ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
PENDINGINAN SELAMA 10 MENIT SETELAH LATIHAN FISIK MENURUNKAN KEJADIAN POST EXERCISE HYPOTENSION I Made Dwi Jaya1, I Nengah Sandi2 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Magister Fisiologi Olahraga, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
1
Abstrak Post Exercise Hypotension (PEH) adalah turunnya tekanan darah arteri karena mekanisme vasodilatasi pembuluh darah berkesinambungan setelah latihan fisik. PEH dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap tubuh manusia, diantaranya Post Exercise Syncope (PES), yaitu hilangnya kesadaran akibat kurang adekuatnya perfusi darah ke otak yang berujung pada kematian mendadak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pendinginan selama 10 menit setelah latihan selama 30 menit terhadap penurunan kejadian PEH pada siswa SMK PGRI-5 Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan simple randomize pre-posttest control group design. Sampel berjumlah 24 orang dari kelas XII yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Latihan selama 30 menit menggunakan metode lari dengan intensitas 70% denyut nadi maksimum. Setelah latihan, kelompok kontrol tidak diberikan pendinginan sedangkan kelompok perlakuan diberikan pendinginan selama 10 menit dengan metode jogging. Tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) diukur sebelum dan setelah latihan pada menit ke 0, 5, 10, dan 15. Data tekanan darah dianalisis dengan paired T-test dilanjutkan dengan uji Independent T-test dengan kemaknaan α = 0,05. Didapatkan perbedaan bermakna TDS pada kelompok kontrol. Hasil uji dengan Independent T-test ditemukan perbedaan signifikan terhadap penurunan TDS pada menit ke-10 (p = 0,001) dan menit ke-15 (p = 0,044) pada kelompok kontrol sedangkan pada kelompok perlakuan tidak ditemukan ada perbedaan yang bermakna. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendinginan selama 10 menit menurunkan kejadian PEH pada siswa SMK PGRI-5 Denpasar, sehingga perlu dilakukan pendinginan setelah latihan untuk mengurangi kejadian PEH sebagai faktor resiko terjadinya PES. Kata kunci: post exercise hypotension, post exercise syncope, pendinginan Abstract Post Exercise Hypotension (PEH) is a decrease in arterial blood pressure due to the mechanism of continuous vasodilation after exercise. PEH may be a risk factor for the occurrence of Post Exercise Syncope (PES), which is loss of consciousness due to lack of adequate blood perfusion to the brain that leads to sudden death. This study aims to determine the effect of cooling-down procedure for 10 minutes after 30 minutes of exercise to reduce the incidence of PEH in SMK PGRI-5 Denpasar students. This study was an experimental research with randomize preposttest control group design. Samples numbered 24 of twelfth grade students were divided into a control group and the treatment group. Exercise for 30 minutes using a run method with 70% intensity of maximum pulse rate. After exercise, the control group was not given cooling-down method while the treatment group was for 10 minutes using jogging method. Systolic blood pressure (SBP) and diastolic blood pressure (DBP) were measured before and in the 0, 5th, 10th, and 15th minute after exercise. The data were analyzed by paired T-test followed by Independent T-test with significance used was α = 0.05. SBP was found significantly different in the control group. The test result with Independent T-test found a significant difference of SBP reduction in the 10th minute (p = 0.001) and 15th minute (p = 0.044) in the control group, while the treatment group was not found significant difference. This study showed that the cooling-down procedure for 10 minutes can reduces the occurrence of PEH in SMK PGRI-5 Denpasar students, so it needs to do this procedure after exercise to reduce the incidence of PEH as a risk factor of PES. Keywords: post exercise hypotension, post exercise syncope, cooling-down
1 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
Exercise Hypotension (PEH).4 PEH dapat terjadi
PENDAHULUAN Hipotensi adalah suatu keadaan tekanan
beberapa menit setelah berolahraga. Olahraga
darah yang rendah, umumnya terjadi karena
yang dapat mengakibatkan PEH adalah jenis
kurang adekuatnya tubuh untuk mengembalikan
olahraga yang bersifat aerobik, meskipun jenis
tekanan darah menjadi normal. Pada orang
olahraga yang lain masih dalam penelitian
dewasa, tekanan darah normal adalah kurang dari
hingga saat ini.5
120/80 mmHg. Tekanan darah dikategorikan
Olahraga aerobik yang memiliki efek
rendah apabila kurang dari 90/80 mmHg.
