PENDIDIKAN KRISTEN: KESEIMBANGAN ANTARA INTELEKTUALITAS DAN SPIRITUALITAS Sarah Andrianti1
Abstrak Pendidikan Kristen pada dewasa ini tidak hanya dituntut dapat memberikan dampak intelektualitas atau kemampuan kognitif semata, melainkan juga mampu memberikan implikasi pada domain moralitas, bahkan spiritualitas peserta didik. Mengacu kepada wacana pendidikan nasional yang berdimensi pendidikan karakteristik, pendidikan Kristen dituntut mampu menumbuhkan kemampuan manusia peserta didik secara holistik; kognisi, afeksi, serta psikomotor. Pendidikan Kristen yang diajarkan di lembagalembaga pendidikan, dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, dari bentuk yang formal, informal dan non-formal, diharapkan mampu memberikanoutcome yang menjawab kebutuhan dan persoalan moral bangsa. Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah tidak sekadar disampaikan sebagai tuntutan formalisme belaka, namun memperjuangkan visi dan misi yang jelas dan tepat, untuk membangun manusia yang holistik, seimbang antara intelektualitas dan spiritualitasnya. Tulisan ini memaparkan secara eksposisif hakikat pendidikan Kristen yang harus mampu mencetak kualitas anak didik yang seimbang.
Christian Education: An Intelectuality and Spirituality Balanced
Abstract Christian Education at present time is not only required to give an intelectual impact or cognitive skill, but also capable to give an implication to morality even spirituality domain of learners. Refer to the insight of national education with characteristic dimension, Christian Education is required to be able to build learner’s skill wholly; cognition, affection, and psycho-motoric. Christian Education which is taught in institutions, from elementary to highest level, from formal, informal to non-formal shape, required to produce responsive outcome to the need and nation’s moral problem. Christian Education at schools is not only conveyed as mere formal requirement, yet striving a clear and proper vision and mission of education, that is to build human wholly, which 1
STT “Intheos” Surakarta (
[email protected])
1
intellectuality and spirituality are balanced. This article would explain as expoundedly an assence of Christian Education, which have to be able to produce learning outcome whise balanced quality; both intellectuality and spirituality. Keywords: pendidikan Kristen, intelektual, spiritual, seimbang
mereka lebih mengharapkan lulusan
PENDAHULUAN Sebuah
laporan
yang
yang
cakap
pada
kemampuan
didasarkan atas temuan lapangan di
kepemimpinan dan manajerial, dan
Amerika Utara yang disampaikan
kerohanian bukan menjadi hal yang
pada Institute for Excellence of
utama. Namun, anggota jemaat
Overseas Council International di
justru
Singapura pada September 2009
pertanyaan yang sama tersebut.
tentang jawaban atas pertanyaan
Mereka beranggapan bahwa mutu
mengenai hal yang diharapkan dari
kerohanian lulusan Sekolah Teologi
seorang alumni Sekolah Teologi
atau Sekolah Alkitab sebagai calon
atau Sekolah Alkitab sama sekali
gembala adalah tuntutan utama.
tidak
masalah
Dari laporan ini ternyata ditemukan
kerohanian atau spiritualitas.2 Saat
pendidikan Kristen yang belum
menjawab
menyinggung
Sekolah
Sekolah
Alkitab
menyeimbangkan antara intelektual
Teologi
atau
dan
spiritual
menyinggung kerohanian
didiknya,
Teologi atau Sekolah Alkitab. Dalam pendidikan Kristen
tidak
penulis yakin bahwa pembinaan
mutu
kehidupan spiritual atau kerohanian
spiritualitas.
sangat penting. Demikian pula jika
sekali pentingnya
atau
peserta
bahkan hal itu terjadi di Sekolah
menegaskan
lulusan sebagai hal yang utama, sama
atas
para
tentang kualitas akademis dari para
bahkan
lain
itu
pertanyaan
pendidik
menanggapi
dikaitkan
Demikian juga dengan para majelis,
dengan
pembinaan
intelektual, keberadaan keduanya 2 Purnawan Tenibemas, “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Pengarah (Bandung STT Tiranus. Juli 2010). Hlm. 3-5.
tidaklah
untuk
dipertentangkan.
Spiritualitas dan intelektualitasharus
2
dilakukan secara simultan. Tetapi
Pendidikan Kristen adalah :
mengingat kehidupan spiritualitas
“Pendidikan yang bersumber dan
orang Kristen saat ini semakin
berpusat pada Firman Allah yang
menurun, maka penekanan pada
tertulis dalam Perjanjian Lama dan
spiritual yang bersumber pada Allah
Perjanjian
perlu ditingkatkan.Maka dari itu,
Pancasila , berwawasan nasional
penulis hendak menelaah perlunya
dan global serta menekankan pada
keseimbangan antara intelektualitas
terwujudnya tinggi iman, tinggi
dan
pengabdian, tinggi disiplin, dan
spiritualitas
dalam
proses
Baru,
berasakan
tinggi ilmu/teknologi dari peserta
pendidikan Kristen.
didik sebagai pribadi yang uruh dan PENDIDIKAN KRISTEN
dinamis.4
Hakikat Pendidikan Kristen Homrighousen memaknai Kristen”
di
yang
atau
Pendidikan Agama Kristen dalam
“Pendidikan
pengertian ini tidak hanya berlaku
istilah
yang
pada lembaga-lembaga Pendidikan
untuk
Kristen, tetapi di dalam keseluruhan
sekolah-sekolah
dunia
pendidikan
.
Pendidikan
dijalankan
Kristen bukan pendidikan yang
organisasi
ditujukan kepada orang kristen atau
perhimpunan Kristen, yaitu istilah
pendidikan yang diselenggarakan
yang menunjuk kepada pengajaran
hanya oleh orang-orang kristen.
biasa yang diberikan dalam suasana
Hakekat pendidikan Kristen terletak
gereja
masih
Kristen
Enklaar
dipergunakan
pengajaran Kristen
istilah sebagai
biasanya
dan
Pendidikan
maupun
3
Kristen. Namun, pendidikan Kristen
pada pendidikan kristen itu sendiri
yang
dalam
yakni pendidikan yang bersumber
pembahasan ini adalah pengajaran
dan berpusat pada firman Allah dan
yang
Alkitab.
dimaksud
menekankan
penulis
pokok-pokok
iman Kristen yang berpusat pada Alkitab serta membawa kepada 4
pengalaman rohani bersama Kristus.
W. Gulo. “Penampakan Indentitas dan ciri khas dalam penyelenggaraan Sekolah Kristen”,Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.), hlm. 85.
3
E.G. Homrighousen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm. 19.
3
Salah satu tujuan pendidikan
pendidikan Kristen, sebagai salah
nasional yang tertuang dalam UU RI
satu alat untuk mencapai tujuan
No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional Indonesia
pendidikan
nasional
adalah
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
membangun
Visi dan Misi Pendidikan Kristen Visi
manusia
pendidikan
Kristen
bahwa
merupakan idealisme atau keadaan
pendidikan nasional menyangkut
ideal yang dicita-citakan atau yang
seluruh unsur pertumbuhan dan
ingin
perkembangan manusia, yaitu aspek
pendidikan
fisik, psikologis, intelektual, sosial,
Kristen merupakan pengakuan dan
serta
Demikian
pernyataan iman Kristen. Adapun
pula pendidikan Kristen, sebagai
visi pendidikan Kristen adalah:
salah satu alat untuk mencapai
Terwujudnya
tujuan
Nasional
Indonesia yang cerdas berdasarkan
menyangkut
Pancasila dan UUD 1945 yang
seutuhnya,
yang
berarti
mental-spiritual.
Pendidikan
Indonesia,
harus
dicapai
dilandasi
seluruh unsur pertumbuhan dan
oleh
Kristen.
lembaga Pendidikan
kehidupan
kasih
dan
bangsa
pelayanan
5
perkembangan manusia, yaitu aspek
Kristiani.
fisik, psikologis, intelektual, sosial,
Misi
pendidikan
Kristen
serta mental-spiritual, dan lain-lain;
merupakan
serta
pengamalan visi Kristiani tentang
menyangkut
iman
kepada
Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Jadi
pendidikan
dilaksanakan
disamping
perwujudan
dan
bagaimana cara untuk mencapai
Kristen
idea-idea yang dicita-citakan yang
sebagai
termaktub
dalam
rumusan
visi
menekankan
pendidikan Kristen di atas. Adapun
pokok-pokok iman Kristen yang
misi pendidikan Kristen dirumuskan
berpusat
sebagai berikut:
pengajaran
yang
pada
membawa
Alkitab
kepada
serta
pengalaman
Mewujudkan
pendidikan
rohani bersama Kristus sehingga
Kristen
peserta
mampu membangun manusia yang
didik bertumbuh
secara
yang
berkualitas
yang
fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual; disamping itu
5
http://mpkindonesia.webs.com/visipe ndidikankristen.htm
4
mempunyai kecerdasan intelektual,
dibedakan atas : sekolah Kristen dan
emosional, sosial dan spiritual yang
sekolah bukan Kristen. Demikian
tinggi yang dilandasi iman, kasih
pula jalur luar sekolah dibedakan
dan pelayanan Kristiani.
