Pendidikan Tanpa Kekerasan: Guru Aman Anak Nyaman
Oleh: Drs. Najib, MA (Guru SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya)
1
Pengantar Bangsa ini menaruh harapan yang sangat besar terhadap dunia pendidikan karena wadah untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berkualitas. Keberhasilan dunia pendidikan berpengaruh besar terhadap masa depan sebuah bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan membawa pada kemajuan bangsa. Sebaliknya, ketika kualitas pendidikan terpuruk dan mengalami kegagalan dalam peningkatan kualitas, maka akan menjadi tantangan yang cukup besar bagi kemajuan suatu bangsa. Lembaga pendidikan menjadi tempat yang sangat terhormat dan harus dijaga kehormatannya. Untuk itulah lembaga pendidikan harus dijauhkan dari kekerasan yang dapat merusak citra positif yang telah melekat. Untuk mewujudkan harapan seperti ini dibutuhkan penanganan yang serius. Dalam lembaga pendidikan ada sosok yang sangat penting yaitu guru yang setiap saat selalu berinteraksi dengan anak didik. Begitu juga ada interaksi antara anak didik dengan teman-teman yang lainnya. Gesekan selalu saja terjadi manakala ada ketidakpuasan satu sama yang lain. Apalagi jika dalam sebuah lembaga tidak diatur sistem yang sehat untuk bisa saling menjaga, memahami, dan menghormati. Lembaga pendidikan yang jauh dari perilaku kekerasan dapat menjadikan keamanan dan kenyamanan, baik itu bagi guru maupun siswa. Guru merasa aman dalam proses pembelajaran, tidak ada rasa ketakutan karena tuntutan orang tua maupun pihak yang lain. Bahkan guru pun merasa nyaman untuk menyampaikan materi tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Begitu juga anak didik akan merasa aman karena tidak ada gangguan dari teman dan juga tidak ada perilaku kasar dari guru yang mengajar. Tentu ini akan menciptakan kenyamanan juga bagi anak didik. Semua memiliki kebebasan untuk berekspresi, mengembangkan setiap potensi, dan berlomba untuk memacu kreatifitas secara sehat. Inilah sesungguhnya yang diharapkan dari sebuah lembaga pendidikan. Untuk menjadikan lembaga pendidikan yang bebas dari kekerasan, baik fisik maupun fisik, maka sangat diperlukan pola pengaturan yang jelas. Tanpa sistem yang tertata rapi tidak akan bisa mewujudkan kondisi lembaga pendidikan yang ideal. Konduktifitas sebuah lembaga memberikan jaminan untuk perkembang sesuai dengan harapan. 2
Sesungguhnya anak didik itu apa kata gurunya karena guru menjadi figur yang memberikan inspirasi bagi anak untuk selalu diikuti. Sebagai sosok figur yang selalu dijadikan panutan, maka guru memegang peranan yang sangat strategis, baik dalam membentuk sikap anak, mengajarkan pengetahuan, maupun melatih keterampilan. Untuk menjaga suasana yang kondusif, maka guru bisa membuat sistem untuk terciptanya keamanan dan kenyamanan suasana belajar. Hal ini bisa diwujudkan dengan membuat budaya positif sekolah. Tulisan ini akan bisa memberikan sumbangsih pemikiran untuk bisa mewujudkan sekolah tanpa kekerasan yang bisa membuat aman bagi guru dan kenyamanan bagi anak.
