PENENTUAN NILAI RISIKO ( VALUE at RISK ) PORTOFOLIO OPTIMUM SAHAM LQ45 DENGAN PENDEKATAN EWMA
Oleh : SAFITRI SETYO UTAMI SUKIYANTO NIM : 107081003514
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011
PENENTUAN NILAI RISIKO ( VALUE at RISK ) PORTOFOLIO OPTIMUM SAHAM LQ45 DENGAN PENDEKATAN EWMA
Oleh : SAFITRI SETYO UTAMI SUKIYANTO NIM : 107081003514
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama
: Safitri Setyo Utami Sukiyanto
Tempat / Tanggal Lahir
: Jakarta, 31 Maret 1990
Tinggi/Berat
: 170 cm / 52 Kg
Agama
: Islam
Alamat
: Reni Jaya Jl. Abimanyu Blok X 2 No. 6 Pamulang
Telp / Hp
: 0856 953 82 562
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2007-2011
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007
: SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
2001-2004
: SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
1995-2001
: SDN Pamulang 3
PENDIDIKAN NON FORMAL 1.
Peserta Seminar “Demokrasi Versus Kesejahteraan Rakyat” dalam Rangka Evaluasi 10 Tahun Reformasi
2.
Peserta Simposium “Trend Bisnis 2008”
3.
Peserta Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” (2010)
i
ABSTRACT The research is about determining the risk value by measuring the maximum detriment that experienced by a day, 5 days,and 20 days forward. The EWMA Models used because of the data return from stock market tendt to be heterocedastic. The research objectivity included nine stocks that consistant for four years and recorded on LQ45 and picked to be optimum portfolio stocks by Efficient Frontier methods. The results of this research show that the optimum portfolio acquired consists of ASII 16.98% , BBCA 21.88%, BBRI 4.35%, BDMN 11.32%, BMRI 3.49%, INCO 2.6%, INDF 16.51%, PGAS 16.24%, SMCB 6.63%. where portfolio can provide daily expectation results for the risk level of 0.1418% with 1.85%.. By two exposure values (Vo) which is different Rp 100 million and the price of each share at the end of the period is known that the greater the exposure value, the greater value of VaR. In this study also indicated that the risk of each stock can be reduced by diversifying the stock to form a single portfolio. Keywords : Value at Risk, Efficient Frontier, EWMA, Portfolio
ii
ABSTRAK Penelitian ini mengenai penentuan nilai risiko ( Value at Risk ) dengan mengukur potensi kerugian maksimal yang akan dialami dalam satu hari, lima hari, dan 20 hari ke depan. Model EWMA digunakan karena data return dari indeks bursa saham cenderung bersifat heterokedastis. Obyek penelitian meliputi 9 saham yang konsisten selama empat tahun dan tercatat dalam LQ45 dan sudah terpilih menjadi saham-saham yang masuk dalam portofolio optimum melalui metode Efficient Frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimum yang diperoleh terdiri dari ASII 16.98% , BBCA 21.88%, BBRI 4.35%, BDMN 11.32%, BMRI 3.49%, INCO 2.6%, INDF 16.51%, PGAS 16.24%, SMCB 6.63%. Dimana portofolio tersebut dapat memberikan ekspektasi hasil harian sebesar 0.1418% dengan tingkat risiko 1.85%. Dengan dua nilai exposure (Vo) yang berbeda yaitu Rp 100 Juta dan harga dari masing-masing saham di akhir periode diketahui bahwa semakin besar nilai exposure, semakin besar juga nilai VaR Dalam penelitian ini juga ditunjukkan bahwa nilai risiko dari masing-masing saham dapat diperkecil dengan melakukan diversifikasi saham dengan membentuk satu portofolio. Kata Kunci : Value at Risk, Efficient Frontier, EWMA, Portofolio
iii
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb Jadi nikmat-Mu manakah yang mampu hamba dustakan? Segala puji, syukur dan sujud kepada Allah SWT, Sang Maha Baik, Sang Maha berkuasa atas segala sesuatu, Sang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga ; terimakasih atas semua kesempatan untuk melihat segalanya lebih dekat baik itu nikmat atau cobaan yang pada akhirnya mampu membuat penulis mengerti dan bersyukur atas hikmahNya ; terimakasih karena tanpa kemurahanNya penulis tidak mungkin sampai di tahap yang membahagiakan ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini Banyak kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga tersayang, Mama Wasini dan Bapak Yagus Sukiyanto yang selalu memberi inspirasi atas segalanya serta memberikan dukungan moril dan materiil. Kalau ada balasan untuk setiap perbuatan baik yang mampu penulis lakukan saat ini, semuanya untuk Mama dan Bapak dulu :) 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni. Selaku Pudek Bidang Akademik dan selaku dosen pembimbing I, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk iv
mengarahkan, membimbing serta memotivasi, sehingga penulis dapat menyeleseaikan skripsi ini. 4. Bapak Herni Ali, HT. Selaku dosen pembimbing II, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing serta memotivasi, sehingga penulis dapat menyeleseaikan skripsi ini. 5. Bapak Suhendra, S.Ag., MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Lies Suzanawaty, SE., M.Si., Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang sudah diberikan. Serta seluruh staff akademik, jurusan, kasubag keuangan dan perpustakaan. 7. My one and only sister Dwi Ngesti Palupi atas segala perhatian dan “pengertiannya” yang amat berharga. Gomaweo eonni :) 8. Teman, sahabat, keluarga super tersayang, PegallinuBigFam’s (Asmasarih, Putri, Cwimy, Asrini, Rani, Mashita, Dhelia, Monalisa). Kalian para bidadari pemberi semangat, nasihat, motivasi, perhatian, kegalauan, keceriaan, oasis di tengah panas dan penatnya rutinitas penulis, sukses buat kita semua ya. I’m so lucky to have you all *kecupss 9. Sahabat super tersayang, Tuty,Vita, Nadya. Terima kasih untuk persahabatan, perhatian, semangat yang luar biasa untuk penulis yang tidak pernah ada habisnya. Semoga kita sukses selalu, semoga mimpi toko kue kita jadi nyata. Aamiin :) 10. Keluarga besar Manajemen D angkatan 2007. Teman bermain, belajar, bertukar cerita. Addin (pemimpin kelas paling super), Agus (Terima kasih sudah sangat mempercayai penulis untuk ceritanya), Robby, Abi, Ivan (pahlawan dadakan pamulang ketika penulis ada ditengah kemacetan menuju v
kampus), Dedy (Sang Mister Translator), Yana, Dewi, Diah, Deta, Tya, Susan, Rima, Lia,Isti, Lingga, Rio, Yandi, Ichank, Haikal, Latief, Kamil, Wahyudi, Dery, Andri, Qodar, Fityan (Terima kasih untuk segalanya yaa). Terima kasih untuk segala kebersamaan yang sudah kita lewati selama ini. Kebersamaan kita gak akan pernah terhapus oleh waktu. I’m so proud to be part of you all :) 11. Teman-teman Manajemen Keuangan A angkatan 2007. (Miftah, Dito, Toni, Yoga, Irsyam, Rudi, Gita Sahara, Nisa, Yuli, Dian, Ijah, Isna, Cupit, Icha,Emil, Yuni, Viky, Gustin, Niar, Fifah, Suci). Terima kasih atas kebersamaan, dukungannya. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga kawan. :) 12. Teman-teman seperjuangan yang memberikan info, semangat, doa, perhatian, dan support yang luar biasa hebat : Umi, Sartika, Novi, Sela, Ayu, Dito, Zadi, Khaikal, Bimo Ali Guntoro ; Annisa Fitria, Isti (Kompre yang hebat ya, semangat untuk skripsi kalian) ; Rizki Maulana (sesama bocah nekat, sok tau, penuh percaya diri mendekati Markowitz) 13. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Senang bisa menjadi bagian dari kalian. 14. Teman dan sahabat tersayang lainnya Nur Rahmi (ceritamu selalu bersemangat dan berenergi mi, terima kasih), Bayu Diah Ayunda (Terima kasih ya neng cerita, semangat, dan doanya. Ayo skripsimu dirampungkan) , Dede Syarifah (Terima kasih dukungan, do’a, dan pengertiannya ketika penulis absen menemani anak-anak TPA,semangat skripsi peh). Kak Amalia (Terima kasih untuk bantuannya, bimbingan, dan sidang dadakannya yah kaaa. Mudah-mudahan di lain waktu kita bisa ketemu ya ) 15. Mas Afif Nugroho. Terima kasih atas dukungan, semangat, do’a, nasihat, baik ketika kemarin masih di jalan yang sama maupun sampai sekarang :) vi
16. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materiil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 17. Impian, harapan, keinginan, dan cita-cita yang akan selalu ada untuk sebuah makhluk bernama manusia – Donny DhirgantoroAkhir kata, tentunya segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan balasan melebihi balasan daripada Allah swt. yang selalu memberikan kita jalan yang terbaik. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza. Semoga skripsi ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja dengan berbagai cara. Aamiin Wassalammualaikum Wr.Wb
Ciputat, September 2011
Safitri Setyo Utami Sukiyanto
vii
DAFTAR ISI
COVER COVER dalam LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Perumusan Masalah.
7
C. Tujuan Penelitian
8
D. Manfaat Penelitian
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi
10
1.
Proses Investasi
11
2.
Investasi Saham
13
3.
Benchmark
16
4.
LQ45
18
B. Manajemen Risiko
19
C. Risiko Dalam Investasi
20
1.
Diversifikasi Risiko
22
2.
Risiko Sistematik dan Risiko Tidak Sistematik
23
viii
D. Mengukur Risiko Harga Saham.
24
1.
Tingkat Imbal Hasil Harga Saham.
24
2.
Distribusi Normal
24
3.
Confidence Level
25
4.
Homokedastis dan Heteroskedastis
26
5.
Standar Deviasi
27
6.
Exponentially Weighted Moving Average
28
E. Teori Portofolio Efisien dan Portofolio Optimum
29
1.
Return Portofolio
31
2.
Risiko Portofolio
32
3.
Teori Pembentukan Portofolio Optimum
33
F. Value at Risk (VaR) 1.
36
Penghitungan Value at Risk
37
G. Time Horizon
39
H. Penelitian Terdahulu
39
I.
Kerangka Berpikir
41
J.
Hipotesis
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
45
B. Metode Penentuan Sampel
46
C. Metode Pengumpulan Data
47
D. Metode Analisis
48
1.
Pengumpulan Data
48
2.
Menghitung Return Saham.
48
3.
Menentukan Standar Deviasi Aset
48
4.
Menentukan Koefisien Korelasi dan Kovarians
49
5.
Menentukan Komposisi Optimum Portofolio Terpilih 50
6.
Menghitung Reward to Variability Ratio
50
7.
Pengujian Data Imbal Hasil
51
8. Menghitung VaR Single Instrument
52
9. Menghitung VaR Portofolio
52
ix
E.
Operasional Variabel Penelitian
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian
54
1.
Pemilihan Sampel Saham
54
2.
Saham LQ45 Periode 2007-2010
54
3.
Sampel Saham Terpilih
57
B. Analisis dan Pembahasan 1.
58
Pembentukan Portofolio Optimum Untuk Menentukan Posisi Exposure
58
2.
Analisa Hasil Tes Statistik
61
3.
Penyesuaian Confidence Interval Parameter (α) Pada Bentuk Skewness Dengan Formula Cornish Fosher Expansion
4.
BAB V
70
Uji Volatilitas Heterokedastisitas Dengan White Heterocedasticity (Cross Tersm)
72
5.
Perhitungan Volatilitas Data Return
73
6.
Value at Risk
74
KESIMPULAN A. Kesimpulan
86
B. Saran
93
DAFTAR PUSTAKA
94
LAMPIRAN
96
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Saham yang Masuk Kategori LQ45
4.2
Saham-saham yang Masuk Sebagai Kandidat
55
Portofolio LQ45
57
4.3
Komposisi Saham Portofolio Optimum
60
4.4
Hasil Uji Stasioner Data Saham
62
4.5
Data Deskriptif Saham
63
4.6
Hasil Uji Normalitas
69
4.7
Nilai Z-Koreksi Dari Skewness
71
4.8
Hasil Uji Heterokedastisitas
73
4.9
Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA
74
4.10
Value at Risk Single Instrument (Nilai Exposure : 100Juta)
4.11
75
Value at Risk Single Instrument (Nilai Exposure : Harga Penutupan Saham Tanggal 23 Desember 2010)
77
4.12
Hasil Uji Stasioneritas Portofolio
79
4.13
Hasil Uji Normalitas Portofolio
80
4.14
Nilai Z-Koreksi Portofolio
80
4.15
Hasil Uji Heterokedastisitas Portofolio
81
4.16
Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA
81
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berfikir
42
4.1
Kurva Efficient Frontier
59
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1
Keterangan
Halaman
Rata-Rata Saham dan Standar Deviasi Kandidat Portofolio dari Indeks LQ 45 Periode Januari 2007 – Desember 2010
2
97
Daftar Saham yang Lolos Menjadi Kandidat Anggota Portoflio dari Indeks LQ45 Periode Januari 2007 – Desember 2010
3
Koefisien Korelasi Untuk Setiap Saham Periode 2007-2010
4
98
Bordered Covariance Matrix For Equally Weighted Portofolio
5
97
99
Bordered Covariance Matrix For Target Return Portofolio
100
6
Portofolio Efficient Frontier
101
7
Kurva Efficient Frontier Portofolio dari LQ 45
102
8
Alokasi Investasi Portofolio dari LQ 45 Periode Januari 2007 – Desember 2010
9
Hasil Tes Stasioner Data Return Saham dan Portofolio
10
103
Hasil Uji Normalitas Data Return Saham dan Portofolio
11
12
102
110
Hasil Uji Heterokedastisitas Data Return Saham dan Portofolio
112
Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA
118
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Investor secara umum memiliki dua pilihan aset untuk investasi, yaitu aset riil (real assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset riil (real assets) termasuk aset yang memiliki kapasitas produktif seperti tanah, bangunan, pengetahuan dan mesin yang digunakan untuk memproduksi barang serta para pekerja yang keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Sedangkan aset keuangan (financial assets) seperti saham atau obligasi. Aset keuangan (financial assets) memiliki kontribusi secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif suatu perekonomian, karena aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen dalam suatu perusahaan dan memfasilitasi pemindahan dana untuk perusahaan dengan peluang investasi yang menarik (Bodie et al., 2006 : 4) Pembelian untuk investasi dalam aset riil dapat dilakukan secara langsung lewat pabrik atau produsen yang menghasilkan aset tersebut, maupun lewat toko atau orang pribadi yang menjual aset tersebut. Sedangkan pembelian untuk investasi dalam aset keuangan dapat dilakukan di pasar keuangan yang relatif bersifat jangka pendek seperti Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun di pasar modal, dengan tujuan investasi jangka panjang.
