; (d) Aktivitas yang sudah dikelompokkan dalam tiap-tiap homogeneous set dijumlahkan untuk mendapatkan homogeneous set cost pool. Tarif kelompok dihitung dengan rumus : πππππππ‘π (π‘ππππππππππππ) =
ππππ¦πππ£πππππππ’ππ‘π’ππππππππππππ‘ππ£ππ‘ππ πππ πππππππ’ππ’ππππ‘ππ£ππ‘ππ ππππππππ
Tahap kedua dalam activity based costing adalah masing-masing biaya overhead kemudian ditelusuri ke produk yang dilakukan dengan menggunakan pool rate (tarif kelompok) yang dihitung pada tahap pertama dan ukuran dari jumlah sumber daya yang dikonsumsi dari masing-masing produk. Ukuran ini adalah kuantitas cost driver yang digunakan masing-masing produk. Pada tahap kedua ini dapat digunakan rumus : ππ£ππππππππππππππππ =
π‘ππππππππππππ Γ π’πππ‘πππ π‘ππππ£πππ¦πππππππ’πππππ π£πππ’πππππππ’ππ π
Manfaat Penerapan Metode Activity Based Costing Menurut Blocher (2011:212) manfaat yang diperoleh dari penerapan metode activity based costing sebagai berikut : (1) Pengukuran profitabilitas yang lebih baik, activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarah pada pengukuran profitabilitas produk dan pelanggan yang lebih akurat serta keputusan strategis yang diinformasikan secara lebih baik menganai penetapan harga, lini produk, dan segmen pasar. (2) Pengambilan keputusan yang lebih baik, activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat mengenai biaya yang dipicu oleh aktivitas, membantu manajer untuk meningkatkan nilai produk dan proses dengan membuat keputusan yang lebih baik mengenai desain produk, keputusan yang lebih baik mengenai dukungan bagi pelanggan serta mendorong proyek-proyek yang meningkatkan nilai. (3) Perbaikan proses, activity based costing system menyediakan informasi untuk mengidentifikasi bidang-bidang dimana perbaikan proses dibutuhkan. (4) Estimasi biaya, meningkatkan biaya produk yang mengarah pada estimasi biaya pesanan yang lebih baik untuk keputusan penetapan harga, penganggaran, dan perencanaan. (5) Biaya dari kapasitas yang tidak digunakan, activity based costing system menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi biaya dari kapasitas yang tidak digunakan dan mempertahankan akuntansi secara terpisah untuk biaya tersebut. Kekuatan dan Kelemahan Metode Activity Based Costing Menurut Carter (2009:545-547), keunggulan dari sistem activity based costing sebagai berikut : (1) Sistem activity based costing menghasilkan informasi biaya produk yang lebih dapat diandalkan daripada sistem tradisional. (2) Sistem activity based costing menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biayayang memberikan informasi bagi para pengambil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
9
keputusan untuk mengontrol kinerja perusahaannya. (3) Adanya penelusuran aktivitasaktivitas yang menimbulkan elemen biaya sehingga profitabilitas yang diperoleh dapat lebih mengoptimalkan personel perusahaan dalam mengelola aktivitas, yang nantinya dapat lebih mengefisienkan pembiayaan dalam proses produksi. (4) Menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem tradisional sehingga menolong perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif yang dimiliki. (5) Penentuan harga jual per jenis produk akan lebih tepat sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang kompetitif untuk suatu jenis produk tertentu. Dan dalam metode activity based costing juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Carter (2009:545-547) kelemahan dari sistem activity based costing sebagai berikut : (1) Activity based costing menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk, namun tidak memprediksikan banyaknya pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut. (2) Activity based costing memerlukan usaha pengumpulan data melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari sistem activity based costing adalah memiliki kompleksitas yang lebih tinggi daripada sistem tradisional karena banyaknya pemicu biaya (cost driver) sehingga biayanya lebih mahal. Keterbatasan dalam Activity Based Costing Meskipun Activity Based Costing memberikan alternatif biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai kendala atau keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk. Keterbatasan Activity Based Costing menurut Blocher (2000:127) antara lain : (1) Alokasi, jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan akivitas yang menyebabkan biaya tersebut.. Misal : biaya-biaya yang berhubungan dengan gedung, biasanya mencakup biaya-biaya seperti sewa asuransi pajak bangunan. Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan tindakan sia-sia dan tidak praktis. (2) Mengabaikan biaya, keterbatasan lain dari activity based costing adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk dan klaim garansi. (3) Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, activity based costing system sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan, disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan dan mengimplementasikan activity based costing system dengan sukses. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian sekarang. Persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Yoanes Dicky (dalam jurnal akuntansi, 2011:3.1), melakukan penelitian pada PT X, menyimpulkan bahwa PT. X belum melakukan penghitungan terhadap biaya produksinya secara akurat, hal tersebut dapat dilihat dari produk PT X yang mengalami kelebihan biaya sehingga tidak dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Setelah menggunakan activity based costing hasil penghitungannya jauh lebih akurat dengan penghitungan biaya produksi yang saat ini dilakukan. Penghitungan menggunakan metode Activity Based Costing System telah memperlihatkan bahwa produk-produk yang diproduksi oleh PT "X" ternyata mengalami
