TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
i
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KETUT PUTRA NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
ii
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD NIP: 195611021983031001
Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH NIP:194911021976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD NIP: 195611021983031001
iii
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K) NIP: 195902151985102001
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis ini telah diuji pada tanggal 17 Januari 2012 Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012
Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH 2.
Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS
3.
Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA
: I Ketut Putra
NIM
: 0991261001
PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan JUDUL TESIS
: Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 25 Januari 2012 Hormat Saya,
I Ketut Putra NIM 0991261001
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas Udayana . Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini. 5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan pengarahan dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.
vi
7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan penelitian. 8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, 25 Januari 2012
vii
ABSTRACT
Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5 km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 8 0 33 south latitude and 1150 east longitude with an altitude ± 191 - ± 196 meters above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi Gianyar has been collecting garbage about 198.52 m 2 /day. GD of Temesi operates with open dumping technique, so that the leachate produced from garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD. This study was conducted to identity the direction of seepage and location of accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar. This study was conducted by measuring soil layer values at GD of Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar. The result of study showed that tracks 1st to 7 th , indicated leachate seep in each track, however, in 8 th track leachate was not identified ( 8 th tracks is located far from the GD and it’s contours are higher than the tracks of garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 – 8.91 Ωm with a depth ranging from 1.55 – 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part is the present of some field irrigation water from north to south across the garbage stacks. Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.
viii
ABSTRAK
Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar. Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar. Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi
yang berada sebelah selatan dekat
dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS - 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas, Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger
ix
RINGKASAN
TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada kenyataannya
menerapkan
Sistem
open
dumping.
Hal
ini
tentunya
mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di sekitar TPA. Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada
x
koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.
xi
DAFTAR ISI Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................ viii ABSTRAK .............................................................................................. ix RINGKASAN ......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5 2.1 Sampah .................................................................................. 5 2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6 2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6 2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7 2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9 2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13 2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15
xii
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17 2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21 2.8
Pencemaran Air ................................................................... 21
2.9
Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23
2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25 2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27 2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29 2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38 4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38 4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39 4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39 4.2.1 Alat ............................................................................ 39 4.2.2 Bahan .......................................................................... 40 4.3 Jenis Data ............................................................................. 40 4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40 4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42 4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42 4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52 5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52 5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53 5.2.1
Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53
xiii
5.2.2
Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger ............................................................ 54
5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54 5.3.1
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54
5.3.2
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55
5.3.3
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56
5.3.4
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58
5.3.5
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59
5.3.6
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60
5.3.7
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61
5.3.8
Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 63 6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger ........................................................................ 63 6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63 6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64 6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64 6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65 6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66
xiv
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66 6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67 6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67 6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68 6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70
BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73 7.1 Simpulan .............................................................................. 73 7.2 Saran ..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75 LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
..............................................................................................
Halaman 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14 2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum………………………... 24 2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24 4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43 4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43 6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
..............................................................................................
Halaman 2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16 2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26 2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29 2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31 3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37 4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38 4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41 4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45 4.4. Tampilan awal program Res2dinv..................................................... 47 4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47 4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49 4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50 4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51 5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52 5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55 5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56 5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57 5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58 5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi
xvii
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59 5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60 5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61 5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62 6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar ................................................................................. 68
xviii
DAFTAR SINGKATAN
BOD
: Biochemical Oxygen Demand
B3
: Bahan Berbahaya- Beracun
COD
: Chemical Oxygen Demand
DHL
: Daya Hantar Listrik
DKP
: Dinas Kebersihan- Pertamanan
DP
: Datum Point
FTSL
: Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan
GPS
: General Positioning System
KLH
: Kementrian Lingkungan Hidup
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
NAB
: Nilai Ambang Batas
SNI
: Standar Nasional Indonesia
TPA
: Tempat Pemrosesan Akhir
TPST
: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
VES
: Vertical Electric Sounding
LONG
: Longitude
LAT
: Latitude
H
: High
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94 4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam program notepad ................................................................. 118 5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke dalam program notepad .................................................................. 122
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985). Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002). Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).
1
Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik. Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh pengelolaan sampah di TPA. Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang
2
keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah di sekitar TPA. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping. Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.
1.2 Rumusan Masalah Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air
3
tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar ? 2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui arah
rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar. 2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak akumulasi lindi. 2. Bermanfaat
sebagai
peringatan
awal
dalam
upaya
memantau
pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003), menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang
5
harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik (tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.
2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif maupun negatif.
2.2.1 Pengaruh Positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2) sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak, 4)
pengelolaan
sampah
menyebabkan
berkurangnya
tempat
untuk
berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7) keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,
6
8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007).
2.2.2 Pengaruh Negatif Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun komponen sosial budaya masyarakat. Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya. Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sebagai berikut: a.
Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang
kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan
7
akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain. b.
Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air. c.
Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:
1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut, 3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat
8
penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran terhadap
lingkungan,
terutama
apabila
keberadaannya
dekat
dengan
pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan cultural). Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di sekitar tempat tersebut.
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah
9
yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran. Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan
cara-cara
yang
tepat
dan
menjamin
keamanan
lingkungan,
menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2) mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman terhadap lingkungan di sekitarnya. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal 5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6) jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah bebas banjir (KLH, 2004).
10
Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir sampah antara lain : 1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1) terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain), 6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali untuk waktu yang cukup lama. 2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. 3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik
11
perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah, tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4) tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah. Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA
12
Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA. Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya. Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah sampah, dan faktor pemadatan sampah. Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.
2.4
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP
(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar 54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari, maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan
13
Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 No. Bulan Volume Sampah (m3/hr) 1 Januari 174.38 2 Pebruari 170.45 3 Maret 193.20 4 April 196.89 5 Mei 168.25 6 Juni 175.35 7 Juli 167.24 8 Agustus 172.71 9 September 178.23 10 Oktober 173.43 11 November 172.23 12 Desember 170.66 Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010) Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v) Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain. Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum, pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat
14
pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o33’70” Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar, dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah. Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut dibiayai oleh LSM Rotary Club International – Bali Focus – Borda yang bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
15
Gambar 2.1 Peta Geologi Pulau Bali (Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
16
Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas membentuk diferensiasi horisontal. Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas gunung api. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija. (http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur pada timbunan sampah. Penanganan
17
TPA yang tidak bijaksana tersebut
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010). Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode Open Dumping
dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap
lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah (metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan. Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi terkontaminasi. Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan
18
air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah, selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air tanah) dan pencemaran air sungai. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih (1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui
baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air lindi sampah (leachate). Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya. Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.
19
Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal. Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009), melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4 titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo
20
tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.
2.7 Pencemaran Lingkungan Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya, proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air. Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.
2.8 Pencemaran Air Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel) yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup
21
akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia, membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun mikroorganisme. Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994). Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran. Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.
22
Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi, dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan mudah mengalami pencemaran.
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah. Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah selain
mengganggu
estetika,
sanitasi,
kelestarian
lingkungan
juga
mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara. Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).
23
Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum Parameter Kisaran pH 6,2 – 7,4 COD 66 – 11.600 mg/l BOD < 2 – 8.000 mg/l Sulfat 56 – 456 mg/l Cadium (Cd) < 0,005 – 0,01 mg/l Plumbum (Pb) < 0,05 – 0,22 mg/l Chromim (Cr) < 0,05 – 0,14 mg/l Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008). Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia. Kota Bogor Cirebon Jakarta Bandung Solo
pH 7,5 7 7 6 6
COD 28723 3648 413 58661 6166
N-NH4 770 395 240 1356 162
N-NO2 0 0,225 0,075 6,1 0,225
DHL 40480 10239 3823 26918 3540
Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung
24
logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari pusat penimbunan sampah. Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta (2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang konsentrasinya sangat tinggi .
2.10
Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak
karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air
25
lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.
Gambar 2.2 Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990) Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2) Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air
26
tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah.
2.11 Metode Geolistrik Resistivitas Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point). Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang
27
sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain. Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik, lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan 8
jenis 1-10 Ωm. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garamgaram yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik 2
sebesar 1µvolt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm . Sifat ini dipengaruhi oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (ρa).
28
Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya hantar listrik (conductivity).
𝑅=
△𝑉
…………………………………….(2.1)
𝐼
dimana ; R = tahanan (resistance) dalam ohm
△V = beda potensial listrik dalam volt I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.
2.11.1 Konfigurasi Wenner Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang
(r1 = r4 = a dan
r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a / 2 , maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah
3a / 2 . C2
C1 I P2
P1 A
V VES
M
a r< 1 "
a
N
B
a r2 r4
r3
29
Gambar 2.3 Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a / 2 . Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus (I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) seperti pada persamaan 2.2.
𝜌𝑎 = 𝑘 k
ΔV
…….……………...……..(2.2)
𝐼
adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di
permukaan yang besarnya :
𝑘𝑤 =
2π 1 1 1 1 − − − AM BM AN BN
………….………….….……..(2.3)
dengan AM = MN = NB = a Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:
𝑘𝑤 = 2𝜋𝑎 dan
𝜌𝑤 = 𝑘𝑤 𝑅.............................................(2.4)
dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur.
30
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektrodaelektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4.
C1
C2
I V1
A
M n a
V2
V VES
a
N
B n a
Gambar 2.4 < < konfigurasi Elektroda arus dan potensial Schlumberger homogen isotropis " " (ρ) (Reynolds, 1997 dalamBahri, dengan tahanan jenis 2005). Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρScl) seperti pada persamaan 2.5.
𝜌𝑆𝑐𝑙 = 𝑘
ΔV
31
𝐼
…….…………...………..(2.5)
k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan yang besarnya :
𝑘𝑆𝑐𝑙 =
2π 1 1 1 1 − − − AM BM AN BN
…….………..(2.6)
Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah (Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait dengan pendeteksian kondisi dalam tanah
diantaranya: 1) pemetaan
pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia (Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin, bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran air tanah diantaranya: Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut.
32
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah, lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh pembusukan sampah. Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah.
33
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah
34
yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik, sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford, dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan resistivitas tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah
35
permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang diasumsikan sebagai fluida konduktif. Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari pembusukan sampah adalah
berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan
Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS (2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali konduktif berkisar antara 0.28-3.45 Ωm yang dicitrakan dengan warna biru dan biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari pembusukan sampah. Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif, berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai resistivitas (Ωm) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m). Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
36
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Masyarakat
TPA Sampah
Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Udara
Pencemaran Air
Pencemaran Tanah
Pencemaran Air Tanah oleh Lindi Sampah
Parameter Kimia
Parameter Fisika
Parameter Biologi
Analisa Rembesan Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Pengelolaan TPA : Tindakan yang dilakukan dalam penelitian : Tidak dilakukan tindakan penelitian : Pengaruh TPA terhadap Lingkungan
37
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o33’70” Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut, seperti yang nampak pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar.
38
4.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut: -
Bulan I
: Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk
persiapan penelitian. -
Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
-
Bulan III - V : Penyelesaian Tesis.
4.2. Alat dan Bahan Penelitian 4.2.1 Alat Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah:
Peta daerah penelitian
Peta kontur TPA Temesi Gianyar
Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda
Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter
Resistivitymeter
Radio komunikasi
Laptop/komputer
Software Res2Dinv
Meteran
Palu
39
Alat tulis
Kompas
Tali
Tongkat
GPS
4.2.2 Bahan Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya.
4.3 Jenis Data Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil penelitian sebelumnya.
4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut
40
ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan L8 kondisi tanah. L8
L5 L5
U L4 TPA
L4 L1 L2
L1 L2
L3
L3 L6
L6
Gambar 4.2 L7 L7 Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data Keterangan: 1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m, 2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m, 3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m, 4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m, 5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m, 6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m. 7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m, 8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m. Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus
41
ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah maksimal untuk di masing-masing tempat.
4.5 Metode Pengukuran Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi dua
elektroda
arus
jaraknya
diubah-ubah
(diperbesar).
Tahap-tahap
pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1) menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat resistivitymeter.
3)
setelah
keempat
elektroda
terhubung
dengan
resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah.
4.6 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut
42
kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner No
n
AB/2 (m)
MN/2 (m)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3
dst 35
5
15
1 1 1 1 1 1 1 1 5
Tegangan V (mV)
Arus I (mA)
Dp (m)
Faktor Geometri k (m)
Resistivitas 𝝆 (Ωm)
3 5 7 9 11 13 15 17 15
Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak/ spasi elektroda arus MN : Jarak/spasi elektroda potensial
Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger No
n
AB/2 (m)
MN/2 (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
dst 49
7
15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tegangan V (mV)
Arus I (mA)
Dp (m)
Faktor Geometri k (m)
3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 15
Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak elektroda arus MN : Jarak elektroda potensial
43
Resistivitas. 𝝆 (Ωm)
4.7 Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam format file *.dat. 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file *.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.3. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner =1). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas.
44
Gambar 4.3 Format data yang ditulis pada program notepad.