1
Khusus untuk investasi dalam saham di Indonesia, investor dapat melakukannya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam melakukan investasi saham, investor secara umum dapat melakukan strategi aktif atau strategi pasif. Dalam strategi aktif pada dasarnya meliputi tindakan investor secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif lainnya untuk menghasilkan return abnormal. Di sisi lainnya, strategi pasif biasanya meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Artinya, investor tidak secara aktif mencari informasi ataupun melakukan jual beli saham yang bisa menghasilkan return abnormal (Eduardus Tandellin, 2010 : 329). Namun, untuk memperoleh suatu return, investor harus mau menanggung risiko tertentu (risk-return trade-off) dan setiap investor harus mampu menghadapi dan atau melakukan perlindungan atas aset investasi sesuai dengan kemampuannya menghadapi sebuah risiko tersebut. (Agung D. Buchdadi, 2008 : 182). Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian tentang hasil (earning) yang akan diperoleh dimasa datang sebagai akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar. Akibat ketidakpastian ini, maka para pengambil keputusan sering bertanya tentang besarnya risiko (kerugian) yang akan ditanggung jika kondisi pasar berubah menjadi jelek. Risiko harga saham merupakan risiko pasar , disebabkan perubahannya sangat dipengaruhi oleh iklim investasi global. 2
Risiko yang dihadapi institusi keuangan secara umum dapat dibagi tiga menjadi risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional, dimana investasi di bursa saham digolongkan sebagai investasi yang memiliki risiko pasar. Pembagian risiko secara umum menjadi tiga kelompok bukan dimaksudkan untuk meniadakan faktor risiko yang lain, hal ini lebih dikarenakan kesulitan dalam mengkuantifikasi suatu risiko. Risiko yang tidak dapat dikuantifikasi akan lebih sulit dalam pengelolaannya. Sementara ini, model pengukuran risiko yang sudah berkembang secara garis besar masih sebatas ketiga risiko tadi, dimana risiko-risiko lain di luar ketiganya, asalkan dapat dikuantifikasi, dapat dimasukkan ke dalam risiko operasional. Dalam Amalia (2008) Risiko ini dicerminkan oleh volatilitas dari return yang diukur dengan standard deviation (σ) sehingga di samping return, maka model atau cara untuk mengukur volatilitas juga perlu mendapat perhatian khusus karena risiko ini juga harus dikelola (manajemen risiko). Volatilitas portofolio saham dapat memiliki karakteristik homoskedastis atau heteroskedastis. Volatilitas yang homoskedastis dapat dihitung dengan menggunakan deviasi standar, sedangkan untuk volatilitas yang memiliki karakteristik heteroskedastis dapat diukur dengan EWMA (Exponentially Weighted Moving Average). Investor dapat mengurangi risiko dengan cara melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi akan memberikan manfaat optimum apabila return antar investasi dalam satu portofolio berkorelasi negatif. Harry M. Markowitz telah membuktikan bahwa risiko berinvestasi dapat dikurangi 3
dengan menggabungkan beberapa aset ke dalam sebuah portofolio. Metode markowitz menunjukkan bahwa apabila aset-aset keuangan dalam suatu portofolio memiliki korelasi return yang lebih kecil dari positif 1, risiko portofolio secara keseluruhan dapat diturunkan. Risiko minimum akan dicapai apabila korelasi return investasi adalah negatif sempurna. (R.Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 37). Institusi-institusi financial dan juga para investor selalu ingin berusaha agar risiko bisa selalu dikuantifikasikan. Pengukuran-pengukuran tradisional yang digunakan dalam mengkuantifikasikan risiko banyak kaitannya dengan pengukuran
sensitivitas.
Pengukuran
risiko
dengan
sensitivitas
memperhatikan perubahan pada salah satu faktor risiko dan dampaknya terhadap profit and loss suatu portofolio. Pengukuran-pengukuran tradisional hanya memberikan hasil dalam bentuk jumlah kerugian yang mungkin dialami. Pengukuran-pengukuran tersebut tidak memberikan gambaran mengenai potensi atau probabilitas terjadinya kerugian-kerugian tersebut. Selain itu, pengukuran-pengukuran tradisional tersebut digunakan pada asetaset secara individual sehingga setiap aset memiliki metode pengukuran risiko secara tersendiri. (R. Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38). Masalah timbul ketika masing-masing aset tersebut digabungkan dalam suatu kelompok produk ataupun sebuah portofolio. Seperti yang diketahui, perlu adanya diversifikasi dalam suatu kelompok produk atau portofolio agar risiko berkurang. Pengukuran risiko menjadi sulit oleh karena banyaknya metode yang digunakan untuk mengukur risiko berbagai macam aset tersebut 4
yang digabungkan dalam suatu kelompok produk ataupun portofolio. (R. Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38). Dalam hal ini, setelah mengetahui volatilitas maka investor dapat memperkirakan dengan tingkat keyakinan (level of confidence) dan dalam jangka waktu tertentu berapa potensi risiko penurunan nilai return (value at risk). Fardiansyah menyatakan pengukuran risiko dengan metode Value at Risk (VaR) saat ini sangat populer digunakan secara luas oleh industri keuangan di seluruh dunia. Sejalan dengan itu, peraturan pemerintah, dalam hal ini peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan pengelolaan risiko bagi perbankan pada tahun 2008 dan surat edaran No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 tentang penerapan metode VaR, menyebabkan pengembangan konsep VaR pada institusi perbankan berkembang pesat. (Agung D. Buchdadi, 2008 : 182-183). Salah satu kelebihan VaR adalah bahwa metode pengukuran ini dapat diaplikasikan ke seluruh produk-produk financial yang diperdagangkan. Angka yang didapatkan merupakan hasil perhitungan secara agregat atau menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagai suatu kesatuan. VaR juga memberikan estimasi kemungkinan atau probabilitas mengenai timbulnya kerugian yang jumlahnya lebih besar daripada angka kerugian yang telah ditentukan. VaR juga memperhatikan perubahan harga aset-aset yang ada dan pengaruhnya terhadap aset-aset yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap berkurangnya risiko yang diakibatkan
5
oleh diversifikasi kelompok produk atau portofolio. ( R.Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38). Variabel standar deviasi dalam penghitungan VaR, seperti yang disajikan Agung D. Buchdadi (2007) dalam Jorion (2001) diasumsikan distribusi normal. Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan asumsi distribusi normal dan unconditional variance kurang tepat apabila diterapkan pada pergerakan pasar keuangan. Situngkir dan Surya (2006) mengemukakan penghitungan VaR pada pasar saham lebih tepat bila memperhatikan skewness dan kelebihan kurtosis. Pohan (2004) menemukan distribusi tidak normal dan heteroscedasticity pada reksadana saham selama tahun 2001-2002, dan Karahap (2005) menemukan hal yang sama pada portofolio mata uang asing. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk menghadapi fenomena conditional variance adalah metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) yang dikembangkan J.P. Morgan. Penelitian ini akan menghitung VaR dengan pendekatan EWMA pada portofolio saham di Indonesia dengan tujuan memberikan gambaran mengenai profil risiko pasar bagi investor pasar modal di Indonesia. Secara khusus penelitian ini akan memilih objek portofolio saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45. Penelitian ini memerlukan exposure sebagai nilai posisi asset yang akan dihitung nilai risikonya (VaR), dan digunakan dua nilai exposure yaitu nilai berdasarkan asumsi sebesar Rp 100.000.000 dan nilai dari harga penutupan saham di akhir periode penelitian. Selain itu penelitian ini memilih batasan 6
waktu pengamatan pada tahun 2007-2010 karena pergerakan pasar modal selama tahun ini menarik untuk diminati mengingat selama tahun tersebut krisis keuangan global masih berlangsung dan mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah
distribusi empiris return saham mengikuti pola distribusi
normal? 2.
Apakah distribusi empiris return saham memiliki karakteristik volatilitas yang homoskedastis atau heteroskedastis?
3.
Berapakah potensi kerugian setiap saham dan portofolio saham LQ45 dengan menggunakan Value at Risk pendekatan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA dengan) exposure berdasarkan asumsi sebesar Rp 100.000.000 ?
4.
Berapakah potensi kerugian setiap saham dan portofolio saham LQ45 dengan menggunakan Value at Risk pendekatan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) dengan exposure berdasarkan harga penutupan saham akhir periode penelitian?
7
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan nilai risiko (Value at Risk) portofolio optimum saham LQ45 dengan pendekatan EWMA (Exponentially Weighted Moving Average). Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada bagian perumusan masalah , antara lain : 1.
Return saham mengikuti pola distribusi normal atau tidak
2.
Return saham memiliki karakteristik volatilitas homoskedastis atau heterokedastis
3.
Untuk menilai potensi kerugian maksimal dari setiap saham dan portofolio LQ45 dengan menggunakan exposure berdasarkan asumsi sebesar Rp 100.000.000
4.
Untuk menilai potensi kerugian maksimal dari setiap saham dan portofolio LQ45 dengan menggunakan exposure berdasarkan harga penutupan saham akhir periode penelitian
D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1.
Para analis dan investor di pasar saham Indonesia akan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai model yang tepat dari Value at Risk untuk mengukur salah satu risiko pasar yaitu volatilitas return dari saham-saham LQ45, sehingga dalam pengambilan
8
keputusan investasinya dapat memperhitungkan apakah risiko yang ditanggung sesuai dengan return yang diharapkan. 2.
Perusahaan yang sahamnya tergabung dalam LQ45 dapat mengevaluasi performa saham perusahaan tersebut dengan mengetahui VaR dari portofolio terpilih.
3.
Para akademisi dapat mengambil manfaat penelitian ini sebagai kasus nyata yang dapat digunakan dalam penelitian manajemen keuangan dan dapat menjadi pelengkap penelitian-penelitian yang lain serta dapat mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. (Ahmad Rodoni, 2009 : 46) Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekeayaan lain, seperti saham
atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan
selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan. Investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar sekarang untuk dolar pada masa depan. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan memiliki kepastian. Hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti. Pada beberapa kasus, elemen waktu merupakan faktor yang mendominasi. Pada kasus lain, risiko menjadi atribut yang dominan. Namun bisa juga baik waktu maupun risiko menjadi factor yang penting. (William et al., 2005 :1).
10
Menurut Tandelilin (2010:1) Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menananmkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrife current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Seorang investor yang berinvestasi dengan harapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama melakukan investasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. 1.
Proses Investasi Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada sekuritas yaitu sekuritas yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Menentukan Tujuan Investasi Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat
11
risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang diinvestasikan. b.
Melakukan Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 1) Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. 2) Pendekatan Teknikal Pendekatan ini didasarkan pada data/perubahan harga saham dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang.
c. Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tersebut. 12
d.
Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
e.
Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. (Ahmad Rodoni, 2009 : 38 – 39)
2.
Investasi Saham Pengertian saham (Bodie, et al, 2006 : 59) adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terhadap sebuah perusahaan. Masingmasing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. (2001 : 5) Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. 13
Wujud saham adalah, selembar kertas yang mnerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Walaupun demikian tidak semua saham memiliki hak tersebut. Tergantung dari jenis saham yang dimiliki oleh seorang investor. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Sabar Warsini, 2009 : 32) : a.
Berdasarkan cara pengalihan/pemindahan tangan dibedakan : 1) Saham atas nama (registered stocks) yaitu saham dimana identitas pemiliknya tertera pada lembaran saham. 2) Saham atas unjuk (bearer stock), tanpa identitas pemilik, sehingga pemegang saham itulah pemilik saham.
b. Berdasarkan hak tagihan, ada dua jenis saham yaitu : 1) Saham biasa (common stocks) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan merupakan jenis yang paling popular di Pasar Modal. Karakteristik saham biasa adalah : (a) Hak klaim
terakhir atas aktiva perusahaan jika
perusahaan dilikuidasi.
14
(b) Hak suara proporsional yaitu one share one vote pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (c) Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS. (d) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 2) Saham Preferen (prefered stocks) Pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara didalam RUPS tetapi mempunyai hak untuk didahulukan dalam hal pembagian dividen maupun klaim terhadap aktiva perusahaan, karakteristik saham preferen sebagai berikut : (a) Mempunyai hak klaim terlebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi. (b) Mempunyai hak utama atas dividen. (c) Mempunyai penghasilan tetap. (d) Mempunyai jangka waktu terbatas, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pembelian kembali oleh perusahaan. (e) Tidak mempunyai hak suara dalam RUPS. 15
(f) Dapat dikonversi menjadi saham biasa. 3.
Benchmark Benchmark merupakan tolak ukur suatu investasi untuk mengetahui kinerja dari investasi yang dikelola. Pada BEI dikenal benchmark dengan kata indeks. Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu (Tjiptono Darmadji dan Hendy M., 2001 : 95-97) ; a.
Sebagai indikator trend pasar.
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan. c.
Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja portofolio.
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. e.
Memfasilitasi berkembangnya produk derivative.
Menurut Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI (2010 : 2-3), sekaran ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham. Ke sebelas jenis indeks tersebut adalah : a.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
b. Indeks Sektoral adalah menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor.
16
c.
Indeks LQ45 adalah menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi.
d. Jakarta Islamic Index (JII) adalah menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar da likuiditas tinggi. e.
Indeks Kompas 100 adalah menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan criteria-kriteria yang telah ditentukan.
f.
Indeks BISNIS-27 adalah menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasrkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT BEI dengan Harian Bisnis Indonesia.
g.
Indeks PEFINDO 25 adalah menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara PT BEI dengan lembaga rating PEFINDO.
h.
Indeks SRI-KEHATI adalah menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara PT BEI dengan Yayasan KEHATI.
i.
Indeks Papan Utama adalah menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.
j.
Indeks Papan Pengembangan adalah menggunakan emiten yang masuk dalam papan pengembangan. 17
k. Indeks Individual adalah indeks harga saham masing-masing. 4.
LQ45 Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar, hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. Tujuannya adalah sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan sebuah benchmark yang dianggap dapat mewakili kondisi bursa. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari sahamsaham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Menurut Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI (2010:11), kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut : 1.
Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2.
Aktivitas transaksi di pasar regular yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.
3.
Jumlah hari perdagangan di pasar regular.
4.
Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. 18
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profeisonal di bidang pasar modal yang indipenden. (BukuPanduan Indeks Harga Saham BEI, 2010 : 11). Munculnya LQ-45 dianggap tepat karena indeks ini sangat mendukung gambaran likuiditas pasar sehingga para pelaku bursa, terutama fund managers, memperoleh pedoman tambahan untuk memutuskan pilihan investasinya.
B.
Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk : penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko 19
tertentu. Manajemen risiko keuangan di sisi lain terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. (id.wikipedia.org) Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi terjadinya kerugian yang dialami oleh suatu organisasi dan memilih teknik yang paling tepat untuk menangani kejadian tersebut (wordpress.com). Adapun
pengertian
manajemen
risiko
berdasarkan
peraturan
BI
No.5/8/PBI/2003 adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
memantau,
dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha. Dari beberapa penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian metode yang diterapkan oleh bank atau perusahaan pembiayaan lainnya untuk memitigasi risiko yang timbul dari kegiatan usaha guna menghindari kerugian.
C.
Risiko Dalam Investasi Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip no risk no return. Risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. T. Sunaryo (2007:11) , berpendapat bahwa risiko merupakan kerugian karena kejadian 20
yang tidak diharapkan terjadi. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Dari sini muncul konsep ukuran penyebaran yang dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kemungkinan nilai yang akan kita peroleh dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini dinyatakan dalam standar deviasi atau variance (bentuk kuadrat dari standar deviasi) yang merupakan ukuran untuk risiko total. (Ahmad Rodoni, 2009 : 48) Tandelilin (2001) dalam Ahmad Rodoni (2009 : 48-49), pada analisis tradisional, risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber dari : a.
Interest Risk. Risiko yang berasal variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.
b.
Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.
c.
Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga akan meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.
21
d.
Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu.
e.
Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage financial oleh perusahaan.
f.
Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan liquid, demikian sebaliknya.
g.
Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabiliras return sekuritas karena fluktuasi kurs currency.
h.
Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political risk.
1.
Diversifikasi Risiko Berinvestasi pada satu tempat, maka akan terdapat satu risiko juga. Tetapi jika berinvestasi di banyak tempat, hal tersebut berarti telah mendiversifikasikan risiko. Diversifikasi risiko adalah penyebaran risiko yang akhirnya dapat memperkecil risiko yang akan ditangggung. Jika didiversifikasi dalam sekuritas yang semakin banyak, kita akan semakin menyebarkan risiko yang muncul dari factor-faktor khusus perusahaan, dan volatilitas portofoliopun akan semakin turun. (Bodie, et. al, 2006 :288). 22
Namun meskipun risiko tersebut semakin kecil ternyata mempunyai batas bawah (limited) yang tidak bisa dikurangi. Batas bawah dari risiko disebut systematic risk. Sementara risiko yang bisa dikurangi disebut unsystematic risk. Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya
guna
mengurangi
sebagian
risiko
yang
harus
ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan karena diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi lebih relevan bagi investor. (Kuncoro Hadi, 2004 : 25)
2.
Risiko Sistematik dan Risiko Tidak Sistematik Analisa modern membagi risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Risiko tidak sistematik adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematik adalah risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. (Ahmad Rodoni, 2009 : 49)
23
D.
Mengukur Risiko Harga Saham 1.
Tingkat Imbal Hasil Harga Saham Tingkat imbal hasil atau return diukur dengan cara presentase dari perubahan harga saham. Menurut Husnan (2001) dalam Kuncoro Hadi (2004 : 29) mengukur tingkat imbal hasil pada suatu saham dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu :
r
Pt 1 Pt ....................................................................................(2.1) Pt
dimana : Pt
= Harga saham hari ini
Pt+1 = Harga saham besok r
= Tingkat imbal hasil hari ini Hanya saja agar dalam analisis statistik perhitungan tingkat imbal
hasil tersebut bias karena magnitude pembaginya, maka perhitungan tingkat imbal hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pt 1 ......................................................................................(2.2) r Ln P t 2.