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
10
kelebihan pembebanan biaya produksi. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode activity based costing dalam menentukan harga pokok produksinya. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti terdahulu objek yang diteliti adalah dalam bidang alas kaki di bandung. Dan (2) Agnes Fransisca (dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2011:4.2), melakukan penelitian pada PT. Panca Mitra Sandang Indah. Dalam penelitiannya, di ungkapkan bahwa perusahaan mengelompokkan biaya menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku. Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini kurang tepat karena perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok produknya. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang tepat pula. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah samasama menggunakan metode activity based costing dalam menentukan harga pokok produksinya. Sedangkan perbedaannya adalah pada peneliti terdahulu objek yang diteliti bergerak dibidang produksi kain. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Objek Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang mengemukakan suatu permasalahan dan mencari solusi atas permasalahan yang timbul. Rancangan penelitian yang dilakukan dalam bentuk studi kasus dan observasi pada PT Ladangrizki Jaya Sentosa di Surabaya. Alasan yang mendasari digunakan metode studi kasus dalam menjawab rumusan masalah ini menurut Yin (2009:1) sebagai berikut : (1) Study kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan βbagaimanaβ atau βmengapaβ. (2) Peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwaperitiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata. Sumber Data Sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan dengan cara melakukan wawancara serta observasi untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. (2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung berupa dokumentasi perusahaan dan laporan perusahaan yang terkait dengan penetapan harga pokok produk. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang relevan, maka peneliti menggunakan cara atau metode pengumpulan data sebagai berikut: (1) Studi Kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh data-data teoritis yang menjadi dasar dari pembahasan dalam penyusunan skripsi ini yang berupa literatur maupun bentuk lain yang berhubungan dengan pembahasan yang dibahas dalam penelitian. (2) Survey Lapangan (Field Research), dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam pembahasan permasalahan, dilakukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
11
beberapa teknik, antara lain: (a) Pengamatan (observasi), metode pengumpulan data dengan cara pengamatan atau peninjauan ke lokasi obyek penelitian untuk menunjang penyelesaian penelitian. Yaitu kunjungan langsung pada perusahaan PT. Ladangrizki Jaya Sentosa untuk mengamati proses produksi perusahaan. (b) Wawancara (Interview), metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung kepada pihak bersangkutan untuk mendapatkan keterangan atau informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyelesaian masalah penelitian. Dalam hal ini, wawancara dilakukan secara langsung dengan Kepala Bagian Proyek dan Kepala Bagian Keuangan pada PT. Ladangrizki Jaya Sentosa tentang data-data yang terkait dengan penelitian ini. (3) Dokumentasi, metode pengumpulan data dengan cara mencatat data dan menyimpan data yang telah diberikan oleh perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Satuan Kajian Satuan kajian pada penelitian ini adalah peneliti lebih menekankan pada perhitungan harga pokok produk dalam pembebanan biaya terhadap suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu proses produksi sehingga tidak menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya yang dibebankan. Karena dengan mengacu pada Activity Based Costing System perusahaan diharapkan bisa memperoleh informasi yang lebih akurat dalam perhitungan harga pokok produksinya. Dengan demikian diharapkan pula perusahaan dapat mencapai keuntungan yang maksimal serta dapat tetap bertahan dan mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Teknik Analisis Data Dari data-data yang dikumpulkan, maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah teknik analisis data atau pengolahan data. Adapun langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Data-data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengidentifikasian aktivitas yang terjadi pada setiap produksi. (2) Setelah melakukan pengidentifikasian aktivitas maka menghitung biaya yang keluar dari setiap aktivitas tersebut. (3) Selanjutnya aktivitas yang sejenis (homogeneous) dikelompokkan menjadi satu beserta biaya-biaya yang ada dan dijumlahkan sehingga menghasilkan total biaya per aktivitas. (4) Menentukan tarif kelompok (pool rate) dengan