PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PARIWISATA DI PULAU LOMBOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Febryanto Rakhmat Hanafi, Udisubakti Ciptomulyono. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email
[email protected] ;
[email protected] Abstrak Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan bagi perekonomian Pulau Lombok yang belum mendapat perhatian yang maksimal dari pemerintah daerah. Dari hasil Rencana Tata Ruang Wilayah Lombok Tahun 2009-2029, pemerintah membagi objek pariwisata tersebut ke dalam 10 zona. Dengan adanya zoning-zoning tersebut, maka akan lebih mudah mengelompokkan objekobjek wisata tersebut untuk nantinya dikembangkan menjadi satu kawasan usaha pariwisata. Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara spasial keadaan Pulau Lombok dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Kemudian menentukan kawasan sektor pariwisata yang potensial dengan metode Location Quetion (LQ). Metode ini dapat menentukan tingkat kepadatan sektor usaha tertentu pada suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama secara agregat. Metode ini juga dapat melihat kemampuan suatu wilayah tertentu apakah dapat dijadikan sektor basis atau tidak. Sedangkan dalam pemilihan alternatif dan pemberian bobot criteria pada masing-masing alternatif daerah yang ingin dibangun terlebih dahulu menggunakan metode Analitic Network Process(ANP). Diharapkan dengan adanya pembobotan berdasarkan penilaian para ahli (expert judgment) akan didapatkan kriteria-kriteria utama yang dapat menentukan alternative daerah wisata mana yang menjadi prioritas terpilih. Dari hasil penelitian didapatkan kute dan hotel sebagai usulan pilihan terbaik untuk zona pariwisata dan investasi unit usaha dengan kriteria- kriteria yang meliputi budaya, citra, harga, keindahan alam, keamanan, pantai, penduduk sadar wisata, relaksasi, daya tarik objek wisata, infrastruktur, keamananperaturan dan kebijakan daerah, perilaku masyarakat, dan resiko. Kata kunci : Pariwisata, Geographic Information System (GIS), Location Quetion (LQ), Analytic Network Process (ANP).
Abstract Tourism sector is one of the leading sectors in the economy of the Lombok Island are yet to received the maximum attention from the local government. However, from the results of Lombok Island's Spatial-Plan in 2009-2029, government's share of tourism objects into 10 zones. With those zones as mentioned above, it will be much easier to see the grouping of tourist attractions in Lombok to be developed later into a cluster of tourism businesses. This study aims to describe the spatial state of Lombok Island by using Geographic Information System (GIS). This is followed by determine the tourism potential sector with the Location Quetion (LQ) method. This method can determine the density of a particular business sector in a region compared to the same sector in the aggregate. This method can also see the ability of a particular area if it can be used as the base sector or not. While in the alternative selection and weighting criteria to each alternative area, we use Analytic Network Process (ANP) method. Hopefully from weighting based on assessment of the expert judgment, we will get the main criteria that can determine which alternative tourism zone and investment units will be the priority. From the research results, we obtained Kute beach and hotels as the best reference for tourism zone and investment units with criteria that include cultural, images, prices, natural beauty, security, coastal, native awareness of tourism, relaxation, tourist attraction, infrastructure, regional policy and rules, community attitudes, and risk. Key words: Tourism, Geographic Information System (GIS), Location Quetion (LQ), Analytic Network Process (ANP).
1
1. Pendahuluan Pulau Lombok yang merupakan bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada “Segitiga Emas Pariwisata Indonesia” yaitu daerah lintas wisata antara Pulau Bali, Komodo, dan Toraja. Ini tentu saja sangat menguntungkan bagi sektor pariwisata Pulau Lombok. Jika dibandingkan dengan Pulau Bali, sektor pariwisata pulau Lombok masih kurang digarap. Padahal sektor pariwisata dapat dikatakan sebagai sektor unggulan dari Pulau Lombok. Bahkan untuk tahun 2010 saja, sampai bulan Nopember, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok mencapai angka 662.717 orang dan sebanyak 91,5 persen dari jumlah tersebut mengatakan akan kembali ke Lombok. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa sektor pariwisata telah berhasil membantu perekonomian daerah Lombok (lomboknews.com/2010) Dari hasil Rencana Tata Ruang Wilayah Lombok Tahun 2009-2029, terlihat bahwa pemerintah daerah Lombok berusaha untuk memajukan sektor pariwisata dengan membentuk atau membagi objek wisata tersebut ke dalam 10 zona. Dari zona-zona tersebut yaitu Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kute dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; nantinya akan dilihat objek wisata mana yang paling potensial untuk dikembangkan. Pada kenyataannya, meskipun pemerintah daerah telah menentapkan 10 zona seperti yang tersebut di atas, unit usaha yang ada di dalamnya bergerak sendiri-sendiri untuk mendapatkan keuntungan masing-masing. Padahal bila unit usaha pariwisata tersebut dapat saling berinteraksi dan saling menunjang maka akan dapat membantu daerah mengatasi isu-isu kritis perekonomian daerah, seperti pengembangan sumber daya manusia dan ketenagakerjaan, perencanaan dan pembangunan infrastruktur, serta pembangunan masyarakat (community development) dan perdesaan. Jadi dapat dikatakan bahwa pariwisata tersebut hanya dikelompokkan berdasarkan zona geografisnya saja tanpa ada unit usaha di dalamnya. Adanya program yang dicanangkan oleh pemerintah Nusa Tenggara Barat yaitu “VISIT LOMBOK SUMBAWA 2012” tentu saja pemerintah daerah setempat harus benar-benar
dapat memajukan sektor pariwisata yang ada di Lombok terutama untuk objek-objek wisata yang selama ini kurang mendapat perhatian. Jika pemerintah dapat melakukan hal tersebut dan semua unit usaha dapat berjalan di dalam satu payung yaitu kemajuan pariwisata Lombok, tentu saja sektor pariwisata Lombok akan dapat lebih dikenal dan diminati yang nantinya dapat menyaingi atau bahkan mengalahkan pariwisata Bali dan program “VISIT LOMBOK SUMBAWA 2012” dapat sukses dilaksanakan dalam artian bahwa kawasan pariwisata telah terbentuk di Lombok yaitu dapat bersatunya unit-unit usaha yang mendukung objek wisata Lombok. Untuk menentukan kawasan sektor usaha dilakukan menggunakan menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dan Location Quotient (LQ) seperti pada penelitian terdahulu. Metode GIS ini dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana pola ruang wilayah pulau Lombok dalam konteks pembangunan pariwisata sehingga tidak terjadi konflik terhadap penataan ruang khususnya dalam sektor pariwisata. Selanjutnya metode Location Quotient (LQ digunakan untuk mengusulkan sektor usaha tertentu sebagai sektor basis di zona tersebut karena sektor usaha tersebut diindikasikan memiliki kegiatan atau aktifitas yang memiliki potensi sumbangsih terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor pariwisata. Namun, banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pengambilan keputusan mengenai alternatif pada pengembangan zona pariwisata dan investasi unit usaha. Pada beberapa zona dan investasi unit usaha terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk alternatif pemilihan zona, terdapat beberapa zona yang memiliki potensi keindahan alam yang sangat mempesona namun tidak didukung dengan adanya keamanan yang cukup, sedangkan untuk beberapa zona yang lain memiliki keindahan alam yang kurang bagus namun keamanannya sangat baik. Pada investasi Unit usaha, terdapat beberapa unit usaha yang memiliki kemudahan dalam melakukan investasi namun memiliki pajak yang tinggi, sedangkan beberapa unit usaha lain yang memiliki kesulitan dalam melakukan investasi namun dikenakan pajak yang rendah. Selain itu banyak variabel non teknis yang membatasi pembangunan zona pariwisata dan investasi unit usaha. Prosedur evaluasi menjadi kompleks berkaitan dengan beberapa objektif tersebut, dan hal ini sering terjadi konflik faktor tangible dan 2
