PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SMA MUHAMMADIYAH 4 YOGYAKARTA Oleh: Mulkanur Rohim dan Puji Lestari, M Hum NIM. 12413241044 ABSTRAK Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana kepada peserta didik. Salah satu usahanya untuk tidak diskriminatif dan implikasinya adalah konsep kebijakan pendidikan inklusif yang mengarah pada pendidikan multikultur. Salah satu sekolah yang menggunakan kebijakan inklusif adalah SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan inklusif di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dan mengetahui peran pendidikan inklusif sebagai upaya meningkatkan pendidikan multikultur di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah,guru, peserta didik inklusif dan peserta didik reguler. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode, proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukan penerapan pendidikan inklusif di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta sudah baik dengan sarana prasarana yang memadai, kurikulum yang diterapkan bagi peserta didik inklusif menggunakan sistem reguler penuh pull out. Pendekatan pembelajaran yang tepat, adanya peranan Peer tutoring dan Peer Collaborating serta evaluasi pembelajaran disesuaikan. Memberikan peluang berprestasi bagi semua peserta didiknya. Sekolah yang ramah, dimana semua peserta didik dapat diterima dan diberikan pelayanan terbaik oleh pihak sekolah. Faktor pendorong pendidikan inklusif sebagai berikut: 1)Bapak-Ibu Guru, Karyawan dapat menerima. 2)Siswa dan siswi senang dengan keberadaan mereka. 3)Masyarakat memberikan perhatian khusus terhadap siswa inklusif. 4)Sarana dan Prasarana yang baik dan memadai. 5)Peserta didik inklusif mempunyai bakat dan prestasi. Faktor Penghambatnya sebagai berikut: 1)Belum semua guru memiliki kemampuan melayani anak berkebutuhan khusus. 2)Kurangnya pelatihan terhadap guru. 3)Jumlah guru pembimbing khusus berjumlah satu orang. 4)Sarana dan prasarana belum lengkap. 5)Perhatian dari pemerintah kurang dan dana terbatas. Sekolah ini berwawasan multikultur dan semakin meningkat dengan adanya pendidikan inklusif dimana toleransi sangat dijunjung tinggi, dan kerjasama disemua bidang diarahkan pada prestasi sekolah. Peserta didik disekolah mampu menghadapi perbedaan dan menjadikannya motivasi untuk berkembang. Sikap anti diskriminasi tertanam dalam diri semua warga sekolah. Kata Kunci: Pendidikan, Inklusif, Multikultur.
The Role of Inclusive Education as an Effort to Improve the Multicultural Education in SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta by: Mulkanur Rohim and Puji Lestari, M.Hum NIM. 12413241044 ABSTRACT Education is a conscious and planned work done to the students. One of its works in order to make it not discriminatory and its implication is inclusive educational policy concept that leads to the multicultural education. One of the schools using inclusive policy is SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. The aim of this research is to know the implementation of inclusive education and also its role as an effort to improve the multicultural education in SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. This research is a qualitative descriptive research. The data collection techniques are observation, interview, and documentation. The sampling technique that is used in this research is purposive sampling consisting of the principal, vice principal, teachers, inclusive students and regular students. The validity of the data is tested by source and method triangulation. The data analysis technique that is used in this research is interactive model (Miles and Huberman) from the data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. This research’s findings show the well implementation of inclusive education in SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta supported by adequate facilitation and curriculum (the curriculum used for inclusive students is regular full pull out system). Another things showed are an appropriate approach that is represented by the presence of peer tutoring and peer collaborating, and also the adjusted evaluation system. Besides, there is also the equal opportunity to get achievement for all students and the friendly school system where all students can be accepted and get the best service from the school. The factors supporting the inclusive education are : All the school participants can accept and serve well, adequate facilitation, and also the inclusive students having aptitude and achievement. The factors hampering the inclusive education are : not all teacher have the ability to support the students with special needs, the lack of attention from the government, the number of special tutor that is only one, and the inadequate facilitation. The role of inclusive education is to build the values of antidiscriminatory manner so that the multicultural education in SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta can be improved. It can be reflected by the high level of tolerance and the cooperation in all aspect for the sake of school’s achievement. Those values unconsciously change the mindset of school participants to tolerate the differences (in physical, social economy, belief, and ethnicity) better. And the improvement of multicultural education helps the students to find solutions for problems in this globalization era. Key words: Education, Inclusive, Multiculture.
Pendahuluan
international dikembangkan konsep education
Pendidikan adalah usaha sadar yang
for all.
direncanakan secara sistematis, etis, intens dan
Education for all atau pendidikan untuk
kreatif dimana peserta didik mengembangkan
semua merupakan sebuah alternatif dalam
potensi diri, kecerdasan, pengendalian diri dan
mengatasi
keterampilan untuk mengaktualisasi diri dalam
Pendidikan untuk semua adalah penjabaran
masyarakat.
UUD
Pendidikan
menurut
Undang
masalah
1945
pendidikan
mengenai
tersebut.
pendidikan
untuk
Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003,
masyarakat. Sebuah kewajiban dan tanggung
adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
jawab
mewujudkan
proses
negara dalam kehidupan negeri ini. Pemerataan
pembelajaran sedemikian rupa agar peserta
kesempatan mengikuti proses pendidikan dan
didik dapat mengembangkan potensi dirinya
pembelajaran
secara aktif supaya memiliki pengendalian diri,
kelompok yang mampu saja, namun harus
kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat,
menyeluruh untuk setiap lapisan masyarakat.
kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta
Pendidikan untuk semua merupakan salah satu
akhlak mulia.
konsep pendidikan yang seharusnya tidak
suasana
belajar
dan
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar
bermaksud
terbatas
pada
Pendidikan merupakan jembatan bagi
segala
seseorang untuk memperoleh kehidupan yang
kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya
lebih baik. Semua orang berhak atas pendidikan
mereka
untuk
sebagai
menuntun
hanya
penyelenggara
solusi akan masalah yang terjadi sekarang ini.
yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anakyang
tidak
sebagai
hanya dijadikan sebagai slogan tetapi sebagai
Dewantara, memberikan pengertian pendidikan anak
pemerintah
manusia
dan
anggota
mengembangkan
diri
serta
masyarakat mampu menggapai keselamatan
melangsungkan hidup. Untuk itulah perlu
dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Cita-cita
adanya kualitas yang baik dalam pendidikan,
mulia dari pendidikan merupakan harapan dari
baik dari segi sarana, sumber daya manusia,
diselenggarakannya pendidikan. Harapan untuk
serta sistem yang berjalan dalam pendidikan itu
menyambungkan kehidupan berbangsa dan
sendiri haruslah mengarah pada progresivitas.
bernegara dengan baik. Pendidikan merupakan
Pengembangan mutu pendidikan merupakan
hak
implikasi dari sistem pendidikan yang baik dan
setiap
warga
negara,
dalam
dunia
harus dilaksanakan serta dikembangkan untuk
kemajuan kehidupan manusia khususnya di
memberikan kesempatan kepada semua peserta
Indonesia.
didik guna memperoleh pelayanan pendidikan
Peningkatan mutu sekolah merupakan
optimal.
suatu proses yang sistematis yang terus
Pendidikan
inklusif
merupakan
menerus meningkatkan kualitas proses belajar
pemberian akses pendidikan yang lebih baik
mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
terhadap semua peserta didik seperti anak yang
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target
berkelainan, anak berkebutuhan khusus (ABK),
sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan
anak
efisien.