membagi total biaya per aktivitas dengan pemicu biaya. Dari tarif kelompok tersebut, untuk mendapatkan biaya overhead pabrik kemudian tarif kelompok dikalikan dengan besarnya aktivitas yang diserap produk, kemudian dijumlahkan dengan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung sehingga akan menghasilkan harga pokok produk. Dari hasil perhitungan harga pokok produk (perusahaan) dengan sistem activity based costing, maka dapat diambil kesimpulan dengan cara membandingkan kedua perhitungan tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Aktivitas Produksi PT. Ladangrizki Jaya Sentosa memproduksi empat tipe rumah pada perumahan City Home Regency seluas Β± 1,7 hadan akan dibangun sebanyak 138 unit rumah, dengan rincian sebagai berikut : 1. Produk Paris dengan tipe 37/72 sebanyak 72 unit Tipe rumah 37 mempunyai panjang 6 m2 dan lebar 12 m2, dengan luas lahan sebesar 72m2, luas bangunan sebesar 37m2 dan luas dinding 228m2. 2. Produk London dengan tipe 46/84 sebanyak 19 unit
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
12
Tipe rumah 46 mempunyai panjang 7 m2 dan lebar 12 m2, dengan luas lahan sebesar 84m2, luas bangunan sebesar 46m2 dan luas dinding 254m2. 3. Produk Roma dengan tipe 59/96 sebanyak 34 unit Tipe rumah 59 mempunyai panjang 8 m2 dan lebar 12 m2, dengan luas lahan sebesar 96m2, luas bangunan sebesar 59m2 dan luas dinding 298m2. 4. Produk New York dengan tipe 100/108 sebanyak 13 unit Tipe rumah 100 mempunyai panjang 9 m2 dan lebar 12 m2, dengan luas lahan sebesar 108m2, luas bangunan sebesar 100m2 dan luas dinding 560m2. Proses pembuatan rumah dengan berbagai tipe secara garis besar terdiri dari 12 proses, yaitu : di mulai dengan persiapan, penggalian tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan dinding, pekerjaan atap, pekerjaan intalasi air, pekerjaan halaman, pekerjaan instalasi listrik, pekerjaan plafond, pekerjaan lantai, pekerjaan gantungan danfinishing. Adapun proses pembuatan sebuah rumah pada perumahan city home regency PT. Ladangrizki Jaya Sentosa, dapat digambarkan pada alur proses produksi sebagai berikut : Persiapan Pekerjaan Galian Tanah Pekerjaan Pondasi Pekerjaan Dinding Pekerjaan Atap Pekerjaan Instalasi Air Pekerjaan Halaman Pekerjaan Listrik Pekerjaan Plafond Pekerjaan Lantai Pekerjaan Gantungan Finishing Gambar 1 Alur Proses Produksi
Proses pembuatan rumah pada perumahan city home regency ini membutuhkan waktu 7 bulan atau 182 hari kerja (7bulan x 26 hari) untuk setiap unit rumah, proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan : Untuk membangun sebuah rumah diperlukan sebuah persiapan. Persiapan ini meliputi pembersihan, pengukuran lahan tanah untuk langkah awal pembangunan sebuah rumah. Dan pembuatan bowplank yaitu pembatas yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
13
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
10. 11.
12.
digunakan untuk menentukan wilayah kerja dalam sebuah pembangunan rumah atau bangunan. Persiapan ini dilakukan pada bulan pertama. Pekerjaan galian tanah : Untuk proses selanjutnya adalah penggalian tanah. Pekerjaan penggalian tanah ini meliputi galian tanah untuk pondasi serta urugan tanah. Pekerjaan galian tanah ini dilakukan pada bulan pertama. Pekerjaan pondasi : Pondasi diperlukan untuk memperkokoh sebuah rumah yang akan dibangun. Pekerjaan pondasi meliputi pemasangan batu belah dan batu bata, pekerjaan beton bertulang dan plesteran. Pekerjaan pondasi dilakukan pada bulan pertama dan kedua. Pekerjaan dinding : Untuk proses selanjutnya setelah pekerjaan pondasi adalah pekerjaan dinding. Pekerjaan dinding ini meliputi pemasangan dinding (batu bata), kolom beton, ringbalk, kusen pintu dan jendela serta plesteran. Proses pekerjaan dinding dilakukan pada bulan kedua,ketiga keempat dan kelima. Pekerjaan atap : Pekerjaan atap ini meliputi pemasangan kuda-kuda, rangka atap, lisplank serta penutup atap. Untuk pekerjaan atap dilakukan pada bulan kelima. Pekerjaan instalasi air : Proses selanjutnya adalah pekerjaan instalasi air, meliputi pemasangan titik kran, pipa saluran air, closet serta bak mandi. Pekerjaan instalasi air dilakukan pada bulan keenam. Pekerjaan halaman : Selanjutnya pekerjaan halaman meliputi septictank dan resapan, serta saluran air kamar mandi. Dan untuk pekerjaan halaman dilakukan pada bulan keenam. Pekerjaan instalasi listrik : Proses selanjutnya adalah pekerjaan instalasi listrik. Pekerjaan instalasi listrik ini meliputi pemasangan titik lampu dan saklar, pemasangan stop kontak serta pemasangan sakering. Pekerjaan instalasi listrik dilakukan pada bulan keenam. Pekerjaan plafond : Proses selanjutnya adalah pekerjaan plafond. Pekerjaan plafond meliputi pemasangan rangka plafond dan penutup plafond. Pekerjaan plafond dilakukan pada bulan keenam dan ketujuh. Pekerjaan lantai : Proses selanjutnya adalah pekerjaan lantai, meliputi pemasangan keramik lantai. Untuk pekerjaan lantai dilakukan pada bulan ketujuh. Pekerjaan gantungan : Pekerjaan gantungan ini meliputi pemasangan daun pintu, pemasangan daun jendela, pemasangan kaca serta pemasangan tralis. Pekerjaan gantungan dilakukan pada bulan ketujuh. Pekerjaan finishing : Proses terakhir adalah pekerjaan finishing, meliputi pengecatan tembok dan plafond, pengecatan daun kusen dan pintu. Untuk pekerjaan finishing dilakukan pada bulan ketujuh.
