PENDIDIKAN BERBASIS PESANTREN Sebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa Oleh: Imam Sukwatus Sujai Dosen STKIP PGRI TULUNGAGUNG
ABSTRAK.Pesantren merupakan pendidikan tertua dan khas Indonesia memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan bangsa dan negara Indonesia, dan ikut mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Salah satu rekor hasil model pendidikan pesantren yang belum terpecahkan oleh model pendidikan di Indonesia adalah prestasi putra terbaik bangsa dari Jombang yang berasal dari satu keluarga, yaitu: kakek, bapak, telah dianugerahi sebagai pahlawan nasional (KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim). Dan beliau sendiri sebentar lagi akan menjadi pahlawan nasional Indonesia yaitu: KH. Abdurrahman Wahid. Kyai sebagai pemegang otoritas tertinggi di pesantren memiliki sifat perfeksionis kyai dalam memilih santri-santrinya untuk melanjutkan tugas dakwah Islam. Model pendidikan karakter berbasis pesantren adalah: 1) membentuk karakter seorang manusia diperlukan keahlian khusus. Kekuatan dan wewenang khusus untuk mendidik, mengajar, dan membimbing santri diperoleh kyai setelah melalui beberapa tahap pembelajaran, waktu lama, dan menghendaki kesempurnaan lahir batin. 2) Santri calon ulama yang terpilih merupakan hasil dari usaha lahir dan batin kyai untuk menjamin kelangsungan regenerasi keilmuan, dan tradisi santri yang sudah berakar di masyarakat. Metode belajar-mengajar di pondok pesantren sudah terbukti menghasilkan ulama berkualitas tinggi, metode tersebut antara lain: sorogan, bandongan, halaqah, musyawarah, dan ijazah. 3) Kemandirian menjadi landasan berpikir, bertindak, dan mengoreksi setiap aktivitas segenap elemen pondok pesantren. Sikap kemandirian berasal dari prinsip untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar menggantungkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT.
Kata kunci: basis pesantren, pendidikan karakter,
A. Eksistensi Pendidikan Pesantren Pesantren merupakan pendidikan
Wahid Hasyim). Dan beliau sendiri sebentar lagi akan menjadi pahlawan
tertua dan khas Indonesia memberikan
nasional
sumbangan besar terhadap perkembangan
Abdurrahman
bangsa dan negara Indonesia, dan ikut
pemegang otoritas tertinggi di pesantren
mewarnai
memiliki sifat perfeksionis kyai dalam
perjalanan
sejarah
bangsa
Indonesia Wahid.
yaitu: Kyai
Indonesia. Salah satu rekor hasil model
memilih
pendidikan
melanjutkan tugas dakwah Islam.
pesantren
yang
belum
terpecahkan oleh model pendidikan di
santri-santrinya
Perkembangan
KH. sebagai
untuk
pendidikan
di
Indonesia adalah prestasi putra terbaik
Indonesia secara umum sudah menuju ke
bangsa dari Jombang yaitu: kakek, bapak,
arah yang benar, dengan mengedepankan
telah
pahlawan
praktek agama. Terutama sekolah dan
nasional (KH. Hasyim Asy’ari, KH.
madrasah yang menerapkan full day
dianugerahi
sebagai
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
164
school.
Perlu
polesan
sedikit
dan
bahwa lingkungan tidak mendukung
kesiapan SDM yang sudah tersedia
kegiatan
dengan
dan
mengembangkan kepribadiannya sesuai
dari
dengan kapasitas yang dimiliki. Banyak
pesantren tradisional yang lulus seleksi
kendala yang dihadapi generasi saat ini
untuk
dalam
sedikit
pembekalan,
penyesuaian
terutama
membimbing,
ustadz
mendidik,
dan
mengajar praktek ibadah murid.
mendorong
mempertahankan
dan lingkungan tempat tinggal mereka.
untuk
Menjadi halangan besar jika standar
bersemangat dalam berdakwah sesuai
penampilan dan gaya hidup tidak mampu
dengan bakat dan minatnya. Di sekolah
maka mereka akan mencari lingkungan
non
menghargai
yang sesuai dengan kondisi mereka.
keberagaman dan pengakuan eksistensi
Pesantren dalam hal ini telah terbukti
mayoritas umat Islam Indonesia, masih
oleh
memungkinkan
memasukkan
membentuk generasi super. Generasi
ustadz untuk mendampingi siwa-siswi
dalam ini berarti keilmuan bukan pada
muslim yang sekolah tersebut. Kebijakan
genetika/ biologis. Kyai sangat obyektif
yang kooperatif akan mendorong siswa
dalam menurunkan ilmu, tidak terfokus
untuk mengembangkan sikap toleransi
keluarga
antara umat beragama.