Distribusi Normal Dalam Kuncoro Hadi (2004:30), satu dari beberapa asumsi yang disusun untuk penarikan regresi linier adalah bahwa penyebaran dari 24
hasil-hasil diperkirakan bersifat distribusi normal. Sebuah distribusi yang terjadi dari variabel acak secara continuos. Karakteristik distribusi normal adalah : a.
Kurva memiliki satu puncak dan bentuknya seperti lonceng.
b.
Nilai tengah (mean) dari distribusi populasinya tepat pada tengah kurva normal.
c.
Karena bentuknya simetris, distribusi normal memiliki nilai median dan mode juga pada tengah kurva.
d.
Dua ekor (two tails) dari normal probability distribution tidak pernah menyentuh garis axis horizontal.
3.
Confidence Level Standar deviasi dapat digunakan untuk memperkirakan lower tail dari
probabilitas
kehilangan
ketika
menggunakan
pendekatan
parametrik untuk mengukur risiko. Probability distributions adalah distribusi yang diharapkan akan terjadi, yang diduga dari data-data yang lampau. (Hadi Kuncoro, 2004 : 35) Lower tail probability of loss menunjukkan kemungkinan kerugian yang akan terjadi. Sebab return cenderung kepada kelompok nilai rata-rata, besarnya nilai deviasi standar menunjukkan besarnya 25
probabilitas risiko yang akan terjadi. Ketika sampai pada tail probability pada level kehilangan maka nilai confidence sekian persen dapat ditentukan. Confidence level memperlihatkan keyakinan manajemen bahwa rsiko yang dihadapi perusahaan tidak akan melebihi nilai confidence level. (USAHAWAN No.09,2002 : 53)
4.
Homoskedastis dan Heteroskedastis Asumsi penting dalam model regresi linier klasik ialah bahwa kesalahan penggunaan εi mempunyai varian yang sama, artinya VaR (εi) = E(εi2) - 2 untuk semua i, i = 1,2,3,...,n, asumsi disebut homoskedatis. Homo berarti sama (equal) sedangkan skedastik berarti perpencaran (spread) atau memiliki varian yang konstan. (Hadi Kuncoro, 2004 : 37). Sebaliknya jika penyebaran variannya tidak konstan maka disebut heteroskedastis. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat homoskedastik atau heteroskedastis perlu dilakukan pengujian, dengan menggunakan white heterocedasticity. (Hadi Kuncoro, 2004 : 37).
26
5.
Standar Deviasi Dalam Agung Buchdadi (2008 : 184) Risiko total investasi dalam pasar modal diwakili oleh standar deviasi. Dalam penelitian ini, standar deviasi merupakan akar kuadrat varian dari return per hari selama periode investasi. Atau dalam bentuk rumus :
..... .................................................... (2.3)
dimana :
= Standar deviasi
Ri
= Return per hari
R = Rata-rata return per hari selama periode investasi Penghitungan standar deviasi yang telah dikemukakan diatas berasumsi bahwa volatilitas data konstan dari waktu ke waktu. Hal ini jauh dari kenyataan yang ada. Oleh Watsham (1997) volatilitas yang konstan disebut homoscedastis dan volatilitas yang tidak konstan disebut heteroscedastis. Banyak ahli yang telah mengembangkan metode penghitungan volatilitas heteroscedasts. Menurut Hera (2006) dalam Agung Buchdadi (2008 : 185 ) metode yang sering digunakan saat ini adalah metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) yang dikembangkan oleh J.P Morgan.
27
6.
Exponentially Weighted Moving Average Metode ini melakukan estimasi volatilitas dengan memberikan bobot pengaruh lebih besar terhadap volatilitas data terbaru. Metode ini menggunakan decay factor () yang memberikan bobot terhadap perubahan harga setiap hari. Jorion (2001) dalam Agung D. Buchdadi (2008) yang mengutip J.P Morgan diketahui persamaan EWMA yang digunakan : n
1 n 1 Ri R 2
i 1
2
..........................................
(2.4)
dimana : t2 = Varian data return (r) pada saat t rt-1 = return pada saat t-1
= Parameter (decay factor) Nilai menunjukkan skala bobot 0 – 1 dari pengamatan data
terbaru dengan data sebelumnya. Semakin tinggi nilai pada sebuah data imbal hasil berarti semakin besar pengaruh volatilitas sebelumnya (persistence) namun semakin tidak reaktif terhadap informasi pasar imbal hasil terakhir. Sebaliknya semakin kecil nilai maka semakin reaktif volatilitas tersebut terhadap informasi pasar imbal hasil sebelumnya. 28
Jorion (2001) menyebutkan Risk Metrics menggunakan nilai sebesar 0,94 untuk data harian, sedangakan nilai sebesar 0,97 digunakan untuk observasi data bulanan mengingat hitungan nilai sangat tergantung dengan rentang waktu pengamatan data saham. Pada penelitian ini digunakan nilai sebsar 0,94 karena observasi yang dilakukan adalah observasi bulanan selama tahun 2007 sampai 2010. Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahan
faktor
yang
mempengarui nilai EWMA adalah : a.
Nilai decay factor ().
b.
Return.
c.
Lama waktu observasi.
E. Teori Portofolio Efisien dan Portofolio Optimum Nilai VaR dihitung berdasarkan posisi exposure asset yang berada dalam portofolio. Karena dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada kondisi pasar, maka posisi exposure ditentukan dengan menghitung portofolio optimum melalui pendekatan efficient frontier. Barikut ini diuraikan teori yang mendasarinya. Portofolio (Adrianus Darmawan, 2006 : 26) adalah kumpulan instrument investasi dalam suatu keranjang (bucket) investasi yang 29
mengandung unsure diversifikasi risiko. Dengan kata lain portofolio dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari investasi pada sejumlah asset tertentu. Harry Markowitz dalam artikelnya yang berjudul portofolio selection menyarankan cara seorang investor dapat membentuk portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan paling tinggi berdasarkan suatu tahap risiko tertentu, ataupun membentuk portofolio yang berisiko paling rendah pada suatu tahap tingkat keuntungan tertentu. (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2010 : 1) Dalam teori portofolio dikenal adanya konsep portofolio efisien dan portfolio optimum, yaitu : 1. Portofolio efisien (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2010 : 2) adalah portofolio yang memberikan tingkat keuntungan diharapkan yang maksimum untuk suatu tahap varians dan memberikan varians yang minimum untuk suatu tahap tingkat keuntungan yang diharapkan. 2. Sedangkan portofolio optimum adalah portofolio yang dipiih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien. Pada penelitian ini penentuan optimum didasarkan pada rasio risk return optimum, yaitu dengan menggunakan Sharpe Ratio.
30
Suatu portofolio dinilai tidak efisien jika masih terdapat kemungkinan untuk memperoleh return lebih tinggi dengan besaran risiko yang sama. Permasalahan mendasar untuk membedakan portofolio efisien dengan portofolio yang tidak efisien adalah pada pengamatan standar deviasi maupun varians sebagai ukuran risiko dari komposisi portofolio. ( Adrianus Darmawan, 2006 : 26) Dapat dikatakan portofolio merupakan suatu kumpulan pilihan asset investasi yang dipilih investor dari sejumlah pilihan investasi efisien untuk mengurangi risiko yang harus ditanggungnya, tanpa harus mengurangi potensi return di masa datang. 1.
Return Portofolio Return dari suatu portofolio adalah merupakan rata-rata tertimbang (weighted average) dari tingkat return masing-masing surat berharga yang ada dalam portofolio tersebut. Aset berbentuk portofolio yang terdiri dari berbagai macam aset maka imbal hasil dihitung :
Rp Wi Ri .....................................................................
(2.5)
dimana : Rp
= Imbal hasil portofolio
Wi
= Komposisi aset i 31
Ri 2.
= Imbal hasil aset i
Risiko Portofolio Risiko diharapkan.
berarti
probabilitas
Dalam
teori
tidak
portofolio,
tercapainya risiko
return
dinyatakan
yang
sebagai
kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karena itu risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan. Ukuran penyebaran ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang akan kita peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini bisa dipergunakan sebagai ukuran risiko. (Husnan, 2001:53). Risiko portofolio dapat diartikan sebagai penyimpangan dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Penyimpangan ini dalam statistik dinyatakan dalam standar deviasi dengan simbol (σ), atau dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut sebagai varians (σ2), dimana dari Bodie (2006 : 231) diketahui untuk aset yang berbentuk portofolio varians dihitung dengan rumus :
2 p w1212 w22 22 2w1w2Covr1, r2 ..........................
(2.6)
dimana : p
= Standar deviasi portofolio
1,2
= Standar deviasi aset 1,2 32
3.
W1,2
= Komposisi aset 1,2
Cov (r1,r2)
= Kovarians aset 1 dan 2
Teori Pembentukan Portofolio Optimum Pembentukan portofolio optimum dalam penelitian ini dilakukan dengan Model Markowitz. Teori ini memberikan nilai portofolio dengan risiko terkecil untuk return harapan yang tertentu. Kadangkala, investor lebih memilih risiko yang lebih besar dengan kompensasi return harapan yang lebih besar juga. Perhitungan return, standar deviasi, return portofolio dan standar deviasi portofolio pada model ini menggunakan persamaan yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya yaitu persamaan (2.1) untuk menghitung return saham, persamaan (2.3) untuk menghitung standar deviasi saham, persamaan (2.5) untuk menghitung return portofolio, dan persamaan (2.6) untuk menghitung varians portofolio. Perhitungan lain yang dibutuhkan dalam model Markowitz ini yaitu kovarians dan koefisien korelasi. Kovarians adalah suatu pengukur yang menunjukkan arah pergerakan dua buah variable (Jogiyanto, 2009:247). Sedangkan koefisien korelasi adalah suatu nilai yang menunjukkan hubungan pergerakan antara dua variable relative terhadap
33
masing-masing deviasinya. (Jogiyanto, 2009:253). Persamaan kovarians dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2009 : 251) :
COV(RA,RB) = σRa,Rb =
[ RAi E( RA) ( RBi E( RB)] …………. (2.7) n i 1 n
dimana : COV (RA, RB)
: Kovarian return antara saham A dan saham B,
RAi
: Return masa depan saham A kondisi ke-i,
RBi
: Return masa depan saham B kondisi ke-i,
E(RA)
: Return yang diharapkan saham A,
E(RB)
: Return yang diharapkan saham B,
n
: Jumlah dari observasi data historis untuk sampel
besar (minimal 30 observasi) dan untuk sampel kecil digunakan (n-1).
Koefisien Korelasi : rAB AB
Cov(RARB) ………………………...(2.8) A B
(Jogiyanto, 2009 : 253) Atau jika kovariannya belum diketahui, koefisien korelasi dihitung dengan persamaan :
34
n n ( R A , i R B , i ) ( 1 / n ) R A , i RB, i i 1 i 1 i 1 rA, B …(2.9) n n n n 2 2 2 2 RA, i (1 / n)( RA, i) RB, i (1 / n)( RB, i) i 1 i 1 i 1 i 1 n
dimana : rA,B = ρA,B
: Korelasi antara saham A dengan saham B
RA
: Return saham A pada periode t
RB
: Return saham B pada periode t
N
: Jumlah periode Selain itu, proses pembentukan portofolio optimum juga dilakukan
dengan bantuan program Ms. Excel yaitu solver. Kombinasi saham dipilih untuk menghasilkan reward to variability terbaik. Dalam hal ini indeks Sharpe dipilih menjadi acuan dimana dilakukan dengan membandingkan antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko) . (Abdul Halim, 2005 : 68) Rumus untuk mendapatkan indeks Sharpe :
IndeksSharpe
Rp Rf ............................................................... (2.10) p
35
dimana : Rp = Rata-rata imbal hasil portofolio pada suatu periode. Rf = Rata-rata imbal hasil aset bebas risiko pada suatu periode. p = Standar deviasi portofolio.
F. Value at Risk (VaR) Value at risk (VaR) didefinisikan sebagai kerugian terburuk yang mungkin terjadi dari memegang suatu aset atau sekuritas secara satuan atau portfolio pada suatu waktu tertentu dan pada tingkat peluang yang ditetapkan. Dengan kata lain, VaR bias diartikan sebagai suatu besaran angka yang merangkum total risiko dari portofolio yang berisika beragam asset keuangan. (INFOBANK, 2003 : 100). Menurut Best (1998) dalam R. Agus Sartono dan Arie Andika (2006 : 38) Value at Risk (VaR) adalah suatu metode pengukuran risiko secara statistik yang memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portofolio pada tingkat kepercayaan (level of confidecce) tertentu. Nilai VaR selalu disertai dengan probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang terjadi akan lebih kecil dari nilai VaR tersebut. VaR adalah suatu nilai kerugian moneter yang mungkin dialami dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pernyataan berikut ini merupakan definisi normal dari VaR yang dikutip dari Best (1998) : “Value at Risk is the maximum ammount of 36
money that may be loss on a portofolio over a given period of time, with a given level of confidence.” Pernyataan berikut ini merupakan definisi formal dari VaR yang diungkapkan oleh Jorion (2001) : “VaR summarizes the worse loss over a target horizon with given level of confidence.” Dalam kaitannya dengan kemudahan pemahaman atas nilai VaR, Stambaugh (1996) menyatakan bahwa VaR memiliki fungsi sebagai berikut : “1) Providing a common language for risk, 2) Allowing for more effective and consistent internal risk management, risk limit setting and evaluation, 3) Providing an enterprise-wide mechanism for external regulation, and 4) Providing investors with an understandable tool for risk assessment.” VaR memiliki batasan-batasan yang tidak dapat dihitung, seperti VaR hanya mengukur risiko yang dapat dijangka secara kuantitatif, dengan demikian risiko politik, risiko likuiditas, risiko karyawan tidak dihitung, dan VaR juga tidak mengukur risiko operasional. (R. Agus Sartono dan Arie Andika , 2006 : 39) 1.
Penghitungan Value at Risk Dalam Agung Buchdadi (2008 : 186 Penghitungan VaR untuk aset menggunakan rumus dari Jorion (2001) yaitu :
VaR pW ...................................................................
(2.11)
dimana :
=
Tingkat kepercayaan 37
p
=
Standar deviasi portofolio
W
=
Nilai posisi aset
Apabila VaR dihitung dengan memperhitungkan lama waktu investasi t (holding period) maka rumus 2.11 berubah menjadi :
VaR PW t ..............................................................
(2.12)
Dengan tingkat kepercayaan 95% maka nilai ditetapkan 1,65. Nilai tersebut ditentukan dengan asumsi distribusi normal. Distribusi normal digambarkan berbentuk lonceng dengan kemiringan (skewness) = 0 dan ketinggian kurtosis 3. Distribusi ini sering digunakan untuk menggambarkan perubahan acak risiko pasar seperti nilai tukar mata uang, suku bunga, dan harga saham. Namun apabila distribusi data tidak normal maka nilai dikoreksi dengan pendekatan Cornish Fisher Expansion yaitu :
I
1 2 1 ............................................................ (2.13) 6
dimana : = Tingkat kepercayaan = Koefisien skewness
38
Sehingga apabila data memiliki nilai kemiringan negatif atau sisi ekor sebelah kiri lebih panjang maka nilai VaR akan menjadi lebih besar. (Agung Buchdadi, 2008 : 187)
G. Time Horizon Risiko akan selalu meningkat dengan berjalannya waktu. Semakin lama menahan suatu posisi pada investasi maka semakin besar potensial risiko yang akan terjadi. Namun peningkatan risiko tidak secara linier dengan lamanya waktu. (Hadi Kuncoro, 2004 : 42). Menghitung Value at Risk syarat yang pertama adalah menetapkan lama waktu yang akan diprediksi. Periode waktu bisa dalam jam, hari, minggu dan bulan. Skala waktu yang digunakan dalam perhitungan risiko adalah akar kuadrat dari waktu yang akan diperkirakan. Hal tersebut diperlukan untuk keperluan investasi seorang manajer. (Hadi Kuncoro, 2004 : 42).