atas lembaga kristen dan lembaga
Mewujudkan Kristen
yang
bukan Kristen. 7
pendidikan
bermutu,
Disamping itu, Secara khusus
berdaya
saing, relevan dengan kebutuhan
Sekolah
masyarakat
berwawasan
Alkitab adalah salah satu bentuk
kebangsaan dan universal yang
kehadiran pendidikan kristen yaitu
berbasis pengetahuan dan teknologi
pendidikan
yang dilandasi oleh 4(empat) pilar
mengkhususkan pelayanannya pada
pendidikan:
know,
pembinaan atau pembekalan bagi
learning to do, learning to be, dan
anak-anak Tuhan yang terpanggil
learning to live together melalui
secara
pendidikan Kristen yang terstandar,
melaksanakan misi Tuhan di dunia.
serta
learning
pengelolaan
to
pendidikan
Teologi
sekolah
kristen
khusus
yang
untuk
diutus
yang Tujuan Pedidikan Kristen
efisien, akuntabel dan menerapkan prinsip good governance.6
Menurut Majelis Pendidikan di Indonesia,
Bentuk Pendidikan Kristen Pendidikan
atau
tujuan
pendidikan
Kristen dirumuskan sebagai berikut: Kristen
1. Mengembangkan segala potensi
berbagai
peserta didik (mental, spiritual,
jalur pendidikan yang dapat dibagi
sosial, intelektual, dan fisik)
dalam dua jalur, yaitu: a). Didalam
agar menjadi manusia yang
gereja
Katekisasi,
beriman yang dilandasi kasih
penelaahan Alkitab, Khotbah. b). di
dan pelayanan sebagai mana
luar gereja: Jalur luar gereja ini
yang
dapat dibedakan menjadi : Jalur
Yesus Kristus dan Alkitab
diselenggarakan
dalam
seperti
diajarkan
oleh
Tuhan
sekolah dan jalur luar sekolah. Penyelenggaraan Kristen 6
pada
pendidikan jalur
sekolah
7 Weinata Sairin. Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 86-87.
Ibid.
5
bernegara
2. Meningkatkan etika dan estetika serat
penguasaan
pengetahuan dalam
rangka
teknologi Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen
meningkatkan
kedamaian kesejahteraan dan keadilan
dan
Dalam rangka memantapkan
kesejahteraan
pelaksanaan identitas dan ciri khas
masyarakat Indonesia
pendidikan Kristen secara kontinyu
3. Meningkatkan mutu dan akses pendidikan Kristen di semua
dan
jenjang
gereja
jalur
dengan
kehendak Tuhan Allah.8
ilmu
dan
sesuai
dan
jenis
konsisiten
maka
dan
konfrensi masyarakat teologis9.
pendidikan dan memiliki daya
mengeluarkan
saing serta berstandar nasional
Pesan teologis yang diterbitkan oleh
maupun internasional.
konfrensi gereja dan masyarakat sistem
pada tanggal 29 September sampai 3
pengelolaan
Oktober 1998 yang berhubungan
4. Meningkatkan pengaturan
dan
pendidikan semakin
Kristen efisien,
dengan identitas dan ciri khas
yang
pendidikan
produktif,
prinsip
good
1. Visi dan
governance. 5. Membentuk
kristen
calon
pemimpin
beriman
kurikuler
berwawasan
oikumenis serta berkarakter dan
seluruh
sasaran
dan
praktek
pendidikan sehari-hari.
bagi
2. Pendidikan Kristen hendaklah
pendidikan kemanusiaan dengan
menekankan daya restoratif
membawa damai sejahtera, peka
dari angerah Allah kepada
dan
pelayanan
hendaklah
diterjemahkan secara jelas di dalam
dan
era
misi Pendidikan
Kristen
yang cakap dan profesional,
bervisi
dalam
reformasi yaitu:
demokratis, akuntabel dengan menerapkan
pesan
mampu
menanggapi
8
http://mpkindonesia.webs.com/visipe ndidikankristen.htm 9 Sularso Sopater, “Memantapkan Pelaksanaan Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen secara Kontinyu dan Konsisten”, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 19-22.
kebutuhan manusia dan dunia dalam
rangka
hidup
bermasyarakat berbangsa dan
6
7. Pendidikan kristen memberi
kehidupan pribadi di tengah masyarakat
dan
perhatian
komunitas
dan
mengakui
tingkat perkembangan setiap
global.
peserta didik.
3. Pendidikan Kristen hendaklah
8. Kurikulum pendidikan Kristen
menjadi (salah satu) tempat berlatih yang memungkinkan
hendaklah
peserta
kebhinekaan
didik
memiliki
kecakapan
dan
dalam
dunia
atau
emosi-emosi
9. Lembaga pendidikan Kristen merupakan suatu komunitas dalam pengertian Alkitabiah.
4. Semua yang terlibat dalam
dalam
kekayaan
realitas yang diciptakan Allah.
pemberian Allah secara utuh.
kegiatan
kompleksitas,
dan
mengungkapkan membagikan
mencerminkan
belajar pendidikan
10. Kurikulum
mengajar
Kristen
kristen
pendidikan memungkinkan
hendaklah memnadang masa
kelebihan dan keterampilan
depan secara serius dengan
artistik
cara
dimanfaatkan sepenuhnya,
menghadapi
realitas
lingkungan kehidupan yang
para
11. Komunitas
akan mereka hadapi dalam
Kristen
hidup mereka.
menerus
pengajar
pendidikan
hendaknya
terus-
mencari
dan
5. Kurikulum dalam pendidikan
mengupayakan cara-cara yang
Kristen hendaklah dirancang
lebih unggul melalui planning
untuk menjawab persoalan-
dan structuring for chance.
persoalan nyata dan peserta didik
dipersiapkan
12. Karena
menyakini
untuk
bimbingan Roh Kudus dalam
menghasilkan produk-produk
hidup peserta didik, usaha
nyata.
pendidikan
6. Di dalam pendidikan Kristen peserta
didik
Kristen
menyediakan peluang serta
mempelajari
mendorong tanggung jawab
suatu core knowledge base
peserta
dan
mempraktekkan
mengembangkan
life
skills yang esensial.
keputusan
7
didik
secara
untuk peambilan cermat
pilihan-pilihan yang dilakukan
5. Iman Kristen adalah proses
berdasarkan pengenala yang
perkembangan
memadai atas firman Tuhan.
berlangsung
yang sepanjang
kehidupan yang mencakup
Pendapat yang lain, Thomas
manusia yang utuh.
Groome menyatakan bahwa tujuan pendidikan Kristen adalah untuk
INTELEKTUALITAS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN
mendorong orang ke arah iman kristen yang dewasa sebagai realitas
Pengertian Intelektualitas
yang hidup. Adapun aspek-aspek
Intelektual, adalah sebutan bagi
yang penting dalam pendidikan Kristen10: 1. Iman
orang-orang yang menguasai ilmu kristen
pemberian
Allah
anugerahnya batiniah
tertentu ataupun orang-orang yang
adalah
cerdas
yang
cerdas,berakal, dan berpikiran jernih
dan
membimbing seseorang ke
berdasarkan
arah hubungan hidup dengan
mempunyai
Allah
cendekiawan,
di
dalam
cendekiawan).
Dalam KBBI, intelektual berarti
menyentuh
seseorang
(macam
Yesus
pengetahuan, kecerdasan
tinggi,
serta
totalitas
pengertian atau kesadaran, terutama
Kristus.
yg
2. Ada dimensi iman Kristen
menyangkut
pemikiran
dan
pemahaman.
yang bersifat kognitif, yakni
Nahapiet, S. and S. Ghoshal
kegiatan percaya. 3. Ada dimensi iman Kristen
mengatakan kompetensi intelektual
yang bersifat afektif, yakni
adalah karakter sikap dan perilaku
kegiatan mempercayakan.
atau
kemauan
dan
kemampuan
intelektual individu (dapat berupa
4. Ada dimensi Iman Kristen yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
tingkah laku, yakni kegiatan
pemahaman
melakukan.
pemahaman kontekstual, dan lain-
profesional,
lain) yang bersifat relatif stabil
10
Thomas Groome, Christian Religious Educations - Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita, dit. Daniel Stefanus (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), hlm. 107-113.
ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk dari
8
sinergi antara watak, konsep diri,
Contoh
motivasi internal, serta kapasitas
ilmuwan,seniman, para filsuf, dsb.
11
dari
mereka
adalah
pengetahuan kontekstual. Robbins
Intelektual kedua menurut Gramsci
& Judge juga mengatakan bahwa
adalah intelektual organik, sosok
kompetensi
personifikasi
intelektual
adalah
yang
gigih
dalam
reflektif
atas
kemampuan yang diperlukan untuk
perenungannya,
menjalankan kegiatan mental.12
konteks historisnya dan revolusioner
Antonio
Gramsci,
memperjuangkan
dalam
manifest
bukunya Selections from Prison
perenungannya
Notebooks, ia membagi intelektual
Intelektual
menjadi
sebutan bagi intelektual-akademisi
dua,
yaitu
intelektual
bagi
organik
kaumnya. merupakan
tradisional dan intelektual organik.13
yang
Setiap orang menurut Gramsci,
pembelajarannya
memiliki
membuka ruang atas terjadinya gap
potensi
menggunakan
untuk
mendedikasikan
antara
kemampuan
proses
sebagai
teori dan tidak
upaya
praktik.