melanjutkan
muslim
mereka
rangka
dalam
eksistensinya dalam pergaulan di sekolah
Sikap yang dipupuk di pesantren akan
siswa-siswi
dengan
untuk
Pendidikan merupakan suatu pilar dalam
kehidupan
berbangsa
Karena
pembentukan
pada pola
pendidikan
masa
kemampuannya
dan
dalam
keturunannya estafet
untuk
kepemimpinan
maupun keilmuannya.
dan
bernegara dalam menjamin kelangsungan hidup.
waktu
depan
B. Pendidikan Berbasis Pesantren Pesantren
sebagai
lembaga
swadaya masyarakat, dan menjadi model
ditentukan. Dengan pendidikan karakter
pendidikan
sebuah bangsa bisa ditanamkan sejak
Keberhasilan
dini. Demikian vitalnya peran pendidikan
pondok pesantren dalam menelorkan
dikaji ulang model pendidikan yang telah
sejumlah ‘ulama’ yang berkualitas tinggi
dilaksanakan sekarang.
adalah karena metode pendidikan yang
Fenomena angka putus sekolah yang tinggi akhir-akhir ini menunjukkan
tertua
di
Indonesia.
pemimpin-pemimpin
dikembangkan oleh para kyai. Tujuan pendidikan tidak
semata-mata
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
untuk 165
memperkaya
pikiran
murid
dengan
penjelasan-penjelasan,
tetapi
untuk
kompetensi
meninggikan
moral,
melatih
dan
dibutuhkan.
mempertinggi
semangat,
menghargai
diakses oleh masyarakat yang memiliki sesuai
Pendidikan
berbasis unggul
yang
pesantren
nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,
menjadi
mengajarkan sikap dan tingkah laku yang
dikembangkan
jujur dan bermoral, dan menyiapkan para
masing-masing sekolah dan madrasah
murid untuk hidup sederhana dan bersih
setempat. Metode belajar-mengajar di
hati. Setiap murid diajar agar menerima
pondok
etik agama di atas etik-etik yang lain.
menghasilkan ulama berkualitas tinggi,
Tujuan pendidikan pondok pesantren
menurut Dhofier (1985: 23-33) metode
bukanlah untuk mengejar kepentingan
tersebut antara lain: sorogan, bandongan,
kekuasaan, uang dan keagungan duniawi,
halaqah, musyawarah, dan ijazah.
tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa
1) Sorogan juga disebut individual:
belajar adalah semata-mata kewajiban
seorang murid mendatangi seorang
dan pengabdian kepada Alloh SWT
guru
(Dhofier, 1985: 20-21).
beberapa baris Al-Qur’an atau kitab-
Pendidikan khas Indonesia sangat
nilai
bidang
menurut
pesantren
yang
kitab
yang
kekhasan
sudah
akan
bahasa
bisa
terbukti
membacakan
arab
dan
relevan dengan kondisi masyarakat dari
menerjemahkannya ke dalam bahasa
dulu
Jawa.
hingga
sekarang.
Dalam
masyarakat,
sebelum
mengulangi dan menerjemahkan kata
pendidikan formal dan kedinasan terbuka
demi kata seperti yang dilakukan
seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat,
oleh gurunya. Murid diharuskan
bagi masyarakat perdesaan belajar di
menguasai
pesantren digolongkan menjadi elit desa
terjemahan tersebut secara tepat dan
yang terdidik. Dianggap setingkat lebih
hanya
tinggi bila anggota keluarga bisa belajar
pelajaran bila telah berulang-ulang
di pesantren besar dan jauh dari rumah.
mendalami pelajaran sebelumnya.
Pergeseran terjadi
Sistem ini diberikan dalam pengajian
perkembangan
ketika pendidikan
Pada
bisa
gilirannya
pembacaan
menerima
murid-murid
murid
dan
tambahan
formal dan kedinasan terbuka luas bagi
kepada
yang
segenap anggota masyarakat. Sehingga
menguasai pembacaan Al-Qur’an.
lapangan pekerjaan terbuka luas dan bisa
Sistem sorogan dalam pengajian ini
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
telah
166
merupakan bagian yang paling sulit
sorogan secara intensif. Metode
dari keseluruhan sistem pendidikan
ini
Islam tradisional, sebab sistem ini
memahami,
menuntut
materi penting sebagai bekal
kesabaran,
kerajinan,
melatih
nanti
murid.
kemasyarakat.
sorogan
terbukti
untuk
menghafalkan
ketaatan dan disiplin pribadi dari Sistem
santri
ketika
kembali
sangat efektif sebagai taraf pertama
3) Halaqah.
bagi seorang murid yang bercita-cita
sistem
menjadi seorang alim. Metode ini
halaqah
berguna untuk melatih santri dan
lingkaran murid, atau sekelompok
murid
siswa
untuk
sabar,
rajin,
taat,
disiplin, dan teliti. 2) Bandongan.
