PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan laut yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebasar 5,8 juta km², panjang garis pantai 81.000 km, dan gugusan pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar, yaitu 6,26 juta per ton. Potensi produksi perikanan Indonesia tersebut tergolong besar (Hardjamulia, Naamindan, dan Poernomo, 2001). Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Bila sektor perikanan dikelola secara serius maka akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama, masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005). Kelompok nelayan dibentuk bertujuan untuk memperkuat kelembagaan dan sumber
daya
manusia
secara
terintegrasi,
mengelola sumber daya
perikanan secara berkelanjutan, meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan,
dan
memperluas
internasional (Anonimous, 2010).
akses
pasar
domestik
dan
Peranan kelompok nelayan sebagai kumpulan nelayan adalah sebagai: kelas belajar-mengajar; unit produksi nelayan; wahana kerja sama antar anggota kelompok atau antar kelompok dengan pihak lain. Tugas kelompok nelayan sebagai kelas belajar-mengajar adalah: menggali dan merumuskan keperluan belajar para anggota kelompok; menjalin kerja sama dengan sumber informasi dan teknologi; menciptakan iklim belajar yang baik; mempersiapkan sarana belajar; mendorong anggota untuk mampu mengemukakan pendapat; mendorong anggota berperan aktif dalam proses belajar-mengajar; merupakan kesepakatan bersama; menaati dan melaksanakan kesepakatan bersama dan; mengadakan pertemuan rutin (Anonimous, 2010). Tugas kelompok nelayan sebagai wahana kerja sama meliputi:(1) menciptakan iklim kerja sama yang baik,(2) menciptakan suasana keterbukaan,(3) mengatur pembagian tugas,(4) mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab,(5) mengembangkan kader kepemimpinan,(6) mengadakan pemupukan modal, dan (7) mengadakan hubungan melembaga dengan koperasi nelayan (Anonimous, 2010). Struktur organisasi berkaitan dengan hubungan yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang ada dalam organisasi, proses untuk menciptakan struktur tersebut, dan pengambilan keputusan tentang alternatif struktur disebut dengan nama desain organisasi. Pembagian tugas berkaitan dengan proses membagi tugas ke dalam suatu unit-unit tugas secara berturut-turut lebih kecil, semua tugas dispesialisasikan dalam derajat yang sama, karena tidak semua orang dapat
melakukan sesuatu, tetapi beberapa tugas sangat berbeda dengan tugas yang lainnya (Gitosudarmo dan sudita, 1997). Tumbuh dan kembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat pada umumnya didasarkan atas adanya kepentingan bersama, sedangkan kekompakan kelompok
tergantung
pada
faktor
pengikat
yang
dapat
menciptakan
keakraban individu yang bergabung didalam kelompok. Faktor pengikat yang paling umum
biasanya
perasaan dan
kesamaan yang bisa menciptakan
keakraban dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan keuntungan timbal balik (Hurairah dan Purwato, 2006). Organisasi lebih dari sekedar penjumlahan individu-individu maupun kelompok. Kejadian-kejadian yang terjadi dalam kontek struktur organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh terhadap interaksi sosial dalam organisasi. Dalam struktur organisasi hubungan pelaporan yang bersifat hirarki memberikan kekuasaan dan wewenang tertentu untuk mempengaruhi
individu
yang
lainnya
dalam
organisasi
(Gitosudarmo dan sudita, 1997). Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit sosial yang paling efektif dan efisien. Efektivitas organisasi diukur dari tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya, sedangkan efisien organisasi dikaji dari segi jumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan suatu unit masukan (Etzioni, 1985). Upaya pengelolaan perikanan perairan umum secara rasional, yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan melestarikan hasil tangkapan nelayan setempat, dapat dilakukan melalui beberapa cara : (1) Peningkatan stok