Bagi
inteleknya, tetapi tidak semuanya
mereka,
dapat disebut sebagai intelektual
intelektual jika hanya diapresiasikan
(dalam artian sebagai salah satu
lewat buku semata. Sebaliknya,
elemen fungsi sosial).
lebih
dari
cukup
itu,
peran
perannya
bagi
berati
pemberdayaan masyarakat adalah
mereka yang secara terus menerus
satu kewajiban yang mutlak.Ada
melakukan hal yang sama dari
beberapa
generasi ke generasi. Mereka adalah
organik, yaitu sigap dan tanggap
penyebar ide dan mediator antara
dan
massa rakyat dengan kelas atas.
perubahan, mempunyai kesadaran
Intelektual
tradisional
ciri
senang
kritis
dari
intelektual
berkutat
(bukan
dengan
kesadaran
naif),
bergerak dari grassroad (dari akar
11
Nahapiet & Ghoshal, Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage. Academy of Management Review. Vol. 23. 1998, p. 245 12 Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. Organizational Behavior (New Jersey : Pearson International Edition, 2007), p. 42.
rumput),
mandiri,
tidak
mudah
dikooptasi oleh kekuasaan. Inti
intelektualitas
kepedulian
13
permasalahan
http://adhamaskipangeran.blogspot.com/20 10/06/intelektual.html
9
seseorang
adalah terhadap
masyarakat.
Kemampuan
untuk
merumuskan
merupakan kemampuan seseorang
persoalan zaman, keandalan untuk
untuk
melakukan
dan
zaman, keandalan untuk melakukan
kecerdikannya untuk memberikan
analisis dan kecerdikannya untuk
analisis 14
pemecahan masalah.
merumuskan
persoalan
memberikan pemecahan masalah.
Intelektualitas
merupakan Tahap Perkembangan Intelektual
sebuah pemahaman tentang ilmu
Auguste
pengetahuan yang jika dimiliki oleh
Comte,
seorang
seseorang maka orang tersebut akan
pelopor ilmu sosiologi (1798-1857)
membawa dirinya ke arah yang
dalam
lebih
Philosophie
maju.
sedemikian
Dan
orang
disebut
yang “orang
intelek”15 Jadi
intelektualitas
menyampaikan
tiga
tahap
perkembangan
intelektual,
yang
1. Tahap
menyangkut
dari
tahap
teologis;
pemikiran
sikap dan perilaku atau kemauan
semua
dan
mempunyai
berupa
merupakan
sebelumya:
pemikiran dan pemahaman karakter
individu,
De
Positive"
perkembangan
dengan totalitas pengertian atau
kemampuan
"Cours
masing-masing
adalah
kecerdasan yang dimiliki seseorang
kesadaranyang
bukunya
intelektual
tingkat
manusia benda
bahwa
di
jiwa
dunia dan
itu
disebabkan oleh suatu kekuatan
pengetahuan,
keterampilan,
pemahaman
yang berada di atas manusia.
profesional,
pemahaman
2. Tahap metafisis; tahap manusia
kontekstual, dan lain-lain, yang
menganggap bahwa di dalam
bersifat
ketika
setiap gejala terdapat kekuatan-
di
kekuatan atau inti tertentu yang
relatif
menghadapi sekitarnya.
stabil
permasalahan
pada
Intelektualitas
akhirnya
diungkapkan. adanya
14
http://www.waspada.co.id/index.php ?opinion=com_content&view=article&id=5 1002:-kontemplasi-intelektualitaskampus&catid=25:artikel&Itemid=44 15 http://altatra23.blokspot.com/2012/0 8/pentingnya keseimbangan relegiusitas intelektualitas
akan
dapat
Oleh
karena
kepercayaan
bahwa
setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha
10
untuk
menemukan
hukum-hukum
alam
yang
perdagangan bebas, baik tingkat
seragam.
ASEAN,
Asia
Pasifik,
maupun
3. Tahap positif: tahap dimana
dunia. Kondisi tersebut memerlukan
manusia mulai berpirkir secara
kesiapan daya manusia yang andal
ilmiah.
16
dan unggul yang siap bersaing dengan
Pendidikan Kristen pun perlu mengetahui
dapat
diterpakan
lain
di
dunia.17
tahap-tahap
perkembangan intelektual tersebut untuk
bangsa-bangsa
Tantangan
dalam
tentunya
juga
tersebut
diatas
melanda
dunia
pembinaan intelektual peserta didik
pendidikan
dengan
mengenai peran pendidikan kristen
tetap
dengan
menyelaraskannya
tujuan
pembelajaran
Kristen.
Berbicara
dalam pembinaan intelektual maka
pendidikan Kristen itu sendiri.
jika diingat kembali apa yang menjadi
misi
dari
pendidikan
Peran Pendidikan Kristen dalam Pembinaan Intelektual Tantangan pendidikan di
pendidikan Kristen yang berkualitas
Indonesia
yang mampu membangun manusia
saat
ini
Kristen
semakin
yaitu
kompleks. Kunandar menyatakan
yang
beberapa
globalisasi
intelektual, emosional, sosial dan
adalah sebagai berikut: Pertama,
spiritual yang tinggi yang dilandasi
perkembangan ilmu pengetahuan
iman, kasih dan pelayanan Kristiani.
tantangan
Serta
dan teknologi yang begitu cepat dan
Kristen
mendasar; Kedua, krisis moral yang melanda
bangsa
dan
yang
masyarakat
pendidikan
bermutu,
berdaya
serta
berwawasan
kebangsaan dan universal yang
dan globalisasi; Ketiga, krisis sosial, kriminalitas,
mewujudkan
kecerdasan
saing, relevan dengan kebutuhan
negara
Indonesia akibat pengaruh IPTEK
seperti
mempunyai
mewujudkan
berbasis pengetahuan dan teknologi.
kekerasan,
Demikian juga, salah satu tujuan
pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat; Keempat,
17
Kunandar,Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.), hlm.37-40.
krisis identitas. Dan kelima, adanya 16
http://id.wikipedia.org/wiki/Cend
ekiawan
11
dari
pendidikan
mengembangkan peserta
Kristen segala
yaitu
5. Manajemen
potensi
pendidikan
efektif,
yang
termasuk 18
didik (mental, spiritual,
pengawasannya.
sosial, intelektual, dan fisik) agar
Kelima
faktor
itu
menjadi
menjadi manusia yang beriman
kunci dalam mencapai keberhasilan
yang dilandasi kasih dan pelayanan
pendidikan
sebagai mana yang diajarkan oleh
realisasinya
Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab.
menyesuaikan
Demi pendidikan
Kristen,
menunjang
peran
perkembangan
Kristen
dalam
masyarakat.
dan
dalam
harus
tetap dengan
dan Dengan
kebutuhan demikian,
pembinaan intelektual harus ada
sewajarnya pendidikan Kristen baik
faktor-faktor
mampu
yang berbentuk pendidikan umum,
keberhasilan
maupun khusus seperti Sekolah
yang
mempengaruhi pembinaan
intelektual
Teologi
tersebut.
atau
Sekolah
Alkitab
Keberhasilan disini berarti bahwa
hendaknya tampil sebagai lembaga
keluaran sebagai hasil pendidikan
pendidikan
mempunyai kualitas dan relevansi
mengahadapi
yang
glabalisasi ini, yakni Pendidikan
sesuai
dengan
kebutuhan
tantangan
mampu di
Kristen
O. Simbolon faktor-faktor tersebut
mampu membangun manusia yang
antara lain:
mempunyai kecerdasan intelektual, cukup
berkualitas
era
masyarakat. Sebagaimana disebut
1. Tersedia
yang
yang
yang
emosional, sosial dan spiritual yang
tenaga
tinggi yang dilandasi iman, kasih
pendidikan yang bermutu,
dan pelayanan Kristiani.
2. Adanya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, 3. Tersedia biaya pendidikan yang memadai, 4. Sarana
pendidikan
yang
mendukung kurikulum, dan 18
O. Simbolon, “Strategi Pengembangan Sekolah Kristen pada Era Tinggal Landas”,Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, peny. Weinata Sairin (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 54.
12
spiritualitas,
SPIRITUALITAS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN
membuat
spiritualitas
diri
bermaksud
dan
hidupnya
dibentuk sesuai dengan semangat
Pengertian Spiritualitas Kata
manusia
cita-cita Allah. 20
menurut
John
Sidjabat, berasal dari akar kata
memberikan
spiritus (Latin) atau spirit (Inggris),
M.
Nainggolan
definisi spiritualitas
sebagai “kekuatan atau roh yang
menunjuk kepada substansi non material atau makhluk (being) yang
memberikan daya tahan kepada
substansinya
seseorang atau sekelompok orang
tidak
material.
Substansi tidak berwujud material
untuk
adalah Tuhan Allah. Allah itu Roh
memperkembangkan mewujudkan
(Yoh.4:24).19Istilah
adanya
mempertahankan, dan kehidupannya.
Spiritualitas sering dikaitkan dengan
spiritualitas berkaitan dengan halhal yang berasal atau bersumber dari
perkara kerohanian yang menunjuk
Tuhan yang menjadi bagian hidup
pada
dari manusia. Sebab manusia juga
mmperoleh
makhluk
keselamatan pribadi yang bersifat
material
(fisik),
yang
kesucian
Menurut
non-material yakni roh atau jiwa,
spiritualitas
pikiran dan hati nurani. M.
manusia
dalam atau
rohani.”21
sekaligus padanya terdapat substansi
Agus
aktifitas
seseorang
Hardjana
Nainggolan, adalah sebagai
gaya hasil
hidup dari
mendefinisikan spiritualitas berarti
kedalaman pemahamannya tentang
hidup berdasarkan atau menurut
Allah secara utuh. Allah dipahami
Roh.
hubungan
sebagai yang transenden sekaligus
dengan Yang Transenden, roh itu
sebagai yang imanen.22 Pengertian
adalah
di atas menjelaskan bahwa pola
Dalam
konteks
Roh
Spiritualitas
Allah
adalah
didasarkan
pada
bimbingan
Roh
sendiri.
hidup
pengaruh Allah.
yang 20
Agus M. Hardjana, Religiusitas, Agama dan Spiritualitas(Yogyakarta: Kanius, 2005), 65. 21 John M. Nainggolan, Strategi pendidikan Warga Gereja(Bandung: Generasi Info Media, 2008), 31-32. 22 John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media 2007), 2.
dan
Dengan
19
B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996), hlm,138.
