PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA
MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA
DEPARTEMEN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ABSTRACT MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA. Determination of Aquifer Characteristic and Groundwater Potential In Jakarta region. Under direction of Prof.Dr.Ir.Hidayat Pawitan. Groundwater is one of the water resources used for domestic and industrial water uses, particularly in Jakarta region. Excessive extraction of groundwater has caused groundwater depletion and land subsidance. This study aimed to determine the characteristics of aquifer and groundwater potential of the Jakarta region based on available geologic logs and well data, including pumping test data. Analysis of geological log indicated that Jakarta region had several layers of confined aquifer namely aquifer 20 – 30 m below ground and another aquifer 50 – 170 m below the ground surface. Analysis result of the pumping test data from 14 production wells in Jakarta region indicated transmisivity value ranged from 5 to 522.8 m2/days, while the values of hydraulic conductivity of the aquifer system in Jakarta region ranged from 0.62 to 58.09 m/day. Hydraulic conductivity values indicated that the rock types of aquifer in Jakarta region were dominated by fine sands and clay. From the aquifer characteristic, potential groundwater in Jakarta region ranged from 5 to 522.8 m3/day/ meter aquifer. Groundwater potential of each well in Jakarta region was still not fully utilized due to improper pumping construction in positioning the well –screen-, where was not installed properly on aquifer layers but on clay layers, so the well efficiency become low with the consequences of high operation costs. Keyword :Pumping test analysis, Transmisivity, Hydraulic Conductivity
RINGKASAN MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA. Penentuan Karakteristik Akifer dan Potensi Airbumi di Jakarta. Dibimbing oleh Prof.Dr.Ir. HIDAYAT PAWITAN. Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Salah satu sumberdaya air yang sering digunakan adalah airbumi. Saat ini airbumi sudah menjadi sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi orang banyak, terutama di wilayah Jakarta seperti air minum, kebutuhan rumah tangga dan industri. Pengambilan airbumi yang cenderung meningkat tidak seimbang dengan ketersediaan airbumi di dalam tanah. Kemampuan tanah untuk menyerap air sudah mulai menurun akibat perubahan lahan. Pengambilan airbumi secara berlebihan akan berdampak pada berkurangnya ketersediaan airbumi dan menurunnya permukaan tanah akibat kekosongan air dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik akifer berupa transmisivitas (T) dan konduktivitas hidrolik (K) serta menentukan potensi airbumi di Jakarta. Karakteristik akifer ditentukan dengan melakukan analisis terhadap data uji pemompaan pada 14 sumur di Jakarta. Dalam penentuan karakteristik akifer terdapat dua asumsi, yaitu sumur yang digunakan adalah sumur tunggal dan tebal screen merupakan tebal akifer. Penentuan nilai transmisivitas dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode Cooper Jacob dan metode Theis recovery. Metode Cooper Jacob digunakan untuk data drawdown test sedangkan metode Theis recovery digunakan untuk data recovery test. Hasil dari analisis tersebut diperoleh nilai transmisivitas di wilayah Jakarta berkisar antara 5.02 – 522.8 m2/hari dan konduktivitas hidrolik yang berkisar antara 0.62 – 58.09 m/hari. Nilai konduktivitas hidrolik tersebut menunjukkan bahwa jenis batuan yang mendominasi daerah Jakarta adalah pasir halus, pasir kasar dan lempung. Nilai dari kedua parameter tersebut diperoleh berdasarkan hasil dari kondisi sumur, bukan berdasarkan kondisi akifer sebenarnya sehingga nilai-nilai tersebut lebih kecil dari kondisi sebenarnya. Kondisi sumur yang memiliki efisiensi yang rendah menyebabkan potensi airbumi yang diperoleh di daerah Jakarta berkisar antara 5.02 – 522.8 m3/hari per meter akifer. Ketidakefisienan pompa terjadi karena adanya kesalahan dalam pemasangan beberapa screen pada lapisan non akifer yang menyebabkan pompa sangat sulit menghisap air sehingga potensi airbumi tidak maksimal. Berdasarkan hasil analisis geological log terhadap 5 sumur produksi di daerah Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 7 lapisan akifer yang memanjang dari utara ke selatan, yaitu lapisan ke-1 berada pada kedalaman 22.97 – 30 meter, lapisan ke-2 pada kedalaman 50 – 65 meter, lapisan ke-3 berada pada kedalaman 75 – 85 meter, lapisan ke-4 berada pada kedalaman 105 - 115.7 meter, lapisan ke-5 berada pada kedalaman 149 – 150 meter, lapisan ke-6 berada pada kedalaman 155 – 158.57 meter dan lapisan ke-7 berada pada kedalaman 164.29 – 170 meter di bawah permukaan tanah.
PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA
MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Meteorologi Terapan
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama Mahasiswa NIM Program Studi
: Penentuan Karakteristik Akifer dan Potensi Airbumi di Jakarta : Maria Wrightia Religiosa : G24080034 : Meteorologi Terapan
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan NIP : 19500430 197310 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS NIP :19600305 198703 2 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Theopilus Mardjono dan Ibu Theresia Sunarni. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Tarakanita 5 Jakarta pada tahun 1996. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Tarakanita 4 Jakarta dan lulus tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 44 Jakarta dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Meteorologi Terapan. Selama perkuliahan, penulis ikut berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, diantaranya tergabung dalam organisasi HIMAGRETO (Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi) pada tahun 2009 dan 2010. Selain itu, penulis juga aktif dalam pengurus KEMAKI (Keluarga Mahasiswa Katolik IPB) sebagai anggota divisi kerohanian serta berpartisipasi dalam kepanitiaan NATAL CIVA IPB tahun 2010 sebagai ketua divisi konsumsi. Penulis melaksanakan praktik lapang di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan Juni – Juli 2010 dan di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) pada bulan Juli 2011.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan bimbingan kedua-Nya sehingga penelitian dan penulisan tugas akhir dengan judul “Penentuan Karakteristik Akifer dan Potensi Air Bumi di Jakarta” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap bahwa tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Meteorologi Terapan dan pihakpihak lain yang terkait. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir, Hidayat Pawitan sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan ilmu, bimbingan, dorongan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Theopilus Mardjono dan Ibu Theresia Sunarni sebagai orang tua yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan terus-menerus tanpa mengenal lelah. 2. Anastasia Grewia Accuminata dan Arkhelaus Wisnu Triyogo sebagai kakak dan adik yang baik yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat yang berguna bagi kemajuan penulis. 3. Lambertus Wisnu Narendratomo ‘DUDUT’ dan keluarga yang telah menemani, memberi bantuan dan semangat serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Kepada teman-teman Genggonk (Fitra, Mirna, Fatchah, Depe, Nia), Dobrax (Dara, Desti, Putri dan Dina) dan teman-teman di kosan Kartika (Kak Ayu, Kak Ida dan Agustin) yang memberikan semangat dan bantuannya dalam memberikan masukkan. 5. Keluarga besar GFM 45: Ketty, Ferdy, Sintong, Fela, Hanifah, Nae, Akfia, Citra, Farah, Dora, Aul, Mela, Dewa, Dodi, Fais, Fenika, Yuda, Fida, Tiska, Putri, Firman, Iput, Okta, Asep, Dewi, Fitri, Fauzan, Geno, Ruri, Nadita, Topik, Ria, Aila, Selma, Nisa, Ratdil, Diyah, Emod, Pungki, Adit, Adi, Sarah, Dicky, Ian, Joy, Mail, Arif, Nowa dan Miftah yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini serta menjadi teman-teman yang menyenangkan dan memberikan pengalaman hidup bagi penulis. 6. Seluruh dosen dan karyawan yang berada di Departemen Geofisika dan Meteorologi atas bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada semua pihak lain yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2012
Maria Wrightia Religiosa
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... x I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi ......................................................................................................... 1 2.2 Sistem Airbumi ........................................................................................................... 2 2.3 Karakteristik Akifer .................................................................................................... 2 2.3.1 Transmisivitas (T).............................................................................................. 3 2.3.2 Tebal Akifer (b) ................................................................................................. 3 2.3.3 Konduktivitas Hidrolik (K) ................................................................................ 3 2.4 Potensi Airbumi ........................................................................................................... 4 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 4 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................... 4 3.3 Metode Penelitian ....................................................................................................... 4 3.3.1 Penentuan Karakteristik Akifer ......................................................................... 4 3.3.1.1 Transmisivitas (T)................................................................................ 4 3.3.1.2 Tebal Akifer (b) ................................................................................... 4 3.3.1.3 Konduktivitas Hidrolik (K).................................................................. 4 3.3.2 Penentuan Potensi Airbumi .............................................................................. 4 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Kajian ........................................................................................... 4 4.1.1 Kondisi Geografis .............................................................................................. 4 4.1.2 Kondisi Iklim ..................................................................................................... 5 4.1.3 Kondisi Topografi ............................................................................................. 5 4.1.4 Kondisi Geologi ................................................................................................ 5 4.1.5 Kondisi Hidrogeologi ........................................................................................ 5 4.2 Deskripsi Lokasi Sumur Jakarta ................................................................................. 5 4.3 Karakteristik Akifer ..................................................................................................... 6 4.3.1 Karakteristik Akifer Jakarta Utara ..................................................................... 6 4.3.2 Karakteristik Akifer Jakarta Timur .................................................................... 7 4.3.3 Karakteristik Akifer Jakarta Pusat ..................................................................... 8 4.3.4 Karakteristik Akifer Jakarta Barat ..................................................................... 9 4.3.5 Karakteristik Akifer Jakarta Selatan ................................................................. 11 4.4 Potensi Airbumi .......................................................................................................... 13 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 13 5.2 Saran ........................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13 LAMPIRAN ............................................................................................................................ 15
