PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat)
Oleh
Komsyah Dea Purwati A24103018
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat)
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Komsyah Dea Purwati A24103018
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRACT KOMSYAH DEA PURWATI. Estimation of Carbon Stock in Various Types of Land Cover with a Spatial Modelling of Field Measurement Data and Remote Sensing (a case study at Puncak and Cianjur areas, West Java), under supervised by Muhammad Ardiansyah and Widiatmaka. Remote sensing technology is one of the effective ways to monitor land cover changes from time to time. The integration of field data and spatial data of land use changes from 1989 to 2007 will be a reference to find out the change of carbon stock in a certain land cover and land use. This research is to know the change of land cover during the periode of 1989-2007 and to analyze its relationship to the carbon stock changes. In this study, the method was divided into 4 stages: preparation and data collection, analysis of digital image, analysis of land cover/use, and estimation of carbon stock. The analysis result of Landsat image in 1989 and 2007 showed that there was a decline in the area of forest, rice field, and bare land up to 654 ha ( 4.92%), 594 ha (4.47%) and 95 ha (0.72%) respectively during the period of 1989- 2007. On the contrary, there was an increase in settlement areas, mix crops, crops, tea plantation and bushes by 954 ha (7.18%), 170 ha (1.28%), 145 ha (1.09%), 44 ha (0.33%) and 28 ha (0.22%). Estimation of carbon stock included biomass carbon and soil organic carbon stock. The total biomass carbon stock in forest areas and mix plantation decreased by 0.20 Mt from 1.76 Mt in 1989 to 1.56 Mt in 2007. The soil organic carbon stock in the depth of 0-30 cm decreased by 271.33 tens/ ha, and in the depth of 30-60 cm decreased by 122.89 tons/ ha, while the total soil organic carbon stock decreased by 0.51 Mt in the depth of 0-30 cm and 0.20 Mt in the depth of 30 – 60 cm.
Keywords: Land cover/use Change, Remote Sensing, Carbon Stock
RINGKASAN KOMSYAH DEA PURWATI, Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat), di bawah bimbingan Muhammad Ardiansyah dan Widiatmaka. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan pemantauan perubahan lahan dari waktu ke waktu. Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai tahun 2007 akan memberikan referensi untuk mengetahui seberapa besar perubahan karbon tersimpan pada suatu penutupan/penggunaan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 sampai 2007 dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan Pada penelitian ini, metode penelitian dibagi menjadi 4 tahapan yaitu tahap persiapan dan pengumpulan data, tahap analisis citra digital, tahap analisis perubahan penutupan/penggunaan lahan dan pendugaan karbon tersimpan. Hasil analisis citra Landsat tahun 1989 dan 2007 menunjukan telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai 2007. Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 28 ha (0,22 %). Pendugaan karbon tersimpan meliputi karbon biomassa dan karbon organik tanah. Karbon biomassa tersimpan dalam kawasan hutan dan kebun campuran, mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt dari 1,76 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,56 Mt pada tahun 2007. Karbon organik
pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33
ton/ha, dan pada kedalaman 30-60 cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha, sedangkan total karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,51 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,20 Mt pada kedalaman 30-60 cm.
Kata Kunci :Perubahan penutupan/penggunaan lahan, Penginderaan jauh, Karbon Tersimpan.
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan Dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat).
Nama Mahasiswa
: Komsyah Dea Purwati
Nomor Pokok
: A24103018
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Dr. Ir. M. Ardiansyah NIP. 131 803 639
Dr. Ir. Widiatmaka, DAA NIP. 131 66 44 11
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Didi Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 14 mei 1985, penulis merupakan putri dari Ibu Enok dan Bapak Nodi. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Sekarwangi I pada tahun 1991-1997, dilanjutkan ke SLTPN 5 Karawang dan pada tahun 2000, penulis diterima di SMUN 5 Karawang dan lulus pada tahun 2003. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2003. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah ikut keanggotan dalam majalah humus, selain itu juga penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Kartografi pada tahun 2006/2007, Pengantar Sistem Informasi Geografis periode 2006/2007, Biologi Tanah tahun 2006/2007 , Geomorfologi dan Analisis Lanskap (2006/2007), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (2007/2008) dan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan (2007/2008). Selain itu juga pernah berpartisipasi dalam proyek Interpretasi Citra Landsat TM5 dan ETM+7 tahun 2006/2007 program”Menuju Indonesia Hijau” dan Pemetaaan Lahan Tebu Provinsi Jawa Timur.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Alhamdulilah, Puji dan syukur penulis tujukan hanya untuk Allah S.W.T, karena atas nikmat dan karunia-Nya, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan Dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat) bertujuan untuk mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Ir. M. Ardiansyah dan Dr. Ir. Widiatmaka selaku Pembimbing Skripsi dan Dr.Ir. Darmawan selaku pembimbing Akademik selalu
sabar dalam memberikan
masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis, selain itu juga penulis mengucapkan terima kasih banyak pada : 1. Bapak Dr.Ir. Kukuh Murtilaksono selaku dosen penguji tamu atas saran dan masukannya pada karya penulis. 2. Mama, Bapak dan keluarga besar Opung yang selalu memberikan doa, motivasi dan bantuan setiap waktu. 3. Sinta, terima kasih banyak atas kerjasamanya dan kesetiaannya menungguku. 4. Mba Reni, Mba Ulee, Mas Manijo, Pak Yudi, Pak Halim, Ka Danny, Ana, Agi, Mba Zuzu, K’Hendra, Toni, team radar dan PPJ-ers, terimakasih atas bantuannya dan canda tawanya. 5. Anto, Jatmiko, Pungkas, Cepi, Wakhyu, Drikarsa, Bayu, Ardi, Rizaldy dan Tatiek atas kesediaannya membantu penulis pada saat cek lapang. 6. Sobat-sobatku, Ugi, Zoes, Gina, Tiek dan Aie (Terima kasih atas segalanya), para Jasmine Rangers, Adist, Inge, Amy, Boma, Heda, Dean dan Ginastri-ers (yeto, apen dan ari). 7. Mba Iko, Mba Hesti, Bu Lina, Bu Ela, Pak Ratman dan Bu Tini, terima kasih atas bantuannya. 8. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atas perizinannya. 9. Proyek Hibah Bersaing T.A. 2006-2007 atas pembiayaan penelitiaan.
ii
10. Proyek “Menuju Indonesia Hijau” atas pengalaman yang mendukung penelitian penulis. 11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya dan yang penulis buat ini mendapat Ridho-Nya, Insya Allah. Amien. .
Bogor, Mei 2008
Komsyah Dea Purwati
iii
DAFTAR ISI Teks
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................
i
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2. Tujuan Penelitian .......................................................................
1
1.3. Asumsi/Keterbatasan Penelitian ................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
3
2.1. Karbon Tersimpan......................................................................
3
2.1.1. Definisi Karbon Tersimpan.............................................
3
2.1.2. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan..............................................................................
4
2.1.3. Pengukuran Karbon Tersimpan.......................................
5
2.2. Penutupan/Penggunaan Lahan ...................................................
6
2.3. Data Penginderaan Jauh Landsat ...............................................
6
2.4. Interpolasi Titik..........................................................................
9
III.BAHAN DAN METODE ..................................................................
10
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
10
3.2 Bahan dan Alat..........................................................................
10
3.3 Metode Penelitian .....................................................................
11
3.3.1. Tahap Persiapan Dan Pengumpulan Data .........................
11
3.3.2. Tahap Analisis Citra Digital .............................................
11
3.3.2.1. Koreksi Geometrik ...................................................
11
3.3.2.2.Klasifikasi .................................................................
12
3.3.2.3. Pengecekan Lapang..................................................
13
3.3.3 Analisis Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan ...........
14
3.3.4 Pendugaan Karbon Tersimpan ...........................................
14
3.3.4.1 Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan ...
14
iv
3.3.4.2 Karbon Tersimpan Pada Tanah.................................
15
IV. KONDISI UMUM ............................................................................
21
4.1.Lokasi Penelitian.........................................................................
21
4.2. Kondisi Fisik ..............................................................................
22
4.2.1. Topografi dan Penutupan/Penggunaan Lahan ..................
22
4.2.2. Iklim dan Curah Hujan.....................................................
24
4.2.3. Jenis Tanah........................................................................
25
4.3.Keadaan Penduduk......................................................................
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................
27
5.1. Penutupan/Penggunaan Lahan Daerah Puncak-Cianjur.............
27
5.2. Perubahan Penutupan/Penggunaan lahan ..................................
28
5.3.Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan......................
30
5.4. Karbon Tersimpan Dalam Tanah ...............................................
32
5.4.1.Data Permukaan Karbon Organik Tanah ...........................
34
5.4.2.Karbon Organik Tersimpan Kawasan................................
38
5.4.3.Pengaruh Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Terhadap Karbon Tersimpan Kawasan..............................
41
5.4.4. Perubahan Karbon Tanah Pada Penutupan/Penggunaan Lahan Yang Sama...............................................................
41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
45
6.1. Kesimpulan...........................................................................
45
6.2. Saran.....................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA.. ...........................................................................
46
LAMPIRAN............................................................................................
48
v
DAFTAR TABEL No
Hal
1
Teks Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan...........................
2
Parameter-Parameter
Biomassa
Di
Atas
Tanah
Dan
5
Metode
Pengukurannya........................................................................................
5
3
Saluran Citra Landsat TM.......................................................................
8
4
Luas Penutupan / Penggunaan Lahan Tahun 1989 Dan 2007.................
29
5
Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran................................................................................................. Karbon Biomassa Tersimpan Dalam Kawasan Pada Hutan Dan Kebun Campuran.................................................................................................
6
30 31
7
Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 1989................................
32
8
Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 2007................................
33
9
Karbon Organik Tersimpan dan Tersimpan Kawasan Tahun 1989 Dan 2007.........................................................................................................
40
vi
DAFTAR GAMBAR No
Hal
1
Teks Ilustrasi Perhitungan IDW......................................................................
9
2
Pengukuran Biomassa Pohon Di Lapang...............................................
15
3
Plot Pengambilan Contoh Tanah............................................................
16
4
Tahap Analisis Citra Digital...................................................................
18
5
Tahap Pendugaan Karbon Biomassa Tersimpan Atas Di Permukaan ...
19
6
Tahap Pendugaan Karbon Tersimpan Dalam Tanah..............................
20
7
Peta Daerah Penelitian............................................................................
21
8
Peta Kelas Lereng Daerah Penelitian.....................................................
22
9
Kenampakan 3-D Daerah Penelitian......................................................
23
10
Peta Curah Hujan Daerah Penelitian......................................................
25
11
Peta Tanah Daerah Penelitian................................................................
26
12
Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989...................................
27
13
Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2007....................................
28
14
Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989-2007................
29
15
Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran...
30
16
Perubahan Karbon Biomassa Tersimpan Kawasan Hutan dan Kebun Campuran................................................................................................ Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Kedalaman 0-30 cm................................................................................ Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Kedalaman 30-60 cm.............................................................................. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Kedalaman 0-30 cm................................................................................ Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Kedalaman 30-60 cm..............................................................................
17 18 19 20
31 35 36 37 38
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Hal
1
Teks Lokasi Pengambilan Contoh Tanah.....................................................
47
2
Data C-Organik Tanah Periode Tahun 1978-1989..............................
49
3
Data C-Organik Tanah Tahun 2007.....................................................
51
4
Data Bobot Isi Tanah (g/cm3)...............................................................
52
5
Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Hutan.............
53
6
Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Kebun Campuran..................................................................................
58
7
Nilai Kappa Tiap-Tiap Penutupan/Penggunaan Lahan........................
60
8
Matrik Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan
9
Tahun 1989-2007………………………………………………….....
61
Foto-Foto Penutupan/Penggunaan Lahan Kawasan Puncak-Cianjur...
62
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu penyebab dari perubahan iklim dunia. Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah pencemaran udara terutama oleh gas-gas emisi seperti CO2, CH4 dan N2O, gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yakni dapat meneruskan radiasi gelombang pendek yang berasal dari sinar matahari, mampu menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang/radiasi balik yang berasal dari pancaran bumi yang memiliki bersifat panas, sehingga suhu atmosfer bumi menjadi meningkat. Sebagian besar negara-negara di seluruh dunia berusaha untuk mengatasinya secara bersamasama. Wujud usaha yang dilakukan yaitu dihasilkannya protokol kyoto pada tahun 1997. Protokol kyoto merupakan implementasi konvensi perubahan iklim diantara negara-negara yang memiliki kepedulian terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi. Di dalam protokol kyoto telah disepakati bahwa negaranegara maju yang tergolong dalam kelompok Annex 1 harus mengurangi emisi gas rumah kaca paling sedikit sebesar 5% dari tingkat emisi yang dicapai pada tahun 1990. Kewajiban negara-negara maju dalam menekan emisi di negaranya dapat dilakukan dengan mekanisme pembangunan bersih atau CDM (Clean Development Mechanism). Mekanisme ini hanya diikuti oleh negara-negara maju dan berkembang. Mekanisme ini memungkinkan negara maju melakukan investasi di negara berkembang pada berbagai sektor untuk mencapai target penurunan emisinya. Penyebab lain adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi terhadap peningkatan seluruh sektor kebutuhan hidup termasuk kebutuhan akan lahan. Usaha pemenuhan kebutuhan tersebut mendorong terjadinya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman maupun industri. Perubahan penggunaan lahan ini
menyebabkan penurunan
karbon tersimpan pada suatu ekosistem, karena adanya kehilangan yang cepat dari biomas di atas permukaan tanah dan penurunan secara gradual pada bahan organik tanah.