intagible. Oleh karena itu pembangunan zona pariwisata dan investasi unit usaha dapat dipandang sebagai permasalahan Multiple Criteria Decision Making (MCDM). Pemberian bobot kriteria dan pemilihan prioritas pada masing-masing alternatif pembangunan zona pariwisata dan investasi unit usaha akan dipilih menggunakan salah satu metode yang terdapat pada Multiple Criteria Decision Making yaitu metode Analitic Network Process(ANP). Diharapkan dengan adanya pembobotan berdasarkan penilaian para ahli (expert judgment) akan didapatkan kriteriakriteria utama yang dapat menentukan alternatif pembangunan zona pariwisata dan investasi unit usaha mana yang menjadi prioritas terpilih. 2. Metodologi Penelitian Metode penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut: 2.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Pada tahap persiapan terdiri dari tahap identifikasi dan perumusan masalah, tahap penetapan tujuan penelitian, tahap studi pustaka, dan tahap observasi objek penelitian. 2.2 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para ahli dan pihak pengambil keputusan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan provinsi NTB dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Provinsi NTB. Sedangkan data sekunder berupa data-data pendukung alternatif zona pariwisata dan investasi unit usaha diperoleh dari Dinas Pariwisata dan kebudayaan provinsi NTB dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Provinsi NTB. 2.3 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data baik data primer maupun data sekunder dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara lebih detail pengolahan data untuk penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menggambarkan kondisi spasial dengan GIS 2. Penentuan kawasan potensial dengan menggunakan metode LQ 3. Pembobotan criteria dan perangkingan alternative dengan metode ANP
2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan Tahap analisa dan kesimpulan merupakan tahap akhir dari rangkaian tahap dalam penelitian ini. Dalam tahap ini akan dilakukan analisa terhadap hasil-hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Dari hasil analisa inilah kemudian dapat ditarik kesimpulan. Selain itu juga dapat diberikan saran/masukan terhadap perusahaan yang bersangkutan ataupun kepada peneliti selanjutnya. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini dijelaskan mengenai proses dan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data. Data dikumpulkan dari proses wawancara, penyebaran kuisioner, dan studi dokumentasi perusahaan, Dari data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan metodologi penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya. 3.1 Pofil Lombok Pulau Lombok yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Barat, terletak pada posisi 82ᴼ7’82030’ L.Sdan 116010’ – 116030’ B.T , membujur mulai dari kaki Gunung Rinjani di sebelah utara hingga ke pesisir pantai kuta di sebelah selatan, dengan beberapa pulau kecil yang ada di sekitarnya. Berbatasan dengan kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, Lombok Timur di sebelah timur, dan Lombok Barat di sebelah barat dengan kota Mataram sebagai pusat pemerintahannya. Berdasarkan hasil Rancangan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan pemerintah terdapat 10 zona pariwisata yakni daerah Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya 3.1.1 Zona Unggulan Berdasarkan 10 zona tersebut terdapat 5 zona pariwisata yang menjadi unggulan pulau Lombok, yaitu: Senggigi Pantai senggigi terletak di sebelah barat pesisir Pulau Lombok merupakan obyek wisata unggulan Pulau Lombok. Wilayah senggigi ini merupakan zona pariwisata yang terbesar diantara 10 zona yang telah dijabarkan melalui RTRW Nusa Tenggara Barat. Selain itu zona 3
wisata ini merupakan zona yang terdekat dari pusat kota dibandingkan zona wisata yang lain. Dari senggigi ini dapat dilihat berbagai potensi yang ada yaitu batu layar dengan makam keramatnya yang dikunjungi para peziarah. Kawasan Pura Batu Bolong yaitu sebuah pura yang terletak di pinggir pantai layaknya Pura Tanah Lot yang ada di Bali sehingga menarik minat banyak wisatawan. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, namun saat berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pemandangan bawah lautnya sangat indah serta didukung oleh ombak yang tidak terlalu besar, sangat mendukung apabila para wisatawan ingin melakukan snorkling. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang ekonomis. Selain itu saat ini di wilayah senggigi telah dilengkapi fasilitas penunjang bagi para wisatawan yang ingin melakukan olahraga air dengan adanya jet ski, banana boat, kano, dsb. Fasilitas lain seperti tempat karaoke, bar, billiard center juga mendukung kenyaman bagi para wisatawan. Kawasan wisata lain yang termasuk dalam zona ini adalah kawasan wisata Tanjung dan Bayan. Pada obyek wisata Tanjung terdapat potensi utama yaitu keberadaan 3 gili yang menjadi icon wisata unggulan di pulau Lombok yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Ketiga Pulau ini memiliki pemandangan yang sangat indah dengan pantainya yang yang putih bersih dan airnya yang sangat jernih. Kawasan di sekitar tiga Pulau ini dikenal memiliki taman laut yang sangat indah yang menjadi habitat aneka ikan yang indah berwarna-warni. Selain keindahan laut, tiga gili ini juga menawarkan suasana yang masih sangat tenang sehingga sangat cocok bagi para wisatawan yang ingin menenangkan pikiran tanpa ada gangguan. Masyarkatnya dapat dikatakan telah sadar akan pariwisata sehingga sangat menerima keberadaan para wisatawan. Dengan demikian para wisatawan tidak perlu khawatir mendapat gangguan dari para penduduk lokal. Dari sekian pulau yang ada di Lombok Barat, sampai saat ini baru tiga pulau (gili) ini yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Pada obyek wisata yang lain yaitu Bayan, hal utama yang ditawarkan bagi para wisatawan adalah keberadaan makam keramat seperti halnya di batu layar serta budaya yang bisa dibilang unik yaitu para penduduk di Bayan ini melaksanakan ibadah Sholat hanya dalam tiga waktu, bukan lima seperti seharusnya.