ikan yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran, penebaran kembali (2) Pembentukan suaka perikanan yang disertai aspek hukum (3) Penerbitan peraturan penangkapan dan peraturan perikanan lainnya (4) Pembentukan kelembagaan pengeloloaan, termasuk pembentukan peraturan penangkapan, yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (Hardjamulia, Naamindan, dan Poernomo, 2001). Kelompok nelayan merupakan suatu unit yang terdiri dari jumlah orang yang saling berinteraksi dan membentuk kelompok yang memiliki satu jenis usaha (penangkapan dan pemasaran, pengolahan, budidaya) serta memiliki tujuan yang sama untuk mengembangkan wirausaha dibidang kelautan dan perikanan. Ketertarikan peneliti membandingan kelompok nelayan penangkap ikan dan kelompok nelayan pengolah ikan dilihat dari perkembangan orgaisasi kelompok, karakteristik anggota kelompok nelayan, struktur organisasi nelayan, tujuan organisasi nelayan, iklim dan kekompakan nelayan, dan pembinaan anggota kelompok nelayan. Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah kelompok nelayan di Kelurahan Nelayan Indah pada tahun 2009 adalah 24 kelompok. Ini merupakan jumlah kelompok nelayan yang terbanyak di kota Medan. Jumlah kelompok nelayan penangkap ikan 12 kelompok dan jumlah kelompok nelayan pengolah ikan 7 kelompok dengan jumlah anggota 458 anggota Oleh karena itu, hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan membandingkan kelompok nelayan penangkap ikan dan kelompok nelayan pengolah ikan. Untuk mengetahui Jumlah Kelompok Nelayan, dan Jumlah Anggota Kelompok Nelayan
Penangkap ikan dan Kelompok Nelayan Pengolah Ikan dita Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Jumlah Kelompok Nelayan, dan Jumlah Anggota Kelompok Nelayan Penangkap ikan dan Kelompok Nelayan Pengolah Ikan di Kota Medan.
No
Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Labuhan Deli Pekan Labuhan Nelayan Indah Sei Mati Bagan Deli Belawan Secanang Belawan Bahagia Belawan Bahari Belawan 1 Ladang Bambu Gedung Johor Suka Maju Tanjung Sari Petisa Hulu Medan Helvetia
Kelompok Nelayan Penangkap Ikan 9 4 12 0 14 1 0 2 8 0 0 0 0 0 0
Kelompok Nelayan Pengolah Ikan
Jumlah Kelompok Nelayan
Anggota
3 0 7 0 1 0 0 15 2 0 0 0 0 0 0
21 17 24 2 4 9 1 18 12 2 1 2 1 1 1
315 203 458 25 292 205 12 218 219 35 13 28 14 16 1
Sumber: Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2009
Identifikasi Masalah
Jumlah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah :
1. Bagaimana perkembangan kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) selama 5 tahun terakhir di daerah peneliti? 2. Bagaimana perbedaan karakteristik (umur, pendidikan formal terakhir, jumlah anggota keluarga, masa keanggotan) anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) di daerah peneliti? 3. Bagaimana struktur organisasi kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) di daerah peneliti? 4. Bagaimana pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap tujuan kelompok di daerah peneliti? 5. Bagaimana pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap iklim dan kekompakan dalam kelompok di daerah peneliti? 6. Bagaimana pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap pembinaan dalam kelompok di daerah peneliti?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) selama 5 tahun terakhir di daerah peneliti. 2. Untuk mengetahui karakteristik (umur, pendidikan formal terakhir, jumlah anggota keluarga, masa keanggotaan) anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) di daerah peneliti. 3. Untuk
mengetahui
struktur organisasi
kelompok
nelayan
(kelompok
penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) di daerah peneliti. 4. Untuk mengetahui pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap tujuan kelompok di daerah peneliti. 5. Untuk mengetahui pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap iklim dan kekompakan dalam kelompok di daerah peneliti. 6. Untuk mengetahui pendapat dan perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap pembinaan di daerah peneliti.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan juga berguna untuk pihak-pihak akademik yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian tentang kelompok nelayan, serta bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan atas pelaksanaan kegiatan perikanan dan kepengurusan struktur organisasi kelompok nelayan.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat mempengaruhi