2
Dampak konversi hutan ini baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses fotosintesis akibat munculnya lahan yang dipenuhi bangunan-bangunan dan aspal sebagai pengganti tanah atau rumput. Meskipun laju fotosistesis pada lahan pertanian dapat menyamai laju fotosintesis pada hutan, namun jumlah karbon yang terserap lahan pertanian jauh lebih kecil. Selain itu, karbon yang terikat oleh vegetasi hutan akan segera dilepaskan kembali ke atmosfer melalui pembakaran, dekomposisi sisa panen maupun pengangkutan hasil panen. Masalah utama yang terkait dengan alih guna lahan adalah perubahan jumlah karbon tersimpan yang semakin lama semakin berkurang. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai tahun 2007 akan memberikan referensi untuk mengetahui seberapa besar perubahan karbon tersimpan diatas dan dibawah tanah pada suatu penutupan/penggunaan lahan.
1.2 Tujuan Mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 sampai 2007 dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan.
1.3 Asumsi/ Keterbatasan Penelitian 1. Jumlah titik C-organik pada wilayah penelitian terbatas. 2. Data C-organik periode tahun 1978-1989 diperoleh dari arsip tanah dan laporan penelitian. Analisis penutupan/penggunaan lahan diwakili oleh Citra tahun 1989 3. Lokasi titik contoh untuk analisis C-organik tahun 1989 dengan 2007 tidak persis sama. 4. Lokasi titik
C-organik tidak diambil pada semua poligon
penutupan/penggunaan lahan dengan poligon jenis tanah yang sama. 5. Data berat jenis kayu untuk penentuan biomassa diasumsikan sama untuk semua jenis pohon yaitu sebesar 0,61 gr/cm3.
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbon Tersimpan 2.1.1. Definisi Karbon Tersimpan Keseluruhan kandungan karbon yang terdapat didalam biomassa dan didalam tanah disebut C-Stock atau karbon tersimpan (Murdiyarso, 1994). Karbon tersimpan merupakan salah satu indikator dalam pengelolaan lahan untuk menjaga produktifitas lahan dan perubahan lingkungan global. Karbon tersimpan juga diartikan sebagai faktor pengontrol utama terhadap pengelolaan tanah dan juga merefleksikan kesuburan tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesuburan tanah (Collins et al., 1999). Komponen karbon tersimpan terdiri dari karbon tersimpan di atas permukaan tanah dan karbon tersimpan di bawah permukaan tanah. Karbon tersimpan di atas permukaan tanah terdiri dari tanaman hidup (batang, cabang, daun, tanaman menjalar, tanaman epifit, dan tumbuhan di bawahnya) dan tanaman mati (pohon tumbang, pohon mati berdiri, daun, cabang, ranting, bunga, buah yang gugur, atau sisa pembakaran). Sedangkan karbon tersimpan di bawah permukaan tanah meliputi akar tanaman hidup maupun mati, organisme tanah dan bahan organik tanah. Karbon tersimpan pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya (Hairiah et al., 2001). Biomassa berasal dari kata bio yang artinya hidup dan massa yang artinya berat, sehingga biomassa dapat diartikan sebagai bobot bahan hidup. Brown (1999) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan hidup di atas permukaan tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering tanur ton per unit area. Komponen biomassa di atas tanah sering diukur karena merupakan bagian terbesar dari jumlah total biomassa. Tumbuhan banyak menyimpan karbon pada bagian atas permukaan tanah dan hanya bagian kecil tersimpan di akar dan biaya untuk perhitungan biomassa akar cukup besar (Brown, 1999). Karbon tersimpan organik tanah berhubungan erat dengan bahan organik tanah (Van et al.,1995 dalam Hairiah et al., 2001). Bahan Organik mempunyai arti penting bagi kesuburan tanah terutama pada top soil. Bahan Organik tersebut merupakan sumber nutrisi dan energi bagi organisme tanah, sehingga akan
4
dikonsumsi dan didekomposisikan. Hasil dari dekomposisi oleh organisme tanah ini berupa hara yang mampu meningkatkan kesuburan tanah. Dekomposisi bahan organik merupakan proses perubahan dari serasah menjadi humus melalui aktifitas mikroorganisme tanah (Soepardi, 1983). Bahan organik tanah sangat penting untuk keberlanjutan produksi tanaman seperti penyediaan N dan P melalui mineralisasi, detoksifikasi Al serta memelihara struktur tanah.
2.1.2. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan Telah banyak studi mengenai karbon tersimpan yang tersimpan pada hutan dan kebun campuran (agroforestri), diantaranya studi kemampuan penyimpanan karbon pada kebun campuran yang dilakukan oleh Yuly (2003) di Desa Karacak, Leuwiliang Kabupaten Bogor. Menurut Yuly (2003), karbon tersimpan yang dihasilkan dari pengelolaan kebun campuran yang terdiri dari jenis buah-buahan, berkisar 21,31-80,78 ton C/ha. Keadaan ini di pengaruhi oleh beberapa pohon yang memiliki diameter yang cukup besar, kerapatan pohon dan sistem pengelolaan yang berbeda-beda. Perubahan hutan untuk lahan pertanian membuat karbon tersimpan tanahnya berkurang. Hal ini umumnya disebabkan oleh manajemen pertanian seperti pemindahan sisa melalui pemanenan atau pembakaran dan pengelolaan tanah. Kandungan C dari tanah pertanian umumnya habis oleh periode masa tanam yang terus berulang sekitar 20-50 % dari kondisi aslinya. Perpindahan karbon dari tanah menyebabkan degradasi yang hebat pada penambahan konsentrasi CO2 (Toughton et al., 1983 dalam Collins et al., 1999) Perubahan penggunaan lahan (pemotongan pohon) dengan membakar biomassa di atas permukaan tanah dapat mengurangi total C sekitar 66% bila dibandingkan dengan pemotongan pohon tanpa membakarnya, kehilangannya relatif kecil yaitu sebesar 22%. Dalam plot tanpa bakar, beberapa karbon tersimpan dari vegetasi asli masih tersisa dan keberadaannya sebagai cabang/ranting yang besar (pada permukaan tanah), batang pohon, dan beberapa pepohonan yang dibiarkan (Hairiah et al., 2001). Gambaran jumlah karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan No Sistem penggunaan lahan Karbon tersimpan (Ton/ha) 1
Hutan primer
356
2
Hutan skunder
93,2
3
Agroforestri kompleks(permanen)
89,2
4
Agroforestri kompleks (rotasi)
89,2
5
Agroforestri sederhana
74,3
6
Padang rumput
1,97
Sumber : Hairiah et al, 2001
2.1.3. Pengukuran Karbon Tersimpan Besarnya biomassa digunakan untuk memperkirakan karbon tersimpan, karena sekitar 50 % dari biomassa adalah karbon. Untuk mengukur besarnya karbon tersimpan diatas permukaan tanah digunakan persamaan alometrik, dengan menduga volume dari suatu pohon berdasar pengukuran dari diameter dan tinggi pohon (Hairiah et al., 2001). Sedangkan besarnya karbon tersimpan di bawah permukaan tanah dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Bahan organik tanah mengandung 55% karbon organik tanah. Pengukuran besarnya karbon tersimpan dibawah permukaan dapat dilakukan, antara lain dengan menggunakan model Century (Hairiah et al., 2001). Parameter dan metode pengukuran biomassa yang biasa digunakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter-Parameter Biomassa Di Atas Tanah dan Metode Pengukurannya Parameter Metode Tumbuhan bawah
Destruktif
Serasah kasar dan halus
Destruktif
Arang dan abu
Destruktif
Tumbuhan berkayu
Destruktif
Pohon-pohon hidup
Non-destruktif, persamaan alometrik
Pohon mati masih berdiri
Non-destruktif, persamaan alometrik
Pohon mati sudah roboh
Non-destruktif, rumus silinder
Tunggak pohon
Non-destruktif,rumus silinder
6
Sumber : Hairiah et al, 2001
2.2. Penutupan/Penggunaan Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda-benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Arsyad, 2000). Penggunaan lahan adalah segala macam kegiatan penggunaan lahan baik secara alami atau kegiatan manusia pada sebidang tanah (Vink, 1975). Sedangkan penutupan lahan dibedakan atas vegetasi dan non-vegetasi. Pengunaan lahan adalah penggunaan lahan utama atau penggunaan utama dan kedua (apabila penggunaan berganda) dari sebidang lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan sebagainya, sehingga lebih meningkatkan pemanfaatan oleh masyarakat (Sitorus, 2004). Perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi seperti hutan menjadi pemukiman dapat merubah albedo dan jumlah sinar matahari yang dapat diserap oleh permukaan tanaman, selain itu juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim secara global (Hairiah et al, 2001).
2.3. Data Penginderaan Jauh Landsat Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand Kiefer, 1997). Data penginderaan jauh adalah hasil keluaran dari sub sistem perolehan data di dalam sistem penginderaan jauh. Produk data penginderaan jauh berupa data digital dan data analog (Sutanto, 2000). Data digital penginderaan jauh adalah data hasil rekaman penginderan jauh dalam bentuk angka. Data tersebut mencerminkan nilai spektral obyek yang direkam oleh sensor, baik yang bersumber dari tenaga pantulan saja maupun tenaga pancaran dari benda. Karena nilai spektral ini direkam dalam bentuk angka, sering disebut nilai digital. Nilai spektal ini direkam dalam sel-sel kecil berukuran sama yang mencerminkan resolusi spasial yang disebut pixel. Oleh karena itu nilai spektral juga di sebut nilai pixel (Sutanto, 2000).
7
Data analog penginderaan jauh adalah data penginderaan jauh yang direkam dalam bentuk gambar. Data analog ini dibedakan atas data visual/dimensional (grafik/garis) dan data visual dua dimensional (citra penginderaan jauh) (Sutanto, 2000). Landsat adalah satelit sumberdaya bumi yang pada awalnya bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) yang diluncurkan pertama kalinya tanggal 23 Juli 1972 yang mengorbit hingga 6 Januari 1978. Tepat sebelum peluncuran ERTS-2 tanggal 22 Juli 1975, NASA (National Aeronautic and Space Administration) secara resmi menangani program ERTS menjadi program Landsat, sehingga program ERTS-1 dan ERTS-B menjadi Landsat 1 dan Landsat 2. Peluncuran Landsat 3 pada tanggal 5 Maret 1978. Landsat 1, 2 dan 3 memiliki kesamaan parameter orbit. Ketinggian memotret wilayah/daerah/obyek dengan interval waktu 18 hari. Landsat 4 dan 5 diluncurkan pada bulan Juli 1982 dan Maret 1984, sedangkan untuk Landsat 6 diluncurkan pada bulan Februari 1993, tetapi tidak mencapai orbit dan jatuh ke laut (Purwadhi, 2001). Landsat 1, 2 dan 3 memiliki 4 saluran sensor MSS tidak memiliki saluran termal, sedangkan Landsat 4 dan 5 di samping 4 sensor MSS ditambah sensor TM (Thematic Mapper) dan ETM (Enhance Thematic Mapper). Untuk Landsat 6, ditambah pula saluran termal (10,4-12,6µm). Sensor ETM merupakan pengembangan dari sensor TM dengan menambah saluran pankromatik (0,500,90 µm), yang didesain mempunyai resolusi spasial 15 x 15 meter (Purwadhi, 2001). Landsat 7 adalah satelit paling akhir dari Program Landsat, diluncurkan pada tanggal 15 April 1999. Tujuan utama Landsat 7 adalah untuk memperbarui citra satelit, menyediakan citra yang up-to-date dan bebas awan. Meski program Landsat merupakan program yang dikelola oleh NASA, data dari Landsat 7 dikumpulkan dan didistribusikan oleh USGS. Instumen utama Landsat 7 adalah Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+). Band pankromatik memiliki resolusi spasial 15 meter Full aperture, 5% kalibrasi radiometrik absolut dengan kanal inframerah
termal
dengan
resolusi
spasial
60
meter
(http://id.wikipedia.org/wiki/Landsat_7, 16 april 2008). Karakteristik saluran citra Landsat TM disajikan pada Tabel 3.