Tabel 4.3 Profil Zona Senggigi No Zona Pariwisata
1
Senggigi
Profil Zona Pariwisata Kecamatan Kepadatan Penduduk Luas Kecamatan (km2) Pendidikan (SD) PDRB (000.000) Batu Layar 38.654 34,11 5.224 Tanjung 47.135 115,64 5.289 3.736.648,57 Pemenang 32.157 81,09 4.388 Bayan 46.466 329,1 5.611
Gunung Rinjani Gunung Rinjani yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya paling bagus diantara gunung-gunung yang ada di Indonsia. Setiap tahunnya sekitar bulan Juni-Agustus, gunung ini banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam. Selain puncak gunung, daerah yang sering dikunjungi di gunung Rinjani adalah danau Segara Anakan. Danau Segara Anakan merupakan sebuah danau yang indah yang terletak di dekat Gunung Rinjani yang menjadi tempat favorit pendaki. Di danau ini kita bisa berkemah, memancing ikan carper dan mujair serta dapat berendam air panas yang sangat menyehatkan bagi tubuh. Selain itu, kawasan wisata ini masih sangat alami yang disebabkan oleh kunjungan wisatawan yang hanya terjadi pada bulan Juni-Agustus saja setiap tahunnya. Hutan yang ada di kawasan ini masih sangat alami dan belum terjamah. Hal lain yang ditawarkan pada zona ini adalah keberadaan air terjun yang sangat indah yaitu sindang gile dan aiq kelep. Selain air terjun, pada zona ini juga terdapat kawasan Sembalun dengan potensinya yaitu keberadaan kebun strawberry dan pemandian air panas. Pada daerah Sembalun ini para wisatawan akan merasa berada seperti daerah Puncak, Jawa Barat atau di Bedugul, Bali karena udaranya yang masih sangat segar. Di daerah Sembalun ini juga terdapat berbagai villa yang disediakan bagi wisatawan yang ingin menginap. Tabel 4.4 Profil Zona Gunung Rinjani
Profil Zona Pariwisata Kecamatan Kepadatan Penduduk Luas Kecamatan (km2) Pendidikan (SD) PDRB (000.000) 1 Gunung Rinjani Kayangan 40.203 126,35 4.770 3.736.648,57
No Zona Pariwisata
Suranadi Taman Suranadi terletak di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Taman dengan luas sekitar 52 hektar ini telah ditetapkan sebagai kawasan 4
konservasi. Taman Wisata Suranadi juga memiliki banyak penjual aneka makanan khas daerah setempat, diantaranya sate bulayak, sate dengan lontong yang dibungkus daun aren (bulayak). Ini merupakan makanan-makanan khas di Lombok yang hanya terdapat di Suranadi. Selain itu, di lokasi Taman Suranadi sendiri juga menyuguhkan mata air yang jernih dan sejuk. Lima mata air ini terdapat di tiga pura, yakni Pura Ulon yang terletak di ujung timur laut, Pura Pengentas dan Pura Pembersih yang berada di arah barat daya. Air yang berada di mata air tersebut dianggap sakral dan acap digunakan sebagai syarat dalam menjalankan upacara keagamaan. Selain itu di Suranadi terdapat hutan wisata dengan binatang-binatang yang terawat. Di hutan ini para wisatawan dapat mengendarai gajah keliling hutan dan berinteraksi dengan monyetmonyet. Kawasan wisata lain yang termasuk di zona ini adalah kawasan wisata sesaot yang dimana pada kawasan ini terdapat sungai yang airnya berasal langsung dari Gunung Rinjani. Pada zona ini juga terdapat Taman Narmada yaitu sebuah taman yang pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan pemandian para raja-raja beserta keluarganya. Tabel 4.5 Profil Zona Suranadi
Profil Zona Pariwisata Kecamatan Kepadatan Penduduk Luas Kecamatan (km2) Pendidikan (SD) PDRB (000.000) 1 Suranadi Narmada 89.507 107,62 10.023 3.736.648,57
No Zona Pariwisata
Kute Pantai Kute Lombok adalah sebuah pantai yang memiliki keindahan yang sangat luar biasa. Pantai yang berpasir putih dihiasi dengan birunya air dengan gradasi hijau di karenakan habitat bawah lautnya masih sangat terjaga kelestariannya. Ombak yang cukup besar juga menjadikan tempat ini sebagai salah satu surga bagi para pecinta surfing baik itu para surfer lokal ataupun Non Lokal. Selain keindahan alam yang dapat dinikmati di desa ini, satu kali dalam setahun diadakan upacara adat yaitu upacara Bau Nyale. Dalam upacara ini para pelaut mencari cacing Nyale di laut. Menurut legenda, dahulunya ada seorang putri, bernama Putri Mandalika, yang sangat cantik, banyak pangeran dan pemuda yang ingin menikah dengannya. Karena ia tidak dapat mengambil keputusan, maka ia terjun ke air laut. Ia berjanji sebelumnya bahwa ia akan datang kembali satu kali dalam setahun. Rambutnya yang panjang kemudian menjadi
cacing Nyale tersebut. Selain pantai dan upacara adat, kawasan ini dekat dengan Dusun Sade yang merupakan pusat kerajinan di Pulau Lombok serta ada juga Dusun Nde yang menjadi kampung tradisional sehingga cocok bagi wisatawan yang ingin merasakan hidup dengan nuansa tradisional. Pada zona ini juga sering diadakan kegiatankegiatan budaya seperti perisaian yaitu sebuah kegiatan tradisonal masyarakat Lombok dimana terdapat dua orang yang bertarung menggunakan senjata dan perisai yang terbuat dari rotan. Kegiatan ini telah ada sejak jaman dahulu bahkan untuk tahun ini diadakan sebuah kejuaraan perisaian. Tabel 4.6 Profil Zona Kute
No Zona Pariwisata 1
Kute
