ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Pendidikan Islam, Tantangan dan Prospektif di Wilayah Syariat Islam Aceh Abu bakar Dosen Kopertis Wil I dan Mhs. Program Doktor Pendidikan Islam IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak: Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah, tidak ada perbedaan antara pendidikan umum dan pendidikan Islam, berbeda terjadi tak kala menekankan pada demensi-demensi demensi yang ingin dikembankan, seakan-akan seakan menjadi suatu paradigm. paradigm Karena Aceh adalah wilayah Syariat, maka pendidikan Islam harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistimatis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang. karena pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan ngan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan selalu dihadapkan pada perubahan, baik perubahan zaman maupun perubahan masyarakat. Maka, mau tidak mau pendidikan Islam harus di design mengikuti irama perubahan tersebut, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan atau akan ditinggalkan oleh masyarakatnya. masyarakatnya Kata Kunci : Islam, Pendidikan, Syariat A. Pendahuluan 1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar terencana dan sistimatis untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak agar dapat memajukan kesenpurnaan hidup peserta didik sehingga berguna bagi agama, bangsa dan negaranya. Pendidikan bertujuan memanusiakan manusia sehingga seluruh peserta didik dapat tercapai sebagaimana yang tersirat dalam maksud pengertian di atas. Bagaimana dengan pendidikan Islam, secara prinsipil maksud dan tujuannya adalah sama membangun manusia yang berpribadian sesuai dengan norma-norma, norm stressingnya nya hanya lebih pada nilai-nilai nilai keIslaman atau suatu proses pengarahan perkembangan manusia (ri’ayah) baik pengembangan jasmani, akal, tingkah laku dan kehidupan sosial diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan sesuai dengan nilai-nilai nilai Islam. Meskipun maksud dan tujuan pendidikan Islam dan berbagai pendidikan lain adalah sama, namun dalam masyarakat sering ring kali adanya dikhotomi yang menonjol antara pendidikan umum dan pendidikan yang berbasis keIslaman. Banyak dari masyarakat memilih pendidikan Islam sebagai pilihan terakhir setelah mereka gagal memasuki pendidikan umum lainnya, dalam anggapannya pendidikan pendidikan umum lebih memberi peluang dalam membentuk sumber daya anaknya menjadi lebih baik, padahal pendidikan Islampun sebenarnya mampu memberikan lebih pada anaknya, karena pendidikan Islam memiliki dampat multi dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. akhir Pemahaman itu terasa wajar, karena konseptual dan kelembagaan pendidikan Islam sendiri yang memuncul anggapan seperti itu, dan hal ini telah terjadi dalam waktu yang sangat lama. 2. Rumusan masalah Berdasarkan gambaran di atas perlu kiranya dicermati apa apa yang menjadi penyebab sehingga muncul di kebanyakan pemikiran masyarakat bahwa pendidikan umum lebih baik dari pendidikan yang berbasis Islam, untuk focus masalah penulis membatasi dalam rumusan masalah berikut : a. Apa saja yang menjadi factor penyebab kecendrungan kecendrungan masyarakat muslem menyekolahkan anaknya pada pendidikan berbasis Islam rendah b. Bagaimana upaya lembaga pendidikan berbasis Islam dalam meningkatkan minat masyarakat Muslem untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan Islam c. Bagaimana konsep p dasar pendidikan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan kependidikan masyarakat Muslem B. Pembahasan Kajian tentang pendidikan, baik konsep, teori dan fenomena selalu saja relevan dan menarik untuk di bahas, karena isu pendidikan juga menyangkut dengan kebutuhan masyarakat banyak, baik kalangan menengah ke atas dan kalangan bawah, bahkan pendidikan bagi sebahagian masyarakat dewasa ini sama dengan kebutuhan pokok lainnya. Permasalahan muncul di kalangan masyarakat adalah cukup banyak masyarakat yang lebih lebi cendrung memilih pendidikan umum dari pendidikan Islam, padahal pendidikan Islam juga menawarkan jurusan-jurusan jurusan yang sama dengan pendidikan umumnya, yang mengherankan kecendrungan ini justru terjadi pada masyarakat Muslim itu sendiri, yang lebih ironis lagi fenomena itu tidak hanya terjadi dikalangan masyarakat awam agama Islam, tetapi di kalangan masyarakat yang melek agama Islam juga menunjukkan fenomena yang sama. 41
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
a. Faktor - faktor penyebab kecendrungan masyarakat Muslim menyekolahkan anaknya pada pendidikan didikan berbasis Islam rendah Apabila kita cermati secara mendalam maka faktor – faktor tersebut dapat bersumber dari pendidikan Islam itu sendiri, paradigma yang berkembang tentang pengajaran Islam dan konsep pendidikan Islam itu sendiri, dalam pembahasan n berikut akan kita bicarakan sebagai berikut antara lain : 1.