3
Latar Belakang Permasalahan Kasus kekerasan di dunia pendidikan masih marak terdengar, baik kekerasan fisik maupun psikis. Kalau melihat kasus-kasus yang terjadi antara guru dan anak didik, kadang masalahnya sepele. Ada guru yang menjewer telinga, sekedar mencubit, ada juga yang suka membentak, dan lain bentuknya. Permasalah itu yang kemudian banyak guru dilaporkan orang tua ke polisi dan berakhir di penjara. Bahkan ada orang tua yang main hakim sendiri dengan melakukan tindak kekerasan kepada guru. Kasus di Sidoarjo misalnya, ada guru yang divonis hukuman penjara
setelah mencubit anak. Kasus ini kemudian
mendapat pembelaaan dari sesama guru bahkan anak didik lainnya. Akhirnya guru lolos dari hukuman. Kajadian yang menimpa guru ternyata bukan hanya terjadi di Sidoarjo, tetapi banyak di daerah lain. Ini sebuah fenomena yang berakibat buruk terhadap wajah pendidikan di Indonesia. Tidak sedikit kemudian guru yang bersikap lemah, kehilangan idealisme karena takut mendapatkan tuntutan dari orang tua. Ada sebuah peribahasa, “tak ada asap jika tak ada api”, ini artinya semua yang terjadi karena ada penyebabnya. Kalau guru melakukan kekerasan kepada anak, tentu diawali oleh sebab. Mungkin saja karena anak tidak disiplin, anak memberikan sikap yang tak terpuji, atau sebab lain yang menyebabkan guru melakukan aksi yang tidak simpati. Berapa banyak anak yang merasa karena memiliki status sosialnya lebih tinggi, maka berlaku sewenang-wenang. Lebih parah lagi jika orang tua memberikan perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak boleh kesentuh dengan masalah. Jika ada masalah sedikit saja pada diri anak, orang tua mencoba mengambil alih permasalahan yang dihadapi oleh anaknya. Memang sangat disayangkan jika ada guru yang bertindak kekerasan kepada anak didik karena sesungguhnya seorang guru itu profesi yang sangat mulia. Lebih disayangkan lagi ketika melihat dan mendengar ada orang tua yang melaporkan guru ke polisi hingga harus divonis penjara. Padahal guru dan orang tua merupakan mintra dalam mendidik anak. Sama sama memiliki kewajiban untuk bisa mengantar kesuksesan anak. Tentu harus bersinergi agar apa yang diharapkan bisa terwujud.
4
Kekerasan juga bisa terjadi antar anak dengan anak. Seperti halnya kejadian yang menimpa anak didik di Jakarta yang masih berusia 8 tahun. Dia dianiaya oleh temannya sendiri hingga luka parah dan di bawa ke rumah sakit. Nyawa pun tak tertolong hingga menghembuskan nafas terakhir. Ini satu kejadian yang cukup mendapatkan perhatian serius. Kekerasan yang terjadi antar anak di sekolah tidak lepas dari beberapa sebab. Tontonan kekerasan yang terjadi di layar kaca, media sosial, maupun kejadian di dalam rumah tangga yang dilihat bisa sebagai pemicu. Tontonan kini seolah menjadi tuntunan. Tidak mungkin anak melakukan sesuatu tanpa melihat, mendengar, atau merasakan. Karena segala sumber ilmu pengetahuan itu dari telinga, mata dan hati. Anak-anak mencoba untuk meniru apa yang diketahui melalui indera pendengaran dan penglihatan. Dari sinilah sebenarnya awal segala masalah yang terjadi pada anak. Lingkungan pendidikan seperti sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Untuk itulah, tindakan kekerasan harus diminimalisir dan dijauhkan. Tidak selayaknya ada kekerasan di lingkungan sekolah. Sekolah adalah tempat bagi anak untuk mendapatkan pengalaman yang berharga, baik dalam mengembangkan potensi keilmuan, potensi sikap, maupun keterampilan. Permasalah yang menimpa anak-anak di sekolah sebenarnya dimulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya ucapan yang tidak enak didengar, olok-olokan, atau mungkin saja berawal dari gurauan. Dari masalah yang kecil, maka timbul amarah, dendam, dan akhirnya berujung masalah yang lebih besar hingga tidak jarang sampai pada urusan pidana. Kejadian seperti ini bukan hanya menimpa anak anak remaja, tetapi anak yang masih di bangku SD pun sudah mulai berperilaku seperti anak-anak remaja. Melihat perkembangan seperti ini sekolah tidak boleh tinggal diam. Sekolah harus membuat aturan agar sekolah jauh dari kekerasan sehingga kondisi sekolah bisa aman dan nyaman bagi semua warga sekolah.