Metode
utama
Kelompok bandongan yang
yang
kelas ini
arti
belajar
bimbingan
seorang
Kebanyakan
pesantren,
dari
disebut bahasanya
di
bawah
guru.
.
terutama
sistem pengajaran di lingkungan
pesantren-pesantren besar, biasanya
pondok ialah bandongan juga
menyelenggarakan
disebut weton. Dalam sistem ini
macam halaqah (kelas bandongan),
sekelompok murid (antara 5
yang mengajarkan mulai kitab-kitab
sampai
mendengarkan
elementer sampai tingkatan tinggi,
seorang guru yang membaca,
yang diselenggarakan setiap hari
menerjemahkan, menerangkan,
(kecuali hari Jum’at), dari pagi-pagi
dan seringkali mengulas buku-
buta setelah sembahyang subuh,
buku Islam dalam bahasa Arab.
sampai
Setiap
memperhatikan
Penyelenggaraan bermacam-macam
bukunya sendiri dan membuat
kelas bandongan ini dimungkinkan
catatan-catatan
arti
oleh suatu sistem yang berkembang
tentang
di pondok pesantren di mana kyai
maupun
500)
santri
(baik
keterangan)
bermacam-
larut
malam.
kata-kata atau buah pikiran yang
seringkali
memerintahkan
sulit. Sistem bandongan, karena
santri senior untuk mengajar dalam
dimaksud untuk murid-murid
halaqoh.
tingkat menengah dan tingkat
melakukan praktek mengajar ini
tinggi, hanya efektif bagi murid
mendapat titel ustad (guru). Para
yang telah mengikuti sistem
asatidz ini dapat dikelompokkan
Santri
senior
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
santri-
yang
167
menjadi: yang masih yunior (ustadz
biasanya menyelenggarakan diskusi
muda), dan yang sudah senior yang
terlebih dahulu antara mereka sendiri
biasanya sudah menjadi anggota
dan
kelas musyawarah. Satu-dua ustadz
jurubicara
untuk
senior yang sudah matang dengan
kesimpulan
dari
pengalaman mengajarkan kitab-kitab
disodorkan oleh kyainya.
besar akan memperoleh gelar “kyai
setelah itu diikuti dengan diskusi
muda”. Metode ini berguna untuk
bebas.
melatih santri mampu menerangkan
pendapat
materi yang telah dipelajari di depan
menyebutkan sumber sebagai dasar
umum.
argumentasi.
4) Musyawarah. Kegiatan terpenting
menunjuk
cukup
salah
seorang
menyampaikan masalah
yang Baru
Mereka akan mengajukan diminta
untuk
Mereka yang dinilai
matang
untuk
menggali
dalam kelompok musyawarah ini
sumber-sumber referensi, memiliki
ialah
keluasan bahan-bahan bacaan dan
mengikuti
seminar-seminar
yang membahas berbagai masalah
mampu
atau soal-soal agama baik yang
menyelesaikan
dipertanyakan
terutama
oleh
masyarakat,
menemukan
atau
problem-problem menurut
sistem
maupun yang dilontarkan oleh kyai
jurisprudensi mazhab Syafi’i akan
sebagai latihan untuk memecahkan
diwajibkan menjadi pengajar untuk
masalah.
harus
kitab-kitab tingkat tinggi. Dengan
mempelajari sendiri kitab-kitab yang
kata lain, kita bisa menyimpulkan
ditunjuk.
bahwa
Para
siswa
Kyai memimpin kelas-
kebanyakan
pesantren
kelas musyawarah seperti dalam
tumbuh, berkembang, dan berasal
seminar dan lebih banyak dalam
dari lembaga-lembaga pengajian, dan
bentuk tanya jawab, biasanya hampir
banyak sekali pesantren-pesantren
seluruhnya diselenggarakan dalam
yang mati dan meninggalkan sisa-
bahasa Arab, dan merupakan latihan
sisanya
bagi para siswa untuk menguji
lembaga
pengajian
ketrampilannya
kurangnya
kepemimpinan
dalam
menyadap
dalam
sumber-sumber argumentasi dalam
seorang
kitab-kitab
klasik.
meninggal
menghadap
kyai,
Sebelum para
siswa
bentuk
kyainya
meninggalkan
lembagadisebabkan
yang dunia
setelah masyhur tanpa
pengganti-pengganti
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
168
yang memiliki kemampuan, baik
murid yang telah mencapai suatu
dalam pengetahuan Islam maupun
tingkatan pengetahuan tertentu tetapi
dalam
organisasi.
tidak dapat mencapai ke tingkatan
Banyak contoh tentang pesantren
pengetahuan tertentu tetapi tidak
yang mengalami nasib serupa ini,
dapat mencapai ke tingkat yang
seperti
cukup
kepemimpinan
Pesantren
Cepaka
di
tinggi
disarankan
untuk
Surabaya, Pesantren Kademangan di
membuka pengajian, sedangkan yang
Bangkalan
memiliki ijazah biasanya dibantu
Madura,
Maskumambang
di
Pesantren Gresik,
dan
untuk
mendirikan
pesantren.