viii
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman Nilai K dari berbagai macam batuan ...................................................................................... 3 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Utara ............ 7 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Timur .......... 8 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Pusat ........... 9 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Barat ........... 10 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Selatan ........ 11
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman Siklus hidrologi .................................................................................................................. 1 Daerah recharge dan discharge wilayah Jakarta ............................................................... 2 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta ........................................................................ 5 Peta lokasi sumur produksi Jakarta .................................................................................... 6 Perubahan muka airbumi sumur SUG ................................................................................ 6 Perubahan muka airbumi saat recovery test sumur SUG ................................................... 7 Perubahan muka airbumi sumur STM ............................................................................... 8 Perubahan muka airbumi sumur SPR ................................................................................ 8 Perubahan muka airbumi sumur SBC (a), perubahan muka air tanah sumur SBP (b) dan perubahan muka air tanah sumur SBB (c) .................................................... 10 10. Perubahan muka airbumi sumur SSF (a), perubahan muka air tanah sumur SSG5 (b), perubahan mukaair tanah sumur SSP (c), perubahan muka air tanah sumur SSB (d), perubahan muka air tanah sumurSSG6 (e), perubahan muka air tanahsumur SSA (f), perubahan muka air tanah sumur SSD (g), perubahan muka air tanah sumur SST (h) ........................................................................................... 12
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta geologi Jakarta ........................................................................................................... 16 2. Deskripsi lokasi sumur produksi di Jakarta ....................................................................... 17 3. Data hasil drawdown tes sumur SUG ................................................................................ 18 4. Data hasil recovery tes sumur SUG ................................................................................... 19 5. Penampang litologi dan konstruksi sumur SUG ................................................................ 20 6. Data hasil drawdown tes sumur STM ................................................................................ 21 7. Data hasil recovery tes sumur STM ................................................................................... 22 8. Penampang litologi dan konstruksi sumur STM ................................................................ 23 9. Data hasil drawdown tes sumur SPR ................................................................................. 24 10. Data hasil recovery tes sumur SPR .................................................................................... 25 11. Penampang litologi dan konstruksi SPR ............................................................................ 26 12. Data hasil drawdown tes sumur SBB ................................................................................ 27 13. Data hasil recovery tes sumur SBB ................................................................................... 28 14. Penampang litologi dan konstruksi sumur SBB ................................................................ 29 15. Data hasil drawdown tes sumur SSP ................................................................................. 30 16. Data hasil recovery tes sumur SSP .................................................................................... 31 17. Penampang litologi dan konstruksi sumur SSP ................................................................. 32
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, air memiliki banyak manfaat seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Salah satu sumber air yang sering digunakan adalah airbumi. Saat ini keadaan airbumi sangat mengkhawatirkan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai permasalahan yang muncul baik dari segi kuantitas maupun kualitas airbumi suatu wilayah. Salah satu wilayah yang mengalami permasalahan airbumi adalah Jakarta. Jakarta sebagai kota metropolitan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi tentu memiliki kebutuhan air yang besar. Pada tahun 2011, jumlah pemakaian air bersih di wilayah Jakarta mencapai 905.18 juta m3 dengan pemakaian terbesar digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (BPS 2011). Namun, kebutuhan air yang besar tidak seimbang dengan ketersediaan airbumi di wilayah Jakarta. Berdasarkan keterangan dari Badan Geologi (2009), kondisi cekungan airbumi Jakarta saat ini sangat kritis akibat eksploitasi airbumi yang berlebihan hingga mencapai 40% dari potensi airbumi, dimana potensi airbumi Jakarta saat ini 52 juta m3/tahun, sedangkan pengambilan airbumi mencapai 21 juta m3/tahun (www.esdm.go.id). Dalam hubungannya dengan ketersediaan airbumi sebagai sumber air untuk kebutuhan rumah tangga dan industri, perkembangan kota Jakarta yang tidak terkendali akan menimbulkan banyak kerugian. Adanya pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang sering akan mengakibatkan daerah resapan air semakin berkurang sehingga banyak air yang menjadi limpasan dibandingkan dengan yang meresap ke dalam tanah. Pengambilan airbumi secara berlebihan akan berdampak pada jumlah ketersediaan air dalam tanah yang semakin berkurang serta terjadi penurunan permukaan tanah. Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan kajian mengenai airbumi di daerah Jakarta, diantaranya dengan memberikan gambaran mengenai airbumi di Jakarta agar pemanfaatan airbumi dapat lebih efisien dan terkendali. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengkaji karakteristik akifer di Jakarta b. Mengkaji potensi ketersediaan airbumi di Jakarta
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan proses perpindahan air dari laut, atmosfer dan daratan yang tidak pernah berhenti seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Siklus hidrologi (Bicki 1989) Siklus ini dimulai dengan presipitasi berupa hujan, salju atau hujan es yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan yang jatuh ke permukaan sebagian ada yang langsung terevaporasi ke atmosfer dan sebagian lagi terintersepsi oleh tanaman ke permukaan tanah. Air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan mengisi pori-pori tanah. Namun, tidak semua air yang ada di permukaan akan masuk ke dalam tanah, tetapi juga ada yang terevaporasi ke atmosfer. Air yang berada dalam tanah akan diserap oleh akar dan kemudian dibawa ke daun sehingga terjadi proses transpirasi. Air akan masuk ke dalam tanah selama potensi laju infiltrasi melebihi laju presipitasi. Ketika tingkat curah hujan melebihi laju infiltrasi maka kelebihan air akan bergerak di atas permukaan tanah. Proses ini disebut dengan limpasan permukaan. Jika limpasan permukaan besar maka dapat terjadi erosi. Air hujan yang jatuh tidak semua akan melimpas di permukaan, ada sebagian air yang dapat masuk ke dalam tanah dan mengalami pergerakan secara vertikal yang disebut perkolasi. Air yang mengalami perkolasi akan masuk ke zona jenuh dimana semua ruang antar partikel tanah terisi penuh dengan air. Air yang mengisi ruang antar partikel tanah dan batuan di zona jenuh yang disebut sebagai airbumi.
2
2.2 Sistem Airbumi Airbumi adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antara butir tanah dan retakan batuan (Bicki 1989). Keberadaan airbumi sangat bergantung pada besar curah hujan dan besar air yang meresap ke dalam tanah. Aliran airbumi ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi, yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sistem airbumi dimulai ketika air masuk ke dalam tanah (recharge) kemudian bergerak dan meresap melalui pori batuan dan akhirnya keluar melalui sungai, mata air dan danau (discharge). Daerah recharge dan discharge wilayah Jakarta dapat dilihat pada Gambar 2. Daerah recharge akifer pada kedalaman 40 meter di bawah permukaan tanah terletak di bagian selatan cekungan Jakarta dan air dari Bogor dialirkan menuju selatan cekungan Jakarta yang dibatasi oleh Formasi Bojongmanik. Pengisian akifer pada kedalaman 95 meter di bawah permukaan tanah berasal dari daerah selatan – timur dan selatan – barat cekungan. Pada pengisian akifer di kedalaman 140 meter di bawah permukaan tanah berasal dari bagian selatan – timur, sedangkan pada bagian akifer terdalam air berasal dari sebelah timur (Delinom 2007).
2.3 Karakteristik Akifer Akifer merupakan formasi geologi yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang cukup (Kruseman dan De Ridder 2000). Ada beberapa tipe akifer, diantaranya adalah akifer bebas (unconfined aquifer) dan akifer tertekan (confined aquifer). Akifer bebas merupakan akifer yang dibatasi oleh lapisan kedap air di bagian bawahnya dan di atasnya dibatasi oleh muka airbumi (zona aerasi). Sedangkan, akifer tertekan adalah akifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh suatu lapisan kedap air (Kruseman dan De Ridder 2000). Menurut Samsuhadi (2009), akifer di Jakarta dapat dikelompokkan menjadi 3 lapis, yaitu: lapisan pertama merupakan akifer bebas yang mempunyai kedalaman hingga 50 meter di bawah permukaan tanah, lapisan kedua merupakan akifer tertekan yang mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150 meter di bawah permukaan tanah dan lapisan ketiga merupakan akifer tertekan yang mempunyai kedalaman antara 150 hingga 250 meter di bawah permukaan tanah. Karakteristik akifer merupakan sifat dasar atau ciri khas dari akifer. Karakteristik akifer dapat diketahui dari beberapa parameter, diantaranya:
Gambar 2 Daerah recharge dan discharge wilayah Jakarta (Delinom 2007)
3
2.3.1
Transmisivitas (T) Transmisivitas adalah banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu penampang akifer sebesar satu satuan panjang selama satu hari (Kruseman dan de Ridder 2000). Satuan yang digunakan adalah m2/hari. Nilai transmisivitas yang cenderung meningkat menunjukkan potensi debit besar sehingga depresi muka air akibat pemompaan pada sumur lebih datar dan lebar. Sedangkan, bila nilai transmisivitas relatif menurun maka potensi debit kecil sehingga depresi muka air akan lebih curam dan sempit (Kruseman dan de Ridder 2000). Transmisivitas dapat ditentukan dengan melakukan uji pemompaan. Ada beberapa metode untuk menganalisis data uji pemompaan, diantaranya: a.