8
Tabel 3. Saluran Citra Landsat TM Saluran Kisaran Geombang (µm) 1 0,45 - 0,52
Kegunaan Peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi.
2
0,52 - 0,60
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak diantara dua saluran spektral serapan klorofil. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan penilaian kesuburan.
3
0,63 - 0,69
Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras antara kenampakan vegetasi dan non-vegetasi.
4
0,76 - 0,90
Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
5
1,55 - 1,75
Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah.
6
2,08 - 2,35
Pemisah formasi batuan
7
10,40 - 12,50
Saluran inframerah termal bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisah kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas.
Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1997
9
2.4. Interpolasi Titik Suatu perangkat teknik dan algoritma yang dipergunakan untuk menduga nilai atribut untuk area yang tidak disampel. Contoh teknik ini antara lain IDW (Inverse Distance Weight) dan Kriging. Ilustrasi yang dipakai dalam perhitungan dengan teknik IDW disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ilustrasi Perhitungan IDW (Sumber: Barus, 2005)
10
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan kadar C-organik tanah dilakukan di Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian terletak di sebagian kabupaten Bogor dan sebagian kabupaten Cianjur yang terdiri dari Kecamatan Cisarua, Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Sukaresmi. Penelitian berlangsung dari bulan Juni 2007 sampai Januari 2008.
3.2. Bahan Dan Alat Pada penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah (i) data lapang berupa pengambilan contoh tanah untuk penentuan kadar C-organik pada masing-masing penggunaan lahan, (ii) pengukuran diameter batang setinggi dada (1,3m), tinggi pohon, tinggi krone dan diameter kanopi untuk penentuan biomassa dan (iii) data citra Landsat TM tahun 1989 dan Landsat ETM tahun 2007 digunakan untuk mengetahui perubahan luasan lahan. Data sekunder yang digunakan meliputi Peta Tanah Semi Detail DAS Ciliwung Hulu dan DAS Citarum Tengah III yang dikeluarkan oleh PPT tahun 1992 dan 1980, Peta RBI lembar Cisarua, Cugenang, Cianjur dan Cipanas. Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat komputer, perangkat lunak ERDAS IMAGINE 8.6, Arc View versi 3.3, Arc GIS versi 9.2 dan GPS untuk pengolahan citra dan pemasukan. Penentuan biomassa pada hutan dan kebun campuran dilakukan dengan menggunakan vertex, transponder III (dapat dilihat pada Gambar 2) dan meteran. Untuk pengambilan contoh tanah digunakan bor tanah.
11
3.3. Metode Penelitian Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan data, tahap analisis citra digital, tahap analisis perubahan penutupan/penggunaan lahan dan tahap pengukuran karbon tersimpan.
3.3.1. Tahap Persiapan Dan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa peta tanah semi detail skala 1 : 50.000 tahun 1980 dan 1992, peta RBI skala 1 : 25.000, citra satelit (citra Landsat). Untuk data primer seperti citra landsat dibuat mosaik, kemudian dipotong sesuai daerah penelitian.
3.3.2. Tahap Analisis Citra Digital Kegiatan utama yang dilakukan pada analisis citra digital adalah koreksi geometri, klasifikasi penggunaan/penutupan lahan dan pengecekan lapang.
3.3.2.1. Koreksi Geometrik Kegiatan ini juga sering dinamakan rektifikasi. Kegiatan yang dilakukan adalah memperbaiki kemencengan, rotasi dan perspektif citra sehingga orientasi, projeksi dan anotasinya sesuai dengan yang ada pada peta. Koreksi geometri terdiri dari koreksi sistematik (karena karakteristik alat) dan non sistematik (karena perubahan posisi penginderaan). Proses ini memerlukan ikatan yang disebut titik kontrol medan (ground control point/GCP). GCP tersebut dapat diperoleh dari peta, citra yang telah terkoreksi atau tabel koordinat penjuru. GCP kemudian disusun menjadi matriks transformasi untuk rektifikasi citra. Titik-titik yang dijadikan kontrol pada citra harus jelas dan mudah dikenali. Titik-titik kontrol dalam studi berada di sekitar aliran tubuh air/sungai/danau, jalan raya, sudut-sudut bangunan, dan tanah kosong yang terlihat jelas pada citra dan peta referensi. Akurasi koreksi geometri ditunjukan dengan nilai RMS-error ( root mean square-error) yang menunjukkan tingkat ketepatan pengambilan titik terhadap peta rupabumi yang digunakan. Semakin kecil nilai RMS – error ketepatan titik GCP semakin tinggi. Untuk menguji keakuratan citra hasil koreksi geometrik,
12
maka dihitung besar penyimpangan terhadap peta referensi. Citra hasil koreksi geometrik dapat diterima apabila penyimpangan posisi tidak melebihi satu pixel. Dalam penelitian ini, untuk citra tahun 1989 tidak dilakukan koreksi geometri karena citra nya sudah terkoreksi. Hal ini berbeda dengan citra tahun 2007, yang berdasarkan koreksi geometri diperoleh nilai RMS-error nya sebesar 0,0075. Perhitungan nilai RMS-error dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut : RMS-error = √(X-x) + (Y-y) dimana : X dan Y = Koordinat citra keluaran (output) x dan y = Koordinat citra asli (input)
3.3.2.2. Klasifikasi Pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan penggunaan lahan diakukan dengan menggunakan klasifikasi terbimbing. Klasifikasi terbimbing merupakan proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk setiap kategori penutupan lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi. Pada klasifikasi ini digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis numerik, sedangkan pengenalan polanya merupakan proses otomatis dengan bantuan komputer. Konsep penyajian datanya adalah dalam bentuk numeris/grafik atau diagram. Sebelum melakukan klasifikasi, informasi tematik yang ingin diperoleh harus dibagi ke dalam kelas-kelas. Penentuan kelas klasifikasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan proses klasifikasi. Untuk pengklasifikasian lahan, penutupan/penggunaan lahan dikelaskan menjadi sebelas kelas yaitu hutan, pemukiman, perkebunan teh, sawah, tegalan, semak, kebun campuran, lahan terbuka, tubuh air, awan dan bayangan awan. Klasifikasi terbimbing didasarkan pada pengenalan pola spektral (spectral pattern recognition ) yang terdiri atas tiga tahap, sebagai berikut :
13
1. Tahap Training Sample Analisis ini dilakukan dengan menyusun “kunci interpretasi” dan mengembangkan secara numerik spektral untuk setiap kenampakan dengan memeriksa batas daerah (training area). Training area yang diambil untuk pengkelasan sebanyak 20 training area dengan kombinasi band 5 4 2 untuk 11 kelas. 2 Tahapan Klasifikasi Setiap pixel pada serangkaian data citra dibandingkan setiap kategori pada kunci interpretasi numerik, yaitu menentukan nilai pixel yang tak dikenal dan paling mirip dengan kategori yang sama. Perbandingan tiap pixel citra dengan kategori
pada
interpretasi
citra
dikerjakan
secara
numerik
dengan
menggunakan berbagai metode klasifikasi yang terdiri dari jarak minimum rata-rata kelas, parallelepiped, kemiripan maksimum, dan pada penelitian ini menggunakan metode klasifikasi kemungkinan maksimum (maximum Likehood Clasification). Keuntungan teknik ini adalah hasil klasifikasinya lebih teliti dibandingkan teknik /metode yang lainnya. Nilai kappa digunakan untuk menghitung akurasi hasil klasifikasi dengan menghitung kebenaran jumlah pixel yang termasuk nilai omisi ( jumlah pixel yang diklasifikasikan menjadi kelas lain) dan nilai komisi (jumlah pixel dari kelas lain yang termasuk kelas ini ). Nilai kappa total pada citra tahun 1989 adalah 0,889 sedangkan pada citra tahun 2007 sebesar 0,874. Nilai kappa masing-masing penutupan/penggunaan lahan disajikan pada Lampiran 7. 3. Tahap Keluaran Hasil matrik dideliniasi sehingga terbentuk peta penggunaan lahan dan dibuat matrik luasan, kemudian dibuat tabel matrik luas berbagai
tipe
penutupan/penggunaan lahan.
3.3.2.3. Pengecekan Lapangan Pengecekan lapang dilakukan untuk mencocokkan hasil klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan dengan bantuan GPS. Selain itu, juga dilakukan untuk memastikan penggunaan lahan yang berada di bawah tutupan awan pada citra.
14
3.3.3. Analisis Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Pada tahap ini peta penutupan/penggunaan lahan hasil pengolahan citra Landsat tahun 1989 di overlay dengan peta penutupan/penggunaan lahan hasil pengolahan
citra
Landsat
tahun
2007
untuk
mendapatkan
perubahan
penutupan/penggunaan lahan.
3.3.4. Pendugaan Karbon Tersimpan Karbon tersimpan di daerah penelitian terbagi menjadi karbon tersimpan di atas permukaan dan karbon tersimpan dalam tanah. Tahap ini dilakukan pada beberapa lokasi, sebagaimana disajikan pada Lampiran 1.
3.3.4.1. Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan Pengukuran karbon biomassa tersimpan bagian atas dilakukan dengan menghitung nilai dari biomassa yang didapat dari persamaan alometrik dengan menggunakan diameter pohon setinggi dada yang berukuran 1,3 m dengan tinggi pohon di lapang. Persamaan allometrik yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = Epx{-2,4090+0,9522*[Ln(DBH2)*H*S]} dimana : Y
: Biomassa Pohon (Kg)
DBH : Diameter Setinggi Dada (cm) H
: Tinggi (m)
S
: Berat Jenis Kayu = 0,61 g/cm3 Untuk menghitung jumlah karbon biomassa tersimpan digunakan
persamaan : KTP = Y * 0,5 Keterangan KTP
: Karbon Biomassa Tersimpan (Ton/Ha)
15
Gambar 2. Pengukuran Biomassa Pohon di Lapang Pengukuran biomassa pohon dilakukan pada penggunaan lahan hutan dan kebun campuran pada plot berukuran 30 m x 30 m. Jumlah plot contoh yang diambil sebanyak tiga plot untuk masing-masing penutupan/penggunaan lahan tersebut. Besaran yang diukur adalah tinggi percabangan dan diameter setinggi dada disajikan pada Lampiran 5 dan 6.
3.3.5.2. Karbon Tersimpan Pada Tanah Penentuan karbon tersimpan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah secara komposit pada penggunaan lahan hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, semak, sawah, tanah terbuka dan tegalan dengan 5 titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Data C-organik tahun 1989 diperoleh dari data arsip tanah, yaitu dari laporan survei dan penelitian pada periode tahun 1978-1989 yang disajikan pada Lampiran 2, sedangkan pada tahun 2007 disajikan pada Lampiran 3. Bobot isi tanah di lokasi penelitian diperoleh dari laporan penelitian.
16
Gambar 3. Plot Pengambilan Contoh Tanah Data C-organik yang sudah diplotkan menurut lokasinya di lapang, kemudian dilakukan interpolasi titik menggunakan IDW (Invers Distance Weight) untuk memperoleh data permukaan dari C-organik tanah pada kawasan penelitian dengan resolusi 30 m x 30 m. Untuk mendapatkan data karbon organik tanah tersimpan digunakan persamaan dibawah ini: KOT = % C-organik x BI x D Keterangan : KOT
: Karbon Organik Tanah Tersimpan (ton/ha)
% C-organik : Kadar C-organik Tanah (%) BI
: Bobot Isi Tanah (g/cm3)
D
: Kedalaman Tanah (m) Data Bobot isi tanah diperoleh dari laporan hasil penelitian yang disajikan
pada Lampiran 4. Data spasial dari bobot isi dibuat berdasarkan jenis tanah di daerah penelitian dengan resolusi 30 m x 30 m. Bobot isi tanah yang digunakan adalah dari jenis-jenis tanah andisol dan non-andisol. Tanah andisol dengan kedalaman 0-30 cm dan kedalaman 30-60 cm memiliki kisaran bobot isi tanah masing-masing sebesar 0,80 g/cm3 dan 0,85 g/cm3, untuk tanah non-andisol memiliki kisaran bobot isi masing-masing 1,00 g/cm3 dan 1,01 g/cm3 masingmasing pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Untuk menghitung karbon organik tersimpan dalam kawasan dilakukan dengan persamaan :
17
KTK = KOT x A Keterangan : KTK = Karbon tersimpan kawasan (Mt) KOT = Karbon Organik Tersimpan (ton/ha) A
= Luas Penutupan/penggunaan Lahan (ha) Pendugaan karbon tersimpan kawasan didalam tanah diperoleh dari hasil
perkalian
data
karbon
organik
tanah
tersimpan
dengan
luas
penutupan/penggunaan lahan.. Proses ini dilakukan dengan pembuatan model spasial pada ERDAS IMAGINE 8.6 yang terdapat dalam feature model maker, sehingga diperoleh data karbon tersimpan untuk seluruh daerah penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengetahui berapa banyak karbon tersimpan pada masing-masing penggunaan lahan, dengan cara recoding setiap penggunaan lahan, kemudian dihitung jumlah piksel masing-masing penutupan/penggunaan lahan yang meliputi hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, sawah, semak, tanah terbuka dan tegalan. Jumlah karbon tersimpan setiap penggunaan lahan merupakan jumlah pixel dari kelas penggunaan lahan tersebut. Analisis
perubahan
karbon
organik
tersimpan
dilakukan
dengan
membandingkan karbon organik tersimpan pada tahun 1989 terhadap karbon organik tersimpan pada tahun 2007. Analisis dilakukan pula dengan membandingkan perubahan penutupan/penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai 2007.