H. Penelitian Terdahulu Pada bagian ini akan dibahas mengenai beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut khususnya mengenai pengukuran volatilitas yang berkaitan dengan fenomena conditional variance. Beberapa penelitian tersebut adalah :
39
1. Penelitian Kuncoro Hadi Penelitian yang dilakukan Hadi Kuncoro (2004), memperlihatkan bahwa pola distribusi yang terbentuk dari return saham syariah adalah skewness atau tidak normal. Pada nilai skewness yang positif, ekornya memanjang ke kanan, nilai mean return lebih besar daripada median return dan nilai mode lebih besar dari keduanya. Nilai mean lebih besar daripada nilai median/mode sebab nilai mean menarik ke atas dengan beberapa tingkat bagi hasil observasi yang lebih tinggi. 2. Penelitian Oom Komariyah Berdasarkan penelitian yang dilakukan Oom (2005), pengukuran harga saham syariah menggunakan variance covariance model dan Historical Simulation. Penelitian ini ingin membuktikan apakah kedua model VaR ini valid atau tidak digunakan sebagai alat ukur risiko berupa potensi kerugian maksimal dalam bentuk jumlah rupiah, sehingga para pelaku pasar modal khususnya dan para pelaku bisnis umumnya dapat mengukur risiko dengan lebih baik. 3. Penelitian Agung D. Buchdadi Di dalam penelitian Agung D. Buchdadi (2007) imbal hasil portofolio optimum pada saham yang tergabung dalam JII bersifat homoscedastic. Tetapi terdapat beberapa saham komponen portofolio yang bersifat
40
heteroscedastic. Validasi penghitungan VaR dengan metode EWMA memenuhi syarat untuk tingkat kepercayaan 95%. I.
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir tersebut dimulai dengan pengambilan data-data saham yang diakhiri dengan pengambilan kesimpulan berdasarkan nilai VaR portofolio optimum yang didapatkan. Portofolio optimum merupakan portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal. Sedangkan portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang memberikan suatu tingkat risiko minimal, pada tingkat pengembalian yang diharapkan. Penentuan portofolio optimum salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan metode Markowitz/ Efficient Frontier. Setelah portofolio optimum didapatkan selanjutnya dilakukan perhitungan value at risk (VaR) untuk mengetahui seberapa besar potensi kerugian yang akan dialami portofolio tersebut, selain portofolio, masing-masing saham yang terkandung dalam portofolio juga akan ditentukan besar risikonya untuk mengetahui seberapa besar saham tersebut mempengaruhi portofolio optimum terpilih. Maka konsep dari kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
41
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penentuan Nilai Risiko Portofolio Optimum Saham LQ45 Dengan Pendekatan EWMA
Data harian Harga Saham LQ45 tahun 2007-2010
Menghitung Return dan Standar Deviasi Setiap Tahun
Uji Statisioner ADF
Tidak, lakukan differencing
Ya
Optimasi Portofolio dengan metode Markowitz
Uji Normalitas Jarque Bera
Tidak
White Test Heteroscedatic
Gunakan Cornish Fisher Expansion
Ya
Gunakan tabel Z score
Tidak Ya Gunakan Konstan
Gunakan dengan pendekatan EWMA
Hitung Nilai VaR Single Instrumen dan VaR Portofolio 42 Kesimpulan
J.
Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa pengujian data return saham di dalam kelompok LQ 45. Pengujian pertama berhubungan dengan stasioneritas data untuk mendapatkan kesimpulan apakah data sudah terbebas dari otokorelasi dan data sudah bersifat acak sehingga asumsi awal distribusi normal dapat digunakan. Setelah asumsi normal dapat digunakan, pengujian kedua berhubungan dengan ketepatan persebaran data dalam mengikuti distribusi normal, hal ini untuk menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap tingkat keyakinan yang digunakan. Pengujian ketiga berhubungan dengan error variance dari data yang bersifat konstan atau tidak (homoskedastis atau heteroskedastis), hal ini akan menentukan model yang tepat untuk mengukur volatilitas yang akan digunakan dalam perhitungan VaR. Pengujian keempat berhubungan dengan validitas dari model yang digunakan, bila terdapat sejumlah kegagalan dari nilai VaR dalam jangka waktu tertentu maka model yang digunakan dapat disimpulkan tidak valid. 1.
2.
Hipotesis Pertama ; Tes Stasionaritas H0
: Return saham LQ45 bersifat tidak stasioner
H1
: Return saham LQ45 bersifat stasioner
Hipotesis Kedua ; Tes Normalitas H0
: Return saham LQ45 bersifat mengikuti distribusi normal
H1
: Return saham LQ45 bersifat tidak mengikuti distribusi normal 43
3.
Hipotesis Ketiga ; Tes Heteroskedastisitas H0
: Return saham LQ45 bersifat tidak heteroskedastis
H1
: Return saham LQ45 bersifat heteroskedastis
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah portofolio saham-saham LQ45 yang telah dilakukan optimasi dengan cara dikembangkan oleh Markowitz pada tahun 1952 namun masih sangat relevan hingga saat ini. Saham-saham dalam LQ45 merupakan saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Setelah didapatkan komposisi optimum portofolio selanjutnya dilakukan analisis Value at Risk (VaR) dengan pendekatan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA). Selanjutnya backtesting akan diakukan sebagai validasi atas analisis VaR tersebut. Penelitian ini memilih batasan waktu pengamatan pada tahun 2007 samapai 2010. Pergerakan pasar modal selama tahun tersebut menarik untuk diamati mengingat selama tahun tersebut krisis keuangan global masih berlangsung dan mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia. Walaupun fluktuasi harga saham cukup tinggi namun harga saham berkembang pesat. Diharapkan dengan variasi fluktuasi harga saham tersebut akan menggambarkan potensi kerugian yang harus dihadapi oleh investor selama berinvestasi di pasar modal Indonesia.
45
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang masuk kedalam kategori LQ45 periode 2007-2010. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini meliputi kriteria umum dan kriteria khusus. Adapun criteria umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Saham-saham yang masuk ke dalam kategori LQ45 secara berturut-turut selama periode penelitian. Kemudian criteria khusus dalam peneitian ini digunakan untuk menentukan apakah saham-saham LQ45 masuk ke dalam kandidat portofolio optimum dengan menggunakan metode Efficient Frontier. Kemudian criteria khusus untuk sampel yang masuk kedalam kandidat saham portofolio optimum menggunakan metode Efficient Frontier adalah sebagai berikut : 1. Tahap seleksi dimulai dari pengumpulan data harga saham-saham LQ45 periode Januari 2007-Desember 2010. Data tersebut juga digunakan untuk kelompok pembuatan portofolio optimum. Selanjutnya seleksi langkah pertama dilakukan kepada saham-saham yang masuk dalam kategori LQ45 berturut-turut selama Januari 2007-Desember 2010. 2. Langkah berikutnya, saham-saham yang lolos pada seleksi pertama akan diseleksi lagi dengan melihat kedudukan rate of return dimana eliminasi dilakukan terhadap saham-saham yang mempunyai rata-rata return yang 46
negative. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya return yang kecil ataupun rugi dimasa yang akan datang. Bila hasil seleksi saham menghasilkan return positif, maka data tersebut siap diolah lebih lanjut. Dari beberapa tahap seleksi tersebut, maka didapatkan beberapa saham yang berpotensi untuk dijadikan kandidat saham pembentuk portofolio optimum. Kandidat saham yang ada kemudian diperkuat seleksinya kembali melaui optimalisasi pembentukan portofolio dengan metode Markowitz.
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data tersebut diperoleh melalui berbagai cara, diantaranya : 1. Internet Research Merupakan cara pengumpulan data yang diakses melalui internet. Cara ini digunakan untuk mencari jurnal-jurnal serta referensi lainnya guna mendukung penelitian ini. Selain itu, data harga saham harian saham LQ45 diambil dari situs www.finance.yahoo.com . dan data SBI bulanan untuk menghitung reward to variability didapatkan dari situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id 2.
Library Research Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan yang ada, maka peneliti mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca literature-literatur berupa text 47
book, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan tema skripsi.
D. Teknik Analisis Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah harga saham-saham kelompok LQ45 yang selanjutnya digunakan untuk mencari return saham. Periode data return adalah sebanyak 951 titik dari tanggal 2 Januari 2007 sampai dengan 23 Desember 2010.
2. Menghitung Return Saham Return masing-masing aset dihitung dengan menggunakan persamaan (2.1) r
Pt 1 Pt Pt
Perhitungan return SBI dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung rata-rata return SBI secara bulanan. Hasilnya kemudian digunakan untuk menghitung rata-rata return SBI harian.
3. Menentukan Standar Deviasi Aset Tingkat risiko dihitung dengan menggunakan standar deviasi dari return harian melalui persamaan :
48
(2.3)
.
Sedangkan tingkat risiko SBI tidak dihitung karena instrument investasi ini diasumsikan bebas risiko (risk free) sehingga standar deviasinya sama dengan nol.
4. Menentukan Koefisien Korelasi dan Kovarians Langkah berikutnya adalah menentukan koefisien korelasi, yang menyatakan hubungan antara return satu saham dengan return saham lainnya. Secara manual koefisien korelasi dapat dihitung dengan persamaan : (2.9) Koefisien Korelasi : rAB AB
Cov(RARB) A B
Namun dalam hal ini perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Kemudian dilakukan perhitungan kovarians dan varian dari standar deviasi portofolio. Kovarian dapat dicari secara manual dengan menggunakan persamaan (2.8) COV(RA,RB) = σRa,Rb =
[ RAi E( RA) ( RBi E( RB)] n i 1 n
Dalam hal ini perhitungan kovaria dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel. Sedangkan untuk menentukan varian dari standar deviasi harian dilakukan dengan menjumlahkan kovarian, sesuai dengan persamaan 49
(2.6) 2 p w1212 w22 22 2w1w2Covr1, r2
5. Menentukan Komposisi Optimum Portofolio Terpilih Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot masing-masing saham yang akan dimasukkan dalam portofolio. Untuk menentukan jenis bobot saham tersebut digunakan bantuan Solver di software Ms. Excel, sehingga akan didapat kombinasi aset yang memberikan perbandingan imbal hasil risiko yang terbaik. Setelah diperoleh data risiko untuk setiap perubahan interval return, kemudian diplot dalam Grafik return-risiko dengan bobot masing-masing. Dari grafik tersebut dapat ditentukan portofolio optimal dengan tingkat return tertentu dan tingkat risiko minimum. Return portofolio tersebut dapat dicari melalui persamaan (2.5) Rp Wi Ri
6. Menghitung Reward to Variability Ratio Dengan memperoleh sekumpulan alternative komposisi portofolio dengan data return rata-rata dan standar deviasi untuk masing-masing alternative, maka dapat ditentukan alternative yang manakah yang dapat disebut portofolio optimal, sesuai dengan kondisi tersebut, maka langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan reward to variability ratio saham dengan indeks Sharpe melalui persamaan
50
(2.10) IndeksSharpe
Rp Rf p
7. Pengujian Data Imbal Hasil Sebelum melakukan penghitungan VaR, data return masing-masing saham dan portofolio harus dilakukan pengujian terlebih dahulu. Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik data return masing saham dan portofolio. Pengujian yang dilakukan adalah :
a.
Uji Stasioner Data Uji stasioner pada data time series menunjukkan data itu memiliki rata-rata dan variansi yang cenderung konstan. Pergerakan data tersebut akan cenderung berfluktuasi hanya dikisaran rata-rata data tersebut. Uji stasioner dilakukan dengan tes Augmented Dicky Fuller (ADF) menggunakan software E-views. Data dapat dikatakan stasioner apabila nilai ADF tidak melebihi 5%. Apabila data yang didapatkan tidak stasioner, maka perlu dilakukan penyesuaian dengan cara differencing.
b. Uji Distribusi Normal Menggunakan tes normalitas Jarque Bera. Apabila data imbal hasil menunjukkan normalitas, maka dipakai nilai sesuai tabel Z (dalam hal ini tingkat kepercayaan 95% = 1,65). Namun apabila data yang 51
didapat bukan normal, maka nilai disesuaikan dengan pendekatan Cornish Fisher Expansion dalam persamaan ( 2.13) I
1 2 1 6
c. Uji Heteroskedastisitas Apabila data diketahiu homokedastic, maka dihitung dengan rumus pada persamaan
(2.3) Sedangkan apabila data diketahui heteroskedastic, maka dihitung dengan pendekatan EWMA.
8. Menghitung VaR Single Instrument Nilai VaR dihitung dengan rumus (2.12) VaR pW . tingkat kepercayaan yang dipilih adalah 95%. Nilai VaR yang dihitung adalah nilai VaR harian yang menunjukkan besarnya kerugian yang dihadapi investor dalam 1 hari, 5 hari dan 20 hari. VaR harian ini disajikan untuk satuan Rp 1,-. Misalkan tercatat nilai VaR -0,05 maka berarti tingkat kerugian 5% per Rp 1,-.
52
9. Menghitung VaR Portofolio Nilai VaR portoflio dihitung dengan rumus (2.13) VaR PW t . tingkat kepercayaan yang dipilih adalah 95%. Nilai VaR yang dihitung adalah nilai VaR harian yang menunjukkan besarnya kerugian yang dihadapi investor dalam 1 hari, 5 hari dan 20 hari.
E. Operasional Variabel penelitian 1. Return portofolio saham adalah rata-rata tertimbang (weighted average) dari masing-masing surat berharga yang termasuk dalam portofolio tersebut. 2.
Return Pasar. Dimana diukur dengan cara persentase dari perubahan harga sahamnya.
3. Return individu saham merupakan hasil selisih antara harga penjualan dan pembelian yang dirasiokan dengan harga pembelian. 4. Portofolio Optimum merupakan portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal. 5. Portofolio
Efisien
adalah
portofolio
yang
memberikan
tingkat
pengembalian yang diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang memberikan suatu tingkat risiko minimal, pada tingkat pengembalian yang diharapkan.
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Pemilihan Sampel Saham Saham yang digunakan adalah saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang masuk ke dalam kategori LQ 45. Saham ini dipilih karena memiliki likuiditas yang tinggi dan memiliki nilai kapitalisasi pasar yang baik. Daftar emiten yang masuk dalam LQ 45 didapatkan dari situs Indonesia Stock Exchange http://www2.idx.co.id/. Sedangkan data harga saham didapat dari situs Yahoo! Finance http://finance.yahoo.com/ . Sementara itu data SBI didapat dari situs Bank Indonesia dengan url http://www.bi.go.id/ .
2.