13
hidup
seseorang
dalam
dunia
bagaimana seseorang mendapatkan
kehidupansehari-harinyamerupakan
pertolongan dan daya tahan dan
buah dari hubungannya dengan
semangat hidup untuk mencapai
Yesus. Kedekatan atau keakraban
kesempurnaan
sesuai 24
dengan
hubungan manusia dengan Yesus
kebenaran Alkitab.
secara transenden tampak dalam
spiritual berkaitan dengan iman
sikap hidup terhadap orang-orang
seseorang yang dengan dorongan
yang
Roh Kudus melakukan dan menjadi
adalah
imanensi/wujud
kehadiran Yesus.
Bagi McGrath
sesuai dengan kehendak-Nya.
Rahmiati Tanujaya
memberi
Pengertian yang praktis tentang
difinisi Spiritualitas menurut firman
spiritualitas
Tuhan adalah keberadaan seseorang
bahwa spiritualitas adalah sikap
yang tahu bagaimana ia harus
hidup
berelasi dengan Tuhan, sesama,
kebaikan Allah yang adalah Roh
dirinya sendiri dan ciptaan lain dan
pencipta hidup dan sejarah dalam
hidup berdasarkan apa yang ia tahu
kehidupan
tersebut. Pengetahuan itu sendiri
Spiritualitas Kristen adalah sikap
tidak bersumber
dari pola pikir
hidup
manusia melainkan harus besumber
damai
pada pola pikir Allah yang telah
kemurahan,
dinyatakan melalui firmanNya. 23
kelemahlembutan dan penguasaan
oleh
yang
Victor
memberlakukan
sehari-hari
berbuah
Tanya
kasih,
sejahtera, kebaikan,
manusia.
sukacita, kesabaran, kesetiaan,
diri. Ungkapan sikap hidup yang
Sementara, Alister E. McGrath spiritualitas
selalu berkarya karena itulah hidup
berasal dari kata ruach yang berarti
kita menghidupkan orang lain serta
roh,
Roh
membawa kebaikan bagi semua
memberikan hidup dan dorongan
orang yang pada dasarnya adalah
kepada seseorang untuk bertindak.
sesama ciptaan Tuhan.25Pernyataan
Spiritualitas Kristen berhubungan
Tanya
memberikan
nafas
dengan
definisi
atau
hidup
angin.
beriman
mengandung
pengertian
yang 24
Alister E. McGrath, Christian Spirituality (UK: Blackwell Publishing Ltd, 2003), p. 2. 25 Victor Tanya, Spiritual, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm. 89.
mendorong atau memotivasi dan 23
Rahmiati Tanujaya. Jurnal Veritas 3/2 (oktober 2002) 171-182,
14
bahwa spiritualitas Kristen harus
Berdasarkan
juga mewujud dalam sikap dan
diterima dan tinggal di dalam hidup
memberi
orang-orang
dampak
bagi
orang
disekitarnya. Jadi
Roh
percaya,
kehidupan
berdasarkan
karunia
mereka
yang
maka
yang
lama
diperbarui, menjadi manusia baru
beberapa
definisi di atas, maka peneliti dapat
(Ef.4:17-32).
menyimpulkan bahwa spiritualitas
hidup yang baru yang berada di
adalahgaya hidup seseorang sebagai
dalam kasih Allah (1Kor. 13).
hasil
Braden
dari
kedalaman
Mereka
memiliki
sebagaimana
dikutip
pemahamannya tentang Allah dan
Sidjabat mengatakan, : “spiritualitas
akibat dari relasi yang benar dengan
tidaklah sama dengan spiritisme,
Allah
yakni
yang
merupakan
suatu
suatu
pemahaman
akan
dorongan Roh Kudus yang timbul
adanya komunikasi di antara roh-
dari dalam hatinya yang mempunyai
roh dalam dunia roh dengan mereka
kerinduan untuk seperti Yesus dan
yang masih hidup (an attempt on the
memberi
parts
dampak
bagi
orang
of
the
spirit
world
to
communicate with the living).”26
disekitarnya.
Maka Dasar dan Tujuan Spiritualitas
harus
dibedakan
antara
spiritualitas dan spiritisme, karena
Spiritualitas Kristen merupakan
spiritualitas merupakan relasi orang
relasi secara pribadi dengan Tuhan
percaya dengan Tuhan melalui Roh
melalui Roh Kudus. Kehidupan
Kudus
spiritualitas
bukanlah merupakan paham yang
orang-orang
percaya
sedangkan
spiritisme
diakui dalam iman Kristen.
didasari oleh iman yang tertuju Dengan
Justo Gonzalez, sebagaimana
percaya dan beriman kepada Yesus
dikutip Pazmino,menyatakan : “that
Kristus
dan
the basis for Christian spirituality is
Juruselamat yang telah menebus
the Third Person of the Trinity. One
dosa-dosa dunia dan yang telah
is spiritual because of the presence
bangkit, maka mereka menerima
and indwelling of the Holy Spirit. A
karunia Roh, yaitu Roh Kudus
spiritual person, a spiritual teacher,
kepada
Yesus
Kristus.
sebagai
Tuhan
tinggal di dalam kehidupan mereka. 26
15
Sidjabat, hlm. 139.
mungkin untuk bertahan hidup selama satu minggu, demikian kerohanian kita tidak dapat bertahan bila kita hanya satu kali saja membaca Firman Tuhan. Kita memerlukan makanan rohani dari Tuhan setiap hari.”28
is one in whom the Spirit of the Lord dwells.”27Gonzalez
menunjukkan
bahwa dasar spiritualitas Kristen adalah Pribadi Ketiga dari Trinitas. Salah
satunya
adalah
spiritual
karena kehadiran dan berdiamnya Roh Kudus. Spiritual seseorang
Selanjutnya
Sidjabat
adalah satu dalam siapa Roh Tuhan
menambahkan
tinggal.
Allah memberikan prinsip nilai dan
Kekuatan akan
spiritualitas
berkembang
kehidupannya
apabila
ia
bahwa,
“Firman
orang
tatanan
hidup
dalam
bagaimana
kita
hidup
secara
terus
bijaksana,
mengahadapi
situasi
sehari-hari,
berakar dalam Firman Allah (bdk.
mujur atau malang.”29 Alkitab tidak
Mazmur 119; 2 Timotius 3:16-17;
berisi istilah spiritualitas, tetapi di
Yohanes
dalamnya
8:31-32),
ini
adalah
berbicara
mengenai
landasan spiritualitas. Yesus sendiri
perkara-perkara
menegaskan bahwa Firman Allah
Kristiani yang merupakan cakupan
itu
dari
dari spiritualitas itu sendiri. Bahkan
kuasa dosa, dan kebebasan dari
menurut John R.W. Stott Alkitab
kebodohan atau kepicikan iman,
memiliki
karena Firman itu menuntun kebada
diterima oleh setiap orang Kristen,
kebenaran sejati berkaitan dengan
“Menerima otoritas Alkitab adalah
asal dan tujuan serta panggilan
suatu kewajiban Kristen. Ini bukan
hidup di dunia (Yoh 17:17; 2 Tim
suatu sikap agama yang aneh, bukan
3:16,17). John Blanchard dengan
juga
mengutip D.L. Moody mengatakan,
melain
memberi
kemerdekaan
hidup
otoritas
gejala justru
yang
rohani
harus
ketidakmengertian, merupakan
tanda
“Seperti halnya seseorang tidak dapat makan sekali saja untuk bertahan hidup selama enam bulan atau menghirup udara sekali saja walau sebanyak 28 John Blanchard, How to Enjoy Your Bible(Colchester: Evangelical Press, 1984), p. 104. 29 Sidjabat, hlm. 140.
27
Robert W. Pazmino, God Our Teacher (Grand Rapids: Baker Academy, 2001), p. 100.
16
adanya iman dan kerendahan hati
mendoakan
(Mzm.
19:15).
Kristen yang sehat.”30
Spiritualitas merupakan pengenalan akan Allah secara lebih dalam dan
Jadi dasar Spiritualitas orang percaya adalah iman kepada Yesus
bermakna
Kristus,
oleh
Maka spiritualitas merupakan usaha
kehadiran dan kerja Roh-Nya yang
hidup rohani yang berpangkal dari
kudus di dalam kehidupannya yang
hati dan melibatkan seluruh segi
terus berakar dalam Firman Allah.
kemanusiaan orang itu: pikiran,
yang
dinyatakan
dalam
kehidupannya.
perasaan, imajinasi, jiwa, akal budi, Dasar Alkitabiah Spiritualitas
sikap, hati dan sebagainya. Menurut Lama
pendapat
orang
“perjalananmu akan berhasil dan
dalam kedalaman dirinya mencari-
engkau akan beruntung” (Yos 1:8)
cari kebenaran, merenung-renung
mengandung
keberadaannya
“yang Tuhan katakan disini adalah
Dalam spiritual
Perjanjian
adalah
keadaan
dalam
konteks
Whitney
janji
pengertian
bahwa,
mencari kebenaran, mencari Tuhan,
keberhasilan
hidup saleh, hidup berkenan di
menurut
hadapan Allah; memandang jauh
harus menurut pandangan dunia.
sambil
Dari perjanjian baru, kita tahu
berharap-harap;
merenungkan
atau
bahwa
menyimpan
dan
Tuhan
keberuntungan
pandangan-Nya,
janji
keberhasilan
tidak
dan
dalam hati (Yos. 1:8); mengingat
keberuntungan ini menunjuk kepada
atau memikirkan berulang-ulang,
keberhasilan rohani.”31
memperhatikan
untuk
mengerti
Kitab Yesaya menyatakan
(Mzm. 1:1; 49:4; 77:6). Spiritulitas
bahwa
keterlibatan
dalam Alkitab tidak hanya kegiatan
dengan
berbagai
yang dilakukan kepentingan diri
aktivitas keagamaan tidak menjamin
sendiri,
bahwa
tetapi
hasilnya
dapat
dirasakan oleh orang lain dengan
orang
seseorang
upacara
tersebut
dan
sudah
memiliki relasi yang benar dengan
mengucap, menyuarakan berulang, 31
Donald S. Whitney, 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994), hlm. 5051.