Untuk penjualan rumah pada perumahan city home regency harga yang ditetapkan oleh perusahaan, sebagai berikut : Tabel 1 Harga Jual Rumah Tahun 2012
Tipe Rumah Paris 37/72 London 46/84 Roma 59/96 New York 100/108 (Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
Harga Jual Rp 390.900.000 Rp 490.900.000 Rp 555.900.000 Rp 849.900.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
14
Biaya produksi dalam proses pembuatan satu unit rumah dapat dikelompokkan menjadi 3 biaya, yaitu : 1. Biaya bahan baku langsung, meliputi : Tabel 2 Biaya Bahan Baku PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Tipe Rumah Paris 37 London 46 Roma 59 New York 100
LB/LH (m2) 37/72 46/84 59/96 100/108
Material (Rp) 49.284.000 61.272.000 78.588.000 133.200.000
Lahan (Rp) 46.800.000 54.600.000 62.400.000 70.200.000
Total (Rp) 96.084.000 115.872.000 140.988.000 203.400.000
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
2. Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tukang. Tabel 3 Biaya Tenaga Kerja Langsung PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Tipe Rumah Paris 37 London 46 Roma 59 New York 100
LB/LH (m2) 37/72 46/84 59/96 100/108
Biaya Tenaga Kerja 32.856.000 40.848.000 52.392.000 88.800.000
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
3. Biaya Overhead terdiri dari: Tabel 4 Biaya Bahan Baku PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Biaya Overhead Asuransi Kecelakaan Kerja Bahan Pembantu Biaya Air Biaya Listrik Biaya Urugan Gaji Mandor IMB Konsumsi Tukang PLN 1300 V PDAM PBB Sertifikat Total
Paris 37 4.200.000 1.975.250 910.000 630.000 4.862.818 5.600.000 8.579.710 5.579.710 2.000.000 1.100.000 266.824 300.000 36.409.602
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
London 46 5.600.000 2.692.550 1.015.000 625.000 5.673.288 6.300.000 10.666.667 7.900.000 2.000.000 1.100.000 311.294 300.000 44.173.799
Roma 59 8.400.000 2.978.500 1.085.000 630.000 6.483.758 6.650.000 13.681.159 10.185.000 2.000.000 1.100.000 355.765 300.000 53.849.182
NewYork 100 15.750.000 9.760.823 1.750.000 850.000 7.294.227 6.825.000 23.188.406 15.225.000 2.000.000 1.100.000 400.235 300.000 84.443.691
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
15
Harga Pokok Produksi Perusahaan PT Ladangrizki Jaya Sentosa melakukan perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode tradisional. Untuk memperoleh harga pokok produksi PT. Ladangrizki Jaya Sentosa menambahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead untuk mendapatkan total harga pokok produksi untuk pembuatan satu unit rumah, sebagai berikut : Tabel 5 Harga Pokok Produksi PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Biaya Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Total HPP
Paris 37 96.084.000 32.856.000 36.409.602 165.349.602
London 46 115.872.000 40.848.000 44.173.799 200.893.799
Roma 59 140.988.000 52.392.000 53.849.182 247.229.182
New York 100 203.400.000 88.800.000 84.443.691 376.643.691
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
Perhitungan Metode Activity Based Costing Seperti yang telah dikemukakan diatas, perhitungan dengan metode tradisional kurang memberikan informasi yang akurat kepada pihak manajemen perusahaan, karena perhitungan dengan metode tradisional dapat menyebabkan distorsi antara produk satu dengan produk yang lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pembebanan biaya yang akurat, yang dapat memberikan informasi kepada perusahaan untuk bisa mengambil keputusan yang tepat dan tetap bisa bersaing. Dengan metode Activity Based Costing dapat menghasilkan informasi yang akurat terhadap penyebab biaya, yaitu aktivitas. Karena aktivitas mengkonsumsi sumberdaya untuk menghasilkan suatu produk. Berikut tahaptahap dalam penerapan activity based costing, antara lain : 1. Tahap Pertama Pada tahap pertama dilakukan pelacakan biaya ke berbagai aktivitas dengan langkah-langkah sebagai berikut :. a. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam aktivitas Langkah pertama yang dilakukan dalam penerapan activity based costing adalah mengidentifikasi aktivitas.Aktivitas untuk pembuatan satu unit rumah, sebagai berikut : 1) Persiapan, terdiri dari: pembersihan, pengukuran dan bowplank. 2) Galian Tanah, terdiri dari : galian tanah pondasi dan urugan tanah. 3) Pondasi, terdiri dari : pasangan batu belah dan beton bertulang. 4) Dinding, terdiri dari : pemasangan batu merah, kolom beton, ringbalk, plesteran, kusen pintu dan jendela. 5) Atap, terdiri dari : kuda-kuda, rangka atap, lisplank dan penutup atap. 6) Instalasi air, terdiri dari : pemasangan titik kran, pipa saluran air, closet dan bak mandi. 7) Halaman, terdiri dari : saluran air kamar mandi, septictank dan resapan. 8) Instalasi listrik terdiri dari : pemasangan titik lampu dan sakelar, stop kontak, dan sakering. 9) Plafond, terdiri dari : rangka plafond dan penutup plafond. 10) Lantai : pemasangan keramik 11) Gantungan, terdiri dari : daun pintu dan jendela, pasang kaca dan tralis. 12) Finishing : pengecatan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
16
Berikut rincian waktu yang diperlukan untuk pembuatan satu unit rumah berdasarkan aktivitas yang dilakukan terdapat pada tabel 6, antara lain : Tabel 6 Rincian Waktu Berdasarkan Aktivitas NO 1.