Profil Zona Pariwisata Kecamatan Kepadatan Penduduk Luas Kecamatan (km2) Pendidikan (SD) PDRB (000.000) Pujut 93.553 233,55 12.919 2.792.882
3.2 Identifikasi Kriteria Penelitian ini dilakukan di lingkungan Zona pariwisata Lombok sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NTB yaitu Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya, Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya. Setelah dilakukan studi literartur dan brainstorming dengan Dinas Kebudayaan dan pariwisata serta dengan Badan Pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat tentang kriteria-kriteria yang berkaitan dengan pemilihan Prioritas pembangunan pariwisata dalam Zona pariwisata dan Zona pariwisata yang di tentukan dari pendapat para ahli dibidangnya (expert judgement ) dan dari pihak pengambil keputusan di Dinas. Ada dua buah kriteria berbeda yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif yaitu kriteria untuk prioritas zona pariwisata dan kriteria untuk prioritas unit usaha yang perlu dikembangkan. Penentuan kriteria pembangunan Zona pariwisata ini diperoleh berdasarkan penelitian milik I Made Suradnya (2007) yang berjudul “Analisa faktor-faktor daya tarik wisata Bali dan implikasinya terhadap perencanaan pariwisata daerah Bali”. Dalam penelitian tersebut terdapat 8 (delapan) kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pembangunan zona pariwisata yaitu : • Budaya • Citra 5
• • • • • •
Harga Keindahan Alam Keamanan Pantai Penduduk Sadar Pariwisata Relaksasi Penentuan kriteria investasi Unit usaha ini berdasarkan brainstorming para ahli dan Jurnal Vibiz Regional Reaserch (2010) yang berjudul “Analisa Pariwisata Lombok Tengah”, maka terdapat 6 (enam) kriteria yang digunakan dalam penentuan investasi usaha dalam zona pariwisata yaitu : • Daya Tarik Objek Pariwisata • Infrastruktur • Keamanan • Resiko • Prilaku Masyarakat • Peraturan dan Kebijakan daerah
3.3 Kondisi Spasial Pulau Lombok Penggambaran peta menggunakan Software ArcGIS 9.3. Berikut adalah peta dasar Pulau Lombok yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa tenggara Barat. Data yang menjadi inputan adalah data yang menunjang dalam pengembangan pariwisata seperti jalan, batas kabupaten, letak kecamatan, sungai, Zona kawasan ruang, akomodasi penunjang (bandara dan pelabuhan). Skala yang digunakan dalam pembuatan peta adalah 1 : 250.000.
Gambar 3.3.1 Peta Zona Kawasan Pola Ruang Pulau Lombok
Gambar 3.3.2 Legenda Pola Ruang
3.4 Location Quotient (LQ) Location Quotient (LQ) digunakan dalam menentukan apakah suatu lokasi tertentu dapat digunakan sebagai sektor basis di zona tersebut. Maksudnya adalah sektor usaha tersebut diindikasikan memiliki kegiatan atau aktifitas yang memiliki potensi sumbangsih terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor pariwisata. ini dilakukan berdasarkan jumlah daya serap tenaga kerja pada sektor usaha di setiap zona. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat sebanyak 161 kawasan unit usaha yang ada di dalam 10 zona pariwisata yang telah ditetapkan pemerintah. Adapun rumusan LQ adalah sebagai berikut :
Keterangan : LQ : Location Quotient S i = Jumlah Tenaga Kerja subsektor i pada wilayah tertentu di Pulau Lombok X i = Jumlah Tenaga Kerja subsektor i pada seluruh wilayah di Pulau Lombok v ij = Jumlah Tenaga Kerja total kota/kabupaten di Pulau Lombok vt j = Jumlah Tenaga Kerja sektor i kota/kabupaten di Pulau Lombok V i = Jumlah Tenaga Kerja sektor i daerah Pulau Lombok Vt = Jumlah Tenaga Kerja total daerah Pulau Lombok Kumpulan Sektor usaha yang layak menjadi basis memiliki nilai LQ > 1. Berdasarkan rumusan tersebut diperoleh :
6
Tabel 3.4 Kawasan Sektor Usaha Terpilih No
Sektor/i
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pondok Wisata Rumah Makan Biro Perjalanan Hiburan Penunjang Pondok Wisata Biro Perjalanan Guide Hotel Melati Rumah Makan Hotel Melati Hotel Hotel Melati Diving Kerajinan Pondok Wisata
Zona/Wilayah LQ Analisis Suranadi 3,91 Suranadi 1,39 Suranadi 2,07 Senggigi 1,10 Gunung Rinjani 2,68 Gunung Rinjani 1,23 Gunung Rinjani 11,02 Gili Gede 5,81 Gili Gede 1,56 Silong Belanak 17,43 Kute 1,52 Kute 1,97 Kute 2,31 Dusun Sade 3,19 Gili Sulat 36,08
kriteria, dan alternatif. Melalui model ini pula akan terlihat hubungan antar kriteria, antar subkriteria, serta antara sub-kriteria dengan alternatif pada gambar 3.5.1 dan gambar 3.5.2. • Model ANP untuk Zona Pariwisata Penentuan Prioritas Pembangunan Zona Pariwisata Lombok Kriteria Keindahan Alam Keamanan
Level Kriteria Keindahan Alam
Level Kriteria Relaksasi
Kelestarian Ekositem Alam
Suasana Tenang
Keanekaragaman Flora dan Fauna
Udara Segar
Level Kriteria Keamanan
Level Kriteria Pantai
Penjaga Pantai (Pariwisata)
Fasilitas Permainan Pantai
Pantai
Harga
3.5.1 Matrik Pendapat Gabungan Matrik pendapat gabungan merupakan matrik baru yang elemen-elemennya (g ij ) berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapatan individu yang nilai rasio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Berikut pairwise comparison gabungan berdasarkan ratarata geometrik: Keterangan: a i = penilaian responden ke-i a w = penilaian gabungan n = banyaknya responden 3.5.2 Model dan hasil Prioritas