30
John R.W. Stott, Memahami Isi Alkitab, Dit. Oleh Paul Hidayat (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), hlm. 166.
17
Allah. Kebenaran ajaran tersebut
Nya dengan mengadakan relasi
jelas dalam Yesaya 29:13:
dengan Bapa-Nya untuk mengalami dan
“Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, ..” Yehezkiel adalah seorang
menikmati
kedekatan-Nya
dengan Bapa-Nya. Ia berdoa tanpa henti, bergumul sendirian sebelum mengambil keputusan. Para murid sering melihat Yesus berdoa – kadang-kadang
tidak
jauh
dari
mereka (Mat. 26:36; Luk. 22:41; 11:1). Menyempatkan diri untuk
imam yang menerima panggilan
menyendiri dan berdoa. ”Bangun
Tuhan sebagai nabi ketika berada di
pagi waktu masih gelap” (Mrk. 1:
pengasingan Babel (Yeh. 1:1-3),. Ia
35). Berdoa secara tetap (Luk.
mempunyai
keprihatianan sangat
5:16). Berdoa sepanjang malam
besar pada bait suci, keimaman,
(Luk. 6:12). Tutup pintu ketika
korban,
Allah.
berdoa (Mat. 6: 5-6). Hingga umur
Panggilan Yehezkiel atas pelayanan
30-an Yesus belajar, merenung,
kenabiannya datang melalui visi
berdoa.
kemuliaan
untuk
berdoa (Luk. 3: 21-22). Dalam
mengadakan pemulihan yang total
Matius 4:1-11, Markus 1: 12-13,
kepada Israel dari segala macam
selama 40 hari di padang gurun
penyakit dosa yang telah lama
tempat bergumul, Ia dicobai dengan
menyerang
untuk
makanan (roti), dengan kedudukan
mengembalikan kemuliaan Allah
tinggi (terjun dari bubungan Bait
kepada mereka yang telah lama
Suci), dan dengan harta kekayaan
tidak mereka alami oleh karena
(sembah sujud). Yesus bertumbuh
keberdosaan mereka.
dalam
dan
kemuliaan
Allah,
yaitu
mereka
serta
Pada masa Yesus hidup di dunia,
selain
sibuk
menyembuhkan, pelayanan
yang
mengajar,
dibaptis
spiritualitas-Nya
semakin
dikasihi
manusia.
”Dan
Yesus
sehingga
Allah Yesus
dan makin
bertambah besar dan bertambah
berkhotbah, lain,
Ketika
hikmat-Nya dan besar-Nya, dan
Yesus
menunjukkan hidup spiritualitas-
18
makin dikasihi oleh Allah dan
lewat firman-Nya, seperti dalam
manusia” (Luk. 2: 52).
Markus 10:17-22, Lukas 9:51-56,
Pada Yesus
masa
tidak
Lukas 22:24-30, atau Yohanes 8:11.
pelayanan-Nya,
pernah
bermaksud
Selain menerapkan beberapa
mengajarkan secara khusus tentang
metode disiplin spiritualitas dalam
spiritualitas kepada murid-murid-
pengajaran-Nya,
Nya. Ia membiarkan mereka berada
merupakan sosok yang memiliki
dalam
spiritualitas tinggi sehingga hidup
sebuah
penderitaan
atau
Yesus
sendiri
masalah. Setiap kali ada sebuah
rohani-Nya
masalah, Dia memakai kesempatan
diteladani. Dia tidak pernah lari dari
itu untuk menegur murid-murid-
firman Allah setiap kali menghadapi
Nya. Spiritualitas yang Dia berikan
guncangan-guncangan
pada
murid-murid-Nya
pelayanan. Disiplin spiritual-Nya
menghadapi masalah-masalah yang
amat terlihat dalam hal hubungan-
berupa teguran, nasihat, maupun
Nya dengan Bapa. Dalam Firman
pengajaran, untuk membawa murid-
Tuhan, dapat disebut doa-doa yang
murid-Nya semakin mengenal Dia
dipanjatkan-Nya kepada Bapa-Nya
dan untuk memperlengkapi mereka
di surga. Sejak kecil Dia sudah
dalam pelayanan mereka kelak.
disiplin
untuk
bergaul
dengan
Firman
Tuhan.
Contoh
terbaik
saat
Yesus
menerapkan
metode
benar-benar
dapat
dalam
disiplin spiritualitas melalui firman-
tentang hal itu dapat dilihat dari
Nya
murid-murid-Nya.
peristiwa Yesus ketika dicobai Iblis
Sebagai contoh adalah saat Petrus
di padang gurun (Mat 4:1-11).
diintimidasi oleh Iblis (Mat 16:22-
Setiap kali Iblis mencobai Yesus,
23). Juga sewaktu Tuhan Yesus
maka Yesus menangkisnya dengan
beserta
Firman Allah. Dengan demikian Dia
kepada
murid-murid-Nya ketika
bisa menguasai diri-Nya terhadap
murid-murid tidak percaya, kuatir,
hal-hal duniawi untuk memenuhi
dan takut, Tuhan Yesus menegur
kehendak
mereka (Mrk 4:40). Dan masih
menyarankan,
banyak lagi yang Kristus paparkan
mengalami
tentang
kemenangan
menghadapi angin
kedisiplinan
ribut,
spiritualitas
19
Bapa-Nya. “Bila lebih dalam
Whitney kita
mau
banyak
lagi
kehidupan
Kristen kita, haruslah kita bertindak
metafora yang menunjuk arti hal-hal
seperti
Yesus,
kita
harus
yang spiritual (1Kor 10:3-4; 15:44-
ayat-ayat
Alkitab
46; bd 1Ptr 2:5,9). Ketiga arti itu
dapat
dikaitkan pemahamannya dengan
membantu kita mengingat ayat-ayat
karya Allah di dalam diri Yesus
itu
Kristus dan melalui Roh Kudus.
menghafalkan sehingga
Roh
Kudus
pada
saat
kita
membutuhkannya.”32
Rasul Paulus di dalam surat 1 Korintus
Spiritualitas Yesus menunjuk
menggunakan
pada kehidupan yang terarah kepada
pneumatikos
Bapa-Nya
kedekatan
golongan tertentu di dalam jemaat
menjadi
Korintus yang menganggap diri
dengan
(keintiman, Bapa)
semangat
yang
pokok
menjalani
mereka
dan
untuk
kata
‘spiritual
menegur
atau
rohani’
memaknai seluruh aspek kehidupan-
dibandingkan yang lainnya. Hal ini
Nya:
dikarenakan
hubungan
dengan
sesama
mereka
merasa
terhadap
memiliki karunia-karunia istimewa,
dunia/alam semesta, bahkan dengan
yaitu karunia nubuat dan bahasa
diri sendiri. Seluruh perbuatan-Nya
roh. Rasul Paulus menegur jemaat
merupakan
Korintus
(mengasihi),
bersikap
kesatuan
kasih
dan
secara
keseluruhan,
kebenaran-Nya. Spiritualitas Yesus
termasuk golongan tertentu tersebut,
merupakan
hidup
yang walaupun mereka menganggap
orang-orang percaya (spiritualitas
dirinya dipenuhi dengan karunia-
Kristen).
karunia tetapi mereka masih hidup
contoh
gaya
Spiritualitas dalam Perjanjian
di dalam pertengkaran, percabulan,
Baru, terutama di dalam tulisan
penyembahan berhala, ajaran sesat
Rasul Paulus, mempunyai tiga arti
dan semacamnya. Oleh
yaitu tentang orang rohani (1Kor
sebab
itu
Paulus
2:13,15; 3:1; bdk Gal 6:1); tentang
menyebut orang-orang di Korintus
hal-hal rohani (1Kor
2:13; 9:11;
sebagai manusia duniawi yang tidak
bdk Rm 15:27; Ef 1:3); dan tentang
dapat menerima hal-hal spiritual
benda-benda
yang
merupakan
rohani suatu
yang
berasal
Roh
Allah.
Manusia duniawi adalah manusia
gambaran
psukhikos 32
dari
Ibid., hlm. 44.
20
yang
bersifat
jiwa,
alamiah (1Kor. 2:13-15; 15:44-46);
dipadamkan
(1Tes.