Saham LQ45 Periode 2007-2010 Komposisi saham yang masuk dalam kategori LQ45 ditentukan dua kali dalam satu tahun. Periode penelitian ini dimulai dari Januari 2007 – Desember 2010 sehingga terdapat delapan komposisi saham LQ45. Berikut ini adalah kode saham tersebut :
54
Tabel 4.1 Saham yang Masuk Kategori LQ45 Selama Periode Januari 2007-Desember 2010
2007
No 1
2008 2
1
2009 2
1
2010 2
1
2
1
AALI
AALI
AALI
AALI
ADRO
AALI
AALI
AALI
2
ADHI
ADHI
ADHI
AKRA
AKRA
ADRO
ADRO
ADRO
3
ANTM
ANTM
ANTM
ANTM
ANTM
ANTM
ANTM
ANTM
4
APEX
ASII
ASII
ASII
AALI
ASII
ASII
ASII
5
APOL
BBCA
BBCA
BBCA
ASII
BBCA
BBCA
ASRI
6
ASII
BBKP
BBNI
BBNI
UNSP
BBNI
BBNI
BBCA
7
BBCA
BBRI
BBRI
BBRI
BBCA
BBRI
BBRI
BBNI
8
BBRI
BDMN
BDMN
BDMN
BNGA
BDMN
BDMN
BBRI
9
BDMN
BHIT
BHIT
BISI
BDMN
BISI
BISI
BBTN
10
BLTA
BLTA
BKSL
BLTA
BNII
BLTA
BLTA
BDMN
11
BMRI
BMRI
BLTA
BMRI
BMRI
BMRI
BMRI
BIPI
12
BNBR
BMTR
BMRI
BNBR
BBNI
BNBR
BNBR
BMRI
13
BNGA
BNBR
BMTR
BNGA
PNBN
BRPT
BRPT
BMTR
14
BNII
BNGA
BNBR
BNII
BBRI
BTEL
BTEL
BNBR
15
BTEL
BNII
BNGA
BTEL
BRPT
BUMI
BUMI
BRPT
16
BUMI
BRPT
BNII
BUMI
BYAN
DEWA
DEWA
BSDE
17
CMNP
BTEL
BRPT
CPIN
BLTA
ELSA
ELSA
BTEL
18
CTRA
BUMI
BTEL
CPRO
BISI
ELTY
ELTY
BUMI
19
CTRS
CMNP
BUMI
CTRA
CPIN
ENRG
ENRG
DEWA
20
ENRG
CPRO
CPIN
DEWA
CTRA
GGRM
GGRM
DOID
21
EPMT
CTRA
CPRO
ELTY
ELSA
INCO
HEXA
ELSA
22
GGRM
CTRS
CTRA
ENRG
SMCB
INDF
INCO
ELTY
23
GJTL
ELTY
ELTY
INCO
INKP
INDY
INDF
ENRG
24
INCO
ENRG
ENRG
INDF
INDY
INKP
INDY
GGRM
25
INDF
INCO
FREN
INKP
ITMG
INTP
INKP
INCO
26
INKP
INDF
INCO
ISAT
INTP
ISAT
INTP
INDF 55
Tabel 4.1 Saham yang Masuk Kategori LQ45 Selama Periode Januari 2007-Desember 2010 (lanjutan) 2007
2008
2009
2010
No 1
2
1
2
1
2
1
2
27
INTP
INKP
INDF
ITMG
INDF
ITMG
ISAT
INDY
28
ISAT
ISAT
INKP
KIJA
ISAT
JSMR
ITMG
INTP
29
KIJA
KIJA
ISAT
LPKR
INCO
KLBF
JSMR
ISAT
30
KLBF
KLBF
KIJA
LSIP
JSMR
LPKR
KLBF
ITMG
31
LPKR
LSIP
KLBF
MEDC
KLBF
LSIP
LPKR
JSMR
32
LSIP
MEDC
MEDC
MIRA
LPKR
MEDC
LSIP
KLBF
33
MEDC
PGAS
PGAS
MNCN
MEDC
MIRA
MEDC
LPKR
34
PGAS
PNBN
PNLF
PGAS
MIRA
PGAS
MIRA
LSIP
35
PNBN
PNLF
PTBA
PNBN
PGAS
PNBN
PGAS
MEDC
36
PNLF
PTBA
SMCB
PTBA
LSIP
PTBA
PTBA
PGAS
37
PTBA
SMCB
SULI
SGRO
SGRO
SGRO
SGRO
PTBA
38
SMCB
SULI
TBLA
SMCB
SMGR
SMCB
SMCB
SMCB
39
SULI
TINS
TINS
SMGR
PTBA
SMGR
SMGR
SMGR
40
TLKM
TLKM
TLKM
TBLA
TLKM
TINS
TINS
TINS
41
TOTL
TOTL
TOTL
TINS
TINS
TLKM
TLKM
TLKM
42
TSPC
TRUB
TRUB
TLKM
TBLA
TRUB
TRUB
TRUB
43
UNSP
TSPC
UNSP
TRUB
UNVR
UNSP
UNSP
UNSP
44
UNTR
UNSP
UNTR
UNSP
UNTR
UNTR
UNTR
UNTR
45
UNVR
UNTR
UNVR
UNTR
WIKA
UNVR
UNVR
UNVR
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa saham LQ 45 selalu berubah tiap periodenya. saham –saham yang tidak memenuhi syarat akan 56
dikeluarkan dan saham baru yang memenuhi syarat akan dimasukkan. Saham-saham yang keluar dari LQ45 masih dapat masuk kembali jika telah memenuhi syarat. 3.
Sampel Saham Terpilih Sampel saham yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah saham yang masuk dalam kategori LQ45 selama periode penelitian dari Januari 2007 – Desember 2010 (4 tahun) berturut-turut dan sahamsaham yang memiliki rata-rata return harian dengan nilai positif. Setelah langkah tersebut dilakukan, maka kandidat portofolio optimal hanya terdiri atas nilai rata-rata return positif dan akhirnya didapat dua belas saham yang masuk kategori tersebut. Saham-saham tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Saham-Saham yang Masuk Sebagai Kandidat Portofolio LQ45 No Saham 1
ASII
Astra International Tbk
2
BBCA
Bank Central Asia Tbk
3
BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4
BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
5
BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
6
INCO
International Nickel Indonesia Tbk
7
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
57
Tabel 4.2 Saham-Saham yang Masuk Sebagai Kandidat Portofolio LQ45 )lanjutan) No Saham 8
PGAS
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
9
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
10
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
11
UNSP
Bakri Sumatra Plantations Tbk
12
UNTR
United Tractors Tbk
Selanjutnya masing-masing saham tersebut akan dibentuk menjadi sebuah portofolio optimum dengan menggunakan metode Markowitz, dimana dalam penelitian ini penentuan bobot tiap saham akan dibantu dengan menggunakan fungsi solver yang terdapat di dalam Microsoft Excel.
B. Analisis dan Pembahasan 1.
Pembentukan Portofolio Optimum Untuk Menentukan Posisi Exposure Proses pembentukan kurva efficient frontier dilakukan dengan bantuan Mirosoft Excel. Langkah-langkah prosesnya sesuai metodologi, yaitu : a.
Menentukan return
b.
Membentuk matriks kovarians
c.
Membentuk matriks korelasi 58
d.
Dengan menggunakan program solver yang terdapat pada Microsoft Excel, akan dicari bobot/weight yang paling tepat bagi masing-masing asset yang terkandung di dalam portofolio. Dengan adanya bantuan solver add-ins, maka akan diperoleh
beberapa alternative komposisi portofolio yang dinyatakan suatu set kurva efisien. Semua alternative yang terletak sepanjang garis kurva merupakan portofolio efisien. Namun untuk mendapatkan potrtofolio yang optimum, hanya dibutuhkan satu komposisi portofolio. Komposisi portofolio optimum nantinya akan menjadi ukuran eksposur portofolio saham yang akan diuji. Portofolio optimum yang dipilih merupakan portofolio yang dapat memberikan reward to variability terbaik, sehingga masing-masing alternative akan di ukur reward to variability-nya dengan menggunakan Sharpe Ratio. Berikut adalah kurva efficient frontier yang terbentuk dari hasil perhitungan : Gambar 4.1 Kurva Efficient Frontier
Sumber : Data diolah 59
Setelah
kurva
efficient
frontier
terbentuk,
maka
langkah
selanjutnya adalah mengambil satu komposisi terbaik (portfolio optimal) dari keseluruhan alternative-alternatif yang ada, yang dinilai berdasarkan reward to variability terbaik dengan menggunakan Sharpe ratio. Sharpe ratio membandingkan antara premi risiko portofolio (selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko). (Drs. Abdul Halim, 2005 : 68). Setelah dibandingkan antara alternative-alternatif komposisi, maka diperoleh komposisi portofolio optimum yang memberikan reward to variability terbaik sebesar 6.4837% dengan imbal hasil harian rata-rata 0.1418% dan standar deviasi harian rata-rata 1.8521%. Tabel 4.3 Komposisi Saham Portoflio Optimum (Harian) Saham
ASII
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
Bobot
16.984%
21.878%
4.351%
11.316%
3.490%
Mean
0.100%
0.202%
0.175%
0.150%
0.140%
σ
2.804%
2.376%
2.763%
2.849%
2.710%
Saham
INCO
INDF
PGAS
Bobot
2.600%
16.509%
16.241%
6.630%
Mean
0.112%
0.146%
0.087%
0.153%
Σ
3.658%
2.806%
3.004%
3.263%
SMCB
Sumber : Data diolah
60
Komposisi
portofolio
ini
akan
digunakan
dalam
proses
penghitungan Value at Risk. Bobot (weighted) masing-masing saham akan dikalikan dengan harga penutupan saham (hari akhir periode penelitian) yang akan dipakai sebagai besaran eksposur masing-masing asset dalam perhitungan VaR.
2.
Analisa Hasil Tes Statistik Setelah return masing-masing saham dan satu set portofolio optimal telah dihitung, maka untuk melakukan perhitungan potensi kerugian dengan menggunakan Value at Risk terlebih dahulu dilakukan tes statistik, yang hasilnya akan dijelaskan berikut ini. Tes statisktik diperlukan untuk dapat memperoleh hasil akhir forecast volatility. Hasil tes statistic akan menunjukkan perlunya penggunaan variable tertentu seperti alpha prime dan standar deviasi EWMA dalam penghitungan peramalan volatilitas (volatility forecast). Selain itu untuk penentuan volatilitas diperlukan hasil tes normalitas dan tes heteroskedastis. Tes normalitas dipergunakan untuk melihat perlu tidaknya alpha prime dipakai, heteroskedastis dipakai utuk melihat perlu atau tidaknya penghitungan EWMA, dan EWMA sendiri dipakai untuk perhitungan volaitilitas factor risiko pasar yang bersifat heterokedastis.
61
a.
Uji Stasioneritas Untuk menentukan ke-stasioneritas-an data dilakukan tes Augmented Dickey-Fuller test. 1)
Ho : Return saham bersifat tidak stasioner H1 : Return saham bersifat stasioner
2)
ADF < Critical Value ; (Stasioner) ADF > Critical Value ; (Tidak Stasioner) Hal ini dilakukan karena tingkat keyakinan untuk
penghitungan seluruh nilai VaR telah ditentukan sebelumnya dari awal sebesar 95%. Ringkasan hasil tes stasioneritas untuk Sembilan saham dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Uji Stasioner Data Saham No
Saham
ADF
CV 5%
Kesimpulan
1
ASII
-28.08896
-2.864370
Stasioner
2
BBCA
-31.59053
-2.864370
Stasioner
3
BBRI
-24.10064
-2.864373
Stasioner
4
BDMN
-27.38914
-2.864370
Stasioner
5
BMRI
-30.15268
-2.568330
Stasioner
6
INCO
-28.69772
-2.864370
Stasioner
7
INDF
-31.25037
-2.864370
Stasioner
8
PGAS
-31.02084
-2.864370
Stasioner
9
SMCB
-31.29022
-2.864370
Stasioner
Sumber : Data diolah
62
Dari tabel diatas terlihat bahwa seluruh data return bersifat stasioner karena nilai ADF yang lebih kecil dari nilai critical value sehingga tidak ada yang perlu dilakukan differencing untuk tingkat keyakinan 95%. b.
Deskriptif Statistik Data Hasil penelitian deskriptif statistic return 9 harga saham dan 1 portofolio optimal terhadap mean, median, maximum, minimum, standard deviation, skewness, dan kurtosis mendapatkan hasil seperti yang terdapat pada lampiran 10. Analisis dari deskriptif statistic adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Data Deskriptif Saham Saham
Mean
Max
Min
Skewness
Kurtosis
ASII
0.000999
0.168750
-0.109375
0.414356
6.559171
BBCA
0.002022
0.142857
-0.131148
0.355169
7.192103
BBRI
0.001753
0.169492
-0.107143
0.587014
6.100081
BDMN
0.001499
0.159091
-0.086614
0.751713
5.768017
BMRI
0.001402
0.168750
-0.107143
0.752690
7.311009
INCO
0.001119
0.293478
-0.163462
1.430373
11.112510
INDF
0.001455
0.132075
-0.157895
0.301438
5.613536
PGAS
0.000866
0.240000
-0.195652
0.957117
12.461720
SMCB
0.001528
0.191489
-0.130000
1.222538
9.221573
Sumber : Data diolah
63
1) ASII Dari deskriptif ASII pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa return saham ASII mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007 – 2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan distribusi tidak normal. Angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,16875 pada tanggal 31 Oktober 2008, sedangkan angka return negative maksimum yang pernah terjadi adalah -0,109375 pada tanggal 30 Maret 2009. 2) BBCA Dari data deskriptif BBCA pada tabel 4.5 dapat diketahui angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,142857 pada tanggal 30 Oktober 2008 sedangkan angka return
negatif
maksimum
yang pernah terjadi
adalah
-0,131148 pada tanggal 22 Oktober 2008. Return saham BBCA mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewnees dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal.
64
3) BBRI Dari data deskriptif BBRI pada tabel 4.5 dapat diketahui bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Return saham BBRI mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007 – 2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,169492 pada tanggal 31 Oktober 2008 sedangkan angka return negative maksimum yang pernah terjadi adalah -0,107143 pada tanggal 17 Oktober 2008. 4) BDMN Dari data deskriptif BDMN pada tabel 4.5 dapat diketahui angka return negative maksimum yang pernah terjadi pada tanggal 6 November 2008 adalah sebesar -0,086614. return saham BDMN mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Angka return positif yang maksimum pernah terjadi pada tanggal 16 September 2008 dengan nilai sebesar 0,159091.
65
5) BMRI Dari data deskriptif BMRI pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness
dan
kurtosis
pada
perhitungan
Jarque-Bera
menunjukkan tidak normal. Return saham BMRI mempunyai nilai mean positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007 – 2010 harga saham mengalami kenaikan. Angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,168750 pada tanggal 3 November 2008 sedangkan angka return negative maksimum yang pernah terjadi adalah -0,107143 pada tanggal 17 Oktober 2008. 6) INCO Dari data deskriptif INCO pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa return saham INCO mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. Ssementara bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,293478 pada tanggal 18 September 2008 sedangkan angka return negative maksimum yang pernah terjadi adalah -0,163462 pada tanggal 15 September 2008.
66
7) INDF Dari data deskriptif INDF pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa return INDF mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,132075 pada tanggal 21 April 2009 sedangkan angka return negative maksimum yang pernah terjadi adalah -0,157895 pada tanggal 29 Oktober 2008. 8) PGAS Dari data deskriptif PGAS pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa return saham PGAS mempunyai nilai mean yang positif, hal itu menandakan bahwa selama periode 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. Sementara bentuk distribusi yang
terjadi
berdasarkan
skewness
dan
kurtosis
pada
perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Angka return positif pernah terjadi pada tanggal 7 November 2008 sebesar 0,24 sedangkan angka return negative maksimum pernah terjadi pada tanggal 12 Januari 2007 sebesar -0,195652.
67
9) SMCB Angka return negatif maksimum yang pernah terjadi adalah -0,13 pada tanggal 10 September 2008 sedangkan angka return positif yang maksimum pernah terjadi adalah 0,191489 pada tanggal 14 Mei 2008. Bentuk distribusi yang terjadi berdasarkan koefisien skewness dan kurtosis pada perhitungan Jarque-Bera menunjukkan tidak normal. Return saham SMCB mempunyai nilai mean yang positif, hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007-2010 harga saham mengalami kenaikan. c.
Uji Normalitas Setelah dilakukan uji stasioneritas, selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data return. Uji normalitas juga digunakan untuk menentukan jenis α yang akan digunakan.
Ho : Return saham bersifat mengikuti distribusi normal H1 : return saham bersifat tidak mengikuti distribusi normal
Probabilitas >= 5% ; ( Tidak Menolak Ho -> Berdistribusi normal) Probabilitas <
5% ; (Menolak Ho -> Tidak berdistribusi
normal)
Jarque-Bera <= χ2 ; ( Tidak Menolak Ho -> Berdistribusi normal) 68
Jarque-Bera >
χ2 ; ( Menolak Ho -> Tidak berdistribusi
normal) Nilai χ2 (Chi-Square) table untuk penelitian ini dengan menggunakan data sebanyak 951 data dan untuk tingkat keyakinan 95% atau dengan nilai α = 5% adalah 5,991. Uji normalitas ini dilakukan untuk setiap return saham dan return portofolio. Hasil dapat dilihat pada table 4.6 Berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Chisquare No
Saham
Jarque-Bera
α = 5%, dof*=2
Prob.*
Pola Distribusi
1
ASII
529.1704
5.991
0.000000
Tidak Normal
2
BBCA
716.3529
5.991
0.000000
Tidak Normal
3
BBRI
435.4329
5.991
0.000000
Tidak Normal
4
BDMN
393.1675
5.991
0.000000
Tidak Normal
5
BMRI
826.2196
5.991
0.000000
Tidak Normal
6
INCO
2932.1180
5.991
0.000000
Tidak Normal
7
INDF
285.0635
5.991
0.000000
Tidak Normal
8
PGAS
3692.5920
5.991
0.000000
Tidak Normal
9
SMCB
1770.6970
5.991
0.000000
Tidak Normal
*) dof = degree of freedom Sumber : Yahoo finance,data diolah Dari table diatas terlihat bahwa data return 9 saham dan return portofolio berdistribusi tidak normal / skewed. Maka tindak lanjutnya adalah penggunaan alpha prime dengan formula Cornish Fisher Expansion. 69
3.