Terjadinya multi tafsir dan pemilahan antara pendidikan dan belajar agama Islam dalam kebanyakan masyarakat Muslem.
Di kalangan masyarakat Muslim sendiri sampai saat ini tidak dapat kita kita pungkiri masih banyak terjadi pemahaman yang berbeda menyangkut dengan pendidikan dan belajar agama Islam, ada yang beranggapan belajar yang paling utama adalah belajar ilmu agama dan tempatnya adalah lembaga pendidikan tradisional seperti pasantrenpasantren pasantren (dayah), balai-balai balai pengajian dan menjadi fardhu A,in bagi setiap Muslim sejati, belajar agama di tempat lain tidak sah, kitab-kitab kitab yang menjadi sumber belajar juga terbatas pada kita tertentu saja, bahkan terlarang karena bukan bersumber dari ulama-ulama ulama tertentu, buku-buku buku buku yang menjelaskan pengetahuan agama tidak boleh di pegang karena tidak bersumber dari kitab-kitab kitab kitab yang mereka pergunakan. Ada anggapan yang lebih ekstrim bahwa orang Muslem tidak boleh mempelajari dan menafsirkan hadist dan al-Quran al Quran di luar empat mashab. Bagi sebahagian besar kelompok ini, menempuh pendidikan di luar pendidikan lembaga tersebut adalah mengejar dunia dan tidak diperlukan, sehingga ketika pertama muncul berbagai pendidikan tinggi yang berbasis KeKe Islaman mendapat tantangan yang luar biasa, karena dianggap pendidikan tinggi tersebut telah mencampur aduk dunia dan akhirat, sehingga menurutnya harus ada pemisahan siapa yang mengejar akhirat belajarnya di dayah-dayah, dayah dan yang mengejar dunia pada pendidikan umum. u Pembelajaran dan pemisahan nilai-nilai nilai nilai pendidikan semacam itu menyebabkan kecenderungan berfikir masyarakat juga tentang pendidikan Islam sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan, pelatihan dan pendidikan menjadi lemah, sehingga anggapan apabila anaknya lulus pendidikan tinggi Islam akan jauh berbeda dengan kemampuan lulusan dari pendidikan umumnya. 2.
Sejarah pendidikan Islam pada saat pertama muncul terkesan tradisional dan dukungan pemerintah yang minim
Sejak pertama muncul pendidikan Islam (madrasah) pada saat itu terkesan sebagai pendidikan yang bersifat tradisional dan jauh dari sentuhan-sentuhan sentuhan sentuhan kemajuan. Oleh karena itu, kondisi tersebut secara alamiah akan membangun image masyarakat bahwa pendidikan Islam identik dengan pendidikan yang terbelakang yang hanya dikonsumsi oleh rakyat kecil. Pengalaman sejarah ini membangun asumsi-asumsi, asumsi asumsi, bahkan menjadi paradigma, hal ini juga di kuatkan oleh adanya kondisi pendidikan Islam yang kurang mendapat perhatian penuh dari pemerintah, menimbulkan asumsi bahwa penyelenggaraan pendidikan Islam itu diselenggarakan dengan apa adanya, bahkan sering kali pendidikan Islam muncul dari hasil inisiatif beberapa orang saja tanpa dukungan yang memadai memadai dari pemerintah, hal ini masih terjadi sampai sekarang, misalnya kita lihat alokasi dana pemerintah untuk pendidikan naungan Kemendikbud tahun 2012 sebesar 303 triliun, sedangkan dana pendidikan Kemenag pada tahun yang sama hanya 40 triliun, demikian demiki juga halnya dalam pengembangan sumber daya manusia masih juah dari memadai sebagaimana yang diberikan pada pendidikan umum, sehingga pendidikan Islam termarginalkan dari pada pendidikan umum (Nuroel Yakin 2013). 3.