5:19).
dan sarkikos yang berarti bersifat
Spiritualitas
Kristen
adalah
daging (1Kor. 3:1; 9:11). Manusia
kesadaran persekutuan dengan Roh
duniawi hidup tanpa Roh Allah dan
Kristus yang tidak terputus oleh
oleh karena itu mereka tidak dapat
kedagingan dan dosa. Karena itu,
mengerti hal-hal yang spiritual.
spiritualitas Kristen yang unggul
Sebaliknya manusia spiritual adalah
adalah orang percaya yang sudah
manusia yang dapat menilai segala
pasti
sesuatu
karena
memutuskan secara konsisten dan
hidupnya dipimpin oleh Roh Allah
terus menerus untuk berserah pada
dan memiliki pikiran Yesus Kristus
pelayanan Roh Kudus.
(1Kor.
2:15)
(1Kor. 2:16).
dilahirkan
Jadi
Spiritualitas
kristiani
adalah
baik
kembali
dalam
yang
Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru,
pilihan yang harus diambil untuk
Alkitab
mengenal dan bertumbuh dalam
mengenai
hubungan sehari-hari dengan Tuhan
spiritualitas itu dan bagaimana para
Yesus Kristus dengan menaklukkan
tokoh
diri kepada pelayanan Roh Kudus
spiritualitas di dalam kehidupan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
mereka.
secara
jelas
apa
dan
Alkitab
berbicara bagaimana
menerapkan
berarti orang-orang percaya harus menjaga
komunikasinya
Spiritualitas dalam Pendidikan Kristen
dengan
Roh Kudus (1 Yoh. 1:9). Ketika
Pembentukan
orang percaya mendukakan Roh Kudus dengan melakukan dosa (Ef.
Spiritualitas
4:30; 1Yoh. 1:5-8), maka dosa yang
Kristen tentunya harus menjadi
dilakukan
tersebut
tekanan
tembok
penghalang
merupakan
bagi
pendidikan
dalam
dalam
Spiritual Pendidikan
semua
Kristen.
pemerhati Penekanan
orang-orang
kepada spiritulitas yang bersumber
percaya dan Allah. Ketika orang-
kepada Allah melalui keteladanan
orang
kepada
Yesus Kristus, adalah hal yang
Kudus,
sangat penting. Hal ini disebabkan
hubungan
antara
percaya
pelayanan hubungannya
tunduk Roh tidak
juga
akan
21
karena
semakin
banyak
ditemukan
“Spiritualitas
tanpa
God Our Teacher mengusulkan
senada
hahwa Yesus adalah guru agung
diungkapkan oleh Dallas Willard:
yakni sebagai teladan dan model
“spiritual
dimana hidup dan pelayanannya
kekristenan.”33
Hal
formation
for
the
Christian basically refers to the
yang
Spirit-driven process of forming the
mengatakan, “For Christians, Jesus
inner world of the human self in
alone stands as the Master Teacher,
such a way that it becomes like the
as the exemplar or model for
inner being of Christ himself.”34
teaching whose life and ministry are
Willard
worthy of passionate consideration
menekankan
bahwa
berharga.
Pazmino
emulation.”35Yesus
kehidupan spiritual Kristen adalah
and
kehidupan spiritual yang merujuk
berdiri sebagai Guru, sebagai contoh
pada
Roh
atau model untuk mengajar yang
sedemikian rupa sehingga menjadi
hidup dan pelayanan yang patut
seperti hati Kristus sendiri.
dipertimbangkan.36
proses
di
dalam
Alasan mengapa meneladani
Lebih
jauh
sendiri
Pazmino
Yesus karena perintah Yesus dalam
mengusulkan bahwa Yesus adalah
Yohanes
berkata
contoh pengajar dalam hal konteks,
“sebab Aku telah memberikan suatu
isi dan manusia. Yesus sebagai
teladan kepada kamu, supaya kamu
Anak
juga berbuat sama seperti yang telah
dipenuhi
Kuperbuat kepadamu.” Ayat ini
memberikan model ahli kepada guru
menunjukkan bahwa Yesus tidak
Kristen di setiap zaman dan situasi.
hanya sekedar mengajar murid-
Dengan mempelajari isi, konteks,
murid-Nya
dan
13:15
Yesus
tetapi
juga
menjadi
teladan bagi mereka.
Allah
yang
dengan
pengajaran
Kristen
dikasihi-Nya Roh
Yesus,
memiliki
standar
Kudus
orang yang
Sesuai dengan hal tersebut
digunakan untuk mempersiapkan,
Robert W. Pazmino dalam buku
melaksanakan, dan mengevaluasi
33
Tim Penyusun Buku dan Redaksi BPK Gunung Mulia. Memperlengkapi bagi Pelayanan dan Pertumbuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hlm. 279. 34 Dallas Willard, Renovation of the Heart: Putting on the Character of Christ (Colorado Springs: Navpress, 2002), p. 22.
35 36
22
Pazmino, hlm. 59. Ibid, hlm. 60
pendidikan Kristen dalam berbagai
tentang
bentuknya.37
menyatakan
Dalam pembinaan
pendidikan atau
kehidupan penggenapan
nubuat Yesaya
Kristen,
Kristus dari
tersebut,
bahwa
Kristus terus menerus dipenuhi Roh
pembentukan
Kudus.38
spiritualitas (Spiritual Formation)
Hidup di dalam karya Roh
merupakan unsur yang penting. Dalam hal ini penulis memaparkan
Kudus
pembentukan spiritual berdasarkan
meliputi : Pertama, diurapi Roh
keteladanan Yesus secara khusus
Kudus,
yang termuat dalam Injil Lukas.
menceritakan
terlibat
dalam
kehidupan
Lukas
Yesus
3:
21-22
bagaimana
Yesus
diurapi oleh Roh Kudus dalam
Dari hidup Yesus, orang-orang yang
dalam
peristiwa
pendidikan
pembaptisan
yang
Kristen dapat meneladani empat
dilakukan oleh Yohanes Pembaptis
dimensi kehidupan Yesus:
di sungai Yordan. Ketika Yesus dibaptis dan sedang berdoa, langit
1. Hidup di dalam karya Roh Kudus
terbuka dan Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati ke atas-Nya.
Yesus hidup dalam karya Roh
Kemudian
Kudus sudah dinubuatkan oleh Nabi
terdengar
suara
dari
langit: "Engkaulah Anak-Ku yang
Yesaya dalam Yesaya 11:2, “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat
Kukasihi,
kepada-Mulah
berkenan."
(Luk.
3:
21-22).
dan keperkasaan, roh pengenalan
Pernyataan
dan takut akan TUHAN;” dan di
menunjukkan
dalam Yesaya 42:1 yang berbunyi
ditugaskan tidak hanya sebagai nabi,
“Lihat,
yang
tetapi Ia adalah Mesias. Pengurapan
Kupegang, orang pilihan-Ku, yang
Yesus oleh Roh Kudus merupakan
kepadanya Aku berkenan. Aku telah
awal untuk melaksanakan tugas-
itu
hamba-Ku
dalam
Aku
bahwa
ayat
ini Yesus
Nya.
menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya kepada
Kedua, dipimpin Roh Kudus
bangsa-bangsa”. Enns menyatakan
dan diberi kuasa Roh Kudus. Di
ia
menyatakan
bahwa 37
catatan
hukum
Perjanjian
Baru
38
Paul Enns, The Moddy Hand Book Of Theology: Buku pegangan Teologi (Malang: Literatur Saat, 2004), hlm. 324.
Ibid.
23
dalam kitab Lukas kisah mengenai
Nya. Roh Kudus yang memimpin
baptisan dan pencobaan diselingi
seluruh aspek kehidupan-Nya.
dengan
silsilah
Sementara
Matius
merangkaikan setelah
(Luk.3:21-4:1). dan
pencobaan
baptisanNya,
2. Tekun di dalam doa.
Markus
Barclay menyebut Injil Lukas
Yesus
adalah
“Segera
Injil
doa,
Lukas
sesudah itu Roh memimpin Dia ke
memperlihat-kan
padang gurun (Mrk 1:12) dan di
pembacanya
dalam Matius 4:1 dituliskan “Maka
dalam menghadapi saat-saat penting
Yesus dibawa oleh Roh ke padang
dalam
gurun untuk dicobai Iblis.” Dalam
Lukas memperlihatkan bagaimana
pencobaan
Yesus dalam menghadapi saat-saat
ini
Roh
kudus
kepada
bagaimana
hidup-Nya,
Ia
Yesus berdoa.39
memimpin Yesus sekalipun Roh
penting
dalam
Kudus dengan kuat membawa ke
Lukas
mencatat
beberapa
doa
padang gurun untuk dicobai. Roh
Yesus.
Biasanya
doa-doa
yang
kudus terus memimpin Dia dan
dilakukan Yesus terkait dengan
dapat bertahan tidak makan selama
peristiwa-peristiwa
empat
ini
diantaranya: Ia berdoa pada saat
dengan
dibaptis (3:21). Ia berdoa sebelum
kekuatan dan pimpinan Roh Kudus
bertentangan dengan orang-orang
setelah Yesus ditahbiskan sebagai
Farisi setelah mengadakan mujizat-
Mesiasdengan urapan Roh kudus
mujizat (5:16). Ia berdoa sebelum
maka pencobaan dipadang gurun
memilih murid-murid-Nya (6:16),
yang dialami Yesus merupakan
sebelum
bukti bahwa Yesus dipimpin Roh
sekali tentang akan penderitaan-Nya
Kudus, dan sebagai Mesias Ia
(9:18-22). Ia berdoa pada saat
mampu
dimuliakan
puluh
menunjukkan
hari. bahwa
menghadapi
Hal
pencobaan-
pemberitahuan
(9:29).
pertama
Kembalinya
Hanya Lukas yang menceritakan
Pimpinan Roh Kudus yang terus-menerus
penting,
ketujuh puluh murid (10:17-21).
pencobaan yang menimpa diri-Nya.
berlangsung
pelayanan-Nya.
mengenai doa dalam perumpamaan
ini
tentunya berlaku juga dalam setiap
39
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009), hlm. 5.
pelayanan dan setiap pekerjaan-
24
sahabat pada tengah malam (11:5-
dan memiliki waktu doa dalam
13). Ia juga berbicara tentang
situasi apapun.
berdoa pada perumpamaan hakim yang tidak adil (18:1-8).