Perhatian
peningkatan
mutu
yang
kurang
beruntung
atau
pemerintah
terhadap
termarjinalisasi, anak jalanan dan pekerja, anak
pendidikan
nasional
dari etnis minoritas
untuk mendapatkan
direfleksikan dalam kebijakan pembangunan
pendidikan di sekolah reguler. Seperti yang
pendidikan yang secara sistematik telah lama
diungkapkan J. David Smith (2012: 45) bahwa
dilakukan sejak rencana pembangunan bangsa.
pendidikan
Pelbagai program inovasi pendidikan baik yang
menyatukan peserta didik yang normal dan
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan serta
peserta didik yang memiliki kekurangan atau
kebijakan-kebijakan
hambatan dengan mengaplikasikan mengenai
yang
dibuat
oleh
pemerintah.
merupakan
usaha
kehidupan-kehidupan dalam pendidikan secara
Pengembangan mutu pendidikan salah
menyeluruh.
satu indikatornya mengarah pada pendidikan yang
inklusif
tidak
memperoleh
pendidikan yang layak, sejatinya menjadi
pendidikan
persoalan utama dalam dunia pendidikan.
inklusif yang diterapkan oleh pemerintah.
Banyak anak didik yang putus sekolah akibat
Pelaksanaan kebijakan inklusif diatur dalam
kesempatan
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun
semestinya mereka dapatkan tidak terpenuhi.
2003 mengenai pelayanan pendidikan bagi
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan
semua peserta didik, serta diatur dalam
merupakan hak dasar yang harus dipenuhi
PERMEN
negara
dalam
No.70
tindakan
dalam
itu
diwujudkan
diskriminatif,
Ketidakadilan
kebijakan
Tahun
2009
mengenai
memperoleh
sebagai
pemegang
pendidikan
kendali
yang
segala
layanan pendidikan inklusif bagi peserta didik
kebijakan dan berkewajiban untuk membantu
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
semua anak tanpa terkecuali anak yang
kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Tujuannya
memiliki kebutuhan khusus.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
memang
penting
untuk
mereka
dalam
Yogyakarta merupakan salah satu kota
mengikuti jenjang pendidikan sesuai dengan
yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi
tingkat kecerdasan yang dimiliki. Instrumen
karena perbedaan dan keragaman yang ada
tentang
didalamnya baik dalam lingkup budaya, sosial
menunjang
sangat
bangsa Indonesia mempunyai kelenturan untuk
kepercayaan
jaminan
pendidikan
bagi
mengatasi konflik.
semua
merupakan komitmen bersama seluruh bangsa
maupun
untuk memperjuangkan hak dasar anak dalam
pendidikan Yogyakarta memiliki beberapa
memperoleh pendidikan. Perbedaan dalam
sekolah yang didalamnya terdapat beragam
dunia
yang
keadaan dan latar belakang siswa yang berbeda
berharga karena didalamnya akan terjalin
termasuk didalamnya siswa dengan kebutuhan
interaksi dan komunikasi yang menghasilkan
khusus
toleransi.
kebijakan pendidikan inklusif untuk lebih
pendidikan
merupakan
aset
Perbedaan yang terjadi di dalam dunia pendidikan
merupakan
multikultur
yang
sehingga
Dalam
pemerintah
dunia
menerapkan
menunjang keberadaan dan eksistensi siswa
satu
aspek
tersebut. Beberapa sekolah tersebut antara lain
dijunjung
tinggi.
SMA Muhammadiyah 4, SMA 5 Yogyakarta,
Pendidikan inklusif merupakan salah satu cara
MAN 1 Sleman dan lain sebagainya telah
kongkret
harus
meningkatkan
pendidikan
menerapkan
Indonesia.
Pendidikan
untuk siswa dengan bakat dan kebutuhan
multikultur merupakan pengakuan terhadap
khusus serta siswa lain untuk berinteraksi
keragaman
sehingga menumbuhkan kerja sama serta
multikultur
untuk
salah
pendidikannya.
di budaya,
etnis,
gaya
hidup,
pengalaman sosial, identitas sosial, kesempatan bermacam-macam
memiliki
kesempatan
mencapai
prestasi
latar
yang
akademis.
inklusif
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan
belakang
sama
pendidikan
toleransi untuk memperoleh prestasi yang baik.
pendidikan dari individu. Supaya peserta didik yang
kebijakan
oleh Terry Irenewaty dan Aman tentang
untuk
Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di
Dengan
SMA
Muhammadiyah
4
Yogyakarta
pendidikan multikultural peserta didik mampu
memaparkan bahwa Pendidikan Inklusif di
menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dimulai
empati, toleransi pada sesama sehingga hasil
jauh sebelum adanya sosialisasi dari Direktorat
akhirnya adalah pendidikan membuat mental
Pendidikan
Luar
Biasa,
bahkan
sebelum
dikeluarkannya deklarasi Salamanca (UNESCO
pendidikan inklusif
1994). SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
sudah dikenal oleh masyarakat.
telah melaksanakan pendidikan inklusif sejak
B. Waktu
tahun 1979 dengan menerima siswa yang
Peneliti melaksanaan penelitian selama
memiliki kekurangan fisik. Penyelenggaraan
2
pendidikan inklusif di SMA Muhammadiyah 4
November 2015.
Yogyakarta,
C. Sumber Data
bukan
ditunjuk
oleh
Dinas
Pendidikan Pusat ataupun Provinsi, karena penyelenggaraan
pendidikan
dikota Yogyakarta yang
bulan
dimulai
bulan
Oktober
sampai
1. Sumber Primer
inklusif
Sumber primer adalah sumber
merupakan kebijakan dari sekolah sebagai
atau
pihak yang siap menyelenggarakan program
langsung dari sumber data pertama.
pendidikan inklusif.
Sumber primer dalam penelitian ini
Berdasarkan latar belakang tersebut dan melihat
berdasarkan pada hasil wawancara dan
keadaan yang sudah diuraikan, peneliti akan
observasi yang dilakukan.
mengkaji lebih mendalam tentang pendidikan inklusif
sebagai
pendidikan
upaya
multikultur
yang
diperoleh
secara
2. Sumber Sekunder
meningkatkan
Sumber sekunder adalah sumber
SMA
atau data yang diperoleh dari sumber
Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Peneliti akan
kedua atau sekunder yang dibutuhkan.
membahas bagaimana pendidikan inklusif dapat
Sumber sekunder digunakan untuk
meningkatkan pendidikan multikultur karena
memperkuat data yang diperoleh dari
melihat
sumber primer.
begitu
pentingnya
di
data
visi
dalam
pendidikan inklusif itu sendiri.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode Penelitian
1. Wawancara
A. Lokasi
Wawancara merupakan proses
Lokasi yang digunakan sebagai objek
mendapatkan keterangan melalui cara
penelitian ini adalah SMA Muhammadiyah 4
tanya jawab dengan menggunakan
Yogyakarta. Sekolah ini berada di Jalan
panduan wawancara. Menurut Lexy J.