Gunung Rinjani
Kerajinan
Peninggalan Bersejarah
Level Kriteria Penduduk Sadar Pariwisata
Akomodasi
Keramahan Penduduk
Sewa Peralatan Makanan
Senggigi
ALTERNATIF
Dusun sade
Kesenian
Level Kriteria Harga
Silong Belanak
Gili Gede
Level Kriteria Budaya
Menjaga Kualitas Pariwisata
Pasir Putih
Benang Setokel
Penduduk Sadar Pariwisata
Level Kritea Citra
Ombak Tinggi
3.5 Analytical Network Process (ANP) Dalam melakukan pengembangan dalam pembangunan, diperlukan prioritas dalam menerapkan pengembangan kawasan. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Metode Analytical Network Process (ANP). Metode Analytical Network Process (ANP) digunakan untuk mengetahui bobot dari masing-masing alternatif sehingga terpilih sebuah prioritas pembangunan zona pariwisata terbaik dan prioritas Investasi unit usaha dalam Zona Pariwisata. Sebelum dilakukan penentuan bobot kriteria, sub-kriteria, dan alternatif, dilakukan terlebih dahulu identifikasi hubungan antar kriteria, antar subkriteria, dan antara sub-kriteria dan alternatif.
Budaya
Citra
Relaksasi
Kute
Gili Indah
Suranadi
Gili Sulat
Gambar 3.5.2.1 Model Manual ANP Zona Pariwisata
• Hasil Pembobotan Alternatif Zona Pariwisata Berdasarkan hasil pengolahan data dengan super decision , diperoleh hasil prioritas utama pengembangan zona pariwisata adalah zona kute dengan nilai bobot sebesar 0,1625. Sedangkan untuk zona benang stokel menjadi prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0,0310. Berikut urutan bobot prioritas secara lengkap : Tabel 3.5.2.1 Hasil Pembobotan Alternatif Zona Pariwisata pada software super decision Nama Zona Kute Senggigi Gunung Rinjani Gili Sulat Suranadi Dusun Sade Gili Indah Silong Belanak Gili Gede Benang Setokel
Bobot 0,1625 0,1453 0,1367 0,1274 0,0960 0,0827 0,0799 0,0695 0,0691 0,0310
Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Metode ANP dilakukan dengan bantuan softwareSuper Decision, dimana pada prosesnya diawali dengan pembuatan model cluster yang menunjukkan hirarki antara goal, kriteria, sub7
• Model ANP untuk Investasi Unit usaha Pariwisata
Supermatrix Zona Pariwisata dan Investasi Unit Usaha dapat dilihat pada tabel berikut :
Prioritas Investasi Unit Usaha Pariwisata Lombok
Tabel 3.5.3.1 Hasil Pembobotan Kriteria dan SubKriteria Pada Zona Pariwisata
Kriteria Daya Tarik Objek
Resiko Perilaku Masyarakat
Infrastruktur
Level Kriteria Prilaku Masyarakat Masyarakat yang Sadar Akan Pariwisata Tersedianya Sumber Daya Manusia
Keamanan
Peraturan dan Kebijakan Daerah
Level Kriteria Resiko
Level Kriteria Keamanan
Sepi Pengunjung
Lembaga Pariwisata
Ancaman Terorisme
Polisi Pariwisata
Level Kriteria Infrastruktur
Level Kriteria Peraturan dan Kebijakan Daerah
Keunikan Objek Wisata
Akses Jalan
Kemudahan Investasi
Kunjungan Wisatawan
Listrik dan Air
Level Kriteria Daya Tarik Objek
Pajak Daerah
No
Kriteria
Bobot Kriteria
1
Budaya
0,21559
2
Citra
0,5825
3
Harga
0,31106
4
Keindahan Alam
0,10172
5
Keamanan
0,07037
6
Pantai
0,14526
7
Penduduk Sadar Pariwisata
0,03042
8
Relaksasi
0.06733
Alternative
Hotel
Pondok Wisata
Guide
Diving
Rumah Makan
Hotel Melati
Hiburan Penunjang
Biro Perjalanan
Kerajinan
Gambar 3.5.2.2 Model Manual ANP Investasi Unit Usah
• Hasil Pembobotan Alternatif Investasi Unit Usaha Pariwisata Berdasarkan hasil pengolahan data dengan super decision, diperoleh hasil prioritas utama untuk Investasi unit usaha pariwisata adalah hotel dengan nilai bobot sebesar 0,1968. Sedangkan untuk unit usaha kerajinan stokel menjadi prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0,0459. Berikut urutan bobot prioritas secara lengkap : Tabel 3.5.2.2 Hasil Pembobotan Alternatif Investasi Unit Usaha Pariwisata pada software super decision
SubKriteria Kerajinan Kesenian Peninggalan Bersejarah Menjaga Kualitas Pariwisata Akomodasi Harge Sewa Peralatan Makanan Kelestarian Ekosistem Alam Keanekaragaman Flora dan Fauna Penjaga Pantai (Pariwisata) Fasilitas Permainan Pantai Ombak Tinggi Pasir Putih Keramahan penduduk Suasana Tenang Udara Segar (Bebas Polusi)
Bobot SubKriteria 0,61037 0,27725 0,11238 1 0,7395 0,18392 0,07658 0,87497 0,12503 1 0,06427 0,24963 0.68610 1 0.83022 0.16978
Tabel 3.5.3.1 Hasil Pembobotan Kriteria dan SubKriteria Pada Investasi Unit Usaha No
Kriteria
Bobot Kriteria
1
Daya Tarik Objek Pariwisata
0.41534
2
Infrastruktur
0.24351
3
Keamanan
0.11661
4 Peraturan dan Kebijakan daerah
0.10758
5
Prilaku Masyarakat
0.08282
6
Resiko
0.03414
SubKriteria Kunjungan Wisatawan Keunikan Objek Wisata Akses Jalan Listrik dan Air Lembaga Pariwisata Polisi Pariwisata Kemudahan Investasi Pajak Daerah Masyarakat yang sadar akan pariwisata Tersedianya Sumber daya Manusia Sepi Pengunjung Ancaman Terorisme
Bobot SubKriteria 0,2 0,8 0.17918 0.82082 0.84568 0.15432 0.15455 0.84545 0.18281 0.81719 0.13659 0.86341
4. Analisa dan Pembahasan Unit Usaha
Bobot
Priority
Hotel Guide
0,1968 0,1684
Hotel Melati Diving
0,1278 0,1170
1 2 3 4
Biro Perjalanan Rumah Makan
0,1098 0,0931
5 6
Hiburan Penunjang