Penyesuaian Confidence Interval Parameter (α) Pada Bentuk Skewness Dengan Formula Cornish Fosher Expansion Hasil penelitian pada uji normalitas, mendapatkan bahwa seluruh data memiliki data tidak normal atau skewness. Maksud dari memiliki distribusi skewness adalah adanya ketidaksimetrisan antara kiri dan kanan pada kurva distribusinya. Dengan demikian tidak tepat lagi menggunakan nilai ‘luasan ekor’ pada distribusi normal (misal α 5% = 1,645). Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap nilai ‘luasan ekor’ dari distribusi normal. Penyesuaian confidence interval parameter / alpha prime (α) pada bentuk yang skewness dan distorsi lainnya dari bentuk normal, dapat dilakukan dengan formula Cornish Fisher Expansion seperti dalam rumus (2.14) Sebagai berikut :
2 1 1 6
Dimana : α = nilai α pada tingkat kepercayaan tertentu (α = 5%
1,645)
ξ = nilai/koefisien skewness Perhatikan Tabel 4.17 untuk saham yang terdistribusi normal maka nilai skwness = 0, berarti tidak ada koreksi. Sementara untuk saham yang tidak terdistribusi normal baik yang memiliki skewness negatif (skewed ke kiri) dan ada yang positif (skewed ke kanan) berarti memerlukan koreksi.
70
Tabel 4.7 Nilai Z-Koreksi Dari Skewness Z-score No
Saham
(α = 5%)
Skewness
Z-Koreksi
1
ASII
1.645
0.414356
1.52718
2
BBCA
1.645
0.355169
1.54401
3
BBRI
1.645
0.587014
1.47809
4
BDMN
1.645
0.751713
1.43126
5
BMRI
1.645
0.752690
1.43098
6
INCO
1.645
1.430373
1.23829
7
INDF
1.645
0.301438
1.55929
8
PGAS
1.645
0.957117
1.37286
9
SMCB
1.645
1.222538
1.29739
Sumber : Data diolah Saham INCO merupakan saham yang memiliki nilai skewness positif sebesar 1,430373. Berarti saham INCO memiliki skewed ke kanan, hal ini ditandai oleh nilai positif pada skewness-nya. nilai Z koreksi dari saham INCO sebesar 1,23829 lebih kecil daripada nilai Z pada α = 5% yaitu sebesar 1,645. Saham-saham dan portofolio yang memiliki nilai skewness positif maka nilai Z koreksinya berkurang dari 1,645. Dari Tabel 4.7 tidak ditemukan saham-saham atau portofolio yang memiliki nilai negative pada skewness-nya.
71
4.
Uji Volatilitas Heterokedastisitas Dengan White Heterocedasticity (Cross Tersm) Untuk mengetahui apakah volatilitas tingkat bagi hasil dari harga saham dan portfolio memiliki karakteristik yang homokedastis atau heteroskedastis maka dilakukan uji white Heteroscedasticity (Cross Terms). Uji White Heterocedasticity (Cross Terms) dilakukan dengan bantuan software EViews 6.0 , dari uji ini dapat dilihat bahwa jika nilai probability F-Statistic kurang dari 5% maka dapat kita simpulkan bahwa data tersebut signifikan bersifat heterokedastis namun jika nilai probability F-Statistic lebih dari 5% berarti data tidak signifikan memiliki sifat/karakteristik heterokedastik, dengan demikian data memiliki karakteristik homokedastis. Signifikansi data uji heterokedastis dapat dilihat pada lampiran 11. Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 9 saham tersebut mempunyai nilai probability F-Statistic yang lebih kecil dari 5%, dengan demikian saham-saham
tersebu
signifikan
mempunyai
karakteristik
heteroscedastis. Uraian di atas menunjukkan bahwa volatilitas atau nilai variance dari Sembilan saham yang mempunyai karakteristik heterokedastis berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, maka nilai standar deviasi dari Sembilan saham ini dicari dengan menggunakan metode EWMA (Exponentially Weighted Moving Average) yang terdapat di dalam persamaan (2.5). 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas No
Probability
Probability
Kesimpulan
F-Statisic
critical value
Pengujian
Saham
1
ASII
0.0000
0.05
Heteroskedastis
2
BBCA
0.0000
0.05
Heteroskedastis
3
BBRI
0.0000
0.05
Heteroskedastis
4
BDMN
0.0000
0.05
Heteroskedastis
5
BMRI
0.0000
0.05
Heteroskedastis
6
INCO
0.0000
0.05
Heteroskedastis
7
INDF
0.0000
0.05
Heteroskedastis
8
PGAS
0.0000
0.05
Heteroskedastis
9
SMCB
0.0000
0.05
Heteroskedastis
Sumber : Data diolah
5.
Perhitungan Volatilitas Data Return Berdasarkan hasil pengujian White Test Heteroscedasticity, diketahui bahwa seluruh data return ke-sembilan saham memiliki varian yang tidak konstan. Karena varian data return tidak konstan, maka dalam perhitungan VaR, metode volatilitasnya harus menggunakan pendekatan EWMA. Model EWMA menggunakan suatu factor peluruh (decay factor / λ) untuk melakukan pembobotan terhadap presentasi perubahan yang terjadi tiap harinya selama satu periode. Data didalam penelitian merupakan data harian, jadi penulis akan menggunakan nilai sebesar 0,94. Nilai λ akan berbeda-beda sesuai dengan instrument portofolio, 73
maka akan rumit dalam menentukannya. Oleh karena itu nilai λ ditentukan oleh JP Morgan berdasarkan penelitian yang dilakukan, sehingga ditetapkan bahwa untuk data harian akan menggunakan nilai decay factor sebesar 0,94 dan untuk data bulanan akan menggunakan nilai decay factor sebesar 0,97. Hasil perhitungan volatilitas dengan penggunaan EWMA dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA λ
σ
ASII
0.94
0.02804
0.02381589
2
BBCA
0.94
0.02376
0.03140584
3
BBRI
0.94
0.02763
0.02510025
4
BDMN
0.94
0.02849
0.03304895
5
BMRI
0.94
0.02710
0.02821776
6
INCO
0.94
0.03658
0.02277645
7
INDF
0.94
0.02807
0.02061287
8
PGAS
0.94
0.03004
0.03016019
9
SMCB
0.94
0.03263
0.02319644
No
Emiten
1
σ΄ (EWMA)
Sumber : Data diolah
6.
Value at Risk a.
Perhitungan VaR Single Instrument Perhitungan risiko dari data seluruh harga saham dengan menggunakan metode value at risk sudah dapat dilakukan. 74
Perhitungan VaR dengan time horizon 1 hari, 5 hari, dan 20 hari, tingkat keyakinan 95% (α = 5%
1,645), dan terdapat dua nilai
yang digunakan sebagai nilai eksposur,yaitu : 1) Asumsi nilai eksposur awal sebesar 100.000.000 (seratus juta), dan 2) Harga penutupan masing-masing saham pada tanggal 23 Desember 2010 Tabel 4.10 Value at Risk Single Instrument (Nilai exposure : 100 Juta) (*dalam jutaan)
No
Nilai Exposure
Saham
ZKoreksi
Value at Risk
σ΄ 1
5
20
1
ASII
Rp 100
1.5272
0.0238
3.6371
8.1329
16.2657
2
BBCA
Rp 100
1.5440
0.0314
4.8491
10.8429
21.6858
3
BBRI
Rp 100
1.4781
0.0251
3.7100
8.2959
16.5918
4
BDMN
Rp 100
1.4313
0.0330
4.7302
10.5770
21.1539
5
BMRI
Rp 100
1.4310
0.0282
4.0379
9.0290
18.0581
6
INCO
Rp 100
1.2383
0.0228
2.8204
6.3066
12.6132
7
INDF
Rp 100
1.5593
0.0206
3.2141
7.1870
14.3741
8
PGAS
Rp 100
1.3729
0.0302
4.1406
9.2586
18.5171
9
SMCB
Rp 100
1.2974
0.0232
3.0095
6.7294
13.4588
10
Portofolio
Rp 900
34.1489
76.3593
152.7186
Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% maka potensi kerugian maksimum yang terjadi pada ASII yang memiliki nilai exposure 75
sebesar Rp 100.000.000 adalah sebesar Rp 3.637.121,72,- untuk VaR 1 hari, Rp 8.132.851,40,- untuk VaR 5 hari, dan Rp 16.265.702,81,- untuk VaR 20 hari . Dengan perkataan lain, terdapat hanya 5% kemungkinan bahwa kerugian yang akan terjadi esok hari karena memiliki nilai exposure sebesar Rp 100.000.000 akan melebihi Rp 3.637.121,72,- untuk VaR 1 hari, Rp 8.132.851,40,- untuk VaR 5 hari, dan Rp 16.265.702,81,- untuk VaR 20 hari. Penjelasan yang sama juga berlaku untuk ke delapan nilai saham lainnya. Setelah diketahui VaR untuk masing-masing saham maka dapat
dihitung undiversified
VaR
portofolio dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai VaR dari masing-masing saham. Dari jumlah portofolio sebesar Rp 900.000.000 dengan proporsi sebanyak 1 lembar saham, maka VaR portofolio untuk 1 hari kedepan sebesar Rp 34.148.906,76 nilai VaR untuk 5 hari kedepan adalah sebesar Rp 76.359,276,86 dan nilai VaR untuk 20 hari ke depan sebesar Rp 152.718.553,73
76
Tabel 4.11 Value at Risk Single Instrument (Nilai exposure : Harga Penutupan Saham Tanggal 23 Desember 2010) Value at Risk 1 5 20 1,911.31 4,273.81 8,547.63
Saham
Nilai Exposure
ZKoreksi
1
ASII
Rp 52,550
1.5272
0.0238
2
BBCA
Rp
6,350
1.5440
0.0314
307.92
688.53
1,377.05
3
BBRI
Rp 10,300
1.4781
0.0251
382.13
854.48
1,708.96
4
BDMN
Rp
5,850
1.4313
0.0330
276.71
618.75
1,237.51
5
BMRI
Rp
6,350
1.4310
0.0282
256.41
573.34
1,146.69
6
INCO
Rp
4,725
1.2383
0.0228
133.26
297.99
595.97
7
INDF
Rp
4,650
1.5593
0.0206
149.46
334.20
668.40
8
PGAS
Rp
4,225
1.3729
0.0302
174.94
391.17
782.35
9
SMCB
Rp
2,300
1.2974
0.0232
69.22
154.78
309.55
10
Portofolio
3,661.36
8,187.05
16,374.10
No
Rp 97,300
σ΄
Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% maka potensi kerugian maksimum yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2010 karena ASII memiliki saham sebesar Rp 52.550,- adalah sebesar Rp 1.911,31,- untuk VaR 1 hari, Rp 4.273,81,- untuk VaR 5 hari, dan Rp 8.547,63,- untuk VaR 20 hari . Dengan perkataan lain, terdapat hanya 5% kemungkinan bahwa kerugian yang akan terjadi esok hari karena memiliki ASII memiliki posisi saham sebesar Rp 52.550,- akan melebihi Rp 1.911,31,- dalam 1 hari, Rp 4.273,81,dalam 5 hari, dan Rp 8.547,63,- dalam 20 hari Penjelasan yang sama juga berlaku untuk ke delapan nilai saham lainnya.
77
Setelah diketahui VaR untuk masing-masing saham maka dapat
dihitung undiversified
VaR
portofolio dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai VaR dari masing-masing saham. Dari jumlah portofolio sebesar Rp 97.300 dengan proporsi sebanyak 1 lembar saham, maka VaR portofolio untuk 1 hari kedepan sebesar Rp 3.661,36 nilai VaR untuk 5 hari kedepan adalah sebesar Rp 8.187,05 dan nilai VaR untuk 20 hari ke depan sebesar Rp 16.374,10 . b.
Perhitungan VaR Portofolio Metode perhitungan VaR untuk portofolio pada dasarnya sama dengan perhitungan VaR untuk masing-masing nilai saham. Yang membedakannya adalah bahwa pada perhitungan VaR portofolio dipengaruhi oleh volatilitas return masing-masing nilai saham, dan bobot masing-masing nilai saham. Return portofolio merupakan penjumlahan perkalian bobot dan return masingmasing. Data-data tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Seperti juga data return masing-masing saham, data return portofolio juga harus melalui langkah-langkah pengujian data. 1) Pengujian Stationeritas Langkah-langkah pengujian yang dilakukan sama dengan pengujian yang dilakukan terhadap masing-masing nilai saham yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa nilai ADF Test Statistic 78
untuk data return portofolio adalah sebesar -29.25753 > test critical value 5% sebesar -2.86437 artinya data tersebut sudah stasioner. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 Hasil Uji Stasionaritas Portofolio ADF Statistic No 1
Emiten Portofolio
Kesimpulan ADF Test
CV 5%
-29.25753
-2.86437
Stasioner
Sumber : Data diolah Langkah melakukan
selanjutnya pengujian
yang
normalitas
akan
dilakukan
terhadap
data
adalah return
portofolio. 2) Pengujian Normalitas Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Jarque-Bera untuk data return portofolio adalah sebesar 833.1799. angka ini lebih besar dari nilai chi Square χ2 (α = 5%, df=2) sebesar 5.991 yang berarti data return portofolio tidak memiliki distribusi normal. Hasil pengujian normalitas untuk data return portfolio dapat dilihat pada Tabel 4.13
79
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Portofolio Chisquare No 1
Saham
Jarque-Bera
Portofolio
α = 5%, dof*=2
833.1799
5.991
Prob.*
Pola Distribusi
0.00000
Tidak Normal
Sumber : Data diolah Karena data return portofolio tidak berdistribusi normal maka α yang akan digunakan harus dikoreksi lebih dahulu dengan menggunakan Cornish Fisher Expansion. α` hasil perhitungan dengan Cornish Fisher Expansion untuk return portofolio adalah sebesar 1,49766. Tabel 4.14 Nilai Z Koreksi Portofolio Z-score No
Saham
1
Portofolio
(α = 5%) 1.645
Z-Koreksi Skewness 0.518181
( α` ) 1.49766
Sumber : Data diolah 3) Tes Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas untuk return portofolio dapat dilihat pada tabel 4.15
80
Tabel 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas Portofolio
No 1
Probability
Probability
Kesimpulan
F-Statistic
Critical Value
Pengujian
0.0000
0.05
Heteroskedastis
Saham Portofolio
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software EViews 6.0 diperoleh hasil bahwa nilai Probability FStatistic untuk data return portofolio adalah sebesar 0.0000 < 5% artinya varian return portofolio adalah heterokedastis. 4) Perhitungan Volatilitas Portofolio Volatilitas portofolio dalam penelitian ini dapat diketahui dengan pendekatan EWMA karena data return portofolio tidak konstan atau heterokedastis. Tabel 4.16 merupakan hasil perhitungan volatilitas dengan pendekatan EWMA. Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA No
Emiten
Λ
σ
σ΄ (EWMA)
1
Portofolio
0.94
0.018530
0.01899276
5) Value at Risk Portofolio (Diversified VaR) Value at risk portofolio adalah perkalian antara nilai exposure, deviasi standar portofolio, alpha` dan akar dari waktu. Perhitungan value at risk di penelitian ini menggunakan 81
time horizon 1 hari, 5 hari dan 20 hari, tingkat keyakinan 95% (α = 5%
1,645), namun karena tingkat bagi hasil
portofolio saham memiliki bentuk skewness maka dilakukan koreksi dengan Cornish Fisher Expansion menjadi 1.49766. Selain itu dalam penelitian ini Value at Risk portofolio dilakukan dua kali karena adanya dua nilai exposure. Dengan menggunakan persamaan (2.13), maka setelah dilakukan langkah-langkah diatas perhitungan value at risk untuk masingmasing exposure adalah sebagai berikut : (a) Jumlah Exposure Variance Portofolio (EWMA)
: Rp 900.000.000 : 0.000360725
Deviasi Standar Portofolio (EWMA) : 0.018992764 Z Koreksi
: 1.49766
VaR Portofolio untuk satu hari kedepan adalah : Rp 900.000.000 x 0.018992764 x 1.49766 x 1 = Rp 25.600.262,42 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 25.600.262,42 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka dibutuhkan dana cadangan sebesar Rp 25.600.262,42 untuk menopang keugian sebesar Rp 25.600.262,42.
