PENDAHULUAN Sejalan dengan semakin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh paket pertanian moderen, seperti pestisida, herbisisda, dan pupuk kimia terhadap lingkungan, terutama pupuk nitrogen yang mencemari air tanah sebagai sumber air minum, bahaya yang ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu sekarang mulai dicanangkan konsep pertanian organik yang penggunaan pupuk kimianya dikurangi, hanya memanfaatkan sisa-sisa tanaman atau bahan-bahan organik lainnya seperti kompos, pupuk kandang, dan lain-lain yang tidak mengandung bahan kimia dan ramah lingkungan. Penggunaan bahan organik terutama pada lahan kering selain sebagai pupuk juga dapat berfungsi sebagai penutup tanah sehingga mengurangi terjadinya penguapan, dan air dalam tanah tetap tersedia bagi tanaman. Tanah podsolik merah kuning umumnya mudah tercuci, kurang permiable, agregat kurang stabil, sedangkan kandungan bahan organik, pH, kejenuhan basa, kapasitas tukar kation, umumnya rendah, tetapi tanah semacam ini kaya akan oksida besi, aluminium dan mangan. Dengan adanya ciri-ciri umum dari tanah podsolik merah kuning tersebut yang kurang bagus maka perlu dilakukan pengelolaan tanah dan tanaman untuk memeperoleh produksi yang tinggi. Untuk pengelolaan lahan kering seperti di tamalanrea yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan sangat cocok untuk 1
dikembangkan pertanian organik dengan sistem pola tanam ganda (tumpangsari dan pergiliran tanaman). A. OPTIMALISASI POLA TANAM Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangant di pengaruhi oleh keadaan curah hujan. Oleh karena itu untuk menghindari resiko kegagalan panen yang besar, pemilihan waktu tanam, jenis tanaman, dan pola penanaman harus tepat, terutama untuk tanaman semusim (tanaman pangan).
Pemilihan saat dan masa tanam yang baik didasarkan pada
indikator indeks kecukupan air (water santirfaction) yang dikenal sebagai nisba evapotranspirasi aktual (ETA) dan evapotranspirasi tanaman (ETC). Dilihat dari kondisi iklim, pada daerah tamalanrea memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, serta kondisi fisik dan kimia tanahnya, sehingga cocok untuk pola pengembangan tanaman semusim dengan sistem tanam ganda (tumpangsari dan pergiliran tanaman) dengan pola penanaman sebagai berikut I.
Musim tanam PERTAMA. tumpangsari jagung
Pada awal musim hujan yaitu
dengan padi gogo. Penanaman jagung
dilakukan pada bulan November minggu pertama, dan panen bulan Pebruari minggu pertama Sedangkan padi gogo ditanam pada bulan November minggu ketiga dan panen pada bulan Pebruari minngu ketiga.
Setelah jagung di panen, dalam bekas
barisannya ditanam ubikayu. 2
II.
Musim tanam KEDUA.
Pada awal musim kemarau
yaitu
tumpangsari antara ubikayu dengan kedelai dan kacang hijau yang ditanam pada bekas tanaman padi gogo yang telah di panen. Penaman kedelai dilakukan pada bulan maret minggu pertama dan panen pada bulan Juli minggu pertama. Pada bulan Agustus minggu pertama ditanam kacang hijau pada bekas pertanaman kedelei yaitu diantara tanaman ubikayu, dan panen pada bulan Agustus minggu ketiga. Dengan melihat pola tanam tersebut maka urutan pertanamannya yaitu : jagung + padi gogo + kedelei + kacang hijau. Jarak tanam yang digunakan yaitu untuk jagung 80 x 40 cm dan untuk padi gogo 20 x 20 cm sedangkan untuk kacang kedelei dan kacang hijau 40 x 10. 800 671 550
600
501 408
400 200
CH 189
180 118
69
34
24
7
Jul
Agt
Sep
50
0 Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Okt
Jagung Padi Gogo
Kedelai
K. Hijau Ubi Kayu
3
Sumber. Mahtuddin Syam dkk 1996. Gambar 2. Contoh Pola Tanam Jagung Yang Ditumpangsarikan Dengan Padi Gogo.