0,0795 0,0618 0,0459
7
Pondok Wisata Kerajinan
8 9
3.5.3 Supermatrix Supermatriks dihasilkan berdasarkan interaksi dan hubungan yang terdapat antar kriteria, antar sub-kriteria, dan antara sub-kriteria dengan alternatif lokasi. Hubungan dilihat dari adanya ketergantungan antar kriteria, subkriteria, maupun sub-kriteria terhadap Alternatif.
4.1 Analisa Kondisi Spasial Pulau Lombok Dari gambar peta kawasan zona ruang, dapat dilihat zona yang paling dominan adalah yang berwarna coklat muda yakni kawasan perkebunan. Tidak tidak heran bila perkebunan terlihat dominan karena petani merupakan mata pencaharian utama dari penduduk asli Pulau Lombok. Selain itu pertanian (perkebunan) merupakan penyumbang PDRB Pulau Lombok terbesar setiap tahunnya. Selanjutnya warna hijau tua yakni kawasan hutan lindung yang paling dominan kedua setelah perkebunan. Hal ini dikarenakan selain Pulau Lombok memiliki kondisi alam masih dijaga dengan baik dan sangat alami kawasan Pulau Lombok tidak memiliki banyak penduduk sehingga masih sangat banyak daerah yang kosong yang dapat dikembangkan sebagai tempat wisata. Untuk zona pariwisata sendiri hanya diberikan batas lingkaran saja dan tidak diberikan degradasi warna untuk menandai untuk 8
10 zona pariwisatanya, hal tersebut dikarenakan zona pariwisata yang tidak menggunakan seluruh kawasan kabupaten melainkan hanya sebagian kecil wilayah dari tiap kabupaten. 4.2 Analisa Metode Location Quotient (LQ) Proses pemilihan kawasan ini hanya memperhatikan nilai LQ saja. Dalam penentuan alternatif, besar nilai LQ tidak digunakan sebagai pemilihan alternatif karena pemilihan ditentukan berdasarkan penentuan bobot expert judgment pada metode ANP. Dapat dilihat bahwa Pondok wisata dalam zona gili sulat memiliki nilai LQ terbesar dibandingkan sektor usaha yang lain yakni dengan nilai LQ sebesar 36,08. Hal ini disebabkan karena pondok wisata pada zona Gili sulat mendominasi dalam sektor usaha yang ada. Maksudnya mendominasi disini adalah tidak adanya sektor usaha lain di zona Gili Sulat selain pondok wisata, sehingga sektor usaha pondok wisata menjadi satusatunya sektor usaha di daerah tersebut. Selain itu jumlah tenaga kerja pada sektor usaha pondok wisata di gili sulat memiliki jumlah tenaga kerja terbesar diantara sektor usaha pondok wisata di dalam zona yang berbeda. Untuk nilai LQ terkecil dengan nilai sebesar 1,10 dimiliki oleh sektor usaha hiburan penunjang pada zona Senggigi. Zona senggigi pun hanya menyumbangkan 1 sektor usaha yang dapat digunakan sebagai sektor usaha basis dizonanya padahal senggigi merupakan zona unggulan pertama di Lombok. Hal ini mungkin dikarenakan sektor hiburan penunjang hanya terdapat pada zona senggigi saja. Selain itu pembangunan yang sudah merata untuk sektor usaha di senggigi menyebabkan tidak ada lagi sektor usaha yang perlu dikembangkan selain usaha hiburan penunjang. Dari hasil perhitungan tersebut, terdapat 15 kawasan yang dapat digunakan pemerintah sebagai acuan dalam pembangunan sektor usaha yang menjadi basis yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih prioritas terbesar dalam perekonomian sektor pariwisata serta dengan dibangunnya sektor tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing Pulau Lombok dalam sektor pariwisata. 4.3 Analisa Sensitivitas Bobot Pada dasarnya hasil perhitungan sebelumnya menggambarkan suatu keadaan yang ideal. Untuk mengantisipasi perubahan dari perkiraan yang telah dilakukan sebelumnya maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap perkiraan tersebut. Analisa sensitivitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana stabilitas prioritas dari alternatif yang ada. Berikut merupakan hasil analisa sensitivitas dengan menggunakan software super decision untuk zona pariwisata pada tabel 5.5 dan investasi unit usaha pariwisata pada tabel 5.6: Tabel 5.5 Sensitivitas Alternatif Zona Pariwisata Min Bobot Bobot Perubahan 0,00% 76,04% 0,00% 19,47% 0,00% 56,05% 0,00% 34,21%
Max Bobot 100% 100% 100% 100%
Keindahan Alam
0,00%
17,11%
100%
Pantai Penduduk Sadar Wisata Relaksasi
0,00%
Infinity
100%
Perubahan Prioritas Dusun Sade Senggigi Senggigi Senggigi Gunung Rinjani Kuta
0,00%
10,08%
100%
Senggigi
0,00%
24,21%
100%
Gili Sulat
No
Kriteria
1 2 3 4
Budaya Citra Harga Keamanan
5 6 7 8
Untuk bobot kriteria Pantai, interval kenaikannya adalah infinity, yang artinya bobot dapat dinaikkan sampai maksimal bobot yaitu sampai 100% dan juga bobot dapat diturunkan sampai minimal bobot yaitu 0% tanpa terjadi perubahan ranking alternativ. Namun Berbeda halnya untuk kriteria Penduduk Sadar wisata. Bobot kriteria ini hanya dapat dinaikkan sebanyak 10,08% dan dapat diturunkan kembali sampai minimal bobot yakni sebesar 0,00 %. Perubahan yang terjadi yaitu, alternatif Senggigi menjadi prioritas pertama menggantikan posisi alternatif Kute. Dengan kata lain kriteria Penduduk sadar wisata harus diberikan perhatian penuh dalam menentukan prioritas karena kriteria ini sangat sensitif dalam merubah alternatif. Sedangkan untuk prioritas investasi unit usaha pariwisata dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut : Tabel 5.6 Sensitivitas Alternatif Investasi Unit Usaha Pariwisata No 1 2 3 4 5 6