Nama Kegiatan
Tipe 37
Rincian Waktu Tipe 46 Tipe 59
Tipe 100
Persiapan - Pembersihan - Pengukuran - Bowplank
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
Galian Tanah - Galian tanah Pondasi - Urugan Tanah
8 7
7 7
7 7
7 6
Pondasi - Pasangan Batu Belah - Plesteran
9 7
9 6
9 6
8 8
Dinding - Pasang Batu merah - Kolom Beton - Ringbalk - Plesteran - Kusen pintu & Jendela
42 17 5 15 2
34 16 5 15 3
32 17 6 16 4
40 21 7 16 6
Atap - Kuda- kuda - Rangka Atap - Lisplank - Penutup Atap
1 8 3 3
1 8 3 3
1 8 3 3
2 10 4 4
6. -
Instalasi Air - Titik Kran - Pipa Saluran Air - Closet - Bak Mandi
3 3 1 2
3 3 1 2
3 3 1 2
3 3 2 2
7. -
Halaman - Septictank dan Resapan - Saluran Air Kamar Mandi
3 2
4 2
3 3
2 3
-
Instalasi Listrik - Titik Lampu dan Sakelar - Stop Kontak - Sakering
3 2 2
3 2 2
2 1 1
2 1 1
-
Plafond - Rangka Plafond - Penutup Plafond
7 4
7 4
7 4
8 4
10. -
Lantai - Keramik
7
6
6
8
11. -
Gantungan - Daun Pintu dan Jendela - Pasang Kaca dan Teralis
1 1
1 1
1 1
1 1
12.
Finishing - Pengecatan
8
8
8
7
179
169
168
190
2.
3.
4.
5.
8.
9.
TOTAL HARI
(Sumber Data : PT. Ladangrizki Jaya Sentosa, diolah kembali)
5
4
3
2
1
No.
- Penutup Atap
- Rangka Atap - Lisplank
Atap - Kuda-kuda 892.451,2 269.497,2 269.497,2
111.556,4
449.162,0 1.347.486,0 179.664,8
- Ringbalk - Plesteran
- Kusen Pintu+Jendela
3.772.960,9 2.155.933,8
808.491,6 628.826,8
- Pasang Batu Merah - Kolom Beton
Dinding
- Pasangan Batu Belah, beton - Plesteran
Pondasi
- Galian Tanah Pondasi - Urugan Tanah
3.150.068,2 3.060.235,8
89.832,4 1.333.303,4
- Pengukuran - Bowplank
Galian Tanah
89.832,4
1.543.002,0
7.905.207,6
1.437.318,4
6.210.304,0
1.512.968,2
Tipe 37
Persiapan - Pembersihan
Nama Kegiatan
1.109.928,9 349.260,4 349.260,4
138.741,1
582.100,6 1.746.301,8 349.260,4
3.958.284,0 2.885.913,9
1.047.781,1 698.520,7
3.651.584,8 3.651.584,8
116.420,1 1.672.790,1
116.420,1
1.947.190,8
9.521.860,6
1.746.301,8
7.303.169,7
1.905.630,4
Tipe 46
1.348.333,3 438.125,0 438.125,0
168.541,7
876.250,0 2.336.666,7 584.166,7
4.673.333,3 4.550.822,3
1.314.375,0 876.250,0
4.264.170,7 4.264.170,7
146.041,7 2.630.927,7
2.393.125,0
13.021.239,0
2.190.625,0
8.528.341,3
2.923.011,0
Tipe 59 146.041,7
Total Biaya
Tabel 7 Data Biaya Berdasarkan Aktivitas PT. Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
2.430.263,2 872.105,3 872.105,3
486.052,6
1.526.184,2 3.488.421,1 1.308.157,9
8.721.052,6 11.377.707,6
1.744.210,5 1.744.210,5
5.173.297,7 4.955.271,4
218.026,3 2.219.972,3
218.026,3
4.660.526,3
26.421.523,4
3.488.421,1
10.128.569,1
2.656.024,9
Tipe 100
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
17
Adapun data biaya berdasarkan aktivitas terdapat pada tabel 7, sebagai berikut :
- Rangka Plafon - Penutup Plafon
Plafon
- Stop Kontak - Sakering
Instalasi Listrik - Titik Lampu & Saklar
- Saluran Air Kamar Mandi -
Halaman - Septitank dan Resapan
- Pasang Kaca & Tralis
Gantungan - Daun Pintu & Jendela
821.659,2
111.556,4 111.556,4
780.894,8
628.826,8