Mondorakan nomor 51 Yogyakarta. SMA
Moleong
Muhammadiyah 4 Yogyakarta merupakan salah
adalah percakapan dengan maksud
satu sekolah yang menerapkan kebijakan
tertentu. Percakapan dilakukan oleh
(2012:186)
wawancara
dua
pihak,
yaitu
(interviewer)
pewancara
penelitian. Observasi dilakukan di
mengajukan
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
terwawancara
untuk mengetahui peran pendidikan
memberikan
inklusif sebagai upaya meningkatkan
yang
pertanyaan
dan
(interviewee)
yang
jawaban atas pertanyaan. Wawancara
pendidikan multikultur disana.
yang digunakan adalah wawancara
3. Dokumentasi
semi terstruktur yaitu wawancara yang
Kegiatan
dan
mempunyai batasan, alur pembicaraan
penelaah literatur serta mempelajari
dan
tetapi
arsip atau dokumen-dokumen dari
terbuka.
bahan tertulis baik berupa dokumen
pedoman
wawancara
menggunakan Karena
pertanyaan
peniliti
ingin
mengetahui
resmi
maupun
pribadi
yang
secara mendalam bagaimana peran
berhubungan
pendidikan inklusif sebagai upaya
penelitian
meningkatkan pendidikan multikultur
inklusif sebagai upaya meningkatkan
di
pendidikan
SMA
Muhammadiyah
4
Yogyakarta.
yaitu
dengan
masalah
peran
pendidikan
multikultur
di
SMA
Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Hal ini
2. Observasi
dilakukan untuk mencari sumber data
Aktivitas
penelitian
untuk
sekunder yang mendukung penelitian
mengumpulkan data sesuai dengan
dengan
penelitian, melalui pengamatan di
dokumentasi. Dokumen sudah lama
lapangan dengan pedoman observasi.
digunakan dalam penelitian sebagai
Menurut
sumber data karena dalam banyak hal
observasi
W.
Gulo
(2002:
merupakan
116), metode
menggunakan
dokumen
sebagai
bahan
sumber
data
pengumpulan data dimana penelti
dimanfaatkan
untuk
mencatat informasi sebagaimana yang
menafsirkan
bahkan
mereka saksikan selama penelitian.
meramalkan (Moleong, 2012:217).
Observasi
ini
merupakan
menguji, untuk
E. Instrumen Penelitian
observasi nonpartisipan yaitu peneliti
Instrumen penelitian merupakan suatu alat
hanya menganalisis dan melihat bukan
untuk
terlibat aktif langsung dengan objek
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
penelusuran
mengukur
fenomena
yang
terjadi.
adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti
2. Triangulasi metode, mengumpulkan data
menjadi instrumen yang utama. Peneliti dalam
yang sejenis dengan menggunakan teknik
suatu
pengumpulan data yang berbeda seperti
penelitian
kedudukan
sebagai
kualitatif perencana,
mempunyai pelaksana,
dari
pengumpul data, analisis, penafsir data dan
wawancara
dengan
hasil
observasi.
akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian
G. Teknik Analisis Data
(Moleong, 2012: 168).
Teknik analisis data digunakan untuk
F. Validitas Data Validitas
hasil
mencari jawaban tentang permasalahan yang
digunakan
sebagai
usaha
dirumuskan
sebelumnya.
Proses
mengatur
meningkatkan kepercayaan data agar lebih bisa
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
dipertanggungjawabkan dari aspek aspek yang
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
terkait.
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
Kebenaran mengenai permasalahan
dalam penelitian ini ditentukan dengan metode
dirumuskan
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
disarankan oleh data. Analisis data bermaksud
data guna keperluan pengecekan atau sebagai
pertama-tama mengorganisasikan data. Data
pembanding terhadap data tersebut. Lexy J.
yang terkumpul yang banyak dan terdiri dari
Moleong
catatan
merupakan
berpendapat
bahwa
pemeriksaan
traingulasi
keabsahan
data
gambar,
hipotesis
lapangan foto,
dan
kerja
seperti
tanggapan
dokumen
berupa
yang
peneliti, laporan,
memanfaatkan sesuatu dari luar data itu untuk
biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
analisis data dalam hal ini adalah mengatur,
terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan
mengurutkan, megelompokkan, memberikan
dalam penelitian ini adalah:
kode dan mengkategorisasikannya (Moleong,
1. Triangulasi sumber, membandingkan dan
2012: 281).
mengecek
balik
kepercayaan
suatu
Menurut
dan
Hubberman
dalam
informasi yang diperoleh melalui waktu
Sugiyono, 2008: 246) berpendapat bahwa
dan alat pertanyaan yang berbeda. Peneliti
analisis data yang dilakukan secara interaktif
melihat
dan
dan berlangsung secara terus menerus sampai
membandingkan dengan hasil data yang
tuntas, sehingga data sudah jenuh. Langkah-
lain.
langkah dalam melakukan analisis data sebagai
hasil
yang
diperoleh
berikut:
(Miles
1. Pengumpulan Data (Data Colection) Pengumpulan data diperoleh pelbagai
sumber
mulai
dari
baik berupa matrik, pengkodean, dan dari
hasil reduksi data.
hasil
4. Verifikasi
wawancara, observasi, dan dokumentasi “peran
pendidikan
Setelah beberapa langkah diatas
inklusif
maka dilakukan penarikan kesimpulan
sebagai upaya meningkatkan pendidikan
atau verifikasi. Pengambilan kesimpulan
multikultur di SMA Muhammadiyah 4
berdasarkan dari intepretasi peneliti
Yogyakarta” ini berlangsung sehingga
sehingga ditemukan pola-pola untuk
dapat memudahkan peneliti dalam tahap
membuat
berikutnya.
kesimpulan
2. Reduksi Data (Data Reduction) Data
yang
sudah
pembahasan yang
dari
kredibel.
hasil Dengan
melakukan verifikasi peneliti kualitatif terkumpul
dapat mempertahankan dan menjamin
melalui
validitas serta realibilitas dari hasil
proses pemilihan lalu memfokuskan
temuannya (Muhammd Idrus, 2009:
pada hal-hal yang penting serta mencari
152).
selanjutnya
direduksi
atau
pola-pola yang ada pada data-data yang terkumpul.
Data
yang
diarahkan
pada
sehingga
mempermudah
H. Teknik Sampling
kompleks
Teknik
penyederhanaan
sampling
merupakan
teknik
pengambilan sampel dalam penelitian dan
dalam
terdapat pelbagai macam teknik sampling
menemukan gambaran terhadap hasil
dalam
penelitian.
Berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif,
3. Penyajian Data (Data Display)
penelitian
(Sugiyono,
2008:
52).
maka dalam prosedur sampling yang terpenting
Penyajian data berguna untuk
adalah bagaimana menentukan informan kunci
mempermudah peneliti dalam melihat
(key informan) atau situasi sosial tertentu yang
hasil peneitian. Peneliti akan mudah
syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.
memahami apa yang sudah terjadi dan
Untuk memilih sample (dalam hal ini informan
tahu
dilakukan
kunci atau situasi sosial) lebih tepatnya
kedepannya. Penyajian data merupakan
dilakukan secara sengaja atau disebut purposive
gambaran keseluruhan hasil penelitian
sampling (Bungin, 2008: 53).
apa
yang
akan
/Penarikan
Kesimpulan(Conclusion)
semua dijadikan catatan lapangan selama penelitian
Data
Teknik purposive sampling adalah teknik yang
digunakan
pendidikan
pada
inklusif
berkebutuhan khusus belajar hidup bersama
penelitian
peran
dengan anak normal maka mereka akan
sebagai
upaya
menghargai perbedaan dan bahkan akan saling
meningkatkan pendidikan multikultur di SMA
bekerja sama dalam hidup bermasyarakat.