Kriteria Daya Tarik Objek Wisata Infrastruktur Keamanan Peraturan dan Kebijakan Daerah Prilaku M asyarakat Resiko
Min Bobot
Bobot Perubahan
Max Perubahan Bobot Prioritas
0,00%
53,94%
100%
Guide
0,00% 0,00%
Infinity 71,83%
100% 100%
Hotel Guide
0,00%
Infinity
100%
Hotel
0,00% 0,00%
Infinity Infinity
100% 100%
Hotel Hotel
Pasa analisa sensitivitas untuk investasi unit usaha pariwisata didapatkan 4 bobot yang interval kenaikannya adalah infinity, yaitu : Kriteria Infrastruktur, Peraturan dan Kebikanan Daerah, Prilaku Masyarakat, dan Resiko. Hal tersebut berarti bobot dapat dinaikkan sampai maksimal bobot yaitu sampai 100% dan juga 9
bobot dapat diturunkan sampai minimal bobot yaitu 0% tanpa terjadi perubahan ranking alternativ. Namun Berbeda halnya untuk kriteria Daya Tarik Objek Wisata. Bobot kriteria ini hanya dapat dinaikkan sebanyak 53,94 % dan dapat diturunkan kembali sampai minimal bobot yakni sebesar 0,00 %. Perubahan yang terjadi yaitu, alternatif Guide menjadi prioritas pertama menggantikan posisi alternatif Hotel. Jadi kriteria Daya Tarik Objek Wisata harus diberikan perhatian penuh dalam menentukan prioritas karena kriteria ini sangat sensitif dalam merubah alternatif. 4.4 Analisa Rekomendasi Kawasan Berdasarkan hasil bobot prioritas yang diperoleh dari zona pariwisata dan investasi unit usaha, didapatkan urutan prioritas atau ranking untung kawasan yang terpilih dari yang terbaik hingga yang terakhir seperti pada tabel 4.4.1 berikut : Tabel 4.4.1 Prioritas Kawasan Unit Usaha Pariwisata Sektor/i Hotel Guide Hotel Melati Diving Biro Perjalanan Hiburan Penunjang Biro Perjalanan Rumah Makan Hotel Melati Hotel Melati Pondok Wisata Pondok Wisata Rumah Makan Pondok Wisata Kerajinan
Zona/Wilayah Analisis Kute Gunung Rinjani Kute Kute Gunung Rinjani Senggigi Suranadi Suranadi Silong Belanak Gili Gede Gunung Rinjani Gili Sulat Gili Gede Suranadi Dusun Sade
Bobot
Priority
0,03197 0,02301 0,02077 0,01901 0,01500 0,01155 0,01054 0,00894 0,00888 0,00883 0,00845 0,00787 0,00643 0,00593 0,00377
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Urutan prioritas kawasan tersebut diperoleh dari perkalian antara bobot zona pariwisata dengan investasi unit usaha yang yang akan dikembangkan. Dari hasil prioritas dengan menggunakan ANP didapatkan sektor usaha hotel pada zona Kute yang menjadi prioritas utama dengan nilai sebesar 0,032. Hal ini disebabkan oleh jumlah hotel berbintang yang ada di Kute hanya berjumlah 1 hotel. Dengan potensi kute yang begitu banyak, ditambah lagi terdapat bandara internasional Lombok yang letaknya sangat dekat dengan Kute, kebutuhan hotel dirasa menjadi prioritas unggulan untuk dikembangkan kedepannya. Bila terjadi kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel, maka hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan
Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotelhotel untuk upah dan gaji karyawan, perubahan penjualan, meningkatkan lapangan kerja dan penghasilan dalam industri linen (sprei, selimut, bed-cover, handuk, taplak dsb), pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) dampak pariwisata yang akan dikembangkan di Kute. Apalagi ditambah sarana infrastruktur Kute yang sedang dibangun oleh pemerintah tidak salah pengembangan pada zona Kute menjadi prioritas untuk selanjutnya. Untuk prioritas kedua adalah guide pada zona Gunung Rinjani dengan nilai bobot sebesar 0,023. Kondisi Gunung Rinjani yang sangat liar dengan banyak pepohonan lebat, jalan setapak yang sering tertutup oleh tumbuhan, kondisi alam yang dapat sangat cepat berubah dan jarak antara puncak gunung dengan kaki bukit yang ditempuh dengan waktu berjalan kaki selama 4 hari 3 malam membuat unit usaha guide pantas menjadi unit usaha yang perlu dikembangkan lagi karena sangat membantu wisatawan pada saat pendakian. Dengan adanya guide para pendaki tidak perlu capek membawa peralatan mereka berkemah karena sudah guide yang membawa seluruh perlengkapan berkemah mulai dari peralatan memasak, tenda, kantong tidur, dan perlengkapan berkemah lainnya. Dampak yang mungkin bila jumlah wisatawan terus meningkat adalah membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai guide, pegawai bagian kebersihan, kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan, skill dari masyarakat sekitar yang bisa dipergunakan oleh pihak pariwisata, atau dengan berjualan, seperti : makanan, minuman atau voucher hp di sekitar tempat pariwisata sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan dipantau dengan baik tidak akan menghasilkan dampak positif bagi sektor ekonominya, tetapi apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan menimbulkan kerugian baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun pihak 10