18
Citra Landsat 1989 Terkoreksi
Citra Landsat 2007 Terkoreksi
Kombinasi Band
Klasifikasi Terbimbing Cek Lapang Nilai Akurasi Total dan Nilai Kappa > 85%
Tidak
Ya
Raster Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989
Raster Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989
Konversi Raster-Vektor
Vektor Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989
Vektor Penutupan/ Penggunaan Lahan 2007 Tumpang Tindih
Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan 1989-2007 Gambar 4. Tahap Analisis Citra Digital
19
Data Biometri (DBH, Tinggi) Persamaan Alometrik (Winrock,1997) Biomassa (t/ha) Biomassa*0,5 Karbon Biomassa Tersimpan (Ton/ha)
Citra Landsat Tahun 1989 dan 2007 Ekstraksi Luas Penutupan/ penggunaan lahan (ha)
Karbon Tersimpan Kawasan Pada Pohon (Mt)
Gambar 5. Tahap Pendugaan Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan
20
Data C-Organik Tahun 1989
Data C-Organik Tahun 2007
Pengambilan Contoh Tanah
Laporan Survei dan Penelitian Tahun 1978-1991
Peta Titik %C-Organik Tanah
Interpolasi Titik
Data Permukaan Karbon Organik Tanah BI (g/cm3) Masing-masing Jenis tanah Karbon Organik Tersimpan (t/ha)
Citra Landsat Tahun 1989 dan 2007
Luas Penutupan/ penggunaan lahan (ha)
Karbon Organik Tersimpan Kawasan (Mt)
Gambar 6. Tahap Pendugaan Karbon Tersimpan Dalam Tanah
21
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian Lokasi daerah penelitian terletak diantara sebagian DAS Ciliwung Hulu, sebagian DAS Citarum Tengah III dan sebagian Pegunungan Gede Pangrango. Lokasi penelitian terletak diantara garis lintang dan bujur: 1060 56’55” – 1070 05’05” BT dan 60 40’41” - 60 48’49” LS dan dicakupi oleh Peta RBI skala 1 : 25.000, Lembar Cisarua, Lembar Cugenang, Lembar Cianjur, lembar Cipanas dan Lembar Gunung Putri. Daerah penelitian, di sebelah timur dibatasi oleh DAS Citarum Tengah, sebelah barat dibatasi oleh Gunung Gede Pangrango, sebelah utara dibatasi oleh DAS Ciliwung Hulu. Secara administratif lokasi penelitian terletak di 4 Kecamatan yang terdiri dari 16 kelurahan yang tersebar di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Sukaresmi, yang terletak pada Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, propinsi Jawa Barat yang meliputi luas areal ± 13.285 ha.
Gambar 7. Peta Daerah Penelitian
22
4.2. Kondisi Fisik 4.2.1. Topografi Dan Penutupan / Penggunaan Lahan Daerah penelitian meliputi daerah datar, agak datar sampai berombak, berombak sampai bergelombang, berbukit sampai bergunung di sekitar Gunung Gede – Pangrango. Secara fisiografis daerah penelitian dapat dibagi menjadi (1) daerah dataran/cekungan, (2) daerah berombak sampai bergelombang, (3) daerah bergelombang sampai berbukit, dan (4) daerah Berbukit sampai bergunung. Kemiringan lereng berkisar dari ≤ 8 %, 8 – 15 %, 15 – 25 %, 25 – 40 % dan ≥ 40 %. Peta kemiringan lereng daerah penelitian disajikan pada Gambar 8, sedangkan kenampakan tiga dimensinya disajikan pada Gambar 9.
Gambar 8. Peta Kelas Lereng Daerah Penelitian
23
Gambar 9. Kenampakan 3-D Daerah Penelitian (Sumber : Google earth) Penggunaan lahan di daerah penelitian sebagian besar didominasi oleh kebun campuran dan hutan. Selain itu, penggunaan lahan lainnya meliputi tegalan (hortikultur), pemukiman, perkebunan teh, sawah, semak dan lahan terbuka (Lampiran 9). Definisi dari masing-masing penggunaan lahan diuraikan di bawah ini. •
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan
lingkungannya, yang
dalam persekutuan alam
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(www.dephut.go.id/26 April 2008). •
Kebun Campuran adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologiteknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada (Lundgren dan Raintree 1982, dalam Hairiah, 2003).
•
Tegalan adalah usaha pertanian tanah kering yang intensitas penggarapannya dilaksanakan secara permanen (www.dephut.go.id/26 April 2008).
24
•
Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan),
dan
saluran
untuk
menahan/menyalurkan
air
(www.deptan.go.id/26 april 2008). •
Perkebunan Teh adalah areal/bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman teh dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon (www.dephut.go.id/26 April 2008).
•
Pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang atau kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi alam dan sosial kemasyarakatan sekitar (www.dephut.go.id/26 April 2008).
•
Semak adalah tipe vegetasi kecil atau kerdil yang tumbuh tidak lebih tinggi daripada perdu,dan tidak bernilai komersial. Bisa merupakan areal bekas tebangan atau bekas perladangan yang ditinggalkan (www.dephut.go.id/26 April 2008).
•
Tanah Terbuka adalah areal tanah/bidang-bidang tanah yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, baik kegiatan non pertanian maupun pertanian (www.dephut.go.id/26 April 2008).
4.2.2. Iklim dan Curah Hujan Secara umum wilayah penelitian termasuk tipe iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga masih dapat dibedakan antara musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan biasanya terjadi pada saat angin muson barat mulai dari bulan November sampai bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi pada saat muson timur yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, daerah penelitian masuk dalam tipe iklim Af yaitu iklim hujan tropik yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata tahunannya lebih dari 2.000 mm, hujan sering disertai petir/kilat (thunderstorm), suhu udara berkisar antara 20-300 C, dan biasanya pada dini hari terdapat kabut atau embun dengan suhu titik embun 15-200 C. Berdasarkan pengamatan dari beberapa stasiun cuaca, daerah penelitian memiliki rata-rata curah hujan tahunan antara 1.372 mm hingga mencapai 4.473 mm. Peta curah hujan daerah penelitian disajikan pada Gambar 10.
25
Gambar 10. Peta Curah Hujan Daerah Penelitian
4.2.3. Jenis Tanah Berdasarkan Pemetaan Tanah Tinjau Mendalam skala 1 : 50.000 yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah (PPT), satuan tanah di daerah penelitian dibedakan menjadi Asosiasi Typic Hapludands dan Typic Tropopsaments (USDA, 1992), Alluvial Eutrik, Regosol Distrik dan Eutrik, Kambisol Distik dan Eutrik, Andosol Distrik, Latosol Argilik Distrik, Latosol Kambik Distrik, Mediteran Argilik , Mediteran Kambik, dan Podsolik Argilik (PPT, 1980). Dari klasifikasi tersebut, dilakukan pemadanan nama tanah di daerah penelitian ke dalam Sistem Klasifikasi USDA (1994) menjadi Inceptisol, Entisol, Andosol, Ultisol dan Alfisol. Bahan induk daerah penelitian terdiri dari bahan vulkan baru yang berasal dari letusan gunung Gede Pangrango, batuan satuan breksi tufaan, marl, deposit kipas alluvial dan kolovial. Sebaran jenis tanah disajikan pada Gambar 11.
26
Gambar 11. Peta Tanah Daerah Penelitian 3.3.
Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di daerah penelitian adalah sebesar 443.672 jiwa, terdiri
dari penduduk perempuan 217.196 jiwa dan penduduk laki-laki 226.476 jiwa. Penduduk tersebut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua (93.661 jiwa), Kecamatan Pacet (182.278 jiwa), Kecamatan Cugenang (92.276 jiwa) dan Kecamatan Sukaresmi (75.457 jiwa). Dari segi kepadatan, Kecamatan Pacet merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk (Jabar.bps.go.id/ 30 juli 2007).
1.627 jiwa/km2.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penutupan /Penggunaan Lahan Daerah Puncak -Cianjur Hasil klasifikasi citra Landsat TM tahun 1989 menunjukkan bahwa tipe penutupan lahan yang paling dominan di Kawasan Puncak Cianjur pada saat itu adalah hutan, yang mencakup areal seluas hampir 5.616 ha atau 42,27% dari total area daerah penelitian (Gambar 12). Sementara itu, hasil klasifikasi citra Landsat ETM kawasan Puncak Cianjur pada tahun 2007 yang ditunjukan dalam Gambar 13, menunjukan penutupan/penggunaan lahan lebih didominasi oleh kebun campuran dengan luas areal 5.419 ha atau sekitar 40,79 % dari total area daerah
penelitian.
Penggunaan/penutupan
lahan
lainnya
adalah
sawah,
pemukiman, tegalan, semak, tanah terbuka dan kebun teh dengan luas masingmasing terdapat pada Tabel 4. Peta penutupan/penggunaan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1989 dan 2007 disajikan pada Gambar 12 dan 13.
Gambar 12. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989
28
Gambar 13. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2007 5.2. Perubahan Penutupan /Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya yang diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan penutupan/penggunaan lahan di daerah Puncak-Cianjur pada periode 1989 sampai 2007 mengindikasikan adanya aktivitas konversi penggunaan lahan seperti hutan menjadi lahan pertanian maupun menjadi nonpertanian.
Perubahan
penutupan/penggunaan
lahan
di
daerah
penelitian
berdasarkan hasil analisis citra tahun 1989 dan 2007 disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 14, sedangkan matrik perubahan penutupan/penggunaan lahan disajikan pada Lampiran 8.
29
Tabel 4. Luas Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989 Dan 2007 Penutupan/Penggunaan lahan Hutan Kebun campuran Kebun teh Pemukiman Sawah Semak Tanah terbuka Tegalan Total
Tahun1989 Tahun 2007 Perubahan Lahan ha % ha % ha % 5.616 42,27 4.962 37,35 -654 -4,92 5.249 39,51 5.419 40,79 170 1,28 549 4,13 593 4,46 44 0,33 401 3,02 1.355 10,20 954 7,18 806 6,07 212 1,59 -594 -4,47 56 0,42 85 0,64 29 0,22 198 1,49 103 0,78 -95 -0,72 411 3,09 556 4,19 145 1,09 13.285 13.285
Sumber : Hasil Analisis SIG
Persentase
8.00
Hutan
6.00
Kebun campuran
4.00
Kebun teh Pemukiman
2.00
Saw ah
0.00
Semak Tanah terbuka
-2.00
Tegalan
-4.00 -6.00 1 Penutupan/Penggunaan Lahan
Gambar 14. Perubahan Penutupan/ Penggunaan Lahan Tahun 1989-2007 Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka masing-masing sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai 2007. Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 29 ha (0,22 %). Kawasan dengan banyak vegetasi terdapat pada daerah dengan sedikit pemukiman. Keberadaan vegetasi yang dominan di beberapa kawasan dimungkinkan karena perkembangan wilayah memusat pada kawasan yang berada pada pusat kota.
30
5.3. Karbon Biomassa Tersimpan di Atas Permukaan Pada penelitian ini pengukuran karbon biomassa tersimpan pada bagian atas menggunakan persamaan alometrik yang menyajikan korelasi terbaik antara dimensi pohon (diameter batang dan tinggi) dengan biomassanya. Hasil perhitungan biomassa dan karbon biomassa disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Penutupan/Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Total
Biomassa(t/ha) 616,63 12,87 629,50
Karbon Biomassa (t/ha) 308,31 6,44 314,75
700.000 600.000 500.000 400.000
Hutan
Ton/ha
Kebun Campuran
300.000 200.000 100.000 0.000 Biomassa(t/ha)
Karbon Biomassa (t/ha)
Gambar 15. Biomassa dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Tabel dan Grafik di atas menunjukan bahwa nilai biomassa dan karbon biomassa pada hutan jauh lebih besar dibandingkan kebun campuran. Hutan memiliki nilai biomassa sebesar 616,63 ton/ha dan karbon biomassa sebesar 308,31 ton/ha, sedangkan kebun campuran memiliki nilai biomassa sebesar 12,87 ton/ha dan karbon biomassa sebesar 6,44 ton/ha. Tingginya nilai biomassa hutan ini dikarenakan hutan memiliki jumlah vegetasi dan kerapatan vegetasi yang jauh lebih
besar
dibandingkan
kebun
campuran.