449.162,0
808.491,6
821.659,2
223.112,8
780.894,8
1.227.120,4
(Sumber Data : PT. Ladangrizki Jaya Sentosa, diolah kembali)
12 Finishing - Cat
11
- Keramik
780.894,8 446.225,6
179.664,8 179.664,8
269.497,2
269.497,2 179.664,8
269.497,2 89.832,4 179.664,8
- Pipa Saluran air - Kloset
- Bak Mandi -
269.497,2
- Titik Kran
Instalasi Air
10 Lantai
9
8
7
6
1.034.360,9
138.741,1 138.741,1
832.446,7
971.187,8 554.964,5
232.840,2 232.840,2
349.260,4
465.680,5 232.840,2
349.260,4 116.420,1 232.840,2
349.260,4
1.034.360,9
277.482,2
832.446,7
1.526.152,3
814.940,8
698.520,7
1.047.781,1
1.273.833,3
168.541,7 168.541,7
1.011.250,0
1.179.791,7 674.166,7
146.041,7 146.041,7
292.083,3
438.125,0 438.125,0
438.125,0 146.041,7 292.083,3
438.125,0
1.273.833,3
337.083,3
1.011.250,0
1.853.958,3
584.166,7
876.250,0
1.314.375,0
1.526,184,2
243.026,3 243.026,3
2.161.710,5
1.944.210,5 972.105,3
218.026,3 218.026,3
436.052,6
436.052,6 654.078,9
654.078,9 436.052,6 436.052,6
654.078,9
1.526,184,2
486.052,6
2.161.710,5
2.916.315,8
872.105,3
1.090.131,6
2.180.263,2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
18
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
19
b. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas Penggolongan berbagai aktivitas yang terdiri dari 4 kategori, yaitu : unit level activities, batch level activities, product level activities, facility level activities. Untuk pembuatan satu unit rumah dapat digolongkan kedalam dua kategori, antara lain : 1) Unit level activites terdiri dari : a) Pekerjaan pondasi b) Pekerjaan dinding c) Pekerjaan atap d) Pekerjaan plafon e) Pekerjaan lantai f) Pekerjaan gantungan g) Pekerjaan Instalasi listrik h) Pekerjaan Instalasi air i) Pekerjaan halaman 2) Batch level activities terdiri dari : a) Persiapan b) Penggalian tanah c) Finishing c. Mengidentifikasi Cost Driver dan Mengelompokkan biaya yang homogen. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari masing-masing aktivitas. Cost driver adalah sebuah faktor penyebab pemicu dari aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Berikut daftar cosr driver dan cost pool, antara lain : Tabel 8 Cost Driver dan Homogeneous Cost Pool PT. Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Kategori Aktivitas Batch Level Activities
Unit Level Activities
Jenis Biaya Persiapan Galian Tanah Finishing Pondasi Dinding Atap Plafon Lantai Gantungan Instalasi Listrik Instalasi Air Halaman
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa, diolah kembali)
Cost Driver Jumlah Hari Jumlah Hari Luas Dinding (m2) Jumlah Hari Luas Dinding (m2) Jumlah Hari Luas Bangunan (m2) Luas Bangunan (m2) Jumlah Hari Jumlah Hari Jumlah Hari Jumlah Hari
Homogeneous Cost Pool A A B C D C E E C C C C
C C C C
Pondasi
Atap
Instalasi Air
Halaman
Instalasi Listrik
Gantungan
Dinding
Plafon
Lantai
3
4
5
7 8
9
10
11
(Sumber Data : Di olah kembali, )
6
B
Finishing
3
E
E
D
C
C
A
Galian Tanah
2
A
Persiapan
Kelompok Biaya Pool
1
No.