Pesantren Jamsaren di Surakarta.
Hubungan antara guru dan murid
Metode ini berguna untuk melatih
adalah sedemikian rupa sehingga
santri menghargai pendapat orang
anjuran-anjuran yang diberikan oleh
lain, dan menghargai perbedaan yang
sang guru dianggap oleh si murid
ada.
sebagai perintah yang mutlak harus
5) Ijazah.
Dalam
tradisi
pesantren
dikerjakan.
Metode
berguna
dikenal pula sistem pembelajaran
untuk
ijazah, tetapi bentuknya tidak seperti
menghadapi cobaan dan rintangan
yang
sistem
dalam kehidupan dan dalam merintis
moderen, ijazah model pesantren itu
pesatren maupun bentuk dakwah
berbentuk pecantuman nama dalam
lain.
kita
suatu
kenal
daftar
dalam
rantai
transmisi
melatih
ini
Untuk
santri
tangguh
merealisasikan
model
pengetahuan yang dikeluarkan oleh
pendidikan pesantren dalam pendidikan
gurunya terhadap muridnya yang
karakter
telah
keseriusan segenap stakehoders untuk
menyelesaikan
pelajarannya
bangsa,
bekerja
tertentu sehingga si murid tersebut
diperhatikan, antara lain:
dianggap
1. Rekonstruksi Kurikulum Nasional
mengajarkannya
kepada
dan kepada
Ihtiar
Beberapa
diperlukan
dengan baik tentang suatu buku
menguasai
sama.
maka
telah
hal
dilakukan
untuk
orang lain. Tradisi ijazah ini hanya
memperbaiki
dikeluarkan
menerapkan kurikulum 2013, dengan
untuk
murid-murid
kurikulum
perlu
dengan
tingkat tinggi dan hanya mengenai
basis pendidikan karakter.
Beberapa
kitab-kitab besar dan masyhur. Para
pertimbangan
dilakukan
yang
perlu
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
169
dalam pelaksanaany mengingat segenap elemen
pendidikan
menepati
standar
belum
ontoh
kecilnya,
dalam
KTSP, sistem penilaian yang diterapkan
kurikulum 2013. Sehingga tahun 2015
adalah sistem penilaian berkelanjutan
dan seiring dengan terpilihnya Anis
yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif,
Baswedan sebagai Menteri Pendidikan
psikomotorik, dan afektif.
Nasional, kurikulum dikembalikan ke
kebijakan Ujian Nasional yang ditetapkan
KTSP.
pemerintah, terkesan menganak-tirikan dasarnya,
ada
menyatakan
dalam
Pada
yang
mampu
Selanjutnya (Mayyadah, 2014: 3)
Namun,
penyempurnaan
aspek afektif dan psikomotorik dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi
mematok kelulusun melalui tiga mata
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pelajaran utama yang lebih bertumpu
(KTSP) sudah merupakan inovasi ideal
pada kompetensi kognitif. Selain itu,
yang dilakukan pemerintah.
Namun,
penekanan kompetensi kelulusan yang
lemahnya
terbatas pada tiga mata ujian tersebut,
kurangnya
SDM
kualifikasi
dan
guru
mengakibatkan
dianggap
kontraproduktif
terhadap
penjabaran KTSP masih belum optimal.
pengembangan karakter siswa. Siswa tak
Masih banyak guru yang memegang
lagi
filosofis sistem kurikulum lama yang
ketangguhan mental, akan tetapi lebih
memposisikan
cenderung
objek,
peserta
bukan
didik
sebagai
pembelajaran.
sebagai
subjek
Ditambah
misinterpretasi
terhadap
KTSP
aktif
melihat
ujian
sebagai
sebagai
momok
ujian
yang
mematikan kreativitas siswa itu sendiri.
lagi,
Menurut Mayyadah (2014: 4). Untuk
yang
itulah, diperlukan sebuah upaya serentak,
membentuk sebuah paradigma bahwa
konstruktif,
lembaga akademik sebagai penerima
merekonstruksi
pasif kebijakan pemerintah. Padahal,
melalui hal-hal sebagai berikut:
desentralisasi pendidikan telah memberi
dan
menyeluruh kurikulum
untuk nasional
a. Sosialisasi KTSP yang maksimal dan
ruang seluas-luasnya bagi setiap jenjang
menyeluruh
pendidikan
sistem
pelatihan agar guru dan sekolah "siap"
pembelajaran kreatif-inovatif, sehingga
menjabarkan KTSP secara kreatif.
tujuan
Sosialisasi juga perlu diadakan di
untuk
pendidikan
memilih
nasional
terealisasi dengan benar 2014: 3).
bisa
(Mayyadah,
setiap
melalui
sub-lembaga
Depdiknas,
agar
berbagai
di
bawah
tidak
terjadi
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
170
kesalahpahaman
penerap
perilaku
sendiri.
seharusnya menjadi tolak ukur lulus-
Sosialisasi tersebut dibarengi dengan
tidak lulusnya seorang peserta didik.
adanya
evaluasi
Untuk itu, model Ujian Nasional
sehingga
konsep
kebijakan
antar
kurikulum
itu
berkelanjutan, kurikulum
bisa
dan
etika
keseharian
perlu ditinjau ulang, sehingga alumni
teralisasi secara merata di setiap
pendidikan
jenjang pendidikan.
berkompetensi dalam intelektualitas
b. Penambahan jam pembelajaran pada
tidak
hanya
saja, tetapi juga kualitas karakter diri
materi yang mendukung character
yang
building seperti PPKN dan pelajaran
spritual. Selain UN, evaluasi belajar
agama dengan mengurangi proses
lainnya seperti tes semester, ulangan
pembelajaran
harian,
teoritis.
Fakta
yang
meliputi
tidak
nilai
moral
ditekankan
dan
pada
terjadi di lapangan, justru dua materi
penilaian hasil jawaban di atas kertas
ini hanya diberlakukan sebanyak satu
saja, melainkan juga pada sikap
kali pertemuan setiap minggu selama
peserta
2 jam pembelajaran, ditambah lagi,
pembelajaran seperti tingkat absensi
materi tersebut hanya sebatas transfer
di kelas, mental anti-menyontek
pengetahuan teknis, tanpa menyentuh
selama ujian, dan sikap moral-
titik sentral moralitas siswa. Siswa
spritual lainnya.
seharusnya aktif berdiskusi masalahmasalah
sosial
yg
terjadi
dan
mendapatkan suntikan motivasi untuk
didik
2. Optimalisasi Pesantren
selama
proses
Nilai
Pendidikan
dalam
Komunitas
Pendidikan
menjadi manusia berkarakter. Sedikit
Keunggulan pendidikan pesantren
berbeda dengan yang terjadi di tingkat
adalah santri melihat, mendengar, dan
perguruan tinggi, materi character
merasakan
building bahkan telah diterapkan di
pesantren berrusaha keras melaksanakan
beberapa universitas swasta seperti di
segenap ajaran yang telah mereka pelajari
Universitas Bina Nusantara. Sebuah
dari kitab-kitab Islam klasik. Pesantren
langkah inovatif yang pantas dicontoh
sebagai lembaga swadaya masyarakat,
oleh perguruan tinggi lainnya.
dan menjadi model pendidikan tertua di
c. Evaluasi hendaknya tidak sebatas
Indonesia.
ujian tertulis semata, akan tetapi,
pemimpin
sendiri
segenap
Keberhasilan pondok
elemen
pemimpin-
pesantren
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
dalam 171
menelorkan
sejumlah
yang
pendidikan karakter bangsa. Beberapa
berkualitas tinggi adalah karena metode
agenda awal yang bisa dibentuk sebagai
pendidikan yang dikembangkan oleh para
sebuah
kyai.
edukatif, menurut Mayadah (2014: 6)
Tujuan
‘ulama’
pendidikan
pesantren
budaya
dalam
komunitas
menurut (Dhofier, 1985: 20-21) tidak
diantaranya:
semata-mata untuk memperkaya pikiran
1) Perlu adanya perubahan paradigma
murid
dengan
penjelasan-penjelasan,
"Siswa Teladan". Jika selama ini
tetapi untuk:
pemilihan siswa teladan berangkat
1) Meninggikan moral, melatih dan
pada
penilaian
cognitive-based
mempertinggi semangat.
competition semata, sudah saatnya
2) Menghargai nilai-nilai spiritual
paradigma itu dihapuskan. Siswa
dan kemanusiaan.
teladan bukan saja siswa
yang
3) Mengajarkan sikap dan tingkah
berprestasi dalam hal "juara kelas"
laku yang jujur dan bermoral.
dan semisalnya, akan tetapi, siswa
4) Menyiapkan para murid untuk
yang berkarakter mandiri, taqwa,
hidup sederhana dan bersih hati. 5) Belajar
adalah
peka sosial, seharusnya mendapat
semata-mata
apresiasi dan penilaian lebih. Santri
kewajiban dan pengabdian kepada
teladan. Kyai bersifat perfeksionis
Allah swt.
dalam memilih generasi penerus
Sikap- sikap inilah yang dikembangkan
dakwah Islam. Santri-santri yang
dan diterapkan sungguh-sungguh oleh
terpilih
segenap elemen pesantren terutama kyai
kredibilitasnya lahir batin. Sehingga
sebagai panutan sentral. Beliau memiliki
santri terpilih benar-benar mampu
peran
menerapkan ilmu yang diperoleh
sentral
membimbing
dan
dalam
mendidik,
mengajar
santri.
Bahkan pertanggung-jawabannya sampai
benar-benar
teruji
dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pembenahan
lingkungan
belajar.
akhirat. Karena ini berkaitan dengan
Lingkungan yang sehat bukan saja
keberlangsungan dakwah Islam dan tugas
memberikan stimulasi positif bagi
manusia sebagai pemegang amanat Allah
proses transfer pengetahuan, tetapi
swt di atas permukaan bumi.
juga memudahkan optimalisasi nilai-
Terdapat banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan berkaitan dengan
nilai
luhur
dalam
lingkup
pendidikan. Lingkungan sehat dapat
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
172
dibentuk melalui budaya yang sehat
ini
pula. Seperti budaya sekolah anti-
penghargaan,
rokok, anti narkoba, anti pergaulan
beasiswa bagi guru yang ingin
bebas terlebih dahulu dimulai dari
meningkatkan
guru dan karyawan sebagai sosok
akademiknya. Kyai sebagai pucuk
teladan, lalu diikuti oleh semua
pimpinan tertinggi sering disebut
unsur-unsur
akademik.
Pesantren
sebagai
sebagai
lingkungan
bebas
pendidikan.
Hal
ini
dengan
memberikan hingga
bantuan
kualitas
entrepreneur
bidang
pendidikan mengingat keberadaan
menjadikan
pesantren
yang
benar-benar
pesantren terpisah dari lingkungan
tumbuh
dari
masyarakat.
dan mempunyai kode etik dan aturan
Pesantren
dalam
sendiri.
sejarah dikenal sebagai lembaga
3) Mengembalikan fungsi fasilitas ibadah
di
Musallah dihidupkan
swadaya
perjalanan
masyarakat
lingkup
akademik.
mandiri.
sekolah
misalnya,
dikembangkan menjadi prinsip
kembali
dengan
setiap
Sikap
yang
ini
perlu
individu
dalam
budaya shalat berjamaah oleh
mengembangkan segenap potensi
segenap
masyarakat
masyarakat
sekolah,
khususnya
dan
sehingga pelajaran agama tidak
segenap sumberdaya yang sangat
sekedar
teoritis.
melimpah
Kemampuan ini secara umum
Indonesia.
dimiliki oleh alumni pesantren
3. Pesantren
yang
bernilai
terstandarisasi.
Sentra
yang
dimiliki
Sebagai
Model
Percontohan
kegiatan santri berkisar sebelum
Kyai
dikenal
jenius
dalam
dan sesudah shalat 5 waktu. Hal
mengantisipasi
ini
untuk
perkembangan masyarakat terkini. Hal
mempermudah mengontrol dan
ini bisa ditelusuri dari keanekaragaman
mengondisikan santri.
model pesantren yang ada saat ini.
4) Apresiasi
dilakukan
pemerintah
terhadap
segenap
tuntutan
Pesantren modern telah banyak berbenah
setiap jenjang pendidikan yang
dan
berkembang
berhasil menerapkan pendidikan
Berdasarkan
berbasis kecerdasan komprehensif
Agama, di tahun 2008 terdapat 21.521
data
dengan dari
pesatnya. Departemen
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
173
pesantren yang tersebar di tanah air,
murid teladad teladan berdasarkan
dengan
rekomendasi guru agama atau
9.639
kombinasi.
pesantren
bercorak
Angka ini menjadi sebuah
bukti bahwa pesantren seharusnya sudah dapat
diberdayakan
secara
optimal,
ustadz. 3) Kemandirian
menjadi
landasan
berpikir, bertindak, dan mengoreksi
terutama dalam mencetak generasi SDM
setiap
yang berkarakter cerdas komprehensif
pondok
(Mayyadah, 2015: 7).
kemandirian berasal dari prinsip
Model
pendidikan
aktivitas
segenap
pesantren.
elemen Sikap
karakter
untuk dapat berdiri sendiri dan
berbasis pesantren menurut Sujai (2008:
membina diri agar menggantungkan
viii) adalah:
segala sesuatu hanya kepada Allah
1) Membentuk karakter seorang manusia
SWT. Sikap kemandirian ini bisa
diperlukan keahlian khusus. Kekuatan
ditumbuh
dan
untuk
contoh riil guru atau ustadz dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing
kegiatan belajar mengajar. Sikap
santri diperoleh kyai setelah melalui
sederhana dan mau menjalani proses
beberapa tahap pembelajaran, waktu
bimbingan
lama, dan menghendaki kesempurnaan
menyerahkan hasil pekerjaan kita
lahir batin. Penerapan di sekolah dan
kepada Allah SWT merupakan bekal
madrasah di luar pesantren peran ini
utama
bisa
bangsa Indonesia.
wewenang
diambil
khusus
guru
agama
atau
mengundang alumni pesantren yang terstandarisasi
akhlaq,
dan
kembangkan
dengan
pembelajaran,
menuju
karakter
dan
unggul
Beberapa nilai plus pesantren yang
tidak
dimiliki
pendidikan
kredibelitasnya.
konvensional menurut Mayyadah (2014:
2) Santri calon ulama yang terpilih
7-8), antara lain:
merupakan hasil dari usaha lahir
1) Di pesantren, ilmu-ilmu transedental
dan batin kyai untuk menjamin
tetap
menjadi
prioritas,
kelangsungan
regenerasi
pesantren juga tetap membuka kelas
keilmuan, dan tradisi santri yang
bahasa asing, kelas IPTEK, dan
sudah berakar di masyarakat.
fasilitas lain pendukung kompetensi
Murid di lembaga pendidikan di
kognisi.
luar pesantren medapatkan gelar
(Pesma) SDM IPTEK di Tegal Jawa
Pesantren
namun
Mahasiswa
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
174
Timur misalnya, memberikan sebuah
sudah memenuhi kualifikasi sebagai
angin segar baru dalam inovasi
seorang guru di pesantren.
pendidikan.
Di
pesantren
ini,
4) Pesantren lebih bersifat ekonomis.
mahasiswa tidak hanya digenjot
Biaya masuk di pesantren modern
dengan berbagai pengajian agama
relatif lebih murah dibanding dengan
dan pembinaan mental, tetapi juga
sekolah-sekolah konvensional yang
penguasaan IPTEK melalui program
berasrama
technopreneurship.
penyebabnya
Di
satu
sisi,
lainnya.
Salah
adalah
satu
karena
di
santri boleh memilih universitas
pesantren menerapkan tradisi hidup
berkualitas
sederhana dan bekerjasama dengan
manapun
di
luar
pesantren sambil tetap mondok dan
masyarakat
bersedia mematuhi segala norma
Bahkan di beberapa pesantren tidak
yang ditetapkan di pesantren.
dikenakan biaya sama sekali karena
2) Budaya
mondok.
siapapun
sekitar
Di
pesantren,
kyai
mendapatkan
perlakuan
membiayai operasional pesantren.
yang sama, posisi guru dan murid
dan
pesantren.
5) Pesantren
masyarakat
mampu
merupakan
lembaga
sejajar dalam kewajiban menaati
pendidikan tertua di tanah air yang
etika
memiliki berbagai karakteristik dan
yang
sudah
ditetapkan.
Bagaimanapun juga, pembentukan
corak
karakter membutuhkan pembentukan
pesantren
kebiasaan, dan kebiasaan ini akan
percontohan pendidikan yang ideal
lebih optimal jika proses pendidikan
dan
diterapkan
kontinyu
lembaga-lembaga pendidikan lain
sebagaimana dalam sistem mondok
merupakan salah bentuk pelestarian
pesantren.
akan
secara
3) Di pesantren, keteladanan seorang
kultural
khas.
Penetapan
sebagai
model
mensejajarkannya
warisan
budaya
dengan
Indonesia.
Terutama budaya gotong royong dan
pendidik adalah sebuah keniscayaan.
tanggung
jawab
Tidak diprioritaskan pendidik yang
menyebarluaskan agama Islam.
untuk
cerdas IQ, tetapi pendidik yang
Mayyadah (2014: 9) lebih lanjut
capable dalam ilmu-ilmu agama dan
berbekal nilai plus tersebut, pesantren
memiliki kualitas moral yang baik
diharapkan mampu menelurkan bibitbibit
akademis
berkarakter
Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
saleh, 175
berakhlak mulia, memiliki kualitas ilmu
4. Penetapan sebuah pesantren sebagai
agama, sekaligus berkompeten dalam
model sekolah berstandar nasional
bidang
sebagai
yang ideal, baik melalui peraturan
hendaknya
pemerintah, maupun dengan perantara
memberikan dukungan penuh terhadap
publikasi massal. Dan mendorong
model
sekolah
IPTEK.
motivator
dan
Pemerintah fasilitator,
pesantren
inovatif
melalui
full
day
school
berbagai apresiasi berikut:
rekrutmen
pembina
1. Pemberian status akreditasi yang jelas
pesantren
yang
dan penyetaraan ijazah (tanda tamat belajar), sebagai bukti pengakuan pemerintah dan masyarakat terhadap
dengan
dari
ustad
mumpuni
atas
rekomendasi kyai. D. PENUTUP Model
pendidikan
karakter
pesantren yang selama ini terkesan
berbasis pesantren adalah: 1) membentuk
dianak-tirikan.
karakter seorang manusia diperlukan
2. Penyediaan
bantuan
sarana
dan
keahlian
khusus.
Kekuatan
prasarana IPTEK, terutama pesantren-
wewenang
khusus
pesantren di wilayah terpencil agar
mengajar,
dan
mampu
kualitas
diperoleh kyai setelah melalui beberapa
dengan
tahap pembelajaran, waktu lama, dan
adanya bantuan pemerintah, pesantren
menghendaki kesempurnaan lahir batin.
tidak perlu lagi menaikkan biaya
2) Santri calon ulama yang terpilih
operasional sehingga tetap menjadi
merupakan hasil dari usaha lahir dan
lembaga pendidikan murah dan dapat
batin kyai untuk menjamin kelangsungan
diakses lapisan masyarakat manapun.
regenerasi keilmuan, dan tradisi santri
bersaing
intelektual.
Di
dalam
satu
sisi,
3. Penghargaan terhadap tenaga pengajar pesantren
yang
pendidikan
menerapkan
berbasis
karakter,
bertindak,
guru/ustaz
pesantren.
oleh
membimbing
santri
Kemandirian menjadi landasan berpikir,
aktivitas
disebabkan
mendidik,
yang sudah berakar di masyarakat. 3)
misalnya memperhatikan gaji minim yang
untuk
dan
dan
mengoreksi
segenap
elemen
setiap pondok
Sikap kemandirian berasal
modal pendanaan pesantren yang tidak
dari prinsip untuk dapat berdiri sendiri
sebesar
dan membina diri agar menggantungkan
Tetapi
pendidikan tidak
konvensional.
menutup
partisipasi
segala sesuatu hanya kepada Allah SWT.
masyarakat sekitar pesantren. Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
176
Pendidikan
berbasis
pesantren
DAFTAR PUSTAKA
merupakan sebuah solusi pembentukan moral bangsa yang saat ini sudah semakin jauh dari ajaran agama. Bahkan perkembangan terakhir banyak elemen pesatren yang ikut arus, sehingga terjerat korupsi. Pendidikan merupakan pekerjaan besar dan berkelanjutan, sehingg perlu keseriusan dan komitmen berbagai pihak dalam ikut serta mewujudkan karakter
Dhofier. 1985. Tradisi Pesantren. Lembaga Penelitian, Pendidikan Dan Penerangan Ekonomi Dan Sosial (LP3ES). Jakarta. Mayyadah (2014). Pendidikan Berbasis ESQ Sebuah Solusi Dekadensi Moral Bangsa. Download 15/01/16. Sujai,
(2008). Analisis Kapasitas Ekonomi Pondok Pesantren Wali Aminah Jombang. Universitas Brawijaya. Malang.
unggul bangsa. Budaya luhur bangsa yang
menjadi
kepribadian
perlu
dikembangkan dan disebarluaskan untuk membentuk karakter unggul bangsa. Dibutuhkan kesadaran kolektif dan gerakan nasional serempak, agar spirit
pendidikan
terserabut
bisa
Rekonstruksi
yang
selama
diutuhkan
ini
kembali.
kurikulum
nasional,
optimalisasi nilai-nilai pesantren dalam komunitas pendidikan, serta penetapan pesantren sebagai model percontohan satuan pendidikan ideal, dapat terwujud jika pemerintah mau menjadi sosok terdepan. pemerintah, pakar
Tentunya baik
akademik,
komunitas
bukan
individu,
keluarga,
maupun
pendidikan
sebatas
seluruh
diharapkan
bersatu-padu dan berpartisipasi mendukung
tercapainya
aktif tujuan
pendidikan nasional. Imam Sukwatus Sujai: Pendidikan Berbasis PesantrenSebuah Ihtiar Pendidikan Karakter Bangsa
177