Fokus pendidikan Islam pada umumnya lebih menitikberatkan pada ilmu-ilmu ilmu keislaman
Sebagaimana yang telah di singung di muka, secara kelembagaan sekularisasi pendidikan di Indonesia di sengaja atau tidak, telah menggiring pada terbentuknya paradigma dikhotomi pendidikan, pendidikan pendidik agama di satu sisi dan pendidikan umum di sisi lain. Kita sadari atau tidak sejak merdeka sampai dengan era akhir 1990an proses pendidikan di lembaga pendidikan agama secara umum lebih terfokus pada peningkatan penguasaan ilmu-ilmu ilmu ilmu keislaman semata dan d tidak jarang diarahkan menjadi pemikir--pemikir pemikir keislaman dan penceramah saja, dengan doktrin-doktrin doktrin yang sama dengan guru-gurunya, gurunya, sedikit sekali adanya penguatan dalam aspek sains dan teknologi, lulusannya sebagian besar mereka memang menguasai peradaban (tsaqafah, karakter dan kepribadian yang baik, tapi disisi lain mereka lemah dalam perkembangan sain dan teknologi, hasilnya hampir tidak ada kesempatan kerja pada sector industry, perdagangan, perbankan, jasa dan lain-lain. lain. Sehingga benar, kebanyakan dari lulusan pendidikan Islam hanya terserap sebagai guru di lembaga pendidikan madrasah, dosen PTAI, guru pasantren dan berbagai staf di lingkungan Kemenag saja atau pendiri pasantren baru dengan konsep yang sama dengan pengalaman yang telah dimilikinya. 42
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Pada sisi lain pendidikan yang berlangsung pada pendidikan umum telah melahirkan alumni-alumni alumni yang menguasai sains dan teknologi dan dapat menempati berbagai kesempatan kerja, baik yang bersifat domestic dan international, namun disisi lain pula, banyak di antara mereka tidak memiliki integritas dan gagal membentuk karakter, kepribadian dan peradaban (tsaqafah) ( yang islami sehingga melahirkan berbagai fenomena yang merusak pembangunan bangsa dan negara ini.
4.
Asumsi Stake Holders terhadap lulusan Pendidikan Pendidikan Islam Berbeda dengan lulusan pendidikan umum.
Perkembangan pendidikan Islam pasca era 90-an 90 an memang menunjukkan perkembangan yang siknifikan, misalnya muncul pembelajaran sains dan teknologi pada lembaga pendidikan Islam, dayah terpadu, pasantren modern, bahkan ada perubahan nama lembaga pendidikan Islam menjadai universitas, ini telah membuka peluang bagi PTAI untuk merubah paradigma dari focusing pendidikan pada kajian keagamaan saja menuju pada kajian-kajian kajian yang lebih luas, bahkan boleh leh menyelenggarakan pendidikan sama seperti pendidikan umum, namun wajib diiringi oleh muatan-muatan muatan yang tetap mampu membangun kepribadian, peradaban dan karakter berdasarkan nilai-nilai nilai keislaman. Meskipun demikian kita percaya atau tidak, dikebanyakan masyarakat masih juga berkenyakinan bahwa lulusan PTAI dan pendidikan umumnya tetap berbeda, bahkan masih banyak yang tidak setuju tak kala PTAI menyelenggarakan pendidikan yang berbasis teknologi dan sains, karena anggapannya PTAI khusus lembaga yang mencetak kader-kader kader keislaman, kalaupun PTAI melahirkan tenaga-tenaga tenaga tenaga sains dan teknologi sampai sampai saat ini kepercayaan masyarakat terhadap mereka masih lemah, maka menurut hemat saya perlu ada keseriusan semua pihak dalam membangun pendidikan Islam untuk untuk lebih berkembang dengan konsep yang seimbang dengan muatan duniawi dan ukhrawi.
b. Bagaimana upaya lembaga pendidikan berbasis Islam dalam meningkatkan minat masyarakat Muslim untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan Islam Dalam batasan yang sederhana pendidikan Islam merupakan suatu usaha sadar, terencana sistimatis, yang bertujuan membangun moral, kepribadian dan karakter sesuai dengan nilai-nilai nilai nilai keislaman serta mampu memenuhi kebuhtuhan hidup sebagai manusia seutuhnya s untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ungkapan tersebut sejalan dengan ayat Allah SWT surah Al-Qashah Al Qashah ayat 77 sbb: ض ۖ إِ ﱠن ﱠ ك ِمنَ ٱل ﱡد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِسن َك َمآ أَحْ سَنَ ﱠ ك ﱠ َٱَ َال يُ ِحبﱡ ْٱل ُم ْف ِس ِدين َ ٱُ إِلَ ْي َ َصيب َ َوٱ ْبت َِغ فِي َمآ َءاتَ ٰٮ َ ٱُ ٱل ﱠدا َر ٱلْ َءا ِخ َرةَ ۖ َو َال ت ِ ََنس ن ِ ْك ۖ َو َال تَب ِْغ ْٱلفَ َسا َد فِى ْٱألَر
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang orang yang berbuat kerusakan. Apabila kita cermati Ayat Allah tersebut, maka tujuan pendidikan Islam harus mampu mencapai dua dimensi, yaitu dimensi tujuan yang berorientasi ukhrawi. yaitu membentuk manusia yang menghambakan diri hanya kepada Allah, dan dimensi yang berorientasi pada kehidupan duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan, agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi seluruh alam (rahmatan lilalamin). Dengan demikian untuk merubah paradigma pendidikan Islam yang selama ini di pandang sebagai s lembaga yang bertujuan membangun moral, kepribadian dan karakter sesuai dengan nilai-nilai nilai nilai keislaman saja, lembaga pendidikan Islam perlu berbenah diri dan perlu mendapat dukungan semua pihak dalam membangun sumber daya yang memiliki kompetensi yangg seimbang ukhrawi dan duniawi, sehingga lembaga pendidikan memiliki lulusan yang lebih sempurna, kalau lulusan pendidikan umum lebih dominan memiliki kemampuan sain dan teknologi saja, namun lulusan lembaga pendidikan Islam di samping memiliki sains dan teknologi teknologi juga memiliki kemampuan ukhrawi yang terwujud dalam kepribadian, karakter dan aspek transedental dalam pengabdiannya kepada sang pencipta, ini sebenarnya menjadi daya jual yang sangat potensial yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh pendidikan umum. Merubah paradigma dan image masyarakat yang telah terkukung dengan skeptisme terhadap pendidikan Islam, memerlukan langkah yang sungguh-sungguh sungguh sungguh dan mendesak, sehingga lembaga pendidikan Islam tidak lagi dipandang hanya lembaga yang mendidik guru madrasah, madrasah, penceramah, dll, tapi lembaga pendidikan Islam harus 43
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
dipandang sebagai lembaga pencetat kader-kader kader kader yang ahli bidang sains, teknologi, informasi, perhubungan dll, yang memiliki karakter Islam dan dapat menempuh dan mengembangkan ilmu pengetahuannya di lembaga manapun, sehingga masyarakat tidak heran SDM pendidikan Islam melanjutkan pendidikan ke Eropa, Amerika dan lain-lain, lain karena selama ini apabila itu terjadi, banyak pertanyaan dari masyarakat mengapa SDM lembaga pendidikan Islam memperdalam ilmu atau tau belajar ke negara-negara negara negara tersebut, seharus ke Mesir, Sudan dan lain-lain, lain ini menandakan bahwa masyarakat menganggap lembaga pendidikan Islam memiliki tujuan ukhrawi saja. Salah satu usahanya adalah, lembaga pendidikan Islam harus lebih terbuka dengan perangkat kurikulum yang memungkinkan melahirkan kader-kader kader kader yang memiliki daya saing global bidang sains dan terknologi, serta sosial kemasyarakatan yang handal sesuai dengan perkembangan zaman, dan sosialisasi yang inten serta diikuti peyiapan berbagai perangkat pembelajaran yang di dukung oleh sarana dan prasana yang memadai dengan konsep keIslaman. 