3. Hidup berpadankan Firman Tuhan
Ia juga
mengajarkan tentang perumpamaan
Hidup
tentang doa yang dilakukan oleh
berpadankan
firman
orang Faris dan pemungut cukai di
Tuhan adalah hidup yang sesuai
bait Allah (18:9-14).Ia berdoa di
dengan firman Tuhan. Injil Lukas
Getsemani
juga
menggambarkan bagaimana Yesus
mendorong murid-murid-Nya untuk
dalam keadaan yang paling sulit
berdoa di Getsemani (22:40). Ia
menangkal semua godaan setan
berdoa di atas kayu salib (23:46).
dengan firman Allah (Luk 4:1-13).
Hanya Lukas yang menceritakan
Dari Lukas 4:14 seterusnya Lukas
bahwa Yesus berdoa bagi Petrus
menunjukkan
pada saat mengalami pencobaan
melalui sabda dan perbuatan makin
(22:23). Dari sini sangat terlihat
menyatakan
bagaimana
Allah dan juruselamat yang maha
ketekunan
(22:39-46),
Ia
Yesus
memiliki
di dalam
bagaimana
Diri
sebagai
Yesus
Anak
kuasa.41
doa yang
Yesus di dalam kehidupan-Nya
menunjang kehidupan spiritual-Nya. peranan
berpadankan Firman Tuhan. Di
penting dalam kehidupan spiritual
dalam bagian ini akan dijelaskan
seseorang.
bukti
Doa
mengambil
Billy
dan
Keating
yang
menyatakan
bahwa
mengatakan bahwa hidup spiritual
Yesus berpadankan dengan firman
Kristen yang autentik membutuhkan
Allah yang mencakup dua aspek
komitmen doa.40 Tekun di dalam
yaitu: hidup berdasarkan Firman
doa
dalam
Tuhan dan Yesus menggunakan
doa
firman Allah sebagai dasar ajaran-
dapat
indikator:
diwujudkan memiliki
waktu
Nya.
pribadi, memiliki sasaran doa yang spesifik, berdoa di waktu khusus 40 Dennis J Billy C & James F. Keating, Suara Hati dan Doa Belajar Terbuka pada Kebenaran(Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 8.
41 Duglas, D.J (Pen Um), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,Jilid Satu. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992), hlm. 653.
25
Bagi orang percaya, Firman
bertanggung
jawab
membawa
Allah bukan saja pelita dan terang
peserta didik memiliki sikap dan
bagi jalannya, tetapi juga menjadi
tingkah laku yang sesuai dengan
senjata rohani, yaitu pedang Roh (Ef
firman
6: 17), meskipun ada banyak juga
mempertahankan spiritualitas.
sebutan
lainnya
juga
Firman
Allah.
berkarya Hal
untuk
untuk 4. Setia dalam beribadah.
menggambarkan Firman Allah. Roh Kudus
Tuhan
ini
Selama Yesus ada di dunia
melalui
berkali-kali
senada
Lukas
dengan yang diungkapkan Gene
bahwa
Edward Veith (Dengan Segenap
ibadah.
Akal Budi),
mengatakan kepada bapak-ibu-nya
menemui-Nya
Kristen
pernah
di
rumah-rumah
ibadah. Masuk ke rumah dalam ibadah sudah menjadi kebiasaanNya. Ibadah
adalah
persembahan
seluruh totalitas kehidupan kepada Allah yang tidak terbatas. Dalam ibadah ada suatu perjumpaan antara Allah dengan umat serta sesama umat yang bersama-sama berjumpa dengan Allah.43 Yesus sendiri dalam kehidupannya tidak pernah lepas
hidup
hubungan
dengan firman Tuhan. Sehingga pendidikan
sendiri
rumah
masa dewasa-Nya banyak orang
Tuhan adalah adanya kesesuaian perbuatan
Yesus
ke
Bapa-Nya (Luk 2:49) dan pada
Jadi hidup berpadankan firman
dan
pergi
bahwa Ia harus berada di rumah
Senjata orang Kristen adalah “Pedang Roh yaitu Firman Allah” (Ef 6: 17). Firman Allah adalah alat yang melaluinya Roh Kudus berkarya di dalam hati dan pikiran para pendengarnya ketika seseorang membaca Alkitab atau mendengar kebenarannya dari sebuah khotbah, diskusi pribadi, atau bahkan artikel akademis. Roh Kudus bekerja dengan penuh kuasa menghancurkan bentengbenteng Rasionalisasi dan dosa yang didirikan manusia untuk menghalangi Allah.42
perkataan
Yesus
menuliskan
dengan
Allah,
maka
sedapat mungkin Ia selalu mencari
juga
42 Gene Edward Veith, Dengan Segenap Akal Budi: Sukses di Perguruan Tinggi(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 76.
43 Duncan Forester. B. et al. Encounter with God An Introduction To Christian Worship and Practice (Edinburg: T &T, 1996).
26
kesempatan
dimana
Ia
dapat
KESEIMBANGAN ANTARA INTELEKTUALITAS DAN SPIRITUALITAS
berhubungan dengan Allah baik dalam persekutuan ibadah yang
Orang
melibatkan orang banyak maupun persekutuan-Nya
dengan
proses dalam
Kristen
melahirkan
aspek
artikel
karena Tuhan berkenan hadir dalam
religius
“Pendidikan
Membentuk
persekutuan tersebut.
di
Kristen:
Intelektual
Kristen”
menyampaikan, Pendidikan Kristen
spiritualitas
dalam
tidak
pendidikan Kristen harus berpegang
Yesus,
boleh
menjadi
suatu
pendidikan tanpa Allah (Godless
pada prinsip spiritulitas yang telah
Education)
yaitu
dalam
pengertian
pendidikan tidak dilandaskan akan
berada pada pimpinan dan kuasa Kudus,
yang
dalamnya. Nikson Sinaga dalam
panggilan-Nya, serta bersifat kudus
Roh
seseorang
memiliki
ungkapan syukur dan memenuhi
oleh
melahirkan
berintelektual, tetapi juga harus
pertemuan umat sebagai bentuk
diteladankan
dalam
Kristen seharusnya tidak hanya
dan
memberitakan Firman-Nya dalam
Jadi,
pun
sangat penting. Namun, pendidikan
percaya yang dinyatakan dengan Allah
yang
seorang intelektual Kristen menjadi
dan dipegang teguh oleh orang
melayani
pembelajaran
membentuknya. Peran pendidikan
beribadah
merupakan satu sifat yang dimiliki
aktivitas
memiliki
intelektual lahir dari adanya suatu
Allah
secara pribadi. Setia
yang
motivasi untuk mempermuliakan
dikomunikasikan
Allah.44 Begitu pula pada bagian
dengan Allah di dalam doa, selaras
prakata dari buku Dasar Pendidikan
dengan kebenaran firman Tuhan,
Kristen yang ditulis Louis Berkhof
serta mampu membawa ke dalam
& Cornelius Van Till menyatakan:
suasana ibadah sebagai bentuk rasa
Alkitab
syukur.
mengungkapkan
bahwa
manusia adalah ciptaan Allah yang harus memuliakan Allah, sehingga pendidikan tidak hanya berbicara 44
http://www.persekutuanstudireform ed.org/artikel44.html
27
tentang ilmu pengetahuan, tetapi
“The Call” yang juga dikutip oleh
juga moralitas hidup yang sesuai
Sire dalam prakata buku “Habit of
dengan
The Mind” mengatakan:
panggilan
dan
tututan
45
moralitas Allah. Pendidikan
Kristen
Calling is the truth that God call us to himself so decisively that everything we are, everything we do, and everything we have is invested with a special devotion, dynamism, and direction lived out as a response to his summons and service. (Panggilan adalah kebenaran bahwa Allah memanggil kita bagi diri-Nya sendiri dengan cara yang sedemikian menentukan sehingga segenap diri kita, segenap hal yang kita lakukan, dan segenap milik kita dipenuhi dengan devosi, dinamisme, dan arah yang khusus, yang dijalankan sebagai suatu tanggapan terhadap seruan-Nya dan sebagai pelayanan bagi-Nya.)47
perlu
berusaha menjawab tantangan untuk melahirkan
intelektual-intelektual
Kristen yang memiliki spiritualitas Kristen. Dalam mewujudkan citacita
ini
Pendidikan
Kristen
hendaknya memperhatikan hal-hal yang dianggap dapat mendukung mencapai cita-cita tersebut. Nikson Sinaga
memberikan
saran
bagi
pendidikan Kristen bahwa pertama, pendidikan Kristen perlu melihat kehidupan intelektual juga sebagai panggilan
Kristen.