Jumlah
pohon
pada
penutupan/penggunaan lahan hutan lebih banyak dibandingkan pada kebun campuran. Penutupan/penggunaan lahan hutan pada plot berukuran 30 m x30 m
31
memiliki jumlah pohon berkisar antara 58-70 pohon, sementara jumlah pohon pada penutupan/penggunaan lahan kebun campuran memiliki kisaran 16-23 pohon per luasan 30 m x 30 m. Hasil perhitungan karbon biomassa tersimpan dalam kawasan hutan dan kebun campuran disajikan pada Tabel 6 sedangkan grafik nya disajikan pada Gambar 16.
Tabel 6. Karbon Biomassa Tersimpan Dalam Kawasan Pada Hutan Dan Kebun Campuran Penutupan/ Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Total
1989
2007 Perubahan(Mt)
Luas C-Kawasan(Mt) Luas C-Kawasan(Mt) 5.616 1,731 4.962 1,530 5.249
0,034 1,765
5.419
0,035 1,565
-0,201 0,001 -0,200
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa karbon biomassa tersimpan pohon dalam kawasan hutan dan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt
dari
1,765 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,565 Mt pada tahun 2007.
Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar yaitu 0,011 Mt/tahun, hal ini dikarenakan pengurangan luas hutan masih relatif sedikit yaitu 654 ha selama periode 1989-2007.
1.8 1.6 1.4 1.2 1
1989
Mt
2007
0.8 0.6 0.4 0.2 0 Hutan
Kebun Campuran
Gambar 16. Perubahan Karbon Biomassa Tersimpan Kawasan Hutan dan Kebun Campuran
32
5.4. Karbon Tersimpan Dalam Tanah Karbon tersimpan didalam tanah meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran biomasa akar tetapi hanya bahan organik tanah. Kandungan karbon organik tanah pada bahan organik tanah sekitar 46 % (Hairiah, 2007). Lokasi titik dan nilai karbon organik tanah tahun 1989 dan 2007 pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 X(o BT) 106,9480 106,9490 106,9570 106,9600 106,9750 107,0150 107,0170 107,0280 107,0290 107,0320 107,0430 107,0490 107,0490 107,0540 107,0540 107,0540 107,0560 107,0570 107,0580 107,0610 107,0640 107,0670 107,0690 107,0730 107,0740 107,0750 107,0790 107,0810 107,0860 107,0890 107,0950
Y(o LS) -6,6856 -6,6835 -6,7134 -6,7622 -6,6998 -6,7747 -6,7435 -6,7295 -6,7799 -6,8015 -6,8018 -6,7297 -6,7581 -6,7632 -6,8024 -6,8068 -6,7306 -6,7720 -6,7572 -6,7197 -6,7488 -6,7411 -6,7338 -6,7187 -6,7639 -6,7303 -6,7539 -6,7328 -6,7669 -6,7388 -6,7257
%C-organik (0-30 cm) 5,92 1,92 4,29 3,68 2,47 3,68 5,92 1,92 5,92 5,92 4,33 1,16 5,73 1,34 3,34 3,34 2,74 3,10 5,73 2,03 2,03 2,01 2,43 5,92 1,89 1,16 2,06 2,74 2,17 2,31 2,74
%C-organik (30-60 cm) 1,09 1,37 3,22 3,58 1,02 3,58 1,09 1,37 1,09 1,09 2,56 2,22 4,25 0,93 2,07 2,07 0,84 1,44 4,25 1,06 1,06 2,62 0,77 1,09 0,84 2,22 0,80 0,84 1,36 1,23 0,84
Sumber Siswati, 1991 Siswati, 1991 Siswati, 1991 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978
Sumber : Laporan Survei dan Skripsi setelah dilakukan pembobotan untuk menghitung C-organik tanah pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
33
Nilai karbon organik tanah tahun 1989 seperti terlihat pada Tabel 7 diperoleh dari laporan survey dan skripsi dari tahun 1978-1991, yang kemudian dilakukan pembobotan berdasarkan kedalaman tanah sedangkan data aslinya disajikan pada Lampiran 2. Nilai karbon organik tanah pada tahun 1989 relatif seragam dengan nilai tertinggi 5,92 % dan nilai terrendah 1,16 % pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 cm, nilai karbon organik tanah tertinggi sebesar 4,25 % dan yang terrendah sebesar 0,77 %. Nilai karbon organik tanah paling tinggi terdapat pada penggunaan lahan kebun campuran.
Tabel 8. Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 X(o BT) 106,9480 106,9490 106,9600 106,9717 106,9842 106,9849 106,9989 107,0044 107,0088 107,0292 107,0299 107,0356 107,0410 107,0416 107,0453 107,0456 107,0460 107,0479 107,0481 107,0519 107,0525 107,0540 107,0597 107,0619 107,0622 107,0639 107,0886 107,0950
Y(o LS) -6,6856 -6,6835 -6,7622 -6,7025 -6,7017 -6,7577 -6,7574 -6,7326 -6,7321 -6,7989 -6,7498 -6,7817 -6,7519 -6,7401 -6,7989 -6,7867 -6,7555 -6,7673 -6,7525 -6,7506 -6,7693 -6,8068 -6,7700 -6,7467 -6,7461 -6,7344 -6,7418 -6,7257
%C-organik (0-30 cm) 3,45 3,23 4,00 3,00 4,27 2,77 4,33 2,82 3,32 3,00 3,48 2,51 3,38 2,80 3,63 2,71 5,44 2,19 3,79 1,76 4,81 3,45 1,26 4,38 1,53 1,62 2,61 3,45
Sumber : Data analisis laboratorium 2007
%C-organik (30-60 cm) 2,39 2,54 4,21 0,89 1,13 2,57 2,70 1,52 1,50 1,26 2,19 1,12 3,78 2,62 3,09 1,09 5,40 2,77 1,22 1,31 4,55 2,39 0,98 0,53 0,42 0,98 1,52 2,39
34
Dari Tabel 8, nilai karbon organik tanah pada tahun 2007 memiliki sebaran yang relatif seragam dengan nilai tertinggi 5,44 % dan nilai terrendah 1,26 % pada kedalaman 0-30 cm. Sementara untuk kedalaman 30-60 cm, nilai karbon organik tanah tertinggi sebesar 5,40 % dan yang terrendah sebesar 0,42 %. Nilai karbon organik tanah paling tinggi terdapat pada penggunaan lahan semak. Penutupan/penggunaan lahan semak lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan lain dikarenakan semak tahun 2007 merupakan perubahan dari kebun campuran pada tahun 1989. Selain itu juga semak dengan tipe penutupan/penggunaan lahan yang rapat di permukaan tanah yang dapat mengurangi kehilangan karbon yang disebabkan oleh erosi. 5.4.1. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Data permukaan (surface data) adalah data yang diperoleh dari suatu pendekatan pemodelan implisit untuk menyederhanakan interpolasi data yang tidak beraturan. Hal ini dikarenakan setiap titik yang diketahui akan mempengaruhi hasil, maka sekecil apapun perubahan yang terjadi akan mempengaruhi
hasil
dari
interpolasi
permukaan.
(http://lhncbc.nlm.nih.gov/lhc/docs/published/2001/pub2001037.pdf) Berdasarkan data titik karbon organik tanah, baik dari data tahun 1989 maupun tahun 2007 dibuat data permukaan yang disajikan dalam bentuk spasial. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon organik tanah pada tiap beda jarak 30 m. Selain itu, juga untuk mengetahui sebaran titik pengambilan contoh yang tersebar di kawasan Puncak-Cianjur pada tahun 1989 dan 2007. Data permukaan karbon organik tanah tahun 1989 dan 2007 pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm disajikan pada Gambar 17, 18, 19 dan 20.
35
Gambar 17.Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Pada Kedalaman 0-30 cm Dari Gambar 17 dapat dilihat data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman 0-30 cm. Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,92 % yang umumnya berada pada bagian selatan dan barat daya lokasi penelitian, sedangkan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terendah sebesar 1,16 % yang berada pada bagian utara dan timur lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah kebun campuran, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.
36
Gambar 18.Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Pada Kedalaman 30-60 cm Gambar 18 menunjukan data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman 30-60 cm, warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 4,25 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai karbon organik tanah yang terrendah sebesar 0,77 % yang umumnya berada pada bagian timur laut lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah kebun campuran, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.
37
Gambar 19. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Pada Kedalaman 0-30 cm Dari Gambar 19 dapat dilihat data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman 0-30 cm pada tahun 2007. Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,44 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terrendah sebesar 1,26 % yang umumnya berada pada bagian utara dan tenggara lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah semak, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.
38
Gambar 20. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Pada Kedalaman 30-60 cm Gambar 20 menunjukan nilai karbon organik tanah pada kedalaman 30-60 cm pada tahun 2007. Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,40 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terendah sebesar 0,42 % yang umumnya berada pada bagian timur laut dan barat laut lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah semak, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah tanah terbuka. 5.4.2. Karbon Organik Tanah Tersimpan Kawasan Karbon organik tersimpan kawasan diperoleh dengan cara mengalikan karbon organik tersimpan dengan luasan masing-masing penutupan/penggunaan lahan. Hasil perhitungan karbon organik tersimpan kawasan disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa karbon organik tersimpan kawasan secara keseluruhan pada tahun 1989 lebih besar dibandingkan pada tahun 2007. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan yang tertutup oleh vegetasi yang masih lebih banyak
39
pada tahun 1989 dibandingkan pada tahun 2007. Penutupan/penggunaan lahan yang memiliki karbon organik tersimpan terbesar pada tahun 1989 adalah tegalan, tanah terbuka dan hutan. Sementara pada tahun 2007 penutupan/penggunaan lahan yang memiliki karbon organik tanah tersimpan terbesar meliputi tegalan, hutan dan sawah. Untuk karbon organik tersimpan dalam kawasan dengan nilai tertinggi berada pada penutupan/penggunaan lahan hutan dan kebun campuran. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah luasan penutupan/penggunaan lahannya. Tabel 9 menunjukkan nilai karbon organik tersimpan masing-masing penutupan/penggunaan lahan pada tahun
1989 dan 2007. Tahun 1989 pada
kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm, masing-masing memiliki nilai tertinggi sebesar 141,469 ton/ha dan 81,103 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan tegalan dan sawah, sedangkan untuk nilai yang terendah yaitu 90,111 ton/ha dan 47,149 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan sawah dan semak.. Sementara itu, tahun 2007 pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm nilai karbon organik tersimpan tertinggi pada masing-masing kedalaman sebesar 89,725 ton/ha dan 68,923 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan tegalan dan yang terendah adalah 66,674 ton/ha dan 41,743 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan semak. Secara keseluruhan baik pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm telah terjadi pengurangan jumlah karbon organik tersimpan kawasan dalam selang waktu tahun 1989 sampai 2007. Karbon Organik Tersimpan pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33 ton/ha atau 15,185 ton/ha/tahun sedangkan pada kedalaman 30-60 cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha atau 6,827 ton/ha/tahun, sedangkan untuk karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,512 Mt atau 0,028 Mt/tahun pada kedalaman 030 cm dan 0,201 Mt atau 0,011 Mt/tahun pada kedalaman 30-60 cm.