45
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan). h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Wenner terlampir pada Lampiran 4. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian klik file Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5.
46
Gambar 4.4 Tampilan awal program Res2dinv
Gambar 4.5 Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konvigurasi Wenner
47
Hasil interpretasi dari software Res2dinv
di atas
memberikan informasi
mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.6. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan (Schlumberger = 7 ). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas
48
Gambar 4.6 Format data yang ditulis pada program notepad. g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan).
49
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Schlumberger terlampir pada Lampiran 5. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian buka file Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger
50
Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah seperti Gambar 4.8. Data Hasil Pengukuran
Data Konfigurasi Wenner
Data Konfigurasi Schlumberger
Dengan Software Res2Dinv
Interpretasi Data
Interpretasi Data
Analisis arah rembesan dan letak akumulasi lindi
Kesimpulan
Gambar 4.8 Diagram alir pengolahan data hasil penelitian
51
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12 Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o33’70” LS dan 115o20’40” BT dengan ketinggian ±68 m hingga ±85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan dalam bentuk Gambar 5.1.
A C
U
D
Keterangan : A : Dataran tinggi B : Dataran yang sangat rendah C : Tempat Pengomposan D : Areal tempat penimbunan sampah : Jalan
B
Gambar 5.1 Peta kontur TPA Temesi Gianyar
52
Dari Gambar 5.1 di atas, warna merah muda menunjukkan daerah yang mempunyai dataran rendah. Warna kuning menunjukkan dataran
yang
semakin tinggi. Titik A merupakan daerah yang datarannya paling tinggi dibandingkan dengan dataran disekitarnya. Titik B terlihat mempunyai dataran yang sangat rendah, ini merupakan lembah yang dengan genangan air. Daerah di titik C merupakan tempat pengolahan kompos. Pada daerah di titik D merupakan areal penimbunan sampah secara open dumping (tempat penumpukan sampah utama). Garis abu-abu merupakan jalan yang digunakan sebagai lalu lintas oleh kendaraan untuk membuang sampah yang berasal dari kota Gianyar. Daerah disebelah Selatan titik D sampai di titik B merupakan tebing yang cukup curam akibat penumpukan sampah yang menyerupai bukit.
5.2. Data Hasil Pengukuran Di bawah ini ditampilkan hasil pengambilan data dengan metode Wenner dan Schlumberger. 5.2.1
Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Wenner
dapat dilihat pada Tabel 5.1 lampiran 2 yaitu: spasi elektroda potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.3 dan persamaan 2.4.
53
5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Schlumberger dapat dilihat pada Tabel 5.9 lampiran 3 yaitu : spasi elektroda potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 dan persamaan 2.6.
5.3. Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv Di bawah ini ditampilkan analisa hasil interpretasi data dengan Software Res2dinv dari konfigurasi Wenner dan Schlumberger.
5.3.1 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 1 Dari Gambar 5.2 (a) dan (b) hasil inversi Wenner dan Schlumberger pada lintasan 1 berada pada koordinat 8033’076” LS dan 115021’016” BT. Terlihat bahwa dari kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada di kedalaman 1,55 m - 5,40 m. Lindi tersebar pada titik 10 m – 32 m dengan nilai resistivitas terkecil 4,14 Ωm sedangkan nilai resistivitas yang terbesar adalah 8,91 Ωm.
54
(a)
(b) Gambar 5.2 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger. 5.3.2 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 2 Lintasan 2 ini terletak pada koordinat 8033’746” LS dan 115021’013” BT. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan lindi terdapat pada dua daerah akumulasi. Daerah pertama lindi berada pada titik-titik 13 m – 23 m di kedalaman 3 m –
55
8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m – 40 m di kedalaman 4 m – 8 m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 – 7,36 Ωm.
(a)
(b) Gambar 5.3 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger.
5.3.3 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 3 Hasil Interpretasi
pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner -
Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.4 terletak pada koordinat
56
8033’719” LS dan 115021’018” BT. Dari Gambar 5.4 (a) dan (b) menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5m dan pada titik 23 m – 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 – 9,87 Ωm.
(a)
(b) Gambar 5.4 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger.
57
5.3.4 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 4 Gambar 5.5 (a) dan (b) adalah lintasan yang terletak pada koordinat 8033’689” LS dan 115020’363” BT, menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik – titik 6,5 m – 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 – 9,80 Ωm.
(a)
(b) Gambar 5.5 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger.
58
5.3.5 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 5 Lintasan 5 terletak pada koordinat 8033’789” LS dan 115020’983” BT. Gambar 5.6 seperti yang tergambar di bawah ini menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m - 4,50 m pada titik-titk 5,5 m-14,5 m dengan nilai resistivitas sebesar 5,78 – 9,67 Ωm yang ditunjukkan oleh warna biru dan biru muda.
(a)
(b) Gambar 5.6 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger.
59
5.3.6 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 6 Lintasan 6 berada pada koordinat 8033’641” LS dan 115020’977” BT. Dari Gambar 5.7 (a) dan (b) tersebut menunjukkan bahwa lindi tersebar dari titik 5 m – 19 m di kedalaman 2,80 m – 5,37 m dengan nilai resistivitas sebesar 6,39 – 9,34 Ωm.
(a)
(b) Gambar 5.7 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger.
60
5.3.7 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 7 Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh dari TPA dan tanahnya sangat kering yaitu terletak pada koordinat 8033’756” LS dan 115021’015” BT. Dari Gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa lindi berada pada titik 20 m – 25 m di kedalaman 4,63 m – 7,84 m dengan resistivitas sebesar 4,63 – 7,48 Ωm.
(a)
(b) Gambar 5.8 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger.
61
5.3.8 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 8 Lintasan 8 terletak pada koordinat 8033’350” LS dan 115021’000” BT di sebelah Utara jauh dari TPA. Pada lintasan 8 tidak teridentifikasi adanya lindi. Resistivitas terendah sebesar 12,9 Ωm seperti yang pada Gambar 5.9.
(a)
(b) Gambar 5.9 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger.
62
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Di bawah ini akan dianalisa masing-masing lintasan hasil interpretasi dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. 6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 1 Dari Gambar 5.1 (a,b) yang merupakan hasil interpretasi Wenner Schlumberger pada lintasan 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada pada kedalaman 1,55 m - 5,40 m dan terakumulasi pada titik 10 m - 32 m. Ada sedikit perbedaan antara hasil pengukuran dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger, yaitu terletak pada skala nilai resistivitas. Namun perbedaan skala nilai resistivitas pada konfigurasi Wenner dan Schlumberger tidak besar, karena kedua metode ini masih menunjukkan hasil yang mengindikasikan keberadaan lindi yaitu dengan nilai resistivitas di bawah 10 Ωm. Kalau diperhatikan kedalaman masing-masing akumulasi lindi, semakin ke kiri akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah timur ke arah barat mengikuti gaya gravitasi, dimana di arah barat dari TPA ketinggian tanah cenderung lebih rendah dan bahkan sangat curam, hal ini dapat dilihat dari peta kontur TPA Temesi.
63
6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 2 Lintasan 2 sesuai dengan Gambar 5.2 (a,b) terdapat sedikit perbedaan antara hasil tampilan inversi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Perbedaan terdapat pada besarnya konsentrasi lindi yang berada di bawah lapisan tanah, dimana dengan metode Wenner menunjukkan konsentrasi lindi relatif lebih sedikit akan tetapi lebih menyebar. Daerah pertama lindi berada titik-titik 13 m – 23 m di kedalaman 3 m – 8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m – 40 m di kedalaman 4 m – 8 m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 – 7,36 Ωm. Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataan yang ada di lapangan lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat curam. Merembesnya lindi ke dataran yang lebih rendah diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi dimana cairan akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 3 Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.3 (a,b)
nampak
relatif
sama. Hasil interpretasi tersebut menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda. Dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi
64
terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5 m dan pada titik 23 m – 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 – 9,87 Ωm. Terpisahnya akumulasi lindi tersebut mungkin disebabkan oleh adanya material yang keras di dalam tanah misalnya batu atau material lainnya. Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah lebih rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 4 Gambar 5.4 (a,b) menunjukkan hasil interpretasi yang hampir sama meskipun dengan konfigurasi yang berbeda yaitu dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Ditinjau dari kedua gambar tersebut dapat dilihat kemiripan gambar yang ditampilkan dimana tampak pada kedua gambar menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik – titik 6,5 m – 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 – 9,80 Ωm. Kedalaman akumulasi lindi semakin ke kiri lindi terlihat semakin dalam hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah
65
timur ke arah barat dimana di arah barat dari TPA kontur tanah sangat curam. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 5 Untuk Lintasan 5, hasil interpretasi software Res2dinv ditunjukkan pada Gambar 5.5 (a,b). Dilihat secara umum tampilan kedua gambar di atas hampir sama.
Hasil
interpretasi
Res2dinv
dengan
konfigurasi
Wenner
dan
Schlumberger menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m 4,50 m pada jarak 5,5 m - 14,5 m. Kalau diperhatikan letak ketinggian lintasan pengukuran menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah selatan ke arah utara, dimana di daerah utara dari lintasan ini ketinggian tempatnya cenderung miring ke arah utara.
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 6 Dari Gambar 5.6 (a,b) tersebut menunjukan bahwa lindi tersebar dari titik 5 m – 19 m dengan kedalaman 2,80 m – 5,37 m. Semakin ke kiri akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
66
6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 7 Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh sekitar 400 m ke arah Selatan dari TPA dan tanahnya sangat kering. Dari Gambar 5.7 (a,b) tersebut dapat dilihat bahwa keberadaan lindi relatif kecil dibandingkan dengan pada lintasan yang lainnya dan berada jauh di dalam permukaan tanah. Lindi terakumulasi pada titik 20 m – 25 m di kedalaman 4,6 m – 7,84 m. Secara umum hasil dari kedua interpretasi ini relatif sama meskipun
dengan
konfigurasi yang berbeda. Lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah tenggara dari TPA kontur tanah lebih rendah rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi kea rah tenggara diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi dimana air/lindi akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 8 Lintasan 8 yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8 (a,b) terletak jauh di utara dan letaknya lebih tinggi dari TPA. Sampai pada saat dilakukan pengukuran belum terdeteksi adanya pencemaran bawah permukaan oleh lindi. Secara umum kedua hasil interpretasi tersebut sudah hampir sama dan menunjukkan hasil bahwa tidak adanya lindi yang teridentifikasi. Terlihat dari kedua gambar menunjukkan bahwa pada lintasan tersebut lapisan di bawah permukaan tanah memiliki nilai resistivitas di atas 10 Ωm.
67
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar Setelah dibahas arah rembesan dan letak akumulasi lindi secara khusus pada
setiap
lintasan
dari
masing-masing
konfigurasi
(Wenner
dan
Schlumberger), selanjutnya akan dibahas mengenai arah rembesan dan akumulasi lindi secara umum atau menyeluruh pada TPA Temesi Gianyar. Pada Gambar 6.1 ditampilkan arah rembesan dan letak titik-titik akumulasi lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. L8 L8
L5 L5
U L4 TPA
L4
L2 L2
L1
L1
L3
L3 L6
L6 L7 L7
Keterangan: akumulasi lindi
= arah rembesan lindi
dan
Gambar 6.1 Arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar.
68
=
Dari Gambar 6.1 dijelaskan bahwa tanda panah yang berwarna merah menunjukkan arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar, dimana untuk lintasan L2, L3, L6 lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan TPA. Faktor yang mempengaruhi lindi merembes ke arah selatan diakibatkan areal atau dataran di selatan dari tumpukan sampah konturnya lebih rendah dibandingkan dengan tempat tumpukan sampah. Karena lindi merupakan cairan atau fluida maka lindi tersebut akan cenderung mengalir dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah (pengaruh gravitasi). Faktor lain yang mempengaruhi lindi cenderung mengalir ke arah selatan TPA adalah terdapat air yang berasal dari irigasi sawah yang sebagian melalui tumpukan sampah, hal ini memicu pergerakan lindi lebih cepat menyebar dan masuk ke bawah lapisan tanah dan terakumulasi di beberapa tempat seperti yang tampak pada Gambar 6.1. Terbukti dengan pengukuran pada lintasan 7 (yang jaraknya lebih dari 400 m di selatan TPA) masih teridentifikasi adanya lindi yang merembes di bawah permukaan tanah. Pada lintasan ( L1, L4) rembesan lindi mengalir
mengarah ke arah barat dimana di sebelah barat dari tempat
penumpukan sampah kontur tanahnya miring dan bahkan curam. Sedangkan untuk lintasan
(L7) lindi akan merembes ke arah tenggara yang kontur
tanahnya lebih rendah disamping faktor adanya dorongan dari air kali . Berikut ditampilkan tabel mengenai arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran seperti terlihat pada Tabel 6.1.
