BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI
4.1 Hilang Panas Alamiah Besar potensi panas bumi dapat diperkirakan melalui perhitungan panas alamiah yang hilang melalui keluaran manifestasi panas bumi (natural heat loss) di daerah penelitian. Hilang panas alamiah ini dihitung berdasarkan rumus yang diberikan oleh Hochstein (1994), yaitu : Q = m (hfT – hfT0) § m c (T – T0) Keterangan : m = aliran massa (kg/s) = V.ȡf hfT, hfT0 = entalpi fluida (kJ/kg) T = temperatur air panas T0 = temperatur udara c = kapasitas panas spesifik (kJ/kg . oC) c untuk air, memiliki nilai rata-rata = 4,2 kJ/kg . oC
Tabel 4.1 Hilang Panas Alamiah T
hfTo
ǻKI
Q
(kJ/kg)
(kJ/kg)
(kW)
259,5
142,4
117,1
117,1
32
230,2
134
96,2
48,1
31,5
175,8
131,9
43,9
2,2
Kode
Debit Air
To
Contoh
(liter/s)
AAPG
1
62
34
APKA
0,5
55
APPS
0,05
42
hfT
(°C) (°C) (kJ/kg)
Q total
167,4
(kW)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa daerah penelitian mempunyai potensi panas bumi sekitar 167,4 kW yang ditunjukkan oleh nilai hilang panas alamiah manifestasi panas bumi di permukaan. Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
48
4.2 Fluida Reservoir Panas Bumi Fluida reservoir yang membentuk sistem panas bumi daerah Kampala adalah bertipe klorida yang mempunyai pH netral. Keberadaan fluida tersebut berasal dari air meteorik yang meresap melalui porositas batuan dan dipengaruhi oleh aktivitas volkanomagmatik. Air reservoir akan naik menuju permukaan melalui zona rekahan sepanjang sesar. Saat muncul ke permukaan, air reservoir mendidih sehingga membentuk uap air. Uap air ini selanjutnya akan terkondensasi ke dalam air tanah atau air permukaan dan membentuk air asam sulfat. Interaksi antara air asam sulfat dengan batuan sekitar dapat membentuk zona alterasi argilik yang didominasi mineral smektit, haloisit, dan kaolinit. Sedangkan air klorida naik ke permukaan melalui rekahan. Berdasarkan pendugaan suhu bawah permukaan di daerah penelitian menggunakan metoda geotermometer K-Na (Giggenbach), temperatur fluida reservoir didapat berkisar dari 110 – 130°C (Gambar 3.3 dan Tabel 3.6).
4.3 Pola Aliran Air Panas Mata air panas Pangesoran dan Panggo diduga merupakan upflow, sedangkan mata air panas Kampala diduga merupakan outflow. Hal ini didukung oleh nilai rasio Cl / Mg dan Na / Mg yang cenderung semakin menurun ke arah barat laut (dari AAPG ke APKA), sehingga semakin ke arah barat laut aliran lateral semakin berpengaruh. Selain itu juga nilai rasio HCO3 / SO4 dan konsentrasi HCO3 yang cenderung semakin meningkat ke arah barat laut (dari AAPG ke APKA), sehingga semakin ke arah barat laut aliran lateral semakin berpengaruh (Nicholson, 1993, Tabel 3.1 dan Tabel 3.5).
4.4 Sistem Panas Bumi Dari pengolahan data geokimia, geotermometer sistem panas bumi daerah Kampala diklasifikasikan dalam sistem panas bumi bertemperatur rendah 125°C (Hochstein dan Browne, 2000). Apabila dilihat dari keberadaannya sistem panas bumi daerah Kampala berasosiasi dengan aktivitas volkanomagmatik.
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
49
4.4.1 Zona Reservoir Berdasarkan pengolahan data geofisika, zona reservoir yang terbentuk di daerah penyelidikan dibatasi oleh zona sesar. Pada daerah penelitian terdapat 2 zona reservoir, yaitu yang berada di sebelah timur laut mata air panas Kampala, serta sebelah utara mata air panas Pangesoran dan Panggo diperkirakan menjadi zona reservoir (Gambar 3.12 dan Gambar 4.1). Zona reservoir tersebut memiliki nilai resistivitas sedang (20 – 30 ȍm) yang dikontrol oleh pengaruh sesar, seperti Sesar Kalamisu, Sesar Kampala, Sesar Pangesoran, dan Sesar Panggo. Zona reservoir pada sistem panas bumi daerah Kampala ini berupa batupasir Formasi Walanae dan retas-retas basal yang tersesarkan.
4.4.2 Zona Penudung Zona penudung dalam sistem panas bumi daerah Kampala memanjang searah barat laut – tenggara daerah penelitian (Gambar 3.9) dimana pada daerah tersebut memiliki nilai resistivitas rendah (< 20 ȍm), diduga berupa batulempung Formasi Walanae dan batuan ubahan argilik yang didominasi mineral lempung (smektit, haloisit, kaolinit).
4.4.3 Sumber Panas Pada peta anomali gravitasi (gaya berat) sisa daerah penelitian terdapat adanya anomali Bouguer sisa positif (> 1.5 mgal setara 2.5 g/cm3) di timur laut, barat laut, tenggara, barat daya, dan sekitar Kalupang (Gambar 3.8). Anomali di sekitar Kalupang berasosiasi dengan adanya intrusi basal (Gambar 2.4). Intrusi ini diperkirakan sebagai sumber panas sistem panas bumi daerah Kampala. Yuwono et al. (1985) menyebutkan bahwa intrusi basal di daerah penelitian berumur Pleistosen. Sehingga dapat diperkirakan sumber panas sistem panas bumi daerah Kampala adalah sisa panas dari intrusi basal sejak Pleistosen.
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
50
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 4.1 Peta Kompilasi Daerah Panas Bumi Kampala
51
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Daerah Kampala, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 4.2 Model Tentatif Sistem Panas Bumi Kampala
52