perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA
Disusun Oleh: AGUS HIDAYATULLAH NIM M0206013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Penetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini dibimbing oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
Sorja Koesuma, S.Si, M.Si. NIP. 19720801 200003 1 001
Budi Legowo, S.Si, M.Si. NIP. 19730510 199903 1 002
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada : Hari : Senin Tanggal
: 17 Januari 2011
Anggota Tim Penguji : Darsono S.Si, M.Si. NIP. 19700727 199702 1 001
(...............................)
Utari, S.Si, M.Si. NIP. 19701206 200003 2 001
(.................................)
Disahkan oleh: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta Ketua Jurusan Fisika
Drs. Harjana, M.Si, Ph.D NIP. 19590725 198601 1 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA
Oleh : Agus Hidayatullah M0206013 Saya dengan ini menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil kerja saya dan sepengetahuan saya, hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi yang telah dipublikasikan dan ditulis oleh orang lain, atau materi yang telah diajukan untuk mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta maupun di lingkungan perguruan tinggi lainnya, kecuali yang telah dituliskan dalam daftar pustaka skripsi ini. Semua bantuan dari berbagai pihak baik fisik maupun psikis, telah saya cantumkan dalam bagian ucapan terimakasih skripsi ini.
Surakarta, Desember 2010 Penulis
Agus Hidayatullah
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
”Dia Menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Memiliki karunia yang besar” (Q.S. Ali „Imrān:74) “Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, bila kita bersedia dan berusaha memberikan yang terbaik untuk diri kita sendiri”
“I‟ve come to believe that all my past failure and frustration were actually laying the foundation for the understandings that have created the new level I now enjoy” (Antony)
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK : Ayah dan Mamah tersayang, yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kasih sayang. Aku menyanyangi kalian selamanya. Teteh ku tercinta, yang selalu ada untuk aku baik sehat maupun sakit. Aku sayang teteh, juga adik adiku, A’Amir, teh Ely, dek dicky, A’diding aku juga sayang kalian. Buat Simbah Putri yang selalu mendoakan aku agar melakukan yang terbaik, Alm. Simbah Kakung yang telah mengajarkan prinsip hidup, dan Mak Iyang, juga keluarga besar yang menyuport aku terus. Buat temen-temen ku yang telah ikut membantu ambil data resistivitas, Teguh, Hastho, Toni, Ardi’07, Defi’07, Mukhlis, Dewan, Tug, Haikal’05, Fuad, Suryono, Avin, Herlina, Fajri, Bundo, Rianti, Dwil, Nanang, mz Bejo, mz Imam n B’jo. Keluarga besar OGe jurusan Fisika FMIPA UNS Angkatan 2006,
terimaksih
atas
persahabatan dan kekeluaragaan to user menyenangkan. OGe Aye. commit Plus temen-teman kos annisa 1.
iv
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA AGUS HIDAYATULLAH Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Geolistrik adalah metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Salah satu kegunaan Geolistrik metode Schlumberger ialah untuk pencarian lokasi akuifer airtanah dalam. Penelitian ini terkait geolistrik resistivitas Sounding dengan konfigurasi Schlumberger pada area seluas 44,02 Km2 sebanyak 38 titik sounding di wilayah Surakarta yang dibagi dalam 4 zona yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Pengukuran menggunakan resistivitymeter OYO model 2119C digital McOHMEL. Pengolahan data dilakukan dengan Progress versi 3, dengan hasil pengolahan berupa kedalaman, ketebalan dan jumlah perlapisan serta harga resistivitasnya. Hasil pengolahan ditentukan berdasarkan rekomendasi model dengan persentase error terkecil yang mengacu pada informasi geologi, hidrogeologi dan data sumur penduduk. Dari titik-titk Sounding tersebut dibuat peta kontur kedalaman akuifer airtanah daerah penelitian, sehingga diperoleh hasil bahwa kedalaman akuifer airtanah adalah 38-183 m. Hasil ini pengukuran untuk tiap zona didapatkan bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih jauh dari permukaan tanah atau lebih dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Barat yang diorientasi pada hasil pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah. Kata kunci : Geolistrik, resistivitas, schlumberger, airtanah
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DETERMINATION OF GROUNDWATER WITH GEOELECTRIC METHOD SCHLUMBERGER CONFIGURATION IN SURAKARTA AGUS HIDAYATULLAH Physics Departement, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University ABSTRACT Geoelectric is geophysics method learning the nature of electric current in earth and how to detect it on the surface of earth. In this case cover the potential measurement, current and electromagnetic field that happened, either through natural and also effect of current hypodermic into the earth. One of usefulness method is Schlumberger for the seeking location of groundwater aquifer. This research is related to the geoelectric resistivity surveys using Schlumberger configuration in area 44,02 Km2 consist of 38 measurements points in Surakarta which is divided into 4 zones, North, East, South, and West. The measurements were carried out using OYO model 2119C Resistivitimeters. Data was processed using Progress software ver 3, with resulting resistivity value. The result of prosesing is determined based on recommendations of the model with the smallest percentage error which refers to information on geology, hydrogeology and well data of the resident. From the Sounding measurements find groundwater aquier depth is around 38-183 meters. The results of this measurement for each zone was found that the Northern region of Surakarta the position of groundwater table is deeper than the other 3 zones Eastern, Southern and Western regions respectively, based on measurement for each region. Keywords: Geoelectric, resistivity, schlumberger, groundwater.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagian dana dari penelitian ini mengunakan Dana Penelitian DIPA BLU SBIR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nomer Kontrak: 07/H27.9/PL/2010 tertanggal 1 Juni 2010.
ACKNOWLEDGMENT
Some part of this research is funded from DIPA BLU SBIR Fund, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University. With Contract Number 07/H27.9/PL/2010, date June 1, 2010.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) yang berjudul ” Penentuan Kedalaman Airtanah Dalam dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Surakarta “ ini dengan baik. Tugas Akhir (TA) ini menjadi salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan jenjang perkuliahan program Strata 1 (S-1) di Jurusan Fisika Universitas Sebelas Maret. Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini, tentunya tidak terlepas dari adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Harjana, M. Si., Ph. D selaku ketua jurusan Fisika FMIPA UNS. 2. Bapak Sorja Koesuma, S. Si, M. Si selaku pembimbing I di jurusan Fisika FMIPA UNS. 3. Bapak Budi Legowo S. Si, M. Si selaku pembimbing II di jurusan Fisika FMIPA UNS. 4. Drs. Suharyana M. Sc, selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan pelajaran hidup. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta staff di Jurusan Fisika FMIPA UNS. 6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pelaksanaan Tugas Akhir maupun dalam penyusunan laporan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyusun menyadari bahwa laporan yang telah dibuat ini masih jauh dari sempurna. Penyusun menerima saran dan kritik mengenai laporan ini untuk menyempurnakan penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini. Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi penulis, instansi terkait dan bagi semua pembaca. Wassalamu’alaykum Wr.Wb.
Surakarta, Desember 2010
Penyusun
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Judul...............................................................................................
i
Lembar Pengesahan ....................................................................................
ii
Lembar Pernyataan Keaslian.......................................................................
iii
Lembar Abstrak ...........................................................................................
iv
Lembar Motto Persembahan .......................................................................
vi
Ucapan Terima Kasih ..................................................................................
vii
Kata Pengantar ............................................................................................
viii
Daftar Isi .....................................................................................................
x
Daftar Gambar ............................................................................................
xii
Daftar Tabel ................................................................................................
xiii
Daftar Lampiran ..........................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 I.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
I.2 Perumusan Masalah .................................................................
2
I.3 Batasan Masalah .....................................................................
2
I.4 Tujuan Penelitian .....................................................................
3
I.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
3
I.5 Sistematika Penulisan….……………………………………..
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
4
II.1 Surakarta ................................................................................
4
II.1.1 Kondisi Geografis .......................................................
4
II.1.2 Keadaan Tanah dan Kepadatan Penduduk ..................