69
Tabel 6.1 Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran pada konfigurasi Wenner - Schlumberger. Lintasan (Panjang)
Arah Rembesan
Rentang Akumulasi(m)
Kedalaman Rembeasan (m)
Koordinat
Resistivitas ρ (Ωm)
8033’076” LS 115021’016” BT 8033’746” LS 115021’013” BT 8033’719” LS 115021’018” BT 8033’689” LS 115020’363” BT 8033’789” LS 115020’983” BT 8033’641” LS 115020’977” BT 8033’756” LS 115021’015” BT 8033’756” LS 115021’015” BT
4,14 - 8,91
1 (36m)
ke Barat
22
1,55 - 5,40
2 (40m)
ke Selatan
27
4,00 - 7,50
3 (40m)
ke Selatan
26,5
2,00 - 4,50
4 (30m)
ke Barat
4,5
2,70 - 4,37
5 (30m)
ke Utara
9
1,60 - 4,50
6 (30m)
ke Selatan
14
2,00 - 5,37
7 (30m)
ke Tenggara
5
5,37 - 6,91
8 (30m)
-
-
-
1,84 - 7,36 3,22 – 9,87 4,96 - 9,80 5,78 – 9,76 6,39 - 9,34
4,63 - 7,84 12,9
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
70
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa dan bau. Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya
air
bawah
permukaan
yang
pada
akhirnya
akan
menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum . Di sebelah barat tidak jauh tempat tumpukan sampah terdapat kali/sungai yang juga harus diwaspadai dari pencemaran oleh lindi. Sungai
71
tersebut mengalir dan masih dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Jika sungai ini tercemar oleh adanya rembesan lindi maka akan berdampak negatif bagi penduduk yang yang masih memanfaatkan air sungai tersebut, baik penduduk yang berada di sekitar TPA maupun penduduk yang berada di hilir disepanjang sungai. Adanya rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan disekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar berarti melanggar pasal 29 ayat 1 point f UndangUndang Nomor 18 tahun 2008 tentang pelarangan pembuangan sampah dengan sistem open dumping. Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
meminimalisir
pencemaran
disekitarnya diharapkan Pemerintah
lindi
dan Instansi
terhadap
lingkungan
sudah seharusnya
memberikan perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu untuk pengurangan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ). Upaya peran serta masyarakat dalam reduksi sampah disumber sampah masih belum terlihat, sedangkan kegiatan reduksi yang dilakukan pemulung di TPA masih sangat kecil. Masih dibutuhkan reduksi sampah di TPA guna mengurangi sampah yang akan dibuang ke TPA, sehingga perlunya pengadaan dan penerapan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA, dimana konsep TPST ini bertitik tolak pada aktifitas pengelolaan sampah yang untuk tujuan
72
pemanfaatan kembali guna mereduksi sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali.
73
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : 1. Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. 2. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat
8033’719” LS -
115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033’641” LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga
74
terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
7.2 Saran 1. Untuk menghindari dampak negatif yang lebih luas dari rembesan lindi terhadap lingkungan di sekitar TPA Temesi Gianyar, sebaiknya seluruh instansi dan pihak terkait yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan TPA Temesi Gianyar melakukan kajian lebih dalam dan perubahan sistem pengolahan sampah (dari sistem open dumping beralih ke sistem sanitary landfill atau sistem control landfill). 2. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar areal TPA Temesi Gianyar, terutama di areal yang teridentifikasi adanya lindi, agar tidak menggunakan sumber air tanah dangkal di sekitar TPA sebagai konsumsi air sehari-hari. 3. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk meneliti lebih lanjut unsurunsur, zat, atau senyawa yang terkandung dalam lindi di TPA Temesi Gianyar, ditinjau dari sifat kimia dan biologi dari lindi tersebut.
75
DAFTAR PUSTAKA
Apparao, A. 1997. Development in Geoelectrical Methods. National Geophysics Reasearce Institude Hyderabad. India. Arbain, N.K.M., Sudana I B. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Echotropic. Vol. 3, No.2. 55-60. Arifin, F. 2001. Tinjauan Geohidrologi Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Pemilihan Lokasi TPA Sampah (Studi Kasus TPA Sampah Tamangapa Makassar). Prorgam Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Armadi, N. M., 2003. Kajian Daerah Intrusi Air Laut Pada Kawasan Pariwisata Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. Tesis. Program Pascasarjana UNUD. Denpasar. Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurusan Geofísika Terapan ITB, Bandung. Azwar, A., 1990,. Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber Widya. Bahar, Y. H. 1985. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. PT. Wacana Utama bekerjasama dengan Pemda DKI. Jakarta. Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010. Daftar Isian Adipura. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Bali, 2007. Peta Jenis Batuan di Pulau Bali. http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/ Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
76
Depkes RI. 1992. Pemberantasan Lalat. Jakarta : Ditjen PPM dan PLP. Ditjen Cipta Karya. 1997. Sampah dan Pengelolaannya. Departemen Pekerjaan Umum Jakarta. Feranie, S., Iryanti M., Utari, S, dan Ardi, N.D., 2008. Zona Migrasi Pencemaran Air di Sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Grandis, H dan Yudistira, T. 2002. Pencitraan Konduktivitas Bawah Permukaan dan Aplikasinya untuk Identifikasi Penyebaran Kontaminan. http://www.dikti.org/p3m/abstrakHB/AbstrakHB02.pdf Grandis, H. dan Yudistira,T. 2000. Studi Pendahuluan Identifikasi Penyebaran Polutan Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik. Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta. Guntar, M. S., 1999. Optimasi Pembangunan Akhir Sampah Lahan Urug Saniter Melalui Usaha Pengomposan dan Pemulungan (studi kasus TPA Sampah Kodya Jambi), Tesis. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Health Research Board, 2003. Health Environmental Effects of Land filling and Incineration of Waste, A Literature Review. Healt Research Board. Dublin. Hendrajaya, L dan Idam, A. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB. Bandung http://unalea.blogspot.com/2009/03/mekanisme-masuknya-airlindi-ke-air.html Enri
Damanhuri. 2008. Diklat Landfilling Limbah-FTSL.ITB. http://www.itb.ac.id/wordpress/wp-content/Bag7PPenangananLindi.pdf.
Jagloo, K. 2002. Groundwater Risk Analysis in the Vicinity of A Landfill, A case Study in Mauritius, Department of Land Water Resources Engineering Royal Institute of Technology. Stockholm. Johanis, S. B. 2002. Aplikasi Metoda Geolistrik dalam Pemantauan Pencemaran Lingkungan (Studi Kasus:Pasir Impun Bandung). http://gf.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbgf-gdl-s2-2002-semueljoha15&node=1607&start=6.
77
KLH.2004. Peraturan Perundangan-undangan. Jilid 2. Jakarta. Kodoatie, R. J., 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Lanshkaripour, G. R. 2003. An Investigation of Groundwater Condition By Geoelectrical Resistivity Method: A Case Study in Korin Akuifer, Southest Iran. Journal of Spartial Hydrology 3 (1). Muktar, A. L., Sulaiman,W. N., Ibrahim, S., Latif, A. P. dan Hanafi, M. M. 2000. Detection of Groundwater Pollution Using Resistivity Imaging at Seri Petaling Landfill, Malaysia. Journal of Environmental Hidroloy 8. Mustofa,H.A. 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta, Solo. Ngadimin, Handayani G., 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah, Journal of Mathematical Science. Vol.2 No. 06. Ngadimin. 2001. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah (Penelitian Model Fisik di Laboratorium),vol:6,edisi:1,halaman:43-53. Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental Geophysicsi. John Wiley and Sons Ltd. Baffins, Chichester, West Susex PO19 IUD. England. Rudianto,H. dan Azizah. R 2005. Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005 Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sundra, I K. 1997. Pengaruh TPA Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur di Wilayah Suwung.Denpasar.
78
Supanca, W.W. 2003. Dasar-dasar Pemantauan, Pengawasan dan Teknik Penilaian Pencemaran Limbah Padat. Short Course on Enviromental Pollution Control and Management. 25 Agustus – 19 September 2003. Denpasar. Tanauma, A. 2000. Pengaruh Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Mutu Air Tanah di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Tesis. Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1988. Applied Geophysics First Edition. Cambridge University Press. Cambridge.New York. Todd, D.K. 1980. Groundwater Technology. Associate Professor of Civil Engineering California University. Jihn Wiley and Son. New York. Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Widyatmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.
79
Lampiran 1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar LONG
LAT
H
115.3507833
-8.5617
82.9056
115.3510167
-8.561666667
82.9056
115.351
-8.561483333
82.9056
115.3508333
-8.561466667
82.296
115.3505333
-8.561483333
82.9056
115.3503833
-8.5615
82.6008
115.3503833
-8.561216667
82.9056
115.3504167
-8.56095
84.1248
115.3503167
-8.560733333
84.1248
115.3505167
-8.5607
83.5152
115.3506167
-8.56045
83.2104
115.3507167
-8.5604
82.6008
115.3509
-8.560166667
80.772
115.3507667
-8.560166667
81.3816
115.3507833
-8.5598
80.772
115.351
-8.559766667
79.248
115.3507
-8.559816667
82.6008
115.3505667
-8.559816667
82.9056
115.3504
-8.55985
83.2104
115.35
-8.559966667
84.1248
115.3499333
-8.559833333
85.0392
80
LONG
LAT
H
115.3497
-8.55985
84.4296
115.3495333
-8.5599
83.82
115.3494
-8.559933333
83.2104
115.3492333
-8.559983333
80.772
115.3491667
-8.56
79.5528
115.3492667
-8.56015
78.9432
115.3491833
-8.560316667
78.9432
115.3490833
-8.56035
77.4192
115.3490333
-8.5605
77.4192
115.3490833
-8.560683333
79.248
115.349
-8.5609
77.1144
115.3491167
-8.560933333
79.248
115.3493
-8.56085
81.6864
115.3493333
-8.560516667
81.0768
115.34955
-8.560483333
83.2104
115.3496667
-8.560516667
82.9056
115.3497
-8.5608
82.9056
115.3495167
-8.5609
81.6864
115.3495167
-8.561133333
81.6864
115.3492167
-8.561233333
80.772
115.3495167
-8.56155
81.6864
115.3495333
-8.561566667
81.6864
115.3493167
-8.5615
79.5528
81
LONG
LAT
H
115.3496
-8.561883333
82.296
115.3494
-8.562083333
78.3336
115.3492333
-8.562066667
76.2
115.34915
-8.562366667
76.8096
115.3490333
-8.562383333
74.9808
115.349
-8.5626
73.7616
115.3490833
-8.562783333
77.4192
115.3491667
-8.56275
77.4192
115.34925
-8.562783333
77.724
115.34945
-8.562966667
78.6384
115.34945
-8.5632
78.0288
115.34925
-8.563216667
77.4192
115.3491167
-8.563366667
75.8952
115.3488667
-8.563316667
74.9808
115.34955
-8.56345
76.2
115.3495333
-8.563233333
76.2
115.3496167
-8.56295
76.2
115.3496333
-8.5627
78.0288
115.3496833
-8.56285
73.7616
115.3497
-8.563066667
71.628
115.3497833
-8.5631
69.7992
115.34985
-8.562933333
69.1896
115.34995
-8.562916667
68.2752
82
LONG
LAT
H
115.3500167
-8.56285
68.8848
115.3500167
-8.56285
69.1896
115.3499167
-8.563016667
69.7992
115.3498333
-8.56315
68.58
115.3498667
-8.563316667
68.58
115.3499
-8.563216667
68.2752
115.35
-8.56305
68.8848
115.35005
-8.563033333
71.628
115.3499833
-8.563216667
71.9328
115.3500333
-8.563283333
71.0184
115.3500833
-8.563066667
74.0664
115.3501333
-8.563166667
74.3712
115.35005
-8.56335
74.0664
115.3504833
-8.563
74.9808
115.3508333
-8.562916667
72.8472
115.3507167
-8.562683333
73.7616
115.3502167
-8.5624
77.724
115.3501667
-8.562566667
77.1144
115.35005
-8.562516667
77.724
115.35005
-8.562433333
78.3336
115.34995
-8.5625
77.4192
115.34995
-8.562633333
76.2
115.3498833
-8.562433333
77.724
83
LONG
LAT
H
115.35005
-8.562366667
77.724
115.3501333
-8.562116667
77.724
115.3501333
-8.561883333
78.3336
115.3500667
-8.56165
78.6384
115.3500667
-8.56165
78.3336
115.3503333
-8.5617
77.4192
115.3506167
-8.561733333
76.5048
115.3503667
-8.562
77.1144
115.35075
-8.562116667
76.2
115.351
-8.562116667
74.676
115.351
-8.562266667
74.9808
115.3509667
-8.562433333
74.676
115.3507667
-8.562466667
74.676
115.35095
-8.56265
74.3712
115.3506
-8.562433333
75.5904
115.3503667
-8.5613
76.8096
115.3502
-8.5606
79.5528
115.3499667
-8.560233333
80.772
84
Lampiran 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner
Tabel. 5.1 Data hasil pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi Wenner No.