Kedua,
Pendidikan Kristen harus mampu Berpikir yang merupakan bagian
memperlengkapi seseorang dengan pengetahuan
dan
iman.
dari
Ketiga,
kehidupan
intelektual
juga
merupakan bagian yang tidak dapat
pembelajaran pendidikan Kristen
dilepaskan dengan panggilan kita
harus tetap berpegang pada motivasi
sebagai
untuk mempelajari kebenaran.46
anak
Tuhan
untuk
mengasihi Allah dengan segenap
Dari pendapat tersebut dapat
akal budi kita (Lukas 10: 27).
dipahami bahwa Pendidikan Kristen
Sebagai
memang harus melihat kehidupan
bagian
dari
tugas
pendidikan, Pedidikan Kristen harus
intelektual sebagai suatu panggilan
mampu
Kristen. Os Guinness di dalam buku
mempersiapkan
dan
memperlengkapi seseorang dengan 45
Louis Berkhof &Cornelius Van Till, Foundation of Christian Education (Surabaya, Penerbit Momentum, 2007). 46 http://www.persekutuanstudireform ed.org/artikel44.html
pengetahuan dan iman. Tujuannya 47
James W. Sire, Habits of The Mind (Surabaya: Penerbit Momentum, 2007).
28
ialah supaya seseorang yang telah
yang masih menekankan pembinaan
diperlengkapi itu dapat memberikan
spiritual bagi para peserta didiknya
daya kritisi yang tajam atas ide-ide
selain akademis kognitif. Hal ini
maupun pemikiran-pemikiran yang
disadari karena seorang rohaniawan
tidak
tidak cukup hanya pandai tetapi juga
sesuai
dengan
kebenaran
Firman Tuhan. Tidak cukup sampai
haruslah
disini tetapi mereka juga mampu
Saleh dalam pemahaman bahwa
untuk mengarahkan ide-ide maupun
kehidupan
pemikiran-pemikiran tersebut pada
menjadi teladan bagi siapapun. 48
arah dan tempat yang sebenarnya.
saleh
dan
berkarakter.
spiritualitasnya
bisa
Sidjabat mengingatkan bahwa
Berkaca dari pendapat Sinaga,
dalam pendidikan Kristen, “Kualitas
hal yang perlu menjadi perhatian
seorang pekerja tidak boleh hanya
lagi ialah mengenai motivasi atau
diukur dari segi ketangkasannya
tujuan
itu
dalam melayani, apalagi dari segi
sendiri. Pendidikan Kristen harus
pengetahuan akademis semata.”49
mampu mengarahkan bahwa setiap
Orang yang dipakai Allah adalah
pembelajaran yang dikerjakan tidak
orang
boleh lepas dari suatu motivasi atau
terbuka untuk dibentuk dan dipakai
tujuan
oleh-Nya.
pendidikan
untuk
Kristen
mempelajari
kebenaran.
yang
sepenuh
hidupnya
Spiritualitas seharusnya bersifat
Pada kenyataannya , pada masa
dinamis, karena setiap individu
kini umumnya Sekolah Teologi
manusia selalu berkembang. Begitu
menaruh banyak perhatian pada
pula
pengajaran yang bersifat doktrinal
orang Kristen senantiasa bersifat
atau mutu akademis. Hal tersebut
dinamis, yaitu berkembang sesuai
terlihat
yang
dengan hakikat mereka sendiri.
diberikan juga pada akhir studi
Daya spiritualitas akan semakin
peserta didik dituntut mcenderung
berkembang
mengerjakan
menghadapi krisis-krisis psikologis
dari
ujian-ujian
karya
akhir
yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
akademis
kognitif.
Walaupun
dengan
48
kadar
spiritualitas
sementara
orang
Purnawan Tenibemas, “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Pengarah. Juli 2010, Bandung: STT Tiranus,hlm. 3-5. 49 Sidjabat, hlm. 137.
demikian tetap ada Sekolah Teologi
29
mencapai
seseorang untuk memiliki suatu
tujuan akhirnya (destiny of life).
kehidupan yang selaras dengan
Pertumbuhan spiritualitas seseorang
tujuan Allahbagi dirinya dan dunia
sendiri
ini.50
dan
sosiologis,
guna
merupakan
hasil
Pada
dasarnya
kehidupan
hubungannya dengan Allah, dalam
spiritualitas seseorang tidak boleh
wadah persekutuan orang percaya.
dilepaskan dari realitas kehidupan
Semakin
baik
spiritualitas
orang tersebut.
aspek
seseorang,
semakin KESIMPULAN
efektif mendukung aspek kehidupan yang
lainnya.
spiritualitas akan
Semakin
seseorang
Kesimpulan
tinggi
pembahasan
misalnya,
mendorong
ini
dari
semua
adalah
bahwa
pendidikan adalah salah satu hal
kualitas
tindakannya sesuai dengan nilai-
terpenting
nilai spiritualitas yang diyakininya.
manusia. Salah satu perannya dari
Berbagai tindakan dalam kehidupan
pendidikan
dan aktivitas sosial, akan senantiasa
profil
dilandasi oleh nilai-nilai spiritualitas
intelektual tinggi. Demikian juga
dalam dirinyaDidalam 1 Korintus
pendidikan Kristen, tidak hanya
2:14-3:3, menekan akan pola pikir
berperan
rohani yang dikontraskan dengan
intelektual
manusia
memiliki pengetahuan yang tinggi
duniawi
menggabungkan Pentakosta
yaitu
dengan
salib
dan
dalam
bergantung
pada
tetapi
dalam
kehidupan
adalah
manusia
membentuk
yang
dalam
memiliki
membentuk
seseorang
yang
terpenting
dalam
adalah
bagaimana mengarahkan intelektual
bentuk
seseorang
kemenangan
tersebut
dipergunakan
Roh
bagi kemuliaan Allah atau dengan
Kudus.Inilah jalan keseimbangan
kata lain pendidikan kristen harus
yang dapat membawa manusia ke
mampu membentuk intelektualitas
dalam
kristen yang memiliki spiritulitas
Kristus
dan
kehadiran
kebahagiaan
dan
yang
kesejahteraan hidup. Irish
V
Cully,
tinggi
sebagaimana
yang
seorang
pendidik Protestan percaya bahwa
50
Iris Cully. A Practikal Theology of Spirituality. (Grand Rapids: Zondervan, 1987),p. 13
hidup dihadapan Allah menolong
30
Yesus sudah teladankan selama ia
ada di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009. Berkhof, Louis. & Till, Cornelius Van. “Foundation of Christian Education”, Surabaya, Penerbit Momentum, 2007. Billy C, Dennis J. & Keating, James F. Suara Hati dan Doa Belajar Terbuka pada Kebenaran. Yogyakarta: Kanisius, 2009. Blanchard, John. How to Enjoy Your Bible. Colchester: Evangelical Press, 1984. Cully, Iris. A Practikal Theology of Spirituality. Grand Rapids: Zondervan, 1987. Dijk, John van. Christian Presence in Christian Highet Educatian. Salatiga: Bina Darma-BKPTKI. 1992. Duglas, D.J. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,Jilid Satu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992. Enns, Paul. The Moddy Hand Book Of Theology: Buku pegangan Teologi. Malang: Literatur Saat, 2004. Forester B, Duncan. et al. Encounter with God An Introduction To Christian Worship and Practice. Edinburg: T &T, 1996. Groome, Thomas. Christian Religious Educations - Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita, dit. Daniel Stefanus. Jakarta: Gunung Mulia, 2010. Hardjana, Agus M. Religiusitas, agama dan spiritualitas.Yogyakarta: Kanius, 2005. Homrighousen, E.G. & Enklaar, I.H. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.. Kunandar,Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. McGrath, Alister E. Christian Spirituality. UK: Blackwell Publishing Ltd, 2003. Nahapiet & Ghoshal, “Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage”. Academy of Management Review. Vol. 23. 1998, p. 245 Nainggolan, John M. Menjadi Guru Agama Kristen. Bandung: Generasi Info Media, 2007. Nainggolan, John M. Strategi pendidikan Warga Gereja. Bandung: Generasi Info Media, 2008. Pazmino, Robert W. God Our Teacher. Grand Rapids: Baker Academy, 2001. Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. Organizational Behavior. New Jersey : Pearson International Edition, 2007.
31
Sadono, Sentot. Pengembangan Kompetensi Profesional. Semarang: Program Pascasarjana STTBI, 2005. Sairin, Weinata. Identitas Dan Ciri Khas Pendidikan Kristen Di Indonesia antara konseptual dan operasional. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Sidjabat, B. Samuel. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996. Sire, James W. Habits of The Mind. Surabaya: Penerbit Momentum, 2007. Stott, John R.W. Memahami Isi Alkitab. Dit. Oleh Paul Hidayat. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000. Tanujaya, Rahmiati. Jurnal Veritas 3/2, Oktober 2002. Tanya, Victor. Spiritual, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Tenibemas, Purnawan. “Spiritualitas di Sekolah Teologi”. Jurnal Teologi Tim Penyusun Buku dan Redaksi BPK Gunung Mulia. Memperlengkapi bagi Pelayanan dan Pertumbuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Veith, Gene Edward. Dengan Segenap Akal Budi: Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. Whitney, Donald S. 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1994. Willard, Dallas. Renovation of the Heart: Putting on the Character of Christ. Colorado Springs: Navpress, 2002. http://mpkindonesia.webs.com/visipendidikankristen.htm http://adhamaskipangeran.blogspot.com/2010/06/intelektual.html http://www.waspada.co.id/index.php?opinion=com_content&view= article&id=51002:-kontemplasi-intelektualitaskampus&catid=25:artikel&Itemid=44 http://altatra23.blokspot.com/2012/08/pentingnya keseimbangan relegiusitas intelektualitas http://id.wikipedia.org/wiki/Cendekiawan http://www.persekutuanstudireformed.org/artikel44.html
32