5
Guru Profesi Sangat Mulia Menurut undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Jika dilihat secara garis besar, maka bisa dibedakan menjadi tiga hal, yaitu mengajar, mendidik, dan melatih anak didik. Sebagai pengajar, tugas guru adalah memberikan modal terkait aspek kognitif (intellectual) siswa. Agar materi bisa lebih muda diterima anak, guru haruslah menguasai berbagai strategi, model, metode, maupun teknik pembelajaran. Sebagai pendidik, maka berkaitan erat dengan nilai sikap dan tingkah laku (afektif) yang bisa dikembangkan untuk anak didik. Sebagai pelatih, guru melatih kecakapan berupa keterampilan dasar anak (psikomotor). Ketiga hal ini yang kemudian dinilai dan dievaluasi untuk ditindaklanjuti agar anak-anak betul betul memiliki modal yang kuat dalam menghadapi masa depan. Melihat tugas guru sebagaimana undang-undang di atas, maka sungguh tugas guru itu sangat mulia. Tidak salah jika masyarakat dan pemerintah sangat menaruh harapan yang besar kepada lembaga pendidikan yang bernama sekolah. Dari sekolah inilah diharapkan bisa mencetak pemimpin pemimpin masa depan yang hebat. Pemimpin pemimpin yang bisa membawa bangsa Indonesia mencapai kejayaan. Bangsa yang dihormati oleh bangsa lain dan bukan menjadi bangsa kuli. Ada sebuah kutipan dari pepatah Cina, “Jika Anda berencana untuk satu tahun, maka tanamlah biji bijian; Jika Anda berencana untuk sepuluh tahun, tanamlah pepohonan; Jika Anda berencana untuk seribu tahun, maka tanamlah manusia.” Dari penggalan terakhir pepatah itu, bisa dipetik sebagai nasihat, yaitu mempersiapkan manusia manusia yang akan menentukan masa depan bangsa. Sejalan dengan pepatah di atas, Dr. Khursyid Akhmad, MA, seorang pemikir dan pejuang Muslim dari India berkata, “Melalui pendidikan manusia ‘ditanam” dan dengan pendidikan, masa depan dibangun.” Betapa penting lembaga pendidikan formal, yang di dalamnya ada sosok yang sangat berpengaruh, yaitu seorang guru. Guru itu profesi yang sangat mulia dan dimuliakan oleh Allah. Bahkan dikatakan bahwa profesi guru itu paling 6
menguntungkan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Allah di dalam Surat Ali Imron: 104. “Dan Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, mengajak berbuat ma’ruf, dan mencegah perbuatan munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ada profesi yang betul betul bisa menguntungkan bagi yang menjalani, yaitu profesi yang menyeru orang lain untuk berbuat kebaikan, mengajak berbuat ma’ruf, dan mencegah perbuatan munkar. Ternyata itu semua ada pada diri seorang guru. Untuk itu jelas menjadi seorang guru haruslah berbangga hati dan berbahagia. Tidak ada alasan bagi guru untuk tidak mencintai profesinya. Seorang yang berprofesi sebagai guru juga memiliki investasi abadi. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW, “Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amal perbuatan, kecuali tiga perkara, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan orang tua.” Jika dilihat dari upah yang diterima, maka guru akan sering mengeluh karena merasa antara pekerjaan dengan imbalan kurang seimbang. Hal ini jika dibandingkan dengan profesi dokter, DPR, pejabat pemerintah, dan lainnya yang lebih besar. Tetapi ketahui bahwa seorang guru masih memiliki investasi dari apa yang diusahakan. Berapa banyak sodaqoh yang telah diterima dan masih tersimpan, yang suatu saat akan dicairkan oleh Allah, entah itu di dunia, yang pasti diakhiran akan mendapatkan ganti yang lebih baik. Guru juga mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi anak didik. Ketika ilmu itu dikembangkan dan terus bermanfaat bagi kemaslahatan umat, maka meskipun sudah meninggal, pahala ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir. Guru telah mendidik anak yang solih-solihah. Dari doa anak-anak yang solih-solihan pahala itu tak akan pernah berhenti. Betapa bahagianya menjadi seorang guru, jika mau menjalankan tugas profesinya dengan baik dan benar.
