MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DAUR HIDUP HEWAN DI KELAS IV SD NEGERI 14/1 SUNGAI BAUNG Elpina ABSTRAK Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan yang ada di SDN 14/I Sungai Bung guru mengajar dengan cara dan metode yang sama pada setiap pembelajaran, sehingga banyak dari siswa pasif dalam pembelajaran yang mana semua itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru tidak menerapkan modelmodel pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan ingin tahu siswa dalam menggali ilmu. Sehingga siswa belum mampu menunjukkan suatu prestasi yang baik khususnya dalam pembelajaran IPA kompetensi daur hidup beberapa hewan. Penelitian ini bertujuan memperbaiki proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi daur hidup beberapa hewan yang mampu mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas IV SDN 14/I Sungai Baung. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan Dan siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdapat perbedaan materi dan tindakan yang disesuaikan dengan pembelajaran dari siklus II, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Hasil yang dicapai pada setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2. halaman 41 dapat diketahui persentase aktivitas siswa adalah 54,82% , dan mengalami peningkatan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6. halaman 50 dapat diketahui persentase aktifitas siswa yaitu 84,78%. Sama halnya dengan hasil evaluasi siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 111 hasil evaluasi siswa 60,35%, dan mengalami peningkatan pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 112 hasil evaluasi siswa adalah 84,53%. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dan dianalisa, maka telah terbukti bahwa dengan menerapkan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar IPA kompetensi dasar daur hidup beberapa hewan di kelas IV SDN 14/1 Sungai Baung. Kata kunci : Hasil belajar daur hidup hewan, model Example Non Example
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam semesta dan kehidupan manusia melalui cara-cara sistimatis yang mencangkup produk atau isi mengenai fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA pelajaran IPA diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mempunyai pemukiran kritis dan ilmiah dan dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Adapun kenyataannya, aktivitas yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa dalam belajar. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Guru merupakan figur yang memegang peranan penting didalam pembelajaran dikelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, melainkan pembelajaran siswa tentang cara-cara mempelajari sesuatu secara efektif. Oleh karena itu pemahaman tentang bebagai teori belajar dan cara-cara memotivasi siswa dalam belajar harus dikuasai oleh guru agar mampu merancang pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk gemar belajar. Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan respons akan dapat diharapkan kemunculannya jika terjadi dalam situasi yang menyenangkan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada dorongan dan kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun peserta didik yang dioperasionalkan dalam tujuan instruksional, tujuan pembelajaran yang harus dapat diukir, sehingga perubahan perilaku siswa dapat jelas terlihat sebagai akibat dari proses pembelajaran. Komponen proses penyelenggaraan pendidikan yang utama adalah guru, karena guru merupakan pelaksana dari proses itu sendiri. Sedangkan komponenkomponen yang menentukan kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan topik, penggunaan metode, alat peraga, tingkat perkembangan peserta didik. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 14/1 Sungai Baung khususnya pada mata pembelajaran daur hidup hewan tingkat pemahamannya masih sangat rendah.. Hal ini di karenakan dalam proses pembelajaran strategi yang digunakan guru masih menggunakan metode konverasional, penyajian materi hanya mengikuti buku paket dengan perkembangan seadanya saja, serta tidak menggunakan alat peraga. Pelaksanaan pembelajarannya yaitu dalam apersepsi guru kurang menggali pengetahuan awal serta memotivasi siswa.