n MN/2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3
AB/2
V(mV)
I(mA)
k (m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9
621 579 572.25 429.9 593.55 524.7 411 529.5 407.25 583.2 538.65 358.5 597.45 485.25 305.85 648 193.05 327.15 284.55 236.55 231.15 223.2 112.05 119.4 214.35 132.3 184.65 146.85 209.1 198.45 199.35 206.25 164.4
578 561 555 435 551 543 465 556 550 553 549 375 485 560 267 563 399 558 557 540 550 531 323 325 533 385 557 545 531 500 562 556 550
12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68
3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 9 11 13
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6
13.49439 12.96299 12.95038 12.41274 13.52992 12.13671 11.10142 11.96137 9.300109 13.24592 12.32321 12.00736 15.47211 10.88346 14.38755 14.45627 12.15392 14.72761 12.83285 11.00396 10.55725 10.55892 8.714229 9.228702 10.1022 8.632145 8.327483 6.768572 9.891887 9.970128 13.36567 13.97752 11.26289
85
No.
n MN/2
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6
AB/2
V(mV)
I(mA)
k (m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
9 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 12 15 15 15 15 18
133.35 132.6 91.95 87.45 126.75 110.4 128.25 135.3 75.15 104.85 95.85 77.55 89.4 99 88.8 828 79.05
554 524 389 399 532 335 492 526 389 536 532 433 538 529 551 530 557
37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8 62.8 62.8 62.8 75.36
15 17 19 21 23 25 12 14 16 18 20 22 15 17 19 21 18
6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 12
9.069726 9.535053 8.906622 8.258436 8.977331 12.41753 13.0961 12.92295 9.705748 9.827731 9.051699 8.997949 10.43554 11.75274 10.12094 98.11019 10.69517
Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan Lintasan 2 (40m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
1180
801
12.56
3
2
18.5029
2
1
1
3
987.5
771
12.56
5
2
16.0869
3
1
1
3
783.5
645
12.56
7
2
15.257
4
1
1
3
852.5
679
12.56
9
2
15.7694
5
1
1
3
701
631
12.56
11
2
13.9533
6
1
1
3
685
674
12.56
13
2
12.765
7
1
1
3
612.25
554
12.56
15
2
13.8806
8
1
1
3
538
479
12.56
17
2
14.1071
9
1
1
3
470.5
551
12.56
19
2
10.725
10
1
1
3
462.5
422
12.56
21
2
13.7654
11
1
1
3
397.5
447
12.56
23
2
11.1691
12
1
1
3
416
441
12.56
25
2
11.848
13
1
1
3
373
389
12.56
27
2
12.0434
14
1
1
3
388.25
407
12.56
29
2
11.9814
86
No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k (m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
15
1
1
3
319.25
351
12.56
31
2
11.4239
16
1
1
3
495.5
440
12.56
33
2
14.1443
17
1
1
3
422.5
355
12.56
35
2
14.9482
18
1
1
3
452.75
317
12.56
37
2
17.9386
19
1
1
3
405.5
335
12.56
39
2
15.2032
20
1
1
3
408.25
265
12.56
41
2
19.3495
21
1
1
3
545.75
305
12.56
43
2
22.4742
22
1
1
3
347
276
12.56
45
2
15.791
23
1
1
3
436.5
222
12.56
47
2
24.6957
24
2
2
6
206.25
326
25.12
6
4
15.8926
25
2
2
6
157.75
267
25.12
8
4
14.8415
26
2
2
6
129
247
25.12
10
4
13.1194
27
2
2
6
89.75
207
25.12
12
4
10.8914
28
2
2
6
107.5
202
25.12
14
4
13.3683
29
2
2
6
87.5
174
25.12
16
4
12.6322
30
2
2
6
71
161
25.12
18
4
11.0778
31
2
2
6
73
156
25.12
20
4
11.7549
32
2
2
6
65
150
25.12
22
4
10.8853
33
2
2
6
76.25
158
25.12
24
4
12.1228
34
2
2
6
66.75
141
25.12
26
4
11.8919
35
2
2
6
58
134
25.12
28
4
10.8728
36
2
2
6
54.75
129
25.12
30
4
10.6614
37
2
2
6
48
121
25.12
32
4
9.96496
38
2
2
6
46.5
121
25.12
34
4
9.65355
39
2
2
6
58
119
25.12
36
4
12.2434
40
2
2
6
52
110
25.12
38
4
11.8749
41
2
2
6
54.5
108
25.12
40
4
12.6763
42
2
2
6
57.75
117
25.12
42
4
12.399
43
2
2
6
65
115
25.12
44
4
14.1983
44
3
3
9
81
182
37.68
9
6
16.7697
45
3
3
9
58
143
37.68
11
6
15.2828
46
3
3
9
51.25
130
37.68
13
6
14.8546
47
3
3
9
40
120
37.68
15
6
12.56
48
3
3
9
37
115
37.68
17
6
12.1231
49
3
3
9
31
117
37.68
19
6
9.98359
50
3
3
9
18
111
37.68
21
6
6.11027
51
3
3
9
35
109
37.68
23
6
12.0991
87
No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k (m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
52
3
3
9
30.25
105
37.68
25
6
10.8554
53
3
3
9
36.5
105
37.68
27
6
13.0983
54
3
3
9
33.5
102
37.68
29
6
12.3753
55
3
3
9
24.25
103
37.68
31
6
8.87126
56
3
3
9
32.5
98
37.68
33
6
12.4959
57
3
3
9
29.25
92
37.68
35
6
11.9798
58
3
3
9
31.75
93
37.68
37
6
12.8639
59
3
3
9
37.5
97
37.68
39
6
14.567
60
3
3
9
33.5
96
37.68
41
6
13.1488
61
4
4
12
32.75
121
50.24
12
8
13.598
62
4
4
12
25.5
106
50.24
14
8
12.086
63
4
4
12
27.5
103
50.24
16
8
13.4136
64
4
4
12
30.25
102
50.24
18
8
14.8996
65
4
4
12
26.75
98
50.24
20
8
13.7135
66
4
4
12
195
101
50.24
22
8
96.998
67
4
4
12
27.25
97
50.24
24
8
14.1138
68
4
4
12
20.5
97
50.24
26
8
10.6177
69
4
4
12
23
96
50.24
28
8
12.0367
70
4
4
12
22.5
90
50.24
30
8
12.56
71
4
4
12
26
87
50.24
32
8
15.0143
72
4
4
12
17.75
85
50.24
34
8
10.4913
73
4
4
12
19.25
92
50.24
36
8
10.5122
74
4
4
12
26.5
85
50.24
38
8
15.6631
75
5
5
15
24.25
108
62.8
15
10
14.1009
76
5
5
15
22.5
95
62.8
17
10
14.8737
77
5
5
15
19
89
62.8
19
10
13.4067
78
5
5
15
23.5
90
62.8
21
10
16.3978
79
5
5
15
19.25
83
62.8
23
10
14.5651
80
5
5
15
15
86
62.8
25
10
10.9535
81
5
5
15
224.75
613
62.8
27
10
23.025
82
5
5
15
202
515
62.8
29
10
24.6322
83
5
5
15
193.25
746
62.8
31
10
16.2682
84
5
5
15
202.5
703
62.8
33
10
18.0896
85
5
5
15
207.25
710
62.8
35
10
18.3314
86
6
6
18
195.25
732
75.36
18
12
20.1011
87
6
6
18
180
742
75.36
20
12
18.2814
88
6
6
18
164.75
712
75.36
22
12
17.4376
88
89
6
6
18
142.25
630
75.36
24
12
17.0158
90
6
6
18
131
600
75.36
26
12
16.4536
91
6
6
18
127
576
75.36
28
12
16.6158
92
6
6
18
120.25
567
75.36
30
12
15.9824
93
6
6
18
128.25
546
75.36
32
12
17.7013
94
7
7
21
137
523
87.92
21
14
23.0307
95
7
7
21
107
542
87.92
23
14
17.3569
96
7
7
21
91.25
462
87.92
25
14
17.3652
97
7
7
21
83
415
87.92
27
14
17.584
98
7
7
21
86
395
87.92
29
14
19.1421
99
8
8
24
75.75
441
100.48
24
16
17.2593
100
8
8
24
78.75
385
100.48
26
16
20.5527
Tabel 5.3 Data Hasil Pengamatan Lintasan 3 (40m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
764.2
520
12.56
3
2
18.4585
2
1
1
3
768.5
496
12.56
5
2
19.4592
3
1
1
3
691.4
511
12.56
7
2
16.9933
4
1
1
3
687.3
483
12.56
9
2
17.872
5
1
1
3
789.1
503
12.56
11
2
19.705
6
1
1
3
751.8
522
12.56
13
2
18.0893
7
1
1
3
799.2
505
12.56
15
2
19.8782
8
1
1
3
830.4
546
12.56
17
2
19.1026
9
1
1
3
776.3
526
12.56
19
2
18.5361
10
1
1
3
717.1
529
12.56
21
2
17.0265
11
1
1
3
805.0
540
12.56
23
2
18.723
12
1
1
3
662.2
480
12.56
25
2
17.328
13
1
1
3
779.4
511
12.56
27
2
19.1577
14
1
1
3
763.6
498
12.56
29
2
19.2599
15
1
1
3
676.8
468
12.56
31
2
18.1632
16
1
1
3
770.9
489
12.56
33
2
19.8015
17
1
1
3
663.5
483
12.56
35
2
17.2526
18
1
1
3
755.2
495
12.56
37
2
19.1631
19
2
2
6
149.8
504
25.12
6
4
7.46438
20
2
2
6
129.2
510
25.12
8
4
6.36248
21
2
2
6
161.2
516
25.12
10
4
7.84688
89
22
2
2
6
345.5
509
25.12
12
4
17.051
23
2
2
6
318.1
504
25.12
14
4
15.8545
24
2
2
6
139.8
521
25.12
16
4
6.74024
25
2
2
6
81.1
385
25.12
18
4
5.28829
26
2
2
6
371.5
515
25.12
20
4
18.1207
27
2
2
6
84.9
469
25.12
22
4
4.54492
28
2
2
6
59.3
469
25.12
24
4
3.17475
29
2
2
6
89.2
514
25.12
26
4
4.35919
30
2
2
6
107.3
486
25.12
28
4
5.54782
31
2
2
6
83.9
489
25.12
30
4
4.30832
32
2
2
6
57.5
450
25.12
32
4
3.20921
33
3
3
9
292.6
536
37.68
9
6
20.5693
34
3
3
9
275.4
521
37.68
11
6
19.9176
35
3
3
9
281.3
514
37.68
13
6
20.6214
36
3
3
9
268.7
493
37.68
15
6
20.5367
37
3
3
9
266.7
489
37.68
17
6
20.5506
38
3
3
9
258.7
464
37.68
19
6
21.0082
39
3
3
9
261.4
479
37.68
21
6
20.5627
40
3
3
9
283
506
37.68
23
6
21.074
41
3
3
9
274.8
504
37.68
25
6
20.5446
42
3
3
9
288.8
496
37.68
27
6
21.9395
43
3
3
9
286.1
505
37.68
29
6
21.347
44
3
3
9
293.5
493
37.68
31
6
22.4322
45
4
4
12
246.8
520
50.24
12
8
23.8447
46
4
4
12
246
498
50.24
14
8
24.8173
47
4
4
12