Gambar 3. Contoh Pola Tanam Ubikayu Yang Ditumpangsarikan Dengan Kacang-Kacangan. Bercocok tanam ganda di pilih disini karena lebih ekologis dan ekonomis,
disamping
itu
dengan
menggunakan
kombinasi
tanaman 4
produktivitas lahan dapat ditingkatkan karena pemanfaatan yang lebih baik dalam hal ruang dan waktu dan sebagai strategi untuk mengurangi resiko kegagalan panen serta pengendalian gulma, juga kerusakan tanaman karena hama dan penyakit. Sistem tumpangsari akan lebih efisien dalam mendaur internal unsurunsur hara tanaman dan kurang bocor dibanding dengan sistem monokultur konvensional.
Tanaman sela yang tumbuh diantara tanaman-tanaman
lainnya menyerap unsur hara yang seyogyanya akan tercuci karena tidak diserap oleh tanaman lain. Unsur hara ini akan dikembalikan ke lapisan atas tanah bila tanaman sela tersebut telah di panen atau mati (kecuali bagian yang di panen). (Samosir, 2002). legum
seperti
padi
dan
Dikatakan pula bahwa kombinasi non-
jagung
berulang-ulang
telah
menunjukkan
pengambilan nitrogen dari pupuk yang ditambahkan lebih efisien daripada masing-masing tanaman sendiri. Disamping hasil yang meningkat, produksi total biomas sering lebih tinggi pada sistem tumpangsari (Glisman dan Amador, 1980 dalam Samosis, 2002). Ini berarti sisa tanaman baik bagian atas tanaman maupun akar, lebih meningkatkan jumlahnya pada sistem polikultur. Dalam sistem tanaman berurutan atau sistem tanam bersamaan kebutuhan pupuk dapat berubah karena efek interferensi masing-masing jenis tanaman atau efek residu pupuk dari tanaman sebelumnya yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman berikutnya. 5
B. PENGOLAHAN TANAH DAN PEMULSAAN Tanah
merupakan
faktor
lingkungan
penting
yang
mempunyai
hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh diatasnya. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang baik, udara, dan air bagi pertumbuhan akar tanaman, disamping harus mampu menyediakan unsur hara. Faktor lingkungan tersebut menyangkut berbagai sifat fisik anah seperti ketersediaan air, temperatur, aerase, dan struktur tanah yang baik. Dilihat dari kondisi fisik dan kimia tanah di daerah tamalanrea pada tabel dibawah ini maka sistem pertanian organik cocok di gunakan yang dipadukan denga olah tanah konservasi (OTK) yaitu TOT (tanpa olah tanah) dan olah tanah minimum. Menurut Samosir (2002), kalau dilaksanakan secara berhasil, OTK dapat mengurangi konsumsi energi. Residu tanaman pada permukaan tanah memperkaya bahan organik pada lapisan atas tanah, memperbaiki struktur tanah dan inpiltrasi air, mengendalikan erosi, menambah retensi kelembaban tanah, menurunkan suhu maksimal tanah, mendukung stabilitas sistem tanah, termasuk efesiansi siklus hara internal. Gambaran lain dari OTK adalah diuntungkannya kehidupan predator, kelimpahan dan aktifitasnya.