Metode Cooper Jacob Metode Cooper Jacob merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui nilai transmisivitas suatu sumur berdasarkan data uji pemompaan drawdown test. Dalam metode ini terdapat asumsi yang digunakan, yaitu: akifer yang diuji adalah akifer tertekan dan akifer yang memiliki debit pemompaan yang konstan. Untuk menentukan nilai transmisivitas digunakan persamaan Jacob (1979) (dalam De Smedt 2009):
𝑇𝑇 =
2.3 𝑄𝑄 4 𝜋𝜋 ∆𝑠𝑠
(1)
dimana: T = transmisivitas (m2/hari) Q = debit pemompaan (m3/hari) Δs = perubahan tinggi muka airbumi (m) dalam satu siklus logaritmik b.
Metode Theis recovery Metode Theis recovery (Theis (1935) dalam Kawecki 1993) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis data uji pemompaan. Prinsip metode Theis recovery adalah mengamati pemulihan kembali muka airbumi. Dalam metode ini tidak menggunakan sumur pantau sehingga yang diamati adalah pulihnya muka airbumi setelah dilakukan pemompaan beberapa saat. Metode ini banyak digunakan untuk tipe sumur yang memiliki akifer tertekan (confined aquifer). Untuk menentukan nilai transmisivitas dengan metode Theis digunakan persamaan:
𝑇𝑇 =
2.3 𝑄𝑄 𝑡𝑡 log � � 4 𝜋𝜋 𝛥𝛥𝛥𝛥 𝑡𝑡′
(2)
dimana: dalam satu siklus logaritmik, log (t/t’) = 1 dan selisih permukaan air Δs, maka persamaan yang digunakan menjadi Persamaan 1. 2.3.2
Tebal Akifer (b) Tebal akifer merupakan ketebalan vertikal dari akifer dimana ruang pori terisi dengan air atau berada dalam kondisi jenuh. 2.3.3
Konduktivitas Hidrolik (K) Konduktivitas hidrolik merupakan salah satu parameter yang dipakai untuk mengetahui karakteristik akifer. Konduktivitas hidrolik adalah besarnya aliran airbumi yang melalui suatu akifer dengan penampang 1 m2 di bawah pengaruh gradien hidrolik (Riyadi et al 2005). Konduktivitas hidrolik ini merupakan suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan suatu media (batuan) dalam mengalirkan air. Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk menentukan konduktivitas hidrolik, yaitu akifer homogen, isotropis serta aliran konstan dan horisontal (Halford et al 2006). Homogen berarti nilai konduktivitas hidrolik tidak bergantung pada formasi geologi daerah penelitian. Sedangkan, isotropis berarti nilai konduktivitas hidrolik tidak dipengaruhi ukuran pada semua bagian baik vertikal maupun horisontal dalam satu formasi geologi. Untuk menentukan besarnya konduktivitas hidrolik digunakan persamaan: 𝑇𝑇 = 𝐾𝐾 × 𝑏𝑏
(3)
dimana: T = transmisivitas (m2/hari) K = konduktivitas hidrolik (m/hari) b = tebal akifer (m) Besar nilai konduktivitas hidrolik tergantung pada jenis batuan yang menyusun akifer. Berikut adalah nilai konduktivitas hidrolik dari berbagai macam batuan. Tabel 1 Nilai K dari berbagai macam batuan (Bouwer (1978) dalam Bouwer (2002)) Klasifikasi Geologi K (m/hari) Material terpisah: Tanah liat/ lempung 10-8 - 10-2 1-5 Pasir halus 5 - 20 Pasir medium 20 - 102 Pasir kasar 102 - 103 Kerikil
4
2.4 Potensi Airbumi Daerah aliran airbumi atau yang disebut cekungan airbumi merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, dimana dalam batas-batas tersebut terjadi semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan airbumi berlangsung (Delinom 2007). Media penyimpan dan pengaliran airbumi adalah akifer sehingga potensi kuantitas airbumi adalah potensi suatu akifer (Riyadi et al 2005). Potensi airbumi umumnya didekati dengan menghitung besarnya cadangan air dan debit airbumi. Menurut Samsuhadi (2009), tingkat potensi akifer Jakarta dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1. Akifer dengan potensi baik, menghasilkan airbumi di atas 5 liter/detik. 2. Akifer dengan potensi sedang, menghasilkan airbumi 5 liter/detik. 3. Akifer dengan potensi rendah, menghasilkan airbumi di bawah 5 liter/detik.
III.
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2012 di Laboratorium Hidrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor dengan wilayah kajian penelitian berada di Jakarta.
3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan software Ms. Excel 2007, ArcGis 9.3, penggaris dan kalkulator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah 14 data uji pemompaan daerah Jakarta tahun 2009 dan 2010 yang diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta.
3.3.1.1 Transmisivitas (T) Penentuan nilai transmisivitas dilakukan dengan dua metode, yaitu: a.
Metode Cooper Jacob Data uji pemompaan drawdown test dapat dihitung dan dianalisa dengan metode Cooper Jacob sehingga diperoleh nilai transmisivitas (T). Metode ini merupakan metode grafis semilogaritmik, pada sumbu x adalah waktu pengukuran dengan skala logaritmik, sedangkan pada sumbu y adalah tinggi muka airbumi pada setiap interval waktu pengukuran. Hasil dari ploting data tersebut diketahui nilai Δs (perubahan tinggi muka airbumi) yang selanjutnya dapat dihitung nilai transmisivitasnya dengan menggunakan Persamaan 1. b.
Metode Theis recovery Data uji pemompaan recovery test dapat dihitung dan dianalisis dengan metode Theis recovery. Metode ini merupakan metode grafis semilogaritmik, pada sumbu y adalah data tinggi muka airbumi dan sumbu x adalah data t/t’ dalam skala logaritmik, dimana t adalah waktu yang dihitung sejak pemompaan dimulai dan t’ adalah waktu yang dihitung setelah pemompaan dihentikan. Dari ploting data tersebut diketahui nilai Δs (perubahan tinggi muka airbumi) yang selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.
3.3.1.2 Tebal Akifer (b) Penentuan tebal akifer dilakukan berdasarkan lebar screen yang terpasang pada setiap pompa di lapisan akifer. 3.3.1.3 Konduktivitas Hidrolik (K) Dengan mengetahui nilai transmisivitas dan tebal akifer maka dapat ditentukan besarnya nilai konduktivitas hidrolik (K) dengan Persamaan 3. 3.3.2
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Penentuan Karakteristik Akifer Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi parameter akifer sumur produksi pada 14 perusahaan yang tersebar di Jakarta. Karakteristik akifer ditentukan berdasarkan hasil analisis data uji pemompaan sumur produksi di Jakarta. Dalam penentuan karakteristik akifer terdapat asumsi yang digunakan, yaitu: tebal screen merupakan tebal akifer dan sumur yang digunakan adalah sumur tunggal.
Penentuan Potensi Airbumi Perhitungan potensi airbumi di daerah penelitian dilakukan berdasarkan hasil dari nilai transmisivitas pada tiap meter akifer di wilayah Jakarta.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Kajian 4.1.1 Kondisi Geografis Penelitian dilakukan pada daerah pengguna airbumi yang cukup besar, yaitu Jakarta. Jakarta mempunyai luas ± 652 km2
5
termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di Teluk Jakarta (Turkandi et al 1992). Secara geografis, wilayah Jakarta terletak antara 5o19’12” – 6o23’54” LS dan 106o22’42” – 106o58’18” BT. Batas-batas wilayah Jakarta adalah: Sebelah utara : Teluk Jakarta Sebelah timur : Kabupaten Bekasi Sebelah selatan : Kabupaten Bogor Sebelah barat : Kabupaten Tangerang 4.1.2 Kondisi Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson wilayah Jakarta termasuk daerah tropis yang bertipe iklim c dan D yang mempunyai kisaran suhu rata-rata tahunan 27oC dan memiliki curah hujan rata-rata sebesar 2000 mm per tahun (BMKG 2011). 4.1.3 Kondisi Topografi Berdasarkan keterangan Departemen Kehutanan (www.dephut.go.id), keadaan topografi wilayah Jakarta dikategorikan sebagai wilayah datar hingga landai karena hanya memiliki kemiringan 0 – 0.5% dengan relief gelombang. Ketinggian wilayah ini berkisar antara 0 – 10 meter di atas permukaan laut. Di daerah selatan terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian 50 – 75 meter. 4.1.4 Kondisi Geologi Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta yang dibuat oleh Turkandi et al (1992) dan Suherman dan Sudaryanto (2009) dengan skala 1:100.000 (terlihat pada lampiran 1), susunan batuan wilayah Jakarta terdiri atas empat satuan batuan, yaitu: 1. Satuan Alluvium yang terdiri atas campuran lempung, pasir dan kerikil. Sebaran batuan ini terletak di sepanjang pantai utara (Teluk Jakarta).
2.
3.
4.
Satuan Endapan Pematang Pantai, terdiri atas pasir halus hingga pasir kasar. Sebaran dari satuan batuan ini umumnya berada di barat – timur searah dengan bentuk pantai. Satuan Batupasir Tufaan dan Konglomerat yang terdiri atas tufa halus, konglomerat, pasir dan batu apung. Satuan Tuf Banten yang terdiri atas tufa batu apung dan batu pasir.
4.1.5 Kondisi Hidrogeologi Menurut Fachri et al (2002), Herlambang dan Indriatmoko (2005) dan Hutasoit et al (2007), cekungan airbumi Jakarta secara hidrostratigrafi dari tua ke muda disusun oleh: 1. Formasi Citalang dan Endapan Vulkanik Kwarter yang didominasi oleh lapisan yang lolos air sehingga membentuk sistem akifer yang disebut Zona I. 2. Formasi Kaliwangu Bagian Atas yang didominasi oleh lapisan kedap air sehingga membentuk akitar yang disebut Zona II. 3. Formasi Genteng, Kaliwangu Bagian Tengah dan Serpong yang didominasi oleh lapisan yang lolos air sehingga membentuk suatu sistem akifer yang disebut Zona III. 4. Formasi Kaliwangu Bagian Bawah yang didominasi oleh lapisan kedap air, sehingga membentuk suatu sistem akitar. Sistem akitar ini disebut Zona IV. 4.2 Deskripsi Lokasi Sumur Jakarta Dalam penelitian ini digunakan 14 sumur produksi yang tersebar di lima pemerintahan kota Jakarta, masing-masing 1 sumur produksi di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, 3 sumur bor di Jakarta Barat dan 8 sumur bor di Jakarta Selatan. Letak setiap sumur produksi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)
6
Gambar 4 Peta lokasi sumur produksi Jakarta time (detik) 100
10000
27 28 29 30 31 Drawdown test 32 33 34 35 36 37 Gambar 5 Perubahan muka airbumi sumur SUG drawdown (m)
4.3.1 Karakteristik Akifer Jakarta Utara Kajian akifer di Jakarta Utara terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu dengan kode sumur SUG. Berdasarkan data uji pemompaan, diperoleh tinggi muka air sebesar 27 meter di bawah permukaan tanah. Drawdown test dilakukan selama 3840 menit, dimana pada waktu tersebut permukaan airbumi menurun hingga mencapai kedalaman 36 meter. Sedangkan, untuk memulihkan kembali saat recovery test dibutuhkan waktu 40 menit untuk mencapai kedudukan muka air semula. Secara keseluruhan perubahan tinggi muka airbumi dapat dilihat pada Gambar 5. Akibat recovery test dimulai pada menit ke-3840 dan skala grafik yang besar sehingga grafik recovery test pada Gambar 5 terlihat seperti tegak lurus. Grafik perubahan muka airbumi saat recovery test yang tepat ditunjukkan pada Gambar 6.
1
Recovery test
4.3 Karakteristik Akifer Karakteristik akifer ditentukan berdasarkan hasil analisis terhadap data uji pemompaan yang dilakukan pada 14 sumur produksi di Jakarta.
Dari Gambar 6 terlihat bahwa penurunan muka airbumi pada saat drawdown test terjadi sangat lambat dibandingkan pada saat recovery test. Hal ini disebabkan karena pada saat recovery test, pompa dimatikan sehingga muka airbumi langsung naik mengisi kekosongan debit muka air pada saat pumping test.
7
Tabel 2 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Utara Tebal T (m2/hari) Kode Debit Konduktivitas akifer 3 Sumur (m /hari) hidrolik (m/hari) drawdown recovery rata-rata (m) SUG 216 18,69 8,59 13,64 9 1,52
1
t/t' (menit) 10 100
1000
drawdown (m)
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Gambar 6 Perubahan muka airbumi saat recovery test sumur SUG Hasil analisis data uji pemompaan diperoleh nilai Δs pada drawdown test dan recovery test sebesar 3.49 m dan 4.5 m. Besarnya nilai tersebut menentukan besarnya nilai transmisivitas yang diperoleh masingmasing uji pemompaan, dimana semakin besar perubahan muka airbumi maka akan semakin kecil nilai transmisivitasnya. Pada drawdown test diperoleh nilai transmisivitas sebesar 18.69 m2/hari sedangkan pada recovery test diperoleh nilai transmisivitas sebesar 8.59 m2/hari. Jadi, sumur SUG yang dipompa dengan debit pemompaan sebesar 216 m3/hari memiliki nilai transmisivitas ratarata sebesar 13.64 m2/hari. Data geological log pada sumur SUG (seperti lampiran 3) menunjukkan bahwa sumur tersebut terdiri dari 5 lapisan akifer, yaitu lapisan akifer ke-1 terletak pada kedalaman 92.86 – 115.71 meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman 134.29 – 158.57 meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman 164. 29 – 171.43 meter, lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman 188.57 – 194.29 meter dan lapisan akifer ke-5 berada pada kedalaman 250 – 300 meter di bawah permukaan tanah. Berdasarkan letak lapisan akifer tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tipe akifer di wilayah tersebut merupakan tipe akifer tertekan. Dilihat dari lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur diketahui
tebal akifer dalam sumur tersebut sebesar 9 meter. Namun, jika dibandingkan dengan kondisi geologi sebenarnya maka ketebalan akifer yang terdapat di sumur tersebut sebesar 67.25 m sehingga potensi air akan jauh lebih besar. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 1.52 m/hari. Nilai tersebut dapat menggambarkan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa pasir halus. 4.3.2 Karakteristik Akifer Jakarta Timur Kajian akifer di Jakarta Timur terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu sumur STM. Berdasarkan data uji pemompaan, diperoleh tinggi muka airbumi awal berada pada kedalaman 24.68 meter di bawah permukaan tanah. Drawdown test dilakukan selama 420 menit dengan kedudukan muka airbumi berada pada kedalaman 29.35 meter di bawah permukaan tanah. Recovery test dilakukan selama 420 menit hingga kedudukan muka air mencapai 24.99 meter di bawah permukaan tanah. Perubahan tinggi muka airbumi pada saat pemompaan dapat dilihat pada Gambar 7. Saat terjadi drawdown test terlihat bahwa penurunan muka airbumi terjadi secara signifikan pada menit pertama pemompaan, dimana penurunan muka airbumi yang terjadi dari kedalaman 24.68 meter hingga 27.12 meter di bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena sumur tersebut dipompa dengan laju sebesar 230.4 m3/hari sehingga penurunan permukaan air dan air yang keluar sama dengan besar pemompaan. Pada menit ke-420 terlihat bahwa sudah terjadi proses recovery dengan menaiknya tinggi muka airbumi hingga mencapai 24.99 meter. Hasil analisis dari data uji pemompaan, diperoleh nilai Δs untuk masing-masing uji pemompaan sebesar 0.84 meter untuk drawdown test dan 1.25 meter untuk recovery test. Dari besarnya nilai perubahan muka airbumi, diperoleh nilai transmisivitas untuk drawdown test sebesar 50.23 m2/hari dan recovery test sebesar 33.75 m2/hari. Jadi, pada uji pemompaan yang dilakukan di sumur STM dengan debit 230.4 m3/hari memiliki nilai transmisivitas rata-rata sebesar 42 m2/hari.
8
Tabel 3 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Timur Tebal T (m2/hari) Kode Debit Konduktivitas akifer 3 Sumur (m /hari) hidrolik (m/hari) drawdown Recovery rata-rata (m) STM 230,4 50.23 33.75 41.99 3 13.99 Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur STM terdapat dua lapisan akifer. Lapisan akifer pertama berada pada kedalaman 61.7 – 68.57 meter dan lapisan ke-2 berada pada kedalaman 170.36 – 202.5 meter. Kedua lapisan tersebut menunjukkan bahwa tipe akifer di wilayah tersebut adalah akifer tertekan. time (menit) 1 10 100 1000 24,68 Recovery test
25,68 drawdown (m)
26,68 27,68 28,68 29,68
Drawdown Test
30,68 Gambar 7 Perubahan muka airbumi sumur STM
terdapat di daerah penelitian berupa pasir sedang. 4.3.3 Karakteristik Akifer Jakarta Pusat Kajian akifer di Jakarta Pusat juga terdiri dari satu lokasi sumur, yaitu sumur SPR. Berdasarkan data uji pemompaan diperoleh tinggi muka airbumi di wilayah ini lebih tinggi daripada di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur, yaitu berada pada kedalaman 19.59 meter. Drawdown test dilakukan sampai kedudukan muka air statis pada kedalaman 35.95 meter dan recovery test pada kedalaman 20.75 meter. Untuk mencapai kedudukan muka air statis dibutuhkan waktu selama 240 menit. Perubahan tinggi muka airbumi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8. Saat drawdown test terlihat bahwa penurunan muka air terjadi secara signifikan pada menit pertama ketika dipompa dimana penurunan muka air yang terjadi dari kedalaman 19.59 meter hingga 35.50 meter di bawah permukaan tanah. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan airbumi dalam akifer yang masih maksimum sehingga pada saat di pompa dengan debit sebesar 316.8 m3/hari penurunan permukaan air dan air yang keluar sama dengan besar pemompaan. time (menit) 1
10
100
1000
drawdown (m)
19,59 21,59 23,59
Recovery test
Tebal akifer diperoleh berdasarkan lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur. Pada gambar konstruksi sumur STM yang terdapat pada lampiran 6 terdapat tiga buah screen yang terpasang dengan tebal 9 meter, namun hanya satu screen dengan tebal 3 meter yang terpasang pada lapisan akifer, yaitu lapisan pasir hitam. Sedangkan, untuk screen yang lain dengan tebal masing-masing 3 meter berada pada lapisan lempung. Kesalahan dalam pemasangan screen tersebut dapat menyebabkan efisiensi sumur rendah. Berbeda jika tebal akifer ditentukan berdasarkan kondisi geologi sebenarnya dimana tebal akifer mencapai 17 meter maka akan menghasilkan nilai transmisivitas yang lebih besar dan potensi air yang dapat dimanfaatkan jauh lebih besar. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 14 m/hari. Nilai tersebut menunjukkan jenis batuan yang
25,59 27,59 29,59 31,59 33,59
Drawdown test
35,59 37,59
Gambar 8 Perubahan muka airbumi sumur SPR Berdasarkan Gambar 8 dapat ditentukan nilai Δs untuk masing-masing uji pemompaan. Pada drawdown test diperoleh nilai Δs sebesar 0.075 meter sehingga di dapat nilai transmisivitas sebesar 776.96 m2/hari.
9
Tabel 4 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Pusat Tebal T (m2/hari) Kode Debit Konduktivitas akifer 3 Sumur (m /hari) hidrolik (m/hari) drawdown recovery rata-rata (m) SPR 316,8 776.96 14,50 522.80 9 58.09 Sedangkan nilai Δs untuk recovery test sebesar 4 meter sehingga nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar 14.50 m2/hari. Jadi, pada uji pemompaan yang dilakukan pada sumur SPR dengan debit 316.8 m3/hari memiliki nilai transmisivitas rata-rata sebesar 522.8 m2/hari. Nilai transmisivitas yang besar disebabkan karena ketepatan pemasangan screen di pompa pada lapisan akifer sehingga air yang mengalir besar. Selain itu, jenis batuan yang terdapat di wilayah tersebut mempengaruhi aliran air yang dibawa. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur STM, terdapat 4 lapisan akifer dengan kedalaman bervariasi. Lapisan akifer pertama terletak pada kedalaman 25 – 67.65 meter, lapisan akifer ke-2 terletak pada kedalaman 80.88 – 114.71 meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman 130.88 – 172.06 meter dan lapisan akifer ke- 4 berada pada kedalaman 185.29 – 239.71 meter. Lapisan-lapisan tersebut menggambarkan tipe akifer di wilayah tersebut merupakan lapisan akifer tertekan. Dari lapisan batuan dan posisi screen yang terpasang pada sumur dapat diketahui tebal akifer dalam sumur tersebut sebesar 9 meter. Berdasarkan tebal akifer dan nilai transmisivitas maka diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 58.09 m/hari. Nilai tersebut dapat menggambarkan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa pasir halus hingga pasir kasar. 4.3.4 Karakteristik Akifer Jakarta Barat Kajian akifer di Jakarta Barat terdiri dari sumur SBC, SBP dan SBB. Berdasarkan data uji pemompaan diperoleh tinggi muka air dimasing-masing wilayah secara berurut adalah 37, 25.50 dan 25 meter. Uji pemompaan yang dilakukan pada ketiga sumur tersebut juga terdiri dari dua tahap, yaitu drawdown test dan recovery test. Pada sumur SBC ketinggian muka air statis pada drawdown test dan recovery test adalah 44 m dan 37 m dengan waktu yang dibutuhkan 180 menit. Pada sumur SBP ketinggian muka air statis pada drawdown test dan recovery test adalah 35.75 m dan 25.5 m dengan waktu yang dibutuhkan 1540 menit dan 270 menit.
Sedangkan pada sumur SBB ketinggian muka air pada drawdown test dan recovery test adalah 43 m dan 25 m dengan waktu yang dibutuhkan 480 menit dan 360 menit. Secara keseluruhan perubahan muka airbumi dapat dilihat pada Gambar 9. Dari Gambar 9 terlihat bahwa penurunan muka airbumi secara cepat pada saat drawdown test terjadi pada sumur SBC dan SBB dimana pada menit pertama terjadi penurunan muka air sekitar 2 sampai 6 meter. Selain itu, pada sumur SBB juga terjadi penurunan muka air secara signifikan pada menit ke 420. Hasil tersebut memungkinkan adanya kesalahan teknis dalam pengukuran seperti adanya kebocoran pada pompa. Hasil analisis dari data uji pemompaan sumur bor yang terletak di 3 lokasi Jakarta Barat menunjukkan adanya perbedaan nilai transmisivitas di 3 lokasi tersebut meskipun ketiganya memiliki debit pemompaan yang sama, yaitu 288 m3/hari. Pada sumur SBP nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar 12.83 m2/hari. Pada sumur SBC nilai transmisivitas yang diperoleh sebesar 10.16 m2/hari. Sedangkan, nilai transmisivitas di lokasi sumur SBB lebih besar dibandingkan dengan lokasi lain, yaitu 20.72 m2/hari. Hal tersebut disebabkan pemasangan screen pada pompa yang tepat di akifer membuat air yang mengalir lebih cepat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai konduktivitas hidrolik berkisar antara 1.69 – 4.28 m/hari. Nilai tersebut menunjukkan lapisan batuan yang ada di lokasi penelitian berupa pasir halus. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan sumur di wilayah Jakarta Barat, sumur SBC memiliki 5 lapisan akifer, sedangkan pada sumur SBP terdiri dari 2 lapisan akifer tertekan dan sumur SBB terdiri dari 4 lapisan akifer. Pada sumur SBC, lapisan akifer pertama berada pada kedalaman 20 – 50 meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman 55 – 80 meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman 130 – 155 meter, lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman 165 – 185 meter dan lapisan akifer ke-5 berada pada kedalaman 195 – 245 meter di bawah permukaan tanah.
10
time (menit)
time (menit) 1
10
100
1
1000
100
1000
10000
25,50
37,00 38,00
27,50
41,00
drawdown test
42,00
drawdown (m)
40,00
recovery test
39,00
recovery test
drawdown (m)
10
29,50 31,50 33,50
43,00 35,50
44,00 45,00
37,50
(a)
(b) time (menit) 1
10
100
1000
25,00
drawdown (m)
27,00 29,00 31,00 33,00 35,00 37,00 39,00 41,00 43,00 45,00
(c) Gambar 9 Perubahan muka airbumi sumur SBC (a), sumur SBP (b) dan sumur SBB(c) Pada sumur SBB, lapisan akifer pertama pada kedalaman 71.25 – 76.25 meter, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman 125 – 140 meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman 178.25 – 198.75 meter dan lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman 232.5 – 245 meter di bawah permukaan tanah. Pada
sumur SBP, lapisan akifer pertama berada pada kedalaman 135 – 150 meter dan lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman 165 – 175 meter di bawah permukaan tanah. Berdasarkan struktur lapisan tanah di setiap sumur dapat disimpulkan bahwa pada ketiga sumur tersebut memiliki tipe akifer tertekan.
Tabel 5 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Barat Tebal T (m2/hari) Konduktivitas Kode Debit akifer 3 hidrolik (m/hari) Sumur (m /hari) drawdown recovery rata-rata (m) SBC 288 10,55 9,77 10,16 6 1,69 SBP
288
15,51
10,14
12,83
3
4,28
SBB
288
36,37
4,88
20,72
9
2,29
11
4.3.5 Karakteristik Akifer Jakarta Selatan Berbeda dengan wilayah Jakarta lainnya, untuk wilayah Jakarta Selatan kajian akifer dilakukan pada 8 sumur bor produksi, yaitu SSF, SSG5, SSP, SSB, SSG6, SSA, SSD, dan SST. Berdasarkan data uji pemompaaan yang diperoleh, perubahan muka airbumi pada setiap sumur dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10, ketinggian muka air rata-rata untuk wilayah Jakarta Selatan berada pada kedalaman 21 – 27 meter, kecuali untuk sumur SSP dan sumur SSB memiliki ketinggian muka air pada kedalaman 40 – 43 meter di bawah permukaan tanah. Secara umum, perubahan muka air pada saat recovery test maupun drawdown test di wilayah ini lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini disebabkan karena wilayah Jakarta Selatan yang dekat dengan daerah recharge yang merupakan sumber airbumi berasal dari Bogor sehingga proses recovery berlangsung cepat. Dari hasil analisis data uji pemompaan, terlihat bahwa nilai transmisivitas yang dihasilkan pada setiap sumur berbeda-beda. Nilai transmisivitas di wilayah Jakarta Selatan berkisar antara 8 m2/hari sampai 39 m2/hari. Hal tersebut disebabkan karena susunan lapisan batuan yang berbeda-beda pada setiap sumur. Pada sumur SSF yang memiliki debit 361,44 m3/ hari, memiliki nilai transmisivitas yang rendah, yaitu 9.61 m2/hari. Ini terjadi karena lapisan batuan pada sumur tersebut didominasi oleh lapisan tanah lempung sehingga sangat sulit untuk meloloskan air. Pada sumur SSA yang dipompa dengan debit 360 m3/hari memiliki transmisivitas yang besar pula, yaitu 39.73 m2/hari. Hal ini dikarenakan pada sumur tersebut didominasi oleh lapisan batuan berupa pasir hitam. Nilai konduktifitas hidrolik ditentukan oleh besarnya nilai transmisivitas dan tebal
akifer. Tebal akifer tersebut ditentukan berdasarkan posisi screen yang berada pada lapisan akifer. Secara umum, terdapat tiga buah screen dengan tebal seluruhnya 9 meter. Namun, pada beberapa sumur seperti SSP, SSA dan SSD ketebalan akifer hanya sekitar 2 – 7 meter. Hal ini dikarenakan beberapa posisi screen yang dipasang pada pompa berada pada lapisan batuan berupa lempung yang tidak dapat meloloskan air dengan baik. Pemasangan screen yang tidak tepat ini menyebabkan efisiensi sumur rendah sehingga potensi airbumi yang dapat terambil belum maksimal. Nilai konduktivitas hidrolik berkisar antara 0.63 m/hari – 19.87 m/hari. Berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik yang diperoleh pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis batuan yang ada di daerah Jakarta Selatan adalah batu pasir. Berdasarkan data geological log dari data uji pemompaan terdapat 4 sampai 8 lapisan akifer pada setiap sumur di wilayah Jakarta Selatan yang menunjukkan tipe akifer di wilayah tersebut adalah akifer tertekan. Sumur SSF terdiri dari 4 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan dimana pada lapisan akifer pertama berada pada kedalaman 86.6 – 113.77 meter di bawah permukaan tanah, lapisan akifer ke-2 berada pada kedalaman 143.66 – 168.12 meter, lapisan akifer ke-3 berada pada kedalaman 184.42 – 192.58 meter dan lapisan akifer ke-4 berada pada kedalaman 230.62 – 227.9 meter di bawah permukaan tanah. Sumur SST terdiri dari 4 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan. Sumur SSG5, SSG6, SSB dan SSP memiliki 5 lapisan akifer yang merupakan akifer tertekan. Pada sumur SSA dan SSD masing-masing memiliki 8 dan 6 lapisan akifer yang keduanya merupakan tipe akifer tertekan.