“Belajar yang kita harapkan bukan sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh kepentingan siswa secara mendasar. Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu” (Aunurrahman, 2010:141). Untuk meningkatkan kualitas belajar hendaknya mampu merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu melaksanakannya dalam bentuk pengelolaan kegiatan belajar. Sudah banyak usaha yang dilakukan kearah peningkatan atau perbaikan hasil belajar antara lain penyempurnaan kurikulum, penataan guru, penyediaan alat materi. Khusus untuk pembelajaran IPA kenyataan dilapangan menunjukkan hasil belajar siswa relatif lebih rendah dibanding hasil belajar studi lainnya. Demikian juga yang terjadi di SD Negeri 14/1 Sungai Baung. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan hasil belajar diantaranya adalah dalam penyampaian materi guru tidak menggunakan alat peraga atau contoh yang sesuai dan menarik bagi siswa. Dalam materi daur hidup hewan sebaiknya menggunakan alat peraga seperti contoh gambar daur hidup hewan. Dengan menggunakan gambar atau alat peraga siswa dapat termotivasi untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa selalu mendapatkan nilai rata-rata dibawah nilai KKM pada rentang 3(tiga) tahun terakhir. Guru memberikan motivasi agar siswa bisa meraih nilai diatas rata-rata sehingga KKM tercapai. Dapat dilihat dari tabel nilai rata-rata dan KKM siswa sebagai berikut: Tabel 1.1 nilai rata-rata dan KKM siswa: Tahun Nilai rata-rata siswa Nilai KKM 2010 56 60 2011 59 62 2012 62 65 Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 14/1 Sungai Baung merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar lebih aktif mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pada pembelajaran kooperatif tipe example non example siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan bekerja sama siswa akan lebih mudah menganalisis gambar dan memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari. Hal ini di dukung oleh pendapat Asma (2008:3) bahwa “ Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya”. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa belajar berkelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya hasil belajar belajar seperti yang disebutkan diatas adalah model kooperatif Learning Example Non Example. Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan dimuka, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Penerapan model kooperatif tipe example non example untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran daur hidup hewan di kelas IV SD Negeri 14/1 Sungai Baung” Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajara daur hidup hewan dengan menerapkan model kooperatif Tipe Example Non Example di kelas IV SD Negeri 14/1 Sungai Baung?” METODE PENELITIAN Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD 14/1 Sungai Baung tahun ajaran 2012-2013 dengan banyaknya siswa berjumlah 28 orang yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Prosedur penelitian merupakan gambaran secara lengkap mengenai langkahlangkah yang akan di lakukan dalam penelitian. Tindakan yang ditempuh dimaksudkan untuk mengubah kondisi atau perilaku yang mencakup rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian dari tindakan ini terdiri dari beberapa siklus, setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti dan guru kolaborator telah mengajarkan beberapa kegiatan seperti mencari masalah yang terjadi di SDN 14/1 Sungai Baung. Masalah didapar melalui observasi dengan menggunakan alat observasi yang dilakukan peneliti di dalam kelas, yaitu: (1) Peneliti melakukan observasi pada guru yang mengajar dikelas, untuk melihat cara dan prosedur guru dalam mengajar, (2) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Setelah mengobservasi kelas untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan memilih masalah yang paling urgen untuk diteliti, peneliti dan guru kolaborator telah menetapkan masalah yang akan diteliti yaitu; rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPA materi daur hidup hewan. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru kolaborator, dilakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi yang ingin dicapai dengan menggunakan model pembelajaran example non example. Maka masalah rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPA materi daur hidup hewan ini akan ditingkatkan dengan menerapkan model example non example selama proses pembelajaran. Setelah penentuan tindakan diputuskan secara bersama dengan guru kolaborator, Langkah berikutnya adalah membuat RPP tindakan untuk tiap pertemuan dalam penelitian ini, penelitian ini akan dilakukan untuk mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar mendeskrifsikan daur hidup beberapa hewan dilingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk dan kupu-kupu. Langkah selanjutnya membuat lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, menyusun soal-soal dan membuat media yang sesuai dengan materi pelajaran.
Observasi dan Evaluasi Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2009:203) mengemukakan”bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah prosesproses pengamatan dan ingatan”. Observasi dilakukan didalam melaksanakan tindakan penelitian ini untuk memperoleh data kuantitatif. Mengobservasi proses pembelajaran dengan mengaplikasikan model example non example yang terdiri dari aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada saat penelitian berlangsung. Adapun indikator yang diobservasi untuk hasil belajar siswa adalah 1) Perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi; 2)Kerja sama antar anggota kelompok; 3) Diskusi kelompok; 4) Menjawab pertanyaan baik pada guru maupun teman; 5) mengemukakan pendapat/ide/ gagasan Hasil observasi ini merupakan bentuk data masukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan di dalam kegiatan pembelajaran, apabila terdapat kekurangan perlu ditindaklanjuti sedangkan hasil belajar yang baik perlu dipertahankan. Untuk menentukan langkah-langkah perbandingan pada proses pembelajaran siklus berikutnya menjadi lebih baik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dimyanti dan Mujiono (2009:200) mengemukakan bahwa “evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”.Kegiatan evaluasi dilakukan tes tertulis pada setiap akhir siklus, tes dilakukan untuk melihat dan menentukan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan untuk satu siklus yang disajikan dalam soal-soal pada lembar soal yang sudah dipersiapkan.