82
VaR Portofolio untuk lima hari kedepan adalah : Rp 900.000.000 x 0.018992764 x 1.49766 x
5 =
Rp 57.243.927,02 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 57.243.927,02 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka dibutuhkan dana cadangan sebesar Rp 57.243.927,02 untuk menopang keugian sebesar Rp 57.243.927,02
VaR Portofolio untuk 20 hari kedepan adalah : Rp 900.000.000 x 0.018992764 x 1.49766 x
20 =
Rp 114.487.854 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 114.487.854 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka
dibutuhkan
dana
cadangan
sebesar
Rp
114.487.854 untuk menopang keugian sebesar Rp 114.487.854
(b) Jumlah Exposure
: Rp 97.300
Variance Portofolio (EWMA)
: 0.000360725
Deviasi Standar Portofolio (EWMA)
: 0.018992764
Z Koreksi
: 1.49766
83
VaR Portofolio untuk satu hari kedepan adalah : Rp 97.300 x 0.018992764 x 1.49766 x 1 = Rp 2.767,673 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 2.767,673 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka dibutuhkan dana cadangan sebesar Rp 2.767,673 untuk menopang keugian sebesar Rp 2.767,673
VaR Portofolio untuk lima hari kedepan adalah : Rp 97.300 x 0.018992764 x 1.49766 x
5 =
Rp 6.188,705 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 6.188,705 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka dibutuhkan dana cadangan sebesar Rp 6.188,705 untuk menopang keugian sebesar Rp 6.188,705
VaR Portofolio untuk 20 hari kedepan adalah : Rp 97.300 x 0.018992764 x 1.49766 x
20 =
Rp 12.377,409 Artinya investor akan menderita kerugian kurang dari Rp 6.188,705 dengan peluang 95% jadi supaya aman maka dibutuhkan dana cadangan sebesar Rp 6.188,705 untuk menopang keugian sebesar Rp 6.188,705 Hasil perhitungan diversified VaR Portofolio untuk masingmasing exposure diatas lebih kecil dibandingkan dengan nilai 84
Undiversified VaR Portofolio. Hal ini membuktikan bahwa nilai risiko dari masing-masing saham dapat diperkecil dengan melakukan diversifikasi saham dengan membentuk satu portofolio yang dalam penelitian ini ditentukan oleh proses efficient frontier pada proses sebelumnya. Hal ini tergantung pula pada korelasi antara satu saham dengan saham lainnya.
85
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat adalah : 1. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar bentuk kurva distribui empiris return saham adalah tidak normal atau skewed. Begitu juga portofolio sahamnya kurva distribusi empiris tingkat bagi hasilnya tidak normal. 2. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar dari volatilitas return saham memiliki karakter heterokedastis. 3. Berikut adalah kesimpulan untuk pengukuran nilai VaR, dimana estimasi nilai Value at Risk pada exposure diasumsikan sebesar Rp 100.000.000,menghasilkan beberapa besaran nilai yaitu : a.
VaR untuk Masing-Masing Saham 1) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham ASII dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah
86
sebesar Rp 3,637,121 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 8,132,851 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 16,265,702. 2) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BBCA dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 4,849,099 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 10,842,916 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 21,685,833. 3) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BBRI dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 3,710,043. ; 5 hari ke depan sebesar Rp 8,295,908 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 16,591,817. 4) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BDMN
dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan
adalah sebesar Rp 4,730,163 ; 5 hari ke depan sebesar
Rp
10,576,966 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 21,153,933. 5) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BMRI dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 4,037,911 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 9,029,044 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 18,058,088. 6) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham INCO dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah 87
sebesar Rp 2,820,388 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 6,306,579 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 12,613,159 7) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham INDF dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 3,214,144 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 7,187,045 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 14,374,091. 8) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham PGAS dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 4,140,559 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 9,258,571; 20 hari kedepan sebesar Rp 18,517,143 9) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham SMCB dengan tingkat keyakinan 95% dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 3,009,475 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 6,729,392 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 13,458,784. 10) Besar maksimum potensi kerugian portofolio harga saham ASII dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham tertimbang (equally weighted) saat observasi Rp 900,000,000 dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 34,148,906 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 76,359,276 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 152,718,553.
88
b.
VaR untuk Portofolio (Diversified VaR) 1) Nilai VaR portofolio diversified horizon 1 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 25.600.262,42. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 25,6%. 2) Nilai VaR portofolio diversified horizon 5 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 57.243.927,02. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 57,24%. 3) Nilai VaR portofolio diversified horizon 20 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 114.487.854. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 114,5%.
4. Berikut adalah kesimpulan untuk pengukuran nilai VaR, dimana estimasi nilai Value at Risk pada exposure berdasarkan harga saham di akhir periode penelitian menghasilkan beberapa besaran nilai yaitu : a.
VaR untuk Masing-Masing Saham 1) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham ASII dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 1,911 ; 5 hari ke
89
depan sebesar Rp 4,273 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 8,547 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp 52,550. 2) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BBCA dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 307.92 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 688.53 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 1,377.05 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp6,350. 3) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BBRI dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 382.13 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 854.48 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 1,708.96 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp10,300. 4) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BDMN dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 276.71 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 618.75 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 1,237.51 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp5,850. 5) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham BMRI dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 256.41 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 573.34 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 1,146.69 90
dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp 6,350. 6) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham INCO dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 133.26 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 297.99 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 595.97 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp4,725. 7) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham INDF dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 149.46 ; 5 hari ke depan sebesar
Rp 334.2 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 668.4
dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp4,650. 8) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham PGAS dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 174.94 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 391.17 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 782.35 dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp4,225. 9) Besar maksimum potensi kerugian untuk tiap lembar harga saham SMCB dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 69.22 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 154.78 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 309.55 91
dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham saat observasi Rp2,300. 10) Besar maksimum potensi kerugian portofolio harga saham ASII dengan tingkat keyakinan 95% pada harga saham tertimbang (equally weighted) saat observasi Rp 97,300 dalam 1 hari kedepan adalah sebesar Rp 3,661 ; 5 hari ke depan sebesar Rp 8,187 ; 20 hari kedepan sebesar Rp 16,374. b.
VaR untuk Portofolio (Diversified VaR) 1) Nilai VaR portofolio diversified horizon 1 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 2.767,673. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 2,84%. 2) Nilai VaR portofolio diversified horizon 5 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 6.188,705. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 6,36%%. 3) Nilai VaR portofolio diversified horizon 20 hari dengan tingkat keyakinan (confidence level) 95% adalah sebesar Rp 12.377,409. Ini berarti perbandingan VaR terhadap nilai portofolio adalah 12,72%.
92
B. Saran 1. Penelitian ini hanya memilih portfolio optimum berdasarkan reward to variability terbaik. Sedangkan tingkat ketahanan investor terhadap risiko berbeda-beda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk berbagai macam alternative komposisi portofolio. 2. Model Value at Risk hanyalah suatu alat estimasi yang tergantung dari beberapa asumsi dan parameter yang mendasarinya sehingga kuranglah bijaksana menjadikannya pegangan utama sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tanpa disertai pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep VaR itu sendiri. 3. Peneliti lain diharapkan dapat mengulangi penelitian ini dengan rentang waktu yang berbeda karena nilai λ sangat tergantung dengan pergerakan harga saham dalam jangka waktu pegamatan. 4. Dengan adanya hasil penelitian ini, maka disarankan untuk para analis dan investor di pasar saham Indonesia untuk mengukur resiko harga atau potensi kerugian dari saham dengan menggunakan Value at Risk agar dapat mengantisipasi lebih awal kerugian terburuk yang mungkin akan dialami.
93
DAFTAR PUSTAKA
Agung D. Buchdadi. Penghitungan Value at Risk Portofolio Optimum Saham Perusahaan Berbasis Syariah Dengan Pendekatan EWMA. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 . 2007. Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. Investments. (6th ed.). New York: McGrawHill/Irwin. 2006. Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI.2010 Darmawan, Adrianus. Optimasi Risk-Return Portofolio Obligasi Pemerintah MenggunakanMetode Efficient Frontierdan Value at Risk. Jakarta : Karya Akhir MMUI. 2006 Husnan, Suad.. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2001. Hadi, Kuncoro. Analisis Risiko Harga Saham Syariah Menggunakan Daily Earning at Risk. Jakarta : Karya Akhir MMUI . 2004. Hamid, Abdul. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta. 2010 Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Edisi ke-6. Yogyakarta : BPFE. 2009 Jorion, Philippe. Value at Risk : The New Benchmark For Managing Financial Risk. Mc.Graw Hill. 2001 Komariyah, Oom. Analisis Pengukuran RisikoHarga SahamSyariah Dengan PendekatanModel Variance Covariance dan Historical Simulation. Jakarta : Karya Akhir MMUI. 2005 Kumalasari, Ratna. Perbandingan Value at Risk dengan Estimasi Volatilitas EWMA dan GARCH (Studi Kasus PDN Bank X). Jakarta : Karya Akhir MMUI. 2005 Pafka, Szilard ., Kondor, Imre. Evaluating the RiskMetrics Methodology in Measuring Volatility and Value-at-Risk in Financial Markets. Budapest, Hungary : Department of Physics of Complex Systems, E• otv• os University,Pazmany P. 2001. Rizki, Lutfi Trisandi. Optimasi Risk-Return Portofolio Investasi Instrumen Saham, Obligasi, Emas, Valas Dan Deposito Menggunakan Metode Markowitz dan Value-At-Risk. Jakarta : Karya Akhir MMUI. 2009.
94
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Sartono, R.Agus., Andika Setiawan, Arie. VaR Portofolio Optimal : Perbandingan Antara Metode Markowitz dan Mean Absolute Deviation. Junal Siasat Bisnis Hal 37-50 . 2006. Sharpe, William F,. Alexander, Gordon J., Bailey, Jeffery V. Investasi. Jakarta : Indeks. 2005 Sunaryo, T. Manajemen Risiko Finansial. Jakarta : Salemba Empat. 2007. Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi . Yogyakarta : Kanisius. 2010 Warsini, Sabar. Manajemen Investasi. Jakarta : Semesta Media . 2009. Warsitosunu, Eko Wisnu. Perhitungan Value at Risk untuk Indeks Bursa Saham Menggunakan EWMA dan ARCH/GARCH (Studi pada 15Indeks Periode Juni 2007 – 2009). Jakarta : Karya Akhir MMUI. 2009. http://csatria.blogspot.com/2009/02/kerangka-kerja-risk-management.html diakses pada tanggal 28 Oktober 2010 http://subud.wordpress.com/learning-finance/risk-management/ tanggal 28 oktober 2010
diakses
pada
http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen-risiko diakses pada tanggal 26 Juni 2011 http://amrigunasti.wordpress.com/2011/lingkup-manajemen-proyek/ diakses pada tanggal 26 Juni 2011
95
Lampiran 1 : Rata-Rata Saham dan Standar Deviasi Kandidat Portofolio dari Indeks LQ 45 Periode Januari 2007 – Desember 2010
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF PGAS PTBA SMCB UNSP UNTR
Saham Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Holcim Indonesia Tbk Bakri Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk
Return
Varian
0.00100 0.00202 0.00175 0.00150 0.00140 0.00112 0.00146 0.00087 0.00159 0.00153 0.00114 0.00226
0.00079 0.00056 0.00076 0.00081 0.00073 0.00134 0.00079 0.00090 0.00106 0.00106 0.00188 0.00097
Standar Deviasi 0.02804 0.02376 0.02763 0.02849 0.02710 0.03658 0.02806 0.03004 0.03249 0.0263 0.04334 0.03117
Kandidat Portofolio Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Lampiran 2 : Daftar Saham yang Lolos Menjadi Kandidat Anggota Portoflio dari Indeks LQ45 Periode Januari 2007 – Desember 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kode ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF PGAS PTBA SMCB UNSP UNTR
Saham Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Holcim Indonesia Tbk Bakri Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk
97
Lampiran 3 : Koefisien Korelasi Untuk Setiap Saham Periode 2007-2010
Saham ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF PGAS PTBA SMCB UNSP UNTR
ASII 1.00000 0.37377 0.47511 0.41376 0.47464 0.35012 0.34607 0.37581 0.33086 0.29798 0.29849 0.47847
BBCA 0.37377 1.00000 0.38729 0.35750 0.44843 0.22344 0.23014 0.30747 0.25445 0.25704 0.25386 0.32443
BBRI 0.47511 0.38729 1.00000 0.43065 0.56951 0.31507 0.32313 0.33607 0.34796 0.27030 0.25631 0.36990
BDMN 0.41376 0.35750 0.43065 1.00000 0.45851 0.26556 0.31817 0.30332 0.28143 0.28048 0.28584 0.30631
BMRI 0.47464 0.44843 0.56951 0.45851 1.00000 0.35142 0.36785 0.45608 0.40629 0.34817 0.31634 0.43234
INCO 0.35012 0.22344 0.31507 0.26556 0.35142 1.00000 0.38819 0.45102 0.45929 0.33024 0.43686 0.40606
INDF 0.34607 0.23014 0.32313 0.31817 0.36785 0.38819 1.00000 0.35583 0.40911 0.36256 0.42912 0.37151
PGAS 0.37581 0.30747 0.33607 0.30332 0.45608 0.45102 0.35583 1.00000 0.51227 0.36404 0.38362 0.40580
PTBA 0.33086 0.25445 0.34796 0.28143 0.40629 0.45929 0.40911 0.51227 1.00000 0.35925 0.45764 0.48799
SMCB 0.29798 0.25704 0.27030 0.28048 0.34817 0.33024 0.36256 0.36404 0.35925 1.00000 0.33608 0.33940
UNSP 0.29849 0.25386 0.25631 0.28584 0.31634 0.43686 0.42912 0.38362 0.45764 0.33608 1.00000 0.39253
UNTR 0.47847 0.32443 0.36990 0.30631 0.43234 0.40606 0.37151 0.40580 0.48799 0.33940 0.39253 1.00000
98
Lampiran 4 : Bordered Covariance Matrix For Equally Weighted Portofolio
ASII
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
PGAS
PTBA
SMCB
UNSP
UNTR
WEIGHTS
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.083333
0.000005
0.000002
0.000003
0.000002
0.000003
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000003
0.083333
0.000002
0.000004
0.000002
0.000002
0.000002
0.000001
0.000001
0.000002
0.000001
0.000001
0.000002
0.000002
0.083333
0.000003
0.000002
0.000005
0.000002
0.000003
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.083333
0.000002
0.000002
0.000002
0.000006
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.083333
0.000003
0.000002
0.000003
0.000002
0.000005
0.000002
0.000002
0.000003
0.000002
0.000002
0.000003
0.000003
0.083333
0.000002
0.000001
0.000002
0.000002
0.000002
0.000009
0.000003
0.000003
0.000004
0.000003
0.000005
0.000003
0.083333
0.000002
0.000001
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000005
0.000002
0.000003
0.000002
0.000004
0.000002
0.083333
0.000002
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000003
0.000002
0.000006
0.000003
0.000002
0.000003
0.000003
0.083333
0.000002
0.000001
0.000002
0.000002
0.000002
0.000004
0.000003
0.000003
0.000007
0.000003
0.000004
0.000003
0.083333
0.000002
0.000001
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000002
0.000002
0.000003
0.000007
0.000003
0.000002
0.083333
0.000003
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000005
0.000004
0.000003
0.000004
0.000003
0.000013
0.000004
0.083333
0.000003
0.000002
0.000002
0.000002
0.000003
0.000003
0.000002
0.000003
0.000003
0.000002
0.000004
0.000007
1.000000
0.000031
0.000021
0.000029
0.000028
0.000032
0.000040
0.000029
0.000034
0.000038
0.000032
0.000048
0.000036