5
II.2 Metoda Resistivitas………………...………………………..
5
II.2.1 Metoda Resistivitas Mapping .....................................
12
II.2.2 Metoda Resistivitas Sounding .....................................
12
II.3 Konfigurasi Schlumberger ............................................. ……
13
II.4 Airtanah .................................................................................. commit to user
14
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PNELITIAN ................................................
17
III.1 Metoda Penelitian .................................................................
17
III.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...........................................
17
III.3 Peralatan Penelitian.................................................................
17
III.4 Prosedur dan Pengumpulan Data ..........................................
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
22
IV.1 Interpretasi Titik Sounding ...................................................
22
IV.1.1 Titik Sounding Zona Utara ........................................
23
IV.1.2 Titik Sounding Zona Timur .......................................
26
IV.1.3 Titik Sounding Zona Selatan .....................................
28
IV.1.4 Titik Sounding Zona Barat ........................................
30
IV.2 Interpretasi Kedalaman Airtanah ..........................................
33
BAB V PENUTUP .....................................................................................
35
V.1 Simpulan .............................................................................
35
V.2 Saran....................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
36
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................
37
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Peta Surakarta………….…………………….…….............
Gambar 2.2
Dua titi arus yang berlawanan polaritasnya dipermukaan bumi......................................................................................
Gambar 2.3
9
Aliran arus yang berasal dari suatu sumber dalam bumi yang homogeny isotropis …… .............................................................
Gambar 2.4
4
9
Susunan elektroda arus dan potensial dalam pengukuran resistivitas ....................................................................................
10
Gambar 2.5
Konfigurasi Schlumberger ...........................................................
13
Gambar 2.6
Diagram penampung aliran airtanah .......................................
14
Gambar 2.7
Diagram penampungan airtanah ..................................................
15
Gambar 3.1
Peralatan yang digunakan dalam penelitian .........................
18
Gambar 3.2
diagram penelitian ................................................................
19
Gambar 4.1
Informasi Resistivitas Lapisan Batuan ................................
23
Gambar 4.2
Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di lapangan Mojosongo ............................................................
Gambar 4.3
Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Ngoresan ..............................................................................
Gambar 4.4
27
Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Lawang .................................................................................
Gambar 4.5
24
29
Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Mutihan ................................................................................
commit to user
xii
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Table 1 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Utara ...............
23
Tabel 2 Informasi perlapisan di lapangan Mojosongo ............................
24
Tabel 3 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Timur..............
25
Tabel 4 Informasi perlapisan di Gulon....................................................
27
Tabel 5 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Selatan ............
28
Tabel 6 Informasi perlapisan di Lawang Gapit .......................................
29
Tabel 7 Kedalaman Tiap titik Sounding zona Barat ...............................
30
Tabel 8 Informasi perlapisan di Mutihan ................................................
31
Tabel 9 Informasi Perkiraan Kedalaman Airtanah di Wilayah Surakarta
32
Tabel 10 Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah .........................
commit to user
xiii
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A Peta Lokasi Titik Sounding Surakarta ................................
37
Lampiran B Peta Hidrologi Regional Surakarta .....................................
38
Lampiran C Harga Tahanan Jenis Beberapa Batuan ..............................
40
Lampiran D Instrumentasi Alat Resistivitymeter OYO Model 2119C MCOHM-EL ......................................................................
41
Lampiran E Hasil Pengolahan Data Titik Sounding...............................
44
commit to user
xiv
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya ilmu sains, dalam hal ini yaitu ilmu fisika. Dengan adanya ilmu fisika ini, hidup manusia menjadi lebih terbantu. Peranan ilmu fisika sendiri telah banyak berkembang di dunia ini sebagai contohnya adalah ilmu Geofisika. Dalam ilmu Geofisika pembelajaran tentang bumi menjadi suatu hal yang pokok, terlebih lagi ketika berkaitan dengan pengetahuan tentang eksplorasi bumi. Perkembangan ilmu geofisika semakin ditingkatkan mengingat besarnya kebutuhan akan hasil eksplorasi ini. Surakarta, dengan luas wilayah 44,04 Km2, dan jumlah penduduk mencapai 500.642 jiwa (hasil sensus penduduk Surakarta 2010), yang terbagi atas lima kecamatan, yaitu : Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon dan Serengan. Dimana dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.368 jiwa/ Km2, menjadikan Surakarta sebagai salah satu kota besar dan berkembang di Indonesia. Selain sebagai kota pariwisata, Surakarta juga mengalami pertumbuhan pesat di bidang hotel dan industri. Pesatnya pertumbuhan kota Surakarta ini, berdampak akan banyaknya kebutuhan air yang tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan warga dalam jumlah besar, juga ditambah dengan banyaknya kebutuhan air untuk industri dan hotel di Surakarta. Karena kebutuhan akan air menjadi kebutuhan pokok bagi makhluk hidup terlebih manusia, air memegang peran penting bagi kehidupan. Tidak hanya untuk minum dan mencukupi kebutuhan rumah tangga. Air juga menjadi faktor penting guna memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan bagi industri dan hotel. Air sendiri terbagi atas air danau, air sungai, air laut, dan air tanah. Air yang dimaksud dalam hal ini adalah airtanah. Airtanah pun dapat diklasifikasikan menjadi airtanah dangkal dan airtanah dalam yang dipisahkan oleh lapisan commit to user impermeable. 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta sangat vital untuk kegiatan sehari-hari manusia. Tanpa air, kehidupan manusia bisa lumpuh. Karena itu, tak heran bila krisis air dianggap sebagai momok yang menakutkan. Di zaman dahulu, berlimpahnya air membuat manusia terlena dan melakukan pemborosan. Tidak terfikir bahwa suatu saat di masa yang akan datang akan terjadi krisis air seperti yang terjadi saat ini. Dan pada akhirnya terjadi tidak seimbangnya kehidupan di bumi. Ketika di suatu tempat mengalami kelebihan air, di tempat yang lain kekurangan air. Oleh karena itu, segala cara ditempuh untuk tetap memenuhi kebutuhan akan air seperti pembuatan sumur timba, dan sumur bor. Kedua terknologi ini ternyata mendatangkan dampak yang fatal bagi ketersediaan air permukaan tanah. Besarnya kebutuhan akan air di kota Surakarta, menjadi pendorong untuk pencarian informasi atau penelitian tentang titik dan kedalaman airtanah di kota Surakarta ini. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metoda geolistrik konfigurasi Shlumberger. Karena pada konfigurasi ini tidak membutuhkan bentangan jarak yang panjang, sehingga pada kondisi Surakarta yang banyak didominasi oleh rumah-rumah penduduk dan pabrik lebih cocok. Selain itu juga lebih efisien dalam hal waktu pengambilan data dibandingkan dengan metode lain, misalnya saja konfigurasi Wenner.
I. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dibuat rumusan masalah yaitu : berapa kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta yang terdiri dari 38 titik Sounding yang dibagi dalam 4 zona antara lain : zona Utara, zona Timur, Zona Selatan dan zona Barat.
I. 3 Batasan Masalah Survai dilakukan di wilayah Surakarta dengan menggunakan metoda geolistrik resistivitas Sounding konfigurasi Schlumberger. Penentuan titik ukur disesuaikan dengan kondisi daerah yang cukup untuk melakukan bentangan jarak to user dengan menggunakan Software elektroda. Data yang diperoleh commit akan diolah
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Progress ver 3. Hasil yang didapat berupa grafik nilai resstivitas terhadap kedalaman titik ukur.
I. 4 Tujuan Penelitian Adapun untuk tujuan dari Tugas Akhir ini adalah yaitu : mengetahui kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta.
I. 5 Manfaat Penelitian Kegunaan dari penelitian ini yaitu : mengetahui informasi kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta.