Evaluasi dilakukan tes tertulis pada setiap akhir siklus, tes dilakukan untuk melihat dan menentukan hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan untuk satu siklus yang disajikan dalam soal-soal pada lembar soal yang sudah dipersiapkan. Refleksi hasil dari tindakan baru dapat diperoleh setelah dilakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan. Dari hasil pengukuran itu diperoleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa khususnya dalam belajar IPA. Selain itu juga akan dapat menemukan suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin tentang unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan demikian, dapat dilakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua, dan selanjutnya sampai pertemuan ketiga dan benar-benar nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa. Refleksi dapat dilakukan dengan 2 tahapan yaitu; pertama tahap kecil dimana analisa pengukuran dilakukan dalam setiap satu kali proses pembelajaran, kedua; tahap besar dimana analisa pengukuran dilakukan setelah dilaksanakannya satu siklus. Data, Analisis Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis Data: (1)Data Kualitatif, dalam penelitian ini adalah data hasil observasi melalui lembar observasi setiap akhir siklus yang bersumber dari keadaan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh dari catatan guru sebagai peneliti dan laporan lembar observasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, dilihat dari segala apek pada setiap pemberian
tindakan (2) Data Kuantitatif, berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi siswa yang dilakukan pada akhir siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah : Sumber data primer karena diperoleh langsung dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran dikelas IV SDN 14/1 Sungai Baung Analisa Data, Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran, data diperoleh dari hasil observasi kegiatan guru dan siswa dan hasil belajar siswa: (a) Analisis Data Kuantitatif terhadap data kualitatif yaitu analisis terhadap hasil observasi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan alat bantu yang telah dipersiapkan berupa lembar observasi. Kemudian peneliti bersama guru kolaborator berfikir dan merenungkan apa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung melalui proses tindakan yag dilakukan dengan model exsample non exsample, dan langkah apa yang akan diambil sehubungan hasil yang diperoleh selama siklus berlangsung. Setiap data yang diperoleh dalam proses pembelajaran dianalisis dan disimpulkan secara kualitatif secara direvisi. Adapiun langkah analisis dalam penelitian ini adalah pemberian bobot pada indikator yang sudah ditentukan kriterianya dengan menggunakan deskripsi atau pedoman skor. Data kegiatan guru yang diperoleh dari lembar observasi akan diolah dan dianalisis dari seluruh indikator dalam satu pertemuan, dirumuskan sebagai berikut : Jumlah skor yang diperoleh Persentase (%) kegiatan guru = X 100% Jumlah skor maksimal Selanjutnya setelah diketahui persentase jumlah skor aktivitas guru perindikator maka dapat dianalisis rata-rata jumlah persentase aktivitas guru terhadap seluruh indikator dalam satu siklus, dirumuskan sebagai berikut : Rata-rata Persentase Aktivitas = Jumlah Seluruh Skor Persentase Guru seluruh Indikator
Jumlah Indikator yang ditentukan
Kemudian data diinterprestasikan dengan kriteria : Persentase
Kategori Kegiatan Guru
81% - 100%
Baik Sekali ( BS )
61% - 80 %
Baik ( B )
41 % - 60 %
Cukup ( C )
21 % - 40 %
Kurang ( K )
0 % - 20 %
Sangat Kurang ( SK )
( Sumber : Arikunto (2006 : 17 ) Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data tentang kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa. Data diolah
dan dianalisa dengan berpedoman pada rumus yang dimodifikasi Trianto (2007 : 52 ) yaitu : Jumlah Skor Yang Diperoleh Persentase skor kegiatan siswa = X 100% perindikator Jumlah Skor Maksimal Setelah persentase skor kegiatan siswa perindikator diketahui, maka tahap selanjutnya yaitu menganalisis rata – rata persentase kegiatan siswa dari seluruh indikator dengan rumus sebagai berikut : Rata-rata persentase skor aktivitas = jumlah skor seluruh persentase Terhadap seluruh siswa
jumlah siswa
Kemudian data dapat diinterprestasikan dalam bentuk kriteria sebagai berikut : 81 % - 100 % = Baik Sekali ( BS ) 61 % - 80 % = Baik ( B ) 41 % - 60 % = Cukup ( C ) 21 % - 40 % = Kurang ( K ) 0
% - 20 % = Sangat Kurang ( SK )
Analisis Data Kuantitatif Analisis terhadap data kuantitatif berupa hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan, dengan memberikan tes yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. (a)) Menganalisis ketuntasan hasil belajar secara individu Siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika nilai siswa telah mencapai standar kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yakni dengan nilai 65.(b) Penilaian tes/kuis secara individuMenurut Slavin, (2005:159) untuk memberikan poin perkembangan individu berdasarkan tingkat skor test mereka melampaui skor awal, skor awal diberikan kepada masing-masing siswa sesuai dengan prestasi belajarnya, penilaian individu dihitung berdasarkan poin perkembangan dari skor test dan akan ditulis dalam lembar penilaian poin kemajuan dari setiap siklus.(c) Penilaian hasil belajar kelompok. Menurut Rusman (2010 : 216) “ Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut, diperoleh skor kelompok sebagai berikut “ : Rata – rata skor tim = Jumlah total poin kelompok Jumlah anggota kelompok Ketuntasan belajar secara klasikal, Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh kelas, maka pengolahan hasil penelitian dilakukan dengan menghitung rata-rata yang dicapai siswa dalam evaluasi secara keseluruhan. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal menurut Trianto (2007) digunakan rumus sebagi berikut :
Persentase ketuntasan = jumlah siswa yang tuntas x 100% Belajar secara klasikal jumlah siswa seluruhnya Penilaian hasil belajar secara klasikal, Nilai hasil belajar secara klasikal yaitu ratarata nilai evaluasi yang diperoleh seluruh siswa dalam satu kelas, dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut : Nilai rata-rata kelas = Jumlah nilai rata-rata siswa Jumlah siswa Teknik Pengumpulan Data, Cara yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah: (a) Data Kegiatan belajar siswa dan guru dalam mengajar yang diambil dari lembar observasi oleh pengamat saat pelaksanaan penelitian. (b) Data hasil belajar siswa yang diambil melalui tes yang dilakukan dalam beberapa siklus. Kriteria Keberhasilan, Tedapat kriteria keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas IV SDN 14/I sungai baung yaitu: (a) Siswa secara individu dikatakan berhasil atau tuntas harus mencapai nilai KKM 65. (b) Ketuntasan klasikal bila mencapai 80% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tindakan kelas diuraikan dalam tahapan yang berupa siklussiklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan pada tanggal 07 November s.d 07 Desember 2012 di kelas VI SDN No. 14 /1 Sungai Baung. Hasil penelitian tindakan kelas ini berdasarkan hasil observasi yang terdiri dari aktivitas kegiatan guru dan siswa, dan nilai evaluasi yang diperoleh dari tes setiap akhir siklus, kemudian langsung diolah dan dianalisis. Kendala yang ditemui di lapangan digunakan untuk merivisi tindakan berikutnya. Penelitian ini dibagi dalam empat kegiatan yaitu : Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 November s.d 15 November 2012. Tahap pelaksanaan perencanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan yang terdiri dari : (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),(b) Mempersiapkan materi ajar dengan pokok materi bahasan daur hidup hewan,(c) Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model example non example, (d) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi belajar mengajar ketika metode pembelajaran diaplikasikan, (e) Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dan alat evaluasi. Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dan dilakukan oleh guru kelas IV SDN NO. 14 / 1 sungai baung pada hari senin dan kamis tanggal 12 November dan 15 November 2012 yang dilakukan sesuai dengan penerapan model example non example dalam penelitian tindakan kelas yaitu model example non example, dimana tindakannya adalah: Pada kegiatan awal guru memberi salam pembuka kemudian guru memeriksa kesiapan siswa yang tidak hadir pada hari itu, guru memberikan apersepsi tentang materi yang pernah dipelajari yang berkaitan dengan kompetensi dasar daur hidup hewan, kemudian guru memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari kompetensi dasar daur hidup hewan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
tujuan pembelajaran disampaikan untuk mengetahui pengertian daur hidup yang mengalami metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Pada kegiatan inti, kegiatan eksplorasi guru mempersiapkan alat dan bahan berupa gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemudian guru membagi siswa secara acak ( berhitung ) menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari ( 7 orang). Kegiatan elaborasi Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada siswa untuk memperhatikan penjelasan guru, kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, guru memberikan tugas kelompok dan menyuruh anak menganalisis gambar yang telah disiapkan. Setelah guru membagikan tugas kepada siswa guru tersebut duduk dan tidak mengontrol jalannya diskusi siswa tersebut. Kegiatan konfirmasi setelah siswa berdiskusi guru meminta masing-masing ketua kelompok untuk mempersentasekan hasil kerjanya, guru langsung memberikan informasi atau jawaban yang benar atas semuapekerjaan masing-masing kelompok. Tahap selanjutnya,memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu. Dalam tahap ini kejujuran siswa sangat diharapkan, mereka tampak mengerjakanny. Namun, ada beberapa siswa yang saling bekerja sama. Bahkan, ada siswa yang tidak mengerjakan atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya siswa diberi evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa. Pada kegiatan akhir, guru melakukan kegiatan umpan balik dengan melakukan Tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dengan tujuan melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, pada tahap ini siswa masih banyak yang malu bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Tahap selanjutnya guru memberikan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Kegiatan observasi dilakukan pada tindakan ini sesuai dengan instrumen berupa lembar observasi yang mengamati kualitas aspek yang dinilai.Dengan menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi terhadap pengamatan penelitian aktifitas guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan model example non example untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I masih tergolong cukup dengan perolehan skor 58,33%, sehingga perlu peningkatan kemampuan hampir disetiap indikator yang diamati, indikator yang perlu ditingkatkan yakni, apersepsi, menjelaskan materi, memberikan tugas, membimbing diskusi kelompok, pemberian kegiatan umpan balik, memberikan penghargaan dan menyimpulkan materi. Dapat disimpulkan dari observasi berdasarkan kriteria keberhasilan aktifitas guru pada siklus I belum mencapai kriteria yaitu guru dikatakan berhasil jika mendapatkan nilai minimal B=Baik dengan rentang nilai 61-80. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa aktifitas siswa pada siklus I diatas bahwa keaktifan siswa pada kerja sama dalam kelompok pada pertemuan I berada pada kategori cukup. Kesimpulan berdasarkan hasil observasi diatas belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu apabila dengan penggunaan model exsample non exsample pada siswa dikatakan berhasil jika hasil observasi siswa minimal B=Baik dengan rentang nilai 61-80. Kemudian untuk mengukur hasil belajar siswa, pada akhir siklus diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus I No Nama Siswa Pertemuan Jmlh Jmlh nilai Ketuntasan Nilai rata2 persiswa I II Ya Tidak 1 Af 2 Apr 3 Al 4 An 5 Ar 6 Ab 7 Ac 8 Ad 9 Ae 10 Aa 11 Ba 12 Bb 13 Br 14 Bt 15 Bu 16 Bi 17 Ca 18 Ci 19 Cu 20 Cb 21 Da 22 De 23 Dc 24 Db 25 Df 26 Dg 27 Dh 28 Ee Jumlah Rata-rata kelas Persentase (%) ketuntasan
40 80 60 60 40 100 80 60 20 40 20 80 70 80 60 60 100 100 40 60 80 40 20 70 40 80 60 80
60 80 60 20 20 60 80 60 40 60 20 20 70 40 100 40 60 80 80 60 60 40 60 70 80 80 80 80
100 160 120 80 60 160 160 120 60 100 40 100 140 120 160 100 160 180 120 120 140 80 80 140 120 160 140 160
50 80 60 40 30 80 80 60 30 50 20 50 70 60 80 50 80 90 60 60 70 40 40 70 60 80 70 80 1690 60,35
12 42,85
16 57,14
Dari tabel 4,3 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai target ketercapaian keberhasilan. Tindakan yang dilakukan pada siklus I belum berhasil, karena siswa yang mencapai KKM 12 orang (42,85%), sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM 16 orang (57,14%), dan rata-rata yang diperoleh pada siklus I baru mencapai 60,35%, dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang ditetapkan, oleh karena itu akan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Siklus 1 No Hal yang Diamati Hasil Evaluasi Siklus I 1 Nilai rata –rata kelas 60,35% 2 Banyak siswa yang tuntas 12 3 Banyak siswa yang belum tuntas 16 4 Persentase siswa yang tuntas 42,85% 5 Persentase siswa yang belum tuntas 57,14% Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh beberapa kelemahan sebagai berikut : (a) Kerjasama dalam kelompok belum begitu baik, hal ini terlihat dari siswa yang pintar belum sepenuhnya bersedia membantu siswa yang kurang pintar dalam kelompok, karena siswa yang pintar merasa rugi bila mengajar siswa yang kurang pintar, (b) Kegiatan berdiskusi dalam kelompok juga tidak tampak, hal ini dapat dilihat dalam setiap kelompok ada beberapa anggota kelompok yang hanya diam saja ada juga yang asik bermain dan rebut, dan kelompok yang berkerja selalu bertanya kepada guru. Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa belajar kelompok.(c) Siswa masih banyak yang malu bertanya dan menjawab pertanyaan guru, hal ini terlihat pada tindakan guru dalam pemberian kegiatan umpan balik. Hanya beberapa siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru,sebagian besar didominasi oleh siswa yang pintar, (d) Kemandirian siswa mengerjakan tugas individu belum terlihat, hal ini terlihat dari masih ada siswa yang saling kerja sama dalam menyelesaikan pertanyaan, bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Berdasarkan kelemahan tersebut, maka dilakukan perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II yaitu sebagai berikut : (a) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa dalam bekerjasama kelompok harus saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Siswa yang pintar agar mau mengajari siswa yang kurang pintar dan jika ada satu anggota kelompok yang belum mengerti berarti kerjasama kelompok tersebut belum baik (b) Dalam kegiatan berdiskusi, siswa yang tidak ikut aktif berdiskusi dalam kelompoknya diberi kalimat peringatan oleh guru dengan mengurangi nilai kelompoknya, (c) Guru memberikan penguatan pada saat siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru dalam kegiatan umpan balik yaitu dengan cara memberikan waktu beberapa menit pada siswa agar menuliskan pertanyaan atau jawaban dikertas setelah selesai waktunya baru siswa disuruh untuk membacakan apa yang ditulisnya, hal ini melatih siswa untuk berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru (d) Guru mengawasi siswa pada saat mengerjakan tugas kelompok dan Mengajak siswa untuk lebih aktif mengerjakan tugas dalam kelompok (e) Guru mengawasi siswa saat mengerjakan tugas individu, dengan tujuan agar siswa dapat mengerjakan tugas individu dengan kemampuan masing-masing. Hasil Penelitian Siklus II Perencanaan Tindakan Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 22 November 2012. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada siklus I. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti dan guru kolaborator melakukan persiapan-persiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu membuat RPP, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan alat peraga, membuat LKS .
Pelaksanaan Tindakan, Pelaksanaan tindakan siklus II sama dengan siklus I, perbaikan tindakan dilakukan pada kegiatan inti. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu: (1) Kegiatan Awal (a) Apersepsi, guru meninjau kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya pada kehidupan seharihari mengenai materi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. (b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi yang akan dipelajari. (c) Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang kongkrit. (2) Kegiatan Inti, Eksplorasi (a) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya (b) Guru menyampaikan/menyajikan materi pelajaran, yaitu daur hidup hewan yang mengalami metamorphosis (c) Guru memberikan lembar kerja siwa (LKS ) kepada kelompok untuk dilakukan / dikerjakan. Elaborasi (a) siswa bekerja dalam kelompok, kemudian setiap anggota kelompok saling membantu dan anggota kelompok yang menguasai diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya sampai anggota kelompoknya itu mengerti dan memmahami. Guru memberitahukan pada siswa bahwa mereka harus bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Setiap kelompok harus memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Dalam tahap ini kerjasama siswa sangat diperlukan dan siswa dapat saling beradu pendapat serta berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara bersama-sama dari temuan sendiri tanpa bantuan guru. Tugas guru mengarahkan siswa apabila terdapat kesulitan dan keliruan dalam mengengerjakan tugasnya. Konfirmasi (a) Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok. LKS dikumpul kedepan (b) Guru bertanya jawab kepada siswa untuk meluruskan permasalahan yang dihadapi (c) Guru mengawasi siswa saat mengerjakan tugas, dengan tujuan agar siswa dapat mengerjakan pertanyaan sendiri dan dengan kemampuannya masing-masing. (d) Guru memberi evaluasi pada siswa mengenai materi yang baru dipelajari. (3) Kegiatan Akhir (a) Pemberian umpan balik dengan melakukan Tanya jawab tentang materi yang dipelajari, kegiatan ini untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Siswa tidak berani bertanya, menjawab dan mengeluarkan pendapatnya diminta menuliskan pertanyaan, jawaban atau pendapatnya dikertas lalu diminta untuk membacakan apa yang ditulisnya. (b) Guru dan siswa samasama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.(c) Guru memberikan tindak lanjut dengan memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi untuk pertemuan berikutnya. Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilakukan pada tindakan ini sesuai dengan instrumen berupa lembar observasi yang mengamati kualitas aspek yang dinilai. Dari hasil observasi tabel 4.5 diatas jika dianalisis maka dapat di ketahui bahwa pada siklus II menunjukkan peningkatan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus ini kegiatan siswa dalam pembelajaran mencapai 85,41% dengan kategori baik sekali. Jadi kesimpulan hasil observasi pada aktifitas guru sudah mencapai criteria keberhasilan yaitu nilai rentang 61-80 siswa sudah dikatakan berhasil.
Tabel 4.6 Hasil Rekap Observasi Kegiatan Siswa Siklus II No Nama Siswa Pertemuan I II III Jml skor % Jml % Jmla % Individu skor h Indivi skor du indiv idu 1 Af 14 70 16 80 18 90 2 Apr 13 65 10 50 19 95 3 Al 17 85 15 75 17 85 4 An 18 90 18 90 19 95 5 Ar 20 100 20 100 20 100 6 Ab 16 80 17 85 19 95 7 Ac 18 90 18 90 20 100 8 Ad 10 50 15 75 18 90 9 Ae 11 55 16 80 18 90 10 Aa 10 50 14 70 17 85 11 Ba 15 75 16 80 18 90 12 Bb 12 60 18 90 20 100 13 Br 17 85 17 85 17 85 14 Bt 18 90 18 90 18 90 15 Bu 20 100 20 100 20 100 16 Bi 12 60 15 75 19 95 17 Ca 10 50 17 85 16 80 18 Ci 18 90 18 90 19 95 19 Cu 13 65 17 85 17 85 20 Cb 10 50 16 80 18 90 21 Da 19 95 19 95 19 95 22 De 13 65 16 80 19 95 23 Dc 18 90 18 90 18 90 24 Db 15 75 17 85 18 90 25 Df 16 80 18 90 18 90 26 Dg 17 85 18 90 20 100 27 Dh 20 100 20 100 20 100 28 Ee 19 95 19 95 19 95 Jumlah skor Rata-rata persentase skor aktivitas terhadap seluruh siswa Kategori
Ratarata persent ase jmlh skor 80 70 82 92 100 87 93 72 75 68 82 84 85 90 100 77 72 92 78 73 95 80 90 83 87 92 100 95 2374 84,78
Baik sekali
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa aktifitas siswa pada siklus II diatas bahwa keaktifan kerjasama dalam kelompok berada pada kategori baik sekali .. Jadi
kesimpulannya pada hasil observasi siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu dengan nilai rentang 60-80. Sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kemudian untuk mengukur hasil belajar siswa, pada akhir siklus diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Hasil belajar Siklus II No Nama Siswa Pertemuan Jmlh Jmlh nilai Ketuntasan Nilai rata2 persiswa I II III Ya Tidak 1 Af 80 70 90 240 80 2 Apr 60 80 100 240 80 3 Al 90 80 80 250 84 4 An 100 100 100 300 100 5 Ar 90 80 100 270 90 6 Ab 80 70 90 240 80 7 Ac 100 100 100 300 100 8 Ad 90 100 80 270 90 9 Ae 80 60 100 240 80 10 Aa 60 40 80 180 60 11 Ba 80 80 80 240 80 12 Bb 60 100 80 240 80 13 Br 90 80 80 250 83 14 Bt 100 90 80 270 90 15 Bu 80 90 80 250 83 16 Bi 100 100 100 300 100 17 Ca 90 90 90 270 90 18 Ci 80 60 90 230 77 19 Cu 80 80 80 240 80 20 Cb 90 90 90 270 90 21 Da 100 80 90 270 90 22 De 40 60 80 180 60 23 Dc 80 90 100 270 90 24 Db 80 80 80 240 80 25 Df 90 90 90 270 90 26 Dg 100 60 80 240 80 27 Dh 80 80 80 240 80 28 Ee 100 100 100 300 100 Jumlah 2367 26 2 Rata-rata kelas 84,53 Persentase (%) ketuntasan 92,85 7,14 . Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, Nampak bahwa hasil belajar pada siklus II meningkat, dari 28 siswa nilai rata-rata kelas mencapai 84,53% dibanding dengan hasil siklus I yang hanya mencapai nilai rata-rata 60,35%, dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai > atau tuntas sebanyak 26 siswa atau 92,85%, sedangkan
siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa, dan siswa yang belum tuntas diremedial. Tabel 4.8 Hasil Evaluasi Siklus II No Hal yang Diamati Hasil Evaluasi Siklus II 1 Nilai rata –rata kelas 84,53 2 Banyak siswa yang tuntas 26 3 Banyak siswa yang belum tuntas 2 4 Persentase siswa yang tuntas 92,85% 5 Persentase siswa yang belum tuntas 7,14% Peningkatan persentase kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran ini membawa pengaruh terhadap hasil belajar sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.6 dan 4.7 di atas. Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, Nampak bahwa hasil belajar pada siklus II meningkat, dari 28 siswa nilai rata-rata kelas mencapai 84,53 dibanding dengan hasil siklus I yang hanya mencapai nilai rata-rata 60,35, dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai > atau tuntas sebanyak 26 siswa atau 92,85%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa, dan siswa yang belum tuntas diremedial. Refleksi, Dari siklus I, dan II sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar daur hidup beberapa hewan. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Siswa Persiklus, Hasil pembelajaran dari setiap siklus terjadi peningkatan perolehan nilai siswa. Ketuntasan dalam pembelajaran menjadi meningkat. Untuk melihat perbandingan persiswa dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9 Perbandingan dan rekapitulasi peningkatan hasil belajar siswa persiklus Jumlah Persentase No Jumlah Siswa Siklus Nilai Keterangan Siswa % ≥65 12 42,85 T 1 28 I ≥64 16 57,14 TT 3
28
II
≥65
26
92,85
T
≥64
2
7,14
TT
Dari tabel rekapitulasi nilai ketuntasan belajar dapat terlihat terjadinya peningkatan siswa pada siklus I yang tuntas 12 orang (42,85%), dan pada siklus II yang tuntas menjadi 26 orang (92,85%). Pada siklus I siswa tidak tuntas 16 orang (57,14%) , dan pada siklus II siswa yang tidak tuntas 2 orang ( 7,14%), dan siswa yang belum tuntas di remedial.
PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam 2 (dua) siklus dapat memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran dikelas dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu : membandingkan hasil observasi guru, guna untuk mengetahui bagaimana cara guru menerapkan model Example Non Example dalam proses pembelajaran IPA, khususnya kompetensi daur hidup beberapa
hewan. Hasil observasi guru tersebut adalah sebagai berikut : pada siklus I analisi data observasi aktivitas guru dengan persentase 58,33%, dan siklus II mengalami peninggkatan yaitu dengan persentase 85,41%. dari data ini terlihat adanya peningkatan pada indikator hasil observasi guru, hal ini terlihat dari langkahlangkah cara guru menerapkan model Example Non Example yang dilakukan dalam proses pembelajaran dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan hasil observasi aktifitas siswa pada siklus I dengan persentase 57,78%, pada siklus II dengan persentase 84,78%.dari hasil ini dapat dilihat adanya peningkatan hasil observasi aktifitas siswa, hal ini terlihat dari hasil persentase pada setiap siklus. Membandingkan hasil evaluasi siswa pada proses pembelajaran. Pada siklus I yang tuntas hanya 12 orang, dengan nilai rata-rata kelas 60,35%, pada siklus II siswa yang tuntas 26 orang dengan nilai rata-rata kelas 84,53%, ini sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan. Kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu apabila 80% dari siswa yang mendapat nilai 65. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatkan proses pembelajaran siswa maka diperlukan upaya penciptaan suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk bereksplorasi secara aktif yaitu salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example dalam pembelajaran IPA.. Oleh karena itu peneliti bersama guru kolaborator menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA . Dari hasil tindakan yang dilakukan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel rekapitulasi ketuntasan berikut : Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar di Setiap Siklus No Uraian Siklus Ket I II 1 Ketuntasan hasil belajar 12 26 Meningkat (siswa) 2 Persentase ketuntasan 42,85 92,85 Meningkat klasikal Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pula terhadap hasil belajar siswa di setiap siklusnya. Diketahui pada siklus I, 12 orang siswa (42,85%) yang meperoleh nilai di atas 65, pada siklus II 26 orang siswa ( 92,85%) yang memperoleh nilai diatas 65. Perbedaan persentase hasil belajar pada setiap siklus ini disebabkan tindakan pada siklus I berbeda dengan tindakan pada siklus II. Tindakan siklus II merupakan revisi dan perbaikan tindakan pada siklus I, , sehingga pada siklus II hasil belajar yang dicapai dapat meningkat dengan lebih baik. Jadi, penggunaan model exsample non exsample terbukti dapat meningkatnya hasil belajar siswa pada kompetensi dasar daur hidup beberapa hewan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe example non example dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran daur hidup hewan di kelas IV SDN No.14/1
Sungai Baung. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : (a) Hendaknya guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe example non example dengan memaksimalkan keunggulannya dan meminimalkan kelemahannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (b) Model pembelajaran kooperatif tipe exsample non exsample dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA Kompetensi Dasar daur hidup hewan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP Aunurrahman.2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Alvabeta Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran.Jakarta:Raja Garasindo Persada Siburian dan Asrial. 2010. Model Pembelajaran SAINS. Jambi: FKIP Universitas Jambi Slavin terjemahan Nurulita 2005. Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. London : Allymand Bacon. Sugiono. 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta Trianto,2007.Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: PT Prestasi Pustaka.