Misalnya, aktifitas predator dan pemansaan
lebih tinggi pada sistem TOT pada pertanaman jagung (Samosir, 2002). Tetapi sistem OTK mempunyai ketergantungan yang tinggi pada input herbisida untuk pengendalian gulma. Untuk mengurangi input tersebut dan 6
dengan tujuan pertanian berkelanjutan maka harus diambil cara-cara alternatif dalam pengendalian gulma yaitu penggabungan sistem OTK dengan bercocok tanam ganda yang inivatif, seperti penggunaan pupuk hijau dan berbagai macam mulsa hidup (Samosir,2002). Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah di Daerah Kampus UNHAS Tamalanrea Makassar Tahun 1999
SIFAT TANAH
NILAI
KRITERIA
Lempung liat berdebu
Sifat Fisik 1. Tekstur
Pasir
27,28
Debu
45,53
Liat
37,29
2. Bulkdensity
1,20
3. Kadar air
30,40
Sedang
4. Porositas
37,65
Sedang
1. C-Organik
1,65
Rendah
2. N-Total
0,27
Sedang
3. C/N
6,75
Rendah
4. pH (H2O)
6,05
Sangat rendah
5. P2O5 (ppm)
14,60
Rendah
6. KTK / 100 mg tanah
20,72
Sedang
7. Ca
7,74
Sangat rendah
8. Mg
1,86
Rendah
9. K
0,25
Rendah
10.N
0,20
Rendah
Sifat Kimia
Sumber: Rusdiana, 1999.
7
Mulsa di permukaan tanah pada sistem TOT umumnya meningkatkan kadar air tanah pada kondisi kering, hal ini menguntungkan kegiatan mikroorganisme dibandingkan pada tanah-tanah yang dibajak. Mulsa yang menutupi permukaan tanah menyebabkan cahaya matahari tidak langsung mencapai tanah, sehingga temperaturnya lebih rendah dari tanah terbuka. Pada malam hari mulsa dapat mencegah pelepasan panas sehingga temperatur minimum labih tinggi. (La Ode Safuan, 2002). Kondisi lembab dibawah
mulsa mendorong akar-akar tanaman
berkembang baik dan aktif mengambil unsur-unsur hara sampai ke lapisan atas dekat atau sampai diatas permukaan tanah. Dengan jalan ini akar dapat menggunakan persediaan air, demikian juga ketersediaan hara yang lebih banyak terdapat pada lapisan atas tanah. Disamping itu pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada tanah-tanah yang diberi mulsa menghasilkan tajuk yang lebih rapat menutupi tanah, dengan cara ini tanam turut memulsa dirinya sendiri. (Samosir. 2002, dan La Ode Safuan, 2002).
Lebih lanjut
dikatakan bahwa kondisi tanah dibawah mulsa kondusif untuk kegiatankegiatan biologik tanah.
Hal ini disebabkan tersedianya bahan makanan
organisme dan lebih stabil lingkungan (suhu,dan kelembaban).
Manfaat
cacing dan organisme-organisme lainnya dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Mulsa yang digunakan dari sisa-sisa tanaman pada panen pertama merupakan mulsa organik. Disamping berfungsi sebagai penutup tanah juga 8
sebagai bahan organik. Mulsa organik yang melapuk melepaskan berbagai unsur hara ke tanah dan tanaman secara berngsur-angsur. Beberapa hara misalnya kalium,
dapat dilepas ketanah dengan pencucian bahan mulsa
yang belum melapuk.
Sejauh mana hara yang diperoleh dari mulsa
menguntungkan tanaman secara alami bervariasi, tergantung dari kesuburan tanah asal dan komposisi kimia bahan mulsa. Untuk penggunaan mulsa yang lebih luas lebih cocok digunakan jerami padi yang dicampur dengan jerami jagung, kerena penaganannya akan lebih mudah bila di potong-potong.