222.3
463
50.24
16
8
24.1217
48
4
4
12
239.2
496
50.24
18
8
24.2286
49
4
4
12
230.7
466
50.24
20
8
24.872
50
4
4
12
242
520
50.24
22
8
23.3809
51
4
4
12
234.6
460
50.24
24
8
25.6224
52
4
4
12
251.9
493
50.24
26
8
25.6703
53
4
4
12
258.9
494
50.24
28
8
26.3302
54
5
5
15
231.3
516
62.8
15
10
28.1505
55
5
5
15
215.2
483
62.8
17
10
27.9805
56
5
5
15
221.3
493
62.8
19
10
28.1899
57
5
5
15
224.9
471
62.8
21
10
29.9867
58
5
5
15
212.4
461
62.8
23
10
28.9343
59
5
5
15
231
489
62.8
25
10
29.6663
90
60
6
6
18
210
500
75.36
18
12
31.6512
61
6
6
18
206.5
469
75.36
20
12
33.1809
62
6
6
18
213.7
485
75.36
22
12
33.205
Tabel 5.4 Data Hasil Pengamatan Lintasan 4 (30m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
190.1
979
12.56
3
2
2.43887
2
1
1
3
300.6
763
12.56
5
2
4.94828
3
1
1
3
169.1
680
12.56
7
2
3.12338
4
1
1
3
408
863
12.56
9
2
5.93798
5
1
1
3
181.8
397
12.56
11
2
5.75166
6
1
1
3
448
697
12.56
13
2
8.073
7
1
1
3
291.7
482
12.56
15
2
7.60115
8
1
1
3
249.9
689
12.56
17
2
4.55551
9
1
1
3
237.6
543
12.56
19
2
5.49587
10
1
1
3
210.1
544
12.56
21
2
4.85084
11
1
1
3
196.7
227
12.56
23
2
10.8835
12
1
1
3
28.6
275
12.56
25
2
1.30624
13
1
1
3
147.7
618
12.56
27
2
3.0018
14
2
2
6
394.8
901
25.12
6
4
11.0071
15
2
2
6
550
546
25.12
8
4
25.304
16
2
2
6
729
634
25.12
10
4
28.884
17
2
2
6
784
774
25.12
12
4
25.4445
18
2
2
6
422
333
25.12
14
4
31.8338
19
2
2
6
486
457
25.12
16
4
26.714
20
2
2
6
552
560
25.12
18
4
24.7611
21
2
2
6
542
482
25.12
20
4
28.247
22
2
2
6
592
531
25.12
22
4
28.0057
23
2
2
6
827
823
25.12
24
4
25.2421
24
3
3
9
322.5
839
37.68
9
6
14.4837
25
3
3
9
270.7
438
37.68
11
6
23.2876
26
3
3
9
219
354
37.68
13
6
23.3105
27
3
3
9
248.1
499
37.68
15
6
18.7343
28
3
3
9
197.9
501
37.68
17
6
14.884
29
3
3
9
272.9
611
37.68
19
6
16.8296
30
3
3
9
296
688
37.68
21
6
16.2112
91
31
4
4
12
209.7
558
50.24
12
8
18.8805
32
4
4
12
179.5
521
50.24
14
8
17.3092
33
4
4
12
179.8
563
50.24
16
8
16.0447
34
4
4
12
204.6
668
50.24
18
8
15.3879
35
5
5
15
106
357
62.8
15
10
18.6465
Tabel 5.5 Data Hasil Pengamatan Lintasan 5 (30m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
1026.4
562
12.56
3
2
22.93808
2
1
1
3
918.5
522
12.56
5
2
22.1
3
1
1
3
900.9
478
12.56
7
2
23.6728
4
1
1
3
647.0
416
12.56
9
2
19.53365
5
1
1
3
788.4
404
12.56
11
2
24.50941
6
1
1
3
778.9
394
12.56
13
2
24.83046
7
1
1
3
604.1
353
12.56
15
2
21.49377
8
1
1
3
628.4
332
12.56
17
2
23.7741
9
1
1
3
521.6
324
12.56
19
2
20.22099
10
1
1
3
616.9
310
12.56
21
2
24.99613
11
1
1
3
573.2
298
12.56
23
2
24.15973
12
1
1
3
483.0
284
12.56
25
2
21.36268
13
1
1
3
502.4
280
12.56
27
2
22.535
14
2
2
6
287.5
332
25.12
6
4
21.75337
15
2
2
6
67.9
318
25.12
8
4
5.367296
16
2
2
6
90.4
308
25.12
10
4
7.371818
17
2
2
6
80.3
290
25.12
12
4
6.957793
18
2
2
6
199.1
280
25.12
14
4
17.85843
19
2
2
6
233.3
276
25.12
16
4
21.2358
20
2
2
6
209.0
228
25.12
18
4
23.02526
21
2
2
6
231.4
242
25.12
20
4
24.01934
22
2
2
6
229.3
237
25.12
22
4
24.30008
23
2
2
6
217.3
237
25.12
24
4
23.02819
24
3
3
9
161.2
263
37.68
9
6
23.09658
25
3
3
9
164.8
257
37.68
11
6
24.16444
26
3
3
9
165.1
251
37.68
13
6
24.78
27
3
3
9
135.0
223
37.68
15
6
22.80601
28
3
3
9
141.7
235
37.68
17
6
22.72094
92
29
3
3
9
144.2
227
37.68
19
6
23.93991
30
3
3
9
144.2
230
37.68
21
6
23.62991
31
4
4
12
93.9
220
50.24
12
8
21.44145
32
4
4
12
94.6
235
50.24
14
8
20.22477
33
4
4
12
99.6
223
50.24
16
8
22.42951
34
4
4
12
104.2
215
50.24
18
8
24.34763
35
5
5
15
80.0
214
62.8
15
10
23.48364
Tabel 5.6 Data Hasil Pengamatan Lintasan 6 (30m) dengan Konfigurasi Wenner No. 1
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
3
611.4
558
12.56
3
2
13.762847
2
1
1
3
604.9
573
12.56
5
2
13.26
3
1
1
3
641.2
567
12.56
7
2
14.203682
4
1
1
3
392.3
565
12.56
9
2
8.7201923
5
1
1
3
667.4
570
12.56
11
2
14.705644
6
1
1
3
680.9
574
12.56
13
2
14.898274
7
1
1
3
590.4
575
12.56
15
2
12.896261
8
1
1
3
651.9
574
12.56
17
2
14.264458
9
1
1
3
556.4
576
12.56
19
2
12.132593
10
1
1
3
672.3
563
12.56
21
2
14.997677
11
1
1
3
647.5
561
12.56
23
2
14.495839
12
1
1
3
585.8
574
12.56
25
2
12.817606
13
1
1
3
606.1
563
12.56
27
2
13.521
14
2
2
6
163.4
582
25.12
6
4
7.0520241
15
2
2
6
175.2
570
25.12
8
4
7.7203774
16
2
2
6
201.1
566
25.12
10
4
8.9230909
17
2
2
6
161.1
564
25.12
12
4
7.1746759
18
2
2
6
173.2
564
25.12
14
4
7.7150571
19
2
2
6
294.7
581
25.12
16
4
12.741478
20
2
2
6
176.7
568
25.12
18
4
7.8151579
21
2
2
6
259.4
571
25.12
20
4
11.411603
22
2
2
6
263.7
572
25.12
22
4
11.580051
23
2
2
6
281.4
574
25.12
24
4
12.316911
24
3
3
9
212.6
578
37.68
9
6
13.857947
25
3
3
9
220.1
572
37.68
11
6
14.498661
26
3
3
9
222.5
564
37.68
13
6
14.868
93
27
3
3
9
199.7
550
37.68
15
6
13.683605
28
3
3
9
201.9
558
37.68
17
6
13.632562
29
3
3
9
218.8
574
37.68
19
6
14.363947
30
3
3
9
217.1
577
37.68
21
6
14.177948
31
4
4
12
144.7
565
50.24
12
8
12.864873
32
4
4
12
138.6
574
50.24
14
8
12.13486
33
4
4
12
150.8
563
50.24
16
8
13.457704
34
4
4
12
163.1
561
50.24
18
8
14.608577
35
5
5
15
129.5
577
62.8
15
10
14.090187
Tabel 5.7 Data Hasil Pengamatan Lintasan 7 (40m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
1044.0
490
12.56
3
2
26.76049
2
1
1
3
1055.3
448
12.56
5
2
29.584688
3
1
1
3
1041.2
397
12.56
7
2
32.940907
4
1
1
3
911.3
363
12.56
9
2
31.529752
5
1
1
3
637.9
322
12.56
11
2
24.881087
6
1
1
3
553.7
280
12.56
13
2
24.838521
7
1
1
3
498.2
266
12.56
15
2
23.521669
8
1
1
3
445.7
255
12.56
17
2
21.954141
9
1
1
3
411.7
221
12.56
19
2
23.400244
10
1
1
3
443.8
215
12.56
21
2
25.927367
11
1
1
3
372.9
195
12.56
23
2
24.021138
12
1
1
3
353.4
172
12.56
25
2
25.808128
13
1
1
3
418.6
187
12.56
27
2
28.117059
14
1
1
3
442.5
188
12.56
29
2
29.56366
15
1
1
3
375.5
182
12.56
31
2
25.915352
16
1
1
3
379.8
176
12.56
33
2
27.103909
17
1
1
3
387.0
165
12.56
35
2
29.458909
18
1
1
3
315.9
151
12.56
37
2
26.276185
19
2
2
6
185.9
214
25.12
6
4
21.815664
20
2
2
6
171.5
196
25.12
8
4
21.973592
21
2
2
6
221.9
182
25.12
10
4
30.620176
94
22
2
2
6
178.0
165
25.12
12
4
27.095345
23
2
2
6
156.6
157
25.12
14
4
25.056
24
2
2
6
161.3
156
25.12
16
4
25.977462
25
2
2
6
211.7
137
25.12
18
4
38.821401
26
2
2
6
115.9
126
25.12
20
4
23.101429
27
2
2
6
126.9
142
25.12
22
4
22.448789
28
2
2
6
104.4
126
25.12
24
4
20.813714
29
2
2
6
83.3
123
25.12
26
4
17.001951
30
2
2
6
115.4
120
25.12
28
4
24.1623
31
2
2
6
124.0
122
25.12
30
4
25.526656
32
2
2
6
90.5
103
25.12
32
4
22.059262
33
3
3
9
111.6
228
37.68
9
6
18.443368
34
3
3
9
112.1
172
37.68
11
6
24.546767
35
3
3
9
99.7
140
37.68
13
6
26.826814
36
3
3
9
94.7
131
37.68
15
6
27.246092
37
3
3
9
64.4
120
37.68
17
6
20.2059
38
3
3
9
76.5
114
37.68
19
6
25.285263
39
3
3
9
77.9
119
37.68
21
6
24.650319
40
3
3
9
67.0
111
37.68
23
6
22.760757
41
3
3
9
33.0
105
37.68
25
6
11.831657
42
3
3
9
28.0
103
37.68
27
6
10.233087
43
3
3
9
26.9
102
37.68
29
6
9.945
44
3
3
9
64.6
108
37.68
31
6
22.5295
45
4
4
12
93.8
161
50.24
12
8
29.278062
46
4
4
12
78.8
141
50.24
14
8
28.059574
47
4
4
12
79.7
128
50.24
16
8
31.262625
48
4
4
12
71.3
110
50.24
18
8
32.576073
49
4
4
12
77.0
153
50.24
20
8
25.267765
50
4
4
12
71.1
142
50.24
22
8
25.15538
51
4
4
12
18.5
131
50.24
24
8
7.1104122
52
4
4
12
21.9
129
50.24
26
8
8.5229302
53
4
4
12
27.8
133
50.24
28
8
10.512677
54
5
5
15
90.5
166
62.8
15
10
34.218434
55
5
5
15
74.0
141
62.8
17
10
32.97
56
5
5
15
70.4
126
62.8
19
10
35.100714
57
5
5
15
67.1
132
62.8
21
10
31.899545
58
5
5
15
59.6
117
62.8
23
10
32.003846
59
5
5
15
45.5
116
62.8
25
10
24.60569
95
60
6
6
18
14.0
127
75.36
18
12
8.2865197
61
6
6
18
13.7
115
75.36
20
12
8.9762087
62
6
6
18
14.6
114
75.36
22
12
9.6271579
Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Lintasan 8 (30m) dengan Konfigurasi Wenner No.
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
a (m)
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
379.1
548
12.56
3
2
8.689708
2
1
1
3
498.8
544
12.56
5
2
11.51551
3
1
1
3
1697.5
542
12.56
7
2
39.3369
4
1
1
3
1785.0
536
12.56
9
2
41.82761
5
1
1
3
1624.0
543
12.56
11
2
37.56435
6
1
1
3
1743.6
538
12.56
13
2
40.70513
7
1
1
3
1655.5
541
12.56
15
2
38.43453
8
1
1
3
1906.6
537
12.56
17
2
44.59482
9
1
1
3
1799.0
540
12.56
19
2
41.84341
10
1
1
3
1683.5
540
12.56
21
2
39.15748
11
1
1
3
1825.6
535
12.56
23
2
42.85858
12
1
1
3
1653.0
532
12.56
25
2
39.02579
13
1
1
3
1806.0
540
12.56
27
2
42.00622
14
2
2
6
1104.3
539
25.12
6
4
51.46338
15
2
2
6
1123.2
546
25.12
8
4
51.67313
16
2
2
6
302.5
545
25.12
10
4
13.94482
17
2
2
6
223.9
541
25.12
12
4
10.39447
18
2
2
6
204.8
541
25.12
14
4
9.510943
19
2
2
6
158.3
541
25.12
16
4
7.349508
20
2
2
6
387.9
540
25.12
18
4
18.04507
21
2
2
6
927.9
530
25.12
20
4
43.97722
22
2
2
6
1017.5
532
25.12
22
4
48.04558
23
2
2
6
961.6
538
25.12
24
4
44.89941
24
3
3
9
669.8
542
37.68
9
6
46.56643
25
3
3
9
653.3
541
37.68
11
6
45.50067
26
3
3
9
669.4
541
37.68
13
6
46.62202
96
27
3
3
9
761.4
540
37.68
15
6
53.12907
28
3
3
9
754.6
535
37.68
17
6
53.14824
29
3
3
9
716.7
536
37.68
19
6
50.38375
30
3
3
9
207.9
538
37.68
21
6
14.56224
31
4
4
12
196.8
537
50.24
12
8
18.40747
32
4
4
12
1128.6
539
50.24
14
8
105.2009
33
4
4
12
1126.8
538
50.24
16
8
105.2239
34
4
4
12
105.6
541
50.24
18
8
9.804606
35
5
5
15
77.0
543
62.8
15
10
8.901731
97
Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger
Tabel 5.9 Data pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
Dp
1
1
1
3
1656.0
578
12.56
3
Resistivitas ρ(Ohm)m 35.9850519
2
1
1
3
1544.0
561
12.56
5
34.5679857
3
1
1
3
1526.0
555
12.56
7
34.5343423
4
1
1
3
1146.4
435
12.56
9
33.1006529
5
1
1
3
1582.8
551
12.56
11
36.0797967
6
1
1
3
1399.2
543
12.56
13
32.3645525
7
1
1
3
1096.0
465
12.56
15
29.6037849
8
1
1
3
880.8
556
12.56
17
19.8972086
9
1
1
3
560.5
550
12.56
19
12.7997818
10
1
1
3
850.7
553
12.56
21
19.3215045
11
1
1
3
1436.4
549
12.56
23
32.8619016
12
1
1
3
956.0
375
12.56
25
32.0196267
13
1
1
3
1593.2
485
12.56
27
41.2589526
14
1
1
3
1294.0
560
12.56
29
29.0225714
15
1
1
3
815.6
267
12.56
31
38.3668015
16
1
1
3
1728.0
563
12.56
33
38.5500533
17
2
1
5
452.8
543
37.68
5
31.4208177
18
2
1
5
372.4
415
37.68
7
33.8121253
19
2
1
5
284.8
551
37.68
9
19.4759782
20
2
1
5
212.4
536
37.68
11
14.931403
21
2
1
5
280.4
537
37.68
13
19.6749944
22
2
1
5
224.3
539
37.68
15
15.6801929
23
2
1
5
57.0
251
37.68
17
8.55681275
24
2
1
5
165.8
549
37.68
19
11.3794973
25
2
1
5
200.3
523
37.68
21
14.4307916
26
2
1
5
198.4
362
37.68
23
20.6511381
27
2
1
5
257.9
521
37.68
25
18.6519616
28
2
1
5
189.3
531
37.68
27
13.4328136
29
2
1
5
193.4
519
37.68
29
14.0410636
30
2
1
5
155.5
530
37.68
31
11.0551698
98
31
3
1
7
162.3
551
75.36
7
22.1976915
32
3
1
7
97.2
554
75.36
9
13.2220072
33
3
1
7
146.2
549
75.36
11
20.0685464
34
3
1
7
186.0
547
75.36
13
25.6251554
35
3
1
7
121.9
540
75.36
15
17.0118222
36
3
1
7
58.7
543
75.36
17
8.14665193
37
3
1
7
43.9
400
75.36
19
8.27076
38
3
1
7
72.2
393
75.36
21
13.8447634
39
3
1
7
134.4
522
75.36
23
19.4030345
40
3
1
7
110.1
525
75.36
25
15.8040686
41
3
1
7
143.6
533
75.36
27
20.3033696
42
3
1
7
33.2
520
75.36
29
4.81144615
43
4
1
9
78.4
545
125.6
9
18.0679633
44
4
1
9
53.9
549
125.6
11
12.3312204
45
4
1
9
100.7
544
125.6
13
23.2498529
46
4
1
9
69.6
540
125.6
15
16.1884444
47
4
1
9
40.7
522
125.6
17
9.79295019
48
4
1
9
42.9
388
125.6
19
13.8872165
49
4
1
9
23.6
217
125.6
21
13.6597235
50
4
1
9
75.2
520
125.6
23
18.1636923
51
4
1
9
82.8
534
125.6
25
19.4750562
52
4
1
9
63.6
522
125.6
27
15.3029885
53
5
1
11
49.1
540
188.4
11
17.1304444
54
5
1
11
79.6
543
188.4
13
27.6181215
55
5
1
11
38.3
535
188.4
15
13.4873271
56
5
1
11
18.5
399
188.4
17
8.73533835
57
5
1
11
57.2
523
188.4
19
20.6051243
58
5
1
11
81.2
524
188.4
21
29.1948092
59
5
1
11
33.6
437
188.4
23
14.4856751
60
5
1
11
66.4
521
188.4
25
24.0110557
61
6
1
13
25.5
539
263.76
13
12.4784416
62
6
1
13
21.0
393
263.76
15
14.0940458
63
6
1
13
21.0
519
263.76
17
10.6723699
64
6
1
13
24.0
518
263.76
19
12.2205405
65
6
1
13
31.2
533
263.76
21
15.4396098
99
66
6
1
13
33.6
522
263.76
23
16.9776552
67
7
1
15
44.4
527
351.68
15
29.6292068
68
7
1
15
19.4
515
351.68
17
13.2477515
69
7
1
15
13.1
543
351.68
19
8.48436096
70
7
1
15
23.9
521
351.68
21
16.1327294
71
8
1
17
9.2
528
452.16
17
7.87854545
72
8
1
17
6.6
528
452.16
19
5.652
Tabel 5.10 Data hasil pengamatan lintasan 2 (50 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
Dp
Resistivitas ρ(Ohm)m
1
1
1
3
2360
801
12.56
3
37.0057428
2
1
1
3
1975
771
12.56
5
32.1738003
3
1
1
3
1567
645
12.56
7
30.5139845
4
1
1
3
1705
679
12.56
9
31.5387334
5
1
1
3
1402
631
12.56
11
27.9066878
6
1
1
3
1370
674
12.56
13
25.5299703
7
1
1
3
1224.5
554
12.56
15
27.7612274
8
1
1
3
1076
479
12.56
17
28.2141127
9
1
1
3
941
551
12.56
19
21.4500181
10
1
1
3
925
422
12.56
21
27.5308057
11
1
1
3
795
447
12.56
23
22.338255
12
1
1
3
832
441
12.56
25
23.6959637
13
1
1
3
746
389
12.56
27
24.0867866
14
1
1
3
776.5
407
12.56
29
23.9627518
15
1
1
3
638.5
351
12.56
31
22.8477493
16
1
1
3
991
440
12.56
33
28.2885455
17
1
1
3
845
355
12.56
35
29.896338
18
1
1
3
905.5
317
12.56
37
35.877224
19
1
1
3
811
335
12.56
39
30.4064478
20
1
1
3
816.5
265
12.56
41
38.6990189
21
1
1
3
1091.5
305
12.56
43
44.9483279
22
1
1
3
694
276
12.56
45
31.582029
23
1
1
3
873
222
12.56
47
49.3913514
100
24
2
1
5
923.5
442
37.68
5
78.7273303
25
2
1
5
779
403
37.68
7
72.8355335
26
2
1
5
837.5
533
37.68
9
59.206379
27
2
1
5
765
648
37.68
11
44.4833333
28
2
1
5
860.5
703
37.68
13
46.1218208
29
2
1
5
770.5
706
37.68
15
41.1224363
30
2
1
5
564
678
37.68
17
31.3444248
31
2
1
5
670.5
515
37.68
19
49.057165
32
2
1
5
676
886
37.68
21
28.7490745
33
2
1
5
611
856
37.68
23
26.8954206
34
2
1
5
695.5
871
37.68
25
30.0877612
35
2
1
5
650
445
37.68
27
55.0382022
36
2
1
5
629.5
460
37.68
29
51.5642609
37
2
1
5
628.5
659
37.68
31
35.936085
38
2
1
5
656.5
921
37.68
33
26.8587622
39
2
1
5
794
901
37.68
35
33.2052386
40
2
1
5
620.5
887
37.68
37
26.3590079
41
2
1
5
699
873
37.68
39
30.1698969
42
2
1
5
770.5
760
37.68
41
38.2005789
43
2
1
5
625.5
775
37.68
43
30.4114065
44
2
1
5
625.5
774
37.68
45
30.4506977
45
3
1
7
384
904
75.36
7
32.0113274
46
3
1
7
326.5
846
75.36
9
29.0839716
47
3
1
7
297
785
75.36
11
28.512
48
3
1
7
289.5
818
75.36
13
26.6708068
49
3
1
7
270.5
791
75.36
15
25.771024
50
3
1
7
187
719
75.36
17
19.5998887
51
3
1
7
205
725
75.36
19
21.3086897
52
3
1
7
200
722
75.36
21
20.8753463
53
3
1
7
209.5
703
75.36
23
22.4579232
54
3
1
7
209
647
75.36
25
24.343493
55
3
1
7
193
621
75.36
27
23.4210628
56
3
1
7
185
627
75.36
29
22.2354067
57
3
1
7
168.5
623
75.36
31
20.3822793
58
3
1
7
183.5
610
75.36
33
22.6697705
101
59
3
1
7
207.5
566
75.36
35
27.6275618
60
3
1
7
183
518
75.36
37
26.6233205
61
3
1
7
189
540
75.36
39
26.376
62
3
1
7
215.5
530
75.36
41
30.6416604
63
3
7
7
211
520
75.36
43
30.5787692
64
4
1
9
160.5
704
125.6
9
28.6346591
65
4
1
9
137
642
125.6
11
26.8024922
66
4
1
9
131
611
125.6
13
26.9289689
67
4
1
9
125
573
125.6
15
27.399651
68
4
1
9
73.5
547
125.6
17
16.8767824
69
4
1
9
91
522
125.6
19
21.8957854
70
4
1
9
97.5
499
125.6
21
24.5410822
71
4
1
9
85.5
484
125.6
23
22.1876033
72
4
1
9
95
474
125.6
25
25.1729958
73
4
1
9
85
443
125.6
27
24.0993228
74
4
1
9
74
416
125.6
29
22.3423077
75
4
1
9
60
426
125.6
31
17.6901408
76
4
1
9
77.5
435
125.6
33
22.3770115
77
4
1
9
119
450
125.6
35
33.2142222
78
4
1
9
103.5
527
125.6
37
24.6671727
79
4
1
9
117.5
483
125.6
39
30.5548654
80
4
1
9
117
484
125.6
41
30.3619835
81
5
1
11
104.5
579
188.4
11
34.0031088
82
5
1
11
87
544
188.4
13
30.1301471
83
5
1
11
73.5
520
188.4
15
26.6296154
84
5
1
11
55
501
188.4
17
20.6826347
85
5
1
11
66
489
188.4
19
25.4282209
86
5
1
11
53
445
188.4
21
22.4386517
87
5
1
11
62
427
188.4
23
27.3555035
88
5
1
11
62.5
444
188.4
25
26.5202703
89
5
1
11
50
423
188.4
27
22.2695035
90
5
1
11
49.5
408
188.4
29
22.8573529
91
5
1
11
38
400
188.4
31
17.898
92
5
1
11
48.5
391
188.4
33
23.3693095
93
5
1
11
57
367
188.4
35
29.2610354
102
94
5
1
11
50
372
188.4
37
25.3225806
95
5
1
11
51
373
188.4
39
25.7597855
96
6
1
13
37
365
263.76
13
26.7373151
97
6
1
13
31
356
263.76
15
22.9678652
98
6
1
13
20
318
263.76
17
16.5886792
99
6
1
13
29.5
309
263.76
19
25.1809709
100
6
1
13
22.5
298
263.76
21
19.9147651
101
6
1
13
16.5
273
263.76
23
15.9415385
102
6
1
13
21
241
263.76
25
22.9832365
103
6
1
13
68.5
223
263.76
27
81.0204484
104
6
1
13
20
203
263.76
29
25.9862069
105
6
1
13
15.5
234
263.76
31
17.4712821
106
6
1
13
15
225
263.76
33
17.584
107
6
1
13
20
221
263.76
35
23.8696833
108
6
1
13
25
225
236.76
37
26.3066667
109
7
1
15
31
517
351.68
15
21.0871954
110
7
1
15
37
462
351.68
17
28.1648485
111
7
1
15
32.5
444
351.68
19
25.7423423
112 113
7 7
1 1
15 15
32 25.5
420 397
351.68 351.68
21 23
26.7946667 22.5890176
114
7
1
15
36.5
372
351.68
25
34.5062366
115
7
1
15
23.5
348
351.68
27
23.7485057
116
7
1
15
12
341
351.68
29
12.3758358
117
7
1
15
21
339
351.68
31
21.7854867
118
7
1
15
32
337
351.68
33
33.3939466
119
7
1
15
32.5
338
351.68
35
33.8153846
120
8
1
17
29
395
452.16
17
33.196557
121 122
8 8
1 1
17 17
15.5 19.5
331 321
452.16 452.16
19 21
21.1736556 27.4676636
123
8
1
17
16.5
309
452.16
23
24.144466
124
8
1
17
16.5
289
452.16
25
25.8153633
125
8
1
17
22.5
292
452.16
27
34.8410959
126
8
1
17
16.5
281
452.16
29
26.5503203
127
8
1
17
24
317
452.16
31
34.2329338
128
8
1
17
22.5
319
252.16
33
17.7855799
129
9
1
19
18.5
351
565.2
19
29.7897436
103
130
9
1
19
11.5
321
565.2
21
20.2485981
131
9
1
19
14.5
297
565.2
23
27.5939394
132
9
1
19
18
278
565.2
25
36.5956835
133
9
1
19
17.5
268
565.2
27
36.9067164
134
9
1
19
7.5
249
565.2
29
17.0240964
135
9
1
19
7
250
565.2
31
15.8256
136
10
1
21
6
304
690.8
21
13.6342105
137
10
1
21
10
267
690.8
23
25.8726592
138 139
10 10
1 1
21 21
20.5 17
295 275
690.8 690.8
25 27
48.0047458 42.704
140
10
1
21
17.5
277
680
29
42.9602888
141
11
1
23
38.5
291
828.96
23
109.673402
142
11
1
23
11.5
23
828.96
25
414.48
143 144
11 11
1 1
23 23
12.5 15
30 30.5
828.96 828.96
27 29
345.4 407.685246
145
12
1
25
20
25.5
979.68
25
768.376471
Tabel 5.11 Data hasil pengamatan lintasan 3 (40 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
1280
520
12.56
3
30.91692308
2
1
1
3
1142
496
12.56
5
28.9183871
3
1
1
3
1220
511
12.56
7
29.98669276
4
1
1
3
990
483
12.56
9
25.74409938
5
1
1
3
1338
503
12.56
11
33.4100994
6
1
1
3
1088
522
12.56
13
26.17869732
7
1
1
3
1116
505
12.56
15
27.75635644
8
1
1
3
1400
546
12.56
17
32.20512821
9
1
1
3
1050
526
12.56
19
25.07224335
10
1
1
3
1350
529
12.56
21
32.05293006
11
1
1
3
1180
540
12.56
23
27.44592593
12
1
1
3
1248
480
12.56
25
32.656
13
1
1
3
1152
511
12.56
27
28.31530333
14
1
1
3
1448
498
12.56
29
36.51983936
15
1
3
1130
468
12.56
31
30.32649573
1
104
16
1
1
3
1464
489
12.56
33
37.60294479
17
1
1
3
1250
483
12.56
35
32.50517598
18
1
1
3
1274
495
12.56
37
32.32614141
19
2
1
5
114.8
188
37.68
5
23.00885106
20
2
1
5
55.4
151
37.68
7
13.82431788
21
2
1
5
100
146
37.68
9
25.80821918
22
2
1
5
78
129
37.68
11
22.78325581
23
2
1
5
78.4
119
37.68
13
24.82447059
24
2
1
5
56.2
104
37.68
15
20.36169231
25
2
1
5
68
111
37.68
17
23.08324324
26
2
1
5
66.4
106
37.68
19
23.60332075
27
2
1
5
57.6
108
37.68
21
20.096
28
2
1
5
50.2
105
37.68
23
18.01462857
29
2
1
5
49.8
95
37.68
25
19.75225263
30
2
1
5
38
97
37.68
27
14.76123711
31
2
1
5
30.2
96
37.68
29
11.8535
32
2
1
5
46.6
82
37.68
31
21.41326829
33
2
1
5
49.6
92
37.68
33
20.31443478
34
2
1
5
72.4
106
37.68
35
25.73615094
35
3
1
7
27.4
155
75.36
7
13.32170323
36
3
1
7
44.8
134
75.36
9
25.19498507
37
3
1
7
46.8
125
75.36
11
28.214784
38
3
1
7
47.6
140
75.36
13
25.6224
39
3
1
7
31.2
128
75.36
15
18.369
40
3
1
7
33.6
112
75.36
17
22.608
41
3
1
7
36.8
114
75.36
19
24.32673684
42
3
1
7
27.8
104
75.36
21
20.14430769
43
3
1
7
30.4
96
75.36
23
23.864
44
3
1
7
21.8
88
75.36
25
18.66872727
45
3
1
7
13.2
86
75.36
27
11.56688372
46
3
1
7
23.6
82
75.36
29
21.68897561
47
3
1
7
27.4
94
75.36
31
21.9666383
48
3
1
7
28.8
110
75.36
33
19.73061818
49
4
1
9
30.6
133
125.6
9
28.89744361
50
4
1
9
23.8
120
125.6
11
24.91066667
105
51
4
1
9
41.2
102
125.6
13
50.73254902
52
4
1
9
15.2
97
125.6
15
19.68164948
53
4
1
9
11.4
87
125.6
17
16.45793103
54
4
1
9
22.2
84
125.6
19
33.19428571
55
4
1
9
9.6
80
125.6
21
15.072
56
4
1
9
14.8
75
125.6
23
24.78506667
57
4
1
9
12.6
74
125.6
25
21.38594595
58
4
1
9
12.2
68
125.6
27
22.53411765
59
4
1
9
12.4
70
125.6
29
22.24914286
60
4
1
9
9
62
125.6
31
18.23225806
61
5
1
11
13.8
78
188.4
11
33.33230769
62
5
1
11
10
65
188.4
13
28.98461538
63
5
1
11
16.2
59
188.4
15
51.73016949
64
5
1
11
3.4
58
188.4
17
11.04413793
65
5
1
11
88.8
573
188.4
19
29.19706806
66
5
1
11
77.2
579
188.4
21
25.12
67
5
1
11
75
566
188.4
23
24.96466431
68
5
1
11
70.8
565
188.4
25
23.60835398
69
5
1
11
57.6
571
188.4
27
19.00497373
70
5
1
11
64.8
585
188.4
29
20.86892308
71
6
1
13
69
585
263.76
13
31.11015385
72
6
1
13
68.8
592
263.76
15
30.65318919
73
6
1
13
67.4
591
263.76
17
30.08024365
74
6
1
13
68.8
568
263.76
19
31.94839437
75
6
1
13
59.6
560
263.76
21
28.0716
76
6
1
13
61.6
563
263.76
23
28.85899822
77
6
1
13
67
567
263.76
25
31.16740741
78
6
1
13
62
570
263.76
27
28.68968421
79
7
1
15
57.4
606
351.68
15
33.31094389
80
7
1
15
56.2
577
351.68
17
34.2537539
81
7
1
15
57.2
571
351.68
19
35.22959019
82
7
1
15
51.2
572
351.68
21
31.47904895
83
7
1
15
45.6
566
351.68
23
28.33322968
84
7
1
15
37
577
351.68
25
22.55140381
85
8
1
17
45.6
580
452.16
17
35.54913103
106
86
8
1
17
45
576
452.16
19
35.325
87
8
1
17
42.8
576
452.16
21
33.598
88
8
1
17
38.8
600
452.16
23
29.23968
89
9
1
19
37
581
565.2
19
35.99380379
90
9
1
19
24.8
602
565.2
21
23.28398671
Tabel 5.12 Data hasil pengamatan lintasan 4 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
1433.8
979
12.56
3
18.3948192
2
1
1
3
1090.6
763
12.56
5
17.95273394
3
1
1
3
883.1
680
12.56
7
16.31137647
4
1
1
3
1171.1
863
12.56
9
17.04405098
5
1
1
3
561.9
397
12.56
11
17.77698741
6
1
1
3
852.7
697
12.56
13
15.3657274
7
1
1
3
608
482
12.56
15
15.8433195
8
1
1
3
718.7
689
12.56
17
13.10141074
9
1
1
3
641.9
543
12.56
19
14.84763168
10
1
1
3
578.9
544
12.56
21
13.36577941
11
1
1
3
290.9
227
12.56
23
16.09561233
12
1
1
3
321.3
275
12.56
25
14.67464727
13
1
1
3
620
618
12.56
27
12.60064725
14
2
1
5
204.4
714
37.68
5
10.78682353
15
2
1
5
190.4
527
37.68
7
13.61341935
16
2
1
5
129.2
448
37.68
9
10.86664286
17
2
1
5
254
483
37.68
11
19.81515528
18
2
1
5
161.3
532
37.68
13
11.42440602
19
2
1
5
121.2
366
37.68
15
12.47763934
20
2
1
5
155
357
37.68
17
16.35966387
21
2
1
5
196.3
420
37.68
19
17.61091429
22
2
1
5
189.2
355
37.68
21
20.08184789
23
2
1
5
167.1
384
37.68
23
16.3966875
24
2
1
5
237
519
37.68
25
17.20647399
25
3
1
7
59
456
75.36
7
9.750526316
26
3
1
7
110
438
75.36
9
18.9260274
107
27
3
1
7
80.3
437
75.36
11
13.84761556
28
3
1
7
84.2
366
75.36
13
17.33691803
29
3
1
7
72
329
75.36
15
16.49215805
30
3
1
7
68
312
75.36
17
16.42461538
31
3
1
7
77
371
75.36
19
15.64075472
32
3
1
7
58
379
75.36
21
11.53266491
33
3
1
7
65.2
341
75.36
23
14.4090088
34
4
1
9
54.7
443
125.6
9
15.50862302
35
4
1
9
29.6
278
125.6
11
13.37323741
36
4
1
9
40.4
282
125.6
13
17.99375887
37
4
1
9
43
327
125.6
15
16.51620795
38
4
1
9
33.5
303
125.6
17
13.88646865
39
4
1
9
29.3
345
125.6
19
10.66689855
40
4
1
9
45.1
390
125.6
21
14.52451282
41
5
1
11
21
226
188.4
11
17.50619469
42
5
1
11
30.4
302
188.4
13
18.96476821
43
5
1
11
25.2
316
188.4
15
15.0243038
44
5
1
11
25.1
336
188.4
17
14.07392857
45
5
1
11
22.4
376
188.4
19
11.22382979
46
6
1
13
26.5
358
263.76
13
19.52413408
47
6
1
13
20.6
337
263.76
15
16.12301484
48
6
1
13
22.1
379
263.76
17
15.38020053
49
7
1
15
17.6
381
351.68
15
16.2455853
Tabel 5.13 Data hasil pengamatan lintasan 5 (30m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
1026.4
562
12.56
3
22.93876157
2
1
1
3
918.5
522
12.56
5
22.10030651
3
1
1
3
900.9
478
12.56
7
23.6721841
4
1
1
3
647.0
416
12.56
9
19.53442308
5
1
1
3
788.4
404
12.56
11
24.51065347
6
1
1
3
778.9
394
12.56
13
24.82990863
108
7
1
1
3
604.1
353
12.56
15
21.49432295
8
1
1
3
628.4
332
12.56
17
23.77320482
9
1
1
3
521.6
324
12.56
19
20.22004938
10
1
1
3
616.9
310
12.56
21
24.9944
11
1
1
3
573.2
298
12.56
23
24.15903356
12
1
1
3
483.0
284
12.56
25
21.36084507
13
1
1
3
502.4
280
12.56
27
22.53622857
14
2
1
5
58.2
227
37.68
5
9.660687225
15
2
1
5
72.0
235
37.68
7
11.54451064
16
2
1
5
98.2
225
37.68
9
16.44522667
17
2
1
5
46.2
213
37.68
11
8.17284507
18
2
1
5
58.9
205
37.68
13
10.82610732
19
2
1
5
63.1
205
37.68
15
11.5980878
20 21
2 2
1 1
5 5
124.3 89.7
190 187
37.68 37.68
17 19
24.65065263 18.07431016
22
2
1
5
66.2
186
37.68
21
13.41083871
23
2
1
5
78.4
175
37.68
23
16.88064
24
2
1
5
69.7
173
37.68
25
15.18090173
25
3
1
7
23.2
196
75.36
7
8.920163265
26
3
1
7
30.5
184
75.36
9
12.49173913
27
3
1
7
52.6
178
75.36
11
22.26930337
28
3
1
7
56.0
176
75.36
13
23.97818182
29 30 31
3 3 3
1 1 1
7 7 7
33.1 41.4 35.8
172 171 166
75.36 75.36 75.36
15 17 19
14.5024186 18.24505263 16.25233735
32 33 34 35 36 37
3 3 4 4 4 4
1 1 1 1 1 1
7 7 9 9 9 9
44.0 58.7 31.3 24.3 25.1 23.6
161 172 169 166 154 151
75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6
21 23 9 11 13 15
20.5952795 25.7187907 23.26201183 18.3860241 20.47116883 19.63019868
38 39 40
4 4 4
1 1 1
9 9 9
25.8 31.0 21.2
146 156 158
125.6 125.6 125.6
17 19 21
22.19506849 24.95897436 16.85265823
41
5
1
11
10.9
146
188.4
11
14.06547945
42
5
1
11
18.1
144
188.4
13
23.68083333
43 44 45
5 5 5
1 1 1
11 11 11
16.5 18.0 15.6
141 139 142
188.4 188.4 188.4
15 17 19
22.04680851 24.3971223 20.69746479
109
46
6
1
13
9.7
139
263.76
13
18.40627338
47
6
1
13
11.2
139
263.76
15
21.25260432
48
6
1
13
11.8
134
263.76
17
23.22662687
49
7
1
15
6.3
137
351.68
15
16.17214599
Tabel 5.14 Data hasil pengamatan lintasan 6 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
799.2
558
12.56
3
17.98916129
2
1
1
3
859.8
573
12.56
5
18.84657592
3
1
1
3
784.6
567
12.56
7
17.38020459
4
1
1
3
702.2
565
12.56
9
15.60996814
5
1
1
3
788.2
570
12.56
11
17.36805614
6
1
1
3
893.9
578
12.56
13
19.42453979
7
1
1
3
824.2
575
12.56
15
18.00339478
8
1
1
3
713.0
574
12.56
17
15.6015331
9
1
1
3
769.4
576
12.56
19
16.77719444
10
1
1
3
743.8
563
12.56
21
16.5934778
11
1
1
3
663.3
561
12.56
23
14.85035294
12
1
1
3
867.0
574
12.56
25
18.9712892
13
1
1
3
881.4
563
12.56
27
19.66320426
14
2
1
5
130.9
570
37.68
5
8.653178947
15
2
1
5
279.0
554
37.68
7
18.97602888
16
2
1
5
164.2
556
37.68
9
11.12779856
17
2
1
5
239.0
559
37.68
11
16.11005367
18
2
1
5
126.5
560
37.68
13
8.511642857
19
2
1
5
152.4
569
37.68
15
10.09214763
20
2
1
5
214.9
567
37.68
17
14.28118519
21 22 23
2 2 2
1 1 1
5 5 5
276.1 251.7 292.3
567 563 565
37.68 37.68 37.68
19 21 23
18.3482328 16.84557016 19.4935646
24 25 26
2 3 3
1 1 1
5 7 7
304.4 60.8 87.9
565 567 556
37.68 75.36 75.36
25 7 9
20.30051681 8.080931217 11.91392806
27
3
1
7
114.1
548
75.36
11
15.69083212
28
3
1
7
98.2
551
75.36
13
13.43076588
110
29
3
1
7
133.2
561
75.36
15
17.89296257
30
3
1
7
88.2
560
75.36
17
11.8692
31
3
1
7
125.1
563
75.36
19
16.7451794
32
3
1
7
108.7
565
75.36
21
14.49846372
33 34 35
3 4 4
1 1 1
7 9 9
139.9 64.6 64.4
564 565 562
75.36 125.6 125.6
23 9 11
18.69302128 14.36063717 14.39259786
36
4
1
9
73.4
551
125.6
13
16.73147005
37
4
1
9
85.7
543
125.6
15
19.82305709
38
4
1
9
87.1
547
125.6
17
19.99956124
39 40 41
4 4 5
1 1 1
9 9 11
82.9 97.0 59.0
558 565 567
125.6 125.6 188.4
19 21 11
18.65992832 21.56318584 19.6042328
42 43
5 5
1 1
11 11
56.3 61.4
566 538
188.4 188.4
13 15
18.74014134 21.50141264
44
5
1
11
46.3
560
188.4
17
15.57664286
45
5
1
11
58.3
554
188.4
19
19.82620939
46 47 48
6 6 6
1 1 1
13 13 13
25.5 19.5 30.2
566 548 551
263.76 263.76 263.76
13 15 17
11.88318021 9.385620438 14.45653721
49
7
1
15
22.9
567
351.68
15
14.20365432
Tabel 5.15 Data hasil pengamatan lintasan 7 (40 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
1856.0
490
12.56
3
47.57420408
2
1
1
3
1876.0
448
12.56
5
52.595
3
1
1
3
2230.3
397
12.56
7
70.56062469
4
1
1
3
1620.0
363
12.56
9
56.05289256
5
1
1
3
1134.0
322
12.56
11
44.23304348
6
1
1
3
984.4
280
12.56
13
44.15737143
7
1
1
3
885.6
266
12.56
15
41.81630075
8
1
1
3
1604.5
255
12.56
17
79.0294902
9
1
1
3
1365.4
221
12.56
19
77.59920362
10
1
1
3
1268.3
215
12.56
21
74.09231628
11
1
1
3
1159.8
195
12.56
23
74.70301538
12
1
1
3
957.0
172
12.56
25
69.88325581
111
13
1
1
3
1101.5
187
12.56
27
73.9831016
14
1
1
3
1145.9
188
12.56
29
76.55587234
15
1
1
3
667.6
182
12.56
31
46.07173626
16
1
1
3
675.2
176
12.56
33
48.18472727
17
1
1
3
688.0
165
12.56
35
52.37139394
18
1
1
3
561.6
151
12.56
37
46.71321854
19
2
1
5
942.0
513
37.68
5
69.19017544
20
2
1
5
666.0
491
37.68
7
51.10973523
21
2
1
5
809.6
511
37.68
9
59.69809785
22
2
1
5
969.2
490
37.68
11
74.52950204
23
2
1
5
727.2
483
37.68
13
56.73063354
24
2
1
5
807.6
519
37.68
15
58.63269364
25
2
1
5
727.2
506
37.68
17
54.15196838
26
2
1
5
626.0
473
37.68
19
49.86824524
27
2
1
5
683.6
505
37.68
21
51.00603564
28
2
1
5
608.8
460
37.68
23
49.86866087
29
2
1
5
758.0
515
37.68
25
55.4591068
30
2
1
5
671.2
513
37.68
27
49.29983626
31
2
1
5
738.0
503
37.68
29
55.28397614
32
2
1
5
670.4
481
37.68
31
52.5169896
33
2
1
5
699.2
473
37.68
33
55.69948414
34
2
1
5
607.6
435
37.68
35
52.63073103
35
3
1
7
515.6
523
75.36
7
74.29372084
36
3
1
7
518.0
495
75.36
9
78.86157576
37
3
1
7
566.4
511
75.36
11
83.53014481
38
3
1
7
455.6
506
75.36
13
67.85378656
39
3
1
7
512.9
495
75.36
15
78.08513939
40
3
1
7
327.1
479
75.36
17
51.46191232
41
3
1
7
301.5
499
75.36
19
45.53314629
42
3
1
7
469.6
466
75.36
21
75.94218026
43
3
1
7
485.6
503
75.36
23
72.75311332
44
3
1
7
550.8
503
75.36
25
82.52144732
45
3
1
7
485.6
516
75.36
27
70.92018605
46
3
1
7
519.2
484
75.36
29
80.84072727
47
3
1
7
494.0
478
75.36
31
77.88251046
112
48
3
1
7
538.0
478
75.36
33
84.81941423
49
4
1
9
314.0
523
125.6
9
75.40803059
50
4
1
9
394.4
511
125.6
11
96.94058708
51
4
1
9
268.8
499
125.6
13
67.65787575
52
4
1
9
337.6
488
125.6
15
86.8904918
53
4
1
9
187.8
478
125.6
17
49.34661088
54
4
1
9
288.4
457
125.6
19
79.26266958
55
4
1
9
183.8
473
125.6
21
48.80608879
56
4
1
9
317.2
494
125.6
23
80.64842105
57
4
1
9
110.5
497
125.6
25
27.92515091
58
4
1
9
137.2
493
125.6
27
34.95399594
59
4
1
9
114.2
498
125.6
29
28.802249
60
4
1
9
336.0
489
125.6
31
86.30184049
61
5
1
11
195.2
522
188.4
11
70.45149425
62
5
1
11
149.2
490
188.4
13
57.36587755
63
5
1
11
226.4
598
188.4
15
71.32735786
64
5
1
11
146.3
447
188.4
17
61.66201342
65
5
1
11
130.4
475
188.4
19
51.72075789
66
5
1
11
149.4
489
188.4
21
57.5602454
67
5
1
11
139.5
464
188.4
23
56.64181034
68
5
1
11
83.1
486
188.4
25
32.21407407
69
5
1
11
98.0
487
188.4
27
37.91211499
70
5
1
11
83.1
499
188.4
29
31.37482966
71
6
1
13
114.8
512
263.76
13
59.1399375
72
6
1
13
109.4
447
263.76
15
64.55334228
73
6
1
13
133.9
502
263.76
17
70.35351394
74
6
1
13
110.6
471
263.76
19
61.936
75
6
1
13
121.2
467
263.76
21
68.45334475
76
6
1
13
95.8
431
263.76
23
58.62693271
77
6
1
13
67.4
477
263.76
25
37.2692327
78
6
1
13
59.4
453
263.76
27
34.58574834
79
7
1
15
110.6
512
351.68
15
75.968375
80
7
1
15
107.4
480
351.68
17
78.6884
81
7
1
15
113.7
488
351.68
19
81.93855738
82
7
1
15
42.9
468
351.68
21
32.23733333
113
83
7
1
15
45.6
450
351.68
23
35.63690667
84
7
1
15
47.5
485
351.68
25
34.4428866
85
8
1
17
98.1
505
452.16
17
87.83543762
86
8
1
17
71.9
471
452.16
19
69.024
87
8
1
17
52.4
475
452.16
21
49.88038737
88
8
1
17
49.8
469
452.16
23
48.01187207
89
9
1
19
31.6
497
568.8
19
36.16515091
90
9
1
19
30.1
476
568.8
21
35.96823529
Tabel 5.16 Data hasil pengamatan lintasan 8 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger No
n
MN/2
AB/2
V(mV)
I(mA)
k(m)
dp
Resistivitas ρ(Ohm) m
1
1
1
3
4509.0
548
12.56
3
103.3449635
2
1
1
3
1701.0
544
12.56
5
39.27308824
3
1
1
3
1665.0
542
12.56
7
38.58376384
4
1
1
3
4590.0
536
12.56
9
107.5567164
5
1
1
3
4176.0
543
12.56
11
96.59403315
6
1
1
3
4869.0
538
12.56
13
113.6703346
7
1
1
3
4257.0
541
12.56
15
98.8316451
8
1
1
3
4518.0
537
12.56
17
105.6724022
9
1
1
3
4626.0
540
12.56
19
107.5973333
10
1
1
3
4716.0
540
12.56
21
109.6906667
11
1
1
3
4311.0
535
12.56
23
101.2077757
12
1
1
3
5013.0
532
12.56
25
118.3520301
13
1
1
3
4644.0
540
12.56
27
108.016
14
2
1
5
1801.8
544
37.68
5
124.8011471
15
2
1
5
1772.1
353
37.68
7
189.1578697
16
2
1
5
1773.9
540
37.68
9
123.7788
17
2
1
5
1626.3
540
37.68
11
113.4796
18
2
1
5
1930.5
539
37.68
13
134.9559184
19
2
1
5
417.3
540
37.68
15
29.11826667
20
2
1
5
600.0
539
37.68
17
41.94434137
21
2
1
5
718.5
532
37.68
19
50.88924812
22
2
1
5
1809.9
533
37.68
21
127.9494034
23
2
1
5
1737.0
534
37.68
23
122.5658427
114
24
2
1
5
2052.0
540
37.68
25
143.184
25
3
1
7
1099.8
537
75.36
7
154.340648
26
3
1
7
1069.2
542
75.36
9
148.6621993
27
3
1
7
981.9
537
75.36
11
137.7951285
28
3
1
7
271.2
537
75.36
13
38.05890503
29
3
1
7
224.4
536
75.36
15
31.54997015
30
3
1
7
358.5
535
75.36
17
50.49824299
31
3
1
7
281.7
537
75.36
19
39.53242458
32
3
1
7
1081.8
529
75.36
21
154.1104877
33
3
1
7
1036.8
539
75.36
23
144.9596438
34
4
1
9
762.3
540
125.6
9
177.3053333
35
4
1
9
866.7
533
125.6
11
204.2354972
36
4
1
9
828.0
536
125.6
13
194.0238806
37
4
1
9
868.5
536
125.6
15
203.5141791
38
4
1
9
191.7
529
125.6
17
45.51516068
39
4
1
9
164.1
528
125.6
19
39.03590909
40
4
1
9
734.4
531
125.6
21
173.7111864
41
5
1
11
591.3
531
188.4
11
209.7945763
42
5
1
11
613.8
530
188.4
13
218.1885283
43
5
1
11
102.9
531
188.4
15
36.50915254
44
5
1
11
133.8
532
188.4
17
47.38330827
45
5
1
11
651.6
533
188.4
19
230.321651
46
6
1
13
530.1
531
263.76
13
263.3129492
47
6
1
13
69.6
527
263.76
15
34.83433776
48
6
1
13
468.0
535
263.76
17
230.7283738
49
7
1
15
413.1
533
351.68
15
272.5684953
115
Lampiran 4. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam Program notepad
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner
116
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner
117
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner
118
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner
119
Lampiran 5. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke dalam Program notepad
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger
120
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger
121
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger
122
(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger
123