Tabel 9. Data Karbon Organik Tersimpan Dan Tersimpan Kawasan Tahun 1989 Dan 2007 Penutupan/Penggunaan Lahan Hutan Kebun campuran Kebun Teh Pemukiman Sawah Semak Tanah terbuka Tegalan Total
D(cm) 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60 0-30 30-60
Luas(ha) 5.616 5.249 549 401 806 56 198 411
1989 Ctersimpan(ton/ha) 127,708 78,885 123,670 65,151 127,233 61,348 92,638 68,419 90,111 81,103 94,466 47,149 129,876 75,310 141,469 80,302 927,17 557,67
CKawasan(Mt) 0,717 0,443 0,649 0,342 0,070 0,034 0,037 0,027 0,073 0,065 0,005 0,003 0,026 0,015 0,058 0,033 1,635 0,962
Luas(ha) 4.962 5.419 593 1.355 212 85 103 556
2007 CTersimpan(ton/ha) 88,261 61,795 81,833 53,102 80,427 44,083 82,608 60,123 84,639 55,549 66,674 41,743 81,670 49,456 89,725 68,923 655,84 434,78
CKawasan(Mt) 0,438 0,307 0,443 0,288 0,048 0,026 0,112 0,081 0,018 0,012 0,006 0,004 0,008 0,005 0,050 0,038 1,123 0,761
Perubahan CCTersimpan(ton/ha) Kawasan(Mt) -39,45 -0,279 -17,09 -0,136 -41,84 -0,206 -12,05 -0,054 -46,81 -0,022 -17,27 -0,008 -10,03 0,075 -8,30 0,054 -5,47 -0,055 -25,55 -0,054 -27,79 0,000 -5,41 0,001 -48,21 -0,017 -25,85 -0,010 -51,74 -0,008 -11,38 0,005 -271,33 -0,512 -122,89 -0,201
40
41
5.4.3. Pengaruh Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Terhadap Karbon Tersimpan Kawasan Perubahan penutupan/penggunaan lahan yang terjadi di kawasan Puncak Cianjur secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perubahan jumlah biomassa dan karbon tersimpan kawasan baik di atas maupun didalam tanah. Salah satu contohnya adalah penutupan/penggunaan lahan hutan yang mengalami penurunan luas sebesar 654 ha dari tahun 1989-2007. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah karbon pohon dan karbon organik tersimpan dalam kawasan, yaitu terjadinya penurunan karbon biomassa tersimpan kawasan sebesar 0,201 Mt. Sementara karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,279 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,136 Mt pada kedalaman 30-60 cm. Berdasarkan hasil analisis, secara keseluruhan telah terjadi pengurangan karbon biomassa dan karbon organik tersimpan. Jumlah karbon tersimpan pada masing-masing penggunaan lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan, jenis tanah serta
cara
pengelolaannya. Karbon tersimpan suatu lahan menjadi lebih besar
bila
tingkat kesuburan tanahnya baik. Dengan kata lain, jumlah karbon tersimpan di atas tanah (biomassa pohon) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon yang tersimpan di dalam tanah (Hairiah, 2007).
5.4.4. Karbon Tanah Pada Penutupan/Penggunaan Lahan Yang Sama Berdasarkan hasil matrik perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 dan tahun 2007, diperoleh data penutupan/penggunaan lahan di tahun 1989 yang tetap menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 yaitu hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, sawah, tanah terbuka dan tegalan.
Penutupan/penggunaan lahan hutan Penutupan/penggunaan
lahan
hutan
tahun
1989
menjadi
penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 4.841 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989
42
sebesar 110,08 ton pada kedalaman 0-30 cm sedangkan untuk kedalaman 3060 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 68,00 ton. Sedangkan pada tahun 2007 sebesar 86,11 ton pada kedalaman 0-30cm dan 60,29 ton pada kedalaman 30-60 cm. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan hutan mengalami penurunan sebesar 23,97 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm penurunannya sebesar 7,71 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan kebun campuran Penutupan/penggunaan lahan kebun campuran tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 4.090 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 96,36 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 3060 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 50,77 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 61, 76 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 40,08 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 34,60 ton pada kedalaman 030 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm penurunannya sebesar 10,69 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan kebun teh Penutupan/penggunaan lahan kebun teh tahun 1989
menjadi
penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 481 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 111,47 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 53,75 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 65,24 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 35,76 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan kebun teh mengalami penurunan sebesar 46,23 ton pada kedalaman 0-30 cm,
43
sedangkan pada kedalaman 30-60 cm penurunannya sebesar 17,99 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan pemukiman Penutupan/penggunaan lahan kebun pemukiman 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 401 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 92,64 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 68,42 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 24,45 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 17,79 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan pemukiman mengalami penurunan sebesar 68,19 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm penurunannya sebesar 50,40 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan sawah Penutupan/penggunaan
lahan
sawah
tahun
1989
menjadi
penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 195 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 21,80 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 19,62 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 76,05 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 50,70 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan sawah mengalami peningkatan sebesar 54,25 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm peningkatannya sebesar 31,08 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka Penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 56
44
ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 36,73 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 21,30 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 44,24 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 26,88 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka mengalami peningkatan sebesar 7,51 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm peningkatan sebesar 5,58 ton selama kurun waktu 18 tahun.
Penutupan/penggunaan lahan tegalan Penutupan/penggunaan lahan kebun tegalan tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 279 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 96,03 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman 30-60 memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 54,51 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 44,64 ton, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm sebesar 33,48 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan tegalan mengalami penurunan sebesar 51,39 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman 30-60 cm penurunannya sebesar 21,03 ton selama kurun waktu 18 tahun.
45
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka masing-masing sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai 2007. Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 28 ha (0,22 %) . Berdasarkan hasil analisis, secara keseluruhan karbon tersimpan pohon dalam kawasan hutan dan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt dari 1,765 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,565 Mt pada tahun 2007. Secara keseluruhan baik pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm telah terjadi pengurangan jumlah karbon organik tersimpan kawasan dalam selang waktu tahun 1989 sampai 2007. Karbon Organik Tersimpan pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33 ton/ha sedangkan pada kedalaman 30-60 cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha. Sementara, karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,512 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,201 Mt pada kedalaman 30-60 cm.
6.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengambil lokasi contoh tanah yang sama untuk pengukuran C-organik tanah pada periode yang berbeda untuk masing-masing penutupan/penggunaan lahan.
46
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Jabar.bps.go.id/14k.http://72.14.253.104/search?q=cache:s5hgi9 UZNwEJ:jabar.bps.go.id/+kab.bogor+dalam+angka&hl=id&ct=clnk&cd =10&gl=id (30 juli 2007). Anonim. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Landsat_7(16 april2008). Anonim.2008.http://lhncbc.nlm.nih.gov/lhc/docs/published/2001/pub2001037.pdf Anonim. 2008.http://www.dephut.go.id/halaman/pranalogi_kehutanan/definisi.pdf Anonim. 2008.http://www.google.com/database.deptan.go.id Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. Barus, B. 2005. Kamus SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan 128 diagram. SOTIS. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan . FAPERTA. IPB. Brown, S.L., P. Schroeder, and J.S. Kern.1999. Spasial distribution of biomass in forests of the eastern USA. For. Ecol. Manage. 123-81-90. Collins, H.P., R.L., Bleoins. L.G., Bundy. D.R., Cristenson. W.A., Dick. D.R., Huggins, and T.A., Paul.1999. Soil Carbon Dynamic in Corn Based Agroecosystem : Result from Carbon 13 Natural Abudance. Soil Science Society America Journal 63 : 584-591. Hairiah, K., M.A., Sardjono, S., Sabarnurdin,. 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. Hairiah, K., S.M., Sitompul, M., Van Noordwijk and Cheryl. 2001. Carbon Stock of Tropical Landuse Systems as part of global C balance. Journal. Bogor. Lillesand, T.M., dan R.W.Kiefer., 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Dulbahri. Suharsono. Hartono. dan Suharyadi. penerjemah). 3"d. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Murdiyarso, D.K., K., Hairiah, and M., Van Noorwidjk.1994. Modeling and Measuring Soil Organic Matter Dynamic and Greenhouse Gas Emission after Forest Conversion. Report of workshop training course. August 815 1994. Bogor- Muara Tebo. Purwadhi, S.H., 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