Disamping itu jerami jagung mengandung
unsus N da K yang tinggi. Penggunaan mulsa jermi dapat meningkatkan kadar C-organik, kadar N-total, dan nisba C/N , ini disebabkan karena peningkatan senyawasenyawa C-antara yaitu fraksi nonfenolik dari asam fulfik dan bentuk-bentuk gula, dan senyawa-senyawa N sederhana yaitu N-asam amino dan N-NH4+. Disamping sebagai usaha konsevasi (yaitu memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah)
mulsa juga dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga
pengendalian gulma dengan pestisida tidak lagi digunakan. C. PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK Dalam upaya peningkatan produksi pangan, penggunaan pupuk terutama pupuk buatan merupakan salahsatu faktor kunci kunci, kebutuhan pupuk terus meningkat sejalan dengan upaya peningkatan produksi pertanian. Namun demikian penggunaannya harus semakin efisien dalam 9
rangka mengurangi subsidi pupuk dan pencemaran terhadap lingkungan, disamping itu juga mengurangi infut biaya yang tinggi untuk menghasilkan produksi yang tinggi (pertanian organik). N, P, dan K, merupakan tiga unsur hara makro yang banyak diperlukan oleh tanaman dan ketersediaannya dalam tanah sering kahat, oleh karena itu, unsur ini ditambahkan dalam tanah dalam bentuk pupuk buatan. Sedangkan pupuk anorganik diberikan yaitu Urea, SP36, dan KCl hanya sebagai pupuk dasar saja. Di daerah tropis (Tamalanrea) yang mempunyai curah hujan tinggi sehingga tanah-tanah mengalami pencucian, menyebabkan jumlah kation basah yang dapat dipertukarkan kurang. Kompleks pertukaran dalam tanah didominasi oleh ion-ion hidrogen dan aluminium menyebabkan tanah-tanah menjadi masam serta dapat menurunkan KTK melalui proses perubahan mineral liat dalam tanah. Salah satu cara peningkatan hasil dan perbaikan tanah podsolik merah kuning (di daerah tamalanrea) dapat dilakukan dengan cara menambah bahan organik.
Dengan pemberian bahan organik tidak hanya menambah
unsur hara bagi tanaman tetapi juga membantu mengurangi erosi, mempertahankan kelembaban, mengendalikan pH, memperbaiki draenase, mengurangi
pengerasan
dan
retakan
serta
meningkatkan
kapasitas
pertukaran ion, komplex adsobsi dan retensi meningkat, mengurangi resiko kekeringan dan aktivitas biologi tanah Karena tanah di tamalanrea mempunyai pH yang agak rendah ( tanah masam), selain penambahan
bahan organik juga dilakukan pengapuran,
10
karena pengapuran meningkatkan basah kalsium dan pH tanah melalui hidrolisis asam lemah yang merupakan bagian dari senyawa tersebut. Bahan yang digunakan seperti dolomit karena relatif murah dan mudah didapat, disamping itu bahan tersebut dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan tidak meninggalkan residu yang merugikan dalam tanah. Pemberian bahan organik dan kapur dapat meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh langsung dari penembahan bahan organik dan kapur serta pengaruh tidak langsung dari penambahan bahan organik. Pengaruh tidak langsung terjadi karena proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik mampu menonaktifkan anion-anion pengikat fospat,. Yaitu Al dan Fe dan membentuk senyawa logam organik. Sedangkan pengaruh langsung karena bahan organik sumber P dan S tersedia dalam tanah. Kadar bahan organik pada tanah yang ditanami secara terus-menerus akan menurun sebesar 35 % dibanding dengan tanah pada kondisi awal sebelum ditanami, sehingga bahan organik harus diberikan secara teratur. Pemberian secara teratur dapat mempertahankan kadar bahan oeganik tanah. Jumlah bahan organik yang diberikan pada tanaman tergantung dari kadar bahan organik yang ada dalam tanah. Bahan organik yang diberikan pada tanah yaitu berasal dari sisa-sisa tanaman yang di panen pada musim tanam sebelumnya yang berada diareal pertanaman sebagai pupuk hijau 11
atau yang sudah dikomposkan sebelumnya. dilihat pada gambar/bagan
Untuk labih jelasnya
dapat
perisip dasar pembangunan kesuburan tanah
dan perubahan sifat tanah yang disebabkan pengelolaan bahan organik.