Budaya Positif di Sekolah Menjadi guru bukan hanya mengajar, tetapi mendidik, melatih, dan mengevaluasi perkembangan anak. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang profesi guru. Mengajar bukan sekedar mentransfer ilmu (transfer of knowledge), mengajar juga harus bisa memberikan nilai-nilai yang 7
positif sebagai bekal anak di kemudian hari (transfer of value). Ini artinya, seorang guru menjadi perancang dan disainer bagi anak-anak esok hari. Allah
telah
mengingatkan
kepada
kita
agar
memiliki
rasa
takut
meninggalkan generasi yang lemah. Allah juga memberikan solusi untuk bisa menjadikan anak-anak kita tidak lemah. Agar kita memiliki anak yang kuat dalam segala hal. Ada dua hal yang dipesankan sebagai solusi untuk dilaksanakan oleh orang tua, termasuk guru, yaitu memberikan keteladanan yang baik (rasa takut pada Allah) dan ucapan yang tepat (komunikasi). Ketika dua hal ini diterapkan di dalam lembaga pendidikan, maka tidak akan terjadi kekerasan, baik yang dilakukan oleh sesama siswa maupun oleh guru dengan siswa. Jangankan kekerasan fisik, kekerasan ucapanpun tidak akan terjadi. Firman allah dalam surat An-Nisa: 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan kata yang tepat.” Solusi yang diberikan Allah ini dibingkai dalam sebuah konsep pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan proses pengawalan terhadap potensi yang dimiliki sejak lahir. Sekolah memiliki peranan yang cukup strategi dalam membingkai program ini.
Terkait dengan pendidikan karakter, maka ada dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, membuat budaya positif di sekolah. Budaya positif adalah kebiasaan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Budaya positif sekolah ini dijadikan standar operasional prosedur yang harus dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai dari saat masuk ke sekolah sampai dengan pulang. Ada mekanisme yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam berbagi aktivitas. Misalnya, aktivitas saat menyambut kedatangan anak, saat masuk di kelas, saat di kantin, di perpustakaan, di laboratorium, dan di manapun, ada budaya yang harus diikuti. Budaya yang baik inilah yang akan melahirkan sebuah karakter yang baik bagi anak karena anak adalah peniru yang baik. Segala yang dilihat oleh anak, begitu cepat dicontoh dan bisa dengan mudah ditiru. Melalui budaya positif di sekolah, maka ada standar yang perlu dilaksanakan sebagai sebuah sistem kerja semua warga sekolah. Ketika didapati ada anak yang tidak sesuai dengan aturan, maka sekolah bisa memberikan 8
peringatan agar tidak terjadi penyimpangan. Sekolah juga bisa melakukan terapi sesuai dengan budaya yang berlaku. Jika ini dijalankan dengan sebaik baiknya maka kondusifitas sekolah akan tetap terjaga. Begitu juga dengan guru akan selalu mudah dipantau oleh pimpinan dalam menjalankan tugas. Kedua, membiasakan dengan komunikasi yang tepat. Ternyata komunikasi memiliki kesejajaran dengan takut kepada Allah (taqwa). Begitu besarnya dampak komunikasi, sampai-sampai dijelaskan begitu detail. Ada beberapa istilah yang perlu dibahas dalam tulisan ini. Ada ucapan yang tepat (qoulan sadidan), ucapan yang berbekas (qoulan balighon), ucapan yang lemah lembut (qoulan layyinan), ucapan yang menyelamatkan (qoulan salaman), ucapan yang meneguhkan (qoulan sabitan), ucapan yang memuliakan (qoulan kariman), ucapan yang santun (qoulan makrufan), Jika komunikasi efektif ini diterapkan dengan baik, tidak akan terjadi kekerasan di sekolah. Komunikasi ini juga seharusnya dibingkai dalam budaya positif, dijadikan standar dalam komunikasi. Berikut ini perlu dijelaskan secara mendetail tentang komunikasi yang efektif. Ucapan yang tepat (qoulan sadidan) merupakan bentuk komunikasi yang lebih menekankan pada teknik pilihan kata dan kondisi yang terjadi. Sebuah contoh, ketika memberikan nasihat kepada anak, maka seorang guru tahu pilihan kata yang tepat dan waktu yang tepat. Tidak dengan kata-kata yang bisa melukai hati. Apalagi berada di depan teman-teman yang mengakibatkan konsep diri seorang anak hancur. Akhirnya anak merasa tidak punya arti di depan gurunya. Inilah pemicu seorang anak mulai berani pada guru dan guru bisa kehilangan simpati dari anak. Ucapan berkesan (qoulan balighon) merupkan kata yang mengandung pengertian kata yang bisa diingat oleh anak untuk waktu yang cukup lama. Katakata motivasi merupakan bentuk kata yang berkesan. Dengan kata yang mengandung motivasi itu akan muncul dorongan atau semangat untuk memberikan yang terbaik. Kata-kata positif yang berkesan memiliki kekuatan yang sangat hebat. Seorang anak akan selalu mengingat kata-kata positif yang diucapkan oleh gurunya. Ucapan yang berkesan merupakan bagian dari komunikasi efektif yang mampu mempengaruhi orang lain.
Hindari
ucapan
negatif yang berbekas pada anak karena akan berakibat buruk. Kata
9
membandingkan dan labeling “nakal, bodoh, sulit diatur” merupakan kata kata yang akan mengukuhkan diri anak sebagaimana yang telah dilabelkan itu. . Ucapan lemah lembut (qoulan layyinan) adalah ucapan yang tumbuh dari hati yang tenang, senang, dan ikhlas. Ucapan yang lemah lembut dapat mengubah suasana hati yang kalut menjadi damai, nyaman, dan bisa membangun konsep diri yang positif. Ucapan yang lemah lembut cermin pribadi yang tenang dan jauh dari rasa kebencian. Seorang ulama besar Prof. Hamka mengatakan bahwa kata-kata yang lemah lembut dan beradab dapat melembutkan hati manusia yang keras. Ada sebuah penelitian yang dilakukan selama dua bulan oleh pakar dari Jepang, Dr. Masaru Emoto bersama sahabatnya yang bernama Kazuya Ishibashi., seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop. Masaru Emoto berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Mereka berdua melakukan penelitian air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, dan suara.
Gambar 1: Foto Kristal Air 10
Sungguh hasil yang mengagumkan bahwa kata-kata atau ucapan dapat mempengaruhi air. Kualitas air bisa beruba menjadi baik dan buruk karena respon dari kata-kata. Ketika air itu diberikan kata-kata yang bagus, lemah lembut, motivasi, maka bentuknya indah seperti liontin. Sebaliknya, ketika air diberikan kata-kata yang jelek, teriakan, makian, maka bentuknya berantakan. Bisa dibayangkan jika itu terjadi pada anak didik, maka yang terjadi adalah pembunuhan karakter. Ternyata kata-kata yang lemah lembut bisa berpengaruh positif terhadap perkembangan anak didik. Sebaliknya, kata-kata teriakan dan bentakan serta julukan yang buruk bisa berpengaruh negatif bagi anak didik. Ucapan menyelamatkan (qoulan salaman) adalah kata-kata yang memuat energi positif, terutama kata-kata yang penuh muatan doa dan kebaikan. Ucapan yang menyelamatkan bisa berpengaruh positif bagi yang mengucapkan dan yang mendengarkan. Bagi yang mengucapkan dapat mengontrol diri. Seorang guru yang terbiasa dengan kata-kata yang menyelamatkan menunjukkan kedewasan dan kejernihan hati. Dalam kondisi apapun yang keluar dari mulut guru selalu positif. Sadar bahwa kata-kata inilah yang kelak bisa memberikan kekuatan buat anak didik. Ucapan meneguhkan (qoulan sabitan) adalah ucapan yang mampu mengokohkan keyakinan pada anak didik. Perlu disadari bahwa setiap anak selalu memiliki kelebihan di samping ada kekurangan. Anak juga mempunyai keinginan yang besar untuk menyongsong masa depan. Ketika ada anak yang mempunyai mimpi besar untuk esok hari, maka seorang guru mempunyai kewajiban untuk memberikan penguat dengan kata-kata yang meneguhkan. Anak akan melampaui batas kekuatan yang dimiliki jika mendapat dorongan positif dari orang-orang yang dipercaya, orang-orang yang dicintai. Guru merupakan sosok yang sangat dipercaya dan dicintai oleh anak. Jika seorang guru memberikan keyakinan, peneguhan atas apa yang diinginkan anak, maka akan muncul keyakinan anak untuk bisa mewujudkan mimpi besar yang telah dimiliki. Hindari kata-kata yang bisa mematahkan semangat anak. Guru yang suka mematahkan semangat anak dapat mengubur segala potensi yang telah dimiliki oleh anak. Ucapan memuliakan (qoulan kariman) adalah ucapan yang memberikan penghargaan
kepada
orang
lain.
Ucapan
yang
memuliakan
senantiasa
memberikan pengakuan, memandang penting orang yang diajak berbicara, tanpa 11
meremehkan dan menganggap rendah orang lain. Seorang guru yang bisa memuliakan anak akan mampu mencari setiap potensi pada anak, tidak hanya melihat kekurangan anak. Ucapan yang terlontar pun selalu menunjukkan bahwa anak adalah sosok penting. Ada beberapa kata kunci dalam komunikasi terkait dengan kata yang memuliakan, yaitu kata “tolong, maaf, dan terima kasih”. Ketiga kata ini memberikan pengaruh positif sebagai bentuk penghargaan dan bentuk untuk memuliakan orang lain. Kata “tolong” biasanya dipakai ketika seorang guru meminta bantuan kepada anak didik. Dengan kata “tolong”, anak merasa dihargai bahkan anak merasa bangga karena sudah memberikan bantuan kepada gurunya. Kata “maaf” dipakai ketika ada suasana yang kurang nyaman atau merasa mengganggu orang lain. Dengan kata maaf, maka penerimaan itu akan menjadi positif meskipun ada keadaan yang kurang nyaman. Kata “terima kasih” merupakan wujud rasa senang karena mendapatkan bantuan dari yang lain. Ketika kata-kata ini dibiasakan di lingkungan sekolah, maka suasana sekolah akan tampak nyaman dan menyenangkan karena masing masing warga sekolah bisa saling menghargai dan saling memuliakan. Ucapan santun (qoulan makrufan) adalah perkataan yang menyenangkan dan tidak menyinggung perasaan. Ucapan yang santun merupakan cermin kepribadian dan bisa menjadi penuntun bagi yang diajak bicara. Agar bisa bicara dengan santun membutuhkan latihan sejak kecil, perlu bimbingan dari guru, butuh contoh dari lingkungan. Sebagai peniru yang baik, anak akan selalu melakukan apa yang didengar dan yang dilihat. Ucapan yang santun memiliki makna kata yang positif, baik dari sisi verbal maupun non verbalnya. Ucapan yang santun menjauhi kata-kata kotor atau jorok yang akan merusak moral anak.
Kesimpulan dan Harapan Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membangun masa depan bangsa. Bonus demografi yang begitu besar dimiliki oleh bangsa Indonesia harus ditata dengan baik. Penguatan pendidikan karakter di sekolah merupakan salah satu alternatif untuk keberhasilan pendidikan. Pendidikan karakter perlu diterjemah dalam bingkai pengawalan potensi anak. Untuk itu ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.
12
Pertama, sekolah membuat budaya positif yang berlaku untuk semua warga sekolah. Guru menjadi figur yang bisa memberikan contoh konkrit hadapan anak-anak.