PEH dianggap sebagai modalitas anti-hipertensi
Tekanan darah yang rendah dapat memicu
jika
terjadinya
Olahraga intensitas sedang adalah olahraga yang
komplikasi
yang
berat
hingga
dilakukan
dalam
sedang.5
menyebabkan kematian. Dalam hidup manusia,
menggunakan
keadaan tekanan darah dapat bersifat fluktuatif
jantung.6 Kenyataannya pada beberapa kasus,
karena dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
kejadian PEH dapat menjadi faktor resiko
1
terhadap terjadinya Post Exercise Syncope
satunya adalah olahraga.
50-70%
intensitas
maksimum
detak
Saat berolahraga, tubuh memerlukan
(PES), yaitu hilangnya kesadaran akibat kurang
sumber energi yang lebih banyak dibandingkan
adekuatnya perfusi ke otak yang berujung pada
saat beristirahat. Sebagai kompensasinya tubuh
kematian mendadak. PES dapat terjadi apabila
akan mengalami perubahan fisiologis berupa
terjadi secara bersamaan PEH dan hilangnya
peningkatan tekanan darah sehingga aliran darah
kontraksi otot pada olahragawan sesaat setelah
ke berbagai jaringan yang mengangkut oksigen
melakukan olahraga.7
dan nutrisi dapat terpenuhi sesuai dengan
Pada penelitian sebelumnya prevalensi
kebutuhan tubuh. Peningkatan tekanan darah
kejadian syncope dengan total responden 7568
yang terjadi dipicu oleh aktivitas simpatik dan
atlet muda berkisar 6,2 % dalam kurun waktu 5
parasimpatik yang mengakibatkan terjadinya
tahun, khususnya prevalensi terjadinya syncope
vasokontriksi vena.2 Kebutuhan oksigen dan
pasca-olahraga berkisar 12%.8 Posisi berdiri
nutrisi yang tinggi secara terus menerus tentu
(tanpa melakukan gerakan atau pendinginan
tidak sebanding dengan konsentrasi yang ada
setelah olahraga) 5-10 menit setelah berolahraga,
dalam jaringan. Hal ini mengakibatkan jaringan
diyakini memicu terjadinya peningkatan tekanan
tubuh
dan
vena dan volume darah pada kaki, sebaliknya
darah
terjadi penurunan aliran darah ke jantung yang
mempertahankan konstriksi akan melepaskan
mengakibatkan terjadinya PEH dan berujung
substansi
pada kejadian PES dalam beberapa kasus.7
yang
kekurangan
ketidakmampuan
oksigen
pembuluh
vasodilator
yang
menyebabkan
pembuluh darah berdilatasi.3 Penurunan
aktivitas
Untuk mencegah terjadinya penurunan simpatik
yang
tekanan
darah
yang
mendadak
setelah
terjadi ketika tubuh memasuki fase recovery
berolahraga, sangat dianjurkan untuk melakukan
setelah berolahraga, mengakibatkan penurunan
recovery secara aktif dalam kurun waktu
transduksi sinyal yang berakibat pada turunnya
tertentu; seperti tetap berjalan setelah melakukan
tekanan
mekanisme
olahraga; melakukan gerakan-gerakan tertentu
vasodilatasi. Kejadian ini disebut sebagai Post
sehingga aliran darah dapat kembali menuju
darah
arteri
karena
2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
jantung secara perlahan dan perfusi bekerja secara normal.
