PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain
laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu
keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005). Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan 1
aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas. Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran
penting dan bagi
industri yang menganggap
pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri lowprofile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan lowprofile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR. Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada 2
beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda. Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan lowprofile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian
3
ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian organisasi. Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum, komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial, media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al., 1997). Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan 4
baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James (2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok – kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam proses pembuatan keputusan strategis dan operasional. Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987). Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas (William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility meliputi: 1. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam
menjalankan
operasi
bisnis,
pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber
5
daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas lingkungan hidup lainnya. 2. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi. Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi,
pengungkapan
peningkatan
efisiensi
energi
dari
produk,
serta
pengungkapan aktivitas energi lainnya. 3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 4. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 5. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya. 6. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. 7. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.
Kinerja Keuangan Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang 6
dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti, 2006: 39). ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi pemilik modal (Widayanti, 2006: 39). Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka investor akan mengejar capital gain dalam mengambil
keputusan
untuk membeli,
menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 7
yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe highprofile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciricirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
Perumusan Hipotesis Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan. Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya, perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile. Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan 8
mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri highprofile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri highprofile lebih banyak daripada industri low-profile. Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan highprofile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar. Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile. Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000) menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan highprofile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada lowprofile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis : H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan lowprofile Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga 9
memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada lowprofile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar, perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu, ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi, dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih rendah dari industri low-profile. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan, industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR). Adapun hipotesis yang dapat diajukan : H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch (2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat 10
dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat. Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor, pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan. Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR. Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu Penelitian
Hasil
Dahlia dan Siregar (2008)
Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR) dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun 2005 dan 2006. Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011. Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 20062008. Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI tahun 2010-2011. Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2008-2010. Nurhayati dan Medyawati Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh (2012) dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011. Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai 11
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2006. Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008. Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010 Sumber : Dari berbagai jurnal. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali dengan hipotesis sebagai berikut: H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. 2. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan tahun 2012 di BEI. 3. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id) 4. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.
12
Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel No
Kriteria Penentuan Sampel
Jumlah HighProfile
Jumlah LowProfile
Total
1.
Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012.
260
212
472
2.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan Tahunan tahun 2012 di BEI.
(30)
(12)
(42)
3.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.
(6)
(7)
(13)
4.
Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap pada tahun 2012
(57)
(14)
(71)
Total sampel yang digunakan
167
179
346
Sumber : Data diolah, 2014 Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI. Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.
Pengukuran Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators. Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya 13
diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan. Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1 dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007). Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut : Q = EMV + D EBV + D dimana : Q
= Nilai Perusahaan
EMV
= Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)
EBV
= Nilai buku dari total ekuitas
D (Debt)
= Nilai buku dari total hutang
Teknik dan Langkah Analisa Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Statistik Deskriptif Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis
perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207). 2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value
14
yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi. Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal 3. Pengujian Hipotesis Uji Beda Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha1 : µ1 ≠ µ2 µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile. µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile. Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha2 : µ1 ≠ µ2 µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile. µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile. Analisis Korelasi Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal, maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal, maka pengujian menggunakan korelasi Spearman. Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan. Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut : Ho : 𝜌 = 0 Ha : 𝜌 ≠ 0
15
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N CSR 346 167 High-Profile 179 Low-Profile ROE 346 167 High-Profile 179 Low-Profile TOBIN’S Q 346 167 High-Profile 179 Low-Profile Sumber : Data diolah, 2014
Mean 0,41 0,45 0,36 0,1 0,08 0,12 1,78 2,17 1,42
Max 0,82 0,82 0,75 2,07 1,66 2,07 52,70 52,70 14,10
Min 0,09 0,09 0,11 -3,97 -3,97 -1,18 0,11 0,25 0,11
St Dev 0,14 0,15 0,12 0,34 0,42 0,25 3,15 4,28 1,37
Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14. Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan. Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada 16
industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri highprofile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri highprofile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile. Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya. Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri highprofile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.
Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.
17
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR
Test Statisticsa CSR Mann-Whitney U
9.686E3
Wilcoxon W
2.580E4
Z
-5.661
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri highprofile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan, maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile. Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya. Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri lowprofile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan 18
produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri lowprofile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile. Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE Test Statisticsa ROE Mann-Whitney U
1.489E4
Wilcoxon W
2.892E4
Z
Sumber : Diolah Asymp. Sig. (2-tailed)
-.059
dari SPSS.
.953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat
19
penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri lowprofile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak, menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan. Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile. Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148). Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya, salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi. Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri high-profile dan low-profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian 20
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri highprofile dan low-profile. Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q Test Statisticsa TOBIN Mann-Whitney U
1.166E4
Wilcoxon W
2.778E4
Z
Sumber : Diolah dari SPSS.
-3.530
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q
antar kedua
kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat. Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan 21
ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi. Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah, dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Spearman’s rho
CSR CSR
CSR
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
ROE
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
TOBIN
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
ROE
CSR
CSR
HIGH
LOW
ROE
TOBIN
ROE
ROE
HIGH
LOW
TOBIN
TOBIN
TOBIN
HIGH
LOW
1.000
1.000
1.000
.121*
.135
.121
.070
.022
-.019
.
.
.
.024
.083
.107
.192
.777
.800
346
167
179
346
167
179
346
167
179
.121*
.135
.121
1.000
1.000
1.000
.222**
.298**
.146
.024
.083
.107
.
.
.
.000
.000
.051
346
167
179
346
167
179
346
167
179
.070
.022
-.019
.222**
.298**
.146
1.000
1.000
1.000
.192
.777
.800
.000
.000
.051
.
.
.
346
167
179
346
167
179
346
167
179
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,
22
semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas. Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q. Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memperoleh dampaknya. Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak berhubungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q 23
antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri lowprofile. Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR.
Namun, tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.
Implikasi Teoritis dan Terapan Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri highprofile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz (2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010), Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013). Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan lowprofile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile 24
lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan lingkungan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3 tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock Exchange.
Faculty
of
Economics
and
Business
Brawijaya
University.
http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11 Januari 2014, 6:15 PM) Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM) Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM) Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014, 7:23 PM) Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101. http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari 2014, 6:30 PM) Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM). Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some
Determinants
of
Social
and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108. 26
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari 2014, 8:10 PM). Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga. Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics. Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14 Januari 2014, 7:30 PM). Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics, Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill. Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf (diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM). Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”. ICCSR Research Paper Series. http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47 (diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM). Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth Edition. United States of America: Prentice Hall.
27
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank. http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162
(diakses
20
Januari 2014, 9:15 PM). Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure) Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada Perusahaan Go-Publik di Indonesia.) http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_ Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16 Juli 2014, 16:00 PM) Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses 23 Januari 2014, 7:45 PM). Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM) Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses 25 Januari 2014, 9:15 PM). Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.
28
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses 23 Januari 2014, 8:40 PM). www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM) www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM) www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM) www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)
29
LAMPIRAN 1 DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI) ASPEK PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN 1.
Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.
2.
Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3.
Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4.
Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi.
5.
Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
6.
Penggunaan material daur ulang
7.
Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
8.
Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9.
Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengelolaan limbah. 12. Riset mengenai pengelolaan limbah. 13. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 14. Perlindungan lingkungan hidup. ENERGI 15. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 16. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 17. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 18. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 19. Peningkatan efisiensi energi dan produk. 20. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 21. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 22. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 23. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 24. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 25. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja. 26. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 27. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 28. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 29. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
30
LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA 30. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat. 31. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial. 32. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan. 33. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat. 34. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. 35. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 36. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 37. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 38. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 39. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 40. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun. 41. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 42. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 43. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada. 44. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan. 45. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 46. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja. 47. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 48. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 49. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. 50. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan dan motivasi kerja. 51. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. 52. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 53. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 54. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja. 55. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 56. Peningkatan kondisi kerja secara umum. 57. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 58. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. PRODUK 59. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan. 60. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. 61. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 62. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan. 63. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. 64. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
31
65. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 66. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 67. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan. 68. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000). KETERLIBATAN MASYARAKAT 69. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni. 70. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 71. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 72. Membantu riset media. 73. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 74. Membiayai program beasiswa. 75. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 76. Mensponsori kampanye nasional. 77. Mendukung pengembangan industri lokal. UMUM 78. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 79. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.
32
LAMPIRAN 2 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE NAMA PERUSAHAAN (Tbk)
KATEGORI
NO
KODE
1
AALI
PT. Astra Agro Lestari
Agrobisnis dan Perhutanan
2
UNSP
PT. Bakrie Sumatra Plantations
Agrobisnis dan Perhutanan
3
BISI
PT. Bisi International
Agrobisnis dan Perhutanan
4
GZCO
PT. Gozco Plantations
Agrobisnis dan Perhutanan
5
IIKP
PT. Inti Agri Resources
Agrobisnis dan Perhutanan
6 7
JAWA LSIP
PT. Jaya Agra Wattie PT. PP London Sumatera Indonesia
Agrobisnis dan Perhutanan Agrobisnis dan Perhutanan
8
PALM
PT. Provident Agro
Agrobisnis dan Perhutanan
9
SIMP
PT. Salim Ivomas Pratama
Agrobisnis dan Perhutanan
10
SGRO
PT. Sampoerna Agro
Agrobisnis dan Perhutanan
11 12
WAPO BTEK
PT. Wahana Pronatural PT. Bumi Teknokultura Unggul
Agrobisnis dan Perhutanan Agrobisnis dan Perhutanan
13
TIRT
PT. Tirta Mahakam Resources
Agrobisnis dan Perhutanan
14
ANTM
PT. Aneka Tambang
Tambang dan Perminyakan
15 16
ATPK BIPI
PT. ATPK Resources PT. Benakat Petroleum Energy
Tambang dan Perminyakan Tambang dan Perminyakan
17
CKRA
PT. Cakra Mineral
Tambang dan Perminyakan
18
DKFT
PT. Central Omega Resources
Tambang dan Perminyakan
19
CITA
PT. Cita Mineral Investindo
Tambang dan Perminyakan
20
CTTH
PT. Citatah Industri Marmer
Tambang dan Perminyakan
21 22
ELSA CNKO
PT. Enulsa PT. Exploitasi Energi Indonesia
Tambang dan Perminyakan Tambang dan Perminyakan
23
GTBO
PT. Garda Tujuh Buana
Tambang dan Perminyakan
24
SMMT
PT. Golden Eagle Energy
Tambang dan Perminyakan
25
GEMS
PT. Golden Energy Mines
Tambang dan Perminyakan
26
LAPD
PT. Leyand International
Tambang dan Perminyakan
27
MITI
PT. Mitra Investindo
Tambang dan Perminyakan
28
MYOH
PT. Samindo Resources
Tambang dan Perminyakan
29
TINS
PT. Timah (Persero)
Tambang dan Perminyakan
30
RUIS
PT. Radiant Utama Interinsco
Tambang dan Perminyakan
31
ARTI
PT. Ratu Prabu Energi
Tambang dan Perminyakan
32 33
ADHI JKON
PT. Adhi Karya PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Engineering / Teknik Engineering / Teknik
34
DGIK
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring
Engineering / Teknik
35
PTPP
PT. PP (Persero)
Engineering / Teknik
36
TOTL
Engineering / Teknik
37
TRUB
PT. Total Bangun Persada PT. Truba Alam Manunggal Engineering
38
WIKA
PT. Wijaya Karya
Engineering / Teknik
39 40
WSKT CMNP
PT. Waksita Karya
Engineering / Teknik Engineering / Teknik
Engineering / Teknik
PT. Citra Marga Nusaphala Persada
33
TOTAL
13
18
41 42
JSMR ADES
PT. Jasa Marga
Engineering / Teknik
DAVO
PT. Akasha Wira International PT. Davomas Abadi
Produk makanan dan minuman
43 44
DLTA
PT. Delta Djakarta
Produk makanan dan minuman
45
FAST
PT. Fast Food Indonesia
Produk makanan dan minuman
46
ICBP
PT. Indofood CBP Sukses Makmur PT. Indofood Sukses Makmur
Produk makanan dan minuman
PT. Mayora Indah
Produk makanan dan minuman
10
Produk makanan dan minuman
47
INDF
48
MYOR
49
ROTI
PT. Nippon Indosari Corpindo
Produk makanan dan minuman
50 51
PTSP PSDN
PT. Pioneerindo Gourmet International PT. Prasidha Aneka Niaga
Produk makanan dan minuman
52
SKBM
PT. Sekar Bumi
Produk makanan dan minuman
53
SKLT
PT. Sekar Laut
Produk makanan dan minuman
54
STTP
PT. Siantar TOP
Produk makanan dan minuman
55
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Produk makanan dan minuman
56
ALTO
PT. Tri Banyan Tirta
Produk makanan dan minuman
57
TBLA
Produk makanan dan minuman
58
ULTJ
PT. Tunas Baru Lampung PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
59
RMBA
PT. Bentoel International Investama
Tembakau dan Rokok
60 61
GGRM HMSP
PT. Gudang Garam
Tembakau dan Rokok
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna
Tembakau dan Rokok
62
ALDO
PT Alkindo Naratama
Kertas
63 64
FASW KBRI
PT. Fajar Surya Wisesa PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Kertas Kertas
65
SPMA
PT. Suparma
Kertas
66
JKPE
PT. Jasuindo Tiga Perkasa
Kertas
67
AKRA
PT. AKR Corporindo
Kimia
68
ETWA
PT Eterindo Wahanatama
Kimia
69
LTLS
PT. Lautan Luas
Kimia
70
DPNS
PT. Duta Pertiwi Nusantara
Kimia
71
INCI
PT. Intanwijaya Internasional
Kimia
72
AKKU
PT. Alam Karya Unggul
Kimia
73
AKPI
PT. Argha Karya Prima Industry
Kimia
74
AMFG
PT. Asahimas Flat Glass
Kimia
75
APLI
PT. Asiaplast Industries
Kimia
76 77
BRNA IGAR
PT. Berlina
Kimia
PT. Champion Pacific Indonesia
78
LMPI
PT. Langgeng Makmur Plastik Industri
Kimia Kimia
79
TRST
PT. Trias Sentosa
Kimia
80
YPAS
PT. Yanaprima Hastapersada
Kimia
81
SMCB
PT. Holcim Indonesia
Kimia
82 83
SMGR ALMI
PT. Semen Indonesia
Kimia
PT. Alumindo Light Metal Industry
Kimia
84
GDST
PT. Gunawan Dianjaya Steel
Kimia
34
Produk makanan dan minuman
Produk makanan dan minuman
Produk makanan dan minuman
17
3
5
85
INAI
PT. Indal Aluminium Industry
Kimia
86
JPRS
PT. Jaya Pari Steel
Kimia
87
LMSH
PT. Lion Mesh Prima
Kimia
88
LION
PT. Lion Metal Works
Kimia
89
BAJA
PT. Saranacentral Bajatama
Kimia
90
TIRA
PT. Tira Austenite
Kimia
91 92
ARNA KIAS
PT. Arwana Citramulia
Kimia
PT. Keramika Indonesia Assosiasi
Kimia
93
MLIA
PT. Mulia Industrindo
Kimia
94
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia
Kimia
95 96
CPRO CPIN
PT. Central Proteinaprima
Kimia
PT. Charoen Pokphand Indonesia
Kimia
97
JPFA
PT. JAPFA
Kimia
98
MAIN
PT. Malindo Feedmiil
Kimia
99
SIPD
PT. Sierad Produce
Kimia
100
ASII
PT. Astra International
Otomotif
101 102
AUTO IMAS
PT. Astra Otoparts
Otomotif
PT. Indomobil Sukses Internasional
Otomotif
103
INDS
PT. Indospring
Otomotif
104
INTA
PT. Intraco Penta
Otomotif
105
LPIN
PT. Multi Prima Sejahtera
Otomotif
106 107
NIPS PRAS
PT. Nipress
Otomotif
PT. Prima Alloy Steel Universal
Otomotif
108
SMSM
PT. Selamat Sempurna
Otomotif
109
TURI
PT. Tunas Ridean
Otomotif
110
UNTR
PT. United Tractors
Otomotif
111
INAF
PT. Indofarma
Kesehatan
112
KLBF
PT. Kalbe Farma
Kesehatan
113
KAEF
PT. Kimia Farma
Kesehatan
114
MERK
PT. Merck
Kesehatan
115
PYFA
PT. Pyridam Farma
Kesehatan
116 117
TSPC SCPI
PT. Tempo Scan Pacific PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia
Kesehatan Kesehatan
118
SRAJ
PT. Sejahteraraya Anugerahjaya
Kesehatan
119
ASSA
PT. Adi Sarana Armada
Transportasi
120
APOL
PT. Arpeni Pratama Ocean Line
Transportasi
121 122
TAXI HITS
PT. Express Trasindo Utama PT. Humpuss Intermoda Transportasi
Transportasi Transportasi
123 124
IATA MIRA
PT. Indonesia Air Transport
Transportasi
PT. Mitra International Resources
Transportasi
125 126
WEHA NELY
PT. Panorama Transportasi
Transportasi
PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri
Transportasi
127
TMAS
PT. Pelayaran Tempuran Emas
Transportasi
128
SDMU
PT. Sidomulyo Selaras
Transportasi
35
33
11
8
129
SAFE
PT. Steady Safe
Transportasi
130
INDX
PT. Tanah Laut
Transportasi
131
ZBRA
PT. Zebra Nusantara
Transportasi
132
BTEL
PT. Bakrie Telecom
Media dan Komunikasi
133
ISAT
PT. INDOSAT
Media dan Komunikasi
134 135
FREN TLKM
PT. Smartfren Telecom
Media dan Komunikasi
PT. Telekomunikasi Indonesia
Media dan Komunikasi
136
TBIG
PT. Tower Bersama Infrastructure
Media dan Komunikasi
137
TRIO
PT. Trikomsel Oke
Media dan Komunikasi
138
EXCL
PT. XL Axiata
Media dan Komunikasi
139
INVS
PT. Inovisi Infracom
Media dan Komunikasi
140
CENT
PT. Centrin Online
Media dan Komunikasi
141 142
DNET EMTK
PT. Dyviacom Intrabumi
Media dan Komunikasi
PT. Elang Mahkota Teknologi
Media dan Komunikasi
143
KBLV
PT. First Media
Media dan Komunikasi
144
FORU
PT. Fortune Indonesia
Media dan Komunikasi
145
IBST
PT. Inti Bangun Sejahtera
Media dan Komunikasi
146
LMAS
PT. Limas Centric Indonesia
Media dan Komunikasi
147
ABBA
PT. Mahaka Media
Media dan Komunikasi
148
MNCN
PT. Media Nusantara Citra
Media dan Komunikasi
149
MSKY
PT. MNC SKY Vision
Media dan Komunikasi
150
MFMI
PT. Multifilling Mitra Vision
Media dan Komunikasi
151
SCMA
PT. Surya Citra Media
Media dan Komunikasi
152
LPLI
PT. Star Pacific
Media dan Komunikasi
153
TMPO
PT. Tempo Inti Media
Media dan Komunikasi
154
VIVA
PT. Visi Media Asia
Media dan Komunikasi
155
BAYU
PT. Bayu Buana
Pariwisata
156
BUVA
PT. Bukit Uluwatu Villa
Pariwisata
157
PDES
PT. Destinasi Tirta Nusantara
Pariwisata
158 159
GMCW HOME
PT. Grahamas Citrawisata
Pariwisata
PT. Hotel Mandarine Regency
Pariwisata
160
SHID
PT. Hotel Sahid Jaya International
Pariwisata
161
ICON
PT. Island Concepts Indonesia
Pariwisata
162 163
PANR
PT. Panorama Sentrawisata
PGLI
PT. Pembangunan Graha Lestari Indah
Pariwisata Pariwisata
164
PLIN
PT. Plaza Indonesia Realty
Pariwisata
165
PNSE
PT. Pudjiadi and Sons
Pariwisata
166 167
PSKT SONA
PT.Pusako Tarinka
Pariwisata
PT. Sona Topas Tourism Industry
Pariwisata
36
13
23
13
LAMPIRAN 3 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE NO
KODE
1
ARGO
PT. Argo Pantes
Tekstil
2
ERTX
PT. Eratex Djaja
Tekstil
3
HDTX
PT. Panasia Indo Resources
Tekstil
4
STAR
PT. Star Petrochem
Tekstil
5
SSTM
PT. Sunson Textile Manufacture
Tekstil
6
TRIS
PT. Trisula International
Tekstil
7
MYTX
PT. APAC Citra Centertex
Tekstil
8
MYRX
PT. Hanson International
Tekstil
SRSN
PT. Indo Acidatama
Tekstil
PBRX
PT. Pan Brothers Tex
Tekstil
BIMA
PT. Primarindo Asia Infrastructure
Tekstil
BATA
PT. Sepatu Bata
Tekstil
9 10 11 12 13 14
NAMA PERUSAHAAN
KATEGORI
KICI
PT. Kedaung Indah Can
Produk Rumah Tangga Produk Rumah Tangga
KDSI
PT. Kedawung Setia Industrial
15
JECC
PT. Jembo Cable Company
Produk Rumah Tangga
16
KBLI
Produk Rumah Tangga
17
SCCO
18
VOKS
PT. KMI Wire and Cable PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce PT. Voksel Electric
19
ASGR
PT. Astra Graphia
Produk Rumah Tangga
20
MTDL
PT. Metrodata Electronics
Produk Rumah Tangga
21
MLPL
PT. Multipolar
Produk Rumah Tangga
22
INTD
PT. Inter Delta
Produk Rumah Tangga
23
MDRN
PT. Modern Internasional
Produk Rumah Tangga
24
KONI
PT. Perdana Bangun Pustaka
Produk Rumah Tangga
25
TCID
PT. Mandom Indonesia
Produk Personal
26
MBTO
PT. Martina Berto
Produk Personal
MRAT
PT. Mustika Ratu
Produk Personal
UNVR
PT. Unilever Indonesia
Produk Personal
ACES
PT. Ace Hardware Indonesia
Retail
TMPI
PT. AGIS
Retail
AIMS
PT. Akbar Indo Makmur Stimec
Retail
CSAP
PT. Catur Sentosa Adiprana
Retail Retail
27 28 29 30 31 32 33
12
Produk Rumah Tangga Produk Rumah Tangga
EPMT
PT. Enseval Putra Megatrading
34
ERAA
PT. Erajaya Swasembada
Retail
35
GREN
PT. Evergreen Invesco
Retail
36
GLOB
PT. Global Teleshop
Retail
37
GOLD
PT. Golden Retaillindo
Retail
38
HERO
PT. Hero Supermarket
Retail
37
TOTAL
12
4
39
KOIN
PT. Kokoh Inti Arebama
Retail
40
LPPF
PT. Matahari Departement Store
Retail
41
MPPA
PT. Matahari Putra Prima
Retail
42
MIDI
PT. Midi Utama Indonesia
Retail
43
SDPC
PT. Millenium Pharmacon International
Retail
44
MAPI
PT. Mitra Adiperkasa
Retail
45
MICE
PT. Multi Indocitra
Retail
46
META
PT. Nusantara Infrastructure
Retail
47
TKGA
PT. Permata Prima Sakti
Retail
48
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa
Retail
49
RIMO
PT. Rimo Catur Lestari
Retail
SKYB
PT. Skybee
Retail
AMRT
PT. Sumber Alfaria Trijaya
Retail
RANC
PT. Supra Boga Lestari
Retail
TGKA
PT. Tigaraksa Satria
Retail
WICO
PT. Wicaksana Overseas International
Retail Retail
50 51 52 53 54 55
ASIA
PT. Asia Natural Resources
56
INPC
PT. Bank Artha Graha Internasional
Keuangan dan Perbankan
57
BBKP
PT. Bank Bukopin
Keuangan dan Perbankan
58
BNBA
PT. Bank Bumi Arta
Keuangan dan Perbankan
59
BACA
PT. Bank Capital Indonesia
Keuangan dan Perbankan
60
BBCA
PT. Bank Central Asia
Keuangan dan Perbankan
61
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga
Keuangan dan Perbankan
62
BDMN
PT. Bank Danamon
Keuangan dan Perbankan
63
BAEK SDRA
PT. Bank Ekonomi Raharja
Keuangan dan Perbankan
PT. Bank Himpunan Saudara 1906
Keuangan dan Perbankan
BABP
PT. Bank ICB Bumiputera
Keuangan dan Perbankan
BNII
PT. Bank Internasional Indonesia
Keuangan dan Perbankan
BMRI
PT. Bank Mandiri
Keuangan dan Perbankan
MAYA
PT. Bank Mayapada Internasional
Keuangan dan Perbankan
MEGA
PT. Bank Mega
Keuangan dan Perbankan
BCIC
PT. Bank Mutiara
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
64 65 66 67 68 69 70 71
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia
72
BBNP
PT. Bank Nusantara Parahyangan
Keuangan dan Perbankan
73
NISP
PT. Bank OCBC NISP
Keuangan dan Perbankan
74
BSWD
PT. Bank of India Indonesia
Keuangan dan Perbankan
75
PNBN
Keuangan dan Perbankan
76
BJBR
77
BJTM
78
BNLI
PT. Bank Pan Indonesia PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur PT. Bank Permata
79
BEKS
PT. Bank Pundi Indonesia
Keuangan dan Perbankan
80
BKSW
PT. Bank QNB Kesawan
Keuangan dan Perbankan
38
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
27
81
BBRI
PT. Bank Rakyat Indonesia
Keuangan dan Perbankan
82
AGRO
PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
Keuangan dan Perbankan
83
BSIM
PT. Bank Sinasrmas
Keuangan dan Perbankan
84
BTPN
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Keuangan dan Perbankan
85
BVIC
PT. Bank Victoria International
Keuangan dan Perbankan
86
MCOR
PT. Bank Windu Kentjana International
Keuangan dan Perbankan
87
ADMF
PT. Adira Dinamika Multi Finance
Keuangan dan Perbankan
88
BPFI
PT. Batavia Prosperindo Finance
Keuangan dan Perbankan
89
BFIN
PT. BFI Finance Indonesia
Keuangan dan Perbankan
90
BBLD
PT. Buana Finance
Keuangan dan Perbankan
91
CFIN
PT. Clipan Finance Indonesia
Keuangan dan Perbankan
GSMF
PT. Equity Development Investment
Keuangan dan Perbankan
HDFA
PT. Hade Finance
Keuangan dan Perbankan
MFIN
PT. Mandala Multifinance
Keuangan dan Perbankan
SMMA
PT. Sinar Mas Multiartha
Keuangan dan Perbankan
VRNA
PT. Verena Multi Finance
Keuangan dan Perbankan
PT. Tifa Finance
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
92 93 94 95 96 97
TIFA
98
WOMF
PT. Wahana Ottomitra Multiartha
99
ABDA
PT. Asuransi Bina Dana Arta
Keuangan dan Perbankan
100
ASBI
PT. Asuransi Bintang
Keuangan dan Perbankan
101
ASDM
PT. Asuransi Dayin Mitra
Keuangan dan Perbankan
102
AHAP
PT. Asuransi Harta Aman Pratama
Keuangan dan Perbankan
103
ASJT
PT. Asuransi Jasa Tania
Keuangan dan Perbankan
104
AMAG
PT. Asuransi Multi Artha Guna
Keuangan dan Perbankan
105
LPGI
PT. Lippo General Insurance
Keuangan dan Perbankan
106
MREI
PT. Maskapai Reasuransi Indonesia
Keuangan dan Perbankan
PNIN
PT. Panin Insurance
Keuangan dan Perbankan
ASRM
PT. Asuransi Ramayana
Keuangan dan Perbankan
ALKA
PT. Alakasa Industrindo
Keuangan dan Perbankan
BNBR
PT. Bakrie & Brothers
Keuangan dan Perbankan
BHIT
PT. Bhakti Investama
Keuangan dan Perbankan
BMTR
PT. Global Mediacom
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
107 108 109 110 111 112 113
UNIT
PT. Nusantara Inti Corpora
114
PLAS
PT. Polaris Investama
Keuangan dan Perbankan
115
POOL
PT. Pool Advista Indonesia
Keuangan dan Perbankan
116
SMRU
PT. SMR Utama
Keuangan dan Perbankan
117
PNLF
PT. Panin Financial
Keuangan dan Perbankan
118
ARTA
PT. Arthavest
Keuangan dan Perbankan
119
HADE
PT. HD Capital
Keuangan dan Perbankan
120
KREN
PT. Kresna Graha Sekurindo
Keuangan dan Perbankan
121
LPPS
PT. Lippo Securities
Keuangan dan Perbankan
122
AKSI
PT. Majapahit Securities
Keuangan dan Perbankan
39
123
PADI
PT. Minna Padi Investama
Keuangan dan Perbankan
124
BCAP
PT. MNC Kapital Indonesia
Keuangan dan Perbankan
125
OCAP
PT. Onix Capital
Keuangan dan Perbankan
126
APIC
PT. Pacific Strategic Financial
Keuangan dan Perbankan
127
PEGE
PT. Panca Global Securities
Keuangan dan Perbankan
128
PANS
PT. Panin Sekuritas
Keuangan dan Perbankan
129
RELI
PT. Reliance Securities
Keuangan dan Perbankan
130
TRIM
PT. Trimegah Securities
Keuangan dan Perbankan
131
YULE
PT. Yulie Sekurindo
Keuangan dan Perbankan
132
APLN
PT. Agung Podomoro Land
Properti
133
ASRI
PT. Alam Sutera Realty
Properti
ELTY
PT. Bakrieland Development
Properti
BAPA
PT. Bekasi Asri Pemula
Properti
BEST
PT. Bekasi Fajar Industrial Estate
Properti
BIPP
PT. Bhuwanatala Indah Permai
Properti
BMSR
PT. Bintang Mitra Semestaraya
Properti Properti
134 135 136 137 138 139
BKDP
PT. Bukit Darmo Property
140
BCIP
PT. Bumi Citra Permai
Properti
141
CTRA
PT. Ciputra Development
Properti
142
COWL
PT. Cowell Development
Properti
143
MDLN
PT. Modernland Realty Ltd
Properti
144
SCBD
PT. Danayasa Arthatama
Properti
145
DUTI
PT. Duta Pertiwi
Properti
146
DART
PT. Duta Anggada Realty
Properti
147
CTRS
PT. Ciputra Surya
Properti
148
CTRP
PT. Ciputra Property
Properti Properti
149
FMII
PT. Fortune Mate Indonesia
150
GAMA
Properti
151
GMTD
152
GWSA
PT. Gading Development PT. Gowa Makassar Tourism Development PT. Greenwood Sejahtera PT. Indonesia Paradise Property
Properti
OMRE
PT. Indonesia Prima Property
Properti Properti
153 154 155
INPP
Properti Properti
DILD
PT. Intiland Development
156
KIJA
Properti
157
JIHD
158
JSPT
PT. Jababeka PT. Jakarta International Hotel & Development PT. Jakarta Setiabudi Internasional
JRPT
PT. Jaya Real Property
Properti
LCGP
PT. Laguna Cipta Griya
Properti Properti
159 160 161
Properti Properti
LPCK
PT. Lippo Cikarang
162
LPKR
PT. Lippo Karawaci
Properti
163
MAMI
PT. Mas Murni Indonesia
Properti
164
EMDE
PT. Megapolitan Developments
Properti
40
76
165
MTSM
PT. Metro Realty
Properti
166
MTLA
PT. Metropolitan Land
Properti
167
KPIG
PT. MNC Land
Properti
168
PWON
PT. Pakuwon Jati
Properti
169
PJAA
PT. Pembangunan Jaya Ancol
Properti
170
GPRA
PT. Perdana Gapuraprima
Properti
171
RODA
PT. Pikko Land Development
Properti
172
PUDP
PT. Pudjiadi Prestige Limited
Properti
173
RBMS
PT. Ristia Bintang Mahkotasejati
Properti
174
BKSL
PT. Sentul City
Properti
175
SSIA
PT. Surya Semesta Internusa
Properti
SMDM
PT. Suryamas Dutamakmur
Properti
GEMA
PT. Gema Grahasarana
Properti
TOWR
PT. Sarana Menara Nusantara
Properti
SUPR
PT. Solusi Tunas Pratama
Properti
176 177 178 179
41
48
LAMPIRAN 4 DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE NO KODE CSR ROE Q
1 AALI 0,65 0,269 2,67
2 UNSP 0,80 -0,119 0,65
3 BISI 0,52 0,094 1,64
4 GZCO 0,3 0,062 0,87
5 IIKP 0,28 -0,043 12,20
6 JAWA 0,59 0,123 1,07
7 LSIP 0,58 0,178 2,20
8 PALM 0,54 -0,097 1,17
9 SIMP 0,65 0,094 1,07
NO KODE CSR ROE Q
10 SGRO 0,62 0,126 1,47
11 WAPO 0,29 1,665 1,32
12 BTEK 0,33 0,014 9,77
13 ANTM 0,7 -0,306 0,97
14 ATPK 0,27 0,233 1,47
15 BIPI 0,47 -0,382 1,70
16 CKRA 0,25 0,002 1,12
17 DKFT 0,37 0,003 1,61
18 CITA 0,09 0,219 0,96
NO KODE CSR ROE Q
19 CTTH 0,41 0,208 0,96
20 ELSA 0,73 0,035 0,82
21 CNKO 0,27 0,066 1,38
22 GTBO 0,3 0,089 0,62
23 SMMT 0,49 0,742 6,91
24 GEMS 0,47 0,034 4,22
25 LAPD 0,48 0,062 0,98
26 MITI 0,51 0,022 1,76
27 MYOH 0,48 -0,233 1,75
NO KODE CSR ROE Q
28 TINS 0,82 0,435 1,51
29 RUIS 0,35 0,095 0,93
30 ARTI 0,42 0,122 0,68
31 ADHI 0,56 0,061 1,25
32 JKON 0,47 0,181 0,91
33 DGIK 0,43 0,182 0,88
34 PTPP 0,59 0,047 1,27
35 TOTL 0,51 0,187 2,13
36 TRUB 0,44 0,257 0,99
NO KODE CSR ROE Q
37 WIKA 0,75 -0,306 1,56
38 WSKT 0,65 0,046 1,12
39 CMNP 0,42 -0,127 1,25
40 JSMR 0,66 0,154 2,13
41 ADES 0,46 0,157 3,34
42 DAVO 0,48 0,399 2,09
43 DLTA 0,29 -1,074 5,15
44 FAST 0,68 0,357 1,17
45 ICBP 0,66 0,208 2,99
NO KODE CSR ROE Q
46 INDF 0,66 0,190 1,29
47 MYOR 0,54 0,140 2,18
48 ROTI 0,44 0,243 1,61
49 PTSP 0,43 -0,224 3,07
50 PSDN 0,52 0,301 0,83
51 SKBM 0,47 -0,063 1,65
52 SKLT 0,47 0,099 0,98
53 STTP 0,32 0,061 1,73
54 AISA 0,65 0,129 1,29
NO KODE CSR ROE Q
55 ALTO 0,39 0,125 1,87
56 TBLA 0,62 0,086 1,13
57 ULTJ 0,49 0,139 1,95
58 RMBA 0,39 0,211 1,34
59 GGRM 0,37 -0,168 2,95
60 HMSP 0,53 0,153 10,35
61 TIRT 0,22 0,747 0,95
62 ALDO 0,38 0,130 1,89
63 FASW 0,58 0,003 1,67
NO KODE CSR ROE Q
64 KBRI 0,57 0,050 0,63
65 SPMA 0,43 0,051 0,79
66 JKPE 0,43 0,206 1,96
67 AKRA 0,53 0,147 1,98
68 ETWA 0,57 0,068 0,85
69 LTLS 0,28 0,096 0,86
70 DPNS 0,33 0,132 0,85
71 INCI 0,34 0,038 0,46
72 AKKU 0,38 -0,519 4,20
42
NO KODE CSR ROE Q
73 AKPI 0,48 0,037 0,80
74 AMFG 0,66 0,141 1,37
75 APLI 0,47 0,019 0,73
76 BRNA 0,66 0,181 1,23
77 IGAR 0,46 0,184 1,41
78 LMPI 0,47 0,006 0,81
79 TRST 0,49 0,045 0,80
80 YPAS 0,53 0,100 1,79
81 SMCB 0,54 0,160 2,13
NO KODE CSR ROE Q
82 SMGR 0,75 0,271 3,82
83 ALMI 0,41 0,024 0,74
84 GDST 0,51 0,059 1,07
85 INAI 0,35 0,179 0,85
86 JPRS 0,44 0,028 0,55
87 LMSH 0,46 0,423 1,03
88 LION 0,49 0,230 1,39
89 BAJA 0,47 0,073 1,16
90 TIRA 0,42 0,066 0,98
NO KODE CSR ROE Q
91 ARNA 0,72 0,262 1,16
92 KIAS 0,48 0,036 1,23
93 MLIA 0,3 -0,025 0,86
94 TOTO 0,58 0,263 2,57
95 ASII 0,82 -3,978 2,18
96 AUTO 0,65 0,328 2,03
97 IMAS 0,39 0,226 1,50
98 INDS 0,35 0,444 1,11
99 INTA 0,56 0,012 1,11
NO KODE CSR ROE Q
100 LPIN 0,24 0,253 1,24
101 NIPS 0,34 0,207 0,60
102 PRAS 0,24 0,158 1,21
103 SMSM 0,56 0,118 2,85
104 TURI 0,38 0,025 1,88
105 UNTR 0,78 0,123 1,81
106 INAF 0,72 0,100 1,27
107 KLBF 0,71 0,056 5,34
108 KAEF 0,47 0,327 2,23
NO KODE CSR ROE Q
109 MERK 0,46 0,238 6,25
110 PYFA 0,53 0,178 1,03
111 TSPC 0,38 0,065 3,85
112 SCPI 0,41 0,241 1,22
113 ASSA 0,61 0,143 1,07
114 APOL 0,41 0,259 2,10
115 TAXI 0,63 0,061 1,33
116 HITS 0,47 0,189 1,29
117 IATA 0,46 -0,715 1,34
NO KODE CSR ROE Q
118 MIRA 0,42 0,007 1,36
119 WEHA 0,52 0,040 0,97
120 NELY 0,29 0,247 1,03
121 TMAS 0,37 0,116 0,73
122 SDMU 0,48 -0,025 1,14
123 SAFE 0,32 -0,189 3,51
124 INDX 0,24 0,032 1,00
125 ZBRA 0,18 0,070 2,46
126 BTEL 0,51 0,189 0,95
NO KODE CSR ROE Q
127 ISAT 0,63 0,158 1,28
128 FREN 0,32 0,029 0,91
129 TLKM 0,65 0,075 0,71
130 TBIG 0,42 0,267 2,56
131 TRIO 0,42 -0,887 1,49
132 EXCL 0,58 0,065 1,90
133 INVS 0,32 0,025 1,45
134 CENT 0,22 -0,314 52,74
135 DNET 0,23 0,274 2,98
NO KODE CSR ROE Q
136 EMTK 0,28 0,218 2,48
137 KBLV 0,27 0,240 0,68
138 FORU 0,39 0,180 0,75
139 IBST 0,27 0,185 2,52
140 LMAS 0,16 -0,088 0,88
141 ABBA 0,27 0,017 1,19
142 MNCN 0,28 0,448 3,95
143 MSKY 0,32 0,004 3,73
144 MFMI 0,39 0,101 1,12
NO KODE CSR ROE Q
145 SCMA 0,42 0,454 7,71
146 LPLI 0,24 0,049 0,25
147 TMPO 0,39 0,030 0,96
148 VIVA 0,37 0,242 3,23
149 BAYU 0,22 0,036 1,50
150 BUVA 0,48 0,088 1,50
151 PDES 0,13 0,417 0,90
152 GMCW 0,3 0,194 2,75
153 HOME 0,38 0,254 0,68
43
NO KODE CSR ROE Q
154 SHID 0,53 0,043 0,60
155 ICON 0,32 0,100 4,30
156 PANR 0,35 0,074 0,95
157 PGLI 0,37 0,067 1,45
158 PLIN 0,43 0,212 1,83
NO KODE CSR ROE Q
163 CPIN 0,37 0,007 4,98
164 JPFA 0,48 0,105 0,80
165 MAIN 0,33 0,181 2,76
166 SIPD 0,46 0,023 0,76
167 SRAJ 0,35 0,173 2,35
44
159 PNSE 0,47 -0,044 1,33
160 PSKT 0,51 0,014 2,15
161 SONA 0,33 0,060 1,25
162 CPRO 0,38 0,113 1,29
LAMPIRAN 5 DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE NO KODE CSR ROE Q
1 ARGO 0,43 -1,049 1,16
2 ERTX 0,35 0,071 0,91
3 HDTX 0,33 0,005 1,09
4 STAR 0,32 0,002 0,67
5 SSTM 0,29 -0,050 0,84
6 TRIS 0,56 0,183 1,13
7 MYTX 0,54 2,071 1,29
8 MYRX 0,3 0,111 2,24
9 SRSN 0,51 0,063 1,08
NO KODE CSR ROE Q
10 PBRX 0,42 0,110 1,23
11 BIMA 0,47 -0,014 3,65
12 BATA 0,42 0,179 0,34
13 KICI 0,46 0,034 0,69
14 KDSI 0,34 0,117 0,81
15 JECC 0,44 0,222 1,20
16 KBLI 0,57 0,148 0,93
17 SCCO 0,39 0,260 1,15
18 VOKS 0,66 0,244 1,15
NO KODE CSR ROE Q
19 ASGR 0,51 0,207 0,98
20 MTDL 0,28 0,167 0,80
21 MLPL 0,27 0,024 0,62
22 INTD 0,43 0,202 1,57
23 MDRN 0,47 0,056 1,92
24 KONI 0,22 0,078 0,88
25 TCID 0,58 0,137 1,88
26 MBTO 0,52 0,105 0,95
27 MRAT 0,49 0,080 0,61
NO KODE CSR ROE Q
28 UNVR 0,75 1,219 14,17
29 ACES 0,29 0,265 7,55
30 TMPI 0,2 0,004 2,25
31 AIMS 0,11 0,023 1,09
32 CSAP 0,23 0,097 1,04
33 EPMT 0,28 0,156 1,43
34 ERAA 0,33 0,168 2,52
35 GREN 0,39 0,001 0,69
36 GLOB 0,3 0,272 1,76
NO KODE CSR ROE Q
37 GOLD 0,15 0,096 1,48
38 HERO 0,41 0,183 3,39
39 KOIN 0,29 0,655 1,72
40 LPPF 0,51 -0,399 4,35
41 MPPA 0,37 0,062 1,34
42 MIDI 0,44 0,101 2,06
43 SDPC 0,38 0,094 0,90
44 MAPI 0,27 0,199 2,49
45 MICE 0,33 0,138 0,76
NO KODE CSR ROE Q
46 META 0,49 0,046 1,72
47 TKGA 0,18 0,422 1,27
48 RALS 0,23 0,139 2,40
49 RIMO 0,28 0,238 8,83
50 SKYB 0,3 0,056 1,24
51 AMRT 0,32 0,155 0,84
52 RANC 0,35 0,101 2,32
53 TKGA 0,46 0,203 1,44
54 WICO 0,13 0,936 0,85
NO KODE CSR ROE Q
55 ASIA 0,14 -0,178 2,51
56 INPC 0,39 0,033 0,95
57 BBKP 0,35 0,167 1,00
58 BNBA 0,24 0,109 0,96
59 BACA 0,3 0,073 0,98
60 BBCA 0,44 0,226 1,39
61 BNGA 0,63 0,188 1,03
62 BDMN 0,51 0,143 1,16
63 BAEK 0,44 0,071 0,99
NO KODE CSR ROE Q
64 SDRA 0,29 0,221 1,12
65 BABP 0,27 0,001 1,04
66 BNII 0,53 0,125 1,11
67 BMRI 0,46 0,210 1,10
68 MAYA 0,39 0,143 1,40
69 MEGA 0,38 0,220 1,00
70 BCIC 0,37 0,117 3,13
71 BBNI 0,56 0,162 1,08
72 BBNP 0,28 0,129 0,99
45
NO KODE CSR ROE Q
73 NISP 0,37 0,102 1,03
74 BSWD 0,35 0,147 1,39
75 PNBN 0,43 0,129 0,98
76 BJBR 0,48 0,199 1,02
77 BJTM 0,43 0,132 0,88
78 BNLI 0,57 0,109 1,00
79 BEKS 0,42 0,072 1,07
80 BKSW 0,35 -0,034 1,33
81 BBRI 0,54 0,288 1,18
NO KODE CSR ROE Q
82 AGRO 0,3 0,089 1,04
83 BSIM 0,53 0,125 1,05
84 BTPN 0,35 0,256 1,01
85 BVIC 0,48 0,140 0,95
86 MCOR 0,32 0,123 1,00
87 ADMF 0,25 0,282 1,19
88 BPFI 0,38 0,155 0,98
89 BFIN 0,51 0,171 1,02
90 BBLD 0,27 0,148 1,04
NO KODE CSR ROE Q
91 CFIN 0,16 0,136 0,81
92 GSMF 0,15 0,102 1,06
93 HDFA 0,44 0,059 1,10
94 MFIN 0,34 0,245 0,98
95 SMMA 0,19 0,096 1,25
96 VRNA 0,27 0,151 0,94
97 TIFA 0,39 0,181 1,02
98 WOMF 0,34 0,017 0,98
99 ABDA 0,29 0,191 1,90
NO KODE CSR ROE Q
100 ASBI 0,34 0,221 0,91
101 ASDM 0,34 0,163 0,86
102 AHAP 0,2 0,200 2,41
103 ASJT 0,25 0,143 1,27
104 AMAG 0,27 0,192 0,92
105 LPGI 0,27 0,192 0,53
106 MREI 0,27 0,300 1,39
107 PNIN 0,3 0,136 0,45
108 ASRM 0,22 0,203 1,05
NO KODE CSR ROE Q
109 APLN 0,47 0,093 1,07
110 ASRI 0,29 0,065 1,64
111 ELTY 0,59 0,107 0,55
112 BAPA 0,19 0,139 1,02
113 BEST 0,41 0,001 2,71
114 BIPP 0,24 0,039 1,50
115 BMSR 0,2 0,105 1,97
116 BKDP 0,3 -0,242 1,00
117 BCIP 0,44 0,134 1,58
NO KODE CSR ROE Q
118 CTRA 0,47 0,038 1,23
119 COWL 0,32 0,037 0,45
120 MDLN 0,52 0,034 0,95
121 SCBD 0,38 0,158 1,03
122 DUTI 0,42 -0,013 1,02
123 DART 0,29 0,062 0,83
124 CTRS 0,32 0,208 1,48
125 CTRP 0,49 -1,178 0,98
126 FMII 0,28 0,009 2,10
NO KODE CSR ROE Q
127 GAMA 0,41 0,121 1,69
128 GMTD 0,32 0,252 0,81
129 GWSA 0,44 0,099 1,03
130 INPP 0,37 -0,526 0,92
131 OMRE 0,24 0,037 1,05
132 DILD 0,53 0,133 0,90
133 KIJA 0,48 0,257 0,99
134 JIHD 0,42 -0,097 0,60
135 JSPT 0,46 0,051 0,98
NO KODE CSR ROE Q
136 JRPT 0,46 0,266 3,62
137 LCGP 0,25 -0,179 0,84
138 LPCK 0,35 -0,081 1,35
139 LPKR 0,38 -0.090 1,46
140 MAMI 0,29 0,049 0,33
141 EMDE 0,42 0,100 0,86
142 MTSM 0,16 0,061 1,69
143 MTLA 0,49 0,117 2,22
144 KPIG 0,33 0,026 1,95
46
NO KODE CSR ROE Q
145 PWON 0,43 0,119 0,93
146 PJAA 0,52 0,064 1,00
147 GPRA 0,32 0,124 0,75
148 RODA 0,22 0,080 2,23
149 PUDP 0,35 0,004 0,71
150 RBMS 0,49 0,007 0,37
151 BKSL 0,52 0,275 1,19
152 SSIA 0,44 0,263 1,68
153 SMDM 0,39 0,012 0,49
NO KODE CSR ROE Q
154 GEMA 0,49 0,074 0,96
155 TOWR 0,28 0,051 0,93
156 SUPR 0,46 0,096 1,39
157 ALKA 0,44 0,025 1,01
158 BNBR 0,48 0,130 0,65
159 BHIT 0,48 0,193 1,00
160 BMTR 0,34 -0,004 1,85
161 UNIT 0,3 0,331 0,40
162 PLAS 0,35 0,115 3,70
NO KODE CSR ROE Q
163 POOL 0,25 0,004 2,56
164 SMRU 0,35 0,008 2,04
165 PNLF 0,3 0,047 0,61
166 ARTA 0,3 0,123 0,62
167 HADE 0,22 0,066 0,84
168 KREN 0,37 0,245 1,86
169 LPPS 0,15 0,136 0,25
170 AKSI 0,2 0,080 0,91
171 PADI 0,27 0,052 2,39
NO KODE CSR ROE Q
172 BCAP 0,3 0,083 1,36
173 OCAP 0,25 0,014 1,53
174 APIC 0,32 0,046 0,11
175 PEGE 0,27 0,442 1,00
176 PANS 0,29 0,022 1,80
177 RELI 0,27 0,202 1,17
178 TRIM 0,2 0,101 1,36
179 YULE 0,16 0,102 0,73
47
LAMPIRAN 6 HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR_HIGH
167
.09
.82
.4520
.14674
ROE_HIGH
167
-3.970
1.665
.08001
.417974
TOBIN_HIGH
167
.25
52.70
2.1735
4.28482
CSR_LOW
179
.11
.75
.3623
.11689
ROE_LOW
179
-1.178
2.071
.11931
.253226
TOBIN_LOW
179
.11
14.10
1.4192
1.37415
CSR
346
.09
.82
.4056
.13936
ROE
346
-3.970
2.071
.10055
.342512
TOBIN
346
.11
52.70
1.7833
3.15447
Valid N (listwise)
167
48
LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
CSR_HIGH
.071
167
.039
.988
167
.164
ROE_HIGH
.318
167
.000
.475
167
.000
TOBIN_HIGH
.340
167
.000
.256
167
.000
CSR_LOW
.078
167
.015
.989
167
.243
ROE_LOW
.217
167
.000
.584
167
.000
TOBIN_LOW
.248
167
.000
.465
167
.000
a. Lilliefors Significance Correction
49
LAMPIRAN 8
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR Test Statisticsa
Ranks
CSR
KODIN G_CSR CSR
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
9.686E3 2.580E4
1
167
205.00
34235.50
Wilcoxon W
2
179
144.11
25795.50
Z
Total
346
Asymp. Sig. (2-tailed)
-5.661 .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Frequencies KODING_ CSR CSR
N
1
167
2
179
Total
346
50
LAMPIRAN 9 HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE
Test Statisticsa
Ranks
ROE
KODIN G_ROE ROE
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
1.489E4 2.892E4
1
167
173.17
28919.50
Wilcoxon W
2
179
173.81
31111.50
Z
Total
346
-.059
Asymp. Sig. (2-tailed)
.953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Frequencies KODING_ ROE ROE
N
1
167
2
179
Total
346
51
LAMPIRAN 10 HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q
Test Statisticsa
Ranks
TOBIN
KODIN G_TOB IN TOBIN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
1.166E4
Wilcoxon W
2.778E4
1
167
191.15
32256.00
Z
2
179
155.17
27775.00
Asymp. Sig. (2-tailed)
Total
346
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Frequencies
KODING _TOBINN TOBIN
1
167
2
179
Total
346
52
-3.530 .000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA
: SISILIA DEVINA PERMATASARI
NIM
: 232011024
ALAMAT ASAL
: PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG
JUDUL SKRIPSI
: ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012
RIWAYAT PENDIDIKAN :
SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005 SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008 SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN 2014
PENGALAMAN PANITIA / KERJA : PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013 PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI 2013 PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013 PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014 PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19 JUNI 2014 ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014 ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014 ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014
53
PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain
laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu
keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005). Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan 1
aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas. Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran
penting dan bagi
industri yang menganggap
pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri lowprofile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan lowprofile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR. Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada 2
beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda. Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan lowprofile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian
3
ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian organisasi. Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum, komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial, media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al., 1997). Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan 4
baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James (2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok – kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam proses pembuatan keputusan strategis dan operasional. Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987). Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas (William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility meliputi: 8. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam
menjalankan
operasi
bisnis,
pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber
5
daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas lingkungan hidup lainnya. 9. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi. Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi,
pengungkapan
peningkatan
efisiensi
energi
dari
produk,
serta
pengungkapan aktivitas energi lainnya. 10. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 11. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 12. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya. 13. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. 14. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.
Kinerja Keuangan Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang 6
dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti, 2006: 39). ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi pemilik modal (Widayanti, 2006: 39). Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka investor akan mengejar capital gain dalam mengambil
keputusan
untuk membeli,
menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 7
yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe highprofile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciricirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
Perumusan Hipotesis Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan. Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya, perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile. Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan 8
mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri highprofile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri highprofile lebih banyak daripada industri low-profile. Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan highprofile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar. Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile. Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000) menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan highprofile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada lowprofile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis : H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan lowprofile Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga 9
memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada lowprofile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar, perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu, ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi, dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih rendah dari industri low-profile. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan, industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR). Adapun hipotesis yang dapat diajukan : H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch (2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat 10
dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat. Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor, pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan. Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR. Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu Penelitian
Hasil
Dahlia dan Siregar (2008)
Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR) dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun 2005 dan 2006. Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011. Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 20062008. Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI tahun 2010-2011. Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2008-2010. Nurhayati dan Medyawati Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh (2012) dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011. Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai 11
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2006. Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008. Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010 Sumber : Dari berbagai jurnal. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali dengan hipotesis sebagai berikut: H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 5. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. 6. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan tahun 2012 di BEI. 7. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id) 8. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.
12
Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel No
Kriteria Penentuan Sampel
Jumlah HighProfile
Jumlah LowProfile
Total
1.
Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012.
260
212
472
2.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan Tahunan tahun 2012 di BEI.
(30)
(12)
(42)
3.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.
(6)
(7)
(13)
4.
Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap pada tahun 2012
(57)
(14)
(71)
Total sampel yang digunakan
167
179
346
Sumber : Data diolah, 2014 Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI. Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.
Pengukuran Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators. Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya 13
diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan. Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1 dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007). Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut : Q = EMV + D EBV + D dimana : Q
= Nilai Perusahaan
EMV
= Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)
EBV
= Nilai buku dari total ekuitas
D (Debt)
= Nilai buku dari total hutang
Teknik dan Langkah Analisa Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 4. Analisis Statistik Deskriptif Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis
perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207). 5. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value
14
yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi. Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal 6. Pengujian Hipotesis Uji Beda Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha1 : µ1 ≠ µ2 µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile. µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile. Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha2 : µ1 ≠ µ2 µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile. µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile. Analisis Korelasi Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal, maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal, maka pengujian menggunakan korelasi Spearman. Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan. Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut : Ho : 𝜌 = 0 Ha : 𝜌 ≠ 0
15
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N CSR 346 167 High-Profile 179 Low-Profile ROE 346 167 High-Profile 179 Low-Profile TOBIN’S Q 346 167 High-Profile 179 Low-Profile Sumber : Data diolah, 2014
Mean 0,41 0,45 0,36 0,1 0,08 0,12 1,78 2,17 1,42
Max 0,82 0,82 0,75 2,07 1,66 2,07 52,70 52,70 14,10
Min 0,09 0,09 0,11 -3,97 -3,97 -1,18 0,11 0,25 0,11
St Dev 0,14 0,15 0,12 0,34 0,42 0,25 3,15 4,28 1,37
Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14. Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan. Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada 16
industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri highprofile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri highprofile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile. Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya. Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri highprofile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.
Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.
17
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR
Test Statisticsa CSR Mann-Whitney U
9.686E3
Wilcoxon W
2.580E4
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-5.661 .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri highprofile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan, maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile. Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya. Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri lowprofile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan 18
produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri lowprofile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile. Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE Test Statisticsa ROE Mann-Whitney U
1.489E4
Wilcoxon W
2.892E4
Z
Sumber : Diolah Asymp. Sig. (2-tailed)
-.059
dari SPSS.
.953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat
19
penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri lowprofile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak, menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan. Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile. Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148). Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya, salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi. Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri high-profile dan low-profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian 20
perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri highprofile dan low-profile. Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q Test Statisticsa TOBIN Mann-Whitney U
1.166E4
Wilcoxon W
2.778E4
Z
Sumber : Diolah dari SPSS.
Asymp. Sig. (2-tailed)
-3.530 .000
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q
antar kedua
kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat. Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan 21
ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi. Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah, dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Spearman’s rho
CSR CSR
CSR
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
ROE
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
TOBIN
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
ROE
CSR
CSR
HIGH
LOW
ROE
TOBIN
ROE
ROE
HIGH
LOW
TOBIN
TOBIN
TOBIN
HIGH
LOW
1.000
1.000
1.000
.121*
.135
.121
.070
.022
-.019
.
.
.
.024
.083
.107
.192
.777
.800
346
167
179
346
167
179
346
167
179
.121*
.135
.121
1.000
1.000
1.000
.222**
.298**
.146
.024
.083
.107
.
.
.
.000
.000
.051
346
167
179
346
167
179
346
167
179
.070
.022
-.019
.222**
.298**
.146
1.000
1.000
1.000
.192
.777
.800
.000
.000
.051
.
.
.
346
167
179
346
167
179
346
167
179
Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,
22
semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas. Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q. Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memperoleh dampaknya.
Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai
perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak berhubungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q 23
antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri lowprofile. Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR.
Namun, tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.
Implikasi Teoritis dan Terapan Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri highprofile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz (2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010), Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013). Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan lowprofile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile 24
lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan lingkungan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3 tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock Exchange.
Faculty
of
Economics
and
Business
Brawijaya
University.
http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11 Januari 2014, 6:15 PM) Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM) Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM) Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014, 7:23 PM) Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101. http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari 2014, 6:30 PM) Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM). Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some
Determinants
of
Social
and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108. 26
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari 2014, 8:10 PM). Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga. Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics. Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14 Januari 2014, 7:30 PM). Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics, Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill. Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf (diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM). Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”. ICCSR Research Paper Series. http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47 (diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM). Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth Edition. United States of America: Prentice Hall.
27
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank. http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162
(diakses
20
Januari 2014, 9:15 PM). Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure) Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada Perusahaan Go-Publik di Indonesia.) http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_ Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16 Juli 2014, 16:00 PM) Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses 23 Januari 2014, 7:45 PM). Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM) Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses 25 Januari 2014, 9:15 PM). Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.
28
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses 23 Januari 2014, 8:40 PM). www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM) www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM) www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM) www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)
29
LAMPIRAN 1 DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI) ASPEK PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN 80. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi. 81. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 82. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi. 83. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 84. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas. 85. Penggunaan material daur ulang 86. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 87. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 88. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 89. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 90. Pengelolaan limbah. 91. Riset mengenai pengelolaan limbah. 92. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 93. Perlindungan lingkungan hidup. ENERGI 94. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 95. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 96. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 97. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 98. Peningkatan efisiensi energi dan produk. 99. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 100. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 101. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 102. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 103. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 104. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja. 105. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 106. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 107. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 108. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
30
LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA 109. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat. 110. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial. 111. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan. 112. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat. 113. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. 114. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 115. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 116. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 117. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 118. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 119. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun. 120. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 121. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 122. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada. 123. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan. 124. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 125. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja. 126. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 127. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 128. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. 129. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan dan motivasi kerja. 130. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. 131. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 132. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 133. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja. 134. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 135. Peningkatan kondisi kerja secara umum. 136. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 137. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. PRODUK 138. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan. 139. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. 140. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 141. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan. 142. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. 143. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
31
144. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 145. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 146. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan. 147. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000). KETERLIBATAN MASYARAKAT 148. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni. 149. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 150. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 151. Membantu riset media. 152. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 153. Membiayai program beasiswa. 154. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 155. Mensponsori kampanye nasional. 156. Mendukung pengembangan industri lokal. UMUM 157. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 158. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.
32
LAMPIRAN 2 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE NAMA PERUSAHAAN (Tbk)
KATEGORI
NO
KODE
1
AALI
PT. Astra Agro Lestari
Agrobisnis dan Perhutanan
2
UNSP
PT. Bakrie Sumatra Plantations
Agrobisnis dan Perhutanan
3
BISI
PT. Bisi International
Agrobisnis dan Perhutanan
4
GZCO
PT. Gozco Plantations
Agrobisnis dan Perhutanan
5
IIKP
PT. Inti Agri Resources
Agrobisnis dan Perhutanan
6 7
JAWA LSIP
PT. Jaya Agra Wattie PT. PP London Sumatera Indonesia
Agrobisnis dan Perhutanan Agrobisnis dan Perhutanan
8
PALM
PT. Provident Agro
Agrobisnis dan Perhutanan
9
SIMP
PT. Salim Ivomas Pratama
Agrobisnis dan Perhutanan
10
SGRO
PT. Sampoerna Agro
Agrobisnis dan Perhutanan
11 12
WAPO BTEK
PT. Wahana Pronatural PT. Bumi Teknokultura Unggul
Agrobisnis dan Perhutanan Agrobisnis dan Perhutanan
13
TIRT
PT. Tirta Mahakam Resources
Agrobisnis dan Perhutanan
14
ANTM
PT. Aneka Tambang
Tambang dan Perminyakan
15 16
ATPK BIPI
PT. ATPK Resources PT. Benakat Petroleum Energy
Tambang dan Perminyakan Tambang dan Perminyakan
17
CKRA
PT. Cakra Mineral
Tambang dan Perminyakan
18
DKFT
PT. Central Omega Resources
Tambang dan Perminyakan
19
CITA
PT. Cita Mineral Investindo
Tambang dan Perminyakan
20
CTTH
PT. Citatah Industri Marmer
Tambang dan Perminyakan
21 22
ELSA CNKO
PT. Enulsa PT. Exploitasi Energi Indonesia
Tambang dan Perminyakan Tambang dan Perminyakan
23
GTBO
PT. Garda Tujuh Buana
Tambang dan Perminyakan
24
SMMT
PT. Golden Eagle Energy
Tambang dan Perminyakan
25
GEMS
PT. Golden Energy Mines
Tambang dan Perminyakan
26
LAPD
PT. Leyand International
Tambang dan Perminyakan
27
MITI
PT. Mitra Investindo
Tambang dan Perminyakan
28
MYOH
PT. Samindo Resources
Tambang dan Perminyakan
29
TINS
PT. Timah (Persero)
Tambang dan Perminyakan
30
RUIS
PT. Radiant Utama Interinsco
Tambang dan Perminyakan
31
ARTI
PT. Ratu Prabu Energi
Tambang dan Perminyakan
32 33
ADHI JKON
PT. Adhi Karya PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Engineering / Teknik Engineering / Teknik
34
DGIK
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring
Engineering / Teknik
35
PTPP
PT. PP (Persero)
Engineering / Teknik
36
TOTL
Engineering / Teknik
37
TRUB
PT. Total Bangun Persada PT. Truba Alam Manunggal Engineering
38
WIKA
PT. Wijaya Karya
Engineering / Teknik
39 40
WSKT CMNP
PT. Waksita Karya
Engineering / Teknik Engineering / Teknik
PT. Citra Marga Nusaphala Persada
TOTAL
13
18
Engineering / Teknik
33
41 42
JSMR ADES
PT. Jasa Marga
Engineering / Teknik
DAVO
PT. Akasha Wira International PT. Davomas Abadi
Produk makanan dan minuman
43 44
DLTA
PT. Delta Djakarta
Produk makanan dan minuman
45
FAST
PT. Fast Food Indonesia
Produk makanan dan minuman
46
ICBP
PT. Indofood CBP Sukses Makmur PT. Indofood Sukses Makmur
Produk makanan dan minuman
PT. Mayora Indah
Produk makanan dan minuman
10
Produk makanan dan minuman
47
INDF
48
MYOR
49
ROTI
PT. Nippon Indosari Corpindo
Produk makanan dan minuman
50 51
PTSP PSDN
PT. Pioneerindo Gourmet International PT. Prasidha Aneka Niaga
Produk makanan dan minuman
52
SKBM
PT. Sekar Bumi
Produk makanan dan minuman
53
SKLT
PT. Sekar Laut
Produk makanan dan minuman
54
STTP
PT. Siantar TOP
Produk makanan dan minuman
55
AISA
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Produk makanan dan minuman
56
ALTO
PT. Tri Banyan Tirta
Produk makanan dan minuman
57
TBLA
Produk makanan dan minuman
58
ULTJ
PT. Tunas Baru Lampung PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
59
RMBA
PT. Bentoel International Investama
Tembakau dan Rokok
60 61
GGRM HMSP
PT. Gudang Garam
Tembakau dan Rokok
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna
Tembakau dan Rokok
62
ALDO
PT Alkindo Naratama
Kertas
63 64
FASW KBRI
PT. Fajar Surya Wisesa PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Kertas Kertas
65
SPMA
PT. Suparma
Kertas
66
JKPE
PT. Jasuindo Tiga Perkasa
Kertas
67
AKRA
PT. AKR Corporindo
Kimia
68
ETWA
PT Eterindo Wahanatama
Kimia
69
LTLS
PT. Lautan Luas
Kimia
70
DPNS
PT. Duta Pertiwi Nusantara
Kimia
71
INCI
PT. Intanwijaya Internasional
Kimia
72
AKKU
PT. Alam Karya Unggul
Kimia
73
AKPI
PT. Argha Karya Prima Industry
Kimia
74
AMFG
PT. Asahimas Flat Glass
Kimia
75
APLI
PT. Asiaplast Industries
Kimia
76 77
BRNA IGAR
PT. Berlina
Kimia
PT. Champion Pacific Indonesia
78
LMPI
PT. Langgeng Makmur Plastik Industri
Kimia Kimia
79
TRST
PT. Trias Sentosa
Kimia
80
YPAS
PT. Yanaprima Hastapersada
Kimia
81
SMCB
PT. Holcim Indonesia
Kimia
82 83
SMGR ALMI
PT. Semen Indonesia
Kimia
PT. Alumindo Light Metal Industry
Kimia
84
GDST
PT. Gunawan Dianjaya Steel
Kimia
Produk makanan dan minuman
Produk makanan dan minuman
Produk makanan dan minuman
17
3
5
34
85
INAI
PT. Indal Aluminium Industry
Kimia
86
JPRS
PT. Jaya Pari Steel
Kimia
87
LMSH
PT. Lion Mesh Prima
Kimia
88
LION
PT. Lion Metal Works
Kimia
89
BAJA
PT. Saranacentral Bajatama
Kimia
90
TIRA
PT. Tira Austenite
Kimia
91 92
ARNA KIAS
PT. Arwana Citramulia
Kimia
PT. Keramika Indonesia Assosiasi
Kimia
93
MLIA
PT. Mulia Industrindo
Kimia
94
TOTO
PT. Surya Toto Indonesia
Kimia
95 96
CPRO CPIN
PT. Central Proteinaprima
Kimia
PT. Charoen Pokphand Indonesia
Kimia
97
JPFA
PT. JAPFA
Kimia
98
MAIN
PT. Malindo Feedmiil
Kimia
99
SIPD
PT. Sierad Produce
Kimia
100
ASII
PT. Astra International
Otomotif
101 102
AUTO IMAS
PT. Astra Otoparts
Otomotif
PT. Indomobil Sukses Internasional
Otomotif
103
INDS
PT. Indospring
Otomotif
104
INTA
PT. Intraco Penta
Otomotif
105
LPIN
PT. Multi Prima Sejahtera
Otomotif
106 107
NIPS PRAS
PT. Nipress
Otomotif
PT. Prima Alloy Steel Universal
Otomotif
108
SMSM
PT. Selamat Sempurna
Otomotif
109
TURI
PT. Tunas Ridean
Otomotif
110
UNTR
PT. United Tractors
Otomotif
111
INAF
PT. Indofarma
Kesehatan
112
KLBF
PT. Kalbe Farma
Kesehatan
113
KAEF
PT. Kimia Farma
Kesehatan
114
MERK
PT. Merck
Kesehatan
115
PYFA
PT. Pyridam Farma
Kesehatan
116 117
TSPC SCPI
PT. Tempo Scan Pacific PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia
Kesehatan Kesehatan
118
SRAJ
PT. Sejahteraraya Anugerahjaya
Kesehatan
119
ASSA
PT. Adi Sarana Armada
Transportasi
120
APOL
PT. Arpeni Pratama Ocean Line
Transportasi
121 122
TAXI HITS
PT. Express Trasindo Utama PT. Humpuss Intermoda Transportasi
Transportasi Transportasi
123 124
IATA MIRA
PT. Indonesia Air Transport
Transportasi
PT. Mitra International Resources
Transportasi
125 126
WEHA NELY
PT. Panorama Transportasi
Transportasi
PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri
Transportasi
127
TMAS
PT. Pelayaran Tempuran Emas
Transportasi
128
SDMU
PT. Sidomulyo Selaras
Transportasi
33
11
8
35
129
SAFE
PT. Steady Safe
Transportasi
130
INDX
PT. Tanah Laut
Transportasi
131
ZBRA
PT. Zebra Nusantara
Transportasi
132
BTEL
PT. Bakrie Telecom
Media dan Komunikasi
133
ISAT
PT. INDOSAT
Media dan Komunikasi
134 135
FREN TLKM
PT. Smartfren Telecom
Media dan Komunikasi
PT. Telekomunikasi Indonesia
Media dan Komunikasi
136
TBIG
PT. Tower Bersama Infrastructure
Media dan Komunikasi
137
TRIO
PT. Trikomsel Oke
Media dan Komunikasi
138
EXCL
PT. XL Axiata
Media dan Komunikasi
139
INVS
PT. Inovisi Infracom
Media dan Komunikasi
140
CENT
PT. Centrin Online
Media dan Komunikasi
141 142
DNET EMTK
PT. Dyviacom Intrabumi
Media dan Komunikasi
PT. Elang Mahkota Teknologi
Media dan Komunikasi
143
KBLV
PT. First Media
Media dan Komunikasi
144
FORU
PT. Fortune Indonesia
Media dan Komunikasi
145
IBST
PT. Inti Bangun Sejahtera
Media dan Komunikasi
146
LMAS
PT. Limas Centric Indonesia
Media dan Komunikasi
147
ABBA
PT. Mahaka Media
Media dan Komunikasi
148
MNCN
PT. Media Nusantara Citra
Media dan Komunikasi
149
MSKY
PT. MNC SKY Vision
Media dan Komunikasi
150
MFMI
PT. Multifilling Mitra Vision
Media dan Komunikasi
151
SCMA
PT. Surya Citra Media
Media dan Komunikasi
152
LPLI
PT. Star Pacific
Media dan Komunikasi
153
TMPO
PT. Tempo Inti Media
Media dan Komunikasi
154
VIVA
PT. Visi Media Asia
Media dan Komunikasi
155
BAYU
PT. Bayu Buana
Pariwisata
156
BUVA
PT. Bukit Uluwatu Villa
Pariwisata
157
PDES
PT. Destinasi Tirta Nusantara
Pariwisata
158 159
GMCW HOME
PT. Grahamas Citrawisata
Pariwisata
PT. Hotel Mandarine Regency
Pariwisata
160
SHID
PT. Hotel Sahid Jaya International
Pariwisata
161
ICON
PT. Island Concepts Indonesia
Pariwisata
162 163
PANR
PT. Panorama Sentrawisata
PGLI
PT. Pembangunan Graha Lestari Indah
Pariwisata Pariwisata
164
PLIN
PT. Plaza Indonesia Realty
Pariwisata
165
PNSE
PT. Pudjiadi and Sons
Pariwisata
166 167
PSKT SONA
PT.Pusako Tarinka
Pariwisata
PT. Sona Topas Tourism Industry
Pariwisata
13
23
13
36
LAMPIRAN 3 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE NO
KODE
1
ARGO
PT. Argo Pantes
Tekstil
2
ERTX
PT. Eratex Djaja
Tekstil
3
HDTX
PT. Panasia Indo Resources
Tekstil
4
STAR
PT. Star Petrochem
Tekstil
5
SSTM
PT. Sunson Textile Manufacture
Tekstil
6
TRIS
PT. Trisula International
Tekstil
7
MYTX
PT. APAC Citra Centertex
Tekstil
8
MYRX
PT. Hanson International
Tekstil
SRSN
PT. Indo Acidatama
Tekstil
PBRX
PT. Pan Brothers Tex
Tekstil
BIMA
PT. Primarindo Asia Infrastructure
Tekstil
BATA
PT. Sepatu Bata
Tekstil
9 10 11 12 13 14
NAMA PERUSAHAAN
KATEGORI
KICI
PT. Kedaung Indah Can
Produk Rumah Tangga Produk Rumah Tangga
KDSI
PT. Kedawung Setia Industrial
15
JECC
PT. Jembo Cable Company
Produk Rumah Tangga
16
KBLI
Produk Rumah Tangga
17
SCCO
18
VOKS
PT. KMI Wire and Cable PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce PT. Voksel Electric
19
ASGR
PT. Astra Graphia
Produk Rumah Tangga
20
MTDL
PT. Metrodata Electronics
Produk Rumah Tangga
21
MLPL
PT. Multipolar
Produk Rumah Tangga
22
INTD
PT. Inter Delta
Produk Rumah Tangga
23
MDRN
PT. Modern Internasional
Produk Rumah Tangga
24
KONI
PT. Perdana Bangun Pustaka
Produk Rumah Tangga
25
TCID
PT. Mandom Indonesia
Produk Personal
26
MBTO
PT. Martina Berto
Produk Personal
MRAT
PT. Mustika Ratu
Produk Personal
UNVR
PT. Unilever Indonesia
Produk Personal
ACES
PT. Ace Hardware Indonesia
Retail
TMPI
PT. AGIS
Retail
AIMS
PT. Akbar Indo Makmur Stimec
Retail
CSAP
PT. Catur Sentosa Adiprana
Retail Retail
27 28 29 30 31 32 33
TOTAL
12
Produk Rumah Tangga Produk Rumah Tangga
EPMT
PT. Enseval Putra Megatrading
34
ERAA
PT. Erajaya Swasembada
Retail
35
GREN
PT. Evergreen Invesco
Retail
36
GLOB
PT. Global Teleshop
Retail
37
GOLD
PT. Golden Retaillindo
Retail
38
HERO
PT. Hero Supermarket
Retail
12
4
37
39
KOIN
PT. Kokoh Inti Arebama
Retail
40
LPPF
PT. Matahari Departement Store
Retail
41
MPPA
PT. Matahari Putra Prima
Retail
42
MIDI
PT. Midi Utama Indonesia
Retail
43
SDPC
PT. Millenium Pharmacon International
Retail
44
MAPI
PT. Mitra Adiperkasa
Retail
45
MICE
PT. Multi Indocitra
Retail
46
META
PT. Nusantara Infrastructure
Retail
47
TKGA
PT. Permata Prima Sakti
Retail
48
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa
Retail
49
RIMO
PT. Rimo Catur Lestari
Retail
SKYB
PT. Skybee
Retail
AMRT
PT. Sumber Alfaria Trijaya
Retail
RANC
PT. Supra Boga Lestari
Retail
TGKA
PT. Tigaraksa Satria
Retail
WICO
PT. Wicaksana Overseas International
Retail Retail
50 51 52 53 54 55
ASIA
PT. Asia Natural Resources
56
INPC
PT. Bank Artha Graha Internasional
Keuangan dan Perbankan
57
BBKP
PT. Bank Bukopin
Keuangan dan Perbankan
58
BNBA
PT. Bank Bumi Arta
Keuangan dan Perbankan
59
BACA
PT. Bank Capital Indonesia
Keuangan dan Perbankan
60
BBCA
PT. Bank Central Asia
Keuangan dan Perbankan
61
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga
Keuangan dan Perbankan
62
BDMN
PT. Bank Danamon
Keuangan dan Perbankan
63
BAEK SDRA
PT. Bank Ekonomi Raharja
Keuangan dan Perbankan
PT. Bank Himpunan Saudara 1906
Keuangan dan Perbankan
BABP
PT. Bank ICB Bumiputera
Keuangan dan Perbankan
BNII
PT. Bank Internasional Indonesia
Keuangan dan Perbankan
BMRI
PT. Bank Mandiri
Keuangan dan Perbankan
MAYA
PT. Bank Mayapada Internasional
Keuangan dan Perbankan
MEGA
PT. Bank Mega
Keuangan dan Perbankan
BCIC
PT. Bank Mutiara
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
64 65 66 67 68 69 70 71
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia
72
BBNP
PT. Bank Nusantara Parahyangan
Keuangan dan Perbankan
73
NISP
PT. Bank OCBC NISP
Keuangan dan Perbankan
74
BSWD
PT. Bank of India Indonesia
Keuangan dan Perbankan
75
PNBN
Keuangan dan Perbankan
76
BJBR
77
BJTM
78
BNLI
PT. Bank Pan Indonesia PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur PT. Bank Permata
79
BEKS
PT. Bank Pundi Indonesia
Keuangan dan Perbankan
80
BKSW
PT. Bank QNB Kesawan
Keuangan dan Perbankan
27
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
38
81
BBRI
PT. Bank Rakyat Indonesia
Keuangan dan Perbankan
82
AGRO
PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
Keuangan dan Perbankan
83
BSIM
PT. Bank Sinasrmas
Keuangan dan Perbankan
84
BTPN
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Keuangan dan Perbankan
85
BVIC
PT. Bank Victoria International
Keuangan dan Perbankan
86
MCOR
PT. Bank Windu Kentjana International
Keuangan dan Perbankan
87
ADMF
PT. Adira Dinamika Multi Finance
Keuangan dan Perbankan
88
BPFI
PT. Batavia Prosperindo Finance
Keuangan dan Perbankan
89
BFIN
PT. BFI Finance Indonesia
Keuangan dan Perbankan
90
BBLD
PT. Buana Finance
Keuangan dan Perbankan
91
CFIN
PT. Clipan Finance Indonesia
Keuangan dan Perbankan
GSMF
PT. Equity Development Investment
Keuangan dan Perbankan
HDFA
PT. Hade Finance
Keuangan dan Perbankan
MFIN
PT. Mandala Multifinance
Keuangan dan Perbankan
SMMA
PT. Sinar Mas Multiartha
Keuangan dan Perbankan
VRNA
PT. Verena Multi Finance
Keuangan dan Perbankan
PT. Tifa Finance
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
92 93 94 95 96 97
TIFA
98
WOMF
PT. Wahana Ottomitra Multiartha
99
ABDA
PT. Asuransi Bina Dana Arta
Keuangan dan Perbankan
100
ASBI
PT. Asuransi Bintang
Keuangan dan Perbankan
101
ASDM
PT. Asuransi Dayin Mitra
Keuangan dan Perbankan
102
AHAP
PT. Asuransi Harta Aman Pratama
Keuangan dan Perbankan
103
ASJT
PT. Asuransi Jasa Tania
Keuangan dan Perbankan
104
AMAG
PT. Asuransi Multi Artha Guna
Keuangan dan Perbankan
105
LPGI
PT. Lippo General Insurance
Keuangan dan Perbankan
106
MREI
PT. Maskapai Reasuransi Indonesia
Keuangan dan Perbankan
PNIN
PT. Panin Insurance
Keuangan dan Perbankan
ASRM
PT. Asuransi Ramayana
Keuangan dan Perbankan
ALKA
PT. Alakasa Industrindo
Keuangan dan Perbankan
BNBR
PT. Bakrie & Brothers
Keuangan dan Perbankan
BHIT
PT. Bhakti Investama
Keuangan dan Perbankan
BMTR
PT. Global Mediacom
Keuangan dan Perbankan Keuangan dan Perbankan
107 108 109 110 111 112 113
UNIT
PT. Nusantara Inti Corpora
114
PLAS
PT. Polaris Investama
Keuangan dan Perbankan
115
POOL
PT. Pool Advista Indonesia
Keuangan dan Perbankan
116
SMRU
PT. SMR Utama
Keuangan dan Perbankan
117
PNLF
PT. Panin Financial
Keuangan dan Perbankan
118
ARTA
PT. Arthavest
Keuangan dan Perbankan
119
HADE
PT. HD Capital
Keuangan dan Perbankan
120
KREN
PT. Kresna Graha Sekurindo
Keuangan dan Perbankan
121
LPPS
PT. Lippo Securities
Keuangan dan Perbankan
122
AKSI
PT. Majapahit Securities
Keuangan dan Perbankan
39
123
PADI
PT. Minna Padi Investama
Keuangan dan Perbankan
124
BCAP
PT. MNC Kapital Indonesia
Keuangan dan Perbankan
125
OCAP
PT. Onix Capital
Keuangan dan Perbankan
126
APIC
PT. Pacific Strategic Financial
Keuangan dan Perbankan
127
PEGE
PT. Panca Global Securities
Keuangan dan Perbankan
128
PANS
PT. Panin Sekuritas
Keuangan dan Perbankan
129
RELI
PT. Reliance Securities
Keuangan dan Perbankan
130
TRIM
PT. Trimegah Securities
Keuangan dan Perbankan
131
YULE
PT. Yulie Sekurindo
Keuangan dan Perbankan
132
APLN
PT. Agung Podomoro Land
Properti
133
ASRI
PT. Alam Sutera Realty
Properti
ELTY
PT. Bakrieland Development
Properti
BAPA
PT. Bekasi Asri Pemula
Properti
BEST
PT. Bekasi Fajar Industrial Estate
Properti
BIPP
PT. Bhuwanatala Indah Permai
Properti
BMSR
PT. Bintang Mitra Semestaraya
Properti Properti
134 135 136 137 138 139
BKDP
PT. Bukit Darmo Property
140
BCIP
PT. Bumi Citra Permai
Properti
141
CTRA
PT. Ciputra Development
Properti
142
COWL
PT. Cowell Development
Properti
143
MDLN
PT. Modernland Realty Ltd
Properti
144
SCBD
PT. Danayasa Arthatama
Properti
145
DUTI
PT. Duta Pertiwi
Properti
146
DART
PT. Duta Anggada Realty
Properti
147
CTRS
PT. Ciputra Surya
Properti
148
CTRP
PT. Ciputra Property
Properti Properti
149
FMII
PT. Fortune Mate Indonesia
150
GAMA
Properti
151
GMTD
152
GWSA
PT. Gading Development PT. Gowa Makassar Tourism Development PT. Greenwood Sejahtera PT. Indonesia Paradise Property
Properti
OMRE
PT. Indonesia Prima Property
Properti Properti
153 154 155
INPP
Properti Properti
DILD
PT. Intiland Development
156
KIJA
Properti
157
JIHD
158
JSPT
PT. Jababeka PT. Jakarta International Hotel & Development PT. Jakarta Setiabudi Internasional
JRPT
PT. Jaya Real Property
Properti
LCGP
PT. Laguna Cipta Griya
Properti Properti
159 160 161
76
Properti Properti
LPCK
PT. Lippo Cikarang
162
LPKR
PT. Lippo Karawaci
Properti
163
MAMI
PT. Mas Murni Indonesia
Properti
164
EMDE
PT. Megapolitan Developments
Properti
40
165
MTSM
PT. Metro Realty
Properti
166
MTLA
PT. Metropolitan Land
Properti
167
KPIG
PT. MNC Land
Properti
168
PWON
PT. Pakuwon Jati
Properti
169
PJAA
PT. Pembangunan Jaya Ancol
Properti
170
GPRA
PT. Perdana Gapuraprima
Properti
171
RODA
PT. Pikko Land Development
Properti
172
PUDP
PT. Pudjiadi Prestige Limited
Properti
173
RBMS
PT. Ristia Bintang Mahkotasejati
Properti
174
BKSL
PT. Sentul City
Properti
175
SSIA
PT. Surya Semesta Internusa
Properti
SMDM
PT. Suryamas Dutamakmur
Properti
GEMA
PT. Gema Grahasarana
Properti
TOWR
PT. Sarana Menara Nusantara
Properti
SUPR
PT. Solusi Tunas Pratama
Properti
176 177 178 179
48
41
LAMPIRAN 4 DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE NO KODE CSR ROE Q
1 AALI 0,65 0,269 2,67
2 UNSP 0,80 -0,119 0,65
3 BISI 0,52 0,094 1,64
4 GZCO 0,3 0,062 0,87
5 IIKP 0,28 -0,043 12,20
6 JAWA 0,59 0,123 1,07
7 LSIP 0,58 0,178 2,20
8 PALM 0,54 -0,097 1,17
9 SIMP 0,65 0,094 1,07
NO KODE CSR ROE Q
10 SGRO 0,62 0,126 1,47
11 WAPO 0,29 1,665 1,32
12 BTEK 0,33 0,014 9,77
13 ANTM 0,7 -0,306 0,97
14 ATPK 0,27 0,233 1,47
15 BIPI 0,47 -0,382 1,70
16 CKRA 0,25 0,002 1,12
17 DKFT 0,37 0,003 1,61
18 CITA 0,09 0,219 0,96
NO KODE CSR ROE Q
19 CTTH 0,41 0,208 0,96
20 ELSA 0,73 0,035 0,82
21 CNKO 0,27 0,066 1,38
22 GTBO 0,3 0,089 0,62
23 SMMT 0,49 0,742 6,91
24 GEMS 0,47 0,034 4,22
25 LAPD 0,48 0,062 0,98
26 MITI 0,51 0,022 1,76
27 MYOH 0,48 -0,233 1,75
NO KODE CSR ROE Q
28 TINS 0,82 0,435 1,51
29 RUIS 0,35 0,095 0,93
30 ARTI 0,42 0,122 0,68
31 ADHI 0,56 0,061 1,25
32 JKON 0,47 0,181 0,91
33 DGIK 0,43 0,182 0,88
34 PTPP 0,59 0,047 1,27
35 TOTL 0,51 0,187 2,13
36 TRUB 0,44 0,257 0,99
NO KODE CSR ROE Q
37 WIKA 0,75 -0,306 1,56
38 WSKT 0,65 0,046 1,12
39 CMNP 0,42 -0,127 1,25
40 JSMR 0,66 0,154 2,13
41 ADES 0,46 0,157 3,34
42 DAVO 0,48 0,399 2,09
43 DLTA 0,29 -1,074 5,15
44 FAST 0,68 0,357 1,17
45 ICBP 0,66 0,208 2,99
NO KODE CSR ROE Q
46 INDF 0,66 0,190 1,29
47 MYOR 0,54 0,140 2,18
48 ROTI 0,44 0,243 1,61
49 PTSP 0,43 -0,224 3,07
50 PSDN 0,52 0,301 0,83
51 SKBM 0,47 -0,063 1,65
52 SKLT 0,47 0,099 0,98
53 STTP 0,32 0,061 1,73
54 AISA 0,65 0,129 1,29
NO KODE CSR ROE Q
55 ALTO 0,39 0,125 1,87
56 TBLA 0,62 0,086 1,13
57 ULTJ 0,49 0,139 1,95
58 RMBA 0,39 0,211 1,34
59 GGRM 0,37 -0,168 2,95
60 HMSP 0,53 0,153 10,35
61 TIRT 0,22 0,747 0,95
62 ALDO 0,38 0,130 1,89
63 FASW 0,58 0,003 1,67
NO KODE CSR ROE Q
64 KBRI 0,57 0,050 0,63
65 SPMA 0,43 0,051 0,79
66 JKPE 0,43 0,206 1,96
67 AKRA 0,53 0,147 1,98
68 ETWA 0,57 0,068 0,85
69 LTLS 0,28 0,096 0,86
70 DPNS 0,33 0,132 0,85
71 INCI 0,34 0,038 0,46
72 AKKU 0,38 -0,519 4,20
42
NO KODE CSR ROE Q
73 AKPI 0,48 0,037 0,80
74 AMFG 0,66 0,141 1,37
75 APLI 0,47 0,019 0,73
76 BRNA 0,66 0,181 1,23
77 IGAR 0,46 0,184 1,41
78 LMPI 0,47 0,006 0,81
79 TRST 0,49 0,045 0,80
80 YPAS 0,53 0,100 1,79
81 SMCB 0,54 0,160 2,13
NO KODE CSR ROE Q
82 SMGR 0,75 0,271 3,82
83 ALMI 0,41 0,024 0,74
84 GDST 0,51 0,059 1,07
85 INAI 0,35 0,179 0,85
86 JPRS 0,44 0,028 0,55
87 LMSH 0,46 0,423 1,03
88 LION 0,49 0,230 1,39
89 BAJA 0,47 0,073 1,16
90 TIRA 0,42 0,066 0,98
NO KODE CSR ROE Q
91 ARNA 0,72 0,262 1,16
92 KIAS 0,48 0,036 1,23
93 MLIA 0,3 -0,025 0,86
94 TOTO 0,58 0,263 2,57
95 ASII 0,82 -3,978 2,18
96 AUTO 0,65 0,328 2,03
97 IMAS 0,39 0,226 1,50
98 INDS 0,35 0,444 1,11
99 INTA 0,56 0,012 1,11
NO KODE CSR ROE Q
100 LPIN 0,24 0,253 1,24
101 NIPS 0,34 0,207 0,60
102 PRAS 0,24 0,158 1,21
103 SMSM 0,56 0,118 2,85
104 TURI 0,38 0,025 1,88
105 UNTR 0,78 0,123 1,81
106 INAF 0,72 0,100 1,27
107 KLBF 0,71 0,056 5,34
108 KAEF 0,47 0,327 2,23
NO KODE CSR ROE Q
109 MERK 0,46 0,238 6,25
110 PYFA 0,53 0,178 1,03
111 TSPC 0,38 0,065 3,85
112 SCPI 0,41 0,241 1,22
113 ASSA 0,61 0,143 1,07
114 APOL 0,41 0,259 2,10
115 TAXI 0,63 0,061 1,33
116 HITS 0,47 0,189 1,29
117 IATA 0,46 -0,715 1,34
NO KODE CSR ROE Q
118 MIRA 0,42 0,007 1,36
119 WEHA 0,52 0,040 0,97
120 NELY 0,29 0,247 1,03
121 TMAS 0,37 0,116 0,73
122 SDMU 0,48 -0,025 1,14
123 SAFE 0,32 -0,189 3,51
124 INDX 0,24 0,032 1,00
125 ZBRA 0,18 0,070 2,46
126 BTEL 0,51 0,189 0,95
NO KODE CSR ROE Q
127 ISAT 0,63 0,158 1,28
128 FREN 0,32 0,029 0,91
129 TLKM 0,65 0,075 0,71
130 TBIG 0,42 0,267 2,56
131 TRIO 0,42 -0,887 1,49
132 EXCL 0,58 0,065 1,90
133 INVS 0,32 0,025 1,45
134 CENT 0,22 -0,314 52,74
135 DNET 0,23 0,274 2,98
NO KODE CSR ROE Q
136 EMTK 0,28 0,218 2,48
137 KBLV 0,27 0,240 0,68
138 FORU 0,39 0,180 0,75
139 IBST 0,27 0,185 2,52
140 LMAS 0,16 -0,088 0,88
141 ABBA 0,27 0,017 1,19
142 MNCN 0,28 0,448 3,95
143 MSKY 0,32 0,004 3,73
144 MFMI 0,39 0,101 1,12
NO KODE CSR ROE Q
145 SCMA 0,42 0,454 7,71
146 LPLI 0,24 0,049 0,25
147 TMPO 0,39 0,030 0,96
148 VIVA 0,37 0,242 3,23
149 BAYU 0,22 0,036 1,50
150 BUVA 0,48 0,088 1,50
151 PDES 0,13 0,417 0,90
152 GMCW 0,3 0,194 2,75
153 HOME 0,38 0,254 0,68
43
NO KODE CSR ROE Q
154 SHID 0,53 0,043 0,60
155 ICON 0,32 0,100 4,30
156 PANR 0,35 0,074 0,95
157 PGLI 0,37 0,067 1,45
158 PLIN 0,43 0,212 1,83
NO KODE CSR ROE Q
163 CPIN 0,37 0,007 4,98
164 JPFA 0,48 0,105 0,80
165 MAIN 0,33 0,181 2,76
166 SIPD 0,46 0,023 0,76
167 SRAJ 0,35 0,173 2,35
159 PNSE 0,47 -0,044 1,33
160 PSKT 0,51 0,014 2,15
161 SONA 0,33 0,060 1,25
162 CPRO 0,38 0,113 1,29
44
LAMPIRAN 5 DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE NO KODE CSR ROE Q
1 ARGO 0,43 -1,049 1,16
2 ERTX 0,35 0,071 0,91
3 HDTX 0,33 0,005 1,09
4 STAR 0,32 0,002 0,67
5 SSTM 0,29 -0,050 0,84
6 TRIS 0,56 0,183 1,13
7 MYTX 0,54 2,071 1,29
8 MYRX 0,3 0,111 2,24
9 SRSN 0,51 0,063 1,08
NO KODE CSR ROE Q
10 PBRX 0,42 0,110 1,23
11 BIMA 0,47 -0,014 3,65
12 BATA 0,42 0,179 0,34
13 KICI 0,46 0,034 0,69
14 KDSI 0,34 0,117 0,81
15 JECC 0,44 0,222 1,20
16 KBLI 0,57 0,148 0,93
17 SCCO 0,39 0,260 1,15
18 VOKS 0,66 0,244 1,15
NO KODE CSR ROE Q
19 ASGR 0,51 0,207 0,98
20 MTDL 0,28 0,167 0,80
21 MLPL 0,27 0,024 0,62
22 INTD 0,43 0,202 1,57
23 MDRN 0,47 0,056 1,92
24 KONI 0,22 0,078 0,88
25 TCID 0,58 0,137 1,88
26 MBTO 0,52 0,105 0,95
27 MRAT 0,49 0,080 0,61
NO KODE CSR ROE Q
28 UNVR 0,75 1,219 14,17
29 ACES 0,29 0,265 7,55
30 TMPI 0,2 0,004 2,25
31 AIMS 0,11 0,023 1,09
32 CSAP 0,23 0,097 1,04
33 EPMT 0,28 0,156 1,43
34 ERAA 0,33 0,168 2,52
35 GREN 0,39 0,001 0,69
36 GLOB 0,3 0,272 1,76
NO KODE CSR ROE Q
37 GOLD 0,15 0,096 1,48
38 HERO 0,41 0,183 3,39
39 KOIN 0,29 0,655 1,72
40 LPPF 0,51 -0,399 4,35
41 MPPA 0,37 0,062 1,34
42 MIDI 0,44 0,101 2,06
43 SDPC 0,38 0,094 0,90
44 MAPI 0,27 0,199 2,49
45 MICE 0,33 0,138 0,76
NO KODE CSR ROE Q
46 META 0,49 0,046 1,72
47 TKGA 0,18 0,422 1,27
48 RALS 0,23 0,139 2,40
49 RIMO 0,28 0,238 8,83
50 SKYB 0,3 0,056 1,24
51 AMRT 0,32 0,155 0,84
52 RANC 0,35 0,101 2,32
53 TKGA 0,46 0,203 1,44
54 WICO 0,13 0,936 0,85
NO KODE CSR ROE Q
55 ASIA 0,14 -0,178 2,51
56 INPC 0,39 0,033 0,95
57 BBKP 0,35 0,167 1,00
58 BNBA 0,24 0,109 0,96
59 BACA 0,3 0,073 0,98
60 BBCA 0,44 0,226 1,39
61 BNGA 0,63 0,188 1,03
62 BDMN 0,51 0,143 1,16
63 BAEK 0,44 0,071 0,99
NO KODE CSR ROE Q
64 SDRA 0,29 0,221 1,12
65 BABP 0,27 0,001 1,04
66 BNII 0,53 0,125 1,11
67 BMRI 0,46 0,210 1,10
68 MAYA 0,39 0,143 1,40
69 MEGA 0,38 0,220 1,00
70 BCIC 0,37 0,117 3,13
71 BBNI 0,56 0,162 1,08
72 BBNP 0,28 0,129 0,99
45
NO KODE CSR ROE Q
73 NISP 0,37 0,102 1,03
74 BSWD 0,35 0,147 1,39
75 PNBN 0,43 0,129 0,98
76 BJBR 0,48 0,199 1,02
77 BJTM 0,43 0,132 0,88
78 BNLI 0,57 0,109 1,00
79 BEKS 0,42 0,072 1,07
80 BKSW 0,35 -0,034 1,33
81 BBRI 0,54 0,288 1,18
NO KODE CSR ROE Q
82 AGRO 0,3 0,089 1,04
83 BSIM 0,53 0,125 1,05
84 BTPN 0,35 0,256 1,01
85 BVIC 0,48 0,140 0,95
86 MCOR 0,32 0,123 1,00
87 ADMF 0,25 0,282 1,19
88 BPFI 0,38 0,155 0,98
89 BFIN 0,51 0,171 1,02
90 BBLD 0,27 0,148 1,04
NO KODE CSR ROE Q
91 CFIN 0,16 0,136 0,81
92 GSMF 0,15 0,102 1,06
93 HDFA 0,44 0,059 1,10
94 MFIN 0,34 0,245 0,98
95 SMMA 0,19 0,096 1,25
96 VRNA 0,27 0,151 0,94
97 TIFA 0,39 0,181 1,02
98 WOMF 0,34 0,017 0,98
99 ABDA 0,29 0,191 1,90
NO KODE CSR ROE Q
100 ASBI 0,34 0,221 0,91
101 ASDM 0,34 0,163 0,86
102 AHAP 0,2 0,200 2,41
103 ASJT 0,25 0,143 1,27
104 AMAG 0,27 0,192 0,92
105 LPGI 0,27 0,192 0,53
106 MREI 0,27 0,300 1,39
107 PNIN 0,3 0,136 0,45
108 ASRM 0,22 0,203 1,05
NO KODE CSR ROE Q
109 APLN 0,47 0,093 1,07
110 ASRI 0,29 0,065 1,64
111 ELTY 0,59 0,107 0,55
112 BAPA 0,19 0,139 1,02
113 BEST 0,41 0,001 2,71
114 BIPP 0,24 0,039 1,50
115 BMSR 0,2 0,105 1,97
116 BKDP 0,3 -0,242 1,00
117 BCIP 0,44 0,134 1,58
NO KODE CSR ROE Q
118 CTRA 0,47 0,038 1,23
119 COWL 0,32 0,037 0,45
120 MDLN 0,52 0,034 0,95
121 SCBD 0,38 0,158 1,03
122 DUTI 0,42 -0,013 1,02
123 DART 0,29 0,062 0,83
124 CTRS 0,32 0,208 1,48
125 CTRP 0,49 -1,178 0,98
126 FMII 0,28 0,009 2,10
NO KODE CSR ROE Q
127 GAMA 0,41 0,121 1,69
128 GMTD 0,32 0,252 0,81
129 GWSA 0,44 0,099 1,03
130 INPP 0,37 -0,526 0,92
131 OMRE 0,24 0,037 1,05
132 DILD 0,53 0,133 0,90
133 KIJA 0,48 0,257 0,99
134 JIHD 0,42 -0,097 0,60
135 JSPT 0,46 0,051 0,98
NO KODE CSR ROE Q
136 JRPT 0,46 0,266 3,62
137 LCGP 0,25 -0,179 0,84
138 LPCK 0,35 -0,081 1,35
139 LPKR 0,38 -0.090 1,46
140 MAMI 0,29 0,049 0,33
141 EMDE 0,42 0,100 0,86
142 MTSM 0,16 0,061 1,69
143 MTLA 0,49 0,117 2,22
144 KPIG 0,33 0,026 1,95
46
NO KODE CSR ROE Q
145 PWON 0,43 0,119 0,93
146 PJAA 0,52 0,064 1,00
147 GPRA 0,32 0,124 0,75
148 RODA 0,22 0,080 2,23
149 PUDP 0,35 0,004 0,71
150 RBMS 0,49 0,007 0,37
151 BKSL 0,52 0,275 1,19
152 SSIA 0,44 0,263 1,68
153 SMDM 0,39 0,012 0,49
NO KODE CSR ROE Q
154 GEMA 0,49 0,074 0,96
155 TOWR 0,28 0,051 0,93
156 SUPR 0,46 0,096 1,39
157 ALKA 0,44 0,025 1,01
158 BNBR 0,48 0,130 0,65
159 BHIT 0,48 0,193 1,00
160 BMTR 0,34 -0,004 1,85
161 UNIT 0,3 0,331 0,40
162 PLAS 0,35 0,115 3,70
NO KODE CSR ROE Q
163 POOL 0,25 0,004 2,56
164 SMRU 0,35 0,008 2,04
165 PNLF 0,3 0,047 0,61
166 ARTA 0,3 0,123 0,62
167 HADE 0,22 0,066 0,84
168 KREN 0,37 0,245 1,86
169 LPPS 0,15 0,136 0,25
170 AKSI 0,2 0,080 0,91
171 PADI 0,27 0,052 2,39
NO KODE CSR ROE Q
172 BCAP 0,3 0,083 1,36
173 OCAP 0,25 0,014 1,53
174 APIC 0,32 0,046 0,11
175 PEGE 0,27 0,442 1,00
176 PANS 0,29 0,022 1,80
177 RELI 0,27 0,202 1,17
178 TRIM 0,2 0,101 1,36
179 YULE 0,16 0,102 0,73
47
LAMPIRAN 6 HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR_HIGH
167
.09
.82
.4520
.14674
ROE_HIGH
167
-3.970
1.665
.08001
.417974
TOBIN_HIGH
167
.25
52.70
2.1735
4.28482
CSR_LOW
179
.11
.75
.3623
.11689
ROE_LOW
179
-1.178
2.071
.11931
.253226
TOBIN_LOW
179
.11
14.10
1.4192
1.37415
CSR
346
.09
.82
.4056
.13936
ROE
346
-3.970
2.071
.10055
.342512
TOBIN
346
.11
52.70
1.7833
3.15447
Valid N (listwise)
167
48
LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
CSR_HIGH
.071
167
.039
.988
167
.164
ROE_HIGH
.318
167
.000
.475
167
.000
TOBIN_HIGH
.340
167
.000
.256
167
.000
CSR_LOW
.078
167
.015
.989
167
.243
ROE_LOW
.217
167
.000
.584
167
.000
TOBIN_LOW
.248
167
.000
.465
167
.000
a. Lilliefors Significance Correction
49
LAMPIRAN 8
HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR Test Statisticsa
Ranks
CSR
KODIN G_CSR CSR
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
9.686E3 2.580E4
1
167
205.00
34235.50
Wilcoxon W
2
179
144.11
25795.50
Z
Total
346
Asymp. Sig. (2-tailed)
-5.661 .000
a. Grouping Variable: KODING_CSR
Frequencies KODING_ CSR CSR
N
1
167
2
179
Total
346
50
LAMPIRAN 9 HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE
Test Statisticsa
Ranks
ROE
KODIN G_ROE ROE
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
1.489E4 2.892E4
1
167
173.17
28919.50
Wilcoxon W
2
179
173.81
31111.50
Z
Total
346
-.059
Asymp. Sig. (2-tailed)
.953
a. Grouping Variable: KODING_ROE
Frequencies KODING_ ROE ROE
N
1
167
2
179
Total
346
51
LAMPIRAN 10 HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q
Test Statisticsa
Ranks
TOBIN
KODIN G_TOB IN TOBIN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Mann-Whitney U
1.166E4
Wilcoxon W
2.778E4
1
167
191.15
32256.00
Z
2
179
155.17
27775.00
Asymp. Sig. (2-tailed)
Total
346
-3.530 .000
a. Grouping Variable: KODING_TOBIN
Frequencies
KODING _TOBINN TOBIN
1
167
2
179
Total
346
52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA
: SISILIA DEVINA PERMATASARI
NIM
: 232011024
ALAMAT ASAL
: PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG
JUDUL SKRIPSI
: ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012
RIWAYAT PENDIDIKAN :
SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005 SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008 SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN 2014
PENGALAMAN PANITIA / KERJA : PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013 PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI 2013 PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013 PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014 PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19 JUNI 2014 ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014 ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014 ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014
53