di
Budaya mulai masuk sekolah hingga pulang dijadikan
standar operasional prosedur dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Kedua, sekolah menyusun standar komunikasi yang dilakukan oleh semua warga sekolah. Selanjutnya standar komunikasi diterapkan bersama sama. Untuk memudahkan pelaksanaan, berikut contoh tabel yang bisa membantu semua warga sekolah dalam berkomunikasi. Ada ucapan yang disarankan dan ada yang saharusnya dijauhi.. No 1
2
3
4
5
Ucapan
7
Ditinggalkan
Ucapan yang tepat
~ Pilihan kata yang tepat
~ Mempersulit
(qoulan sadidan)
~ Waktu yang tepat
~ Mempermalukan
Ucapan yang berkesan ~ Motivasi
~ Pembandingan
(qoulan balighon)
~ Labeling negatif
~ Penyadaran
Ucapan lemah lembut ~ Nada yang halus
~ Teriakan / bentakan
(qoulan layyinan)
~ Tidak menyinggung
~ Menyinggung
Ucapan
~ Mengandung doa
~ Ancaman
menyelamatkan
~ Memudahkan
~ Manakut-nakuti
(qoulan salaman)
~ Merespon positif
~ Kata negatif
Ucapan
meneguhkan ~ Dukungan
(qoulan sabitan)
6
Disarankan
Ucapan
~ Melemahkan
~ Meyakinkan
~ Menghambat
~ Optimis
~ Pesimis
memuliakan ~ Menghargai
~ Melecehkan
(qoulan kariman)
~ Pujian yang wajar
~ Makian
Ucapan santun
~ Santun
~ Menyinggung
(qoulan makrufan)
~ Tidak menimbulkan
~ Menimbulkan nafsu
nafsu
~ Meremehkan
~ Menghormati
Apabila budaya positif sekolah ini dibuat dengan penuh kesadaran dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, maka akan terjadi kondisi sekolah yang kondusif. Tidak akan terjadi kekerasan bagi guru dengan anak maupun sesama
13
anak didik. Jangankan kekerasan fisik, kekerasan ucapan pun tidak akan terjadi karena masing-masing telah mengikuti aturan yang telah disepakati. Proses pendidikan yang jauh dari kekerasan dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi anak didik. Belajar menjadi tenang tanpa rasa takut dan ini akan membuahkan hasil yang maksimal. Begitu juga bagi guru, akan muncul rasa aman. Karena tidak ada kekerasan di lingkungan sekolah, tidak ada kehawatiran ancaman. Mengajar menjadi tenang sesuai dengan
apa yang
menjadi tugas dan kewajiban selaku guru. Semoga sekolah sekolah di Indonesia menjadi lembaga pendidikan yang jauh dari kekerasan. Anak-anak bisa belajar dengan nyaman tanpa tekanan, baik dari sesama teman maupun dengan guru. Begitu juga guru bisa menjalankan tugas dengan aman tanpa intimidasi, tanpa bayang-bayang hukum akibat dari kekerasan yang terjadi. Selanjutnya bisa menghasilkan generasi yang kuat dan bisa dibanggakan oleh orang tua, masyarakat, dan bangsa.
14
Daftar Pustaka
Az, Lukman Santoso, 2008. Jagalah Lisanmu. Jogjakarta: Pustaka Insan Mandiri. Bachtiar, Surin, 2002. Az-Zikra, Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an dalam huruf Arab dan Latin. Bandung: Angkasa. Emoto, masaru, 2006. The True Power of Water. Bandung: MQ Publising. Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
15
Lampiran Persyaratan
16
Identitas Peserta Nama
: Drs. Najib, MA
NUPTK
: 9260745647200003
NIP/NIK
: 992066034
Pangkat/Golongan
: Penata Muda Tk 1. III/b
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tgl Lahir
: Gresik, 28 September 1967
Pendidikan Terakhir
: S.2 (Psikologi Pendidikan Islam)
Akta Mengajar
: Memiliki
Guru
: Kelas V
NPWP
: 19.433.327.4-606.000
Sekolah Tempat Tugas a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Nama Alamat Sekolah Kelurahan Kecamatan Kota Provinsi No. Tilp. Sekolah Seluler Alamat e-mail Alamat Blog
: SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya : Jl. Taman Bhaskara Utara : Kalisari : Mulyorejo : Surabaya : Jawa Timur : (031) 5927420 : 08885258507 :
[email protected] : najib.guru-indonesia.net
Surabaya, 19 Oktober 2016
Drs. Najib, MA
17