Tabel 6 Nilai parameter akifer hasil analisis data uji pemompaan sumur bor di Jakarta Selatan Tebal T (m2/hari) Konduktivitas Kode Debit akifer 3 hidrolik (m/hari) Sumur (m /hari) drawdown recovery rata-rata (m) SSF 361,44 10,51 8,71 9,61 9 1,07 SSG5
344,16
19,69
7,00
13,35
9
1,48
SSP
259,2
39,16
15,82
27,49
7
3,93
SSB
316,8
6,17
3,87
5,02
8
0,63
SSG6
332,64
32,99
14,50
26,83
9
2,98
SSA
360
73,25
6,22
39,73
2
19,87
SSD
288
25,11
24,53
24,82
6
4,14
SST
358,56
34,55
29,84
31,20
9
3,58
12
1
10
time (menit)
100
1000
23,30
29,00
drawdown (m)
recovery test
27,30 29,30 31,30 33,30 35,30
drawdown (m)
27,00
33,00 35,00
39,00
39,30
43,00
time (menit)
100
1000
37,00
41,00
10
100
31,00
37,30
1
10
recovery test
21,30 25,30
time (menit)
1
(b) time (menit)
1000
1
42,30
10
100
1000
10000
40
drawdown (m)
drawdown (m)
43,30 44,30 45,30 46,30
45 50 55
47,30 60
48,30
(c)
49,30
time (menit)
1
10
100
1000
1 22,00
29,50
24,00
Drawdown (m)
Drawdown (m)
27,50
31,50 33,50 35,50 37,50
34,00
40,00
time (menit)
100
1000
Drawdown (m)
Drawdown (m)
time (menit)
10
100
1000
27,00
26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00
(f) 1
25,00
1000
32,00
38,00
(e)
100
30,00
36,00
10
10
28,00
41,50
1
time (menit)
26,00
39,50
43,50
(d)
65
28,00 29,00 30,00 31,00 32,00
(g)
33,00
(h)
Gambar 10 Perubahan muka airbumi sumur SSF (a), sumur SSG5 (b), sumur SSP (c), sumur SSB (d), sumur SSG6 (e), sumur SSA (f), sumur SSD (g), dan sumur SST (h)
13
4.4 Potensi Airbumi Penentuan potensi airbumi berdasarkan nilai transmisivitas pada tiap meter satuan akifer. Hal ini disebabkan karena nilai transmisivitas tersebut sudah dapat menggambarkan efisiensi airbumi setiap harinya. Potensi airbumi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan berkisar antara 5.02 – 39.73 m3/hari per meter akifer. Sedangkan di wilayah Jakarta Pusat, potensi airbumi lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya, yaitu sebesar 522.88 m3/hari per meter akifer. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa potensi airbumi di daerah Jakarta tidak merata akibat struktur geologi penyusun lapisan akifer di setiap sumur berbeda. Selain itu, berdasarkan data geological log dan konstruksi sumur menunjukkan bahwa keterdapatan airbumi relatif dalam, dimana sebagian besar sumur tersebut di pasang hingga kedalaman 250 meter. Efisiensi sumur yang rendah, seperti pemasangan screen yang tidak tepat pada lapisan akifer akan menyebabkan potensi airbumi tidak maksimal.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis geological log terhadap lima sumur produksi di daerah Jakarta yang memanjang dari utara ke selatan menunjukkan bahwa terdapat tujuh lapisan akifer yang memanjang dari utara ke selatan, yaitu lapisan ke-1 berada pada kedalaman 22.97 – 30 meter, lapisan ke-2 pada kedalaman 50 – 65 meter, lapisan ke-3 berada pada kedalaman 75 – 85 meter, lapisan ke-4 berada pada kedalaman 105 - 115.7 meter, lapisan ke-5 berada pada kedalaman 149 – 150 meter, lapisan ke-6 berada pada kedalaman 155 – 158.57 meter dan lapisan ke7 berada pada kedalaman 164.29 – 170 meter di bawah permukaan tanah. Dua parameter karakteristik akifer yang diperoleh dari analisis 14 data uji pemompaan, yaitu nilai transmisivitas berkisar antara 5.02 – 522.8 m2/hari dan nilai konduktivitas hidrolik yang berkisar 0.62 – 58.09 m/hari menunjukkan daerah Jakarta tersusun atas material pasir halus, pasir kasar dan lempung. Nilai dari kedua parameter tersebut diperoleh berdasarkan hasil dari kondisi sumur, bukan berdasarkan kondisi akifer sebenarnya sehingga nilai-nilai tersebut lebih kecil dari kondisi sebenarnya. Kondisi sumur yang memiliki efisiensi yang rendah menyebabkan
potensi airbumi yang diperoleh di daerah Jakarta berkisar antara 5.02 – 522.8 m3/hari per meter akifer. Ketidakefisienan pompa terjadi karena adanya kesalahan dalam pemasangan beberapa screen pada lapisan non akifer yang menyebabkan pompa sangat sulit menghisap air sehingga potensi airbumi tidak maksimal. 5.2 Saran Perlu ada kajian mengenai efisiensi sumur berdasarkan struktur geological log agar pemakai sumur dapat menyesuaikan kedalaman pemasangan pompa dan debit yang bisa didapat dari sumur dengan pertimbangan secara ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA Bicki TJ. 1989. Land and Water Conserving Natural Resources in Illinois. Champaign: University of Illinois at Urbana Bouwer H. 2002. Artificial recharge of Groundwater: Hydrogeology and Engineering. J.Hydrogeol 10:121-142. [BMKG]. 2011. Suhu dan Curah Hujan RataRata Tahun 2011 Provinsi Jakarta. [BPLHD] Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Jakarta. 2010. Data Uji Pemompaan. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Konsumsi Air DI Jakarta Tahun 2010. Dadan S dan Sudaryanto. 2009. Tipe Air Untuk Penentuan Aliran Air Tanah Vertikal Di Cekungan Jakarta. J Ris Geol dan Pertamb 19(2):99-108. Delinom R. 2007. Groundwater Management Issues in The Greater Jakarta Area, Indonesia. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use In A Humid Tropical Region 40 – 54. Delinom R. 2007. Human Impacts on Groundwater Condition in Jakarta Metropolitan Area. Newletter 4:15-18 De Smedt F. 2009. Groundwater Hydrology. Brussel: University Brussel [Kementrian Kehutanan]. 2012. Gambaran Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. http://dephut.go.id [15 Desember 2011] [ESDM] Energi dan Sumberdaya Mineral. 2009. Cekungan Air Tanah Jakarta Kritis. http://esdm.go.id [5 November 2011] Fachri M, Lambok MH dan Agus MR. 2002. Stratigrafi dan Hidrostratigrafi Cekungan
14
Air Tanah Jakarta. Bul Geol 34(2):169189. Halford KJ, Willis DW dan Robert PS. 2006. Interpretation of Transmisivity Estimates From Single Well Pumping Aquifer Tests. Groundwater 44(3):461-471 Herlambang A dan R Haryoto I. 2005.Pengelolaan Air Tanah dan Intrusi Air Laut. JAI 1(2):211-225 Hutasoit L, Hobby P dan Agus MR. 2007. Potensi Polusi Air Tanah Dari Tangki Penyimpanan BBM Di Propinsi DKI Jakarta (Studi Kasus: Depot Pertamina Plumpang). Jurnal Geoaplika 2(1):1-9. Kawecki MW. 1993. Recovery Analysis From Pumping Test With Stepped Discharge. Groundwater 31(4):585-592
Kruseman GP dan NA de Ridder. 2000. Analysis and Evaluation of Pumping Test Data 2nd Ed. Netherland: ILRI. Riyadi A, Kusno Wibowo, Mardi Wibowo dan Sabaruddin WT. 2005. Identifikasi Potensi Air Tanah di Kecamatan Mangkubumi Tasikmalaya Dengan Metode Uji Pompa. J Tek Ling P3TL – BPPT 6 (2):365-371 Samsuhadi. 2009. Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI 5 (1):9-22 Suherman dan Sudaryanto. 2009. Tipe Air Untuk Penentuan Aliran Air Tanah Vertikal Di Cekungan Jakarta. J Ris Geol dan Pertamb 19(2):99-108. Turkandi T, Sidarto, Agustyanto dan Hadiwidjoyo MM. 1992. Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu. DGTL Bandung
16
Lampiran 1 Peta geologi Jakarta
17
Lampiran 2 Deskripsi lokasi sumur produksi di Jakarta
No
Nama Perusahaan
Kode Sumur
1
PT. Graha Asia Pasifik
SUG
2
Gedung Arsip MA RI
STM
3
The Royale Springhill Residences
SPR
Sumur Kedudukan kePompa (m) Jakarta Utara 6o7’33.93” LS dan I 54 106o51’8.93” BT Jakarta Timur o 6 10’47.7” LS dan I 54 106o53’2.01”B T Jakarta Pusat
Waktu Pemompaan
Petugas
8 Januari 2010
Niman
15 Januari 2010
Cucu Asmara
78
21 Juni 2010
Niman
78
12 Juli 2010
Niman
54
1 September 2010
Cucu Asmara
60
1 April
Cucu Asmara, Niman dan Sardjono
VII
54
29 Juli 2010
Sardjono, Niman
VI
60
2 Agustus 2010
Niman
Letak Sumur
6º8'27.12”LS dan 106º50'50.32”BT
II
Jakarta Barat 4 5 6
7 8
9
10 11 12 13 14
Binus Boarding House Centro City Residence Pusdiklat Pajak
The Grove & Media Walk The Grove & Media Walk PT. Almaron Perkasa (Kemang Village) PT. Perdana Gapura Prima PT. Tempo Realty Gedung Film Jakarta Perumahan Komplek DPR RI Gedung IT BRI
SBB SBC SBP
SSG5 SSG6
6o11’29.98”L S dan 106o46’55” BT
II
6o9’17.13” LS dan I 106o42’31.67”BT 6o11’17.92”L S dan I 106o47’5.53”BT Jakarta Selatan 6o13'31" LS dan 106o49'59.49" BT 6o13'31"LS dan 106o49'59.44"BT
SSA
6o15'31.23"LS dan 106o49'18.49"BT
II
60
25 Agustus 2009
Cucu Asmara
SSP
6o14’24” LS dan 106o48’ BT
I
54
7 Juni 2010
Cucu Asmara
SST
6o13'39.06"LS dan 106o49'56.74"BT
I
60
7 Desember 2009
SSF
6o14'35.45"LS dan 106o51'43.54"BT
I
60
7 Juni 2010
SSD
6o15'54.11"LS dan 106o50'19.17"BT
IX
48
27 Mei 2010
Niman, Cucu Asmara
SSB
6o18'9.47"LS dan 106o49'17.53"BT
I
54
7 Juli 2010
Niman
Niman, Cucu Asmara, Sardjono Niman, Cucu Asmara
18
Lampiran 3 Data hasil drawdown tes sumur SUG Project name Lokasi Pompa yang digunakan Pump Capacity Kedalaman pipa
: PT. Graha Asia Pasifik : Jl. RE Martadinata No. 1 Ancol, Pademangan Jakarta Utara : Groundfos 5 Hp : 150 Liter/menit : 54 m
DRAWDOWN TEST Time (t)
Clock Start
Finish
SWL (m)
Drawdown (meter)
0
27
0
1
27,5
-0,5
2
27,6
-0,6
3
27,8
-0,8
4
27,8
-0,8
5
27,9
-0,9
6
27,9
-0,9
7
28,2
-1,2
8
28,2
-1,2
9
28,3
-1,3
t'
t/t'
.. .. 2580
34,6
-7,6
2640
34,6
-7,6
2700
34,7
-7,7
2760
34,7
-7,7
2820
34,8
-7,8
2880
35,2
-8,2
2940
35,4
-8,4
3000
35,4
-8,4
3060
35,5
-8,5
3120
35,5
-8,5
3180
35,6
-8,6
3240
35,6
-8,6
3300
35,7
-8,7
3360
35,8
-8,8
3420
35,8
-8,8
3480
35,8
-8,8
3540
35,9
-8,9
3600
35,9
-8,9
3660
35,9
-8,9
3720
35,9
-8,9
3780
36,1
-9,1
3840
36
-9
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
19
Lampiran 4 Data hasil recovery tes sumur SUG RECOVERY TEST Time (t)
Clock
SWL (m)
Drawdown (meter)
t'
t/t'
3841
36
9
1
3841
3842
35,9
8,9
2
1921
3843
35,7
8,7
3
1281
3844
35,3
8,3
4
961
3845
34,8
7,8
5
769
3846
34,6
7,6
6
641
3847
34,2
7,2
7
549,6
3848
33,8
6,8
8
481
3849
33,5
6,5
9
427,7
3850
33,1
6,1
10
385
3851
32,8
5,8
11
320,9
3852
32,6
5,6
12
275,1
3853
32,1
5,1
13
240,8
3854
31,9
4,9
14
214,1
3855
31,5
4,5
15
192,7
3856
31,2
4,2
16
154,2
3857
31
4
17
128,5
3858
30,8
3,8
18
110,2
3859
30,5
3,5
19
96,47
3860
30,1
3,1
20
85,78
3861
29,7
2,7
21
77,22
3862
29,4
2,4
22
70,22
3863
29,1
2,1
23
64,38
3864
28,7
1,7
24
55,2
3865
28,4
1,4
25
48,31
3866
28,1
1,1
26
42,96
3868
27,9
0,9
28
35,16
3869
27,7
0,7
29
32,24
3870
27,5
0,5
30
28,67
3871
27,3
0,3
31
25,81
3872
27,2
0,2
32
23,5
3874
27,1
0,1
34
19,37
3875
27
0
35
17,61
3876
27
0
36
16,15
3877
27
0
37
14,9
3878
27
0
38
13,85
3879
27
0
39
12,93
3880
27
0
40
11,75
Start
Finish
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
20
Lampiran 5 Penampang litologi dan konstruksi sumur SUG
21
Lampiran 6 Data hasil drawdown tes sumur STM Project name Lokasi Pompa yang digunakan Pump Capacity Kedalaman pipa Time (t)
Clock
: Gedung Arsip MA RI : Jl. Pulomas Barat VI Jakarta Timur : Groundfos 5 Hp : 160 Liter/menit : 54 m DRAWDOWN TEST SWL (m)
Drawdown (meter)
0
24,68
0,00
1
27,12
-2,44
2
27,47
-2,79
3
27,64
-2,96
4
27,72
-3,04
5
27,78
-3,10
6
27,84
-3,16
7
27,89
-3,21
8
27,90
-3,22
9
27,93
-3,25
10
27,96
-3,28
9,6
30
28,25
-3,57
9,6
35
28,37
-3,69
40
28,50
-3,82
45
28,60
-3,92
50
28,70
-4,02
55
28,78
-4,10
60
28,85
-4,17
70
28,94
-4,26
80
29,05
-4,37
90
29,18
-4,50
100
29,26
-4,58
110
29,30
-4,62
120
29,40
-4,72
135
29,50
-4,82
150
29,30
-4,62
165
29,33
-4,65
180
29,25
-4,57
210
29,25
-4,57
240
29,20
-4,52
270
29,18
-4,50
300
29,21
-4,53
360
29,21
-4,53
420
29,35
-4,67
Start
Finish
t'
t/t'
Q (m3/hr)
9,6
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
22
Lampiran 7 Data hasil recovery tes sumur STM RECOVERY TEST Time (t)
Clock Start
420 421
16.11
Finish
SWL (m)
Drawdown (meter)
29,35
-4,67
t'
t/t' 1
420,0
27,60
2,92
1
421,0
422
27,10
2,42
2
211,0
423
26,85
2,17
3
141,0
424
26,72
2,04
4
106,0
425
26,65
1,97
5
85,0
426
26,60
1,92
6
71,0
427
26,55
1,87
7
61,0
428
26,50
1,82
8
53,5
429
26,46
1,78
9
47,7
430
26,43
1,75
10
43,0
432
26,40
1,72
12
36,0
434
26,36
1,68
14
31,0
440
26,27
1,59
20
22,0
445
26,25
1,57
25
17,8
450
26,20
1,52
30
15,0
455
26,16
1,48
35
13,0
460
26,13
1,45
40
11,5
465
26,11
1,43
45
10,3
26,08
1,40
50
9,4
475
25,93
1,25
55
8,6
480
25,90
1,22
60
8,0
490
25,80
1,12
70
7,0
25,65
0,97
80
6,3
25,50
0,82
90
5,7
470
500
17.00
17.30
510 520
25,40
0,72
100
5,2
25,35
0,67
110
4,8
540
25,30
0,62
120
4,5
555
25,24
0,56
135
4,1
570
25,20
0,52
150
3,8
585
25,15
0,47
165
3,5
600
25,13
0,45
180
3,3
630
25,11
0,43
210
3,0
530
18.00
660
25,09
0,41
240
2,8
690
25,07
0,39
270
2,6
720
25,03
0,35
300
2,4
780
25,01
0,33
360
2,2
24,99
0,31
420
2,0
840
23.10
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
23
Lampiran 8 Penampang litologi dan konstruksi sumur STM
24
Lampiran 9 Data hasil drawdown tes sumur SPR Project name Lokasi Pompa yang digunakan Pump Capacity Kedalaman pipa
: The Royalle Springhill Residence : Jl. Benyamin Sueb, Kemayoran Jakarta Pusat : Groundfos 5 Hp : 220 Liter/menit : 60 m
DRAWDOWN TEST Time (t) 0
Clock Start 10.00
Finish
SWL (m)
Drawdown (meter)
19,59
0,00
1
35,50
-15,91
2
35,54
-15,95
3
35,55
-15,96
4
35,56
-15,97
5
35,57
-15,98
6
35,57
-15,98
7
35,58
-15,99
8
35,59
-16,00
9
35,60
-16,01
10
35,60
-16,01
12
35,62
-16,03
14
35,65
-16,06
16
35,66
-16,07
18
35,68
-16,09
20
35,71
-16,12
25
35,85
-16,26
35,87
-16,28
35
35,85
-16,26
40
35,87
-16,28
45
35,87
-16,28
50
35,88
-16,29
80
35,88
-16,29
90
35,89
-16,30
30
10.30
100
35,89
-16,30
110
35,92
-16,33
35,90
-16,31
135
35,92
-16,33
150
35,94
-16,35
165
35,94
-16,35
180
35,94
-16,35
210
35,95
-16,36
35,95
-16,36
120
240
12.00
14.00
t'
t/t'
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
25
Lampiran 10 Data hasil recovery tes sumur SPR
RECOVERY TEST Time (t)
Clock
SWL (m)
Drawdown (meter)
35,62
16,03
1
241,0
242
34,39
14,80
2
121,0
243
34,29
14,70
3
81,0
244
34,1
14,51
4
61,0
241
Start 14.01
Finish
t'
t/t'
245
33,7
14,11
5
49,0
246
33,61
14,02
6
41,0
247
33,01
13,42
7
35,3
248
32,49
12,90
8
31,0
249
32,37
12,78
9
27,7
250
31,52
11,93
10
25,0
252
31,26
11,67
12
21,0
254
30,47
10,88
14
18,1
256
30,38
10,79
16
16,0
258
30,39
10,80
18
14,3
260
29,92
10,33
20
13,0
265
28,97
9,38
25
10,6
270
26,16
6,57
30
9,0
275
26,03
6,44
35
7,9
280
25,15
5,56
40
7,0
285
24,02
4,43
45
6,3
290
23,61
4,02
50
5,8
295
23,01
3,42
55
5,4
22,75
3,16
60
5,0
310
21,64
2,05
70
4,4
320
21,45
1,86
80
4,0
330
21,32
1,73
90
3,7
340
21,11
1,52
100
3,4
350
20,98
1,39
110
3,2
300
15.00
360
20,96
1,37
120
3,0
375
20,91
1,32
125
3,0
390
20,85
1,26
130
3,0
405
20,83
1,24
135
3,0
420
20,82
1,23
140
3,0
450
20,81
1,22
170
2,6
20,75
1,16
200
2,4
480
18.00
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
26
Lampiran 11 Penampang litologi dan konstruksi sumur SPR
27
Lampiran 12 Data hasil drawdown tes sumur SBB PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jl. Casablanca Kav. 1 KuninganTelp.(021) 5256147, 5209645, 5209651, 5209653 Fax. (021) 5209643, 5265309, e-mail :
[email protected],
[email protected] Website :http://bplhd.jakarta.go.id, Jakarta
Project name Lokasi Pompa yang digunakan Pump Capacity Kedalaman pipa
: Binus Boarding House : Jl. Budi Raya RT 01/05 Kebon Jeruk, Jakarta Barat : Groundfos 5 Hp : 200 Liter/menit : 60 m
DRAWDOWN TEST Clock
Time (t)
SWL (m)
Drawdown (meter)
Start
0
9.10
25,00
0,00
1
31,00
-6,00
2
31,05
-6,05
3
31,10
-6,10
4
31,50
-6,50
Finish
5
32,00
-7,00
6
32,00
-7,00
7
32,20
-7,20
8
32,20
-7,20
9
32,30
-7,30
32,40
-7,40
15
32,44
-7,44
20
32,50
-7,50
10
9.20
25
32,50
-7,50
32,64
-7,64
40
32,64
-7,64
50
32,68
-7,68
30
9.40
60
10.10
32,72
-7,72
90
10.40
33,10
-8,10
120
33,10
-8,10
150
33,18
-8,18
180
33,20
-8,20
360
33,20
-8,20
420
43,00
-18,00
43,00
-18,00
480
17.10
t'
t/t'
Q (m3/hr)
13,98
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
28
Lampiran 13 Data hasil recovery tes sumur SBB
RECOVERY TEST Time (t)
Clock
SWL (m)
Drawdown (meter)
43,00
16,78
-360
0,00
361
41,78
16,68
1
361,00
362
39,22
14,12
2
181,00
363
38,26
13,16
3
121,00
360
Start 23.00
Finish
t'
t/t'
364
37,29
12,19
4
91,00
365
36,54
11,44
5
73,00
366
35,47
10,37
6
61,00
367
34,78
9,68
7
52,43
368
34,10
9,00
8
46,00
369
33,66
8,56
9
41,00
33,01
7,91
10
37,00
29,65
4,55
20
19,00
370
23.10
380 390
27,93
2,83
30
13,00
400
26,86
1,76
40
10,00
410
26,06
0,96
50
8,20
25,60
0,50
60
7,00
25,40
0,30
90
5,11
25,30
0,20
120
4,00
25,20
0,10
150
3,33
420
24.00
460 480
01.00
500 540
02.00
25,20
0,10
180
3,00
600
03.00
25,10
0,00
240
2,50
720
04.00
25,00
-0,10
360
2,00
Q (m3/hr)
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
29
Lampiran 14 Penampang litologi dan konstruksi sumur SBB
30
Lampiran 15 Data hasil drawdown tes sumur SSP PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jl. Casablanca Kav. 1 KuninganTelp.(021) 5256147, 5209645, 5209651, 5209653 Fax. (021) 5209643, 5265309, e-mail :
[email protected],
[email protected] Website :http://bplhd.jakarta.go.id, Jakarta
Project name Lokasi Pompa yang digunakan Pump Capacity Kedalaman pipa
: PT. Perdana Gapura Prima : Jl. Baung Raya RT 01/ RW 05 Jakarta Selatan : Groundfos 5 Hp : 180 Liter/menit : 60 m
DRAWDOWN TEST Time (t)
Clock
SWL (m)
Drawdown (meter)
42,30
0,00
1
42,51
-0,21
2
42,75
-0,45
3
42,93
-0,63
4
43,05
-0,75
0
Start 13.30
Finish
5
43,10
-0,80
6
43,15
-0,85
7
43,20
-0,90
8
43,23
-0,93
9
43,25
-0,95
43,30
-1,00
12
43,35
-1,05
14
43,38
-1,08
10
13.40
16
43,42
-1,12
43,70
-1,40
70
46,57
-4,27
80
46,71
-4,41
90
46,85
-4,55
100
47,09
-4,79
47,37
-5,07
210
48,00
-5,70
240
48,15
-5,85
270
48,24
-5,94
48,34
-6,04
360
48,44
-6,14
420
48,50
-6,20
480
48,60
-6,30
60
120
300
14.30
15.30
18.30
t'
t/t'
Q (m3/hr)
10,8
10,5
10,8
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
31
Lampiran16 Data hasil recovery tes sumur SSP
RECOVERY TEST Time (t)
Clock
SWL (m)
Drawdown (meter)
48,55
6,25
1
481
482
48,35
6,05
2
241
483
48,15
5,85
3
161
484
47,95
5,65
4
121
485
47,75
5,45
5
97
486
47,55
5,25
6
81
481
Start 21.31
Finish
t'
Q (m3/hr)
t/t'
487
47,35
5,05
7
70
488
47,15
4,85
8
61
489
46,95
4,65
9
54
490
46,75
4,45
10
49
45,75
3,45
20
25
505
45,6
3,30
25
20
510
45,45
3,15
30
17
515
45,3
3,00
35
15
520
45,15
2,85
40
13
525
45
2,70
45
12
530
44,85
2,55
50
11
535
44,7
2,40
55
10
44,55
2,25
60
9
550
44,4
2,10
70
8
560
44,25
1,95
80
7
23.00
44,1
1,80
90
6
43,95
1,65
100
6
23.30
43,65
1,35
120
5
43,55
1,25
135
5
43,45
1,15
150
4
43,35
1,05
165
4
43,25
0,95
180
4
43,15
0,85
210
3
01.30
43,05
0,75
240
3
42,95
0,65
270
3
780
02.30
42,85
0,55
300
3
840
03.30
42,75
0,45
360
2
900
04.30
42,7
0,40
420
2
960
05.30
42,3
0,00
480
2
500
540
570
21.50
22.30
580 600 615 630
24.00
645 660
00.30
690 720 750
DHL (umhos/cm)
T (°C)
pH
32
Lampiran 17 Penampang litologi dan konstruksi sumur SSP