Muhammadiyah 4 Yogyakarta ini. Dan peneliti mempertimbangkan
informan
SMA
Muhammadiyah
4
Yogyakarta
guna
merupakan sekolah yang mengimplementasikan
memperoleh data untuk penelitian diantaranya
pendidikan inklusif dalam setting sekolahnya.
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
Sekolah ini merupakan tempat setiap anak
kesiswaan, guru, dan siswa.
diterima dan menjadi bagian warga sekolah
Pembahasan
yang
Penerapan Pendidikan Inklusif di SMA
karyawan maupun siswanya. Sekolah ini
Muhammadiyah 4 Yogyakarta
memberikan pelayanan yang layak dan sama
saling
membantu
baik
dari
guru,
Pendidikan inklusif merupakan paradigma
bagi semua peserta didik yang termasuk dalam
kebutuhan belajar bagi semua peserta didik,
peserta didik inklusif maupun peserta didik
dari
harus
reguler. Peserta didik diberi pelayanan agar bisa
menciptakan serta membangun pendidikan
mengembangkan sesuai dengan bakat serta
yang berkualitas dan mengakomodasi peserta
kemampuannya masing-masing.
pemerintah
sampai
sekolah
didik tanpa memandang kondisi sosial, fisik,
Pendidikan
intelektual, ras etnis, serta kondisi lain yang
Muhammadiyah
berbeda pada masyarakat pada umumnya.
sebuah sistem sosial masyarakat, dimana
Lebih
harus
kebijakan pendidikan inklusif merupakan alat
memperhatikan kaum diffabel atau cacat karena
penyeimbang (ekuilibrium) dari segmentasi
meraka juga mempunyai hak yang sama dengan
keadaan sosial ekonomi dan fisik peserta didik.
anak pada umumnya akan pendidikan yang
Adanya kebijakan pendidikan inklusif di SMA
harus
Muhammadiyah 4 Yogyakarta memberikan
khususnya
mereka
normatif
tidak
pendidikan
peroleh. ada
Dalam
perspektif
pengeksklusifan
atau
inklusif 4
di
Yogyakarta
SMA merupakan
norma-norma baru yang ditanamkan oleh pihak
pengkhususan bagi penyandang cacat karena
sekolah
hal itu dapat merugikan mereka, hal yang harus
Adaptasi
dilakukan adalah pengoptimalan sesuai bakat
merupakan bentuk transformasi pendidikan
dan
yang
kemampuan
anak.
Ketika
anak
kepada sistem
dibutuhkan
seluruh
warga
pendidikan masyarakat
sekolah.
inklusif
ini
khususnya
didaerah Yogyakarta dimana tedapat banyak
Muhammadiyah
4
Yogyakarta
anak yang tergolong inklusif yang mampu
menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat
belajar dan menempuh pendidikan.
Satuan Pendidikan) pada siswa reguler
Tujuan (Goal Attainment) dari sistem
maupun siswa inklusif tetapi ada beberapa
pendidikan ini adalah tidak adanya segregasi,
penyesuaian untuk peserta didik inklusif.
hal
Dalam
ini
dimulai
dari
pihak
SMA
aplikasinya
sekolah
ini
Muhammadiyah 4 Yogyakarta yang mau
menggunakan model kurikulum reguler
menerima seluruh peserta didik khususnya
penuh pull out yang artinya peserta didik
penyandang cacat dibina dan diberi akses
inklusif
pendidikan
dapat
kurikulum peserta didik reguler secara
menerima dan memberikan kesempatan untuk
penuh sehingga di dalam kelas mereka
berkembang. Kerja sama dari seluruh pihak
sama seperti peserta didik lain tetapi dalam
dibutuhkan dari pemerintah, sekolah, dan
waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas
masyarakat
reguler ke ruang belajar bersama dengan
sehingga
masyarakat
berintegrasi
dalam
sistem
pendidikan inklusif di SMA Muhammadiyah 4
diikutsertakan
mengikuti
guru pembimbing khusus (GPK).
Yogyakarta ini. Adanya kerjasama tersebut
Berdasarkan
pengamatan
akan manjalin kesinambungan dan dilakukan
dilakukan
terus menerus sehingga norma-norma yang
Muhammadiyah
sudah terbentuk akan memberikan efek positif
penerapan kurikulum bagi peserta didik
bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya
inklusifnya terdapat beberapa penyesuaian
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini
yaitu:
adalah gambaran penerapan pendidikan inklusif
1) Duplikasi Kurikulum
di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta:
Peserta
a. Kurikulum Pembelajaran Kurikulum
4
peneliti
SMA
Yogyakarta
dalam
didik
inklusif
menggunakan kurikulm KTSP sama
pendidikan
inklusif
dengan peserta didik reguler. Karena
menggunakan kurikulum sekolah reguler
peserta didik inklusif disekolah ini
yang
dengan
seperti tuna netra, tuna rungu, tuna
perkembangan anak berkebutuhan khusus
wicara tidak memiliki dan mengalami
dengan mempertimbangkan karakteristik
hambatan intelegensi. Namun dalam
dan
untuk tuna netra menggunakan huruf
dimodifikasi
tingkat
sesuai
kecerdasannya.
SMA
oleh
yang
braile
dalam
setiap
pembelajaran
b. Pendekatan Pembelajaran
maupun evaluasi pembelajaran.
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
2) Subtitusi Kurikulum Anak
ini merupakan sekolah tujuan utama untuk
berkebutuhan
khusus
peserta didik inklusif karena sudah sejak
dalam beberapa hal mereka tidak bisa
lama
mengikuti
karena
sekolah inklusif. Oleh karena itu dalam
keterbatasan mereka sehingga perlu
bidang akademik perlu adanya pendekatan
adanya pengganti pelajaran misalnya
yang tepat dimana semua peserta didik bisa
dalam olahraga anak-anak tuna netra
berkembang sesuai dengan kemampuan
akan kesulitan mengikuti olahraga
masing-masing. Pendekatan pembelajaran
sehingga harus ada pengganti pada saat
di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
mata
Karena
menggunakan aspek keberagaman dimana
mereka disesuaikan dengan situasi dan
semua bentuk perbedaan dihargai termasuk
kondisinya.
terhadap peserta didik inklusif. Jadi proses
pelajaran
pelajaran
tersebut.
3) Omisi Kurikulum
kebijakan
menjadi
layanan pembelajarannya bukan didasarkan
Peniadaan mata pelajaran atau
pada bentuk layanan sama rata tetapi
kegiatan tertentu bagi peseta didik
diarahkan pada pembelajran yang lebih
inklusif karena tidak memungkinkan
demokratis dan proporsional sesuai dengan
bagi
target belajar dari peserta didik sesuai
anak
tertentu
berkebutuhan
untuk
menerima
khusus atau
dengan
sistem
belajarnya.