komunitas lokal daerah setempat. Dengan demikian kualitas dan pola hidup komunitas setempat menjadi semakin baik dan juga pasti terjadi peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik, dengan kata lain penduduk setempat akan merasa memiliki dan menjaga kelestarian alam yang dimiliki. Sedangkan yang memperoleh prioritas terakhir adalah kerajinan pada zona Dusun Sade dengan bobot sebesar 0,004. Hal ini terjadi karena unit usaha kerajinan pada Dusun Sade hanya merupakan sektor pendukung kemajuan pariwisata. Tanpa mengunjungi Dusun Sade sekalipun kita dapat melihat hasil kerajinan di toko kerajina yang terletak pada pusat kota dan zona pariwisata lain seperti Senggigi dan Kute. Dari urutan yang didapatkan menunjukkan bahwa narasumber memberikan nilai tertinggi untuk sektor usaha hotel pada zona Kute dan guide pada zona Gunung rinjani sudah sangat tepat. Karena kedua tempat tersebut memang memiliki banyak potensi namum pemerintah masih belum melakukan pengembangan pariwisata di zona tersebut. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil GIS zona ruang yang diperoleh, perkebunan, hutan lindung, dan cagar alam sebagai zona yang dominan pada Pulau Lombok. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Pulau Lombok yang masih begitu alami sangat cocok untuk dikembangkan untuk sektor agrowisata dan pariwisata. 2. Berdasarkan LQ, dari 161 kawasan untuk investasi unit usaha pariwisata diperoleh 15 kawasan yang menjadi alternatif. Alternatif yang memiliki nilai LQ tertinggi adalah pondok wisata pada zona Gili sulat yakni sebesar 36,08 pada zona. Sedangkan untuk nilai LQ terkecil sebesar 1,10 adalah hiburan penunjang pada zona Senggigi. 3. Hasil dari perhitungan ANP pada zona pariwisata didapatkan Kute memiliki nilai bobot yang paling besar,dimana nilai ini menunjukan zona Kute merupakan prioritas pembangunan zona pariwisata yang utama dengan besar bobot 0,1652. Sedangkan untuk hasil perhitungan ANP untuk investasi unit usaha pariwisata didapatkan hotel memiliki nilai bobot terbesar dengan
nilai 0,1968, dimana nilai ini menunjukkan bahwa untuk investasi unit usaha hotel merupakan prioritas untuk dikembangkan. Adapun saran yang dapat diajukan dari penelitian ini, antara lain: 1. Melakukan penelitian dengan topik serupa namun menggunakan pendekatan metode MCDM yang lain sehingga dapat dibandingkan hasilnya. 2. Penyelesaian pemilihan zona pariwisata dan investasi unit usaha pariwisata ini masih perlu dikembangkan untuk melihat permasalahan secara utuh. 3. Interaksi antara kawasan zona pariwisata seharusnya dapat dibuat kompleks sehingga fungsi kawasan pariwisata dapat lebih terlihat. 6. Daftar Pustaka BAPPEDA, (2009) ; Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 – 2029 Badan Pusat Statistik NTB (2009), Nusa Tenggara Barat Dalam Angka Ciptomulyono, U. 2000. Pengembangan Model Optimasi Keputusan Multi Kriteria MCDM (Multi Kriteria Decision Making) untuk Evaluasi dan Pemilihan Proyek. Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. Hendayana R. (2003). Aplikasi Metode Location Quetient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian. Hal : 658-675 I Gusti Ngurah Bagus, Hubungan Pariwisata dengan Budaya di Indonesia, Prospek, dan Masalahnya dalam Kumpulan Makalah Kongres Kebudayaan 1991 (Depdikbud 1992/1993), hlm. 123. Jordanian National Competitiveness Team / Ministry of Planning , Hashemite Kingdom of Jordan: The Tourism Cluster Kohar M Abdul, Suherman Agus, (2004) Analisis Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Perikalvan Tangkap Kabupaten Cilacap. Semarang: Universitas Diponegoro, Jurnal Ilmiah, hlm. 372 Mandia, Nyoman. (2008), Pembangunan Pariwisata Budaya (Study Kasus : 11
Pariwisata Bali) Laporan Tugas Akhir Program Studi Pariwisata, Universitas Udaya Porter, M. E (2001). Cluster of innovation initiate : Regional Foundation of US Competiveness ; Washinton, DC : Councul of Competivness Pitana, I Gede. (2002). “Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali dalam Pembangunan Pariwisata. Pada Seminar Nasional Pariwisata Bali the last or the lost Paradise”. Pembangunan Pariwisata yang berkelanjutan. Denpasar. Universitas Udayana. Rai Utama, I Gusti Bagus.(2009), Konsep Pariwisata Kajian Sosoilogi dan Ekonomi. Laporan Tugas Akhir Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana. Ratri, Agustina (2002), Arahan Pengembangan Kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso Sebagai Obyek Wisata Alam Berdasarkan Potensi dan PrioritasPengembangannya; Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Saaty, Thomas L , (1996). Decision Making with Feedback ; The Analytic Network Process Salah Wahab, Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1976), hlm. 5. Spillane, James.(1985). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya.Yogyakarta: Kanisius. Syamsu, Yoharman. (2001). “Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jakarta: LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001. Taufan, Naniek (2009), Langkah Pariwisata NTB : Menerobos Pasar Dunia Vibiz Regional Research Center . (2010), Analisa Pariwisata Lombok Tengah Weber, A, (1990). Theory of Location of Industries Chicago; The University of Chicago Process
12