12
PENUTUP Pertanian organik (Organic Farming) yaitu budidaya tanaman dengan menggunakan pupuk organik. Tetapi bukan berarti tidak menggunakan pupuk anorganik hanya saja penggunaannya dikurangi dan digantikan dengan pupuk organik yang diperoleh dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Ada
beberapa
keuntungan
menggunakan
pupuk
organik
yaitu
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, kompleks adsorbsi dan retensi dapat ditingkatkan,
cadangan
unsur
hara
meningkat,
mengurangi
resiko
kekeringan, memperbaiki draenase, mengurangi erosi, mengendalikan pH, mengurangi pengerasan, dan meningkatkan kapasitas pertukaran ion. Karena tanah di Tamalanrea termasuk podsolik merah kuning maka cocok untuk dikebangkan pertanian organik dengan menggunakan pola pertanaman ganda. Pola tanam seperti ini memiliki beberapa keuntungan yaitu mendapatkan hasil panen lebih dari satu jenis, dapat mengatasi resiko kegagalan panen, sisa-sisa tanaman dapar dipergunakan sebagai pupuk organik dan sebagai mulsa untuk pertanaman berikutnya, serta dapat mengendalikan hama secara hayati. Sistem pengolahan tanah yang cocok untuk daerah tamalanrea adalah dengan sistem olah tanah konservasi (OTK) karena sistem ini mempunyai beberapa
keuntungan
yatu
:
dapat
mengurangi
konsumsi
energi,
diuntungkannya kehidupan predator dan aktifitasnya, mengendalikan erosi, dan mendukung stabilitas tanah. 13
DAFTAR PUSTAKA Asmara, A.A., dan Rahaya, Y. 2001. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Buletin Ilmiah INSTIRER Vol 8 No 1. 67-76. Hakim, L.S., dan Santoso, D. 1980. Pengololaan Tanah dan Tanaman pada Tanah Podsolik Merah Kuning (Studi kasus di daerah Lampung). Prosiding No 1 / Pen. Tanah. La Ode Safuan. 2002. Kendala Pertanian Lahan Kering Masalah Daerah Tropika dan Cara Pengelolaannya. Htt:/rudyct.tripod.com/sem 1. 023/la ode safuan. Htm. Diakses 28 Desember 2002 Mahyuddin, S. , Widjono. , A, Hermanto, Ismail., I., G., Anwarhan., H, Sabrani., M. 1996. Usahatani Tanaman-Ternak (Meningkatkan Produktifitas Lahan dan Pendapatan Petani). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Rusdiana, 1999. Data Analisis Tanah pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Tamalanrea. Skripsi jurusan Budidaya Pertanian FAPERTAHUT. Unuversitas Hasanuddin Makassar. Samosir,S.S.R, . 2001. Meningkatkan Bahan Organik Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan. Jurusan Ilmu Tanah FAPERTAHUT. Universitas Hasanuddin Makassar. Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menunjang Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius, jakarta. Samosir, S.S.R, . 2002. Pengelolaan Lahan Kering. Jurusan Ilmu Tanah. FAPERTAHUT. Unuversitas Hasanuddin Makassar.
14
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK TANAMAN SEMUSIM DI LAHAN KERING TAMALANREA MAKASSAR DENGAN POLA TANAM GANDA
OLEH : ABD. RAHMAN ARINONG
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) GOWA 2012
15
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktunya. Ucapan Terimah Kasih Kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, mulai dari persiapan pelaksanaan penelitian ini hingga selesainya laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak penulis harapkan untuk penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat adanya.
Penulis
16
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………
i
DAFTAR ISI ………….……………………………………………….
ii
PENDAHULUAN …… …………………………………………..
1
A. Optimalisasi Pola Tanam .……………………………………..
2
B. Pengelolaan Tanah dan Pemulsaan ………..………………
6
C. Penambahan Bahan Organik
6
PENUTUP
………………………………
………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
……….……………………………………..
13 14
17
DAFTAR PUSTAKA
Gardner F.P. et al., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia Press (UI Press). Jakarta. Loveless, A.R., 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Penerbit PT. Gramedia Jakarta. Nasaruddin., 2002. otosintesis, Respirasi dan Analisis pertumbuhan Tanaman. Penerbit Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar
18