PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI WAHANA PERUBAHAN SOSIAL MENUJU LEARNING SOCIETY (Studi Kasus di Sekolah Alternatif Fatannugraha Wonosobo) Maryono, MPd Maryono, M.Pd adalah Mahasiswa S.3 Universitas Negeri Yogyakarta, Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo ABSTRACT This research intends to understand the implementation of community based education as a media of social change toward a learning society (a case study at Fatanugraha Alternative School Wonosobo Central Java). This research applies a qualitative descriptive method. One of the conclusion of this research is that the efforts to built a social change toward the learning society such as; colaborating the national and islamic boarding school curricullum, giving a good attitude, and building an independence behavior. Keywords: community based education, social change, learning society Pendahuluan Sejak manusia pertama kali hidup didunia ini ia sudah merasakan sentuhan proses pendidikan oleh orang tuanya atau lingkungan dimana manusia hidup. Dengan demikian, Pendidikan pada dasarnya sama tuanya dengan manusia itu sendiri sebagai pelaku utama pendidikan. Dalam hal ini pendidikan bisa dipahami sebagai suatu mekanisme dalam mempertahankan hidup (survival). Karena pada dasarnya setiap manusia melakukan proses pendidikan dalam rangka mempertahankan dirinya. Menurut Darwin, dalam konsep survival of the fittest dijelaskan bahwa manusia yang terbaik adalah siapa yang mampu mempertahankan kehidupan. Pendidikan sering disebut sebagai aktifitas normative. Konsep normative sering dipahami salah, menjadi pernyataan harapan atau mensyogyakan atau saran aktifitas normative tidak ingin sekedar memberitahukan perlu dan seharusnya mencapai sesuatu cita-cita ideal atau mencapai sesuatu yang dilihat atau diuji dari nilai hidup itu memang baik. Sesuatu yang normative baik setidaknya memiliki tiga ragam, yaitu, (a) berupa nilai hidup yang memang bisa diterima sebagai nilai hidup yang baik, b) berupa perkembangan atau pertumbuhan subyek yang bila diuji dengan hakikat perkembangan atau pertumbuhan memang baik itu disebut conduct, (c) berupa suatu alat untuk mencapai tujuan yang disebut instrumental values (Muhadjir, 2000). Dalam dinamika kehidupana manusia, pendidikan merupakan media ynag jitu dalam melahirkan suatu system nilai. Pendidikan diasumsikan sangat efektif dalam proses internalisasi nilai yang diproses dalam pendidikan. Oleh karena itu, setia individu
Jurnal Kependidikan Al-Qalam Vol. IX | 79
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
yang sudah berproses dalam pendidikan seharusnya mengidentifikasikan diri sebagai orang yang educated dengan system nilai yang dibentuk dalam interaksi pendidikan. Pada masyarakat manapun, pendidikan merupakan wahana pengejawantahan nilainilai sosial dalam berperilaku sehingga didalamnya terdapat system nilai ynag disepakatai bersama dalam kehidupan. Menurut John Dewey sebagaimana dikutip HAR.Tilaar (2000) dijelaskan bahwa pendidikan tidak bisa dilepaskan dari masyarakat, kata dia ' the school is primarly a social institution, education being a social process,
education is the fundamental matter of the social progress and reform. Menurut keyakinan Dewey bahwa sekolah merupakan institusi sosial yang sangat dasar yang dijadikan pijakan dalam membentuk system nilai. Masih menurut Dewey bahwa education is the fundamental method of social progress and reform. All reforms which rest simply upon the enactment of law or the threathening of certain penalties, or upon changes in mechanical or outward arrangements, are transitory and futile. Education is regulation of the process of coming to share in the social consiousness; and that the adjustment of individual activity on the basic of this social conciousness is the only sure method of social reconstruction. Pendidikan juga bisa dipahami sebagai engine of growth, penggerak dan loko pembangunan. Sebagai penggerak pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan innovation yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu lembaga pendidikan formal system persekolahan yang bersifat terpisah dan berada di atas dunia yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus jadi panutan dan penentu perkembangan dunia yang lain. Dan bukan sebaliknya perkembnagan ekonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembagakan, dan tenaga kerja dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih (Zamroni,2000) Melihat pendidikan berperan sebagai mesin pertumbuhan dan penentu bagi perkembnagan masyarakat, maka bentuk system pendidikan ynag dianggap paling tepat berada pada single track dan diorganisisr secara sentralistik sehingga mudah untuk diarahkan dan dikendalikan sesuai dengan kepentingan yang diinginkan. Melalui jalur tunggal inilah , pendidikan diasumsikan akan mampu menghasilkan berbagai tenga kerja yang dibutuhkan oleh pasar. Indikaror seperi inilah yang dianggap bahwa pendidikan sudah sesuai dengan keinginan banyak kalangan. Proses pendidikan juga bisa dipahami sebagai kata kerja atau proses. Sebagai suatru proses pendidikan merupakan suatu bentuk interkasi antara pendidikan dan peserta didik dalam suatu masyarakat. pendidikan bisa bermakna sebagai kata benda artinya bahwa pendidikan memiliki satu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Menurut HAR.Tilaar (2002) bahwa pendidikan dalam hal ini bisa sebagai suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan perdaban manusia ynag hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi ynag berkembang dan dikembangkan oleh suatu
80 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
masyarakat dan inilah yang dimaksud pendidikan sebagai bentuk pembudayaan. Kebudayaan bukanlah suatu ynag statis melainkan sutau proses. Hal ini berarti kebudayaan selalu berada di dalam suatu proses transformasi Perkembangan mutakhir pendidikan nasional mengindikasikan adanya inkonsistensi dalam melaksanakan amanah undang-undang. Dalam UUD 45 dijelaskan bahwa setiap warganegara berhak memperoleh pendidikan. Namun fakta dilapangan menunjukan masih banyak terdapat anak usia sekolah yang belum bisa menikmati pendidikan dasar. Persoalan lain yang ikut mengiringi belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan karena meratanya jumlah sekolah di setiap daerahnya sehingga akses mereka ke sekolah cukup sulit. Kemiskinan yang masih mendera sebagaian besar rakyat Indonesia ikut memberi kontribusi atas persoalan tersebut dan rendahnya partisipasi pendidikan bagi kalangan orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Fenomena tersebut diatas hampir menyebar di seluruh penjuru tanah air. Hal ini merupakan suatu masalah yang harus dicari solusinya. Sebagaian masyarakat melihat kecenderungan sekolah unggulan dan negeri makin lama makin mahal dan tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah. Memang bahwa sekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan keunggulan dalam sumberdaya manusia cenderung mahal. Pengalaman
menunjukan
bahwa
pendidikan
nasional
system
persekolahan
diasumsikan tidak bisa berperan sebagai penggerak dan loko pembangunan.menurut Gass (1984) sebagaimana dikutip Zamroni mengemukakan bahwa pendidikan telah menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi dan teknologi, dengan munculnya berbagai kesenjangan cultural, social, dan khususnya kesenjangan vokasional dalam bentuk melimpahnya pengangguran terdidik. Berbagai problematika pendidikan yang muncul ke permukaan bersumber pada kelemahan pendidikan nasional system persekolahan yang sangat fundamental sehingga tidak mungkin diperbaiki hanya dengan pembaruan yang bersifat tambal sulam. Pembaruan pendidikan nasional system persekolahan yang mendasar dan komprehensif haeus dimulai dari mencari penjelasan atas paradigma pendidikan ynag digunakan. Menurut Zamroni (2000,6) bahwa peran pendidikan dalam pembangunan ynag diikuti para penentu kebijakan memiliki kelemahan, antara lain; pertama, tidak dapat diketemukan secara tepat dan pasti bagaimana proses pendidikan menyumbang pada peningkatan kemampuan individu. Memang secara mudah dapat dikatakan bahwa pendidikan formal akan mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki system teknologi produksi yang semakin kompleks. Tetapi dalam kenyataannya, bahwa kemampuan teknologik yang diterima dari lembaga pendidikan formal sering tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Kedua, paradigma fungsional dan sosialisasi memiliki asumsi bahwa pendidikan sebagai penyebab dari pertumbuhan ekonomi sebagai akibat. Maka investasi di
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 81
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
bidang pendidikan formal system persekolahan akan menentukan pembangunan ekonomi dimasa mendatang. Tetapi realitas menunjukan sebaliknya, bukannya pendidikan muncul lebih dulu kemudian akan muncul pembnagunan ekonomi melainkan bisa sebaliknya, tuntutan perluasan pendidikan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan ekonomi dan politik. Dengan kata lain, bahwa pendidikan persekolahan bukan sebagai engine of growth melainkan sebagai gerbong pembangunan. Perkembangan pendidikan sangat tergantung pada pembangunan ekonomi. Sebagai bukti, karena hasil pembangunan ekonomi tidak bisa dibagai secara merata, maka konsekuensinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tidak juga bisa sama diantara berbagai kelompok masyarakat sebagaimana yang terjadi dewasa ini. Ketiga, paradigma fungsional dan sosialisasi memiliki asumsi bahwa pendapatan individu mencerminkan produktifitas yang bersangkutan. Secara makro upah tenaga kerja erat kaitanya dengan produktifitas. Dalam realitas asusmi ini tidak pernah terbukti. Upah dan produktifitas tidak selalui seiring. Implikaisnya adalah bahwa kesimpulan kajian selama ini yang selalu menunjukan bahwa economic rate of return dari pendidikan di negara kita adalah sangat tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di bidang lain adalah tidak tepat sehingga perlu dikaji kembali. Keempat, paradigma sosialisasi hanya berhasil menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peran mengembnagkan kompetensi individual, tetapi gagal menjelaskan bagaimana pendidikan dapat meningkatkan kompetensi yang lebih tinggi untuk meningkatkan produktifitas. Secara riil pendidikan formal berhasil meningkatkan pengetahuan dna kemampuan individual yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi modern. Maka semakin lama bersekolah semakin tinggi pula pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki Namun fakta-fakta di atas dibantah oleh Randal (1989) banyak bukti yang tidak mendukung tesis atas tuntutan pendidikan untuk memegang suatu pekerjaan pekerjaan tersebut. Pekerja dengan pendidikan formal ynag lebih tinggi tidak harus dimaknai sebagai memiliki produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pendidikan lebih rendah. Banyak ketrampilan dan keahlian yang justru bisa diperoleh sambil menjalankan pekerjaan di dunia kerja formal. Dengan kata lain, bahwa tempat bekerja bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang lebih sophisticated. Senada dengan pandangan di atas, Ivann Illich sebagaimana dikutip Mudyahardjo (2002) mempunyai gagasan yang terang-terangan mengutuk pendidikan yang dilembagakan dalam bentuk sekolah. dalam kecamnnya dikatakan bhawa sekolah dengan sendirinya menjadi tidak memadai, dan hanya mendorong kepada mengasingkan siswa dari hidup. Tujuan peniadaan sekolah dimasyarakat akan menjamin siswa dapat meperoleh kebebasan dalam belajar. Setiap orang harus
82 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
dijamin kepribadiannya dalam belajar dengan harapan dia akan menerima kewajiban membantu orang lain untuk tumbuh sesuai dengan kepibadiannya. Masih menurut Ivan Illich, bahwa system pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan, yaitu, 1) memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat, 2) memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya demikian pula bagi yang ingin mendapatkannya, 3) menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan. Fenomena banyaknya anak usia sekolah ynag belum bisa tertampung dalam pendidikan formal juga merupakan bagian dari benang ruwet pendidikan nasional. Terlebih kalau kita melihat banyaknya pengangguran terdidik yang belum tertampung dalam dunia kerja berkaitan dengan kurang relevannya apa yang dipelajari di bangku sekolah dengan fakta yang terjadi di lapangan. Melihat
gejala
social
yang
semakin
berat
dipundak
masyarakat.
Yayasan
Fatannugraha Wonosobo sebagai bagian dari masyarakat peduli melihat keadaan yang menghimpit sebagian besar anak usia sekolah yang tidak bisa menikmati pendidikan formal berusaha mencari terobosan dengan mendirikan sekolah alternative yang diberi nama Sekolah Alternatif Fatannugraha. Lembaga tersebut menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak –anak usia sekolah ynag tidak mampu untuk bersekolah disekolah formal karena suatu hal. Identifikasi Masalah Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
maka
muncul
permasalahan
pokok
yang
memungkinkan untuk dikaji dalam penelitian ini adalah 1.
Pemerataan bidang pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah belum berjalan secara maksimal.
2.
Banyak anak usia sekolah yang belum bisa menikmati pendidikan formal
3.
Rendahnya partisipasi orang tua dalam menyekolah anaknya ditingkat pendidikan menengah.
4.
Kecenderungan naiknya biaya pendidikan yang mengakibatkan banyaknya anak drop out karena tidak kuat membayar biaya pendidikan
Pembatasan Masalah Melihat banyaknya permasalahan yang ada, maka penelitian ini hanya berfokus pada pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana perubahan social menuju learning
society di sekolah alternative Fatannugraha Wonosobo. Rumusan Masalah Rumusan masalah ynag akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 83
Maryono 1.
Pendidikan Berbasis Masyarakat Bagaimana pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas di Sekolah Alternative Fatannugraha?
2.
Bagaimana bentuk-bentuk perubahan social yang terdapat di sekolah alternatif Fatannugraha?
3.
Bagaimana formulasi learning society yang terdapat dalam sekolah alternative Fatannugraha?
4.
Bagaimana pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana perubahan
social
menuju
learning
society
di
sekolah
Alternatif
Fananugraha? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas di sekolah alternative Fatannugraha?
2.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan social yang terdapat di sekolah alternative Fatannugraha?
3.
Untuk mengetahui formulasi learning society yang terdapat dalam sekolah alternative Fatannugraha?
4.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana perubahan social dalam menuju learning society di sekolah alternatif Fatannugraha?
Manfaat Penelitian Dari hasil penenlitian ini diharapkan bisa diambil manfaatnya antara lain: 1.
Bagi Sekolah Alternative Fatannugraha sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana perubahan social dalam membentuk learning society yang sudah berjalan selama ini sehingga bisa berfungsi sebagai masukan yang berharga meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan program pendidikan tersebut.
2.
Bagi institusi pemerintah sebagai Pembina pendidikan formal maupun nonformal, penelitian ini bermanafaat sebagai bahan informasi tentang pendidikan berbasis komunitas dan aktiftas lain yang telah dilaksanakan sebagai wujud social accountability dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga berbagai harapan dari kalangan pelaksana
84 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
pendidikan serupa yang berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social agar supaya tetap memberi kontribusi yang positif bagi masyarakat. 3.
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai referensi penelitian pada pendidikan alternative.
Kajian Teori Pendidikan Berbasis Komunitas (community based education) Menurut Dean Nealson dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (2001,175) bahwa pendidikan berbasis komunitas di Indoensia merujuk pada pengertian ynag beragam, diantaranya peranserta masyarakat dalam bidang pendidikan, (a) pengambilan keputusan yang berbasis sekolah, (b) pendidikan yang diberikan oleh sekolah swasta atau yayasan, (c) pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh pusat pelatihan milik swasta, (d) pendidikan luar sekolah yang disediakan oleh pemerintah, (e) pusat kegiatan belajar masyarakat, (f) pendidikan luar sekolah ynag diberikan oleh organisasi akar rumput (grassroot organization) seperti LSM dan Pesantren. Dalam semua bentuk organisasi pendidikan berbasis kmaunitas atau masyarakat tersbeut terkandung suatu definsi implisit tentang masyarakat atau komunitas., banyak orang menggunakan istiulah ini untuk membedakannya dengan pendidikan yang berbasis pemerintah (state-based education). Pengertian tentang berbasis dapat merujuk pada derajat kepemilikan masyarakat. secara gamblang bisa dikatakan bahwa apabila sesuatu itu berbasis masyarakat atau komunitas, maka hal tersebut sepenuhnya menjadi milik masyarakat. kepemilikan mengimplikasikan penuh berarti bahwa masyarakat atau komunitas itu memutuskan tujuan dan sasaran, pe,mbiayaan, kurikulum, materi belajar, buku teks, standar mutu dan ujian, guru dan kualifikasinya, persyaratan siswa, srarna dan prasarana, dan sebagainya. Community based education goes beyond cognitive capacities and encompases the social and emotional aspects of learning. The relationship that children create with caring adults are the overarching premise of community based education.james comer assets that the emotional and social development of students comes from the collaborative efforts of parents, schools, and communities (O'Neil, 1997) Menurut Umberto Sihombing dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (2001,186) bahwa pendidikan berbasis komunitas atau masyarakat adalah pendidikan yang dirancang , diatur, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan peluang yang ada dilingkungan masyarakat tertentu yang berorientasi pada masa depan dan dengan memanfaatkan kemjuan teknologi. Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan masyarakat sehingga mereka berdaya, dalam arti memiliki kekuatan untuk membangun dirinya sendiri yang sudha barang tentu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, konsep pendidikan berbasis masyarakat menjadi "dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat"
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 85
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Masih menurut Umberto Sihombing, ada lima aspek untuk melaksanakan pendidikan berbasis masyarakat, yakni;
Pertama, teknologi ynag digunakan hendaknya sesuai dengan kondisi dan situasi yang nyata yang ada dimasyarakat. Teknologi canggih ynag diperkenalkan dan adakalanya dipaksakan sering beruabah menjadi pengarbitan masyarakat yang akibatnya tidak digunakan sebab kehadiran teknologi ini bukan karena dibutuhkan melainkan karena dipaksakan. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi rapuh. Dalam pandangan Villani & Atkins (2000) menjelaskan
bahwa community based
education is centered on the student's ability to recognized and support the needs of the surrounding community. In this way, students become accountable for providing values which stem from their freedom to express, develop, and solve the inherent problems or concerns they have for their community. Over the long term use of this ideal model, the entire community will become involved in the process, thereby making the educational process cyclical and continuously propelled. Reciprocal relationship based on these ideals will be promoted and fostered by all. Students and teachers are fuel that generate community-based education. Parent, community leaders, administrators, school board members, and citizens are an integral part in the development, production, implementation, and assessment of community-based education. This cohesive interplay is designed to foster trust and belief in fellow human beings. It also createws collaborative efforts between school and community to solve various problems. Perubahan Sosial 1.
Makna Perubahan Sosial Perubahan social bisa dilhat dari berbagai aspek karena persoalan tersebut begitu kompleks sehingga memerlukan banyak perspektif untuk bisa melihat konsep tersebut secara komprehensif. Menurut HAR.Tilaar (2002) Perubahan social bisa ditinjau dari segi sosilogi, segi psikologi dan dari segi pedagogic.
Pertama, segi sosilogi, perubahan-perubahan social yang menonjol bisa dikelompokan dalam dua perubahan struktur social
pertanyaan; pertama, bagaimana terjadinya dan budaya ynag disebabkan oleh proses
industrialisasi, disharmoni social dan sebab-sebab lainnya. Yang menjadi pokok perasalahan di sini ialah perubahan struktur social dan budaya. Kedua, tinjauan sosiologis terarah kepada proses adaptasi individu terhadap perubahan social itu sendiri. Bagaimana individu sebagai anggota masyarakat beradaptasi terhadap struktur social yang baru akibat perubahan social.
Kedua, tinjauan psikologi, perubahan social bisa dilihat dari segi psikologi dengan melakukan studi lanjut tentang masalah-masalah sebagai berikut; bagaimana adaptasi individu terhadap perubahan social itu sendiri, apakah individu dengan mudah atau mendapat resistensi dari individu yang lain
86 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
sehingga melahirkan perilaku-perilkau ynag menyeleweng, atau apakah individu dengan mudah mengerti dan menyerap nilai-nilai baru sehingga ia tidak megalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Adapun masalah yang mnearik bagi psikologi adalah apa yang dihadapi oleh individu dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat. Perubahan social dapat menunutut kemampuan untuk beradaptasi terhadap nilai-nilai baru dan mungkin saja seorang individu sulit beradaptasi karena cepatnya perubahan.
Ketiga, Tinjauan pedagogic, perubahan social juga menarik bagi pedagogic. Pedagogic tradisonal juga memiliki cara pandang tersendir terhadap perubahan social. Pertama, pedagogic tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai satu dari struktur social dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. oleh karena itu, lembaga pendidikan seperti sekolah perlu disiapkan agar lembaga tersebut bisa berfungsi sesuai dengan perubahan social yang terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak bisa mengikuti peruabhan social maka ia kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar akan ditinggalkan oleh masyarakat. sebagai lembaga social, maka proses belajar dalam suatu sekolah haruslah sesuai pula dengan fungsin dan peran lembaga pendidikan. Fungsi sekolah adalah mentransmisikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Dalam pedagogik tradisonal, tempat inidvidu adalah sebagai objek perubahan social. Individu tersebut mempelajari peranan yang baru dalam kehidupan social yang berubah. Sekolah merupakan tempat memperoleh legitimasi dari kehidupan masyarakat atau pemerintah yang mempunyainya. 2.
Bentuk Perubahan Sosial Perubahan merupakan suatu kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan tersebut bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi majumundurnya, maka bentuk perubahan social dapat dibedakan menjadi: a.
Perubahan sebagai kemajuan Merupakan suatu perubahan ynag memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. hal ini tentu sangat diharapkan krena kemajuan itu bisa memberi keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional dengan kehidupan teknologi yang sederhana menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemjuan teknologi yang memberi berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan.
b.
Perubahan sebagai suatu kemunduran Tidak semua perubahan bertujuan ke arah kemajuan. Terkadang dampak negative yang tidak direncanakan pun muncul dan menimbulkan masalah baru, jika perubahan tersebut tidak menguntungkan masyarakat maka perubahan itu dianggap sebagai kemunduran.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 87
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat Bila dilihat dari segi cepat-lambatnya, maka perubahan bisa diklasifikasikan sebagai berikut;
c.
Evolusi evolusi merupakan perubahan secara lambat yang terjadi karena usahausaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
d.
Revolusi Revolusi merupakan perubahan social mengenai unsure kehidupan atau lembaga kemasyarakatan berlangsung relative cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik dalam masyarakat, konflik tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan bahkan tidak bisa dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu, anatar lain (1) ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan, (2) adanya kelompok yang mampu memimpin masyarakat, (3) ada momentum untuk melaksanakan revolusi, (4) harus ada gerakan yang jelas dan ditunjukan kepada
rakyat,
(5)
kemampuan
pemimpin
dalam
menampung,
merumuskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan yang diharapakan (www.sosialbudaya.blogspot.com.html) 3.
Learning Society Berdasarkan sudut pandang dari proses pembelajaran perkembangan dan perubahan masyarakat, bisa dibagi menjadi; (a) masyarakat agricultural, (b) masyarakat industrial, dan (c) masyarakat pembelajar (learning society). Perubahan pada masyarakat ini berdampak juga pada proses pembelajaran. Contoh, pada masyarakat agricultural, fungsi guru sangat menonjol dan jelas. Posisi guru sangat dominant mengajar peserta didik tentang berbagai ilmu pengetahuan dan sekaligus mempengaruhi system perilaku siswa. Berbeda pula pada masyarakat industrial, dimana dominasi guru mulai sedikit demi sedikit berkurang. Dan pada era learning society yang ditnadai dengan kemajuan yang pesat teknologi informasi seperti internet, e-mail, website, animasi, VCD, berbagai software pendidikan lainnya, dan infrastruktur telekomunikasi seperti teleconference, e-learning, mobile learning, yang mengakibatkan dominasi dan peran guru mulai memudar. Dengan demikian era learning society telah memungkinkan peserta didik untuk belajar segala macam ilmu pengethauan secara mandiri kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih intensif
88 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
Bila peserta didik sudah bisa belajar secara mandiri, kapan dan dimana saja, lalu apa peran sekolah-sekolah kita, tentu saja peranan sekolah harus mengalami transformasi
secara komprehensif. Kini sekolah menjadi tempat
generasi learning society untuk berlatih bernalar (reasoning ability), berlatih berpikir kritis Kerangka Berpikir Setiap kelompok manusia dari zaman dulu sampai sekarang selalu menyelengarakan kegiatan
pendidikan
sesuai
dengan
perkembangan
masyarakatnya.
Karena
pendidikan dalam tiap konteksnya merupakan manifestasi budaya masyarakat. makin tinggi pendidikan ynag dijalankan suatu masyarakat maka makin tinggi pula kebudayaan masyarakat tersebut. Di negara kita, pemerintah sebagai penyelenggara dan pembina pendidikan pada umumnya sudah menyelenggarakan model pendidikan bagi masyarakatnya dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Namun dari segi pemerataan belum semua lapisan masyarakat bisa mengakses pendidikan secara baik dikarenakan suatu hal. Masyarakat sebagai bagian dari konsep negara, melihat fakta yang demikian mencoba merespons dan mencari terobosan bagaimana agar mereka yang kurang beruntung sehingga tidak menikmati pendidikan dasar bisa memperoleh pendidikan yang sama dengan mereka ynag menempuh jalur pendidikan formal. Pendidikan yang siapkan masyarakat berupa sekolah alternative ynag berafiliasi pada sekolah terbuka ini sangat membantu masyarakat khususnya ynag memiliki anak usia sekolah tetapi tidak bisa menempuh jalur pendidikan formal seperti SD atau SMP. Maka sekolah alternatuf tersebut sebagai wadah bagi mereka yang tidak tertampung di sekolah formal. Walaupun sekolah alternative namun sekolah tersebut juga memenuhi seluruh criteria dan persyaratan yang diajukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan bekal pendidikan ynag baik, masyarakat akan cerdasa dalam banyak hal sehingga ada dinamika dari illiterate menuju literate. Melalui basis inilah perubahan social pada masyarakat akan mudah diharapkan. Perubahan social pada masyarakat selalu menuntut adanya masyarakat yang cerdas. Masyarakat cerdas merupakan produk dari pendidikan. Ketika tatanan masyarakat berlndaskan pada formulasi nilai-nilai pendidikan yang diperoleh dari ahsil belajar baik formal maupun nonformal merupakan landasan dasar bagi pengembangan individu menuju masyarakat belajar atau learning society. Dalam bahasa psikologi bahwa perubahan merupakan hasil dari proses belajar, tidak akan ada perubahan tanpa adanya proses belajar. Dengan
demikian,
eksistensi
masyarakat
yang
berproses
dalam
kegiatan
pembelajaran merupakan syarat adanya perubahan social sehingga akan bisa tercipta suatu tatanan masyarakat belajar atau learning society. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 89
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pendidikan berbasis komunitas (community based education)
Perubahan social (social change)
Gambar 1. Paradigmabelajar berpikir Masyarakat (learning society) Metode Penelitian 1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana perubahan sosial menuju learning society pada lembaga pendidikan nonformal yang diselenggarakan di Sekolah Alternatif Fatannugraha Wonosobo Jawa Tengah. Sekolah alternatif tersebut disemai sebagai tempat belajar bagi anak usia sekolah yang tidak bisa menikmati pendidikan formal. Ditempat tersebutlah mereka didik oleh para relawan untuk belajar ilmu pengetahuan yang sebagaimana ynag diajarkan di sekolah formal. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2011.
2.
Pendekatan Penelitian Focus penelitian ini adalah suatu upaya memahami pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju learning society. Sasaran yang hendak dicapai adalah bagaimana memaknai kontribusi para guru, tutor, dan relawan dalam kaitannya sebagai wahana transformasi social menuju
90 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
terbentuknya masyarakat pembelajar atau learning society di sekolah alternatif tersebut. Oleh Karena itu, berdasarkan pada pengnatar yang telah dipaparkan dimuka, maka pendekatan yang dianggap tepat adalah pendekatan kualitatif naturalistik. Penelitian kualitatif dipandang cocok karena bersifat alamiah dan menghendaki keutuhan. Sebagaimana pendapat Bogdan; We use qualitative research as an umbrella term to refer to several research strategies that share certain characteristics. The data collected has been termed soft, that is, rich in description of people, place, and conversations, and not easily handled by statical procedure. In education, qualitative research is frequently called naturalistic because the researcher hangs around where the events he or she is interested in naturally occur. And the data is gathered by people engaging in natural behavior (Bogdan & Biklen, 1982,2) Pendapat senada dikemukakan oleh S.Nasution (1992) bahwa melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan diperoleh suatu pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai mengenai makna dari fakta yang relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya berusaha untuk mendeskripsikan permasalahan secara komprehensif, holistic, integrative, dan mendalam melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian dilakukan secara wajar, peneliti harus terjun ke lapangan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan
Guba
sebagaimana
dikutip
oleh
Noeng
Muhajir
(2002)
mengemukakan ada empat belas alasan mengapa menggunakan metode naturalistik antara lain; pertama, konteks natural yaitu suatu konteks kebulatan menyeluruh yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya. Kedua, instrumen human, sifat naturalistik menuntut agar diri sendiri atau manusia lain menjadi insrumen pengumpul data atas kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas. Ketiga, pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan.
Keempat , metode kualitatif, sifat naturalistic lebih memilih metode kualitatif karena lebih mampu mengungkap realita ganda, lebih sensitive dan adaptif terhadap peran berbagai pengaruh timbale balik. Kelima, pengambilan sample secara purposive, sifat naturalistic menghindari pengambilan sample secara acak yang menekankan kemungkinan munculnya kasus menyimpang.
Keenam, analisi data induktif, sifat naturalistic lebih menyukai analisis data secara induktif karena dengna cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Ketujuh, grounded theory, sifat naturalistic lebih mengarahkan penyusunan teori yang lebih mendasar diangkat dari data empiri, bukan dibangun secara a priori.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 91
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Kedelapan, desain sementara, sifat naturalistic cenderung memilih penyusunan desain sementara daripada mengkonstruksikan secara a priori. kesembilan, hasil yang disepakati, sifat naturalistic cenderung menyepakatkan makna dan tafsir atas data yang diperoleh dengan sumbernya. Kesepuluh, modus laporan studi kasus, naturalistic lebih menyukai modus laporan studi kasus karena dengan laporan modus studi kasus desripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar bias. Kesebelas, penafsiran idiografik, sifat naturalistic mengarah ke penafsiran data termasuk penarikan kesimpulan secara idiografik bukan ke nomothetik. Keduabelas, aplikasi tentative, sifat naturalistikm cenderung lebih menyukai aplikasi tentative daripada aplikasi yang meluas atas hasil temuanya. Ketigabelas, ikatan konteks terfokus, naturalistic menuntut pendekatan holistic, kebulatan keseluruhan, ditelaah dengan mengaksentuasikan pada focus sesuai dengan masalahnya, evaluasinya atau tugas yang hendak dicapai. Keempatbelas, criteria kepercayaan, sifat naturalistic mencari criteria keterpercayaan yang sesuai dengan penelitian naturalistic. Dengan demikian untuk bisa memahami respond dan perilaku ynag berkaitan dengan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju learning society perlu pengamatan mendalam dan penghayatan terhadap fenomena yang menjadi focus penelitian. Oleh karena itu, kehadiran peneliti dalam setting penelitian, keteribatan peneliti dalam proses pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju learning society di sekolah alternative Fatannugraha merupakan suatu tuntutan agar dapat memahami proses pendidikan berbasis komunitas yang dilaksanakan di sekolah alternative tersebut. 3.
Subyek Penelitian Dalam penelitian ini ditentukan subyek penelitian dengan teknik snow ball
sampling yakni menelusuri secara terus menerus data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Adapun penelusuran terhadap data yang dibutuhkan terutama kepada kepala sekolah, ketua yayasan, guru , siswa dan masyarakat serta pengurus organisasi yang menaungi organisasi tersebut. 4.
Instrumen Penelitian Dalam tradisi penelitian kualitatif, instrument pengumpul data yang paling utama adalah diri peneliti sendiri (human instrument). Hal tersebut dikarenakan apabila pengumpul data bukan manusia seperti yang dilakukan penelitian nonkualitatif sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu manusia adalah satu-satunya alat yang dapat dihubungkan dengan responden hanya manusialah diasumsikan mampu mengerti fenomena yang ada dilapangan.
yang
Hanya manusia sebagai instrmen pulalah yang dapat menilai apakah kehadiran dirinya menjadi factor penganggu sehingga apabila terhadi hal-hal yang
92 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya (Moleong, 2001,4) 5.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode antara lain; 1.
Pengamatan Berperanserta (participant observation) Pengamatan berperanserta menceritakan kepada peneliti apa yang akan dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Sering terjadi peneliti lebih menghendaki suatu informasi lebih dari sekedar mengamatinya. Menurut Bogdan seperti dikutip oleh Moleong (2001;117) mendefinsikan secara tepat pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara penenliti dengan subjek dalam lingkungan tersebut, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Metode tersebut bisa digunakan untuk memahami berbagai aspek tentang proses pendidikan berbasis komunitas yang merupakan wahana transformasi social dalam membentuk learning society secara kualitatif agar memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang pendidikan berbasis komunitas tersebut. Peneliti melakukan kegiatan observasi dengan melibatkan diri secara proaktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa. Pada pengamatan ini, tahap yang dilakukan merupakan pengamatan secara umum dan seluruh kegiatan secara umum juga, seperti keadaan sekolah, ruang belajar, perpustakaan, secretariat, proses belajar mengajar, kegiatan guru dan siswa.
2.
Wawawancara Mendalam (indepth interview) Kegiatan wawancara ini untuk memahami berbagai informasi secara lebih detail dan mendalam dari informan sehunguan dengan masalah yang diteliti. Dari wawancara ini diperoleh
suatu respon atau opini. Subjek
penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan berbasis komunitas, untuk membantu peneliti dalam memfokuskan masalah yang sedang diteliti dibuatlah pedoman wawancara dan pengamatan. Pengamatan dan wawancara hendaknya menjaga hubungan baik dan memerlukan suasana santai sehingga bisa memunculkan timbulnya respon terbuka dan cukup bagi pengamat untuk memperhatikan mengumpulkan data mengenai dimensi dan topic tak terduga.
dan
Menurut Moleong (2001, 138) bahwa kegiatan wawancara dibagai menjadi dua, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 93
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat Wawancara terstruktur diperlukan secara khusus bagi informan terpilih, yaitu kepala sekolah, guru atau siswa senior yang memiliki informasi yang adequate yang berkaitan dengan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju learning society di sekolah Alternatif Fatannugraha.
3.
Dokumentasi Data dalam penelitian naturalistic kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources melalui kegiatan observasi dan wawancara, akan tetapi ada sumber selain manusia sebagaimana dijelaskan di atas adalah dokumen. Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Untuk memrosesnya peneliti menghubungi para pengelola sekolah. dokumen yang dianggap relevan dalam kegiatan ini meliputi; struktur organisasi, tata tertib, data pengelola, program sekolah, visi, misi dan sejarah berdirinya sekolah alternative dan lainnya yang dianggap perlu.
6.
Uji Keabsahan Data Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data, kemudian diuji kebasahannya dengan teknik triangulasi data, yakni suatu cara mencari data yang mendukung atau tidak bertentangan dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Tujuan triangulasi data adalah untuk mengetahui sejauh mana temuan-temuan dilapangan benar-benar representative untuk dijadikan pedoman analisis dan juga untuk mendapatkan informasi yang lebih luas tentang perspektif penelitian. Teknik yang digunakan dalam triangulasi ini, peneliti banyak menggunakan metode atau banyak sumber untuk satu data, yaitu membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil observasi antara ucapan sumber data di depan umum ketika sendirian secara informal, antara hasil wawancara dengan dokumen yang diperoleh, antara kata orang dengan kata yang bersangkutan dan antara keadaan dengan perspektifn manusia. Sedangkan untuk validitas temuan sesuai dengan makna yang dimaksud oleh sumber data dilakukan diskusi dengan yang bersangkutan. Wawancara mendalam dengan sumberdata digunakan pedoman perspektif-emik. Untuk keperluan traingulasi data juga dilakukan kegiatan chek-rechek, cross check, konsultasi dengan kepala sekolah, para guru, staf sekretariat, dan konsultasi dengan ahli.
94 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
7.
Analisis data Analisis merupakan suatu proses menyusun data agar dapat diinterpretasikan. Menyusun data berrat menggolongkan ke dalam pola, tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Setelah data terkumpul dengan baik kemudian dipilah-pilah dan diedit. Data kaulitatif yang dikumpulkan dengan pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi dianalisis model interaktif. Model analisis data interaktif memungkinkan dilakukan pada waktu peneliti berada dilapangan. Setelah semua dilakukan lalu dianalisis secara deskriptif, sedangkan data yang kurang relevan dengan pertanyaan penelitian disimpan. Dengan demikian, bisa digaris bawahi bahwa penelitian kualitatif memungkinkan dilakukannya analisis pada waktu peneliti dilapangan (within site, in the field) maupun sesudah kembali dari lapangan baru melakukan analisis. Kemudian dibuat reduksi data yang berdasarkan pada relevansi dan kecukupan informasi untuk menjelaskan pelaksanaan pendidikan berbasis kompetensi, bentuk-bentuk transformasi social, dan gambaran learning society serta tantangan ynag dihadapi dalam melaksanakan pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju masyarakat belajar di Sekolah Alternative Fatannugraha. Oleh karena itu, peneliti memilih data yang relevan dan bermakna akan disajikan dalam penelitian ini. Dalam reduksi data, peneliti melakukan seleksi dan memfokuskan pada data yang mengarah untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian peneliti menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal ynag dianggap penting mengenai hasil temuan. Reduksi data dalam penelitian ini, pada hakikatnya menyederhanakan dan menyusun secra asistematis data tersebut dalam dimensi pendidikan berbasis komunitas sebagai wahana transformasi social menuju learning society di Sekolah Alternative Fatannugraha. Hasil dari reduksi data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk display data. Adapun untuk penyajian data menggunakan uraian naratif. Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan dan atau verifikasi. Dalam model tersebut dipandang ada hubungan interaktif antara komponen-komponen utama dalam analisis tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, verifikasi dilakukan dengan melihat kembali pada reduksi data maupun display data sehingga kesimpulan tidak menyimpang dari data yang dianalisis
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 95
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Adapun alur analisis yang digunakan dalam penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:
Data collection
Data display
Data Processing
Conclusion: Drawing/verifying
Gambar 2. Analisis model interaktif Miles & Huberman Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Alternatif Fatanugraha bisa disamakan atau sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah tersebut pengelolaanya dibawah Yayasan Fatanugraha berdasarkan akte notaris Budiadi Gunawan SH, No.24 tanggal 12 Maret 1997. Adapun lokasi yayasan tersebut menyatu dengan sekolahnya yakni beralamat di jalan Masjid II No.50 Kauman Utara Wonosobo Jawa Tengah.
2.
Deskripsi Permasalahan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang peneliti kaji yaitu bagaimna pelaksanaan pendidikan di Sekolah Alterhatif Fatanugraha, bagaimanan bentukbentuk perubahan sosial yang diharapkan dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah alternatif. 1.
Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah Alternatif Fatanugraha Dalam melihat pelaksanaan pendidikan di sekolah Alternatif Fatanugraha menggunakan perspektif input-proses dan output.
Input Input merupakan masukan menetah ynag akan diproses dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini yang menjadi input pada Sekolah Alternatif Fatanugraha Wonosobo adalah mereka yang tidak
96 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
mampu secara ekonomi dalam mengakses sekolah konvensional atau anak-anak putus sekolah. Mereka semua kemudian ditampung dalam bentuk sekolah alternatif yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo dirujuk ke sekolah terbuka.
Proses Pendidikan Proses pendidikan bisa dipahami sebagai alur dalam melaksanakan suatu kegiatan belajar mengajar. Adapun proses pendidikan di Sekolah Alternatif Fatanugraha bisa dideskripsikan melalui komponen sebagai berikut: a.
Perencanaan proses pembelajaran Dalam kegiatan perencanaan proses pembelajaran terdiri dari penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, setiap guru yang melkasanakan kegiatan belajar mengajar di Sekolah Alternatif Fatanugraha, maka ia diwajibkan membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi standar mutu yang sudah ditetapkan oleh sekolah alternatif tersebut. Berkaitan dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang harus berisi hal-hal antara lain; identitas mata pelajaran, standar
kompetensi,
kompetensi,
kompetensi
tujuan
dasar,
pembelajaran,
indikator
alokasi
pencapaian
waktu,
metode
pembelajaran, pengalaman pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Kebijakan yang diterapkan di Sekolah Alternatif Fatanugraha bahwa RPP ynag dibuat oleh guru harus divalidasi oleh kepala sekolah. 3.
Pelaksanaan proses pembelajaran Dalam melaksanakan pelaksanaan proses pembelajaran terdapat komponenkomponen Yang harus dipenuhi agar hal tersebut berjalan dengan baik, antara lain; a) rombongan belajar, b) beban kerja minimal guru, c) buku teks pelajaran dan d) manajemen kelas.
4.
Penilaian Hasil Belajar Untuk mengetahui tingkat resapan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru maka perlu diadakan penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 97
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
agar penilaian berhasil dengan baik maka harus dilakukan secara konsisten, sistemik, dan terprogram dengan menggunakan test, bisa berbentuk tertulis maupun lisan, dan nontest dalam bentuk pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya siswa berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Bila kesemua macam bentuk test tersebut bisa mengukur hasil belajar siswa secar cermat maka diharapakan bahwa proses pembelajaran yang selama ini dijalankan sudah memenuhi kriterai. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar idealnya menggunakan standar penilaian pendidikan nasional dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran. 5.
Output Pendidikan Melihat dunia pendidikan dengan menggunakan perspektif input-proses-output akan sangat membantu sekali dalam melihat pendidikan secara utuh. Setelah melalui input dan proses, kini giliran output akan diuraikan lebih lanjut. Output pendidikan bisa dipahami sebagai suatu hasil setelah seorang peserta didik melalui tahapan input dan proses pendidikan maka ia akan menempati posisi sebagai output pendidikan. Adapun output pendidikan yang dinginkan oleh Sekolah Alternatif Fatanugraha Wonosobo adalah pribadi-pribadi yang memiliki karakter kepribadian yang sudah tercermin adalam visi dan misi lembaga tersebut antara lain: 1.
Memiliki Kemandirian Kemandirian merupakan sosok individu yang memiliki daya gerak yang secara simultan melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah dari orang lain dan ia melakukan sesuatu secara sadar karena sudah nenjadi kebutuhan. Menjadi pribadi yang mandiri bagi lulusan Sekolah Alternatif Fatanugraha adalah cita-cita yang terpatri dan ditanamkan bagi setiap peserta didik.Berkaitan dengan hal etrsebut sebagaimana dipaparkan Ahmad Muzan “ bahwa di sekolah alternatif ini selalu ditanamkan kepada semua peserta didik untuk memiliki kemandirian dalam semua hal sehingga ketika sudah lulus, dia akan mudah untuk survival. Hal inilah yang membedakan lulusan kita dengan yang lain. Bahkan di sini pernah menjadi juara dalam kemandirian belajar tingkat Kabupaten Wonosobo” Di era yang serba kompetitif ini, memiliki jiwa yang mandiri akan sangat membantu sekali bagi individu yang bersangkutan. Hal tersebut menunjukan bahwa peserta didik memiliki dorongan yang kuat dalam melakukan suatu pekerjaan apapun tanpa harus menunggu orang lain memberi contoh atau memerintahnya. Hal itu sangat tepat bila dilihat dengan perspektif teori motivasi. Bahwa motivasi merupakan dorongan yang menggerakan seseorang berperilaku. Motivasi secara umum dibagi menjadi dua yakni motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
98 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
2.
Memiliki Jiwa Wirausaha (Enterpreneurship) Memiliki jiwa wirausaha bukan sesuatu yang datang secara tiba, namun harus melalui suatu proses pendidikan yang teratur dan sistemik. Dikatakan teratur bahwa dalam proses pendidikan memiliki jadwal dan evaluasi yang sudah tersusun secara rapi, dan sistemik berarti bahwa dalam proses pendidikan terdapat komponen-komponen yang saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Penanaman jiwa wirausaha di Sekolah Alternatif Fatanugraha sudah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh undang-undang. Dengan demikain, diharapkan segala sesuatunya berjalan dan berproses sesuai dengan peraturan. Output yang demikian akan membuat para lulusan akan mudah untuk hidup dimanapun karena sudah memiliki bekal yang cukup untuk bisa survival. Menurut penuturan Ahmad Muzan “ dalam proses belajar mengajar di Sekolah Alternatif Fatanugraha aspek yang ditekankan kepda para peserta didik agar mereka memiliki jiwa wirausaha maka kurikulum pun kita rancang yang mendukung ke arah itu. Sebagaimana contoh di bulan puasa ini para siswa kita latih untuk membuat kue untuk dijual dan hasil dari penjualan ini dipakai untuk keperluan pembelajaran para siswa” Dunia wirausaha adalah dunia kreatif. Oleh karena itu, membangun pribadi yang memiliki jiwa wirausaha mendasarkan diri pada pribadi yang kreatif dalam merespons fenomena hidup. Dalam menjawab tantangan hidup seorang individu harus kreatif sehingga permasalahannya bisa dicari solusinya. Kewirausahaan meruapakan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menaggung resiko fisik serta resiko sosial yang mengiringi serta memperoleh kepuasan dan kebebasan individual. Dalam konteks sekolah alternatif di sana terdapat suatu proses pendidikan yang mengarahkan para peserta didik untuk dibentuk menjadi individu-individu ayng memiliki jiwa wirausaha sebagai instrumen dalam menghadapi hidup. Hal tersebut sudah berproses dalam kegiatan belajar mengajar sehingga sudah terinternalized pada diri siswa untuk menjadi entrepreneur. Dalam menjalankan dunia kewirausahaan di dunia pendidikan memerlukan komitmen dan kerja keras baik pengelola maupun peserta didik. Oleh karena itu, berkenaan dengan kewirausahaan tentu ada kata kunci yang harus dipenuhi antara lain: a) berani menanggung resiko, b) memanfaatkan peluang, c) mandiri, d) inovatif, e) menciptakan hal-hal baru.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 99
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat Proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Alternatif Fatanugraha mengindikasikan bahwa pesrta didik sudah ditanamkan keberanian menanggung resiko dalam berwirausaha. Konsep ini ditanamkan begitu rupa sehingga menjadi mantap dalam menjalankan dunia wirausaha tanpa harus merasa takut. Waktu dalam dunia usaha sangat berharga sekali sehingga waktu yang ada merupakan peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk hal-hal yang produktif. Peluang itu diciptakan oleh pelaku bukan pasif menunggu sampai peluang itu datang. Saat adalah peluang ynag harus dimanage untuk memaknai waktu yang terus bergulir itu.
Upaya yang Dilakukan dalam Membangun Perubahan Sosial Pendidikan sebagai usaha usaha sadar untuk mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, usaha sadar tersebut tidak bisa terlepas dari lingkungan peserta didik berada. Sekolah atau pesantren adalah lingkungan yang diciptakan sedemikian rupa guna mengembangkan potensi peserta didik agar bisa berkembang secara maksimal seta membangun karakter peserta ddik yang baik. Karakter merupakan watak, tabiat, ahlak yang dimiliki seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi nilai dalam lingkungannya. Hal ini sesuai dengan spirit utama pendidikan yang diamanatkan dalam UUSPN yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun yang pendidikan dilakukan di Sekolah Alternatif Fatanugraha juga ke arah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan upayaupaya dalam membangun fundamen perubahan sosial dalam hal ini yang islami, antara lain 1.
Kurikulum pesantren Agar bisa menghasilkan output pendidikan yang memiliki kontribusi sosial kemasyarakatan tentu kurikulumnya harus memasukan unsur-unsur keislaman. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil di Sekolah Alternatif Fatanugraha adalah melakukan pengembangan kurikulum kepesantrenan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian peserta didik tidak hanya belajar tentang ilmu umum saja tapi juga dibekali dengan ilmu agama gaya pesantren, yakni pembelajaran kitab kuning. Hal itulah yang menjadi ciri khas atau trade mark di Sekolah Alternatif Fatanugraha dibanding dengan sekolah terbuka lainnya yang barangkali hanya mengajarkan ilmu-ilmu umum saja. Hal tersebut sesuai ungkapan Ahmad Muzan “ kami mencoba peduli terhadap pendidikan bagi kaum pinggiran dengan menyusun kurikulum yang islami yakni kepesantrenan. Seperti kegiatan mengaji di pesantren kami boyong ke sini. Oleh karena dengan pola seperti ini diharapkan peserta didik tampil sebagi muslim yang baik”
100 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
Keputusan memasukan kurikulum kepesantrenan tentu harus diimbangi dengan kualitas sumberdaya mansia yang menguasai berbagai macam kitab kuning. Hal ini sangat tepat dengan apa yang dilakukan oleh Sekolah Alternatif Fatanguraha sebagai value added atau nilai lebih yang unggul yang diberikan kepada masyarakat. Hal itu juga dikuatkan pendapat Arif Rahmanto “ saya senang ngajar disini karena bisa menambah pengalaman ilmu agama model pesantren yang jarang ditemui di lembaga seperti ini”. Corak seperti bila dilaksanakan secara konsisten akan menambah daya tarik bagi peserta didik untuk mendalami ilmu agama dengan baik ditunjang pengetahuan umum yang cukup sehingga bisa menghasilkan output pendidikan yang memiliki keunggulan baik kompetitif maupun komparatif. 2.
Keteladanan (uswatun hasanah) Kegiatan pembelajaran akan efektif bila menggunakan pendektan uswatun hasanah yakni suatu pembelajaran yang disertai dengan contoh nyata. Hal seperti inilah yang menjadi dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, keteladanan dalam dunia pendidikan adalah menjadi fundamen yang penting, apalagi posisi sebagai pendidik yang amanahi anakanak, maka kita harus menjadi teladan yang baik. Kita harus bisa menjadi figur yang ideal bagi para peserta didik dan harus menjadi panutan yang bisa diandalkan dalam mengarungi hidup ini. Menurut Ahmad Muzan “ keteladanan menjadi hal yang sangat penting untuk menanamkan karakter islami bagi para siswa, sebab tanpa keteladana yang baik apa ynag kita ajarkan dikelas akan sia-sia. Kita kan berkaca pada Rosulullah mengenai penanaman nilai-nilai” Tanpa unsur keteladanan, apa yang kita ajarkan kepada para siswa akan menjadi teori saja, para guru seperti gudang ilmu ynag berjalan namun tidak pernah bisa terrealisasikan dalam fakta kehidupan. Metode keteladanan bisa kita lakukan setiap saat dan sepanjang waktu. Dengan keteladanan yang dicontohkan dalam kegiatan pembelajaran akan sangat efektif dalam membangun karakter islami.
Faktor pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung Terdapat faktor pendukung yang memberi kontribusi dalam pelaksanaan pendidikan sekolah alternatif dalam membangun wahana perubahan sosial menuju masyarakat belajar (learning society) antara lain; a) semangat belajar tinggi
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 101
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Para siswa di sini rata-rata memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga mudah untuk mengelola kegiatan pembelajaran dan bisa mencapai hasil yang memuaskan b) Keikhlasan para guru Satu hal yang mendukung lancarnya kegiatan pembelajaran adalah keikhlasan para guru dalam dedikasi pengajaran. Mereka tidak terlalu menuntut honor berkaitan tugas mengajar yang dilaksanakan c) Dukungan orang tua Kontribusi yang berupa dukungan dari orang tua memegang posisi strategis terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Orang tua bisa menjadi sparing partner dalam mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. d) Fasilitas pembelajaran memadai Kegiatan belajar mengajar bisa berhasil secara optimal bila didukung oleh sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Di sekolah alternatif terdapat perangkat seperti komputer, jaringan internet dan perpustakaan yang bisa gunakan untuk keperluan pembelajaran.
Faktor Penghambat a) Cemoohan masyarakat Keberadaan sekolah alternatif yang belum banyak dikenal oleh masyarakat umum menyebabkan eksistensi lembaga tersebut belum bisa diterima masyarakat kebanyakan. Demikian juga keberadaan Sekolah Alternatif Fatanugraha Wonosobo sering mendapat cemoohan dari masyarakat sekitar. Seakan-akan kehadirannya menjadi hal yang aneh dan menentang mainstream pendidikan yang sudah mapan. b) Tempat yang kurang kondusif Posisi tempat pembelajaran yang masuk ke jalan gang sehingga perkembangannya kurang begitu dikenal secara luas oleh masyarakat pada umumnya. Kondisi rumah secara umum yang tidak seimbang dengan jumlah siswa yang begitu banyak sehingga mempengaruhi manajemen kelas yang diterapkan. c) Kurang disenangi oleh sekolah reguler Keberadaan Sekolah Alternatif Fatanugraha ini kurang mendapat tempat oleh sekolah-sekolah reguler karena dianggap menyalahi kodrat. Pamor yang kurang bagus tersebut tentu bisa mempengaruhi perkembangan bagi sekolah alternatif itu sendiri. Keberadaanya juga bisa dianggap sebagai pesaing bagi sekolah reguler yang ada disekitarnya. pandangan miring tersebut sulit dihapus sehingga bisa mengganggu komunikasi sesama penyelenggara pendidikan.
102 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
Penutup Berdasarkan hasil paparan tersebut diatas, bisa disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan proses pendidikan Sekolah Alternatif Fatanugraha Wonosobo bisa dilihat dari perspektif input-proses-output. Unsur input meliputi siswa, guru, kurikulum, metodologi pembelajaran, visi, misi dan tujuan. Sedangkan unsur proses meliputi kegiatan perencanan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar., dan unsur output pendidikan antara lain agar peserta didik memiliki kemandirian, memiliki jiwa enterpreneur dan bisa lulus ujian nasional sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
2.
Upaya yang dilakukan dalam membangun perubahan sosial menuju masyarakat belajar (learning society) antara lain a) menerapkan kurikulum kepesantrenan seperti pembelajaran kitab kuning. Adapun kitab yang dipelajari seperti kitab tafsir jalalain, fathul qorib, jawahirul kalamiah, al adabu fi ad din, duhal islam dan arbain nawawi, b) keteladanan, seluruh jajaran stakeholders harus memberi teladan yang baik (uswatun hasanah) pada peserta didik.
3.
Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan proses pendidikan sekolah alternatif sebagai upaya membangun wahana perubahan sosial menuju masyarakat belajar (learning society). Faktor pendukung meliputi; semangat belajar siswa yang tinggi, dukungan orang tua terhadap kegiatan belajar anak, keikhlasan para guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang tidak diukur dengan materi, dan fasilitas pembelajaran yang memadai seperti komputer, jaringan internet dan perpustakaan. Sedangkan faktor penghambat mencakup; cemoohan dari masyarakat berkaitan penyelenggaraan sekolah alternatif yang dianggap aneh, tempat yang kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran karena kondisi bangunan yang memang tidak didesain untuk ruang belajar, dan tidak disenangi oleh sekolah-sekolah reguler yang melihat keberadaan Sekolah Alternatif Fatanugraha sebagai saingan sehingga bisa mempengaruhi animo siswa masuk ke sekolah mereka.
Rekomendasi Dari uraian di atas mengenai pendidikan sekolah alternatif sebagai upaya membangun wahana perubahan sosial perlu diambil nilai positifnya, terutama dalam memberi kontribusi kepada masyarakat ekonomi lemah yang anak-anaknya
tidak
bisa mengakses sekolah formal sebagaimana mestinya dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa . kita tidak perlu memandang sebelah mata tentang kualitas output pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga seperti sekolah alternatif. Ini adalah usaha kreatif menjawab tantangan zaman tentang makin kapitalisnya dunia pendidikan formal.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 103
Maryono
Pendidikan Berbasis Masyarakat DAFTAR PUSTAKA
Collisn, Randal (1989). The credential society, New York, NY: Academic Press Fasli Jalal & Supriadi (2000). Reformasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah, Yogyakarta: Adi Cita HAR. Tilaar (2002). Perubahan social dan pendidikan, Jakarta: Grasindo. --------------- (1999). Pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat madani indoensia, Bandung: Rosdakarya. J.
Villani
&
Atkins
(2000).
Community-based
education,
dalam
http://www.adi.org/journal/chapter ii-villani & Atknis. Moleong (1999). Metode penelitian kualitatif, Bandung: Rosdakarya Miles & Huberman (1985). Qualitative data analysis, London:Kogan Page Noeng Muhadjir (2000). Ilmu pendidikan dan perubahan social, Yogykarta: Rake Sarasin. --------------------- (2002). Metodologi penelitian kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin Redja Mudyahardjo (2002). Pengantar pendidikan, Jakarta: Rajawali pers S. Nasution (1997). Metodologi penelitian naturalistic-kualitatif, Bandung; Tarsito Zamroni (2000). Paradigma pendidikan masa depan, Yogyakarta:Bigrafpublishing http://www.edutraco.com.htm http://www.sosial-budaya.blogspot.com.html Nara sumber penelitian
: Ahmad Muzan (ketua yayasan) M.Zaini Maksum (kepala sekolah) Arif Rahmanto (guru) Faiqoh Ulwi (bendahara) Sunarti (siswa) Ahmad (siswa) Rusmita Widiasih (siswa)
104 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX TH.2012
DAFTAR PUSTAKA Hamid, A. Shamad, Drs., Islam dan Pembaharuan, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1984. Hamzah, Muchotob, Perkembangan Pesantren Al-Asy’ariyyah dan Institut Ilmu Al Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, IIQ Jawa Tengah, Wonosobo, 1991. Haris, Miftahul, Strategi Dakwah KH. Muntaha Al Hafidz dalam pengembangan Islam
di Indonesia. Mubin, Nurul, Poros Baru Pendidikan Islam Indonesia, LAKPESDAM, Wonosobo, 2008. Munawwir, A.W., Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progresif, Yogyakarta, Cet. XIV, 1997. Muzan, Ahmad, Percikan Risalah Dakwah Mbah Muntaha, Pustaka Fatanugraha, Wonosobo. Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-Institusi
Pendidikan Islam, Tesis IAIN Walisongo, Semarang, 2004. Natsir, M., Kapita Selekta, Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Rusli Karim, M., Pendidikan Islam Sebagai Upaya Upaya Pembebasan Manusia, dalam Muslih Usa(editor) Pendidikan Islam Manusia antara Cita dan Fakta, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1991 Suryono, Elis, Drs., Munir Amin, Samsul, Drs., MA, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz, Tim Penulis Buku Panduan, Buku Panduan UNSIQ 2007-2008, LP3M UNSIQ, Wonosobo, 2002. Tim Penyusun, Buku Panduan Santri PPTQ Al-Asy’ariyyah, Wonosobo, 2001. Tim Penyusun, Profil PPTQ Al Asy’ariyyah, PPTQ Al Asy’ariyyah, Wonosobo, 2005. Wawancara dengan KH. Habibullah Idris, Manggisan, Wonosobo, pada tanggal 10 Agustus 2008. Wawancara dengan KH. Drs. Mukhotob Hamzah, MM, pada tanggal 17 Agustus 2008. Wawancara dengan Drs. H. Arifin Shidiq, MA, pada tanggal 17 Agustus 2008. Yudistiro, Suwondo, Analisis Pemikiran dan Gerakan Abdurrahman Wahid dalam
Konteks Dakwah di Indonesia, Skripsi UNSIQ, Wonosobo, 2003.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 105