18
7.723.272,2
54
228
5.089.913,7
7.905.207,6
2.008.015,2
780.894,8
37
37
2
223.112,8
1.227.120,4
7
5
9
15
16
628.826,8
449.162,0
808.491,6
1.543.002,0
1.437.318,4
228
15
6.210.304,0
821.659,2
3
Cost Driver
1.512.968,2
Rp
Type 37
2.358,599,0
832.446,7
1.526.152,3
9.521.860,6
6.532.217,4
277.482,2
814.940,8
698.520,7
1.047.781,1
1.947.190,8
1.746.301,8
1.034.360,9
9.208.800,0
7.303.169,7
1.905.630,4
Rp
46
46
254
54
2
7
6
9
15
15
254
17
14
3
Cost Driver
Type 46
2.865.208,3
1.011.250,0
1.853.958,3
13.021.239,0
7.695.625,0
337.083,3
584.166,7
876.250,0
1.314.375,0
2.393.125,0
2.190.625,0
1.273.833,3
11.451.352,3
8.528.341,3
59
5.078.026,3
2.161.710,5
2.916.315,8
26.421.523,4
298
59
12.777.500,0
486.052,6
872.105,3
1.090.131,6
2.180.263,2
4.660.526,3
3.488.421,1
1.526.184,2
12.784.594,1
10.128.569,1
2.656.024,9
Rp
100
100
560
57
2
4
5
10
20
16
560
16
13
3
Cost Driver
Type 100
51
2
4
6
9
15
15
298
17
14
3
Cost Driver
Type 59
2.923.011,0
Rp
Total Biaya
Tabel 9 Total Biaya Dalam Masing-Masing Cost Pool
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
20
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
21
d. Menentukan Tarif Kelompok (Pool Rate) Perhitungan tarif kelompok per unit rumah pada tiap tipe rumah, sebagai berikut : Tabel 10 Perhitungan Tarif per Pool Tipe 37
Pool A B C D E
Jumlah Pool 7.723.272,2 821.659,2 5.089.913 7.905.207,6 2.008.015,2
Cost Driver 18 228 54 228 37
Tarif Per Pool 429.070,7 3.603,8 94.257,7 34.672,0 54.270,7
Keterangan : Tarif per pool diperoleh dari jumlah pool / cost driver. (Sumber Data : Diolah kembali)
Tabel 11 Perhitungan Tarif per Pool Tipe 46
Pool A B C D E
Jumlah Pool 9.208.800,0 1.034.360,9 6.532.217,4 9.521.860,6 2.358.599,0
Cost Driver 17 254 54 254 46
Tarif Per Pool 541.694,1 4.072,3 120.967,0 37.487,6 51.273,9
Keterangan : Tarif per pool diperoleh dari jumlah pool / cost driver. (Sumber Data : Diolah kembali)
Tabel 12 Perhitungan Tarif per Pool Tipe 59
Pool A B C D E
Jumlah Pool 11.451.352,3 1.273.833,3 7.695.625,0 13.021.239,0 2.865.208,3
Cost Driver 17 298 51 298 59
Tarif Per Pool 673.609,0 4.274,6 150.894,6 43.695,4 48.562,9
Keterangan : Tarif per pool diperoleh dari jumlah pool / cost driver. (Sumber Data : Diolah kembali)
Tabel 13 Perhitungan Tarif per Pool Tipe 100
Pool A B C D E
Jumlah Pool 12.784.594,1 1.526.184,2 12.777.500,0 26.421.523,4 5.078.026,3
Cost Driver 16 560 57 560 100
Tarif Per Pool 799.037,1 2.725,3 224.166,7 47.181,3 50.780,3
Keterangan : Tarif per pool diperoleh dari jumlah pool / cost driver. (Sumber Data : Diolah kembali)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
22
2. Tahap kedua Tahap kedua dalam metode activity based costing adalah membebankan biaya ke dalam produk dengan mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas dengan cost driver yang dikonsumsi oleh produk. Berikut pembebanan biaya aktivitas (overhead) ke tiap produk, antara lain Tabel 14 Pembebanan Biaya Overhead
Pool A B C D E
Paris 37 7.723.272,2 821.659,2 5.089.913,7 7.905.207,6 2.008.015,2 23.548.068,0
London 46 9.208.800,0 1.034.360,9 6.532.217,4 9.521.860,6 2.358.599,0 28.655.838,0
Roma 59 11.451.352,3 1.273.833,3 7.695.625,0 13.021.239,0 2.865.208,3 36.307.258,0
NewYork 100 12.784.594,1 1.526.184,2 12.777.500,0 26.421.523,4 5.078.026,3 58.587.827,0
(Sumber Data : Diolah kembali)
Total biaya overhead untuk satu unit rumah menggunakan activity base costing, yaitu : Tabel 15 Biaya Overhead Berdasarkan Activity Based Costing PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Biaya Overhead Biaya Overhead IMB PLN 1300 V PDAM PBB Sertifikat Total
Paris 37 23.548.068 8.579.710 2.000.000 1.100.000 266.824 300.000 35.794.686
London 46 28.655.838 10.666.667 2.000.000 1.100.000 311.294 300.000 43.034.367
Roma 59 36.307.258 13.681.159 2.000.000 1.100.000 355.765 300.000 53.743.377
NewYork 100 58.587.827 23.188.406 2.000.000 1.100.000 400.235 300.000 85.576.468
(Sumber Data : PT Ladangrizki Jaya Sentosa)
Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing Dari perhitungan data-data diatas maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode activity based costing adalah sebagai berikut : Tabel 16 Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing PT Ladangrizki Jaya Sentosa Tahun 2012
Biaya Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Total HPP (Sumber Data : Diolah Kembali)
Paris 37 96.084.000 32.856.000 35.794.686 164.734.686
London 46 115.872.000 40.848.000 43.034.367 199.754.367
Roma 59 140.988.000 52.392.000 53.743.377 247.123.377
NewYork 100 203.400.000 88.800.000 85.576.468 377.776.468
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut : (1) Penggunaan metode
activity based costing dalam perhitungan harga pokok produksi untuk satu unit rumah lebih akurat, karena biaya-biaya yang dibebankan secara nyata dari konsumsi proses produksi. (2) Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode activity based costing menghasilkan harga pokok produk yang lebih kecil untuk tipe rumah 37, tipe rumah 46, dan tipe rumah 59 karena dalam pembebanan biaya dapat diserap dengan baik. Dan menghasilkan harga pokok yang lebih besar pada tipe rumah 100 karena dalam pembebanan biaya ke aktivitas, ada aktivitas yang mengkonsumsi biaya yang tinggi sehingga menyebabkan harga pokok produk menjadi tinggi. (3) Dari penggunaan metodeactivity based costing pada PT. Ladangrizki Jaya Sentosa seluruh biaya ditelusuri berdasarkan aktivitas produksi dan terdapat perbedaan antara harga pokok produk yang tetapkan oleh perusahaan dan harga pokok produk setelah activity based costing, yaitu untuk tipe 37 sebesar Rp.164.734.686, untuk tipe 46 sebesar Rp. 199.754.367, untuk tipe 59 sebesar Rp. 247.123.377 lebih rendah dariyang ditetapkan oleh perusahaan dan untuk tipe 100 sebesar Rp. 377.776.468 lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh perusahaan. (4) Dengan perhitungan harga pokok produksi yang lebih rendah maka perusahaan akan dapat menentukan harga jual yang lebih tepat dan lebih bersaing dengan perusahaan yang lainnya. Saran Saran yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan sehubungan dengan metode penentuan biaya, sebagai berikut: (1) Metode activity based costing sebaiknya digunakan sebagai alternatif perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi karena perhitungannya benar-benar berdasarkan konsumsi sumberdaya yang digunakan dalam proses produksinya, (2) sebaiknya manajemen perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakan metode activity based costing untuk pembebanan biaya, karena metode ini melakukan penelusuran biaya yang terbukti lebih akurat untuk digunakan oleh perusahaan, (3) Dengan membebankan biaya overhead sesuai aktivitas, perusahaan dapat menetapkan harga jual yang lebih tepat dan lebih bersaing untuk penjualan satu unit rumah. Namun demikian, perlu diperhatikan juga bahwa penerapan metode activity based costing menuntut konsentrasi yang tinggi dan kerjasama antarpihak akuntansi dan pihak produksi, selain penggunaan waktu yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Blocher, E. J. 2000. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik. Jilid Satu. Jakarta. Salemba Empat. _________ . 2011. Manajemen Biaya Penekanan Startegis. Edisi Lima. Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat. Carter, W. K. 2009. Akuntansi Biaya. Buku Satu. Edisi Empat Belas. Jakarta. Salemba Empat. Dicky, Y. Penerapan Activity Based Costing (ABC) System Dalam Penghitungan Profitabilitas Produk. Jurnal Akuntansi. Vol 3.1: 69-89. Dunia, F. A. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Tiga. Jakarta. Salemba Empat.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 6 (2013)
24
Fransisca, A. 2011. Peranan Activity Based Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual PT Panca Mitra Sandang Indah. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Nomor 04 ke-2. Halim, A. 2012. Akuntansi Manajemen (akuntansi manajerial). Edisi Kedua. Yogyakarta. BPFE. Hansen, D. R. and Mowen. 2000. Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian. Edisi Satu. Jakarta. Salemba Empat _________ . 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Tujuh. Jakarta. Salemba Empat. _________. 2009. Accounting Managerial. Edisi Delapan. Jakarta. Salemba Empat. Mulyadi, 2007. Activity Based Cost System. Edisi Kelima. Yogyakarta. STIM YKPN. _________ . 2010. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta. STIM YKPN. Simbolon M. R. 2008. Sistem Activity Based Costing Sebagai Alternatif Pembebanan Biaya Overhead Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ekonomi dan Bisnis volume 2. Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi Kedua. Yogyakarta. BPFE. Tunggal, A. W. 2009. Akuntansi Manajemen. Jakarta. Harvarindo. Yin, R. K. 2009. Studi Kasus (Desain dan Metode).Edisi Revisi. Jakarta. Rajagrafindo Persada. βββ