I. 6 Sistematika Penulisan Penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut ; BAB I. Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang Tugas Akhir , tujuan, manfaat pelaksanaan Tugas Akhir , perumusan masalah, dan terdapat pula sistematika penulisan laporan. BAB II. Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang teori yang dapat mempermudah penyelesaian laporan ini dan beberapa keterangan yang mendukung proses pengolahan data. BAB III. Metodologi Penelitian Dalam bab ini membahas tentang metode pengolahan data dan keterangan yang mendukung pengolahan data tersebut. BAB IV. Pembahasan Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dan analisa dari Tugas Akhir yang disesuaikan berdasarkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini. BAB V. Penutup Pada bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah dibuat pada bab-bab sebelumnya. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 1
Surakarta
II. 1.1 Kondisi Geografis Kota Surakarta memiliki luas wilayah administratif kurang lebih 44,04 Km2 yang terdiri atas 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon (Gambar 2.1). Dilihat dari posisi berada di bagian selatan Pulau Jawa yang dilewati jalur transportasi darat (jalur Pantai Selatan) yang menghubungkan Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gambar. 2.1. Peta Surakarta (Sumber : http://lintassolo.wordpress.com/2010/07/06/peta-kota-surakarta/) commit to user 4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta terletak sekitar 65 Km Timur Laut Yogyakarta dan 100 Km Tenggara Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100 m di atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di Barat, Gunung Lawu di Timur dan di Selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah Timur mengalir Bengawan Solo dan di bagian Utara mengalir Kali Pepe yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Surakarta
berbatasan
dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali di sebelah Utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Timur dan Barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Selatan. II. 1.2 Keadaan Tanah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Surakarta secara umum keadaannya datar, hanya bagian Utara dan Timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 100 m di atas permukaan air laut. Jenis tanah sebagian tanah liat gromosol serta wilayah bagian Timur laut tanah litosol mediteran. (Yanuar, 2008) Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk. Luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 Km2, dengan jumlah penduduk sebesar 500.642 jiwa (hasil sensus penduduk Surakarta 2010) maka tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.368 jiwa/ Km2. II. 2 Metoda Resistivitas Resistivitas suatu bahan adalah besaran atau parameter yang menunjukan commit toarus user listrik. Bahan yang mempunyai tingkat hambatan suatu bahan terhadap
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus listrik. Resistivitas biasanya diberi simbol . Resistivitas adalah kebalikan dari hantaran jenis yang diberi symbol jadi, = 1/ . Satuan adalah Ohm meter (m). Metoda resistivitas adalah metoda geofisika untuk menyelidiki struktur bawah permukaan berdasarkan perbedaan resistivitasnya. Pengukuran geolistrik dengan metoda resistivitas dilakukan dengan mengukur distribusi potensial listrik pada permukaan tanah, hingga resistivitas tanah dapat diketahui. Resistansi listrik suatu bahan R berbentuk silinder akan berbanding langsung dengan panjangnya L dan berbanding terbalik dengan luas penampang A, seperti diberikan oleh :
(2.1) Dimana: = Resistivitas Material (m) R = Tahanan () L = Panjang Material (m) A = Luas Penampang Material (m2) adalah resistivitas listrik dari material, dimana bernilai tetap dan merupakan karateristik material yang tidak bergantung bentuk atau ukuran material tersebut. Sesuai dengan hukum Ohm nilai resistansi atau tahanan suatu bahan yaitu :
(2.2) Dimana V adalah beda potensial, R resistansi dan I adalah arus listrik yang melewati resistansi. Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh persamaan : (Zohdy,1980)
(2.3) commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persamaan di atas dipergunakan untuk material yang homogen, sehingga hasil yang didapat adalah resistivitas yang sesungguhnya. (Zohdy,1980) Dalam prakteknya, obyek yang diukur adalah bumi atau tanah tidak homogen. Karena resistivitasnya tidak sama, sehingga nilai resistivitas yang terukur merupakan resistivitas semu (apparent resistivity). Nilai resistivitas semu tergantung pada nilai resistivitas tiap lapisan, pembentuk formasi geologi dan spasi, serta geometri elektroda. (Zohdy,1980) Untuk mendapatkan resistivitas batuan di bawah permukaan tanah suatu pendekatan yang mengasumsikan bahwa bumi sebagai medium yang homogen isotropis atau medium yang sama dapat digunakan. Sesuai dengan pendekatan ini jika arus listrik dengan rapat arus J dialirkan ke dalam bumi, maka arus tersebut akan menyebar ke segala arah dengan sama besar. Hubungan antara rapat arus dan medan listrik E yang dinyatakan dalam hukum Ohm : (2.4) Dimana E adalah medan listrik dan J adalah rapat arus, secara umum dapat dinyatakan : (Zohdy,1980) (2.5)
Dalam kondisi homogen isotropis, potensial di suatu titik yang ditimbulkan oleh aliran arus hanya ditemukan oleh jarak r dari sumber arus ke titik pengukuran. Pada sistem ini bila potensialnya berkurang sepanjang r, maka besarnya medan listrik E adalah :
E(r) = -V
(2.6)
Atau : commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana V adalah potensial dalam Volt. Karena A adalah luas setengah bola denga persamaan : A = 2r2
(2.7)
maka :
(2.8)
Selanjutnya
diperoleh :
(2.9)
Luasan setengah bola dipergunakan dalam perhitungan ini karena untuk bumi yang homogen dan isotropis berarti tidak ada lapisan lain selain bidang batas antara tanah dan udara. Udara mempunyai hantaran jenis nol atau tahanan jenis tak berhingga, sehingga arus hanya akan mengalir ke dalam bumi. Berdasarkan persamaan (2.10) tampak bahwa permukaan equipotensial berupa permukaan setengah bola (Gambar 2.2). Sedangkan garis aliran arus dan medan listriknya berupa lingkaran berarah radial. (Telford, 1976) (2.10)
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-B -
+A -
Aliran Arus
Bidang Equipotensial
Gambar 2.2 Dua titik arus yang berlawanan polaritasnya di permukaan bumi (Telford, 1976) Pada (Gambar 2.2) dapat dilihat bahwa aliran arus listrik selalu tegak lurus terhadap permukaan equipotensial. Dalam ruang dua dimensi, permukaan equipotensial yang terletak di tengah-tengah kedua sumber arus berupa bidang setengah lingkaran. C1
Sumber Tegangan
Permukaan
Bidang Equipotensial Aliran Arus
Gambar 2.3 Aliran arus yang berasal dari suatu sumber dalam bumi yang homogen isotropis (Telford, 1976) Pada pengukuran di lapangan digunakan dua elektroda untuk mengalirkan arus (C1 dan C2) dan beda potensialnya diukur antara dua titik dengan dua elektoda potensial, P1 dan P2. (Gambar 2.4).