Dalam
melakukan kegiatan tersebut seperti
pembelajaran pada peserta didik inklusif
study tour dalam hal ini peserta didik
sekolah ini menggunakan dua peranan
tuna netra dibolehkan tidak mengikuti
yaitu sebagai berikut:
study tour yang seharusnya diwajibkan
1) Peranan siswa reguler
bagi seluruh peserta didik. SMA Muhammadiyah
4
a) Peer Tutoring (teman sebagai
Yogyakarta
tutor)
memberikan kebijakan tersebut karena
Peserta
didik ilmu
reguler
keadaan ekonomi dan fisik mereka
membagikan
yang tidak bisa melakukan kegiatan
pengalaman kepada peserta didik
tersebut.
dengan
menerapkan
kebutuhan
dan khusus
sehingga
mereka
akan
lebih
disekolah
memiliki
strategi
memahami pelajaran atau kegiatan
mengajar serta pengelolaan kelas yang
yang telah disampaikan karena
baik meskipun tidak semua guru
keterbatasan mereka. Begitu pula
mengerti bahasa isyarat atau paham
sebaliknya
peserta
didik
tentang huruf braile yang diperuntukan
berkebutuhan
khusus
memiliki
untuk
peserta
didik
berkebutuhan
kemampuan sehingga dijadikan
khusus. Dalam pembelajaran di kelas
model bagi peserta didik reguler.
inklusif
b) Peer Collaborating (kolaborasi
4
di
SMA
Yogyakarta
mengakomodasi unsur-unsur dalam
Peserta didik inklusif maupun
pembelajaran sebagai berikut:
peserta didik reguler di SMA Muhammadiyah menjalin
guru-guru
Muhammadiyah
teman sebaya)
4
kerja
a) Lingkungan kelas
Yogyakarta sama
Guru SMA Muhammadiyah 4
untuk
Yogyakarta biasa menempatkan
masalah,
peserta didik berkebutuhan khusus
mereka juga terbiasa dengan kerja
didepan guru dan dekat dengan
kelompok dalam sebuah mata
peserta didik reguler lain hal ini
pelajaran
Dalam
dikarenakan peserta didik inklusif
pengamatan dikelas oleh peneliti
bagi yang tuna netra maka bisa
mereka
sama
mendengar dengan jelas apa yang
menyelesaikan tugas pada saat
dijelaskan oleh guru dan peserta
mata pelajaran sosiologi.
didik yang tuna rungu dapat
memecahkan
sebuah
tertentu. bekerja
2) Peranan guru
melihat bahasa bibir guru, dan
Guru memiliki peranan penting
anak
yang
dalam sebuah pembelajaran dikelas,
mengikuti
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
tenang.
memiliki
guru
yang
berkompeten
hyperaktif pelajaran
bisa dengan
b) Metode
dibidangnya mereka bisa melayani
Metode kelas
yang
digunakan
yang
ada
peserta didik reguler atau peserta didik
dalam
inklusif sehingga guru-guru yang ada
berkebutuhan khusus oleh guru
ini
anak
SMA
Muhammadiyah
4
prasarana yang ada di sekolah
Yogyakarta, lebih bervariatif dan
tersebut.
memperdulikan
beberapa kondisi bapak-ibu guru
keterampilan
dalam
peserta didik inklusif maupun
harus
peserta didik reguler seperti hal
contohnya dikelas XI IPS 1 SMA
dalam membuat kerajinan peserta
Muhammadiyah
didik
untuk
terdapat 3 peserta didik tuna netra
dari
oleh karena itu bapak-ibu guru
manik-manik. Sehingga tidak ada
cenderung untuk memakai media
pembedaan untuk berkarya. Guru
yang
SMA
4
recorder sehingga pembelajaran
Yogyakarta juga memfokuskan
dapat berlangsung dengan baik
pada aspek kenyamanan siswa
dan lancar. Ketika bapak ibu guru
dalam belajar sehingga mereka
dikelas XI IPA 1 yang terdapat
ada motivasi untuk terus belajar.
satu anak tuna rungu dan wicara
inklusif
membuat
diajari
gelang,
tasbih
Muhammadiyah
Penggunaan
menyesuaikan
berbunyi
4
kelas
Yogyakarta
seperti
tape
metode
maka bapak-ibu guru cenderung
pendekatan personal dalam kelas
menggunakan media visual seperti
XI
anak
Power Point atau gambar gambar
juga
sehingga
IPS
1
yang
berkebutuhan
ada
khusus
peserta
didik
dapat
diperhatikan oleh guru di SMA
paham apa yang diajarkan oleh
Muhammadiyah
Yogyakarta
guru tersebut.
sehingga, peserta didik inklusif
c. Evaluasi Pembelajaran
nyaman
dan
penjelasan
4
paham
akan
Evaluasi
guru
mata
Muhammadiyah
4
peserta
inklusif
dari
pelajaran tersebut. c) Media Pembelajaran dilaksanakan
pembelajaran
didik
di
SMA
Yogyakarta
untuk
menggunakan
evaluasi yang sama dengan peserta didik
Pembelajaran di
Muhammadiyah
4
menggunakan
sarana
yang
karena
SMA
kurikulum reguler penuh pull out pada
Yogyakarta
peserta
dan
sekolah didik
pembelajaran
Meskipun
ini
menggunakan
inklusifnya. sudah
diatur
Evaluasi dalam
Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 7
jalan, dan dekat dengan pelbagai fasilitas
sampai 9.
umum maupun masyarakat seperti pasar,
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
toko-toko kerajinan perak, perumahan-
menyamakan semua peserta didik dalam
perumahan, puskesmas, kantor kelurahan,
materi dan bobot soal evaluasinya karena
sehingga dapat ikut mengontrol kegiatan
dinilai
tidak
dan memberikan wahana peserta didik
bidang
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta ini
peserta
mengalami
didik
inklusif
kesulitan
dalam
kognitifnya tetapi ada mata pelajaran
untuk bersosialisasi dan bekerja sama.
tertentu yang harus disesuaikan seperti
Sekolah ini mempunyai sembilan belas
bahasa jawa karena mereka tidak bisa
kelas yang semua dilengkapi dengan meja,
membaca huruf aksara jawa sehingga
kursi, cctv, proyektor, LCD, pengeras
bentuk soal berbeda dan tetap pada bobot
suara, almari, whiteboard, spidol, alat
soal
sistem
kebersihan, wifi, kipas angin, tempat
evaluasinya sedikit berbeda untuk peserta
sampah, bangku, jam dinding, gambar
didik inklusif akan ditempatkan pada
presiden dan wakil presiden, gambar
ruangan tersendiri dan waktu yang lebih
garuda pancasila, papan pengumuman,
lama dari peserta didik yang lain. Sistem
terminal
kabel,
dan
evaluasi
SMA
motivasi.
Selain
ruang
tepat
Muhammadiyah 4 Yogyakarta mempunyai
sasaran karena peserta didik inklusif disini
Masjid Perak yang megah dan luas. Serta
ingin berkembang dan dianggap sama
memiliki perpustakaan yang dilengkapi
dalam
beberapa komputer didalamnya, Aula kecil
yang
sama.
yang
Muhammadiyah
bidang
Selain
dipakai 4
itu
oleh
Yogyakarta
kognitifnya,
meskipun
dengan kekurangan yang mereka miliki.
Kimia,
Prasarana
Bahasa,
Ruang
Muhammadiyah 4 Yogyakarta sudah baik
Ruang Tata Usaha, Aula Besar untuk
dan
memang
perkumpulan, Ruang Musik, Ruang Kepala
akreditasi sekolah ini sudah bernilai A.
sekolah, Ruang Wakil Kepala Sekolah,
Dari akses untuk masuk ke sekolah ini
Ruang UKS yang terbuka untuk umum,
sangat mudah karena terletak dipinggir
Ruang
karena
Laboratorium
Komputer, Ruang Arsip, Ruang Guru,
lengkap
di
SMA
SMA
cukup
dan
kelas
untuk rapat guru karyawan, Laboratorium
d. Sarana dan Prasarana Sarana
gambar-gambar
Bimbingan
Konseling,
Ruang
Dapur, serta kamar mandi yang banyak
b) Heni Uswatun Hasanah Juara 1 Tingkat
disetiap sudut yang terpisah antara laki-laki
Provinsi
dan perempuan.