3,7
Levene test; uji komparasi menggunakan Paired T-test untuk menganalisis perbedaan tekanan
Berdasarkan
hal
tersebut,
peneliti
darah antara sebelum dengan sesudah latihan
tertarik untuk mengetahui pendinginan selama 10
pada
menit setelah latihan selama 30 menit dengan
berdistribusi normal, dan Independent T-test
intensitas
untuk mengetahui perbandingan tekanan darah
70%
denyut
nadi
maksimum
kedua
kelompok
untuk
menurunkan kejadian PEH pada siswa SMK
pre dan post latihan antara
PGRI-5 Denpasar.
untuk data yang berdistribusi normal.
METODE
HASIL
data
yang
kedua kelompok
Rancangan penelitian yang digunakan
Kondisi lingkungan penelitian untuk
bersifat eksperimental analitik dengan pre-
kelompok kontrol diukur sebelum penelitian
posttest
dengan suhu lingkungan 28,8°C dan kelembapan
control
group
design
dengan
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok
relatif
kontrol
pengukuran setelah penelitian dengan perubahan
dan
kelompok
perlakuan
secara
udara
randomisasi. Penilaian dilakukan pada pre dan
suhu
post-test,
kelembapan
dengan
membandingkan
hasil
56%.
lingkungan relatif
Kemudian
menjadi udara
dilakukan
31,4°C
dengan
47%.
Kondisi
observasi dari kelompok. Penelitian dilaksanakan
lingkungan penelitian untuk kelompok perlakuan
di Lapangan Ngurah Rai Denpasar, Bali pada
diukur
hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 untuk
lingkungan 27,3°C, dan kelembapan relatif udara
kelompok kontrol dan hari Sabtu tanggal 22
69%. Kemudian dilakukan pengukuran setelah
Oktober 2016 untuk kelompok perlakuan.
penelitian dengan perubahan suhu lingkungan
Sampel dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kanjuruhan (SMK) PGRI-5
sebelum
penelitian
dengan
suhu
menjadi 29,9°C dengan kelembapan relatif udara 57%.
Denpasar yang berusia 15-18 tahun yang diambil
Semua subjek dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling
adalah berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis
dan dipilih secara acak pada siswa kelas XII
umur, nadi istirahat, BB, TB, dan IMT subjek
sebanyak 24 orang.
penelitian
Data yang diperoleh terdiri dari umur, frekuensi denyut nadi, berat badan (BB), tinggi badan (TB), indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) sebelum latihan dan sesudah latihan pada menit ke-0, 5, 10, dan 15 yang ditulis pada lembar tabel penelitian. Data dianalisis dengan program SPSS versi 21 menggunakan analisis data desktriptif terhadap variabel kontrol dan variabel tergantung; uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk; uji homogenitas menggunakan
sebelum
latihandisajikan
sebagai
berikut: Tabel-1 Karakteristik Fisik Subjek Penelitian Kelompok (Rerata ± SB) Variabel K P Umur (tahun) 17,25 ± 0,45 17,33 ± 0,49 DNI 82,58 ± 9,40 81,33 ± 4,74 (denyut/menit) BB (kg) 62,60 ± 6,73 61,20 ± 7,32 TB (cm) 169,67 ± 3,91 170,42 ± 6,46 IMT 21,73 ± 2,09 21,08 ± 2,21 (kg/m2) Keterangan: K (Kontrol), P (Perlakuan), DNI (Denyut Nadi Istirahat), BB (Berat Badan), TB (Tinggi Badan), IMT (Indeks Massa Tubuh), SB (Simpang Baku)
3 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
Sebanyak 24 subjek diteliti dan diukur tekanan darah sebelum latihan, menit ke-0, menit
mmHg pada menit ke-10 dan 76,00 mmHg pada menit ke-15 setelah latihan.
ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15 setelah
Uji
normalitas
dilakukan
sebelum
latihan selanjutnya dilakukan analisis dengan
dilakukan uji statistik dengan menggunakan
hasil sebagai berikut:
Saphiro-Wilk
Tabel-2. Rerata TDS, TDD Sebelum dan Sesudah Latihan Rerata ± SB Variabel K P TDS pre 127,58 ± 8,23 126,25 ± 10,13 TDD pre 75,08 ± 10,80 74,67 ± 8,87 TDS 0’ 138,92 ± 15,10 129,25 ± 12,23 TDD 0’ 74,08 ± 10,10 78,83 ± 19,44 TDS 5’ 122,83 ± 9,08 124,42 ± 9,80 TDD 5’ 70,08 ± 8,05 77,33 ± 13,40 TDS 10’ 112,75 ± 6,20 124,00 ± 8,28 TDD 10’ 72,25 ± 6,55 77,08 ± 10,77 TDS 15’ 117,67 ± 8,24 123,33 ± 4,10 TDD 15’ 71,58 ± 9,60 76,00 ± 13,48 Keterangan: TDS (Tekanan Darah Sistolik), TDD (Tekanan Darah Diastolik), pre = sebelum, (’) = menit setelah latihan; Satuan: TDS, TDD = mmHg Tabel-2 menunjukkan rerata TDS dan TDD kedua kelompok sebelum latihan, menit ke0 hingga menit ke-15 setelah latihan. Rerata TDS
menggunakan
dan
homogenitas
Levene-test
dengan
data tingkat
kepercayaan 95% untuk sampel yang berjumlah kurang dari 50. Dari uji Saphiro-Wilk didapatkan nilai probabilitas signifikansi disajikan sebagai berikut: Tabel-3. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Nilai - p Nilai - p Normalitas Homogen (Saphiro-Wilk) Variabel itas (LeveneK P test) TDS pre 0,388 0,986 0,426 TDD pre 0,413 0,430 0,545 TDS 0’ 0,785 0,780 0,344 TDD 0’ 0,333 0,227 0,184 TDS 5’ 0,372 0,757 0,660 TDD 5’ 0,817 0,009 0,454 TDS 10’ 1,000 0,672 0,165 TDD 10’ 0,378 0,117 0,034 TDS 15’ 0,196 0,461 0,140 TDD 15’ 0,946 0,153 0,179
kelompok kontrol sebelum latihan 127,58 mmHg Berdasarkan hasil uji normalitas data
menjadi 138,92 mmHg pada menit ke-0; 122,83 mmHg pada menit ke-5; 112,75 mmHg pada menit ke-10 dan 117,67 mmHg pada menit ke-15 setelah latihan. Pada kelompok perlakuan rerata TDS sebelum latihan 126,25 mmHg menjadi 129,25 mmHg pada menit ke-0; 124,42 mmHg pada menit ke-5; 124,00 mmHg pada menit ke10 dan 123,33 mmHg pada menit ke-15 setelah latihan. Rerata TDD pada kelompok kontrol sebelum latihan 75,08 mmHg menjadi 74,08 mmHg pada menit ke-0; 70,08 mmHg pada menit ke-5; 72,25 mmHg pada menit ke-10 dan
pada Tabel-3, didapatkan data berdistribusi normal sehingga dilakukan uji parametrik yaitu uji
Paired
T-test.
Hasil
uji
homogenitas
didapatkan data setelah perlakuan berdistribusi normal sehingga untuk mengetahui perbedaan TDS, TDD antar kelompok dilakukan uji parametrik yaitu Independent T-test. Hasil analisa data menggunakan Paired T-test dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05) didapatkan bahwa nilai signifikansi pada kedua kelompok diperlihatkan pada Tabel-4.
71,58 mmHg pada menit ke-15 setelah latihan. Pada kelompok perlakuan rerata TDD sebelum latihan 74,67 mmHg menjadi 78,83 mmHg pada menit ke-0; 77,33 mmHg pada menit ke-5; 77,08
4 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
Tabel-4. Hasil Uji Beda Rerata TDS dan TDD antara Sebelum dan Sesudah Latihan Nilai p Variabel K P TDS pre-0’ 0,021 0,271 TDD pre-0’ 0,772 0,448 TDS pre-5’ 0,113 0,490 TDD pre-5’ 0,015 0,477 TDS pre-10’ 0,000 0,397 TDD pre-10’ 0,414 0,301 TDS pre-15’ 0,002 0,277 TDD pre-15’ 0,141 0,784
Tabel-5 menunjukkan bahwa rerata TDS dan TDD antar kelompok sebelum latihan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. (p >0,05), hal ini menunjukan kedua kelompok komparabel. Rerata tekanan darah sitolik setelah latihan pada menit ke-10 dan menit ke-15 menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) sedangkan rerata TDS dan TDD lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Berdasarkan Tabel-4, TDS dan TDD sebelum dan sesudah latihan menunjukkan
DISKUSI
perbedaan yang bermakna dengan p < 0,05.
Suhu lingkungan yang rendah atau
Sedangkan TDS dan TDD pada kelompok
tinggi dalam berolahraga akan menimbulkan
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
dampak negatif bagi tubuh. Peningkatan suhu
bermakna p > 0,05.
lingkungan akan menyebabkan peningkatan suhu menggunakan
tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi pada
Independent T-test dengan tingkat kepercayaan
olahragawan sehingga kemampuan tubuh akan
95% (p ≤ 0,05) didapatkan bahwa nilai
berkurang.
probabilitas Asymp.Sig. (2- tailed) antara kedua
berolahraga adalah 80-89°F atau sekitar 26-
kelompok pada Tabel-5.
31°C.9 Kelembapan relatif yang nyaman bagi
Hasil
analisis
data
Suhu
lingkungan
ideal
untuk
iklim tubuh adalah antara 40 - 60%.10 Latihan Tabel-5. Hasil Uji Beda Rerata TDS dan TDD antar Kelompok Rerata ± SB Beda Nilai p Vari (Kelompok) Rerata abel K P TDS 127,58 ± 126,25 1.33 0,727 pre 8,23 ± 10,13 TDD 75,08 ± 74,67 ± 0.41 0,919 pre 10,80 8,87 TDS 138,92 ± 129,25 9,67 0,099 0’ 15,10 ± 12,23 TDD 74,08 ± 78,83 ± -4,75 0,461 0’ 10,10 19,44 TDS 122,83 ± 124,42 -1,59 0,685 5’ 9,08 ± 9,80 TDD 70,08 ± 77,33 ± -7,25 0,122 5’ 8,05 13,40 TDS 112,75 ± 124,00 -11,25 0,001* 10’ 6,20 ± 8,28 TDD 72,25 ± 77,08 ± -4,83 0,200 10’ 6,55 10,77 TDS 117,67 ± 123,33 -5,66 0,044* 15’ 8,24 ± 4,10 TDD 71,58 ± 76,00 ± -4,42 0,365 15’ 9,60 13,48 Keterangan: (*) = signifikan
yang dilakukan pada kelembapan relatif yang tinggi
melebihi
pengeluaran
80%
cairan
akan
tubuh
meningkatkan
dan
berdampak
terhadap peningkatan frekuensi denyut nadi.11,12 Penelitian terdahulu menunjukkan, bahwa tidak terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan pemberian kelembapan relatif 40%, 50%, dan 60%.13 Rerata umur pada kedua kelompok tidak berbeda antara 17-18 tahun. Rerata denyut nadi istirahat pada semua kelompok berkisar antara 60-100 denyut/menit yang termasuk dalam batas normal.14 IMT normal berkisar antara 18,524,9.15 Rerata IMT pada kedua kelompok dalam batas normal, sehingga dapat diberikan perlakuan yang sama dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi fungsi tubuh.
5 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
Rerata TDS dan TDD sebelum latihan
bervariasi dalam penelitian sebelumnya. Hardy
pada semua kelompok berada dalam batas
dan Tucker21 mendapatkan penurunan TDSterjadi
normal sampai prahipertensi. Batas normal TDS
60 menit setelah latihan beban pada subjek
berada di bawah130 mmHg dan TDD berada di
hipertensi. Berbeda dengan Fisher22 mendapatkan
bawah 80 mmHg.16 TDS normal berada di bawah
penurunan tekanan darah terjadi pada menit ke-
120 mmHg dan prahipertensi berada antara 120-
60 setelah latihan aerobik dengan intensitas
139 mmHg dan TDD normal berada di bawah 80
rendah pada subjek normotensi dan hipertensi.
mmHg dan prahipertensi berada antara 80-89
Penurunan
tekanan
darah
setelah
mmHg.17 TDS dalam keadaan istirahat yang
olahraga dapat dihindari dengan melakukan
lebih dari 140 mmHg dan TDD yang lebih dari
pendinginan hingga mencapai titik tubuh berada
80 mmHg akan dapat memberikan beban yang
dalam fase suhu yang normal atau sudah
cukup tinggi bagi jantung untuk memompa darah
mencapai 50% denyut nadi maksimum.3 Hal ini
secara efektif.18
juga didukung oleh penelitian Crockford23
Beda rerata TDS paling jelas terlihat
terhadap manfaat pendinginan untuk mencegah
berbeda pada menit ke-10 dan menit ke-15
terjadinya blood pooling sebagai mekanisme
setelah
lanjutan
latihan
pada
kelompok
kontrol.
Penurunan yang terjadi pada kelompok kontrol tanpa pendinginan (pendinginan pasif) pada menit ke-10 dan menit ke-15 merupakan hasil dari pengaruh vasodilatasi berkepanjangan pada pembuluh darah. Hasil ini didukung oleh penelitian
sebelumnya
terhadap
13
subjek
normotensif yang diukur secara serial waktu setelah olahraga menunjukkan bahwa penurunan
dari
PEH
dan
mekanisme
awal
Berdasarkan
hasil
penelitian,
dapat
terjadinya PES. SIMPULAN
disimpulkan bahwa pendinginan selama 10 menit setelah latihan fisik selama 30 menit dengan intensitas 70% denyut nadi maksimum dapat menurunkan kejadian PEH dibandingkan dengan tanpa pendinginan.
TDS paling cepat terjadi pada menit ke-10 setelah latihan dan penurunan paling besar terjadi 15 menit setelah latihan.19 Penelitian sebelumnya terhadap 20 total subjek penelitian untuk melihat penurunan tekanan darah oleh menunjukkan pada kedua kelompok
terjadi
penurunan
TDS
yang
signifikan pada menit ke-15 setelah latihan dengan intensitas latihan sedang tanpa diberikan efek pendinginan.20 Berbeda dengan kelompok perlakuan yang diberikan pendinginan dengan metode
jogging
terjadinya
santai
penurunan
tidak tekanan
menunjukkan darah
yang
signifikan pada menit ke-10 dan 15. Pengukuran tekanan darah dalam selang waktu tertentu
DAFTAR PUSTAKA 1. NHLBI. What is Hypotension?. National Heath, Lung, Blood Institute; U. S. Department of Health & Human Service. [diakses 1 Desember 2015]. Diunduh dari: https://www.nhlbi.nih.gov/health/ healthtopics/topics/hyp; 2010. 2. Guyton, A.C., Hall, C.E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2012. 3. Sandi, I.N. Influence of Physical Activity on Blood Pressure. Proceeding Book: Section I – IAIFI. International Joint Conference APCHI – Ergofuture – IAIFI; 2014. 4. Halliwill, J.R., Buck, T.M., Lacewell, A.N. and Romero, S.A. Postexercise hypotension and sustained postexercise vasodilatation: what happens after we exercise? Experimental Physiology. 2013; 98: 7–18. 5. Nóbrega, T.K.S.da., Silva, M.J., Brito, A.d.F., Gonçalves, M.C.R., Martins, C.d.O., Silva, A.S. Walking/running or a recreative
6 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2, FEBRUARI, 2017
soccer game presents similar effectiveness in inducing post-exercise hypotension. Revista Brasileira de Medicina do Esporte. 2013;19(1):31-34. CDC. Measuring Physical Activity Intensity. 1600 Clifton Road Atlanta, GA 30329-4027 USA. [diakses 16 Desember 2015]. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/physicalactivity /basics/measuring/heartrate.htm; 2015. Halliwill, J.R., Sieck, D.C., Romero, S.A., Buck, T.M., Ely, M.R. Blood pressure regulation X: What happens when the muscle pump is lost? Post-exercise hypotension and syncope. European Journal of Applied Physiology. 2014;114(3):561– 578. Allison, T.G. Syncope in Athletes. 13th Annual Review Course in Clinical Cardiology Zurich; 2015. Wahyudi, N.T. Bahaya Cuaca Panas saat Bermain Bola. [diakses 13 Desember 2016]. Diunduh dari: http://dokternanang. blogspot. co.id/2012/06/bahaya-cuaca-panas-saatbermain-bola.html?m=1; 2012. Menkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 1077/MENKES/ PER/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. Jakarta: Kemenkes RI; 2011. Janssen, P.G. Latihan Laktat-Denyut Nadi. Jakarta: Komite Olahraga Nasional Indonesia DKI Jaya; 1993. Yashasi, K., Honda, Y., Ogawa, T., Kondo, N., Nashiyasu, T. Relationship between Ventilator Response and Body Temperature during Prolonged Sub-Maximal Exercise. Journal of Applied Physiology. 2006;100(1):414-420. Sandi, N., Adiputra, N., Pangkahila, A., Adiatmika, P.G. Relative Humidity of 40% Inhibiting the Increase of Pulse Rate, Body Temperature, and Blood Lactic Acid during Exercise. Bali Medical Journal. 2016;100(2):30-34. AHA. All About Heart Rate (Pulse). [diakses 10 Desember 2016]. Diunduh dari: http://www.heart.org/HEARTORG/Conditio ns/More/MyHeartandStrokeNews/All-About -Heart-RatePulse_UCM_438850_Article.jsp #.WEsSkdSSx_k.; 2016. Depkes. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2010. Anton. Apasih Hipertensi? Bagaimana komplikasinya? Jurnal Menu Sehat. 2008;14:4-13. AHA. Understanding Blood Pressure Readings. [diakses 9 Januari 2016]. Diunduh
18.
19.
20.
21.
22.
23.
dari: http: //www.heart.org/HEARTORG/ Conditions/HighBloodPressure/AboutHighB loodPressure/Understanding-Blood-Pressure -Readings_UCM_ 301764_Article. jsp#.Vp D8ih7iR_k; 2015. McGowan, M.P., Castelli, W.P. Menjaga Kebugaran Jantung: Mulai dari Memilih Makanan Tepat, Program Olahraga sampai dengan Pengobatan, Mencegah, Mengobati dan Menghindari Berulangnya Kembali Penyakit Jantung. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2007. MacDonald, J.R. Potential causes, mechanisms, and implications of post exercise hypotension. Journal of human hypertension. 2002; 16(4):225-236. Cavalcante, P.A.M., Rica, R., Evangelista, A., Serra, A.J. Effects of exercise intensity on postexercise hypotension after resistance training session in overweight hypertensive patients. Clinical Interventions in Aging. 2015;10:1487–1495. Hardy, D.O., Tucker, L.A. The effects of a single bout of strength training on ambulatory blood pressure levels in 24 mildly hypertensive men. Am J Health Promot. 1998;13(2):69–72. Fisher, M.M. The effect of resistance exercise on recovery blood pressure in normotensive and borderline hypertensive women. J Strength CondRes. 2001;15(2):210–216. Crockford, J. Five Reasons You Shouldn’t Skip Your Cool-down. [diakses 19 Mei 2016]. Diunduh dari: http://www.acefitness .org/acefit/healthy-living-article/59/3683/ five-reasons-you-shouldn-t-skip-your-cool/; 2014.
7 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum