Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
PENDANAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FUNDING FOR EARLY CHILDHOOD EDUCATION J.M. Tedjawati Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud email:
[email protected] Diterima tanggal: 13/02/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 28/02/2013; Disetujui tanggal: 02/09/2013 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendanaan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan besaran sumbangan dana dari masing-masing sumber. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus di delapan kabupaten/kota. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa: pertama, pendanaan pendidikan anak usia dini umumnya masih bersumber dari pemerintah pusat dan daerah. Namun, hal itu dirasakan masih belum mencukupi untuk biaya operasional pendidikan anak usia dini. Selama ini, pemerintah daerah masih mengutamakan program wajib belajar pendidikan dasar. Dana yang bersumber dari masyarakat dan instansi/dunia usaha/ industri masih terbatas dan tergantung pada kemampuan ekonomi masyarakat dan kesediaan dari instansi/dunia usaha/industri. Dana yang bersumber dari lembaga penyelenggara masih belum memadai, hal ini sangat tergantung kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Kedua, bantuan dari pemerintah dan sumbangan masyarakat/instansi terkait berupa uang, insentif pendidik, dan alat permainan edukatif, buku, obat-obatan, dan pemeriksaan kesehatan bagi peserta didik. Kata kunci: pendidikan anak usia dini, dana pendidikan, anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah Abstract: This study aimed to describe the funding for early childhood education and the amount of funding from each source. This study used a qualitative approach through case studies in eight districts/cities. Research methods used in the research is descriptive quantitative. The study results show that: First, early childhood education funding generally comes from the central government and the regions. However, it is perceived still not sufficient for the operational costs of early childhood education. During this time, local governments still prioritize for compulsory education program. Funds coming from the public and agency/business/industry is still limited and depends on the economic ability and willingness of agencies/business/industry. Funds coming from the providers are not sufficient, it is highly dependent on parents income. Second, assistance from the government and donations from community institutions compases of money, educator incentives, and educational toys, books, medicine, and health check for students. Keywords: early childhood education, education funding, national budget revenues and expenditures, local budget revenue and expenditure
346
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendahuluan
Masih rendahnya layanan pendidikan bagi
Kemajuan bangsa akan tercapai dalam jangka
ana k usia d ini pada saa t ini, a ntar a la in
panjang apabila diawali dengan mempersiapkan
disebabkan oleh karena masih terbatasnya jumlah
sumber daya manusia (SDM) sedini mungkin
lembaga yang memberikan layanan pendidikan
sehingga bangsa tersebut memiliki kepribadian,
dini jika dibanding dengan jumlah anak pada usia
berakhlak mulia, dan berpe ndidikan. Upaya
0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan
pengembangan SDM merupakan suatu proses
tersebut. Sebagai gambaran, pada akhir tahun
jangka panjang dan berkelanjutan secara terus
2009 jumlah satuan pendidikan layanan PAUD
me nerus. L angk ah t erse but diaw ali deng an
yang tersedia baru mencapai 237,176 lembaga,
pendidikan bagi anak bangsa sejak usia dini (0-6
dengan rincian 68.484 berupa Taman Kanak-kanak
tahun). Pertumbuhan dan perkembangan yang
(TK), 31.628 Kelompok Bermain (KB), 1.479 Taman
baik b agi anak usia dini sangat menunjang
Penitipan Anak (TPA), 122.288 Satuan PAUD
keberhasilan di masa mendatang.
Sejenis (SPS), dan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Menggeliatnya pendidikan bagi anak usia dini
(TPQ) (Ditjen PAUDNI, 2011). Dengan demikian,
(PAUD) di Indonesia mulai tampak pada periode
seluruh anak usia dini yang berjumlah 28.854.400
tahun 1998 – 2003 senyampang dengan otonomi
harus dilayani dan setiap satuan PAUD mampu
pendidikan, yang berpengaruh terhadap tata
menampung 5 0 anak, sehi ngga dib utuhkan
kelola penanganan PAUD di pusat maupun di
577.088 satuan pendidikan layanan. Hal ini berarti
daerah-daerah (Ditjen PAUDNI, 2011). Selan-
ma sih kekurang an seki tar 339.912 satuan
jutnya, pada periode tersebut pemerintah mulai
pendidikan layanan (Pusat Data dan Statistik
mendukung berkembangnya PAUD jalur pendi-
Pendidikan dalam Ditjen PAUDNI, 2011).
dikan nonformal dalam bentuk Kelompok Bermain
Kondisi yang di temukan tersebut tid ak
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan satuan
sel aras
PAUD sejenis dalam bentuk pengintegrasian
Ind onesia N omor 23 Tahun 20 02 t enta ng
layanan PAUD dengan Posyandu. Sampai dengan
Perlindungan Anak pada Pasal 53 ayat (1) yang
saat ini, pelaksanaan PAUD mengalami kemajuan
menyatakan bahwa “Pemerintah bertanggung
dari segi jumlah lembaga yang terus bertambah
jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/
(PAUD, 2010 dalam http://www.membuatblog.-
atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
web.id 2010/06/pendidikan-anak-usia-dini.html).
bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak
Meskipun demikian, menurut data tahun 2009
telantar, dan anak yang bertempat tinggal di
hanya 15.493.470 anak usia 0-6 tahun (dari
daerah terpencil”. Selanjutnya, Undang-Undang
sekitar 28.854.400 anak) yang telah memperoleh
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
layanan pendidikan
Nasional Pasal 49 menyatakan bahwa alokasi
melalui berbagai program
(Ditjen PAUDNI, 2011).
dengan
Unda ng-U ndang
Re publ ik
dana pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan
Dari jumlah anak yang terlayani tersebut,
kedinasan minimal 20 persen dari anggaran
25,66 persen merupakan kontribusi dari Taman
pendapatan belanja negara (APBN) dan 20 persen
Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang sebetulannya
da ri a ngga ran pend apa tan bela nja daer ah
tidak dirancang sebagai satuan PAUD (Ditjen
(APBD). Dengan adanya k etentuan dal am
PAUDNI, 2011). Hal tersebut dapat dikatakan
per atur an
bahwa secara riil anak yang terlayani pada PAUD
pemerintah daerah berkewajiban menyediakan
formal dan informal di Indonesia baru menjangkau
bia ya
sekitar 8,1 juta anak atau 28,04 persen. Jika
termasuk PAUD.
p erundang -und anga n
untuk
penyele ngga raan
te rseb ut, pendidi kan
kontribusi Raudatul Athfal (RA) yang merupakan
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Pen-
binaan Kementerian Agama tidak diperhitungkan,
didikan Anak Dini Usia (PADU) sejak tahun 2001
ma ka l ayanan PAUD di b awah pem bina an
telah memberikan berbagai dana bantuan seperti
Kemdikbud (TK, KB, TPA, SPS) baru terjangkau
ri ntisan d an p enguata n pr ogra m, b antuan
sekitar 6,4 juta anak atau 22,15 persen (Ditjen
kelembagaan, bantuan kerja sama, bantuan
PAUDNI, 2011).
pusat ungg ulan progra m PAUD d an l ainnya (Direktorat PAUD, 2009). Selain itu, masih ada
347
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
bantuan dana dari pihak lain, seperti dari Bank
sep anja ng hidup nya. Per tumb uhan jum lah
Dunia melalui program pendidikan dan pengem-
jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang
bangan anak usia dini (PPAUD) di mana peme-
di dapa t anak p ada awa l-aw al t ahun kehi-
rintah kabupaten/kota diharuskan menyediakan
dupannya, terutama pengalaman yang menye-
dana sharing (Wordpress, 2008). Salah satu
nangkan. Pada fase perkembangan ini akan
kabupaten penerima bantuan PPAUD pada tahun
memiliki potensi yang luar biasa dalam mengem-
2007, yaitu kabupaten Jeneponto. Bantuan dana
bangkan kemampuan berbahasa, matematika,
tersebut umumnya digunakan untuk pembelian
keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas
alat permainan edukatif, insentif kader, dan
emosional. Perkembangan otak anak sangat
pelatihan bagi pengelola dan pendidik PAUD. Hasil
dip enga ruhi
studi kontribusi pemerintah daerah terhadap
lingkungan melalui pengasuhan di dalam rumah
penyelenggaraan PAUD menunjukkan bahwa
seperti hubungan anak dengan orangtuanya atau
dampak bantuan tersebut membawa hal positif
pengasuh lainnya (termasuk pendidik di lembaga
bagi perkembangan lembaga, terutama PosPAUD.
PAUD). Apabila hubungan anak dengan peng-
Hal itu terlihat dengan semakin bertambahnya
asuhnya bersifat positif, maka struktur kognitif
jumlah warga belajar dan masyarakat yang turut
otak anak akan belajar mengatur emosi dan
berperan serta dalam mensosialisasikan PAUD
perilakunya. Bila hubungan anak dengan peng-
(Tedjawati, 2011). Dalam pemenuhan pendanaan
asuhnya bersifat negatif, maka struktur kognitif
PAUD, berb agai car a te lah dila kuka n ol eh
otak anak tidak berkembang secara maksimal
pemerintah daerah maupun lembaga penye-
sehingga semakin rendah kemampuan anak untuk
lenggara PAUD sehingga penyelenggaraan PAUD
mengendalikan emosi dan semakin tidak mampu
dapat berjalan dengan baik.
mengembangkan kesadaran akan emosi orang
ole h
ra ngsa ngan-rangsangan
Dari permasalahan yang diungkapkan di atas,
la in. Kede kata n em osi tersebut mer upak an
permasalahan pokok dalam penelitian ini ialah:
landasan anak untuk belajar hal-hal lainnya dalam
1) siapa yang berkontribusi sebagai sumber
hidup (Bappenas, 2008).
pendanaan dalam penyelenggaraan
PAUD?; dan
Menurut Semiawan (2002) manusia belajar,
dana dari berbagai
tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang
sumber? Atas dasar permasalahan tersebut,
diperolehnya melalui kehidupan dalam keluarga,
studi ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan
untuk samp ai p ada pene muan bag aima na
sumber-sumber pendanaan penyelenggaraan
menempatkan diri ke dalam keseluruhan kehi-
PAUD; dan 2) pemanfaatan kontribusi dana dari
dupan di mana manusia berada. Namun, per-
berbagai sumber.
kembangan manusia tidak dimulai dari suatu
2) bagaimana pemanfaatan
tabula rasa, melainkan mengandung sumber daya Kajian Literatur
yang memiliki kondisi sosial kultural, fisik dan biologi
Konsep Pendidikan Anak Usia Dini
yang berbeda-beda, yang tidak dapat dilihat
Pada saat bayi dilahirkan, ia sudah dibekali Tuhan
terlepas dari kondisi sosial kultural, fisik dan
dengan struktur otak yang lengkap. Namun, baru
biologis dalam lingkungannya. Dengan demikian,
mencapa i ke mata ngannya
l uar
selain sekolah dan guru, lingkungan keluarga dan
kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari
sete lah
di
orangtua juga memainkan peranan penting dalam
100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia
tumbuh kembang putra putrinya.
yang berfungsi sebagai perekat serta synap
Se lanj utny a, m asih me nurut Se miaw an
(cabang-cabang neuron) yang akan membentuk
(2002) menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan
bertrilyun-trilyun sambungan antarneuron yang
dengan perb edaa n ke mamp uan, bak at, dan
jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan
minat. Untuk memberikan kesempatan mendapat
bekerja sampai usia 5-6 tahun (Pendidikan Anak
perolehan, sehingga anak dapat berkembang
Usia Dini, 2010 http://www.membuatblog.web.id
seoptimal mungkin sesuai kemampuan, bakat,
2 0 1 0 / 0 6 / p e n d i d i k a n - a na k- u si a - d i ni . ht m l ) .
dan
Banyaknya jumlah sambungan tersebut mem-
perbedaan tersebut di atas harus diperhatikan,
pe ngar uhi
ka rena
348
pemb entukan
kema mpua n ot ak
minatny a
ma sing -masing
ber baga i
pe rbe daan
perb edaa n-
cir i
te rseb ut
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan faktor-faktor yang ikut mempengaruhi
cerminan kondisi generasi di masa yang akan
prestasi belajar anak. Dari pendapat di atas,
datang, termasuk cerminan masa depan bangsa.
disimpulkan bahwa kemampuan anak bukan
Selain itu, ada dua tujuan mengapa perlu
hanya dipengaruhi oleh intelektual yang bersifat
diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yakni
kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
untuk: 1) membentuk anak yang berkualitas, yaitu
nonkognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian,
ana k ya ng t umbuh da n be rkem bang sesuai
serta berbagai pengaruh lingkungan.
dengan ting kat perke mbangannya sehingga
Menurut Gardner (dalam Tientje, 2009) setiap
memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki
anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan
pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di
(Multiple Intelligences). Ada delapan domain
masa dewasa; dan 2) membantu menyiapkan
kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua
anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu
sekolah.
meliputi inteligensi musik, kinestetik tubuh, logika
Menurut Santoso (PAUD, 2013 dalam http://
matematik, linguistik (verbal), spasial, naturalis,
j om p a i l m u.b l og sp o t .com / 2 0 1 3 / 0 1 / p r of - d r -
int erpe rsonal
Multip le
soegeng-santoso-mpd-dan.html), bahwa pen-
Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh-
didikan anak usia dini merupakan dasar pem-
kembangkan dengan cara memberi kesempatan
bentukan kepribadian dan seluruh aspek yang
kepada anak untuk mengembangkan secara
terdapat pada anak harus mendapat pelayanan
opt imal pot ensi -pot ensi yang di mili ki a tas
yang maksimal. Pelayanan maksimal tersebut
upayanya sendiri. Hal ini menunjukkan, bahwa
dapat dimediasi oleh taman kanak-kanak yang
satu kecerdasan dengan kecerdasan lainnya
program kegiatan belajar mengajar bertujuan
sa ling mem peng aruhi ba ik secar a la ngsung
untuk: 1) mengembangkan daya cipta dan daya
maupun tidak langsung, sehingga satu atau dua
pikir; 2) mengembangkan bahasa; 3) mengem-
je nis kece rdasan a kan memp enga ruhi jenis
bangkan perilaku; 4) mengembangkan jasmani;
kecerdasan lainnya sekaligus mempengaruhi
5) mengembangkan moral, emosional, sosial, dan
kinerja ana k. O leh kare nany a, a nak dibe ri
disiplin. Selanjutnya, pendidikan yang diberikan
kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan
kepada anak usia dini melalui berbagai cara antara
untuk
lain; permainan, agama, nyanyian, irama, do-
d an
i ntra personal .
meng eksp loit asi lingkungannya d an
melakukan interaksi yang aktif dengan sesama
nge ng,
ceri ta, olahraga , sa ndiw ara,
seni,
anak, orang dewasa, dan lingkungannya. Kegiatan
lingkungan, dan bisa juga diadakan melalui lomba.
yang dialami anak tersebut haruslah yang menyenangkan, membuat ceria, dan menyertakan setiap
Kondisi PAUD saat ini
anak untuk terlibat aktif.
Pe nyel engg araa n PAUD tela h di atur dal am
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 28
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
yang menyatakan bahwa
ar ah p ertumbuhan d an perk emba ngan fisik
dini “diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
dasar”. Lebih jelas dan tegas dalam Pasal 1, butir
(da ya p ikir, da ya cipta , ke cerd asan emosi,
14 bahwa pendidikan anak usia dini adalah “suatu
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
lahir sampai dengan usia enam tahun yang
sesuai
deng an k euni kan
dan
pendidikan anak usia
taha p-ta hap
dilakukan melalui pemberian rangsangan pen-
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
did ikan unt uk m emba ntu pert umbuhan dan
(Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009).
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
Dari peraturan tersebut nampak jelas bahwa
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
adanya kesadaran akan pentingnya PAUD bagi
lebih lanjut”. Selanjutnya, Pasal 28 Ayat (2)
setiap anak. Hal ini menyadarkan Pemerintah
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
untuk memperhatikan mutu dan perkembangan
dapat diselenggarakan melalui jalur formal,
PAUD di Indonesia. Kehadiran PAUD merupakan
nonformal, dan/atau informal. Lebih lanjut, dalam
349
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
Unda ng-Und ang te rsebut dinyat akan b ahwa
belajar mengajar. Kedua definisi tersebut sama-
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
sama menekankan pada penggunaan sumber
formal meliputi Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
daya atau pengeluaran dalam penyelenggaraan
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
pendidikan.
Adapun bentuk pendidikan anak usia dini pada
Selain itu, Badan Pusat Statistik (dalam
jalur pendidikan nonformal meliputi Kelompok
Balitbang Depdiknas, 2006) menitikberatkan pada
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
jenis-jenis sumber biaya dengan menyatakan
bentuk lain yang sederajat. Satuan PAUD sejenis
bahwa biaya pendidikan merupakan pengeluaran
(SPS) merupakan salah bentuk layanan PAUD
dan pem anfa atan keuanga n untuk peny e-
lainnya yang penyelenggaraannya dapat diinte-
lenggaraan pendidikan yang sumbernya berasal
grasikan dengan berbagai layanan anak usia dini
dari pemerintah, perorangan, dan masyarakat.
yang ada di masyarakat seperti Posyandu (Pos
Dari dua sumber di atas dapat dimaknai bahwa
Pelayanan Terpadu), BKB (Bina Keluarga Balita),
setiap jenjang pendidikan membutuhkan biaya
TPQ, dan bentuk lainnya yang berada di bawah
untuk pemenuhan penyelenggaraannya. Biaya
binaan lembaga agama lainnya (Ditjen PAUDNI,
pendidi kan tersebut dap at m elip uti sumb er
2012). Jumlah layanan PAUD yang tersedia pada
perolehannya dan jumlah pengeluarannya. Pada
saat ini tampak seperti pada Tabel 1.
biaya pengeluaran meliputi beberapa jenis biaya,
Perkembangan jumlah layanan PAUD tentu
antara
lai n
pe mbel ian
sar ana
prasarana,
tidak dapat dilepaskan dari dukungan pemerintah
pembiayaan honor/insentif pendidik dan tenaga
dan masyarakat, misalnya peran dan kesadaran
kependidikan, peningkatan mutu pendidik dan
orang tua peserta didik agar anaknya menjadi
tenaga kependidikan.
peserta didik di lembaga PAUD. Untuk penye-
Me nurut
lenggaraan PAUD dibutuhkan biaya yang cukup
pengelolaan
Fa tah
besar. Biaya ini dapat bersumber dari pendiri
pendidikan mencakup 2 (dua) aspek, yakni: 1)
lembaga PAUD, dengan dukungan pemerintah,
dimensi penerimaan atau sumber dana; dan 2)
masyarakat, dan dunia usaha dan industri.
dimensi pengeluaran atau alokasi dana. Dimensi
dana
dala m N urte ti ( 2008 ), pe ndid ikan
di
lemb aga
Menurut Ghozali dalam Balitbang Depdiknas
penerimaan, antara lain bersumber dari: pene-
(2006) bahwa biaya pendidikan didefinisikan
rimaan umum pemerintah, penerimaan khusus
sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya
pemerintah yang diperuntukkan bagi pendidikan,
(input) yang digunakan untuk suatu kegiatan
iur an sekol ah, dan sumb anga n-sumbangan
pendidikan. Serupa dengan pendapat tersebut,
masyarakat, sedangkan dimensi pengeluaran
Pusat Statistik Pendidikan Badan Penelitian dan
mencakup pengeluaran modal atau anggaran
Peng embangan Depart emen Pe ndidikan dan
pemb angunan (ca pita l outlay /ex pend itur e) .
Nasional (dalam Balitbang Depdiknas, 2006)
Selanjutnya dalam Nurteti (2008), dinyatakan
mendefinisikan biaya pendidikan sebagai seluruh
bahwa:
pengeluaran yang berupa sumber daya (input),
“keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan
baik berupa barang (natura) atau berupa uang
itu akan menimbulkan berbagai manfaat di
yang ditujukan untuk menunjang kegiatan proses
antaranya: 1) memungkinkan penyelenggaraan
Tabel 1. Layanan PAUD No.
Bentuk Satuan PAUD
Jumlah Satuan PAUD
Juml ah Pendidik (Guru)
Jumlah Peserta Didik (Siswa)
1.
TK/RA
68.484
252.639
4.961.034
2.
KB
31.628
97.916
1.309.501
3.
SPS
1.479
5.151
27.601
4.
TPQ
13.297
46.787
1.790.366
Jumlah
122.288
772.741
1 5.49 3.4 56
Sumber: PDSP Kemdiknas dalam Ditjen PAUDNI, 2011
350
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
pendidikan dilakukan secara efisien artinya
2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis
dengan dana tertentu diperoleh hasil yang
pembiayaan yang dikemukakan dalam standar
maksimal atau dengan dana minimal tercapai
tersebut meliputi: 1) biaya investasi, dipergunakan
sebuah tujuan tertentu; 2) memungkinkan
untuk pengadaan sarana prasarana, pengem-
tercapainya kelangsungan hidup lembaga
bangan SDM, dan modal kerja tetap; 2) biaya
pendidikan sebagai salah satu tujuan di-
op erasiona l ya ng d iper guna kan untuk ga ji
dirikannya lembaga tersebut (terutama bagi
pendidik dan tenaga kependidikan serta tun-
lembaga pendidikan swasta dan kursus-
jangan yang melekat, bahan atau peralatan
kursus); dan 3) dapat mencegah adanya
pendidikan habis pakai dan biaya operasional
kekeliruan, kebocoran-kebocoran atau adanya
pendidikan tak langsung; dan 3) biaya personal,
penyimpangan-penyimpangan penggunaan
meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh
dana dari rencana semula”.
peserta didik dalam mengikuti proses pembe-
Dari 2 (dua) pendapat tersebut berarti bahwa
lajaraan.
dana pendidikan yang dimiliki lembaga pendidikan
Menurut amanat Undang-Undang tersebut
haruslah dapat dikelola sesuai dengan kebu-
jelas bahwa dalam rangka meningkatkan layanan
tuhannya. Seringkali dana yang dimiliki lembaga
PAU D, p erihal p enda naan dif asil itasi ol eh
pendidi kan terb atas ata u kurang , se hing ga
pemerintah, baik pusat maupun daerah. Namun,
le mbag a pe ndid ikan ha rus memb uat daft ar
se jauh ini pendana an y ang dibe rika n ol eh
anggaran pengeluaran sesuai dengan prioritas
pemerintah melalui dana dekonsentrasi (dana
kebutuhannya.
bantuan operasional) pada PAUD baru terbatas
Terkait dengan pendanaan,
Undang-Undang
pada beberapa lembaga PAUD. Berbagai program
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
dana bantuan yang telah dilaksanakan oleh
Nasional Pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan
Pemerintah, seperti Bantuan Rintisan Program,
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
Bantuan Kelembagaan, Bantuan Kerja Sama,
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Bantuan Pusat Unggulan Program PAUD, dan
Pada Pasal 47 sumber pendanaan pendidikan
Bantuan Rintisan Program Pos PAUD di Daerah
ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,
Terpencil (Kebijakan dan Program PAUD tahun
kecukupan, dan berkelanjutan. Maksud prinsip
2011, http://pkbmcibanggala.blogspot.com/2011/
kea dila n ad alah bahwa sumber pendana an
09/ kebijakan-dan-program-paud-2011.html).
ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat
Sejalan dengan era otonomi, semua kebu-
daerah yang bersangkutan, pemerintah daerah,
tuhan penyelenggaraan PAUD tidak lagi harus
Pe meri ntah, da n sumber lai n bi aya peny e-
dipenuhi oleh pemerintah pusat. Dengan adanya
lenggar aan pend idik an. Prinsip kecukupa n,
otonomi pendidikan, penyelenggaraan PAUD di
maksudnya adalah bahwa dana penyelenggaraan
daerah juga menjadi tanggung jawab pemerintah
pendidikan mencukupi untuk membiayai pe-
daerah masing-masing (UU No.33/2004). Dengan
nye leng gara an
b ermutu
adanya Undang-Undang tersebut yang salah
sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional
p endi dika n
ya ng
satunya mengatur kewajiban pemerintah daerah,
Pendidikan (PP No. 19/2005). Keberlanjutan
diharapkan setiap pemerintah daerah dapat
maksudnya bahwa
dana pendidikan dialokasikan
memb erikan b antuan b agi penyelengga raan
mi nima l 20 per sen dar i APBN p ada sekt or
lembaga PAUD. Begitu pula, lembaga PAUD juga
pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD
diharapkan dapat mencukupi kebutuhan dananya
(UUSPN Nomor 20/2003).
sendiri, dengan berbagai cara/strategi penggalian
Pendanaan yang disediakan oleh pemerintah, ba ik
p usat
maupun
daer ah
sebag aima na
dana melalui berbagai bentuk kegiatan. Hasil penelitian Tedjawati (2012) terkait
diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut
dengan
penyelenggaraan dan pendanaan PAUD,
guna penyelenggaraan PAUD diusahakan agar
antara lai n me nunj ukka n ad anya keb ijak an
dipenuhi sesuai dengan salah satu isi Standar
pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dalam
PAUD d alam Per atur an Ment eri Pend idik an
penyediaan dana penyelenggaraan PAUD yang
Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
dia ngga rkan
dal am
APBD
sebe sar
351
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
Rp224.968.000,-. Selain itu, adanya dukungan
mengikuti program pengembangan anak usia dini
beb erap a de sa y ang mema sukk an k egia tan
(PAUD) dapat mengembangkan kompetensi psiko
program PAUD dalam anggaran belanja desa juga
sosial dan kognitif yang be rmanfaat unt uk
nampak cukup aktif. Dengan adanya program yang
kesiapan sekolah. Kompetensi tersebut meliputi:
sinergi dari berbagai komponen di daerah nampak
1) pra membaca; 2) pra menulis; 3) pra berhitung/
bahwa program PAUD tetap berkembang dan
Matematika; 4) berbahasa; dan 5) pemecahan
dapat meningkatkan mutu PAUD, terutama dalam
masalah sederhana (problem solving). Selain itu,
hal tumbuh kembang anak usia dini.
hasil penelitian tersebut juga menunjukkan
Berkaitan dengan peran pemerintah, pene-
bahwa motorik kasar mempengaruhi anak untuk
lit ian UNIC EF ( 2009 ) me nunj ukka n ba hwa
melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih
Pem erintah Indonesi a se cara umum me ng-
lanjut.
habiskan sekitar satu persen anggaran pendidikan untuk PAUD antara tahun 2005-2009. Hal ini
Metode Penelitian
disebabkan pembiayaan penyelenggaraan PAUD
Penelitian ini merupakan pendekatan studi kasus.
di Ind onesia p ada dasa rnya dib iaya i ol eh
Studi kasus bertujuan untuk mempertahankan
pemerintah, pemda, dan masyarakat melalui dana
keutuhan (wholeness) dari objek, artinya data
sharing. Walaupun ada payung kebijakan tentang
yang dikumpulkan dalam rangka “studi kasus”,
otonomi na mpak se lama i ni, sesuai de ngan
dip elaj ari seba gai suat u ke seluruha n ya ng
otonomi pendidikan, pemerintah kabupaten cukup
terintegrasi di mana tujuannya untuk
memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan
bangan pengetahuan yang mendalam mengenai
PAUD. Sementara itu, pemerintah pusat dan
objek yang bersangkutan, sehingga studi kasus
provinsi ha nya berp eran dal am d ukungan
dapat digolongkan sebagai penelitian
tambahan dan subsidi tambahan, misalnya kurang
dan deskriptif (Vredenbregt, 1987).
pengem-
eksploratif
lebih dalam bentuk “hibah blok” yang ditargetkan.
Atas dasar pandangan yang diacu, penelitian
Karena kabupaten secara resmi dianggap sebagai
ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
tempat utama untuk membiayai PAUD, maka
Menurut Travers (dalam Sevilla et.al, 2006)
penting sekali untuk dicatat bahwa walaupun ada
metode deskriptif merupakan suatu metode untuk
proses desentralisasi, kabupaten hanya menge-
menggam bark an sifat sua tu k eada an y ang
luarkan sumber pendidikan pada pengeluaran
se ment ara
rutin, biasanya untuk gaji guru (UNICEF, 2009).
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab suatu
berj alan
pa da
saat
pene liti an
Selanjutnya, laporan penelitian dari lembaga
gejala tertentu. Metode deskriptif kuantitatif
pendidikan dunia tersebut juga mengemukakan
digunakan dengan maksud untuk mengumpulkan
bahwa sebagian besar PAUD dibentuk dan dibiayai
informasi yang terkait dengan sumber pendanaan
secara swadaya oleh masyarakat setempat. Pada
bag i pe nyel engg araa n
masyara kat yang kem ampuan f inansial nya
sumbangan dana dari masing-masing sumber.
PAUD
d an
b esar an
re ndah, pr ogra m PAUD akan sem akin sul it
Data tentang sumber pendanaan penye-
ditemukan, bahkan pada beberapa daerah yang
lenggaraan PAUD diperoleh dengan menggu-
sangat miskin, masyarakatnya tidak tahu dengan
nakan pedoman wawancara dan daftar isian.
keberadaan program PAUD. Padahal filosofi PAUD,
Selanjutnya, data yang telah terkumpul diolah
yaitu “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan
sesuai dengan jenis data yang terkumpul. Untuk
unt uk m asya raka t” m emil iki makna ba hwa
data kuantitatif, pengolahan dilakukan melalui
kepemilikan lokal dan keterlibatan orangtua
prosedur pemeriksaan data, klasifikasi data, dan
mer upak an
ke bija kan
tabulasi data. Klasifikasi data meliputi sumber
pelaksanaan dan pembiayaan PAUD. Sebagai
pendanaan penyelenggaraan PAUD dan besaran
konsekuensinya sebagian besar pengeluaran
dana dari masing-masing sumber.
p onda si d asar
bag i
PAUD berasal dari keluarga dan masyarakat setempat.
Data yang telah diolah, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data meliputi besar dana
Hasil penelitian yang dilakukan Universitas
dan bentuk kontribusi menurut sumber dan
Atmajaya (2010) menunjukkan bahwa anak yang
penggunaannya. Sumber dana dikelompokkan
352
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
menjadi dana dari Pemerintah Pusat, pemerintah
wawancara, data dijaring pula dengan pengisian
daerah, masyarakat, dan lembaga PAUD.
daftar pertanyaan yang diisi oleh para nara-
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di
sumber. Kemudian semua data yang dikumpulkan,
Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Bogor, Kota
diolah dan dianalisis tentang sumber pendanaan
Serang, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten
penyelenggaraan PAUD dan besaran dana dari
Manggarai, Kota Bitung, dan Kabupaten Bone.
masing-masing sumber.
Kabupaten/kota tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kepedulian pemerintah daerah
Hasil Penelitian dan Pembahasan
terhadap penyelenggaraan dan perkembangan
Sumber Pendanaan Penyelenggaraan PAUD
PAUD dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Berbagai sumber perolehan dana penyeleng-
te ruta ma k ontr ibusi pe ndanaan bagi PAU D.
garaan PAUD umumnya berasal dari: 1) peme-
Masing-masing kabupaten/kota diambil sampel
rintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan
dua TK, dua KB, dua TPA, dan dua Satuan PAUD
kabupaten/kota); 2) masyarakat seperti dari tokoh
Sejenis.
masyarakat, instansi terkait, dunia usaha dan
Sumber data berasal dari kepala bidang atau
industri; dan 3) lembaga PAUD sendiri.
kepala seksi dinas pendidikan kabupaten/kota
Sumber dana penyelenggaraan PAUD dari
yang menangani PAUD, penyelenggara/pengelola
Pemerintah Pusat diberikan kepada lembaga PAUD
PAUD, pendidik PAUD, orangtua anak usia dini
secara langsung seperti dana bantuan rintisan
yang me ndap at l ayanan PAUD, dan ket ua
PAUD atau dana PAUD Percontohan. Selain itu,
Himpaudi. Informasi diperoleh melalui wawancara
dana dari Pemerintah Pusat diberikan kepada
dengan para narasumber. Data yang dijaring
lembaga PAUD melalui pemerintah provinsi yang
mencakup: 1) bantuan dana PAUD dari Peme-
biasanya disebut dana dekonsentrasi (dekon).
rintah kepada lembaga penyelenggara PAUD (dari
Da na d ekonstra si b era sal dari APBN ya ng
kepala bidang/seksi PAUD); 2) berbagai sumber,
di laksanak an oleh gube rnur seb agai wak il
jenis, besarnya bantuan-bantuan yang telah
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan
diterima lembaga, dan cara memperoleh dana,
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
serta masalah/hambatan yang dihadapi lembaga
de konsentr asi, tid ak term asuk dana ya ng
dan upaya untuk mengatasi masalah/hambatan
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di
tersebut (dari penyelenggara TK, KB, TPA, dan
da erah. Da na d ekonsent rasi yang di teri ma
SPS); dan 3) Iuran/sumbangan yang dikeluarkan
lembaga PAUD, antara lain bantuan rintisan PAUD,
orangtua peserta didik (dari orangtua). Selain
PAUD Percontohan tingkat kecamatan/desa, dan
Sumber dana:
Pemerintah
Lembaga PAUD
Pemerintah
Tokoh Masyarakat
Pusat
Pemerintah Provinsi
Lembaga PAUD
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Masyarakat
Instansi terkait
Dunia Us aha dan Industri Orangtua Peserta Di dik
Gambar 1. Sumber Dana di Lembaga PAUD
353
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
orientasi teknis pembelajaran PAUD. Selanjutnya,
pendidikan kabupaten/kota menerima pemberi-
pemerintah provinsi melalui dana Anggaran
tahuan alokasi dana penyelenggaraan PAUD dari
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memberi
direkorat PAUD dan dinas pendidikan propinsi; 2)
bantuan dana penyelenggaraan PAUD dengan
dinas pe ndidi kan k abup aten/ kota membe ri-
jumlah relatif kecil, karena keterbatasan kemam-
tahukan kep ada semua le mbag a PAUD d an
puan pemerintah provinsi dalam penganggaran
mendorong lembaga PAUD untuk mengajukan
bidang pendidikan. Umumnya bantuan dana
proposal; 3) menyeleksi proposal-proposal yang
tersebut diterima lembaga PAUD berupa alat
diajukan oleh lembaga PAUD, dan menyampaikan
permainan edukatif. Bantuan dana dari peme-
proposal yang lolos seleksi ke Direktorat PAUD dan
rintah kabupaten/kota melalui APBD relatif masih
ke dinas pendidikan propinsi sesuai jenis dan
kurang dan umumnya diberikan kepada lembaga
bentuk pend anaa n ma sing -masing; dan 4)
PAUD untuk membayar honor insentif pendidik
mem inta lap oran berk ala peng guna an d ana
PAUD dan
sesuai rencana anggaran belanja (RAB) yang
alat permaian edukatif.
Mayarakat ikut berperan sebagai sumber dana bantuan penyelenggaraan PAUD. Tokoh
diajukan dari lembaga-lembaga PAUD penerima dana bantuan.
masyarakat memberi bantuan dalam bentuk
Setelah proposal diterima oleh Pemerintah
tenaga, uang, dan barang. Instansi terkait seperti
Pusat, kemudian dilakukan penilaian terhadap
dinas kesehatan mela lui Posyandu memberi
proposal untuk mengkaji kelayakan lembaga
bantuan pemberian vitamin, pemeriksaan gigi, dan
pengusul termasuk diadakannya kunjungan atau
ke seha tan anak . Dunia usaha da n indust ri
verifikasi ke lembaga PAUD. Bagi lembaga yang
me mber i
telah dinilai dan ditentukan layak menerima dana
ba ntua n
da na
k epad a
be bera pa
lembaga PAUD berupa pemberian alat permainan
bantuan,
edukatif.
penerimaan dana PAUD (MoU) dan dana tersebut
ma ka
d ilak ukan
penanda tang an
Da ri l emba ga PAUD dana untuk peny e-
akan langsung diberikan ke lembaga PAUD.
lenggaraan PAUD diperoleh dari orangtua peserta
Namun, ada kalanya dalam pengajuan proposal
didik dan umumnya berupa uang dan tenaga.
tidak ditempuh dengan cara yang lazim karena
Selain itu, ada beberapa lembaga PAUD mem-
adanya kedekatan pribadi dengan birokrat di
peroleh dana dari penjualan alat permainan
pusat, sehingga lembaga PAUD pengusul tersebut
edukatif yang dibuat sendiri oleh pendidik PAUD.
dal am p enga juan proposa l ha nya seba gai formalitas saja. Kecenderungan dengan pola
Pendanaan yang Bersumber dari Pemerintah
seperti ini lebih memberi peluang bagi PAUD untuk
Pusat dan Pemerintah Daerah
mendapatkan bantuan. Selanjutnya, pemberian
Dari data yang dijaring telah ditemukan bahwa
bantuan tersebut langsung dikirim ke lembaga
dana dari Pemerintah (Direktorat PAUD Ditjen
PAUD, sehingga dinas pendidikan kabupaten/kota
PAUDNI) dan dari pemerintah provinsi (dinas
tid ak m enge tahui jumlah dana PAUD y ang
pendidi kan prov insi ) di beri kan lang sung ke
bersumber dari Pusat.
lembaga-lembaga PAUD. Alokasi bantuan dana
Tidak berbeda jauh dengan perolehan dana
dari pemerintah tersebut belum merata dan masih
PAUD yang bersumber dari Pemerintah Pusat dan
relatif kecil, karena keterbatasan kemampuan
provinsi, alokasi dana bantuan dari pemerintah
pemerintah dalam penganggaran bidang pen-
kabupaten/kota untuk penyelenggaraan PAUD
didikan, terutama PAUD. Jenis yang dianggarkan
masih relatif kecil, tergantung dari kemampuan
meliputi dana rintisan, dana penguatan, dana
pemerintah daerah. Setiap lembaga PAUD berhak
kelem-bagaan, pengadaan sarana prasarana,
mem peroleh bant uan d ana dari pem erintah
insentif tutor/pendidik, PAUD percontohan, dan
daerah kabupaten/kota melalui prosedur: 1)
dana ke mitr aan. Unt uk m empe role h da na
pengajuan proposal; dan 2) faktor kedekatan
ter sebut, l emba ga PAUD harus me menuhi
hubungan antara pengelola lembaga dengan
persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah.
pengambil kebijakan. Pola semacam ini semakin
Mekanisme pendanaan lazimnya ditempuh
beralasan jika dihubungkan dengan aktivitas
dengan cara-cara sebagai berikut: 1) dinas
pengelola lembaga PAUD, yang tidak saja ikut
354
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
dalam kepengurusan organisasi-organisasi PAUD
dukungan beberapa desa yang memasukkan
di kabupaten/kota seperti Himpunan Pendidik dan
kegiatan program PAUD dalam anggaran belanja
Tenaga
desa
Kepe ndid ikan
PAU D
Indone sia
(Tedjawati, 2012).
(HIMPAUDI), Forum PAUD, tetapi juga sering berperan serta aktif sebagai narasumber dalam
Pendanaan yang Bersumber dari Masyarakat
kegiatan-kegiatan pembinaan yang diadakan
Terkait dengan berba gai sumber dana yang
oleh pemerintah kabupaten/kota.
ber asal dar i ma syar akat , da ri hasil studi
Dari wawancara ditemukan bahwa semua
menunjukkan bahwa pendanaan PAUD umumnya
dana penyelenggaraan PAUD yang bersumber dari
dap at d iper oleh mel alui per an serta tok oh
pemerintah pusat dan daerah telah disosialisaikan
ma syar akat /aga ma/k epal a de sa, orga nisa si
kepada penyelenggara PAUD. Namun, masih
kem asya raka tan dan organisasi ke agam aan
ditemukan ada beberapa penyelenggara PAUD
(gereja atau masjid), instansi terkait seperti dinas
merasa belum memperoleh informasi tentang
kesehatan, dan dunia usaha/industri. Sumber
bantuan tersebut. Dengan kondisi ini penye-
dana tersebut diperoleh melalui hubungan pribadi
lenggara PAUD harus aktif mencari informasi untuk
(perkenalan) ataupun
mendapa tkan fasilit as p enda naan ter sebut.
ditujukan kepada instansi terkait ataupun dunia
Pengelola PAUD mengakui bahwa mungkin saja
usaha/industri.
kuota
pend anaa n
PAUD
Dari hasil penelitian ditemukan berbagai cara
terbatas, sehingga cenderung diberikan kepada
penggalangan dana yang diperoleh dari tokoh
pengelola PAUD dan SPS lainnya yang aktif,
masyarakat seperti contoh yang dilakukan oleh
berinisiatif dan memiliki mobilitas tinggi (memiliki
sebuah lembaga TPA di Kota Bandung melalui
kendaraan bermotor), sehingga dapat melakukan
pe ran sert a ke pala desa. K epal a de sa i ni
pendekatan secara pribadi kepada para pengurus
melakukan inventarisasi tentang: 1) jumlah para
di
HIM PAUD I
pe nyel engg araa n
pengajuan proposal yang
pend idik an
pengusaha yang berada di wilayahnya; 2) jumlah
kabupaten/kota. Temuan ini dirasakan kurang adil
ma upun
di nas
para donator tetap; dan 3) jumlah PAUD yang
bagi PAUD yang tidak memperoleh bantuan,
be rada di wila yahnya. Penggal anga n da na
karena dana penyelenggaraan PAUD atau SPS
dilakukan oleh staf desa. Setiap tanggal 10 kepala
cenderung diberikan kepada mereka yang aktif
desa tersebut membagikan dana yang telah
melakukan pendekatan pada institusi/instansi
dikumpulkan dan diberikan kepada lembaga PAUD
terkait, tetapi tidak berdasarkan kondisi nyata
di wilayahnya.
kebutuhan riil PAUD atau satuan PAUD sejenis di
Temuan ini menunjukkan bahwa peran serta
lapangan. Kejadian tersebut, misalnya dialami oleh
masyarak at dal am pe ndana an PAU D sangat
salah satu lembaga PAUD di Kota Serang.
mendukung keberlangsungan penyelenggaraan bahwa
PAUD, terutama masyarakat di sekitar lembaga
bantuan dana dari pemerintah masih relatif kecil
Tem uan
tersebut
menunjukkan
PAUD. Hal ini sesuai dengan keberadaan lembaga
karena tergantung dari kemampuan pemerintah
PAUD, yang didirikan oleh masyarakat. Namun
daerah. Hal ini disadari karena berbagai alasan
demikian, besar penerimaan dana pada masing-
dari kebutuhan pemerintah kabupaten/kota saat
masing lembaga penyelenggara PAUD masih
ini seperti: 1) lebih mengutamakan pada pem-
sangat bervariasi. Akibatnya, kekurangan dana
bangunan fisik; 2) mmprioritaskan pada wajib
tersebut diharapkan dapat diperoleh dari Pemda
belajar pendidikan dasar; dan 3) hanya menge-
setempat dan/atau Pemerintah Pusat (Ditjen
luarkan sumber pendidikan pada pengeluaran
PAUDNI). Banyaknya masyarakat yang secara riil
rutin, biasanya untuk gaji guru (UNICEF, 2009).
telah berpa rtisipasi dalam peny elenggaraan
Harapannya bahwa pemerintah kabupaten/kota
program PAUD mengindikasikan bahwa tingkat
sudah mulai menganggarkan untuk pendidikan
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
bagi anak usia dini seperti yang telah dilakukan
PAUD patut diberikan apresiasi dari Kemdikbud
oleh pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo
me lalui be rbag ai b imbi ngan tek nis maup un
yang telah mengeluarkan kebijakan penyediaan
bantuan teknis, misalnya dalam peningkatan
da na
kualitas pendidik.
p enye leng gara an
PAUD
dan
adanya
355
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
Penggalangan dana dari masyarakat juga
dana penyelenggaraan PAUD yang dikelola oleh
diperoleh dari organisasi keagamaan (gereja atau
lem baga PAUD p ada umumny a bera sal d ari
masjid) yang memberikan sumbangan uang dari
orangtua peserta didik, serta adanya kreativitas
donator tetap (ibu-ibu pengajian Majelis Taqlim)
dari pengelola dan pendidik PAUD. Dari hasil
dan dana infak untuk menambah insentiv pendidik
wawancara dengan pengelola PAUD ditemukan
PAUD, serta organisasi kemasyarakatan seperti
bahwa untuk penggalian dana dari partisipasi
dengan ibu-ibu PKK, baik sebagai donatur maupun
orangtua peserta didik dapat dilakukan pen-
dalam bidang keprofesionalannya dan para kader
dekatan musyawarah. Selain itu, pengajuan dana
posyandu untuk program penimbangan anak dan
melalui proposal kepada orangtua peserta didik
penyuluhan kesehatan. Contoh sumbangan yang
juga harus dibarengi dengan pendekatan yang
berasal dari ibu-ibu Majelis Taqlim di Kota Bitung
lebih bersifat pribadi. Proposal yang diajukan
memberi dana yang diperoleh dari anggotanya
cenderung ditanggapi bila ada kedekatan dengan
dengan cara sukarela.
orangtua, sehingga “harus sering merapat”,
Peran serta organisasi masyarakat memberikan bantuan dana dalam penyelenggaraan
begitu istilah yang digunakan untuk membina hubungan personal.
PAUD tentu sangat diharapkan oleh pengelola PAUD, terutama lembaga PAUD yang didirikan
Besaran Pendanaan dari Masing-masing
oleh masyarakat, baik secara individu maupun
Sumber
kelompok atau berupa suatu yayasan. Begitu pula
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa
keberadaan Posyandu di sekitar lembaga PAUD
semua kabupaten/kota menerima dana yang
sangat mendukung dalam penyelenggaraan PAUD
bersumber dari APBN yang digunakan untuk
terutama dalam aspek kesehatan. Kerjasama
pengembangan penyelenggaraan PAUD (Tabel 2).
dengan Posyandu merupakan bentuk layanan
Namun, jumlah dana yang diterima oleh setiap
PAUD dalam bentuk Pos PAUD yang dicanangkan
kabupaten/kota berbeda, sesuai dengan kuota
oleh pemerintah. Tujuan dari layanan Pos PAUD
yang ditentuk an dari pusat. K ota Band ung,
ada lah agar ana k usia d ini di d aera h ya ng
misalnya pada tahun 2010 menerima dana dari
mengikuti program Posyandu dan belum mengikuti
pemerintah pusat sebesar Rp 2.409.000.000,- dan
pendidikan di TK atau KB, dapat mengikuti
diberikan kepada 183 lembaga (Tabel 3). Dengan
pendidikan melalui Pos PAUD.
demikian, dari 232 lembaga PAUD yang ada di Kota Bandung, masih ada 49 lembaga PAUD yang belum
Pendanaan dari Lembaga PAUD
menerima bantuan dari APBN. Begitu pula di Kota
Pada awalnya beberapa lembaga PAUD dari
Bogor, lembaga PAUD menerima dana APBN
sa mpel tid ak m enar ik b iaya dar i or angt ua
sebesar Rp 267.500.000,- dan digunakan untuk
dikarenakan biaya operasional yang biasanya
rehabilitas kelas baru bagi 60 lembaga PAUD dan
merupakan sumbangan dari berbagai pihak di
dana rintisan bagi 1 lembaga PAUD, sehingga saat
masyarakat. Namun, lambat laun sulit diper-
itu masih ada 131 lembaga PAUD yang belum
tahankan, karena ternyata mengalami beberapa
menerima bantuan dari APBN tersebut.
kendala. Kendala-kendala tersebut, antara lain
Begitu pula kucuran dana dari provinsi dimana
sumbangan yang didapat hanya dapat memenuhi
tidak semua kabupaten/kota memperoleh dana
keb utuhan
did ik.
bantuan yang bersumber dari APBD tingkat I
Kebutuhan-kebutuhan lain seperti honor para
b ahan
bel ajar
peserta
(provinsi), antara lain dialami oleh Kota Bandung
pendidik tidak dapat terpenuhi, padahal para
dan Kab upat en L ombok Ti mur. Dar i ha sil
pengajar PAUD sering kali memerlukan uang
waw anca ra d enga n na rasumber dit emuk an
transport untuk menjangkau PAUD yang dibina.
bahwa salah satu penyebab tidak dialokasikannya
Selain itu, para orangtua peserta didik juga
dana PAUD, karena dana APBD
meminta adanya rekreasi bersama atau pema-
pembangunan fisik. Pada umumnya dana yang
kaian baju seragam.
be rasa l da ri p emer inta h pr ovinsi umumnya
cenderung untuk
Dengan situasi dan kondisi seperti itu hasil
mer upak an d ana dekontra si ( dekon) y ang
temuan di lapangan menunjukkan bahwa sumber
bersumber dari APBN dengan jumlah relatif kecil
356
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
dan biasanya digunakan untuk pembelian alat
mampu menggunakan dana secara efektif dan
pe rmai nan eduk atif (APE) untuk be bera pa
efisien sehingga program pendidikan tetap dapat
sek olah/lem baga PAU D. Adapun da na y ang
dilaksanakan.
bersumber dari pemerintah kabupaten/kota juga
Temuan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
relatif kecil, bahkan di Kota Bandung misalnya
da na
b agi
peny elenggar aan
hanya memiliki anggaran untuk kegiatan hari anak
dialokasikan oleh Pemerintah, dengan jumlah dan
(bukan untuk penyelenggaraan PAUD). Beberapa
lembaga penerima yang masih terbatas. Dana
alasan belum menyediakan dana PAUD, karena;
yang bersumber dari APBN pada umumnya berupa
1) lebih menitikberatkan pada program wajib
dana rintisan dan penguatan PAUD, dana bantuan
bel ajar pendidi kan dasa r; d an 2 ) PAUD i tu
unggulan PAUD, PAUD percontohan, dan bantuan
diadaka n oleh masyara kat sendiri, d an jika
PAUD terpencil. Dana rintisan dan penguatan PAUD
Pemerintah Kota Bandung memberikan dana
serta bantuan PAUD terpencil umumnya digunakan
khawatir terjadi over lap dalam penganggaran
untuk penyiapan tempat/sarana kegiatan seperti
dana bantuan bagi pendidikan usia dini, karena
rak mainan, loker, meja dan kursi, almari, alat
kucuran dana dari pusat atau Kemendikbud
permainan edukatif luar dan dalam, dan pening-
langsung diserahkan ke lembaga PAUD masing-
katan kualitas pendidik. Dana PAUD percontohan
masing melalui pengawasan dinas pendidikan
dig unak an
Provinsi Jawa Barat (Damayanti, 2012).
pendidik dalam bentuk magang atau pelatihan,
untuk
peningk atan
PAUD
tel ah
kom pete nsi
Dari Tabel 2 nampak bahwa besar dana
sosialisasi PAUD kepada masyarakat, pengadaan
bantuan yang berasal dari berbagai sumber
sarana pembelajaran dan alat permainan edukatif,
sangat beragam jumlahnya. Seperti Kota Serang
insentif pendidik dan tenaga kependidikan, alat
memperoleh bantuan dana dari APBN lebih banyak
tulis kantor, pembelian buku rujukan bagi pendidik
dibanding dengan kabupaten/kota lainnya. Kota
dan bahan bacaan untuk anak.
Bogor memperoleh bantuan dana dari perintah
Dana bantuan dari pemerintah provinsi masih
pr ovinsi l ebih besar d iba nding da erah lai n.
terbatas dan hanya diperuntukkan bagi beberapa
Bantuan dana yang bersumber dari pemerintah
lembaga PAUD. Bantuan tersebut diberikan dalam
kabupaten/kota diterima oleh dinas pendidikan
bentuk dana rintisan PAUD, dan unggulan PAUD,
dan kebudayaan, dengan jumlah yang bervariasi.
rehabilitasi kelas, dan Alat Permainan Edukatif
Keberagaman besaran dana tersebut disebabkan
(APE). Begitu pula dengan dana yang berasal dari
keterbatasan kemampuan pemerintah daerah
pemerintah daerah kabupaten/kota terbatas
untuk menganggarkan dana bagi PAUD. Sekalipun
pada bentuk pemberian pelatihan kepada para
de miki an, diha rapk an peny elenggar a PAUD
guru PAUD dengan cara bergilir, pemberian insentif
Tabel 2. Sumber Dana
Penyelenggaraan PAUD
Tahun Anggaran 2010
Sumber dana No.
Kabupaten/kota
1
Kot a Bandung
2
Kot a Semarang
3
Kot a Serang
4
Kot a Bogor
5
Dana dari APBN (Pusat) 2,409,000,000 2,155,000 5,024,000,000
Dana dari APBD 1 Pemerintah Provin si) Ti dak ada 450,000, 000 Ti dak ada
Dana dari APBD 2 (Kabupaten/Kota) 10,000,000 100,000, 000 118,125, 000
267,500,000
729,000, 000
99,270,0 00
Kot a Bitung
1,273,000,000
50,000,0 00
970,000, 000
6
Kabup aten Lombok Timur
3,000,000,000
45,000,0 00
245,000, 000
7
Kabup aten Manggarai Barat
8
Kabup aten Bon e
583,050,000 5,450,000
Ti dak ada 315,000, 000
90,000,0 00 243,000, 000
Sumber: Dinas pendidikan dan kebudayaan di kabupaten/kota dan penyelenggara PAUD, Tahun 2010
357
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
Tabel 3. Penggunaan Dana
Penyelenggaraan PAUD
Penggun aan dana yang bersumber dari No. 1
Kabupaten/kota Kota Bandung
Dana dari APBN (Pusat) Dana Rint isan 33 lembaga
Dana dari APBD 1 Provinsi)
Dana dari APBD 2 (Kabupaten/Kota)
Tidak ada
Keg iat an Hari Anak
PAUD unggulan 1 lembaga APE
Dana pelat ihan
Sarana 40 meja lipat
Honor insentif 225 pengelola
Bantuan penguatan 142 lembaga APE 6 lembaga PAUD berbasis keluarga 2 lembaga 2
Kota Semarang
Dana rintisan PAUD percont ohan
APE
PAUD berbasis keluarga 2 lembaga 3
Kota Serang
Rehabilitas kelas baru 60 lembaga Dana rintisan 1 lembaga
4
5
6
Kota Bogor
Kota Bitung
Kabupaten Lombok Timur
Honor insentif 225 pendidik
Rehabilitas kelas baru 1 lembaga
APE 97 lembaga
APE
APE 16 lembaga
Dana rintisan 1 lembaga
Insent if tutor 250 orang
Peningkatan mutu + APE 1 lembaga APE 86 lembaga
APE 1 lembaga
Insent if 96 g uru TK
Magang 25 l embaga
Monitoring dan evaluasi
APE 96 lembaga
APE dan sarana 1 lemb aga
Dana rintisan 1 lembaga
Sos ialisasi dan publikasi PAUD APE 243 lembaga
Bantuan penguatan PAUD 3 lembaga Dana rintisan 1 lembaga Dana PAUD terpencil 1 lembaga 7
Kabupaten Manggarai Barat
APE ut k 5 lembaga PAUD
Insent if 100 pendidik
Dana rintisan utk 15 lembaga Bantuan penguatan PAUD untuk 11 lembaga 8
Kabupaten Bone
APE 2 lembaga
Reh abilitasi kel as baru 1 lembaga
Insent if 225 pendidik
APE 1 lembaga Sumber: Dinas pendidikan dan kebudayaan di kabupaten/kota dan penyelenggara PAUD, Tahun 2010
pengelola dan pendidik, dan pemberian Alat Per-
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhinya.
mainan Edukatif (APE) sederhana yang umum
Oleh karenanya, penyelenggara PAUD harus
seperti balok. Dalam keterbatasan ini penye-
memiliki kiat-kiat untuk menyelenggarakan PAUD
lenggara lembaga PAUD harus kreatif untuk
sedemikian rupa sehingga dianggap memenuhi
memperoleh dana bant uan tersebut dengan
syarat, antara lain peningkatan mutu penye-
358
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
lenggaran PAUD sesuai dengan petunjuk teknis
buku bacaan dan APE. Selain itu, bantuan dana
penyelenggara TK/KB/TPA/SPS dari direktorat
juga diperoleh lembaga PAUD dari donor luar
PAUD.
negeri melalui jaringan keagamaan (misionaris)
Data pada Tabel 2 dan Tabel 3 diperoleh dari
diterima buku dan APE di Kabupaten Manggarai.
hasil w awancara dan diskusi ( Focus Group
Bantuan dana tersebut dapat diperoleh dengan
Disccusion) dengan narasumber dinas pendidikan
cara mengajukan proposal ke dunia usaha/industri
ka bupa ten/ kota sam pel , be rdasarka n da ta
dan donor luar negeri. Namun, ada juga lembaga
anggaran yang dimilikinya. Dana penyelenggaraan
PAUD mengajukan proposal ke perusahaan dan
PAUD yang bersumber dari Pemerintah sangat
belum berhasil karena tidak ada rekomendasi dari
bervariasi. Alokasi dana bantuan PAUD dari
di nas pend idik an ( per usahaan takut da na
Pemerintah tersebut masih terbatas untuk APE,
tersebut tidak tepat penggunaannya). Hal ini
honor i nsentif bagi seb agia n pe ndid ik, dan
dialami oleh lembaga PAUD di kota Bitung ketika
rehabilitasi ruang. Pada saat ini, Pemerintah Pusat
mengajukan proposal ke perusahaan penga-
telah mengalokasikan dana bantuan operasional
lengan ikan di kota Bitung.
pendidikan (BOP) bagi peserta didik PAUD. Namun,
Dalam penelitian ini ditemukan berbagai
BOP tersebut masih terbatas diberikan kepada
bentuk bantuan dana PAUD yang diperoleh dari
sebagian peserta didik
ora ngtua pe sert a di dik, yai tu b erup a iuran
karena dana Pemerintah
Pusat masih terbatas. Selanjutnya, temuan penelitian menunjukkan
bulanan, sumbangan sukarela yang dapat berupa uang atau barang (bahan sembako seperti beras,
adanya berbagai lembaga PAUD telah melakukan
kacang ijo, susu),
kerja sama dengan berbagai instansi dalam
narasumber. Bagi TK, iuran orangtua umumnya
rangka peroleha n da na PAUD. Dana PAUD
telah ditentukan melalui komite sekolah. Adapun
tersebut diterima oleh lembaga PAUD tidak hanya
lembaga KB, TPA, dan Pos PAUD besarnya iuran
berupa uang tetapi dapat berbentuk barang/
disesua ikan dengan kema mpua n or angt ua.
benda. Kerja sama tersebut dapat terealisasi
Orangtua yang tidak mampu tidak membayar iuran
dengan cara pengajuan proposal ke instansi
tersebut. Umumnya uang iuran dari orangtua
terkait dan juga adanya hubungan pribadi. Berikut
digunakan untuk operasional penyelenggaraan
beberapa contoh yang ditemukan dalam penelitian
PAUD seperti pembelian bahan habis pakai (kertas
berkait sumber dana dan bentuk bantuan dana
be rwar na, pensil b erwa rna/ cryon, l em d an
PAUD, yaitu: 1) dari dinas kesehatan diperoleh
sebagainya), listrik, air, kebersihan, dan insentif
bantuan vit amin, pe nimb anga n anak, dan
pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk bantuan
pemeriksaan kesehatan gratis kepada anak-anak
tenaga dilakukan di lembaga Pos PAUD dimana
mulai dari pola makan dan kebersihan lingkungan
pa ra
(antara lain di Kota Semarang), serta melalui
membereskan alat peraga. Bantuan sebagai nara
program Posyandu Cerdas berupa APE dalam
sumber diberikan
ruanga n; 2) dari dinas per ikanan dip eroleh
PAUD yang ikut berperan serta dalam penye-
bantuan untuk alat peraga edukatif; 3) dari Badan
le ngga raan PAU D da n t ujua nnya aga r anak
Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) di Kota
mempunyai rasa menghargai pekerjaan orangtua
Bandung diperoleh bantuan tanaman; dan 4) dari
sep erti dok ter. Ada pun sumb anga n ba han
BKKBN dan Pemberdayaan Perempuan mem-
sembako seperti beras dilakukan di TK Pembina
berikan bantuan APE.
Negeri Kota Bandung di mana beras ini juga
Sementara itu, bantuan dana dari Dudi juga beragam. Bantuan dana diperoleh lembaga PAUD berasal dari perusahaan/dunia usaha dan industri
orang tua
bantuan tenaga, dan sebagai
memb antu
per siap an
d an
orangtua yang berpendidikan
diperuntukkan bagi pendidik yang masih berstatus honorer serta bagi penjaga sekolah. Di samping perolehan dana dari orangtua
(termasuk BUMN dan BUMD) seperti Bank Jabar,
peserta didik, pengelola juga
melakukan inovasi
Telkomsel, KFC, Carefour, Hypermart dan program
dalam pencarian dana dalam bentuk: 1) pem-
Corporate Social Responsibility (CSR) di kota Serang
buatan alat permainan pembelajaran kognitif
misalnya, diperoleh alat peraga edukatif, serta
berupa puzzle dari bekas bungkus indomie dengan
dari Unilever di Kabupaten Lombok Timur berupa
gambar binatang dari kalender yang dipotong-
359
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
potong; dan 2) Alat Permainan Edukatif (APE) dari
tujuannya, yaitu anak yang mengikuti program
barang yang sudah tidak terpakai, seperti botol
pengembangan anak usia dini (PAUD) dapat
bekas minuman yang diisikan dengan pasir atau
mengembangkan kompetensi psikososial dan
beras sehingga dapat digunakan menjadi alat
kognitif yang bermanfaat untuk kesiapan sekolah
musik. Barang-barang tersebut masih digunakan
(Amajaya, 2010). Hal ini sesuai dengan yang
pihak i nter n le mbag a PAUD untuk proses
diungkapkan oleh Fatah dalam Nurteti (2008)
pem bela jara n,
me mbantu
bahwa keberhasilan pengelolaan dana dapat
menambah alat pembelajaran edukatif. Selain itu,
menimbulkan berbagai manfaat di antaranya
juga dibuat keterampilan pembuatan keranjang
memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup
buah, pemasaran berbagai
lembaga sebagai salah satu tujuan dari pendirian
sehingga
dapa t
industri rumahtangga
krupuk “dap ros” yang me nggunaka n ba han
lembaga (termasuk lembaga PAUD).
tepung beras dan aci/tapioka (antara lain di Kota Serang) atau minyak tawon, jilbab bersulam dan
Simpulan dan Saran
se baga inya dap at d ilak ukan pengelola d an
Simpulan
pendidik dengan bekerja sama dengan
orangtua
Atas dasar hasil penelitian dan pembahasan,
anak usia dini.
Hasil penjualan barang-barang
dapat disimpulkan bahwa sumber pendanaan
tersebut dapat digunakan untuk penyelenggaraan
pendidi kan anak usi a di ni sebag ai b erik ut.
program kegiatan di lembaga PAUD.
Pertama, dana penyelenggaraan PAUD ya ng
Te muan
di
atas
menunjukkan
bahwa
bersumber dari Pemerintah Pusat dan pemerintah
kreativitas sangat diperlukan bagi pengelola atau
da erah
penyelenggara PAUD dalam penggalangan dana,
operasional
melalui kerjasama dengan orangtua peserta didik
da na d ari Peme rint ah Pusa t di beri kan Rp
dan juga dengan pendidik PAUD. Walau pendirian
267.500.000,- untuk 61 lembaga (dari 192
PAUD dilakukan oleh masyarakat, namun karena
lembaga PAUD). Dana penyelenggaraan PAUD
keterbatasan kondisi ekonomi masyarakat, maka
selama ini dialokasikan berdasarkan kuota dari
penyele ngga ra PAUD sang at m embutuhk an
Pusat, sedangkan pendapatan asli daerah (PAD)
bantuan dari berbagai pihak. Tingginya dana
juga terbatas dan belum menganggarkan untuk
penyelenggaraan PAUD disebabkan banyaknya
ke butuhan peny elengga raan PAU D. H al i ni
kegiatan yang dilakukan oleh para pengelola
disebabkan selama ini pemerintah daerah masih
lembaga PAUD, bahkan adanya kegiatan di luar
mengutamakan program wajib belajar pendidikan
dari kegiatan rutin pendidikan. Oleh karenanya,
dasar. Pendidikan untuk anak usia dini semestinya
untuk mendapatkan dana bantuan tersebut,
tidak diabaikan karena tumbuh kembang anak
pengelola lembaga PAUD harus memiliki krea-
dari sejak usia dini merupakan pondasi awal
ti vita s da lam
peng gal anga n
bel um
m emad ai
untuk
keb utuhan
lembaga PAUD. Seperti di Kota Bogor
da na m elal ui
terbentuknya generasi penerus bangsa yang
pengajuan proposal kepada pihak pemberi dana
kelak akan menghadapi tantangan yang lebih
atau harus memiliki hubungan pribadi (perkenalan)
berat dari masa
dengan dunia usaha dan industri.
da na y ang dimi liki ole h pe meri ntah, ma ka
Berdasarkan temuan tersebut, dapat dike tahui
ba hwa
lenggar aan
PAUD
kebe rlangsungan
peny e-
masih t erga ntung
saat ini. Dengan keterbatasan
diharap kan pemberian dana bantuan sesuai dengan prioritas lembaga PAUD yang butuh
pa da
bantuan. Artinya lembaga PAUD yang sudah
berbagai pihak seperti dari bantuan Pemerintah,
mandiri dalam dana pendidikan, tidak diutamakan
masyarakat, instansi terkait, dan dudi. Walau
mendapat bantuan lagi.
bantuan dana tersebut relatif masih terbatas,
Selanjutnya, dana penyelenggaraan PAUD
namun tetap diharapkan dan dibutuhkan oleh
yang bersumber dari masyarakat dan instansi/
lembaga PAUD. Harapan lembaga PAUD, dengan
dunia usaha/industri masih terbatas tergantung
dana bantuan yang relatif kecil, memungkinkan
dari kemampuan ekonomi masyarakat, seperti
lembaga PAUD dapat diselenggarakan secara
keuangan warga desa atau organisasi masya-
efisien artinya dengan dana minimal dapat ter-
rakat seperti ibu-ibu PKK atau ibu-ibu pengajian
ca pai hasi l ya ng m aksimal sesuai deng an
dan penyediaan dana bantuan untuk pendidikan
360
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
dari instansi dan dunia usaha/industri. Hal ini
inovasi yang dikembangkan oleh penyelenggara
terkait bahwa lembaga PAUD diselenggarakan
PAUD. Uang dari orangtua digunakan untuk
oleh masyarakat sehingga keberlangsungan dari
op ersi onal
penyelenggaraan PAUD tersebut tentu tidak lepas
pembelian bahan habis pakai (kertas berwarna,
dari peran masyarakat di sekitar lembaga PAUD.
pensil warna/cryon, lem dan sebagainya), listrik,
Peran masyarakat tersebut dapat dilakukan
air, kebersihan, dan insentif pendidik dan tenaga
secara individu ataupun kelompok
kependidikan.
penyele ngg araa n
PAUD
seper ti
Fakta menunjukkan bahwa dana penyelenggaraan PAUD yang bersumber dari dalam
Saran
lembaga PAUD sendiri sangat terbatas, terutama
Pertama, dana penyelenggaraan PAUD yang
yang bersumber dari orangtua peserta didik,
ber asal dar i Pe meri ntah Pusat a tau daer ah
tergantung dari kemampuan ekonomi orangtua
diberikan kepada lembaga PAUD belum merata
ter sebut. O leh kare nany a kr eati vita s da ri
dan proposional. Begitu pula dengan bantuan bagi
pengelola dan pendidik PAUD sangat mendukung
lembaga PAUD yang bersumber dari masyarakat/
dalam pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan
instansi terkait/Dudi dan orangtua peserta didik
PAUD.
masih terb atas dan didasarkan kemampuan
Ke dua, besaran sumbangan dari masing-
masyarakat dan orangtua. Oleh k arena itu,
masing sumber sangat beragam tergantung dari
disarankan agar dana dari Pemerintah Pusat atau
kemampuan daerah dalam menunjang layanan
daerah dianggarkan secara proposional sesuai
pendidikan bagi anak usia dini. Bantuan dana
dengan program dan Pemerintah perlu mem-
untuk penyelenggaraan PAUD tidak selalu dalam
be daka n be sara n ba ntua n te rhad ap t ingk at
bentuk uang, tetapi dapat berupa barang atau-
kemajuan penyelenggara PAUD. Dalam hal ini perlu
pun ide kreativitas yang dapat menciptakan alat
dilakukan evaluasi penyelenggaraan PAUD secara
permainan edukatif. Berbagai bantuan dana
komprehensif mengingat masih banyak lembaga
penyelenggaraan PAUD bersumber dari Peme-
PAUD yang belum dapat memenuhi kebutuhan
rintah Pusat dan daerah berupa uang untuk
operasional dari dana lembaga PAUD sendiri.
penyiapan tempat/sarana kegiatan seperti rak
Wal au saat ini suda h mulai dibe rika n da na
mainan, loker, meja da n kursi, almar i, alat
bantuan operasional pendidikan bagi beberapa
permainan edukatif luar dan dalam,
peningkatan
pe sert a di dik dan terb atas pad a be bera pa
kualitas pendidik, dan insentif pendidik PAUD.
lembaga PAUD, disarankan agar pemerintah
Bentuk bantuan dari masyarakat dan instansi/
menganggarkan dana bagi setiap peserta didik
dunia usaha/industri masih berupa alat peraga
PAUD secara merata seperti pada dana bantuan
edukatif, buku, obat-obatan, dan pemeriksaan
operasional sekolah (BOS) di SD dan SMP. Kedua,
kesehatan. Namun, bantuan tersebut sangat
disarankan agar dana bantuan yang berasal dari
mendukung dalam layanan pendidikan bagi anak
Pemerintah Pusat atau daerah dan masyarakat
usia dini. Oleh karenanya penting sekali adanya
khususnya dunia usaha dan industri dalam bentuk
hubungan yang harus dijalin oleh lembaga PAUD
CSR (Corporate Social Responsibility) tidak hanya
dengan warga di sekitarnya karena keberadaan
dialokasikan untuk alat permainan edukatif dan
lembaga PAUD tersebut di tengah masyarakat.
honor pendidik dan tenaga kependidikan, tetapi
Tentunya dukungan masyarakat tersebut dapat
juga untuk pembangunan dan perbaikan gedung,
dilakukan secara individu ataupun kelompok.
pelatihan yang berkaitan dengan PAUD dan
Bentuk bantuan dari orangtua selain berupa
keterampilan bagi penyelenggara dan pendidik
uang juga diberikan pula dalam bentuk barang
PAUD. Oleh karena itu, penyelenggara PAUD
(sembako), tenaga, narasumber. Selanjutnya,
hendaknya lebih aktif lagi dalam penggalian dana
sumber dana bagi penyelenggara lembaga PAUD
dari masyarakat melalui bantuan CSR.
dapat diperoleh tergantung dari kreativitas dan
361
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
Pustaka Acuan Atmajaya, Universitas dan UNICEF. 2010. Evaluasi Kesiapan Sekolah. Jakarta: Universitas Atmajaya Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Penghitungan Biaya Total Pendidikan untuk Jenjang SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA/SMK. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Damayanti, Evi. 2012. Pemerintah Kota Bandung Tak Punya Anggaran Khusus PAUD. http:// olahraga.inilah.com/read/detail/1872784/pemkot-bandung-tak-punya-anggaran-khususpaud#.UXDIgHpohgY, diunduh 19 April 2013. Dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota penyelenggara PAUD, tahun 2010. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2009. Pedoman Penyaluran Dana Bantuan Pengembangan Pusat Unggulan Program PAUD Desa/Kelurahan/Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi. (http:// hidayat-soeryana.blogspot.com/2009/08/ pedoman-penyaluran-dana-bantuan.html diunduh tg 14 Mei 2011. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Kerangka Besar Pembangunan PAUD di Indonesia Periode 2011-2025. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional. 2012. Bantuan Penyelenggaraan Rintisan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kebijakan dan Program PAUD tahun 2011. http://pkbmcibanggala.blogspot.com/2011/09 /kebijakandan-program-paud-2011.html, diunduh 19 April 2013. Nurteti, Lilis. 2008. Analisis Kebijakan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. (http:// lilissumadi.blogspot.com/2008/09/analisis-kebijakan-pembiayaan.html) diunduh tanggal 16 Maret 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. 2010. http://www.membuatblog.web.id/2010/06/pendidikan-anak-usiadini.html, diunduh 18 Desember 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. 2013. http://jompailmu.blogspot.com/2013/01/prof-dr-soegeng-santosompd-dan.html, diunduh 27 Mei 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD, Ditjen PAUDNI Kemdiknas. Semiawan, Conny. 2002. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sevilla, Consuelo G, Jesus A. Ochave, Twila G. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriarte. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Tedjawati. 2011. Kontribusi Pemerintah Daerah terhadap Penguatan Pendidikan Anak Usia Dini: Kasus di Kabupaten Jeneponto dalam Prosiding Forum Peneliti di Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional di Makasar bulan Juli 2011. Jakarta: Balitbang Kemdikbud.
362
J.M. Tedjawati, Pendanaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tedjawati. 2012. Penyelenggaraan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Rangka Otonomi Daerah: Studi Kasus di Kabupaten Kulon Progo. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud. Tientje, Nurlaila Nqm. 2009. Multipel Inteligensi Pendidikan Anak Usia Dini. Bogor: Penerbit Rekatama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Sekneg RI. UNICEF. 2009. Holistic ECD for All in Indonesia: Supporting Communities to Close the Gap. (PAUD Holistik Untuk Semua” Di Indonesia: Mendukung Masyarakat Dalam Menjembatani Kesenjangan). Vredenbregt, J. 1987. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Wordpress. 2008. Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) (http:// hidayatsoeryana.wordpress.com/2008/03/15/program-pendidikan-dan-pengembangan-anakusia-dini-ppaud/ dan http://ppaud.wordpress.com/), diunduh 5 April 2013.
363