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I V
AN
BN
AM A (C1)
BM M (P1)
N (P2)
B (C2)
Gambar 2.4. Susunan elektroda arus dan potensial dalam pengukuran resistivitas (Acwort, 2000) Untuk model bumi homogen isotropis, dengan kedua titik elektroda arus dan potensial diletakan di permukaan bumi. Persamaan :
(2.11) Ketika dua elektroda arus C1 dan C2 digunakan, dan beda potensial V diukur antara dua elektroda P1 dan P2, maka akan didapatkan persamaan bedapotensialnya: (Zohdy,1980)
(2.12)
Dimana :
= potensial antara P1 dan P2 terhadap C1 dan C2. = potensial antara P1 terhadap C1 dan C2. = potensial antara P2 terhadap C1 dan C2. = potensial di P1 terhadap elektroda positif C1 = potensial di P2 terhadap elektroda positif C1. = potensial di P1 terhadap elektroda negatif C2. commit to user = potensial di P2 terhadap elektroda negatif C2.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan mengubah persamaan (2.12), didapatkan resistivitas yaitu : (Zohdy,1980) (2.13)
Persamaan (2.13) adalah persamaan dasar untuk arus langsung (DC / direct current). Faktor :
disebut faktor geometrik dari susunan elektroda pada umumnya disimbolkan dengan huruf K, yang mana : (Zohdy,1980)
(2.14) dimana K berdimensi panjang (meter). Letak dua elektroda potensial terhadap letek kedua elektroda arus mempengaruhi besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial tersebut. Besarnya koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda arus disebut faktor geometri. (Hendrajaya, 1990). Pengukuran untuk material homogen dan isotropis dengan menggunakan persamaan (2.15) akan diperoleh resistivitas sesungguhnya dari material tersebut (true resistivity). Namun untuk material homogen tidak isotropis, resistivitas terukur adalah resistivitas semu s. Nilai resistivitas semu adalah fungsi dari beberapa variabel, yaitu susunan elektroda, geometri dari konfigurasi elektroda, seperti ketebalan lapisan, kedalaman, material tidak isotropis, tidak homogen. Resistivitas semu bergantung pada bentuk geologi. (Zohdy, 1969). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metoda geolistrik resistivitas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : II. 2. 1 Metoda Resistivitas Mapping Metoda resistivitas Mapping merupakan metoda yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara horizontal. Oleh karena itu, pada metoda ini digunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi, agar diperoleh kedalaman yang sama utuk tiap-tiap titik, setelah itu baru dibuat kontur isoresitivitasnya. (Hendrajaya, 1990) II. 2. 2 Metoda Resistivitas Sounding Metoda resistivitas Sounding juga bisa dikenal sebagai resistivitas Drilling, atau resistivitas Probing. Hal ini terjadi karena pada metoda ini bertujuan untuk mempalajari variasi batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metoda ini, pengukuran pada suatu titik Sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika dipunyai suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal ini, alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau kalau tidak, alat tersebut harus cukup mampu medeteksi beda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi. (Hendrajaya, 1990) II. 3 Konfigurasi Schlumberger Konfigurasi ini diambil dari nama Conard Schlumberger yang merintis commit to user metoda geolistrik pada tahun 1920-an. Pada konfigurasi Schlumberger sering
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan penamaan elektroda yang berbeda yaitu A dan B sebagai C1 dan C2, M dan N sebagai P1 dan P2. Konfigurasi Schlumberger dimaksudkan untuk mengukur gradien potensial sehingga jarak antara elektroda yang membentuk dipol potensial MN dibuat sangat kecil dan berada di tengah-tengah antara A dan B. (Telford, 1976)
I V
b
V
a A
M
N
B
Gambar 2.5. Konfigurasi Schlumberger (Telford,1976) Faktor geometri konfigurasi elektroda Schlumberger diberikan oleh persamaan :
(2.15) sehingga dari persamaan (2.16) untuk konfigurasi Schlumberger (Telford, 1976)
(2.16) dimana
adalah tahanan jenis semu untuk konfigurasi Schlumberger. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. 4 Airtanah Airtanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau regolit (Gambar 2.7). Jumlahnya kurang dari 1% dari air bumi, tetapi 40 kali lebih besar dibandingkan air bersih di permukaan (sungai dan danau). Kebanyakan airtanah berasal dari air hujan (disebut juga air meteoric atau vadose). Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari airtanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau permukaan dan bergabung dengan aliran sungai. Air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi ruang antar butir formasi batuan serta mengalami pergerakan di dalamnya, ini yang disebut dengan air tanah. (Wilson, 1993)
Gambar 2.6. Diagram penampung aliran air tanah Sumber : //maps.unomaha.edu/ Air yang tidak tertahan dekat dengan permukaan menerobos ke bawah sampai zona dimana seluruh ruangan terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (lihat Gambar 2.6 dan 2.7). Air dalam zona saturasi (zone of saturation) ini dinamakan airtanah, sedimen atau batuan di atasnyayang tidak jenuh air disebut zona aerasi (zone of aeration). (Magetsari, 1992)
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.7. Diagram penampung air tanah Sumber: //maps.unomaha.edu/ Berdasarkan parameter yang berupa sifat fisik, sifat hidrodinamika, kenampakan di lapangan dan cara terdapatnya, tipe airtanah dibedakan menjadi tipe airtanah dangkal dan tipe airtanah dalam. Airtanah dangkal mudah ditemukan dengan kedudukan muka airtanahnya dekat dengan permukaan tanah. Fluktuasi airtanah dangkal dipengaruhi langsung oleh keadaan musim regional. Sedangkan airtanah dalam, kedudukan muka airtanahnya jauh dibawah muka airtanah dangkal, biasanya dibatasi oleh lapisan kedap atau lapisan berbutir halus. Lapisan geologi atau formasi batuan yang bersifat porous dan permiable sehingga dapat menghimpun dan melewatkan airtanah ini disebut dengan akuifer atau penghantar, dapat terdiri dari bahan lepas seperti pasir dan kerikil atau bahan yang mengeras seperti batu pasir. Sebagai pembawa air maka akuifer materialnya haruslah mempunyai porousitas dan permeabilitas yang tinggi. Dan merupakan tubuh batuan atau regolit yang terletak dalam zona saturasi. (Wilson, 1993) Air di dalam pori akuifer terpengaruh oleh gaya gravitasi sehingga cenderung untuk mengalir ke bawah melalui pori bahan tersebut. Perlawanan terhadap pengaliran bawah tanah itu sangat berbeda-beda dan kelulusan bahan merupakan ukuran bagi perlawanan itu. Penghantar dengan pori besar-besar seperti kerakal memiliki kelulusan yang tinggi dan lapisan dengan pori sangat commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecil-kecil seperti lempung, yang porinya hanya bisa dilihat dibawah mikroskop, kelulusannya rendah. (Wilson, 1993) Dengan menerusnya air ke bawah, maka penghantar akan jenuh. Permukaan bagian yang jenuh itu disebut muka air tanah atau permukaan freatik. Permukaan itu dapat miring curam dan kemampatannya bergantung pada penyediaan dari atas. Permukaan itu menurun selama waktu kering dan naik pada cuaca hujan. Air dalam penghantar umumnya bergerak perlahan-lahan menuju ke permukaan air bebas yang terdekat seperti danau, sungai atau laut. (Wilson, 1993) Akuifer yang permukaan atasnya berhimpit dengan permukaan air dan berhubungan langsung dengan atmosfir dinamakan unconfined aquifer, atau akuifer yang tidak mempunyai batas. Dan akuifer yang dibatasi oleh lapisan kedap disebut confined aquifer. Sedangkan akuifer yang dibatasi oleh lapisan kedap dibagian bawahnya saja disebut semiconfined aquifer. (Magetsari, 1992).
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metoda Penelitian Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen yaitu suatu cara pengukuran untuk mendapatkan hasil yang diharapkan pada suatu media yang diukur. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai resistivitas, yaitu dengan menggunakan metoda resistivitas Sounding. Metoda resistivitas Sounding digunakan untuk menentukan resistivitas bawah permukaan arah vertikal. Konfigurasi elektroda yang dipergunakan pada pengukuran ini adalah konfigurasi Schlumberger. Untuk mengetahui besarnya resistivitas pada lintasan Sounding, dilakukan pengukuran dengan mengubah jarak elektroda arus. Jarak elektroda arus makin besar maka potensi daya tembus arus listrik semakin dalam, hal ini masih bergantung pada kuat arus yang dialirkan. III.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 12 Juni 2010 sampai 9 Juli 2010. Tempat : Surakarta. III.3 Peralatan Penelitian Pada penelitian ini digunakan peralatan sebagai berikut: 1. Alat Utama a. Resistivitymeter OYO model 2119C digital McOHM-EL, untuk mengukur beda potensial. b. Empat buah elektroda, sebagai terminal untuk mentransmisikan arus listrik dan potensial yang timbul.commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
c. Empat buah kabel gulungan, masing-masing panjang 400 meter, sebagai penghubung instrument resistivitymeter dengan elektroda-elektroda. d. Power supply (accu 12V), sebagai sumber tegangan bagi instrument resistivitymeter. e. Dua buah meteran, untuk mengukur jarak antara titik ukur dan lebar spasi elektroda-elektroda. 2. Alat Bantu a. GPS (Global Positioning System), untuk mengukur posisi titik ukur. b. Empat buah palu/martil, untuk membantu menancapkan elektroda. c. HT (Handy Talky), sebagai alat bantu komunikasi antara operator instrument resistivitymeter dengan operator elektroda-elektroda. d. Satu buah Multimeter, untuk memeriksa hubungan antara instrument resistivitymeter dengan elektroda-elektroda. e. Kalkulator, lembar tabel data, kertas bilog, alat tulis, untuk mencatat data pengukuran dan melakukan perhitungan interpretasi pendahuluan.
Gambar 3.1 Peralatan yangtodigunakan dalam penelitian commit user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.4 Prosedur dan Pengumpulan Data Prosedur kerja dalam penelitian ini dideskripsikan dalam diagram penelitian seperti berikut: Survai lokasi atau penentuan titik Sounding
Pengambilan data
Tahanan Jenis Semu
Pengolahan data Software PROGRESS
Nilai kedalaman dan resistivitas
Data geologi
Interpretasi data
Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.2 Diagram Penelitian
Penjelasan Skema diagram di atas : 1. Survey lokasi Dalam penelitian ini sebelum mencari nilai resistivitas nya. Terlebih dahulu melakukan survey lokasi tempat yang akan kita cari nilai commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
resistivitasnya. Agar dalam pencarian nanti lebih mudah, karena sudah tahu kondisi tempatnya. 2. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan melewatkan arus bolak-balik kedalam medium melalui elektroda arus C1 dan C2. Setelah arus melewati medium diukur tegangan dengan dua elektroda potensial P1 dan P2 pada jarak rentang tertentu, disesuaikan dengan konfigurasi elektroda yang dipakai. Pada pengambilan data ini menggunakan metode Resistivitas Sounding dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi ini elektroda bergerak secara simetri, dengan ketentuan dua elektroda potensial yaitu P1=M dan P2=N, dan elektroda arus C1=A dan C2=B dengan
.
3. Pengolahan data Data yang diperoleh dari pengukuran resistivitas Sounding dengan konfigurasi Schlumberger berupa AB/2, MN/2, V ,I. Data tersebut dimasukan pada persamaan (2.16). Sehingga didapatkan nilai tahanan jenis untuk setiap kedalaman (AB/2). Nilai tahanan jenis hasil perhitungan data yang diperoleh dari persamaan (2.16) bukan merupakan nilai tahanan jenis aktual, melainkan tahanan jenis semu. Nilai tahan jenis semu ini dapat lebih kecil atau lebih besar dari tahanan jenis sesungguhnya. Untuk merubah tahanan jenis semu menjadi tahanan jenis sesungguhnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual berdasarkan kurva baku (Curva Matching) dan dengan cara digital melalui perangkat lunak komputer. Pada pengolahan data ini menggunakan software progress ver.3. Setelah data resistivitas semu didapatkan, data diolah sehingga mendapatkan banyak lapisan sebenarnya dan kedalaman tiap lapisan yang lebih akurat.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Interpretasi data Interpretasi diartikan sebagai penerjemahan bahasa fisis berupa nilai tahanan jenis menjadi bahasa geologi yang umum. Oleh karena itu didalam langkah interpretasi diperlukan pengetahuan geologi. Dari hasil pengolahan data dengan pengoperasian software progress, maka akan didapatkan jumlah lapisan, nilai resistivitas dan kedalaman setiap perlapisan. Hasil analisis pada suatu titik pendugaan apabila dikaitkan dengan titik pendugaan yang lain, maka akan dapat dipakai untuk memprediksi kedalaman akuifer di suatu wilayah dengan cara merekonstruksi atau interpolasi antara titik pendugaan. 5. Menarik kesimpulan penelitian. Kesimpulan diambil dari penelitian, kemudian diringkas berdasarkan tujuan penelitian.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Interpretasi Titik Sounding Pengukuran dengan metode resistivitas konfigurasi Schlumberger di daerah penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi geologi di bawah permukaan dengan menentukan kedalaman dan kontras tahanan jenis daerah tersebut. Pengukuran dengan metode Schlumberger diperoleh kedalaman dan tahanan jenis semu pada titik-titik pengukuran, dengan posisi titik menyebar di daerah penelitian. Untuk memperoleh nilai dan tahanan jenis sebenarnya data hasil tiap-tiap titik Sounding diolah dengan Software Progress, sehingga dapat di interpretasikan formasi lapisan di bawah permukaan tanah. Untuk mengetahui kedalaman airtanah dalam di titik pengukuran, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas dan jenis batuan. Dimana nilai resistivitas 5-20 Ohm meter, diperkirakan berupa lapisan Batupasir yang diduga sebagai tempat penyimpanan airtanah dalam. Untuk mengetahui lapisan tiap kedalaman resistivitas hasil pengukuran di korelasi dengan (Gambar 4.1.) Informasi Resistivitas Lapisan Batuan. Resistivitas hasil pengukuran menunjukan bahwa lapisan tersebut yaitu lapisan jointed, fractured & flow top basalt. Dimana lapisan tersebut masih terbagi menjadi lapisan-lapisan lainnya, diantaranya Tufa, Batupasir Tufaan, Batupasir, Breksi & Batupasir, dan lain sebagainya, menurut nilai Resistivitasnya masing-masing. Pengukuran di daerah Surakarta terdapat 38 titik Sounding yang dibagi dalam 4 zona, yaitu : zona Utara, zona Timur, zona Selatan dan zona Barat.
commit to user 22
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Resistivity, (m) 10-5
10-4
10-2
10-3
10-1
1
102
10
103
104
105
10-3
10-4
10-5
quartzite basalt Jointed, fractured & flow top basalt rocks
Fresh granite Weathered or altered granite limestone argillite sandstone
graphitic schits
soils
gravel alluvium clay hematite ores
chalcopyrite
105
graphite pyrrhotite
104
103
102
10
1
10-1
10-2
Conductivity, (-1m-1)
Gambar 4.1. Informasi Resistivitas Lapisan Batuan (Lowrie, 2007)
IV. 1.1 Titik Sounding zona Utara Tabel 1. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Utara. No
Titik Sounding
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Plesungan Samirukun Lap. Mojosongo Jl. Jaya Wijaya Ringroad Perum. Wonorejo Nusukan Untoroloyo Bonoloyo Jl. Kapt. Adi S
7. 8. 9. 10.
Airtanah dangkal (m) 26 38 14 10 14
Airtanah dalam (m) 72-166 97-113 86-152
3
85-107
20 9 10 5
44-66 51-69 80-100 >87
Keterangan Error besar di pengolahan Error besar di pengolahan
Titik Sounding zona Utara terletak di daerah Utara Surakarta. Titik Sounding pengambilan data, daricommit Ringroad samapai Jl. Kapt. Adi Sumarmo dan to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari Perum. Wonorejo sampai Bonoloyo. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 38 meter, dengan korelasi sumur penduduk antara 15-40 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai pada kedalaman lebih dari 44 meter. Error besar pada data di titik Sounding daerah Plesungan dan Samirukun ini dikarenakan pada pengambilan data terjadi hujan sehingga arus tidak bisa mengalir sempurna.
Gambar 4.2. Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di lapangan Mojosongo.
Tabel 2. Informasi perlapisan di lapangan Mojosongo. Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Resistivitas (Ohm meter) 0,71 8,39 2,71 7,47 6,65 1,17 3,49 17,67 7,46 1,37
Kedalaman (m)
0,0-0,19 0,19-1,74 1,74-3,80 3,80-14,83 14,83-36,73 36,73-50,12 50,12-72,28 72,28-138,80 138,80-166,07 commit to user >166,07
Jenis Batuan Top Soil Batupasir Tufaan Tufa Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan Tufa Batupasir Tufaan Batupasir Batupasir Tufaan Tufa
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Titik Sounding di lapangan Mojosongo, dengan koordinat : 07°31'54.1" LS dan 110°50'36.3" BT, dan ketinggian 152 m. (Gambar 4.2) Memperlihatkan hasil pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah lapangan Mojosongo. Dari hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Untuk lapisan 1 dengan resistivitas 0,71 Ohm meter dengan kedalaman 0-0,19 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Top Soil. Lapisan di bawahnya diinterpretasikan sebagi
lapisan Batupasir Tufaan dengan resistivitas 8,39 Ohm meter pada
kedalaman 0,19-1,74 meter. Lapisan ke 3 dengan risistivitas 2,71 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa pada kedalaman 1,74-3,80 meter. Lapisan 4 dan 5 dengan resistivitas 7,47 Ohm meter dan 6,65 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan batupasir Tufaan pada kedalaman 3,80-36,73 meter. Lapisan ke 6 dengan resistivitas 1,17 Ohm meter pada kedalaman 36,73-50,12 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa. Lapisan di bawahnya dengan resistivitas 3,49 Ohm meter pada kedalaman 50,12-72,80 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa. Lapisan ke 8 dengan resistivitas 17,67 Ohm meter pada kedalaman 72,80-138,80 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir, lapisan 9 dengan resistivitas 7,46 Ohm meter pada kedalaman 138,80-166,07 diinterpretasikan sebagai lapisan Batupasir Tufaan, dan pada kedalaman lebih dari 166,07 meter dengan resistivitas 1,37 Ohm meter diinterpretasikan sebagi Batupasir Tufaan. Hasil interpretasi ini sesuai dengan penelitian Wahyudi (2004). Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal berada pada kedalaman 3,80-14,83 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada kedalaman 72-166 meter, dengan korelasi sumur PDAM di daerah tersebut 160 meter.
IV. 1.2 Titik Sounding zona Timur Tabel 3. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Timur. No
Titik Sounding
1. 2. 3.
UNS Ngoresan Gulon
Airtanah Airtanah dangkal (m) dalam (m) 2-14 96-158 9 143-166 commit to user 5 >157
Keterangan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jl. Juanada K Guosari/Pedaringan Bibis Margoyudan Jl. Setia Budi Mesen Jagalan
3-12 10 3-23 2-14 10 19 6
74-94 40-53 98-128 >155 >148 50-68
Eror besar di pengolahan
Titik sounding zona Timur terletak di daerah Timur Surakarta. Titik Sounding pengambilan data, dari Gulon sampai Jl. Setia Budi dan dari Bibis sampai Jl. Juanda K. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 23 meter, dengan korelasi sumur penduduk antara 15-30 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai pada kedalaman lebih dari 40 meter. Error besar pada data di titik Sounding daerah Bibis ini dikarenakan pada pengambilan data terjadi hujan sehingga arus tidak bisa mengalir sempurna, sehingga elektroda arus dan potensial tidak menancap dengan baik.
Gambar 4.3. Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Gulon commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Informasi perlapisan di Gulon. Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Resistivitas (Ohm meter) 57.88 3,58 5,05 8,68 16,48 9,06 2,49 1,02 6,78 32,97
Kedalaman (m) 0,0-0,911 0,91-2,37 2,37-5,61 5,61-19,76 19,76-44,02 44,02-63,59 63,59-83,66 83,66-132,95 132,95-157,36 >157,36
Jenis Batuan Top Soil Tufa Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan Batupasir Batupasir Tufaan Tufa Tufa Batupasir Tufaan Batupasir
Titik Sounding di daerah Gulon, dengan koordinat : 07° 33'03.6" LS dan 110° 51'52.7" BT, dan ketinggian 115 m. (Gambar 4.3) Memperlihatkan hasil pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah Gulon. Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam tabel 4. Hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Untuk lapisan 1 dengan resistivitas 57,88 Ohm meter dengan kedalaman 0-0,91 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Top Soil. Lapisan di bawahnya diinterpretasikan sebagi
lapisan Tufa dengan
resistivitas 3,58 Ohm meter pada kedalaman 0,91-2,37 meter. Lapisan ke 3 dan 4, dengan risistivitas 5,05 dan 8,68 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan pada kedalaman 2,37-19,76 meter. Lapisan 5 dengan resistivitas 16,48 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada kedalaman 19,76-44,02
meter.
Lapisan
6
dengan
resistivitas
9,06
Ohm
meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan pada kedalaman 44,02-63,59 meter. Lapisan 7 dan 8 dengan resistivitas 2,49 Ohm meter dan 1,02 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa pada kedalaman 63,66-132,95 meter. Lapisan ke 9 dengan resistivitas 6,78 Ohm meter pada kedalaman 132,95-157,36 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan. Lapisan di bawahnya dengan resistivitas 32,97 Ohm meter pada kedalaman lebih dari 157,36 meter diinterpretasikan sebagi lapisan breksi. Hasil interpretasi ini sesuai dengan penelitian Gunawan (2002).
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal berada pada kedalaman kurang lebih 5 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari 157 meter, dengan korelasi sumur PDAM di daerah tersebut 160 meter.
IV. 1.3 Titik Sounding zona Selatan Tabel 5. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Selatan. No
Titik Sounding
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jl. Sampangan Mipitan RS. Kustati Lawang Gapit Jl. Yosudarso Jl. Gatot Subroto Jl. May. Sunaryo Dawung
Airtanah dangkal (m) 15 12 2-13 18 4-19 6-20 12
Airtanah dalam (m) 45-54 >90 155-177 49-131 69-86 35-46 108-125 91-108
Keterangan
Titik sounding zona Selatan terletak di daerah Selatan Surakarta. Titik Sounding pengambilan data, dari Jl. Sampangan sampai Jl. Gatot Subroto dan dari Jl. Mayjen. Sunaryo sampai Dawung. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 20 meter, dengan korelasi sumur penduduk antara 15-30 meter.
commit to user Gambar 4.4. Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Lawang Gapit.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Informasi perlapisan di Lawang Gapit. Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Resistivitas (Ohm meter) 44,39 1,52 17,28 11,05 6,58 6,48 16,36 33,73 7,04 6,18
Kedalaman (m) 0,0-1,05 1,05-1,92 1,92-10,19 10,19-18,69 18,69-33,87 33,87-49,56 49,56-70,41 70,41-131,18 131,18-155,72 >155,72
Jenis Batuan Top Soil Tufa Batupasir Batupasir Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan Batupasir Batupasir Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan
Titik Sounding di daerah Lawang Gapit, dengan koordinat : 07°34'41.4" LS dan 110°49'24.4" BT, dan ketinggian 122 m. (Gambar 4.4) Memperlihatkan hasil pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah Lawang Gapit. Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam tabel 6. Hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Dimana lapisan 1 dengan resistivitas 44,39 Ohm meter pada kedalaman 0,0-1,05 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Top Soil. Lapisan dibawahnya diinterpretasikan sebagi lapisan Tuffa dengan resistivitas 1,52 Ohm meter pada kedalaman 1,05-1,92 meter. Lapisan 3 dan 4 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir dengan nilai resistivitas 17,28 Ohm meter dan 11,05 Ohm meter paada kedalaman 1,92-18,69 meter. Sedang lapisan ke 5 dan 6 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan pada kedalaman 18,69-49,56 meter dengan resistivitas 6,48 dan 6,58 Ohm meter. lapisan ke 7 dan 8 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada kedalaman 49,56-131,18 meter dengan resistivitas 16,36 dan 33,73 Ohm meter. Lapisan 9-10 pada kedalaman lebih dari 131 meter dengan resistivitas 6,18-7,04 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan. Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal berada pada kedalaman 18 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada kedalaman 49-131 meter. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. 1.4. Titik Sounding zona Barat Tabel 7. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Barat.
Panularan Rumah Antik
Airtanah dangkal (m) 2-7 17
Airtanah Dalam (m) 74-107 -
Jl. Kebangkitan N Baron Banaran Pajang Mutihan Makam Haji Jl. DR. Suharso Sondakan
5-11 1-4 5-11 14 11 14 12 9
>79 44-63 80-162 74-92 144-170
No
Titik Sounding
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Keterangan
Sementasi / aspalisasi Sementasi / aspalisasi Sementasi / aspalisasi
Sementasi / aspalisasi
Titik sounding zona Barat terletak di daerah barat Surakarta. Titik Sounding pengambilan data, dari Gulon sampai Jl. Setia Budi dan dari Bibis sampai Jl. Juanda K. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 17 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai pada kedalaman lebih dari 44 meter. Untuk titik Sounding di Jl. Rumah Antik, Baron, Banaran dan Jl. DR. Suharso terdapat sementasi / aspalisasi di daerah pengukuran sehingga elektroda arus dan potensial tidak menancap dengan baik.
commit to user Gambar 4.5. Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Mutihan
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Informasi perlapisan di Mutihan. Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Resistivitas (Ohm meter) 28,83 2,63 11,29 29,7 7,15 8,31 4,86 10,89 14 1,21
Kedalaman (m) 0,0-0,67 0,67-0,94 0,94-4,17 4,17-11,68 11,68-28,54 28,54-53,97 53,97-80,58 80,58-108,02 108,02-162,57 >162,57
Jenis Batuan Top Soil Tufa Batupasir Batupasir Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan Batupasir Tufaan Batupasir Batupasir Tufa
Titik Sounding di daerah Mutihan, dengan koordinat : 07°33'46.5" LS dan 110°47'24.9" BT, dan ketinggian 124 m. Gambar (4.5) Memperlihatkan hasil pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah Mutihan. Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam tabel 8. Hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Dimana lapisan 1 dengan resistivitas 28,83 Ohm meter pada kedalaman 0,0-0,67 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Top Soil. Lapisan 2 diindikasi lapisan Tufa dengan resistivitas 2,63 Ohm meter pada kedalaman 0,67-0,94 meter. Lapisan 3 dan 4 diindikasi lapisan Batupasir dengan resistivitas 11,29 dan 29,7 Ohm meter pada kedalaman 0,67-11,68 meter. Lapisan 5 sampai lapisan 7 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada kedalaman 11,68-80,58 meter dengan resistivitas 4,86-8,31 Ohm meter. Lapisan 8 dan 9 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir dengan resistivitas 10,89 Ohm meter dan 14 Ohm meter pada kedalaman 80,58-162,57 meter. Pada lapisan 10 dengan resistivitas 1,21 Ohm meter pada kedalaman lebih dari 162,57 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa. Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal berada pada kedalaman 11 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada kedalaman 80-162 meter.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. 2. Interpretasi Kedalaman Airtanah Hasil pengukuran di wilayah Surakarta, dengan menggunakan Software Progress didapatkan hasil pengukuran 183 meter, dan diperoleh rentangan tahanan jenis sesungguhnya antara 1- 4.208 Ohm meter, dengan 7-10 kontras tahanan jenis atau lapisan. Ketebalan tiap kontras tahanan jenis tiap titik Sounding berbeda-beda tergantung pada ukuran butir dan kandungan air yang berada di dalamnya. Akuifer di daerah penelitian ditunjukan oleh nilai tahanan jenis antara 1035 Ohm meter, pada kedalaman 1-38 meter dibawah permukaan tanah. Kenampakan dilapangan bahwa akuifer ini merupakan akuifer terbuka yang merupakan tempat air tanah berada. Lapisan akuifer dalam yang merupakan tempat keberadaan airtanah dalam di daerah penelitian ditunjukan oleh nilai tahanan jenis antara 10-35 Ohm meter berada pada kedalaman 35-177 meter di bawah permukaan tanah. Dimana lapisan tersebut sesuai dengan litologi batuan pada peta Hidrogeologi dan peta Geologi Lembar Surakarta.
Tabel 9. Informasi Perkiraan Kedalaman Airtanah di Wilayah Surakarta. Airtanah dangkal (m)
Airtanah Dalam (m)
No
Titik Sounding
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Plesungan Samirukun Lap. Mojosongo Jl. Jaya Wijaya Ringroad Perum. Wonorejo Nusukan
26 38 14 10 14
72-166 92-113 86-152
3 20
85-107 44-66
8. 9.
Jl. Juanda Skarpace Ngoresan
3-12 9
74-94 143-166
10. 11. 12. 13. 14.
Gulon Guosari/Pedaringan Mipitan Jl.DR. Suharso Sondakan
5 10 12 12 9 commit to user
>157 40-53 >90 144-170
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
RS. Kustati Mesen Bonoloyo Jl. Kapt. Adi S UNS Jagalan Jl. May. Sunaryo Banaran Makam Haji Rumah Antik Jl. Kebangkitan N Panularan Baron Jl. Sampangan Jl. Gatot Subroto Jl. Yosudarso Pajang Mutihan Untoroloyo Bibis Margoyudan Dawung Lawang Gapit Jl. Setia Budi
2-13 19 10 5 2-14 6 6-12 5-11 14 17 5-11 2-7 1-4 15 4-19 14 11 9 2-23 2-14 12 18 10
155-177 >148 80-100 >87 96-158 50-68 108-125 74-92 >79 74-107 45-54 35-46 69-86 44-63 80-162 51-69 98-128 91-108 49-131 >155
Tabel 10. Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Akuifer Dangkal
Akuifer Dalam
Kedudukan akuifer
1,0-40 mbt
Kedudukan akuifer
30-120 mbt
Muka air tanah
1,0-15 mbt
Muka air tanah
0,5-40 mbt
Keterusan (T)
2,1-50,5 m2/hari
Keterusan (T)
45-1500 m2/hari
Debit jenis (Qs)
1,2-45,2 ltr/det/m
Debit jenis (Qs)
0,5-15 ltr/det/m
Debit optimum
10-30 ltr/det
Debit optimum
10-50 ltr/det
Jarak antara sumur
25-100 m
Jarak antara sumur
100-500 m
Kualitas air
Baik
Kualitas air
Baik
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta merupakan Wilayah dataran rendah yang menempati dataran rendah dan cekungan antara gunung ditutupi oleh endapan aluvium. Akuifer utama tersusun oleh lapisan pasir dan kerikil berkelulusan sedang sampai tinggi, dan terdapat baik di dalam endapan aluvium maupun di dalam endapan lainnya yang berumur kwarter dan di dalam endapan gunungapi. Dari hasil pengukuran di wilayah Surakarta, jika dihubungkan antara titik Sounding yang dibagi dalam 4 zona bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih jauh dari permukaan tanah atau lebih dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Barat yang paling rendah kedudukan muka air tanahnya dari permukaan tanah, yang diorientasi pada hasil pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah. Dan dengan korelasi dari Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah pada Tabel 6. terdapat kesesuaian dimana kedudukan akufier dangkal atau airtanah dangkal terdapat pada kedalaman 1,0-40 meter dan untuk kedudukan akuifer dalam atau airtanah dalam terdapat pada kedalaman 30-120 meter.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
V.1 Simpulan Dari penelitian ”Penentuan Kedalaman Airtanah Dalam dengan Metoda Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Surakarta“ ini diperoleh simpulan, yaitu : Mengetahui kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta. Dari hasil pengukuran, jika dihubungkan antara titik Sounding yang terbagi atas 4 zona bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih jauh dari permukaan tanah atau lebih dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Barat yang paling rendah kedudukan muka air tanahnya dari permukaan tanah, yang diorientasi pada hasil pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah. Dan dengan korelasi dari Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah pada Tabel 6. terdapat kesesuaian dimana kedudukan akufier dangkal atau airtanah dangkal terdapat pada kedalaman 1,0-40 meter dan untuk kedudukan akuifer dalam atau airtanah dalam terdapat pada kedalaman 30-120 meter.
V. 2 Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas, disarankan untuk : 1. Memperbanyak jumlah titik Sounding sehingga bisa meng-cover daerah cekungan Karanganyar dan Boyolali. 2. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan metoda CSAMT (Control Source Audio Magnetoteluric).
commit to user 35
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Acworth. 2000. “Groundwater hydrology”. The University Of New South Wales Diagram penampang airtanah. ga.water.usgs.gov/image089.jpg, diakses pada tanggal 21 Agustus 2010 pukul 14.15 WIB. Gunawan,
Dino.,
2002.
“Analisis
Struktur
Bawah
Permukaan
Tanah
Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Di Ngoresan Jebres Surakarta”. Fisika MIPA UNS, Surakarta. Hendrajaya, Lilik., 1990. ”Geolistrik Tahanan Jenis”. Laboratorium Fisika Bumi. Jurusan FMIPA ITB, Bandung. Lowrie, William., 2007. “Fundamentals Of Geophysics”. Cambridge University Press, New York. 256 Mujiarto, Yanuar., 2008. “Apartemen Di Surakarta”. Teknik Arsitektur UMS, Surakarta. Magetsari ,Noer Aziz, Abdullah Chalid Idham, Brahmantyo Budi., 1992. ”Geologi Fisik”. Departemen Teknik Geologi ITB, Bandung. Peta Surakarta, http://lintassolo.wordpress.com/2010/07/06/peta-kota-surakarta/, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 pukul 20.15 WIB. Telford, W.M., Geldart,L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A., 1976. Applied Geophysics. Edisi 1.Cambridge University Press. Wahyudi, Fajar, 2004. “Pendugaan Kedalaman Airtanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Di Mojosongo Jebres Surakarta”. Fisika Fakultas MIPA UNS, Surakarta. Wilson, E. M, 1993. “Hidrology Teknik”. Edisi Keempat. Fakultas Teknik. ITB, Bandung. Zohdy, A. A., Eaton, G.P., MAbey, D.R, 1980. “Application Of Surface Geophysics To Groundwater Investigation”. Chaptere D1. United States Govermant Printing Office, Washington. commit to user
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN A PETA LOKASI TITK SOUNDING SURAKARTA
Utara
Keterangan : Titik Sounding Luas ± 44,04 Km2
commit to user
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN B PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL SURAKARTA (Direktorat Geologi Tata Lingkungan Direktur E.J. Patty)
Simbol
Keterangan Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dengan produktivitas tinggi, penyebaran luas. (Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka airtanah sangat beragam; debit sumur umumnya lebih dari 5 l/d) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir. Akuifer dengan produktivitas tinggi, penyebaran luas. (Akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi; tinggi muka airtanah dekat di bawah muka tanah debit sumur umumnya 10 l/d) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir. Akuifer produktivitas, dengan penyebaran luas. (Akuifer dengan keterusan sedang; tinggi muka airtanah dekat di bawah muka tanah debit sumur umumnya 5-10 l/d) Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas kecil dan daerah airtanah langka. Akuifer dengan produktivitasnya kecil, setempat-setempat berarti. (Umumnya keterusan rendah sampai sedang ; setempatsetempat airtanah dalam jumlah terbatas terdapat pada daerah commit to user lembah)
38
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
v.v.v.v. v.v.v.v. v. v . v . v . v . v . v .v.v.v. ._._._._. _._._._. v_v_v_v _v_v_v
Endapan volkanik muda, terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal. Kelulusan tinggi hingga sedang ; berkelulusan tinggi terutama pada endapan lahar dan aliran lava vasikuler. Tufa, batupasir tufa dan breksi volkanik dengan sisipan napal (Formasi Notopuro, Formasi Kabuh dan Formasi Pucangan). Kelulusan sedang hingga tinggi. Alluvium endapan dataran, berbutir kasar hingga sedang (kerikil dan pasir) dengan sisipan lempungan. Kelulusan tinggi hingga sedang. Batuan volkanik Kuarter Tua. Kelulusan rendah sampai sedang tergantung banyaknya celah-celah. Daerah beririgasi teknis
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN C HARGA TAHANAN JENIS BEBERAPA BATUAN
Tipe Batuan
Resistivitas Range (Ohm.m)
Granite
3.102-106
Dacite
2.104(wet) 4,5.104(wet)-1,7.102(dry)
Andecite Diabas
20-5.107
Basalt
10-1,3.107 2.103(wet)-105(dry)
Tuff
102-2,5.108(dry)
Marble
10-2.103
Soil (Lapukan batuan kompak) Clay (lempung)
1-100
Alluvial & pasir
10-800
Limeston (batu gamping)
50-107
Konglomerat
2,5-44
Surface water (pada batuan sedimen)
10-100
Air payau
0-15
Air laut
0-2
commit to user
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN D INSTRUMENTASI ALAT RESISTIVITYMETER OYO MODEL 2119C MCOHM-EL
Resistivitymeter Model 2119C McOHM-EL yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen yang sangat praktis (portable), dimana bentuk dan ukuran cukup ringkas untuk digunakan dalam survei. Selain itu keluarannya dalam bentuk digital sehingga mudah dalam pembacaan hasil pengukuran. Model 2119C McOHM-EL ini memiliki sarana penumpukan (Stack) yang berfungsi untuk memperoleh data yang efektif. Proses Stacking ini digunakan untuk menghilangkan noise yang muncul. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur resistivitas, dan potensial diri (spontaneous potensial) suatu medium. Dalam pengukuran resistivitas, efek potensial diri dihilangkan secara langsung.. akurasi pengukuran yang diperoleh juga baik karena impedansi masukan yang tinggi (10 M) dan alat ini juga mengkalibrasi secara otomatis sebelum melakukan pengukuran. Alat ini juga dilengkapi dengan media penyimpanan (memory) data lapangan hingga mencapai 4000 titik data. Data-dat tersebut juga tidak hanya dapat ditampilkan pada LCD, tetapi dapat pula langsung disimpan ke dalam disket. Spesifikasi Alat a. Pemancar Arus (Transmitter) 1. Tegangan Keluaran
: 400 V Maksimum
2. Arus Keluaran
: 2, 20, 60, 120 mA (Arus Tetap)
3. Tegangan Pemakaian
: 12 V DC
b. Penerima (Reciefer) 1. Impedansi Masukan
: 10 m
2. Potensial Pengukuran
: -5 ~ +5 V (Single Range)
3. Resolusi
commit to user : 1 V 41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pelakuan Stack
: 1, 4, 16, 24
5. Waktu Sekali Pengukuran
: 6 Detik
c. Memori Data 1. Jumlah File Maksimum
: 98 KB
2. Jumlah Data Maksimum
: 4.000
3. Catu Daya
: DC 12 V (Batrai Luar 12 V)
4. Jangkauan Suhu
: 0-45 °C
5. Printer
: Lebar kertas 110 mm, lebar printout 104 mm, resolution 8 dots/mm.
6. Ukuran
: (340 x 270 x 200) mm.
7. Berat
: ± 8 Kg.
d. Peralatan Tambahan 1. Kabel penghubung batrai daya eksternal 2. Buku operasi manual OYO e. Bagian-Bagian Alat
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Power (Daya) Tombol saklar hidup/mati. 2. FUSE (Sekring) Tempat sekring 7 A untuk menjaga adanya arus yang berlebihan. 3. Daya DC-12V Saluran yang dihubungkan dengan accu. 4. Tombol RESET Tombol untuk membawa sistem pada status awal yang baru. 5. FEED Saluran untuk print. 6. SHEAVE Saluran untuk input informasi kedalaman. 7. PROBE Saluran untuk menghitungkan probe yang bervariasi. 8. POWER BOSTER Saluran untuk menambah kapasitas arus. 9. C1 & C2 Elektroda Arus. 11. P1 & P2 Elektroda Potensial. 13. Papan LCD Penampilan prosedur pengukuran dan data pengukran. 14. FDD Tempat floppy disk drive 1,44 M. 15. KEY PAD Tombil operasi dan setting. 16. Isi Ulang Kertas Tempat pengisian kertas print. 17. PRINTER Tempat output data. commit to user