hubungan
serta
yang timbal
memiliki
kesadaran
balik
dan
saling
saling pengaruhtolong
menolong
(Van Den Ban A. W dan Hawkins, 1999.) Organisasi adalah unit sosial yang dikordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkai tujuan bersama (Sunarto, 2004). Tujuan organisasi adalah keadaan yang dihendaki pada masa akan datang yang senantiasa dikejar oleh orgasisasi agar dapat direalisasikan. Organisasi itu sendiri dapat atau bahkan juga tidak mampu mewujudkan citra masa depan yang akan dicita-citakan sejak semula. Tetapi apabila cita-cita itu telah tercapai maka tujuan tidak lagi berfungsi menjadi citra yang membimbing organisasi dan kemudian membaur dengan organisasi lingkungannya (Etzioni, 1985). Stuktur organisasi terdiri dari ketua, sekteraris, bendahara, dan seksi-seksi lain yang membatu ketua dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Gitosudarmo dan Sudita, 1997 organisasi perlu dikoordinaskan berbagai aktivitas dari para anggotanya. Pekerja dalam tingkat bawah dalam melaksanakan tugasnya harus berjalan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan, dan menejer pada tingkat atas dalam organisasi perlu mengetahui pelaksanaan aktivitas dari orang-orang pada tingkat bawah dalam organisasi.
Struktur organisasi merupakan cara untuk membantu manajeman mencapai sasaran. Karena sasaran diturunkan dari strategi keseluruhan organisasi itu, logis saja bahwa strategi
dan struktur hendaknya erat bertautan. Lebih
spesifik, struktur hendaknya mengikuti strategi (Sunarto, 2004). Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah pola-pola perilaku yang muncul. Walaupun dua buah organisasi mungkin beroperasi dalam lingkungan yang sama, memakai peralatan yang sama, dan memiliki penguasaan teknologi yang sama, persoalannya mungkin memiliki latar belakang skill dan pendidikan profesional yang sama, namun organisasi yang satu mungkin lebih inovatif, efesien, dan efektif dalam mencapai sasarannya dari pada yang lain (Melcher,1994). Pembinaan kelompok nelayan adalah setiap usaha untuk mengembangkan kemampuan kelompok sesuai dengan peranannya, yaitu sebagai kelas belajarmengajar, sebagai unit produksi usaha tani-nelayan, dan wahana kerja sama. Tujuan pembinaan kelompok nelayan adalah meningkatkan kemampuan anggota kelompok, baik pengetahuannya, keterampilannya, maupun sikapnya sehingga menjadi nelayan yang tangguh. Anggota kelompok nelayan diharapkan menjadi subjek pembangunan pertanian yang: mampu mengemukakan pendapat,; mampu mengambil keputusan sendiri, mampu membiayai usaha nelayan dengan kemampuan sendiri, berperan dalam menentukan kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya (Anonimous, 2010). Ada 4 aspek yang harus dibina dalam rangka pembinaan kelompok nelayan, yaitu: (1) pembinaan fungsi kelompok nelayan (2) pembinaan usaha
nelayan (3) pembinaan kepemimpinan nelayan (4) pembinaan kelembagaan musyawarah nelayan. Metode pembinaan kelompok nelayan meliputi: metode massal, kelompok, perorangan, dan kontak nelayan. Kondisi tingkat kemampuan nelayan
membutuhkan
kelembagaan
yang
sesuai
untuk
dikembangkan.
Kelembagaan tersebut adalah: kelembagaan nelayan kecil, penggabungan kelompok, dan kelembagaan formal (Anonimous, 2010). Kekompakan kelompok adalah sebagai tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya. Ada enam faktor yang dapat meningkatkan kekompakan kelompok 1. Kesepakatan anggota terhadapa tujaun kelompok 2. Tingkat keseringan interaksi 3. Adanya keterkaitan pribadi 4. Adanya persaingan antra kelompok 5. Adanya evaluasi yang menyenangkan diri 6. Adanya perlakuan antar anggota dalam kelompok sebgai manusia bukan mesin (Huraerah han Purwanto, 2006).
Landasan Teori Dinamikan kelompok merupakan bidang penelitian yang dikaji, cenderung diarahkan kepada komunikasi kelompok kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dengan demikian, komunikasi dalam kelompok kecil banyak dilakukan sebagai cara untuk menyempurnakan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kelompok (Hurairah dan Purwato, 2006). Untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok, pada hakikatnya dilalui melalui pendekatan, yakni pendekatan psiko-sosial yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok tersendiri. Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksud untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggotaanggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok (Mardikanto, 1996). Unsur-unsur dinamika kelompok yang disebut juga variable-variabel dinamika kelompok dari: (1) Tujuan kelompok (2) Kekompakan Kelompok (3) Struktur kelompok (4) fungsi kelompok (5) Pengembangan dan pemeliharaan kelompok (6) Suasana kelompok (7) Efektivitas kelompok (8) tekanan kelompok (9) Maksud terselubung (Huraerah dan Purwanto, 2006). Menurut Santoso Slamet ( 1992) ada beberapa alasan pentingnya mempelajari dinamika kelompok:
(1) Individu tidak mungkin sendiri di dalam masyarakat, dimana ia berada (2) Individu tidak dapat pula bekerja sendiri di dalam kehidupan (3) Dalam suatu masyarakat yang besar perlu adanya pembagian kerja sebagai pekerjaan dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok kecil (4) Didalam masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif (5) Semakin banyak diakui manfaat dari adanya penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok. Menurut Yusuf dalam Huraerah han Purwanto (2006) ada beberapa teori yang menelaah mengapa orang berkelompok, karena kelompok merupakan gejala sosial maka teori awal dan sederhana dalam melihat keinginan manusia untuk bergabung dalam suatu kelompok yaitu 1. Teori Kedekatan Teori kedekatan menganggap seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah. Pendekatan ini hanya melihat permukaan dari gejala kelompok tersebut, dan kurang melihat kompleksitas hubungan dan interaksi yang terjadi dalam kelompok tersebut. 2. Teori yang Mendasarkan pada Aktivitas-aktivitas, Interaksi-interaksi dan Sentimen-sentimen (Perasaan dan Emosi) Semakin banyak aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksi-interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka. Semakin banyak interaksi di antara orang-oarang, mka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. 3.Teori Keseimbangan
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tertarik kepada orang lain, berdsarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu dengan yang lainnya. 4. Teori Alasan Praktis Menurut teori ini kelompok-kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan–kebutuhan sosial mendasar dari orang ynag berkelompok. Letak nilai praktis dari teori ini, disebabkan alasan tertentu, misalnya alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis, dan alasan sosial lainnya. Kerangka Pemikiran Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung dari hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan, pengolahan dan pemasaran ikan. Pada umumnya nelayan masih mengalami ketergantungan teknologi penangkapan, dengan alat tangkap yang sederhana wilayah operasipun dibatasi hanya sekitar perairan pantai. Kemampuan untuk meningkatkan peralatan itu sangat dipengaruhi kondisi ekonomi seorang nelayan, sehingga nelayan membutuhkan suatu organisasi yang bisa membantu nelayan agar mendapatkan informasi inovasi teknologi alat tangkap sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Kelompok nelayan dibentuk agar meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan serta kesejahtaraan nelayan yang bergabung dalam organisasi kelompok, sehingga di butuhkan kekompakan, iklim dan pembinaan agar tujuan dari kelompok nelayan dapat tercapai.
Penilaian dari suatu organisasi kelompok nelayan tidak terlepas dari karakteristik anggotanya ( umur, tingkat pendidikan , pengalaman berorganisasi dan jumlah anggota keluarga ) anggota yang umurnya relatif lebih muda dan memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih efektif dalam menjalankan organisasi dibandingkan anggota yang lebih tua yang tidak memiliki pendidikan, tetapi anggota yang lebih tua memiliki banyak pengalaman yang diharapkan akan memajukan organisasi kelompok nelayan tersebut. Kelompok nelayan harus memiliki struktur organisasi yang jelas, sehingga proses pembagian tugas dapat dispesialisasikan dalam derajat yang sama, karena tidak semua orang dapat melalukan sesuatu, tetapi beberapa tugas sangat berbeda dengan tugas lainnya. Struktur organisasi terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi lainnya. Kelompok nelayan penangkap ikan dan kelompok nelayan pengolah ikan memiliki tujuan untuk mengelola sumber daya perikana berkelanjutan, meningkatkan produktivitas dan daya saing pasar domestik dan internasioanal. Iklim dan kekompakan suatu kelompok sangat ditentukan oleh kedinamisan anggota kelompok melakukan interaksi dalam mencapai tujuan, Oleh karena itu iklim dan kekompakan merupakan tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya. Pembinaan masyarakat nelayan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi yang diperlukan dan berkembang selama pelaksanaan pembangunan perikanan dan kelautan. Informasi tersebut dapat berupa inovasi atau teknologi
perikanan dan kelautan yang dihasilkan dari penelitian maupun pengalaman lapang, masalah-masalah yang perlu memperoleh pemecahannya, maupun peraturan dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah demi terlaksana dan tercapainya
tujuan
pembangunan
perikanan
yang
direncanakan.
Alur
informasinya dapat bersifat vertikal yaitu : peneliti, pembina, masyarakat nelayan (dan sebaliknya) atau penentu kebijakan, pembina dan masyarakat nelayan (dan sebaliknya). Dapat juga bersifat horisontal yaitu : antar aparat penentu kebijakan, antar peneliti, antar pembina, antar masyarakat nelayan ataupun antar lembaga sederajat yang saling terkait. Nelayan penangkap ikan merupakan para nelayan dengan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan pantai dengan alat penangkapan yang sederhana termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat ikan sedangkan nelayan pengolah ikan merupakan suatu proses yang dilakukan nelayan dalam mencegah pembusukan ikan mulai dari hasil penangkapan sampai ketangan konsumen, proses tersebut seperti pengasinan, pengeringan, perebusan, pembekuan, dan pengasapan. Perbandingan kelompok nelayan penangkap ikan dan kelompok nelayan pengolah ikan dapat dilihat dari perkembangan orgaisasi kelompok, karakteristik anggota kelompok nelayan, struktur organisasi nelayan, tujuan organisasi nelayan, iklim dan kekompakan nelayan, dan pembinaan anggota kelompok nelayan. Lingkungan juga dapat mempengaruhi kegiatan kelompok nelayan tersebut baik dari alam, masyarakat dan anggota kelompok nelayan Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Lingkungan Perkembangan Organisasi kelompok nelayan
Karakteristik Anggota - Umur - Pendidikan formal terakhir - Jumlah anggota keluarga - Masa Keangotaan
Nelayan Penangkap Ikan
Struktur Organisasi Kelompok
Nelayan Pengolah Ikan
Tujuan Organisasi Kelompok Iklim dan Kekompakan Organisasi Kelompok
Pembinaan Anggota Lingkungan
Keterangan: : Menyatakan Proses : Menyatakan Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perkembangan dalam jumlah anggota kelompok, alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi, dan pelatihan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) 2. Tidak terdapat perbedaan karakteristik (Umur, tingkat pendidikan, masa keangotaan) anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) tetapi dalam hal jumlah anggota keluarga berbeda 3. Tidak terdapat perbedaan antara struktur organisasi penangkap ikan dengan struktur organisasi pengolah ikan. 4. Terdapat perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap tujuan kelompok. 5. Tidak terdapat perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap iklim dan kekompokan kelompok. 6. Terdapat perbedaan pendapat antara anggota kelompok nelayan (kelompok penangkap ikan dan kelompok pengolah ikan) terhadap pembinaan kelompok.