47
Pusat Penelitian Tanah. 1979. Survai dan Pemetaan Tanah DAS Citarum III Padalarang-Jawa Barat. Laporan. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. Pusat Penelitian Tanah. 1980. Peta Tanah Semi Detail DAS Citarum Tengah III Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor Pusat Penelitian Tanah. 1992. Peta Tanah Semi Detail DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor Siswati, T. 1991. Pengklasifikasian Tiga Pedon Andosol Kedalam Order Andisol Di Perkebunan Teh Gn.Mas PTP XII. Cisarua. Bogor. Sitorus, S.R.P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi Ketiga. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. IPB Perss. Sutanto. 2000. Diktat Kuliah Kode 2ª Penginderaan Jauh Dasar. Gadjah Mada University Perss. Yogyakarta. Vink, A.P.A.1975. Landuse: in advancing agriculture. Newyork Spinger Verlag. Yuly. 2003. Prospek Pengelolaan Agroforestry Untuk Tujuan Perdagangan Karbon di Desa Karacak. Kecamatan Leuwiliang. Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.
48
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Tahun 1989 (berdasarkan data C-organik tanah tahun 1978-1989) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
X
Y
107,0730 107,0320 107,0290 107,0170 107,0280 107,0690 107,0640 107,0610 107,0860 107,0580 107,0490 107,0670 107,0560 107,0810 107,0740 107,0540 107,0790 107,0540 107,0890 107,0490 107,0750 107,0570 107,0150 107,0430 107,0950 106,9480 107,0540 106,9490 106,9600 106,9570 106,9750
-6,7187 -6,8015 -6,7799 -6,7435 -6,7295 -6,7338 -6,7488 -6,7197 -6,7669 -6,7572 -6,7581 -6,7411 -6,7306 -6,7328 -6,7639 -6,7632 -6,7539 -6,8024 -6,7388 -6,7297 -6,7303 -6,7720 -6,7747 -6,8018 -6,7257 -6,6856 -6,8068 -6,6835 -6,7622 -6,7134 -6,6998
KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN Kawungluwuk Sukamulya Galudra Sindang Jaya Sindang Jaya Pakuon Pakuon Cibodas Pakuon Ciherang Ciherang Pakuon Cibodas Pakuon Pakuon Ciherang Pakuon Sukamulya Pakuon Gadog Cibodas Ciputri Ciputri Sukamulya Kawungluwuk Tugu Selatan Sukamulya Tugu Selatan Tugu Selatan Tugu Selatan Tugu Selatan
Sukaresmi Cugenang Cugenang Pacet Pacet Sukaresmi Sukaresmi Pacet Sukaresmi Pacet Pacet Sukaresmi Pacet Sukaresmi Sukaresmi Pacet Sukaresmi Cugenang Sukaresmi Pacet Pacet Pacet Pacet Cugenang Sukaresmi Cisarua Cugenang Cisarua Cisarua Cisarua Cisarua
Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Bogor Cianjur Bogor Bogor Bogor Bogor
49
Lampiran 1..(Lanjutan) Tahun 2007 No
X
Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
106,9989 106,9849 107,0481 107,0410 107,0416 107,0619 107,0088 107,0460 107,0519 107,0622 107,0479 107,0886 107,0597 107,0639 107,0356 107,0453 107,0299 107,0456 107,0044 107,0525 106,9717 106,9842 107,0292 106,9490 107,0540 106,9600 107,0950 106,9480
-6,7574 -6,7577 -6,7525 -6,7519 -6,7401 -6,7467 -6,7321 -6,7555 -6,7506 -6,7461 -6,7673 -6,7418 -6,7700 -6,7344 -6,7817 -6,7989 -6,7498 -6,7867 -6,7326 -6,7693 -6,7025 -6,7017 -6,7989 -6,6835 -6,8068 -6,7622 -6,7257 -6,6856
KELURAHAN KECAMATAN
KABUPATEN
Sindang Jaya Cimacan Cipendawa Cipendawa Cipanas Pakuon Cimacan Ciherang Cipendawa Pakuon Ciputri Pakuon Ciputri Cibodas Galudra Sukamulya Sukatani Sukamulya Cimacan Ciputri Tugu Selatan Tugu Selatan Sukamulya Tugu Selatan Sukamulya Tugu Selatan Kawungluwuk Tugu Selatan
Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur Bogor Bogor Cianjur Bogor Cianjur Bogor Cianjur Bogor
Pacet Pacet Pacet Pacet Pacet Sukaresmi Pacet Pacet Pacet Sukaresmi Pacet Sukaresmi Pacet Pacet Cugenang Cugenang Pacet Cugenang Pacet Pacet Cisarua Cisarua Cugenang Cisarua Cugenang Cisarua Sukaresmi Cisarua
50
Lampiran 2. Data C-Organik Tanah Periode Tahun 1978-1989 No
Kedalaman(cm) %C-Organik Sumber Data
1
0-15 15-30 30-50 0-14 14-33 33-55 55-82 0-11 11-36 36-65 0-20 20-40 40-70 0-15 15-70 0-23 23-53 53-71 0-10 10-60 0-43 32-79 0-15 15-37 37-65 0-15 15-33 33-90 0-22 22-51 51-89 0-15 15-30 30-70 0-12 12-45 45-90 0-18 18-45 45-55 55-100 0-15 15-33 33-70
2
3
4
5 6
7 8 9
10
11
12
13
14
15
3,24 1,63 1,16 1,86 1,66 1,25 0,5 3,26 2,29 1,49 2,23 1,23 1,23 2,32 1,21 0,01 4,32 4,27 11,04 4,3 2,33 1,32 2,42 1,16 0,86 2,53 1,24 1,38 2,62 0,85 0,66 1,82 1,96 0,63 1,45 0,69 0,62 1,9 0,99 0,6 0,57 2,66 1,4 1,1
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978 PPT, 1978
PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
PPT, 1978
51
Lampiran 2 ……….(Lanjutan) No Kedalaman(cm) %C-Organik
Sumber Data
16
Siswati, 1991
17
18
0-13 13-20 20-34 34-66 0-12 12-25 25-40 40-58 58-85 0-3 3-16 16-19 19-24 24-70
7,03 3,96 0,68 3,02 6,25 6,16 5,70 3,78 1,62 5,66 3,69 0,52 1,50 0,78
Siswati, 1991
Siswati, 1991
52
Lampiran 3. Data C-Organik Tanah Tahun 2007
H.6302 H.6303 H.6304 H.6305 H.6306 H.6307 H.6308 H.6309 H.6310 H.6311 H.6312
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 B1C1 B1C2 B2C1 B2C2 B3C1
5,5 5,1 4,7 4,6 4,6 4,5 5,5 5,8 5,4 6,3 5,2
Walkley & Black C-org ..(%).. 3.00 0,89 4,27 1,13 3.00 1,26 2,61 1,52 1,26 0,98 1,62
H.6313 H.6314 H.6315 H.6316
B3C2 C1D1 C1D2 C2D1
5.00 5,4 5,5 5,6
0,98 2,51 1,12 3,63
H.6317
C2D2
5,5
3,09
2,91
H.6318 H.6319 H.6320 H.6321 H.6322 H.6323 H.6324 H.6325 H.6326 H.6327 H.6328 H.6329 H.6330 H.6331 H.6332 H.6333 H.6334 H.6335 H.6336 H.6337 H.6338 H.6339 H.6340 H.6341 H.6342 H.6343 H.6346 H.6347 H.6348 H.6349
D1E1 D1E2 D2E1 D2E2 E1F1 E1F2 F1G1 F1G2 G1H1 G1H2 E2F1 E2F2 E3F1 E3F2 C3D1 C3D2 D3E1 D3E2 F2G1 F2G2 F3G1 F3G2 G2H1 G2H2 G3H1 G3H2 H2J1 H2J2 H3J1 H3J2
5,1 5,5 5,4 5,3 5,7 6.00 5.00 5,4 4,8 4,9 6,2 6,1 6,4 6,5 6,2 5,9 5,7 5,9 5,9 5,8 5,5 5,5 5,2 5,4 5,2 5,3 5,2 5,6 6,2 5,4
1,76 1,31 1,53 0,42 3,79 1,22 2,71 1,09 4,38 0,53 3,38 3,78 2,8 2,62 3,48 2,19 2,19 2,77 2,82 1,52 4,81 4,55 3,32 1,5 5,44 5,4 4,33 2,7 2,77 2,57
5,29 6,37 1,24 1,53 6,37 8,05 3,32 1,68 0,45 0,2 7,38 7,28 10,69 14,52 7,28 5,88 6,66 6,97 6,54 6,78 4,81 3,14 1,58 1,76 6,91 7,9 7,39 4,5 0,77 1,06
pH 1:1 No. Lab
No. Lapang H2 O
N NH4OAc pH 7.0 Ca
Tekstur
0,99 1,12 0,96 1,34 0,47 0,68 7,76 8,04 6,64 8,31 6,08
Mg K Na ……….(me/100g)………. 0,38 0,26 0,17 0,73 0,18 0,22 0,2 0,13 0,35 0,7 0,22 0,34 0,25 0,11 0,17 0,28 0,18 0,24 3,86 0,41 0,17 4,63 0,59 0,43 2,65 0,41 0,3 4,25 0,6 0,48 3,33 0,99 0,3
16,79 12,3 26,12 13,06 17,33 12,8 32,03 26,35 18,59 11,98 17,9
Debu Liat ……(%)…… 21,7 34,11 44,19 29,13 26,55 44,32 38,35 43,7 17,95 46,03 21,16 32,81 32,31 39,42 28,27 36,55 25,8 37,65 28,5 42,62 28,88 29,73 38,87 31,4 20,25 40,45 39,3 20,23 48,78 30,99 9,6 24,87 65,53
5,42 5,37 5,64 5,75
2,7 1,55 1,68 0,73
12,15 20,03 18,24 30,45
13,12 31,36 29,42 37,37
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium 2007
KTK
Pasir
0,62 0,18 0,2 0,25
0,45 0,26 0,32 0,26
20,76 36,99 33,95 47,09
66,12 31,65 36,63 15,54
0,43
0,1
0,09
23,72
39,22
43,11
17,67
0,77 0,77 0,56 0,8 1,6 2,96 0,92 0,8 0,13 0,11 1,28 1,05 3,97 3,87 1,33 1,25 2,15 2,05 7,56 4,93 1,45 0,8 0,51 0,72 5,03 5,89 2,82 1,58 0,48 0,57
0,36 0,15 0,1 0,05 0,18 0,22 0,15 0,18 0,2 0,05 0,75 0,45 1,51 1,51 0,3 0,25 0,25 0,26 0,51 0,72 0,31 0,16 0,2 0,12 1,06 1,06 0,26 0,11 0,1 0,11
0,3 0,17 0,16 0,09 0,09 0,3 0,17 0,24 0,13 0,09 0,26 0,17 0,34 0,3 0,22 0,16 0,18 0,22 0,3 0,32 0,18 0,12 0,18 0,1 0,36 0,4 0,18 0,08 0,08 0,06
25,63 17,63 17,3 13,52 22,2 16,85 24,22 18,06 21,52 15,16 30,85 28,04 31,28 28,76 26,96 24,04 23,07 21,23 25,07 24,64 34,97 33,77 25,64 23,07 29,2 31,17 16,06 17,95 13,94 47,91
18,85 24,01 15,57 18,9 37,47 39,9 21,81 26,37 44,93 47,69 51,1 44,49 23,23 24,13 37,38 37,92 23,57 40,63 58,01 46,61 34,09 34,13 42,03 53,43 51,55 50,34 58,42 41,94 48,02 64,74
60,76 48,62 22,01 20,55 36,76 32,48 43,62 39,14 31,46 23,92 31,08 40,25 39,28 63,86 49,54 49,75 59,74 41,18 28,81 37,45 52,23 31,32 41,46 26,39 16,87 25,87 14,98 43,76 26,41 14,75
20,39 27,37 62,42 60,55 25,77 27,62 34,57 34,49 23,61 28,39 17,82 15,26 37,49 12,01 13,08 12,33 16,69 18,19 13,18 15,94 13,68 34,55 16,51 20,18 31,58 23,79 26,6 14,3 25,57 20,51
53
Lampiran 4. Data Bobot Isi Tanah (g/cm3) Data BI Pada Beberapa Kedalaman Tanah No Tanah 1 Podsolik merah kuning (Alfisol)
2
Latosol Coklat kemerahan (Alfisol)
3
Latosol Coklat Gelap (Ultisol)
4
Latosol Merah (Ultisol)
5
Andosol Coklat Hitam (Inceptisol)
6
Aluvial Kelabu Coklat (Inceptisol)
7
Aluvial Kelabu Coklat (Entisol)
Kedalaman(cm) 0-15 15-25/35 25/35-40/58 0-24
8 Regosol 9 Inceptisol 10 Typic Kanhapludult 11 Fluventic Dystropept 12 Andosol
24-53 53-78 0-23 23-47 47-83 0-27 27-54 54-72 0-29 29-49 49-73 0-30 30-55 55-90 0-18 18-40 40-66 0-30 30-60 0-30 30-60 -
BI (g/cm3)
Daerah 1 Taktakan, Serang
Sumber Yogaswara, 1977
1,24 1,39 1,02 Darmaga, Bogor 0,99 0,98 0,99 Parakanlima, Sukabumi 1,00 1,02 1,03 Mande, Cianjur 1,18 1,05 0,81 Ciluluk, Sumedang 0,78 0,75 1,39 Buntet, Cirebon 1,39 1,35 1,44 Perwira, Bekasi 1,48 1,45 1,16 Laladon 1,04 Darmaga Suryawati, 2004 1 Lampung Atmaja, 2007 1,05 1,16 1,22 <0,85 Krisyanto, 2004
Kisaran Bobot isi Tanah (g/cm3) No Jenis Tanah 1 Podzolik merah kuning 2 Regosol 3 Aluvial 4 Grumusol 5 Mediteran 6 Latosol 7 Gley Humus Rendah 8 Andosol 9 Organosol Sumber: http/google.co.id/persiapan media tanam/4Maret2008
BI g/cm3) 1,10-1,35 1,07-1,48 1,02-1,42 0,98-1,37 0,97-1,48 0,93-1,11 0,90-1,22 0,68-0,86 0,14-0,21
54
Lampiran 5. Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Hutan 1. Hutan (Sektor Cibodas) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 K1 K2 K3 K4 K5 C1 C2 C3 P11 J1 G1 KR KL J2 W1 KS KS KS KS KS B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B1O B11
Keliling(cm) Dbh(cm) 71 22,59 128 40,73 410 130,45 160 50,91 130 41,36 320 101,82 240 76,36 175 55,68 215 68,41 98 31,18 54 17,18 55 17,50 67 21,32 84 26,73 72 22,91 78 24,82 18 5,73 83 26,41 320 101,82 430 136,82 78 24,82 32 10,18 45 14,32 250 79,55 87 27,68 370 117,73 68 21,64 88 28,00 270 85,91 210 66,82 260 82,73 87 27,68 36 11,45 345 109,77 94 29,91 45 14,32 187 59,50 540 171,82 21 6,68 136 43,27 79 25,14
Tinggi Percabangan(m) 4 37,2 12,3 21,3 17,8 23,5 20,5 19,7 15,7 12,8 5,2 4,1 3,9 4,5 3,7 9,1 5 2,5 14,6 12,8 9,1 3,8 2,7 10,6 6,8 13,8 3,1 3,5 9,6 11,4 19,2 14,5 6,8 11,3 13,2 7,5 9,2 6,9 6,2 7,8 7,3
ln 7,13 10,54 11,76 10,42 9,83 11,91 11,20 10,53 10,71 8,93 6,84 6,64 6,99 7,58 7,08 8,14 4,61 6,97 11,43 11,89 8,14 5,48 5,82 10,62 8,06 11,67 6,79 7,42 10,67 10,34 11,29 8,82 6,30 11,33 8,88 6,84 9,90 11,73 5,13 9,09 7,94
[Ln(DBH2)*H*S]} 79,63 2.045,09 6.544,31 1.839,42 1.044,03 7.561,52 3.838,81 2.025,36 2.414,92 445,29 60,70 50,13 69,61 122,70 75,93 208,34 7,22 68,53 4.805,90 7.442,75 208,34 16,62 22,98 2.214,13 194,36 6.005,47 57,54 105,54 2.332,80 1.702,51 4.200,54 399,71 36,21 4.345,45 423,55 60,80 1.112,97 6.376,66 11,88 518,60 173,05
55
Lampiran 5.......Lanjutan Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26 B27 B28 B29 B30 B31 B32 B33 B34 B35 B36 B37 B38 B39 B40
Keliling(cm) Dbh(cm) 268 85,27 287 91,32 74 23,55 36 11,45 25 7,95 94 29,91 31 9,86 29 9,23 58 18,45 136 43,27 84 26,73 290 92,27 310 98,64 26 8,27 67 21,32 240 76,36 54 17,18 69 21,95 263 83,68 151 48,05 24 7,64 370 117,73 56 17,82 97 30,86 156 49,64 280 89,09 61 19,41 31 9,86 29 9,23
Tinggi Percabangan(m) 16,4 18,1 8,3 4,1 5,2 6,4 3,7 4,7 3,5 7,8 6,1 7,4 6,9 3,3 4,2 6,9 3,1 3,6 4,7 4,6 3,8 5,7 6,1 5,4 7,2 6,9 3,9 3,7 4,7
ln 11,19 11,43 7,94 5,79 5,30 8,16 5,39 5,50 6,59 9,09 7,89 10,56 10,62 4,93 7,06 10,11 6,32 6,96 9,91 8,78 4,91 10,78 7,07 8,05 9,29 10,42 6,80 5,39 5,50
[Ln(DBH2)*H*S]} 3.829,88 4.793,17 172,66 22,37 14,01 212,59 15,26 16,87 47,71 518,60 163,93 2.086,14 2.216,01 9,79 74,70 1.361,12 37,10 68,22 1.124,10 382,82 9,61 2.587,61 75,74 191,98 624,04 1.825,54 58,22 15,26 16,87
2. Hutan (Sektor Gunung Putri 1) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan A1 A2 A3 A4 A5 A6
Keliling(cm) Dbh(cm) 52 16,55 124 39,45 28 8,91 64 20,36 89 28,32 57 18,14
Tinggi Percabangan(m) 4,7 8,2 3,9 4,3 9,1 4,5
ln 6,67 8,96 5,24 6,99 8,40 6,81
[Ln(DBH2)*H*S]} 51,31 456,16 13,21 70,01 267,85 58,63
56
Lampiran 5……………(Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36 A37 A38 A39 A40 A41 A42 A43 A44 A45 A46 A47 A48 A49
Keliling(cm) Dbh(cm) 104 33,09 215 68,41 153 48,68 178 56,64 73 23,23 135 42,95 46 14,64 243 77,32 162 51,55 94 29,91 18 5,73 22 7,00 47 14,95 104 33,09 218 69,36 87 27,68 21 6,68 117 37,23 66 21,00 189 60,14 163 51,86 92 29,27 131 41,68 79 25,14 242 77,00 280 89,09 390 124,09 345 109,77 130 41,36 85 27,05 28 8,91 54 17,18 130 41,36 250 79,55 380 120,91 29 9,23 290 92,27 97 30,86 24 7,64 36 11,45 76 24,18 61 19,41 38 12,09
Tinggi Percabangan(m) 5,9 6,7 4,1 8,9 3,6 5,3 7,1 9,1 7,4 4,2 3,1 4,6 7,8 7,1 9,7 3,7 4,5 6,9 5,7 11,6 8,4 5,1 9,21 7,03 6,6 5,5 4,7 11,4 16,8 5,2 3,6 3,8 2,7 5,2 4,9 3,5 7,7 6,4 3,8 4,1 6,2 3,9 6,8
ln 8,28 9,86 8,69 9,77 7,08 8,69 6,83 10,41 9,39 7,74 4,13 4,92 6,97 8,46 10,26 7,46 4,81 8,67 7,34 10,15 9,53 7,89 9,19 7,90 10,08 10,19 10,70 11,34 9,77 7,75 5,16 6,53 7,94 9,91 10,69 5,20 10,60 8,22 4,91 5,79 7,70 6,80 6,41
[Ln(DBH2)*H*S]} 238,51 1.073,38 351,80 981,70 75,94 353,94 60,17 1.813,92 688,26 142,35 4,58 9,77 68,56 284,50 1.567,59 108,88 8,76 346,48 97,09 1.416,25 785,70 164,38 565,68 166,95 1.325,50 1.471,00 2.380,49 4.382,06 988,11 144,02 12,24 45,03 173,30 1.123,79 2.357,30 12,74 2.166,60 225,70 9,61 22,37 137,60 58,22 40,14
57
Lampiran 5…………….(Lampiran) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan A50 A51 A53 A54 A55 A56 A57 A58
Keliling(cm) Dbh(cm) 57 18,14 122 38,82 36 11,45 63 20,05 281 89,41 91 28,95 61 19,41 310 98,64
Tinggi [Ln(DBH2)*H*S]} ln Percabangan(m) 8,1 7,39 102,62 5 8,43 276,12 4,1 5,79 22,37 3,8 6,84 60,40 10,6 10,85 2.766,20 6,8 8,15 211,73 3,8 6,77 56,80 6,9 10,62 2.216,01
3. Hutan (Sektor Gunung Putri 2) Y = Epx
Keterangan sj1 sj2 sj3 sj4 sj5 sj6 sj7 sj8 sj9 sj10 sj11 sj12 sj13 sj14 sj15 sj16 sj17 sj18 sj19 sj20 sj21 sj22 sj23 sj24 sj25 sj26 sj27 sj28
Keliling(cm) Dbh(cm) 21 6,68 66 21,00 175 55,68 74 23,55 21 6,68 18 5,73 97 30,86 63 20,05 22 7,00 30 9,55 178 56,64 380 120,91 129 41,05 84 26,73 21 6,68 57 18,14 105 33,41 94 29,91 45 14,32 177 56,32 250 79,55 380 120,91 31 9,86 29 9,23 211 67,14 87 27,68 21 6,68 16 5,09
{-2,4090+0,9522* Tinggi [Ln(DBH2)*H*S]} Percabangan(m) ln 5,2 4,95 10,05 7,8 7,65 130,88 8,1 9,64 868,90 6,9 7,76 144,81 4,2 4,74 8,20 4,1 4,41 5,97 7,1 8,32 249,14 6,3 7,34 97,74 3,2 4,56 6,91 4,5 5,52 17,27 8,2 9,68 908,04 8,7 11,26 4.072,12 3,9 8,30 242,38 4,9 7,67 133,07 4,7 4,85 9,13 4,5 6,81 58,63 5,9 8,30 242,90 13,2 8,88 423,55 7,5 6,84 60,80 9,2 9,79 1.002,37 5,2 9,91 1.123,79 4,9 10,69 2.357,30 3,7 5,39 15,26 4,7 5,50 16,87 9,7 10,19 1.473,12 3,7 7,46 108,88 4,5 4,81 8,76 3,1 3,89 3,66
58
Lampiran 5…………….(Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) sj29 31 9,86 sj30 29 9,23 sj31 31 9,86 sj32 29 9,23 sj33 92 29,27 sj34 131 41,68 sj35 79 25,14 31 9,86 sj36 sj37 29 9,23 sj38 85 27,05 sj39 28 8,91 54 17,18 sj40 sj41 17 5,41 sj42 21 6,68 175 55,68 sj43 sj44 215 68,41 sj45 99 31,50 sj46 87 27,68 sj47 370 117,73 68 21,64 sj48 sj49 250 79,55 sj50 380 120,91 sj51 215 68,41 sj52 153 48,68 31 9,86 sj53 sj54 29 9,23 sj55 21 6,68 232 73,82 sj56 sj57 16 5,09 89 28,32 sj58 sj59 52 16,55 sj60 108 34,36 sj61 175 55,68 sj62 215 68,41
Tinggi Percabangan(m) 3,7 4,7 3,7 4,7 5,1 9,21 7,03 3,7 4,7 5,2 3,6 3,8 3,1 4,5 19,7 15,7 12,8 6,8 13,8 3,1 5,2 4,9 6,7 4,1 3,7 4,7 4,5 6,6 3,1 9,2 4,5 5,9 19,7 15,7
ln 5,39 5,50 5,39 5,50 7,89 9,19 7,90 5,39 5,50 7,75 5,16 6,53 4,01 4,81 10,53 10,71 8,96 8,06 11,67 6,79 9,91 10,69 9,86 8,69 5,39 5,50 4,81 10,00 3,89 8,41 6,62 8,35 10,53 10,71
[Ln(DBH2)*H*S]} 15,26 16,87 15,26 16,87 164,38 565,68 166,95 15,26 16,87 144,02 12,24 45,03 4,11 8,76 2.025,36 2.414,92 453,99 194,36 6.005,47 57,54 1.123,79 2.357,30 1.073,38 351,80 15,26 16,87 8,76 1.223,14 3,66 270,65 49,23 256,29 2.025,36 2.414,92
59
Lampiran 6. Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Kebun Campuran 1. Kebun Campuran (Galudra) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10 a11 a12 a13 a14 a15 bambu mangga albasia
Keliling(cm) Dbh(cm) 78 24,82 64 20,36 89 28,32 94 29,91 99 31,50 123 39,14 134 42,64 105 33,41 93 29,59 72 22,91 59 18,77 110 35,00 48 15,27 65 20,68 49 15,59 20 6,27 62 19,85 76 24,31
Tinggi Percabangan(m) 2,3 2,1 2,87 2,8 2,9 4,2 3,1 3,5 1,9 3,4 2,9 2,7 2,3 2,6 2,1 1 1,9 3,6
ln 6,76 6,28 7,25 7,33 7,47 8,27 8,14 7,78 6,92 6,99 6,44 7,61 5,79 6,52 5,74 3,18 6,12 7,17
[Ln(DBH2)*H*S]} 56,24 35,38 89,27 96,76 110,42 237,54 209,41 147,74 65,54 70,06 41,21 126,08 22,31 44,66 21,28 1,85 30,65 82,82
2. Kebun Campuran (Sindang Laya) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan arbei 1 arbei2 arbei3 arbei4 Pisang1 pisang2 pisang3 pisang4 pisang5 bambu bambu P1 P2 P3 P4
Keliling(cm) Dbh(cm) 45 14,32 36 11,45 28 8,91 32 10,18 67 21,32 85 27,05 64 20,36 59 18,77 43 13,68 24 7,64 26 8,27 97 30,86 69 21,95 84 26,73 49 15,59
Tinggi Percabangan(m) 0,89 0,75 0,54 0,49 1,7 2,4 2,1 1,9 1,5 1 1 2,8 3,8 2,6 2,3
ln 4,71 4,09 3,26 3,43 6,16 6,98 6,28 6,01 5,14 3,57 3,73 7,39 7,02 7,03 5,83
[Ln(DBH2)*H*S]} 7,99 4,44 2,01 2,36 31,57 68,98 35,38 27,55 12,04 2,70 3,14 102,72 71,82 72,78 23,20
60
Lampiran 6………….(Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Keterangan P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
Keliling(cm) Dbh(cm) 96 30,55 57 18,14 49 15,59 82 26,09 69 21,95 37 11,77 91 28,95 89 28,32 76 24,18
Tinggi Percabangan(m) 2,1 1,9 1,5 2,4 2,1 2,8 3,4 2,9 3,5
ln 7,09 5,94 5,40 6,90 6,43 5,47 7,46 7,26 7,13
[Ln(DBH2)*H*S]} 76,58 25,80 15,44 64,41 40,83 16,39 109,43 90,15 79,83
3. Kebun Campuran (Pasir Sarongge) Y = Epx
Keterangan bambu cengkeh mangga jambu alpukat alpukat alpukat pisang p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8
Keliling(cm) Dbh(cm) 25 7,95 62 19,73 93 29,59 39 12,41 130 41,36 135 42,95 78 24,82 49 15,59 39 12,35 37 11,74 46 14,57 62 19,85 47 14,99 61 19,44 55 17,63 41 12,95
Tinggi Percabangan(m) 4,8 4,6 5,3 3,8 3,1 4,3 3,9 1,6 1,95 1,2 0,96 1 1,25 1,38 1,14 3,8
{-2,4090+0,9522* [Ln(DBH2)*H*S]} ln 5,22 12,98 7,00 70,27 7,95 174,06 5,88 24,23 8,08 197,67 8,48 290,05 7,29 92,98 5,47 16,42 5,20 12,71 4,61 7,28 4,82 8,88 5,48 16,63 5,14 12,04 5,76 21,72 5,38 15,02 5,96 26,28
61
Lampiran 7. Nilai Kappa Tiap-Tiap Penutupan/Penggunaan Lahan Nilai Kappa Tiap Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1989 Penutupan/Penggunaan Lahan
Nilai Kappa
Pemukiman Tubuh air Hutan alami Hutan produksi Kebun teh Sawah Lahan terbuka Tegalan Kebun campuran Semak
0,934 0,935 0,934 0,828 0,828 0,890 0,891 0,828 0,932 0,890
Overall kappa statistik = 0,889 Nilai Kappa Tiap Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2007 Penutupan/Penggunaan Lahan
Nilai Kappa
Pemukiman Tubuh air Hutan alami Hutan produksi Kebun teh Sawah Lahan terbuka Tegalan Kebun campuran Semak
0,888 1.000 0,913 0,934 0,828 0,913 0,807 0,785 0,908 0,765
Overall Kappa statistik = 0,874
62
Lampiran 8. Matrik Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989-2007 LU89/2007 Hutan Kebun campuran Kebun teh Pemukiman Sawah Semak Tanah terbuka Tegalan
LU89/2007 Hutan(H) Kebun campuran(KC) Kebun the(KT) Pemukiman(PMK) Sawah(SWH Semak(SB) Tanah terbuka(TA) Tegalan(TG)
Hutan 4.841 83 23 -
Hutan(H) H-H KC-H
TA-H
Kebun campuran 728 4.090 44 378 3 58 112
Kebun Kebun campuran(KC) the(KT) H-KC H-KT KC-KC KC-KT KT-KC KT-KT SWH-KC SB-KC TA-KC TG-KC
TA-KT
Kebun teh 11 66 481 51 -
Pemukiman
Pemukiman(PMK) H-PMK KC-PMK KT-PMK PMK-PMK SWH-PMK SB-PMK TA-PMK TG-PMK
Sawah
10 711 2 401 164 52 8 17
Semak 8 8 195 -
Sawah(SWH) H-SWH KC-SWH
Semak(SB)
SWH-SWH
SWH-SB
KC-SB KT-SB
39 2 41 3
Tanah terbuka 13 13 19 56 -
Tanah terbuka(TA) H-TA KC-TA KT-TA
Tegalan(TG) H-TG KC-TG KA-TG SWH-TG
TA-TA TG-SB
Tegalan
TA-TG TG-TG
5 239 1 28 3 279
63
Lampiran 9. Foto-Foto Penutupan/Penggunaan Lahan Kawasan PuncakCianjur
Kebun Teh
Sawah
Pemukiman
Hutan
Kebun Campuran
Semak
Tegalan(Hortikultur)
Tanah Terbuka