Kurindu SabdaMu: Suatu Pengantar Penafsiran Alkitab Written by Daniel Ronda Tuesday, 27 March 2012 07:31 -
Artikel lama tentang Prinsip Penafsiran Sederhana
Oleh Daniel Ronda
Pendahuluan Firman Tuhan penting bagi kita orang percaya. Ada beberapa point tentang pentingnya Alkitab bagi kita. [1] Pertama, karena dengan Firman Allah orang dapat mengenal keselamatan dari Kristus (Roma 10:13,14). Kedua, Firman Allah merupakan makanan rohani bagi setiap murid Kristus (Yohanes 6:63; 17:17). Ketiga, Firman Allah merupakan petunjuk bagi kehidupan orang percaya (Mazmur 119:105). Keempat, Alkitab merupakan senjata rohani bagi kita (Matius 4:1-11; Efesus 6:10-20) dan janji penyertaan bagi mereka yang mengasihi Firman-Nya (Yohanes 14:15, 21,23). Kelima, Alkitab merupakan dasar seluruh pengajaran dalam gereja dan khotbah dalam gereja Tuhan (Efesus 2:19-22).
Kita seharusnya bukan hanya menjadi mendengar Firman Tuhan, tetapi juga seharusnya membagikan Firman Tuhan kepada orang lain. Kendala yang dihadapi adalah suatu perasaan ketidakmampuan dalam membagikan Firman Tuhan. Ini bisa terjadi karena pemahaman terhadap latar belakang yang kurang, begitu pula cara mengkomunikasikannya. Itu sebabnya dalam tulisan yang singkat dan sederhana ini kita akan belajar bagaimana menafsir suatu Alkitab atau sering dikenal dengan istilah Hermeneutika.
Mengapa Perlu Belajar Hermeneutika?
Hermeneutika yang benar akan menolong kita menghindari beberapa posisi ekstrim terhadap Alkitab. Dengan mempelajari tafsiran yang baik akan memberikan kita suatu informasi yang lebih akurat dan lebih sensitif dalam menafsirkannya.
1/5
Kurindu SabdaMu: Suatu Pengantar Penafsiran Alkitab Written by Daniel Ronda Tuesday, 27 March 2012 07:31 -
Beberapa sikap ekstrim yang patut dihindari dalam menafsirkan Alkitab. Pertama, Alkitab tidak perlu ditafsirkan lagi. Alkitab sudah jelas dan tidak perlu lagi bantuan para ahli. Kita cukup membaca dan mengerti. Namun pendekatan ini keliru karena mengabaikan masalah. Contoh, bahwa kita bisa mengerti Firman Tuhan sekarang dalam bahasa Indonesia karena adanya para ahli yang bersusah payah menerjemahkannya dari text bahasa Yunani. Kedua, terlalu obsesi dengan hermeneutika sehingga lupa akan mandat bahwa Firman Tuhan untuk dipelajari dan ditaati. Contohnya, penyelidikan historis tentang mujizat menghasilkan kesimpulan bahwa mujizat itu bukan suatu yang eksis tetapi hanya mitos.
Perlunya hermeneutika karena beberapa hal. [2] Pertama, pengarang dan pembaca sekarang hidup dalam dunia yang berbeda. Alkitab ditulis dalam budaya yang berbeda dengan budaya kita di Indonesia. Sebagai seorang yang ingin menyampaikan Firman Allah perlu menjembatani gap budaya ini. Kedua, ekspresi bahasa Alkitab sangat berbeda dengan ekspresi bahasa Indonesia. Bahasa berkaitan dengan worldvie w suatu bangsa. Ini menjadi tugas yang tidak ringan karena harus mempelajari bukan hanya bahasanya, tetapi juga sekaligus worldview -nya.
Beberapa Prinsip Penafsiran Alkitab Mengingat pentingnya hermeneutika, maka ada beberapa prinsip hermeneutika yang bisa kita pelajari: [3]
Pertama, Text. Artinya pelajarilah apa makna teks suatu ayat atau paragraf yang dibahas.
Kedua, Co-Text. Artinya melihat hubungan ayat dengan ayat di atas atau di bawahnya.
Ketiga, Context. Artinya mempelajari latar belakang sejarah dan sosiologi dari teks yang dibahas.
2/5
Kurindu SabdaMu: Suatu Pengantar Penafsiran Alkitab Written by Daniel Ronda Tuesday, 27 March 2012 07:31 -
Di samping itu setiap penafsir hendaknya memiliki terlebih dahulu beberapa kualitas rohani. Pertama bahwa tujuan hidup kita adalah semata-mata untuk memuliakan Allah dan menikmati perkekutuan dengan Dia selama-lamanya (Shorter Westminster Cathecism). Kedua, bahwa keseriusan kita mempelajari Firman Tuhan perlulah disertai KETAATAN (Yohanes 15:14; 14:15). Ketiga, penafsir haruslah bergantung kepada Roh Kudus karena Roh Kuduslah yang akan menuntun kita kepada kebenaran. Keempat, penafsir senantiasa berhubungan dengan Tuhan dalam doa dan penyembahan untuk menjadikan Firman Allah senantiasa menjadi hidup di dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa “Bumbu” dalam Hermeneutika Pertama, milikilah Alkitab dalam berbagai versi baik dalam bahasa Indonesia (LAI dan BIS) dan juga bahasa Inggris (NIV, KJV, RSV). Ini akan menolong melihat ayat dalam perspektif yang lebih luas dan akurat. Alkitablah yang pertama-tama harus dilihat dan dipelajari dalam penafsiran. Kemudian kita bisa melihat konkordansi, dan untuk memahami text dan cotext maka diperlukan buku-buku tafsiran.
Kedua, untuk mengerti tentang latar belakang sejarah diperlukan buku-buku pengantar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dari sini kita akan mendapat informasi tentang tanggal dan tempat penulisan, pengarang, struktur penulisan, penerima surat, tujuan penulisan, “historical setting”, dan situasi saat bagian itu ditulis. Perlu juga memiliki buku Ensiklopedi untuk mengetahui latar belakang sejarah, arkeologi, agama-agama yang memberikan sumbangan besar akan pengertian kita kepada text Alkitab.
Ketiga, teologi kita akan mempengaruhi cara kita menafsirkan Alkitab. Penting sekali untuk memiliki presuposisi yang mempercayai Alkitab adalah Firman Allah.
Keempat, kita perlu memperhatikan konteks budaya di mana kita menyampaikan apa yang kita tafsirkan, karena kebanyakan buku-buku hermeneutika yang ada berasal dari dunia Barat yang konteksnya adalah western oriented.
3/5
Kurindu SabdaMu: Suatu Pengantar Penafsiran Alkitab Written by Daniel Ronda Tuesday, 27 March 2012 07:31 -
Kelima, setelah mempelajari text, co-text, dan context maka kita perlu mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari sesuai dengan kebutuhan pendengar kita.
Kesimpulan
Jadi tujuan penafsiran adalah untuk mencapai kedekatan dengan situasi dari penulis Alkitab dan penerima aslinya dan mendapatkan tujuan dari penulisan sehingga penafsiran kita akan lebih baik. Walaupun demikian ketergantungan kepada Roh Kudus adalah mutlak dalam mempelajari Firman Allah disamping keterampilan dalam menafsir. Belajar hermeneutika secara positif akan menghasilkan pertumbuhan iman dan akan lebih efektif dalam pelayanan. Akhirnya kreativitas dari masing-masing pribadi diperlukan dalam mengaplikasikan konsep-konsep penafsiran di atas. Ini untuk menghilangkan rasa takut dan perasaan tidak mampu, bahkan sebaliknya menafsirkan Alkitab menjadi sesuatu yang menyenangkan dan memperkaya kehidupan rohani kita.
Ujungpandang, 16 Mei 1999.
[1] Ide di atas disimpulkan dari Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alikitab (Malang: SAAT, 1986), 4-10.
[2] Pokok-pokok pikiran diambil dari Derek Newton, et al, “Biblical Criticism: A Working Paper” di Pronesis 5:2 (1998): 59-78.
4/5
Kurindu SabdaMu: Suatu Pengantar Penafsiran Alkitab Written by Daniel Ronda Tuesday, 27 March 2012 07:31 -
[3] P. Cotterell dan M. Turner, Linguistics and Biblical Interpretation (Downers Grove: IVP, 1989), 16.
5/5