3. Prospek Pendidikan Islam di Aceh Pendidikan Islam di Provinsi Aceh memilik prospek yang sangat strategis sebagai basis pembangunan, hal ini merupakan perwujudan dan merupakan bahagian dari otonomi khusus, dalam kerangka otonomi khusus ini pula Aceh mendapat otoritas yang luas secara undang-undang undang untuk menyusun dan memberlakukan Syariat Islam. Pelaksanaan Syariat Islam sudah berlangsung secara formal dan dijadikan sebagai azas dalam pembangunan dalam berbagai sektor, baik bidang agama, ekonomi, kesehatan, hukum, politik, politik, sosial budaya dan pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai pusat pengembangan harus selaras dengan sosial keagamaan masyarakat Aceh, seharusnya legalitas Syariat Islam menjadi daya tarik tersendiri bagi lembaga pendidikan Islam untuk memperoleh berbagai peluang dan tariknya. Meskipun diakui atau tidak, sejak pemberlakuan Syariat Islam dukungan dan perhatian masyarakat terhadap pendidikan Islam, tidak berjalan sebanding dengan pemberlakuan Syariat Islam itu sendiri sebagai hukum Allah di Aceh, hall terlihat dari masih rendahnya animo masyarakat terhadap pendidikan Islam, dan pengelolaan pendidikan dengan konsep Islami. Namun demikian, Syariat Islam juga telah memberikan perhatian yang memadai bagi pendidikan Islam, baik oleh pemerintah daerah sendiri, ndiri, maupun pemerintah pusat, hal itu terlihat dari kerangka pikir (frame of mind) pemerintah, misalnya telah meningkatnya pengakuan pemerintah terhadap lulusan pendidikan Islam, baik yang berasal dari lulusan pasantren atau PTAI, di mana saat ini mareka mareka telah diberikan peluang yang sama dengan lulusan pendidikan umum dalam kesempatan memperoleh lapangan pekerjaan, bahkan mereka yang lulusan dayahpun dapat direkrut menjadi PNS, anggota dewan, pimpinan instansi tertentu sampai menjadi polisi. Untuk tuk itu pendidikan Islam tidak boleh lagi terlena berpangku tangan menunggu datangnya keajaiban tanpa berbuat apa-apa apa untuk mengubah image selaman ini. Oleh sebab itu menurut penulis, peluang yang sudah di depan mata perlu persiapan-persiapan persiapan yang matang dan harus mampu membuat pendidikan Islam melahirkan kader-kader kader yang dibutuhkan oleh dunia kerja sekarang, maka lulusan pendidikan wajib memiliki kompetensi, seperti memiliki : a. Kemampuan mengembangkan wawasan spiritual yang mendalam, serta mampu mengembangkan mengemba pemahaman yang rasional, dalam hal-hal hal hal tertentu yang di benar menurut Islam dalam konteks kehidupan yang modern. b. Kemampuan dengan pengetahuan dan kebijakan, baik pengetahuan pratktis, kekuasaan, kesejahteraan sosial dan alam dan pembangunan nasional c. Kemampuan sains dan teknologi yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja dewasa ini dan yang akan datang, dan mampu berkompetitif dalam pasar global d. Kemampuan dan kemauan dalam meningkatkan integritas masyarakat dan wilayah dan bertindak sesuai dengan norma-norma norma Islam yang benar dan berani menolak yang salah (korupsi, kolusi dan nepotisme). Untuk itu maka lembaga pendidikan Islam perlu berbenah diri secara total dalam menghadapi peluang yang prospektif tersebut dan tantangan – tantangan globall yang sudah di depan mata, prinsipnya pendidikan Islam perlu berubah atau kita akan kehilangan kesempatan tersebut, sebagaimana ungkapan popular Presiden termuda Amerika "Change Change is a way of life. Those who look to the past or present will miss the future ". Miftakhul Anwar 2013 menyebutnya kondisi ini dengan tantangan millennium ketiga. Untuk kemajuan pendidikan Islam maka perubahan yang mendasar yang perlu kita pikirkan sisi yang substansial dalam pengelolaan pendidikan Islam, konseptual pendidikan Islam Islam dan perubahan pengelolaan institusi pendidikan Islam itu sendiri, apa bila kita cermati dan kita simpulkan perubuhan tersebut perlu menyentuh pada halhal hal berikut : A. Perubahan pada konseptual pendidikan Islam meliputi antara lain : (1) perubahan pemikiran ikiran (mindset) dan penataan (pengelolaan) kembali konsep pendidikan Islam yang betul -betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia, pada fitrah atau potensinya dengan memberdayakan potensipotensi potensi yang ada pada manusia sesuai dengan tuntutan dan perubahan masyarakat dan mampu merebut peluang kerja serta mampu menghadapi tantangan global, (2) pendidikan Islam harus dirancang kembali untuk membangun konsep integritas yang saling terkait antara ilmuilmu ilmu naqliah dan ilmuilmu 'aqliah, sehingga tidak terbangun “paradigma” dikhotomi ilmu -ilmu yang disebut 44
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
ilmu agama dan bukan ilmu agama atau ilmu umum. Karena, dalam pandangan Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. (3) pendidikan Islam harus di desain terwujudnya tercapainya sikap dan dan perilaku "toleransi", lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam, tanpa melepaskan pendapat atau prinsipnya yang diyakini sesuai dengan Syariat Islam, (4) perlu pininjauan konsep pembelajaran pembelajaran dan kurikulum pendidikan Islam harus mampu menumbuhkan kembangkan kemampuan interprenuershipyang Islami dalam kehidupan, (5) pendidikan Islam harus mampu menumbuhkan “ethos kerja, kerja, disiplin dan jujur" selaras dengan konsep pendidikan integritas ritas sesuai dengan prinsip kerja pada masyarakat eropa dan barat dan saat ini sudah diterap pada beberapa negara asia . (6) pendidikan Islam perlu didisain secara terencana, pertautan dengan agama Islam, sistimatis, fleksibel, menghargai perbedaan individu, ividu, selaras dengan minat dan bakat anak dan memperhatikan perubahan masyarakat dan peradaban. B. Perubahan pada kelembagaan pendidikan Islam yaitu suatu perubahan yang harus mampu menyentuh dimensidimensi dimensi pengelolaan kelembagaan manajemen yang professional professional antara lain sebagai berikut : (1) visi dan misi pendidikan Islam harus mampu menjawab tantangan dewasa ini dan masa yang akan datang sesuai dengan potensi diri (2) perlu penataan dan penerapan manajemen pendidikan Islam yang modern dan canggih, (3) penerapan prinsip-prinsip prinsip profesionalisme dengan didasarkan pada prinsip kreatif, otonom, demokratis, transparan, berkualitas, relevan, dan efesiensi, terukur, terkendali, dan transparan berdasarkan Syariat Islam (4) terbuka untuk tidak memandang wilayah, wila Negara dan agama 3. Kesimpulan Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah, tidak ada perbedaan antara pendidikan umum dan pendidikan Islam, berbeda terjadi tak kala menekankan pada demensidemensi demensi yang ingin dikembankan, seakan-akan seakan menjadi suatu paradigma. Karena Aceh adalah wilayah Syariat, maka pendidikan Islam harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistimatis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang. karena pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan ngan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan selalu dihadapkan pada perubahan, baik perubahan zaman maupun perubahan masyarakat. Maka, mau tidak mau pendidikan Islam harus di design mengikuti irama perubahan tersebut, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan atau akan ditinggalkan oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, tuntutan perubahan pendidikan Islam selalu harus relevan dengan kebutuhan masyarakat, baik pada konsep, kurikulum, proses, fungsi, tujuan, manajemen manaj lembaga-lembaga lembaga pendidikan, dan sumber daya pengelola pendidikan. Pembaruan pendidikan Islam merupakan suatu proses multi demensional yang kompleks guna membangun kesejahteraan hidup dunia dan akhira (duniawi dan ukhrawi) dan senantiasa berorientasi pada p kebutuhan dan perubahan masyarakat. Syariat Islam di Aceh merupakan suatu peluang dan tantangan dalam merubah animo masyarakat di senangi atau akan tetap menjadi alternative dari pendidikan umum. Maka orientasi ukhrawi-duniawi, ukhrawi duniawi, sains dan teknologi t perlu mendapat perhatian, sehingga lulusan pendidikan Islam juga mampu merebut peluang-peluang peluang dan tantangan global yang sudah berada di depan mata, dengan demikian pendidikan Islam dipastikan akan menjadi pilihan pertama bukan pilihan alternativee karena tidak diterima pada pendidikan umum, karena pendidikan Islam dapat membangun manusia secara multi demensional sekaligus secara sejajar, yaitu demensi ukhrawi (peradaban/tsaqafah, kepribadian, karakter dan integritas) dan dimensi duniawi yaitu memiliki memiliki kemampuan sains dan teknologi yang selaras dengan kebutuhan masyarakat era globalisasi ini dan yang akan datang. Karena Aceh daerah Syariat Islam, maka seharusnya Provinsi Aceh menjadi tujuan wisata pendidikan Islam (Islamic educational of tourist destination).
45
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang
ISSN: 1693 – 7775 Jurnal Pencerahan Volume 7, Nomor 1, (Maret) 2013 Halaman 41-46
Majelis Pendidikan Daerah Aceh
Daftar Kepustakaan Mujiburrahman 2011. Pendidikan Berbasis Syariat Islam di Aceh, Aceh, Penerbit Pemerintah Aceh Dinas Syariat Islam Bukhari Umuar 2011. Ilmu Pendidikan Islam, Penerbit Amzah, Jakarta Nuroel Yakin 2013 Membangun Kepercayaan Masyarakat Pada Madrasah Madrasah Melalui Pameren Pendidikan, Pendidikan www. Membangun kepercayaan masyarakat pada masyarakat melalui pameran pendidikan Miftakhul Anwar 2013, Pendidikan Islam Di Indonesia: Tantangan Reformasi Masa Kini, www :htp//. Tantangan pendidikan berbasis Islam Ancok, D. 1998. Peran Perguruan Tinggi Dalam Menyiapkan Manusia di Milenium Ketiga: Ketiga: UII.Yogyakarta. Azra, A. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru: Baru: Logo Macana Ilmu, Jakarta. Suyanto dan Hisyam, D., 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III: III Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. Nasir Budiman, 2013, Materi kuliah pendidikan Islam, Islam Mhs Pasca Sarjana IAIN- Ar-Raniry, Raniry, Darussalam Banda Aceh
46
Copyright © 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang undang