Portofolio Variance Portofolio SD Portofolio Expected Return
0.000397 0.019930 0.001470
99
Lampiran 5 : Bordered Covariance Matrix For Target Return Portofolio
ASII
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
PGAS
PTBA
SMCB
UNSP
UNTR
WEIGHTS
0.169835
0.218785
0.043508
0.113160
0.034904
0.026003
0.165088
0.162415
0.000000
0.066303
0.000000
0.000000
0.169835
0.000023
0.000009
0.000003
0.000006
0.000002
0.000002
0.000008
0.000009
0.000000
0.000003
0.000000
0.000000
0.218785
0.000009
0.000027
0.000002
0.000006
0.000002
0.000001
0.000006
0.000008
0.000000
0.000003
0.000000
0.000000
0.043508
0.000003
0.000002
0.000001
0.000002
0.000001
0.000000
0.000002
0.000002
0.000000
0.000001
0.000000
0.000000
0.113160
0.000006
0.000006
0.000002
0.000010
0.000001
0.000001
0.000005
0.000005
0.000000
0.000002
0.000000
0.000000
0.034904
0.000002
0.000002
0.000001
0.000001
0.000001
0.000000
0.000002
0.000002
0.000000
0.000001
0.000000
0.000000
0.026003
0.000002
0.000001
0.000000
0.000001
0.000000
0.000001
0.000002
0.000002
0.000000
0.000001
0.000000
0.000000
0.165088
0.000008
0.000006
0.000002
0.000005
0.000002
0.000002
0.000021
0.000008
0.000000
0.000004
0.000000
0.000000
0.162415
0.000009
0.000008
0.000002
0.000005
0.000002
0.000002
0.000008
0.000024
0.000000
0.000004
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.066303
0.000003
0.000003
0.000001
0.000002
0.000001
0.000001
0.000004
0.000004
0.000000
0.000005
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
1.000000
0.000064
0.000064
0.000014
0.000038
0.000012
0.000010
0.000056
0.000063
0.000000
0.000022
0.000000
0.000000
Portofolio Variance Portofolio SD Portofolio Expected Return Risk Free Reward to Variability Ratio
0.000343 0.018521 0.001418 0.000217 0.064837
100
Lampiran 6 : Portofolio Efficient Frontier
Expected Return
SD
Reward to Variability
ASII
BBCA
Combination of Stock's Weight BBRI BDMN BMRI INCO
INDF
PGAS
0.0866%
3.0024%
2.1610%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
100.0000%
0.0897%
2.6193%
2.5950%
0.00000%
38.36531%
12.43874%
10.47671%
0.00000%
0.00000%
16.0412%
1.1369%
0.0966%
2.5394%
2.9484%
30.0716%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
69.9284%
0.1066%
2.2543%
3.7649%
41.62609%
0.0000%
0.0000%
4.07324%
0.0000%
4.77563%
7.6548%
41.2389%
0.1226%
1.9815%
5.0906%
0.00000%
38.36531%
12.43874%
10.47671%
0.00000%
0.00000%
16.0412%
1.1369%
0.1266% 0.1418%
2.0000% 1.8521%
5.2435% 6.4837%
27.83859% 16.9835%
6.70534% 21.8785%
0.0000% 4.3508%
11.18249% 11.3160%
5.33343% 3.4904%
3.64160% 2.6003%
14.7038% 16.5088%
26.0168% 16.2415%
Combination of Stock's Weight PTBA SMCB UNSP UNTR 0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
3.7418%
7.6887%
0.0000%
10.1105%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
0.6314%
0.0000%
3.7418%
7.6887%
0.0000%
10.1105%
0.0000%
4.5780%
0.0000%
0.0000%
0.0000%
6.6303%
0.0000%
0.0000%
101
Lampiran 7 : Kurva Efficient Frontier Portofolio dari LQ 45
Lampiran 8 : Alokasi Investasi Portofolio dari LQ 45 Periode Januari 2007 – Desember 2010
Bobot
ASII BBCA BBRI 16.984% 21.878% 4.351%
BDMN 11.316%
BMRI 3.490%
INCO 2.6%
INDF PGAS SMCB 16.509% 16.241% 6.630%
102
Lampiran 9
: Hasil Tes Stasioner Data Return Saham dan Portofolio
ASII Null Hypothesis: ASII has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-28.08896 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ASII) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:08 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
ASII(-1) C
-0.908249 0.000889
0.032335 0.000907
-28.08896 0.979453
0.0000 0.3276
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.454228 0.453652 0.027948 0.740462 2051.556 788.9896 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.67E-05 0.037811 -4.314855 -4.304631 -4.310960 1.991023
BBCA Null Hypothesis: BBCA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-31.59053 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
103
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BBCA) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:09 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BBCA(-1) C
-1.026209 0.002067
0.032485 0.000774
-31.59053 2.670306
0.0000 0.0077
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.512837 0.512323 0.023775 0.535835 2205.194 997.9618 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-3.44E-05 0.034044 -4.638303 -4.628079 -4.634407 1.998923
BBRI Null Hypothesis: BBRI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-24.10064 -3.437020 -2.864373 -2.568331
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BBRI) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:10 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BBRI(-1) D(BBRI(-1)) C
-1.054913 0.140816 0.001835
0.043771 0.032187 0.000891
-24.10064 4.374915 2.060171
0.0000 0.0000 0.0397
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.473036 0.471922 0.027335 0.706839 2070.948 424.5948 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.01E-05 0.037615 -4.358162 -4.342813 -4.352313 2.001502
104
BDMN Null Hypothesis: BDMN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-27.38914 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BDMN) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:11 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BDMN(-1) C
-0.883955 0.001323
0.032274 0.000921
-27.38914 1.437650
0.0000 0.1509
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.441750 0.441162 0.028332 0.760947 2038.594 750.1651 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.63E-05 0.037899 -4.287565 -4.277341 -4.283670 1.995749
BMRI Null Hypothesis: BMRI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-30.15268 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
105
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BMRI) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:12 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BMRI(-1) C
-0.978980 0.001355
0.032467 0.000881
-30.15268 1.538287
0.0000 0.1243
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.489550 0.489011 0.027120 0.697232 2080.130 909.1840 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.64E-05 0.037938 -4.375011 -4.364787 -4.371116 2.000184
INCO Null Hypothesis: INCO has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-28.69772 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INCO) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:13 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
INCO(-1) C
-0.929153 0.000996
0.032377 0.001185
-28.69772 0.840252
0.0000 0.4010
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.464878 0.464314 0.036503 1.263167 1797.857 823.5591 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-5.52E-05 0.049874 -3.780753 -3.770528 -3.776857 1.987492
106
INDF Null Hypothesis: INDF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-31.25037 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INDF) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:14 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
INDF(-1) C
-1.014831 0.001471
0.032474 0.000913
-31.25037 1.611780
0.0000 0.1073
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.507426 0.506907 0.028091 0.748058 2046.708 976.5854 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-7.68E-06 0.040004 -4.304649 -4.294425 -4.300754 2.000619
PGAS Null Hypothesis: PGAS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-31.02084 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
107
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PGAS) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:15 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PGAS(-1) C
-1.007642 0.000865
0.032483 0.000976
-31.02084 0.885962
0.0000 0.3759
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.503741 0.503217 0.030070 0.857177 1982.030 962.2925 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.74E-05 0.042663 -4.168485 -4.158261 -4.164590 1.999850
SMCB Null Hypothesis: SMCB has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-31.29022 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(SMCB) Method: Least Squares Date: 03/28/11 Time: 00:17 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
SMCB(-1) C
-1.015275 0.001506
0.032447 0.001060
-31.29022 1.420641
0.0000 0.1558
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic
0.508063 0.507545 0.032629 1.009318 1904.422 979.0779
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-5.85E-05 0.046497 -4.005100 -3.994876 -4.001204 1.999756
108
Prob(F-statistic)
0.000000
PF (PORTOFOLIO) Null Hypothesis: PF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=21)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-29.25753 -3.437012 -2.864370 -2.568330
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PF) Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 00:04 Sample (adjusted): 2 951 Included observations: 950 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PF(-1) C
-0.949055 0.001333
0.032438 0.000603
-29.25753 2.211637
0.0000 0.0272
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.474502 0.473948 0.018522 0.325226 2442.364 856.0028 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-2.57E-05 0.025537 -5.137609 -5.127385 -5.133713 2.000495
109
Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas Data Return Saham dan Portofolio 240
Series: ASII Sample 1 951 Observations 951
200
160
120
80
40
320
Series: BBCA Sample 1 951 Observations 951
280
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.000999 0.000000 0.168750 -0.109375 0.028043 0.414356 6.559171
Jarque-Bera Probability
529.1704 0.000000
240 200 160 120 80 40
0 -0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
0.15
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.002022 0.000000 0.142857 -0.131148 0.023759 0.355169 7.192103
Jarque-Bera Probability
716.3529 0.000000
0 -0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
0.15
250
250
Series: BBRI Sample 1 951 Observations 951
200
150
100
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001753 0.000000 0.169492 -0.107143 0.027632 0.587014 6.100081
Jarque-Bera Probability
435.4329 0.000000
Series: BDMN Sample 1 951 Observations 951
200
150
100
50
50
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001499 0.000000 0.159091 -0.086614 0.028494 0.751713 5.768017
Jarque-Bera Probability
393.1675 0.000000
0
0 -0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
-0.05
0.15
0.00
0.05
0.10
0.15
350 250
Series: BMRI Sample 1 951 Observations 951
200
150
100
50
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001402 0.000000 0.168750 -0.107143 0.027102 0.752690 7.311009
Jarque-Bera Probability
826.2196 0.000000
Series: INCO Sample 1 951 Observations 951
300 250 200 150 100 50
-0.1 -0.05
-0.00
0.05
0.10
0.001119 0.000000 0.293478 -0.163462 0.036580 1.430373 11.11251
Jarque-Bera Probability
2932.118 0.000000
0
0 -0.10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-0.0
0.1
0.2
0.3
0.15
240
Series: INDF Sample 1 951 Observations 951
200
400
Series: PGAS Sample 1 951 Observations 951 300
160
120
80
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001455 0.000000 0.132075 -0.157895 0.028065 0.301438 5.613536
Jarque-Bera Probability
285.0635 0.000000
200
100 40
0
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.000866 0.000000 0.240000 -0.195652 0.030040 0.957117 12.46172
Jarque-Bera Probability
3692.592 0.000000
0 -0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
-0.2
-0.1
-0.0
0.1
0.2
110
240
160
Series: SMCB Sample 1 951 Observations 951
200
Series: PF Sample 1 951 Observations 951
140 120
160
120
80
40
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001528 0.000000 0.191489 -0.130000 0.032629 1.222538 9.221573
Jarque-Bera Probability
1770.697 0.000000
100 80 60 40 20
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.001418 0.000664 0.114638 -0.082336 0.018530 0.518181 7.466830
Jarque-Bera Probability
833.1799 0.000000
0
0
-0.05
-0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
0.15
0.00
0.05
0.10
0.20
111
Lampiran 11 : Hasil Uji Heterokedastisitas Data Return Saham dan Portofolio
ASII Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
108172.6 946.8510 11.16694
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.0038
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
2.47E-07 5.20E-06 2.58E-05
3.80E-10 1.27E-08 1.92E-07
649.0533 408.1863 134.6823
0.0000 0.0000 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:18 Sample: 1 951 Included observations: 951 Variable C ASII ASII^2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.995637 0.995628 1.08E-08 1.10E-13 16098.84 108172.6 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2.72E-07 1.63E-07 -33.85034 -33.83502 -33.84450 2.021648
18094220 950.9751 0.027429
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BBCA
1.15E-12 -1.49E-11
6.21E-17 2.48E-15
18541.94 -6014.998
0.0000 0.0000
BBCA Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.0000 0.0000 0.9864
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:33 Sample: 1 951 Included observations: 951
112
BBCA^2
4.84E-11
4.15E-14
0.999974 0.999974 1.78E-15 18094220 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1.15E-12 3.47E-13 2.99E-27 2.005675
2.34E+14 951.0000 0.001721
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.9991
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BBRI BBRI^2
2.01E-21 3.78E-20 1.78E-19
5.96E-29 2.08E-27 3.28E-26
33661019 18212068 5435659.
0.0000 0.0000 0.0000
1.000000 1.000000 1.68E-27 2.34E+14 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
2.21E-21 1.18E-21 2.68E-51 1.999736
1.29E+30 951.0000 0.009351
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.9953
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
1166.251
0.0000
BBRI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:34 Sample: 1 951 Included observations: 951
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
BDMN Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:41 Sample: 1 951 Included observations: 951
113
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BDMN BDMN^2
3.46E-37 2.35E-35 3.97E-34
7.94E-52 2.74E-50 4.32E-49
4.36E+14 8.58E+14 9.19E+14
0.0000 0.0000 0.0000
1.000000 1.000000 2.22E-50 1.29E+30 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
7.05E-37 1.15E-36 4.66E-97 2.003342
6.50E+31 951.0000 2.07E-06
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 1.0000
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BMRI BMRI^2
6.71E-68 1.44E-67 7.78E-68
3.75E-85 1.36E-83 1.98E-82
1.79E+17 1.06E+16 3.94E+14
0.0000 0.0000 0.0000
1.000000 1.000000 1.07E-83 6.50E+31 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
6.73E-68 3.97E-69 1.1E-163 1.063718
7.25E+33 951.0000 0.081608
Prob. F(2,948) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.9600
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
BMRI Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:42 Sample: 1 951 Included observations: 951
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
INCO Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 01:43 Sample: 1 951
114
Included observations: 951 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INCO INCO^2
3.2E-129 3.3E-127 8.7E-126
3.9E-145 1.1E-143 9.7E-143
8.23E+15 2.93E+16 8.98E+16
0.0000 0.0000 0.0000
1.000000 1.000000 1.1E-143 7.25E+33 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1.5E-128 4.4E-128 1.2E-283 1.596782
44426.81 935.0865 0.256354
Prob. F(2,942) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.8797
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INDF INDF^2
8.20E-10 5.52E-08 9.43E-07
9.02E-12 2.96E-10 4.87E-09
90.97155 186.5387 193.5470
0.0000 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
INDF Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/10/11 Time: 00:48 Sample: 1 951 Included observations: 951
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.989510 0.989487 2.51E-10 5.95E-17 19549.14 44426.81 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
3.00E+08 944.9985 0.012703
Prob. F(2,942) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
1.65E-09 2.45E-09 -41.36750 -41.35210 -41.36163 1.996555
PGAS Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.0000 0.0000 0.9937
115
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/10/11 Time: 00:51 Sample: 1 951 Included observations: 951
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PGAS PGAS^2
1.05E-14 4.15E-13 4.09E-12
8.61E-19 2.87E-17 2.81E-16
12200.17 14431.98 14563.44
0.0000 0.0000 0.0000
0.999998 0.999998 2.54E-17 3.00E+08 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1.46E-14 2.02E-14 6.06E-31 1.999207
1.63E+16 945.0000 0.000478
Prob. F(2,942) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000 0.9998
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C SMCB SMCB^2
1.48E-23 1.86E-22 5.84E-22
4.17E-32 1.35E-30 1.42E-29
3.56E+08 1.38E+08 41248524
0.0000 0.0000 0.0000
1.000000 1.000000 1.20E-30 1.63E+16 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
SMCB Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/10/11 Time: 00:52 Sample: 1 951 Included observations: 951
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
1.57E-23 7.07E-24 1.36E-57 2.005521
116
PF (PORTOFOLIO) Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
865.3278 453.3441 10.55670
Prob. F(1,948) Prob. Chi-Square(1) Prob. Chi-Square(1)
0.0000 0.0000 0.0012
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PORTOFOLIO^2
1.07E-07 0.000121
3.90E-09 4.11E-06
27.48341 29.41645
0.0000 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/18/11 Time: 01:12 Sample: 1 951 Included observations: 951
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.477204 0.476653 1.12E-07 1.19E-11 13856.46 865.3278 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.49E-07 1.55E-07 -29.16728 -29.15706 -29.16339 1.919300
117
Lampiran 12 : Hasil Perhitungan Volatilitas EWMA
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF PGAS SMCB PF
Saham Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Holcim Indonesia Tbk Portofolio
Varian 0.00056720 0.00098633 0.00063002 0.00109223 0.00079624 0.00051877 0.00142489 0.00090964 0.00053808 0.00036073
Standar Deviasi EWMA 0.02381589 0.03140584 0.02510025 0.03304895 0.02821776 0.02277645 0.02061287 0.03016019 0.02319644 0.01899276
118