Inklusi/Matematika
Penunjang fasilitas inklusif sekolah ini yang
memakai
kursiroda,
Provinsi Lomba O2SN Inklusi/ Catur
dan
d) Hastu Wijayasari Juara 2 Tingkat
pembatas-pembatas untuk anak tuna netra.
Nasional Lomba OSN Inklusi/IPA
Selain itu juga memiliki pelbagai sarana
Peserta didik inklusif diberikan motivasi
penunjang bermain bagi peserta didik
untuk berkembang, diasah dengan bakat
inklusif seperti bola bunyi, tempat loncat-
yang mereka punya, dengan prestasi
loncat,
semua
tersebut
perlengkapan inklusif diletakan diruang
terhadap
inklusif.
sekolah tersebut semakin dipercaya dalam
tempat
Sarana
tarik-menarik
dan
Muhammadiyah
4
juga
prasarana
SMA
menangani
Yogyakarta
untuk
khususnya
membuat
sekolah
itu
peserta
dampak sendiri
peneliti
dimana
didik
dimasyarakat
baik
inklusif
Yogyakarta.
peserta didik inklusif sampai saat ini belum
Pengamatan
ada perkembangan karena keterbatasan
pembimbingan peserta didik inklusif SMA
dana yang dimiliki oleh sekolah tersebut.
Muhammadiyah 4 Yogyakarta mempunyai
e. Prestasi
menilai
dalam
beberapa metode untuk peserta didik
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
berkembang
dalam
bidang
prestasi
yang berlabel sekolah inklusif tentu saja
akademik yaitu sebagai berikut:
memiliki strategi untuk mengembangkan
1) Tuna netra, memberikan pendampingan
bakat dan minat anak untuk meraih prestasi
dengan sarana audio, point-point materi
sehingga dapat dilihat sekolah ini memiliki
sudah direkam sebelumnya sehingga
beberapa
guru
juara
pada
peserta
didik
hanya
melatih
kecepatan
inklusifnya. Seperti dapat dilihat dibawah
mengerjakan soal. Intensitas pelatihan
ini:
dan pendampingan terjadwal sehingga
a) Hastu Wijayasari Juara 1 Tingkat
tidak menganggu peserta didik.
Provinsi Lomba OSN Inklusi/IPA
2) Tuna
rungu
memberikan
OSN
c) Dita Tudha Pertiwi Juara 2 Tingkat
juga membangun jalan-jalan untuk peserta didik
Lomba
dan
tuna
wicara,
pendampingan
dengan
lebih
mengutamakan
media
visual
3) Mendorong partisipasi aktif peserta
seperti gambar-gambar yang disiapkan
didik khususnya peserta didik inklusif
oleh pendamping, media elektronik
dalam belajar.
seperti tablet dan komputer sehingga guru
hanya
mengarahkan.
4) Semua
Karena
soal
terbaik. Peserta didik yang heterogen membuat
diperbanyak pelatihan yang bersifat tes
pembelajaran semakin berkembang, baik
hal ini dilakukan untuk meningkatkan
dari sisi guru, karyawan, maupun peserta
daya
didik itu sendiri. Guru yang ada di SMA
dan
didik
kecepatan
dalam
mengerjakan soal.
Muhammadiyah 4 Yogyakarta mempunyai kompetensi
f. Pembelajaran yang Ramah SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta merupakan sekolah dimana semua anak memiliki
hak
untuk
belajar
dan
mengembangkan
semua
potensi
yang
dimilikinya
secara
optimal
yang
baik,
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
kompetensi
baik
dalam
kompetensi sosial,
dan
profesionalisme yang dimiliki oleh guru. Faktor
pendorong
dan
penghambat
penerapan pendidikan inklusif di SMA
dalam
Muhammadiyah 4 Yogyakarta
lingkungan yang nyaman. Sekolah ini
a. Faktor Pendukung
melibatkan semua warga sekolah dalam
1) Bapak-Ibu Guru, Karyawan menerima
pembelajarannya, oleh karena itu bukan
anak
hanya peserta didik saja yang belajar
memberikan pelayanan yang maksimal..
melainkan semua warga sekolah. Peneliti
2) Siswa
menilai dalam pembelajarannya sekolah ini mempunyai
empat
keunggulan
berkebutuhan dan
siswi
khusus senang
dan dengan
keberadaan mereka.
dalam
3) Masyarakat sekitar sekolah memberikan
pembelajarannya yaitu:
perhatian yang khusus terhadap siswa
1) Anak dan semua warga sekolah belajar
inklusif.
bersama sebagai komunitas belajar.
4) Sarana dan Prasarana yang baik dan
2) Menempatkan peserta didik sebagai
memadai.
pusat pembelajaran.
memiliki
ini
ingat
peserta
sekolah
kemauan untuk memberikan pelayanan
mereka tidak punya hambatan dalam membaca
warga
5) Anak-anak
inklusif
Muhammadiyah mempunyai
di
4
SMA
pemerintah
Yogyakarta
semangat
dan
Indonesia.
Dalam
perkembangannya SMA Muhammadiyah 4
bakat
Yogyakarta
sehingga mampu berprestasi ditingkat
multikultur
kota mauapun nasional.
multikultur. Berikut adalah nilai-nilai yang
b. Faktor Penghambat
nilai-nilai
dalam
melayani
a. Toleransi
anak
Pendekatan
berkebutuhan khusus. melayani
dalam
pendidikan
multikultur yang diterapkan oleh guru
2) Kurangnya pelatihan terhadap guru anak
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dalam
berkebutuhan
pembelajaran
khusus. 3) Jumlah
penanaman
Yogyakarta:
Yogyakarta belum semuanya memiliki
untuk
melalui
pendidikan
ditanamkan oleh SMA Muhammadiyah 4
1) Guru-guru di SMA Muhammadiyah 4 kemampuan
meningkatkan
maupun
aktivitas
siswa
mengarahkan dan mendorong peserta didik Guru
Pembimbing
Khusus
kearah
positif.
Sehingga
memberikan
(GPK) berjumlah satu orang dan hanya
konsep diri yang jelas dimana peserta didik
ada pada hari juma’at dan sabtu.
hidup berdampingan dengan peserta didik
4) Sarana dan prasarana yang belum
lain yang berbeda baik dalam segi sosial,
lengkap, belum adanya pembaharuan
ekonomi, keadaan fisik, maupun agama.
sarana dan prasarana.
Tujuannya untuk membantu peserta didik
5) Perhatian dari pemerintah kurang.
memahami raealitas keberagaman yang ada
6) Dana yang terbatas.
di masyarakat, serta menumbuhkan rasa
Peran Pendidikan Inklusif sebagai Upaya
partisipasi dalam kehidupan mendatang.
Meningkatkan Pendidikan Multikultur di
Berikut ini adalah temuan keberagaman
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
peserta didik di SMA Muhammadiyah 4
SMA
Muhammadiyah
meningkatkan melalui
pendidikan
kebijakan
4
Yogyakarta
Yogyakarta:
multikulturnya
pendidikan
1) Keberagaman etnis
inklusif,
Sekolah
merupakan
tempat
pendidikan inklusif yang dijalankan oleh
dimana semua peserta didik dihargai
sekolah ini sudah sejak lama bahkan sebelum
baik dari daerah mayoritas ataupun
ada pembahasan inklusif di UNESCO dan
peserta didik dari daerah lain. SMA
Muhammadiyah
Yogyakarta
membayar semampu mereka saja tanpa
menerapakan toleransi terhadap semua
ada batasan. Untuk peserta didik yang
peserta didik dari daerah manapun hal
mampu membayar diwajibkan untuk
ini terbukti dari data peserta didik
membayar uang sekolah, dan tarafnya
dimana
masih terjangkau oleh masyarakat
ada
4
beberapa
menerima
peserta didik dari Palembang Sumatera
umum
Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Yogyakarta.
2) Keberagaman agama Agama
di
masyarakat
4) Keadaan fisik
merupakan
yang
SMA Muhammadiyah merupakan
paling sensitif dalam perbedaannya,
sekolah dengan kebijakan pendidikan
perlu adanya toleransi yang tinggi dan
inklusif, dimana semua peserta didik
ideologi
SMA
berkebutuhan khusus masuk dalam
Yogyakarta
kelas reguler. Sehingga mereka dapat
meskipun
hal
terbuka.
Muhammadiyah
4
berbasis
sekolah
islami
bekerja sama dengan baik untuk
tetapi juga membuka diri terhadap
mencapai
peserta didik dengan agama yang
meningkatkan toleransi disetiap warga
berbeda.
sekolah.
3) Tingkat Sosial dan Ekonomi Sekolah
merupakan
prestasi
dan
juga
b. Kerja sama tempat
Partisipasi
warga
sama, baik dari kalangan tingkat sosial
sangatlah penting, baik dari kepala sekolah,
atas maupun kelas sosial bawah ketika
guru, orangtua murid, karyawan, maupun
berada disekolah tingkat mereka sama
peserta
yaitu
SMA
membangun kerjasama dengan melibatkan
Yogyakarta
partisipasi warga sekolah. Sekolah ini
menempatkan peserta didik pada level
memiliki keunikan dimana peserta didik
yang
sosial
disini terdapat peserta didik berkebutuhan
ekonominya. Sekolah ini memberikan
khusus yang berbaur dengan peserta didik
beasiswa bagi peserta didik yang tidak
reguler sehingga membentuk kerja sama
mampu
yang baik dalam proses pembelajaran
sama
didik. 4
dalam
sehingga
kelas
mereka
hanya
didik.
SMA
yang
untuk
mewujudkan
peserta
sekolah
sekolah
dimana kelas sosial ekonomi menjadi
Muhammadiyah
khususnya
berprestasi
Muhammadiyah
maupun
dalam
hari.
halnya dalam pembelajaran peserta
temuan-
didik membantu peserta didik tuna
temuan dilapangan peneliti membedakan
netra untuk membacakan sehingga
dua kerja sama yang ada di SMA
peserta didik tuna netra tersebut bisa
Muhammadiyah
menulis dibuku mereka atau mereka
Berdasarkan
aktivitas
wawancara
4
sehari dan
Yogyakarta
yaitu
sebagai berikut:
menjelaskan apa yang disampaikan
1) Akademik
oleh
Akademik merupakan kegiatan
kepada
peserta
didik
inklusif.
inti didalam sekolah, oleh karena itu
2) Sosial
perlu adanya kerjasama dalam setiap
Membuat sekolah yang baik, perlu
komponen warga sekolah, baik dari
adanya
kepala sekolah, guru, orang tua murid,
sehari-hari
karyawan,
tersebut terencana maupun kebiasaan
maupun
peserta
didik.
kerjasama di
sekolah.
Aktivitas
dan membuat kebijakan seperti setiap
terencana yang ada diterapkan di
memulai pembelajaran peserta didik
sekolah adalah perkumpulan rutin
diwajibkan untuk berseragam rapi dan
setiap bulan di hari minggu diminggu
bersih
ke tiga setiap bulannya dalam bentuk
diberlakukan
oleh
guru
sekolah,
aktivitas
sehari-hari
sehingga
di
dalam
Kepala sekolah memberikan arahan
pengecekan
aktivitas
bidang
pengajian dimana kegiatan tersebut
kedisiplinan di setiap gerbang menuju
merupakan bentuk pertemuan orang
sekolah. Hal ini sangatlah penting
tua dengan pihak sekolah serta bentuk
untuk
kontroling
kepada
disekolah
tersebut.
menunjang
pembelajaran
nantinya. Peserta Muhammadiyah
didik 4
SMA
adanya
pertemuan
peserta Selain rutin
didik dengan
tersebut,
Yogyakartra
kerjasama
juga
terjadi
dalam
memiliki tingkat kerjasama yang baik
keseharian
peserta
didik.
Seperti
dengan peserta didik lain, baik peserta
halnya dalam event disekolah peserta
didik reguler kepada peserta didik
didik inklusif menjadi pengisi acara
inklusif, atau peserta didik inklusif
tersebut
kepada peserta didik reguler. Seperti
guru
Kerja sama yang terjalin antar
corat-coret di area sekolah maka pihak
peserta didik dalam aktivitas sehari-
sekolah memberikan ruang untuk peserta
hari juga tercermin ketika peserta didik
didik menuangkannya dalam sebuah karya
inklusif dibantu dalam berjalan oleh
seni yang dikemas melalui papan kayu
peserta didik reguler, dan juga terlihat
yang disediakan untuk mural. Hal ini
ketika mereka dikantin ataupun di
dilakukan
kamar mandi selalu ada teman yang
maupun peserta didik inklusif sehingga
menemani
tampak
mereka.
Karena
bagi
peserta
sebuah
seni
didik
yang
reguler
baik
dan
peserta didik SMA Muhammadiyah 4
ditempatkan dengan baik pula. Kompetisi
Yogyakarta
dan
positif ini membuat perbedaan disekolah
bekerjasama sudah ditanamkan oleh
menjadi peluang untuk meraih prestasi
pihak sekolah.
sekolah, dengan adanya kompetisi positif
saling
membantu
c. Kompetisi positif Sekolah sebuah
tersebut
yang
perbedaan
kompetisi,
baik
maupun
non
Muhammadiyah
terbentuk membuat
dibidang akademik.
juga
berdampak
pada
asas
karena
multikulturalisme dimana peserta didik
beberapa
mampu menghargai karya orang lain, tanpa
akademik
memandang latar belakang mereka.
SMA
Nilai-nilai
yang
ditanamkan
tersebut
Yogyakarta
menumbuhkan sikap anti diskrimiatif sehingga
mengarahkan kompetisi tersebut kedalam
meningkatkan pendidikan multikultur yang ada
kompetisi
sekolah
di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Tujuan
memeberikan ruang untuk anak berekspresi
dari pendidikan multikultur juga tersampaikan
tetapi diarahkan dan dibina untuk meraih
dimana
prestasi.
kemampuan
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi
dibidang olahraga futsal mereka diarahkan
akademik maupun non akademik. Pendidikan
untuk berkompetisi dalam skuat tim futsal
inklusif
sekolah
dalam
peningkatan pendidikan multikultur disekolah
yang
tersebut karena adanya sikap dan sifat serta
positif,
Seperti
untuk
4
dimana
halnya
dikirimkan
pertandingan-pertandingan diselangarakan.
peserta
terbukti
didik
inklusif
mampu
memiliki
memberikan
nilai-nilai yang ditanamkan oleh pihak sekolah
Bidang kesenian juga dikembangkan
seperti nilai toleransi, kerjasama dan kompetisi
oleh sekolah ini, untuk menghalangi siswa
positif.
oleh
Nilai-nilai
tersebut
secara
tidak
langsung merubah pemikiran peserta didik dan
1. Penerapan pendidikan inklusif di SMA
semua warga sekolah untuk saling menghargai
Muhammadiyah 4 Yogyakarta sudah baik,
seluruh perbedaan, baik dalam bidang fisik,
dengan penerapan kurikulum bagi peserta
ekonomi sosial, maupun agama dan etnis yang
didik inklusif menggunakan sistem reguler
melekat pada peserta didik.
penuh pull out. Pendekatan pembelajaran
Pendidikan inklusif merupakan bentuk
yang tepat dimana guru dan peserta didik
ideal pendidikan di Indonesia karena tidak
berkerjasama,
memandang latar belakang peserta didik.
tutoring dan Peer Collaborating serta guru
Sekolah bertugas untuk mengarahkan mereka
yang
pada tindakan positif yang menghasilkan
Menguasai
prestasi. Wawasan akan lintas budaya akan
menggunakan
dengan sendirinya tertanam, mereka hidup
Dalam evaluasi pembelajaran guru sudah
secara
dan
menyesuaikan tanpa mengurangi bobot
semakin
soal dan pembedaan, hanya saja dengan
damai
dalam
kekurangannya
perbedaan
masing-masing,
adanya
memahami
Peer
lingkungan
metode
kelas,
pembelajaran,
metode
pembelajaran.
sistem
membuat peserta didik siap menghasilkan
kekurangan mereka. Hal ini juga didukung
solusi
tersebut.
oleh sarana dan prasarana yang baik oleh
Wawasan pendidikan multikultur di Indonesia
sekolah baik untuk peserta didik reguler
khususnya di Yogyakarta sebagai acuannya
maupun untuk peserta didik inklusif.
era
globalisasi
adalah SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
2. Penerpan
sedikit
dan
meningkatnya wawasan pendidikan multikultur ditengah
yang
peranan
inklusif
juga
peluang
berprestasi
bagi
memberikan
pendidikan inklusif dan diharapkan menjadi
peserta didiknya. 3. SMA
Kesimpulan
karena
pendidikan
sebagai sekolah yang memiliki kebijakan contoh untuk sekolah-sekolah lain.
berbeda
Muhammadiyah
4
Yogyakarta
merupakan sekolah dengan pembelajaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
yang ramah, dimana semua peserta didik
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta mengenai
dapat diterima dan diberikan pelayanan
pendidikan
terbaik oleh pihak sekolah.
inklusif
sebagai
upaya
meningkatkan pendidikan multikultur, maka
4. SMA Muhammadiyah merupakan sekolah
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
yang berwawasan multikultur dan semakin meningkat
dengan
adanya
pendidikan
inklusif dimana toleransi sangat dijunjung
kemampuan dalam melayani anak
tinggi, dan kerjasama disemua bidang
berkebutuhan khusus.
diarahkan pada prestasi sekolah.
b. Kurangnya pelatihan terhadap guru
5. Faktor pendorong penerapan pendidikan inklusif
di
SMA
Muhammadiyah
untuk melayani anak berkebutuhan
4
khusus.
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
c. Jumlah Guru Pembimbing Khusus
a. Bapak-Ibu Guru, Karyawan menerima anak
berkebutuhan
memberikan
khusus
pelayanan
(GPK) berjumlah satu orang dan hanya
dan
ada pada hari juma’at dan sabtu.
yang
d. Sarana dan prasarana yang belum
maksimal. b. Siswa
lengkap.
dan
keberadaan bersama
siswi
senang
dengan
e. Perhatian dari pemerintah kurang.
mau
belajar
f. Dana yang terbatas.
mereka, saling
tolong-menolong
Saran
dalam pelbagai kegiatan. c. Masyarakat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada
sekitar
sekolah
beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
memberikan perhatian yang khusus
untuk meningkatkan penerapan pendidikan
terhadap siswa inklusif.
inklusif
d. Sarana dan Prasarana yang baik dan
multikultur
memadai. inklusif
Muhammadiyah mempunyai
4
semangat
di
SMA
Yogyakarta
pendidikan
Muhammadiyah
4
dan
1. Peningkatan sarana dan prasarana inklusif
bakat
yang ada di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
kota mauapun nasional
2. Peningkatan peran kepala sekolah untuk
6. Faktor penghambat penerapan pendidikan SMA
Muhammadiyah
pengembangan
4
penerapan
pendidikan
inklusif dengan aktif menjalin kerjasama
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
baik dipemerintahan maupun swasta.
a. Guru-guru di SMA Muhammadiyah 4
3. Intensifitas
Yogyakarta belum semuanya memiliki
pelatihan
peserta didik inklusif.
SMA
akan
berikut:
sehingga mampu berprestasi ditingkat
di
di
wawasan
Yogyakarta, saran tersebut diantaranya sebagai
e. Anak-anak
inklusif
dan
untuk
melayani
4. Perlu menambah jumlah guru pembimbing
Direktorat Pendidikan Luar Biasa. (2007). Pedoman Umum Pendidikan Inklusi. Jakarta
akademik dan jumlah jam bimbingan di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. 5. Inovasi
pembelajaran
Farrel, M. (2008). Inlusion at the Crossroads, Special Education-Concept and Values. USA: David Fulton Publisher
dengan
menggunakan metode yang lebih tepat untuk pembelajaran dikelas inklusif.
Hanum, F. (2013). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
6. Kontroling dengan orangtua sangat baik karena sudah setiap bulan dan perlu
Marthan, L. K. (2007). Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: Depdiknas
dipertahankan.
Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: Universitas Indonesia Press.
7. Evaluasi pembelajaran perlu ditingkatkan agar peserta didik dapat mandiri dalam membaca soal.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
8. Perlunya sosialisasi pemahaman wawasan pendidikan multikultur disekolah sehingga
Muhammad, I. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
tingkat toleransi dan kerjasama semakin meningkat. 9. Hasil karya siswa peserta didik dipamerkan
O’Neil. (1995). Can inclusion work (A Conversation with James Kauffman and Mara Sapon-Shevin), Boston : E Educational Leadership.
dan dipasarkan sehingga menumbuhkan percaya diri serta dapat dihargai dari pihak luar sehingga sikap diskriminasi berkurang.
Parsons, T.(1970). The Social System. New York: The Free Press
Daftar Pustaka
Peck, S. (1995). what area the outcomes for Nondisabled students,Boston : Educational Leadership.
Ambar, S. W. (2007). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV. Multi Karya Mulia
Peraturan Pemerintah Republik Nomor 70 Tahun 2009.
Burhan, B. (2008).Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Indonesia
Poloma, M. M. (2000). Sosiologi Kontemporer. Penerjemah Yasogama, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Dadang, S. (2011). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Smith, D. J. (2012). Sekolah Inklusif “Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Editor:
Mohammad Nuansa.
Sugiarmin.
Bandung:
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarmansyah. (2007). Pendidikan inklusif , Bandung :Alfabeta. Tarsidi, D. (2011). Paradigma HAM dalam Pendidikan Inklusif : Kesempatan dan Tantangan. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (Online). Tersedia di http://d-tarsidi.blogspot.com . Diakses pada 20 April 2015 pukul 20.10 WIB Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahyu, S. A. (2005). Perspektif Pendidikan Luar Biasa dan Implikasinya Bagi Persiapan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depfiknas W.Gulo. (2002). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Zamroni .(2007). Meningkatkan Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhammadiyah