Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
PENCEGAHANKORBAN NARKOBA MELALUI TERAPI DZIKIR Oleh: Ahmad Mutohar.1 ABSTRAK Masyarakat umum sekarang ini menganggap kejahatan narkoba sebagai masalah yang mencemaskan atau memprihatinkan sehingga berbagai cara dilakukan untuk mengatasinya. Bagi yang belum terlibat dilakukan usaha pencegahan, sementara yang sudah terlibat dan berada pada stadium akut terpaksa harus diobati secara intensif. Namun ternyata pengobatan pada penyakit ini tidaklah mudah, karena tidak saja menyangkut aspek fisiologis, tetapi juga aspek psikologis yang justru butuh upaya rehabilitasi secara kontinyu. Karena itu berbagai teknis medis mulai kesulitan mengobatinya, termasuk dengan terapi modern sekalipun. Berbagai cara penanggulangan relatif kurang berhasil, dan ternyata yang palingefektif adalah pendekatan agama yaitu melalui dzikir, baik dalam upaya pencegahan maupun pengobatan. Melalui dzikir dapat menjauhi perbuatan terlarang dan naluri manusia berdzikir mendorongnya melakukan perbuatan terpuji. Kenyataan menunjukkan bahwa yang terlibat dan jadi korban narkoba adalah mereka yang hampa agama terutama untuk mengingat Allah atau berdzikir, serta jauh dari kasih sayang orang tua, bergelut dengan kehidupan kota tanpa kendali diri yang memadai. hati manusia akan tenang dan akan dapat memberikan kesembuhan pada penyakit jiwa yang dideritanya. Hati seorang yang selalu dzikir akan menjadi suci sehingga dapat membersihkan niat dan pikirannya. Kata Kunci:Pencegahan, Korban Narkoba, Tarapi Dzikir PENDAHULUAN Pemakaian Narkoba tidak hanya menimpa pada kaum remaja atau siswa, tetapi sudah meningkat kepada para mahasiswa dan orang yang sudah bekerja. Demikian pula status 1
Dosen tetap Fakultas Dakwah IAIN Jember
~1~
Ahmad Mutohar
sosial pengedar, bukan hanya dilakukan oleh orang-orang awam, tapi juga dilakukan pula oleh orang-orang yang punya status sosial yang baik seperti oknum mahasiswa, oknum dokter, oknum TNI/POLRI, pengusaha bahkan anak-anak pun bisa menjadi pemakai Narkoba. Istilah kenakalan remaja pada dasarnya adalah istilah yang berkembang di masyarakat karena lebih dikatakan sebagai istilah sosiologis yang digambarkan dengan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan masyarakat yang dilakukan oleh kalangan remaja. Istilah sosiologis itu mempunyai konotasi atas perubahan yang layak bagi anak-anak yang menunjukkan kelainan-kelainan yang berdasarkan pandangan komunitassetempat. Terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada remaja tidak terlepas dari masalah teman sebaya, orang tua dan remaja itu sendiri. Teman sebaya secara tipikal menggantikan peran keluarga sebagai hal utama untuk sosialisasi dan aktivitas waktu luang. Remaja memiliki hubungan teman sebaya yang bervariasi dengan membuat norma dan sistem yang berbeda. Untuk dapat mencegah penyalahgunaan narkoba maka perlu ditelusuri lebih dahulu unsur-unsur penyebabnya. Bahayabahaya yang ditimbulkan oleh masalah penyalahgunaan narkoba dewasa ini bukan saja masalah sosial, fakta-fakta menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba sudah merupakan masalah nasional dan nilainya pun sejajar dengan subversi dan hampir 90% korban. PEMBAHASAN Konsep Dasar Tentang Dzikir 1. Pengertian Dzikir Kata dzikir berasal dari kata DZAKARA 2 yang berarti menyebut,mengingat, juga berarti menyebut, mengucapkan. Pengertian menyebutsesuai dengan Al Quran surat al Anfal ayat 45. Yang Artinya: ”dan sebutlah nama Allah agar kamu beruntung”. (QS Al- Anfal: 45). 3 Sedangkan pengertian Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progesif, 1984), hlm. 482. 3 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo,1994),hlm.138. 2
~2~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
mengingat, sesuai dengan Al Quran surat an Nisa’ ayat 103, yang artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.”(QS An Nisa’ :103).4 Sedangkan pengertian dzikir secara istilah, banyak para ahli yang memberikan definisi yang beraneka ragam, namun inti pengertian dan maksudnya tidak jauh berbeda. Berikut ini penulis mengutip dari beberapa definisi dzikir antara lain seperti yang dikemukakan oleh : a. Hasbi Ash Shiddieqy Dzikir ialah : Menyebut Allah dengan membaca tasbih membaca tahlil, membaca tahmid, membacataqdis, membaca takbir, membaca hauqallah, membaca hasbalah, membaca basmalah membaca al Qur’anul majied dan membaca do’ado’a yang ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari nabi SAW.5 b. Abdullah al-Anshari Artinya: “Dzikir ialah selamat atau terhindar dari melupakan dan lupa.”6 Berdasarkan dari dua definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dzikir adalah mengingat dan menyebut Allah yang dilakukan dengan lisan dan hati, baik nama-namaNya, nikmat-nikmat-Nya, sifat-sifat-Nya dan mensucikan-Nya, mendorong seseorang untuk selalu ingat kepada Allah agar selamat dari kelupaan mengingat Allah. 2. Landasan hukum dzikir/dalil-dalil syar’i mengenai dzikir
Adapun yang menjadi dasar perintah untuk mengerjakan dzikir ini antara lain : a. Firman Allah SWT dalam Al Quran yang Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya“ (QS. Al
4Ibid.,
hlm. 268. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1956),hlm. 36. 6 Abdullah al-Anshari, Kitab Manazil al-sairin, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyah,t.th)hlm.71 5 T.M.
~3~
Ahmad Mutohar
Ahzab (33) : 41)7 b. Sabda Rasulullah SAW dalam hadits :, yang Artinya: "Dari Abu Musa ra. berkata Rasul saw bersabda :“Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir, adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy’ari). 8 Selanjutnya di dalam Al Quran surat Al Baqarah Allah SWT berfirman yang Artinya: “ Maka berdzikirlah kamu kepadaKu maka Aku akan berdzikir (mengingat) kepadamu. Dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu kufur kepada-Ku”. (QS Al Baqarah 152). 9 3. Tujuan Dzikir
Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi gerak langkah kegiatan dzikir. Berikut penulis mengutip beberapa pendapat para ahli, antara lain : a. Ahmad Chodjim mengatakan bahwa dalam dzikir yang dituju adalah pengalaman batin, sifatnya “experienced” rasa yang dialami bukan empiris. Sesuatu yang empiris bisa diamati melalui percobaan atau “experiment”. Hasil yang dirasakan oleh orang yang berdzikir sulit disampaikan dengan kata-kata kepada orang lain atau kelompok gerakan dzikir yang lain. Jadi pengalaman pedzikir tidak dapat diamati secara empiris.10 b. Menurut Imam Ghazali, yang Artinya: “(Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram) adanya ketenangan jiwa di dalam mengingat Allah dan adanya rasa takut di dalam mengingat Allah.11 c. Dalam bukunya Mir Valiuddin, ”dzikir dan kontemplasi dalam tasawuf” menyebutkan bahwa tujuan mengingat 7Soenarjo,
op.cit., hlm. 647.. Ibnu Khajar Al-‘Asqalani, Jawahir Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Ihya’ Al- ‘Ulum, 1987), hlm 388. 9Soenarjo, op.cit., hal 38 10 Ahmad Chodjim, Jalan Pencerahan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), hlm. 185. 11Abu Hamid al-Ghazali, Majmuat al-Rasa’il, Jilid.3, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), hlm.47 8Imam
~4~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Allah adalah kecintaan kepada Dzat yang selalu disebutsebut, sehingga pengetahuan tentang-Nya dan juga kecintaan kepada-Nya bisa dikembangkan dan bisa tercapai kedekatan kepada-Nya.12 Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan dzikir adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengingat-Nya sepanjang masa sehingga hati menjadi tentram dan melahirkan kecintaan kepada Allah dan terjalin kedekatan hubungan antara hamba dan Tuhannya. 4. Macam-macam dzikir
Para ulama’ dan ahli berbeda-beda dalam membagi macammacam dzikir, diantaranya menurut pendapat : a. Shahidullah Faridi menyebutkan “ada dua jenis dzikir kepada Allah. Pertama, jenis langsung ketika seseorang termenung menempatkan seluruh duniawi dan mencurahkan dirinya semata-mata untuk mengingat sang Pencipta. Kedua, adalah dzikir tak langsung dan melalui perantara pada tindakantindakan. Dzikir pada jenis ini berarti bahwa sebelum melakukan beberapa tindakan kita harus mempertimbangkan apakah ini dikehendaki oleh Allah atau tidak.”13 b. Abu Bakar al-Kalabazi, Ada beberapa macam dzikir; Pertama, dzikir hati yaitu apa yang diingat tidak pernah dilalaikan. Kedua, dzikir sifat yaitu ingat sifat- sifat yang diingat. Ketiga, dzikir kesaksian yaitu menyaksikan apa yang diingat kemudian apa yang diingat tadi hilang dari dzikir.”14 c. Dan M. Arifin Ilham mengelompokkan dzikir menjadi 4 bentuk yaitu : 1. Dzikir Qalbi Dzikir qalbi, 1$ j j dzikir hati adalah merasakan kehadiran 12Mir
Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 98. 13 Shahidullah Faridi, Inner Aspect of Faith,(Kuala Lumpur:Percetakan Zafar,1993)hlm.83 14 Abu Bakar Muhammad al-Kalabazi, Ta’aruf li Madzhab Ahli Tasawuf, Jilid.I, (Maktabah Kulliyat al-Azhariyah, 1969), hlm. 126
~5~
Ahmad Mutohar
Allah. Jika hendak melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, maka ia meyakini dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu melihatnya.15 Contohnya puasa, tahajud tengah malam, beribadah, beramal tanpa harus diketahui orang lain. 2. Dzikir Aqli Dzikir aqli, adalah kemampuan menangkap bahasa Allah dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerak alam. Allah lah yang menjadi sumber gerak dan menggerakkannya. Jadi dzikir aqliyah yakni dzikir dengan akal ini adalah menangkap bahasa, gerak, kehendak dan keterlibatan Allah dalam setiap tindakan manusia, penciptaan, kejadian- kejadian dalam sejarah dan gerakangerakan alam semesta.Misalnya Allah menciptaakan sapi maka manusia berpikir untuk mendirikan pabrik susu, daging dll.16 3. Dzikir Lisani Dzikir lisan, ini adalah buah dari dzikir hati dan akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berdzikir, memahasucikan dan mengagungkan Allah SWT. Selanjutnya lisan berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat. Seperti membaca basmalah, membaca al-Qur’an, tahlil, tasbih, tahmid, takbir, talbiyah, istighfar, asma’ul husna, shalawat dan do’a, dll. 17 4. Dzikir Amali Dzikir amali, sebenarnya ini hasil akhir yang ingin kita capai dari dzikir. Yaitu taqwa atau akhlak yang mulia, yakni hilangnya sifat-sifat syaithaniyah dan digantikan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan dalam kehidupan manusia di muka bumi.18 Berangkat dari proposisi di atas dapat disimpulkan bahwa dzikir bukan hanya dengan lisan, dzikir lebih luas dari itu. Semua ibadah yang berorientasi kepada keridhaan Allah 15M.
Arifin Ilham, Hakikat Dzikir, (Jakarta: Intuisi Pres, 2002), hlm 35. hlm. 40. 17Ibid., hlm. 46. 18Ibid., hlm. 51. 16Ibid.,
~6~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
adalah dzikir. Semua (amal) ibadah yang dimaksudkan untuk kemashlahatan umat adalah dzikir. 5. Keutamaan dan manfaat Dzikir
Ada banyak manfaat yang dapatdiambilhikmahnya dari dzikir yang baca oleh (seseorang) hamba kepada Allah SWT, diantaranya yaitu ;19 a. Mengisi kekosongan hati dan jiwa, Melindungi manusia dari siksa neraka b. Menjauhkan manusia dari gosip, dusta, kesalahan, fitnah dan kesia- siaan c. Dengan dzikir akan menjadikan manusia dikelilingi oleh malaikat, d. Dzikir memberikan cahaya hidup di dunia, dalam alam kubur, dan di akhirat kelak manakala ia melakukan kebajikan. Sedangkan menurut Hanna Djumhana Bastaman manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan dzikrullah adalah sebagai berikut :20 1) Dzikrullah sebagai sarana komunikasi untuk mendekatkan diri kepada Allah. 2) menjadi golongan yang unggul. 3) Allah menyediakan ampunan dan pahala yang banyak bagi mereka yang banyak melakukan dzikrullah. 4) Dzikrullah membentengi diri dari segala siksa dan bencana. 5) Dzikrullah menunda datangnya kiamat. Di antara fadhilah dzikir seperti yang dinukilkan oleh Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Wabil Ash-Shayyib Minal Kalimatil Thayyib, ia menjelaskan:21 1. Mampu mengusir setan yang merongrongkalbu (hati) manusia 2. Mendapatkan ridha dari yang Maha Rahman 19 Abudzar
al-Qalamuni, Flee to Allah, Terj. Nouval Syamsu, Kembali ke Allah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 121-122. 20 Hanna Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi dengan Islam menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm.159-160. 21Djamaluddin Ahmad Al Bunny, Menatap Akhlaqush Shufiyah, (Surabaya: Pustaka Hikmah Perdan, 2001), hlm. 171.
~7~
Ahmad Mutohar
Melenyapkan kecemasan dan kegelisahan kalbu(hati) Menghidupkan mahabbahdengan ruhul Islam Mewariskan inabahkembali kepada Allah Kesibukan lisan karena dzikir yang bersambungan, maka ia terhindar dari kesibukan yang membawa dosa 7. Melenyapkan rasa cemas dalam hati karena persoalan dunia yang tidak terpecahkan.
3. 4. 5. 6.
Dan manfaat dzikir yang relevan dengan firman Allah diantaranyaadalah: a. Ketenangan hati, dan jika hati seseorang telah tenang, maka akan tenang pula jiwanya. Sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (QS. Ar Ra’d : 28) 22 b. Dzikir dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan seorang hamba, sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya: ”Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah ...”. (QS. Ali Imran : 135).23 c. Dzikir dapat mencegah kelalaian dan kelupaan, sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya: "Dan ingatlah kepadamu Tuhanmu ketika kamu lupa”. (QS. Al Kahfi :24).24 d. Dzikir merupakan pencegah terbesar dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya: "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari pada ibadahibadah yang lain”(QS. Al Ankabut : 45).25 Keutamaan berdzikir tidak terbatas pada masalah tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan sejenisnya, melainkan semua amal ketaatan 22Soenarjo,
op.cit., hlm. 373. hlm. 98. 24Ibid., hlm. 447 25Ibid., hlm. 635. 23Ibid,
~8~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
yang diniatkan karena Allah SWT disebut dzikir pula. Demikian menurut pendapat Ibnu Zubair r.a dan para ulama lainnya.26 6. Hubungan Dzikir Terhadap Kesehatan
Ada beberapa pengaruh yang dapat dipetik dari dzikir yang dipanjatkan seseorang kepada Allah SWT. Dan ternyata mantra-mantra, bacaan suci atau dalam Islam disebut dzikirdo’a, yakni suatu formula tertentu yang dibaca secara berulangulang dengan kondisi psikologis tertentu seperti dilakukan dengan sikap khusyu’, tawadhu’, berkonsentrasi penuh pengharapan akan terkabulnya do’a tersebut, maka akan mempunyai efek menyembuhkan yang mengagumkan bagi berbagai penyakit, khususnya yang berhubungan dengan stress, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, arterioskleorosis dan lain-lain.27 Apabila formula-formula semacam mantra atau dzikirdo’a, jika dilandasi keimanan terhadap agama, kepada Tuhan yang disembah, maka efektifitasnya akan berlipat ganda. Dan ternyata efek penyembuhan dari formula semacam ini tidak terlepas pada penyembuhan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, tetapi bahkan sampai pada tingkat mampu menghilangkan rasa nyeri. Jadi efek yang ditimbulkan bersifat langsung, contoh lainnya adalah para pendeta Budha ternyata mampu berjalan di atas api tanpa rasa sakit atau lecet sedikitpun karena membaca formula-formula yang mereka percayai diajarkan oleh para pemuka agama mereka.28 Efek penyembuhan dari dzikir-do’a atau kekuatan pikiran ini ternyata lebih besar daripada yang dia duga.29 Dalam ilmu kedokteran modern fenomena ini disebut sebagai efek plasebo. Kata plasebo berasal dari basa latin “pla ce bo” berarti persiapan atau pengobatan yang diberikan pada seseorang, biasanya tidak 26 Imam
Nawawi, Al Adzkarun Nawawiyah, Terj. Bahrun Abu Bakar dan Anwar Abu Bakar Khasiat Dzikir dan Do’a, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), Cetakan Ketiga, hlm. 14. 27Rahman Sani, Hikmah Dzikir dan Do’a Tinjauan Ilmu Kesehatan, (Jakarta: Al Mawardi Prima, 2002), hlm. 66. 28Ibid.hlm. 89 29Ibid. h3lm. 10
~9~
Ahmad Mutohar
mengandung bahan campuran yang aktif, terutama untuk memberikan kepuasan kepada pasien yang sebenarnya tidak memerlukan.30 Kata plasebo terjemahan bebasnya adalah “saya akan menyenangkan anda”, artinya adalah hal tersebut dilakukan untuk menyenangkan atau menenangkan orang lain. Contoh dari efek plasebo dalam ilmu kedokteran modern adalah digunakannya “pil bohong- bohongan” yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai pil obat yang asli. Maksudnya zat-zat yang dikandung pil tersebut berbeda dengan zat-zat yang dikandung oleh pil atau obat sebenarnya yang mempunyai efek penyembuhan yang sama dengan pil yang sebenarnya. 31 Jadi plasebo adalah pengobatan yang diberikan pada seseorang dengan menggunakan pil bohongbohongan yang tidak mengandung bahan campuran yang aktif untuk menyenangkan dan memenangkan pasien/orang lain. Belakangan ini kita mendapati fenomena plasebo itu semakin di konfirmasi oleh dunia kedokteran yang disebut dengan sugesti yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu realitas sebagaimana yang dibentuk oleh pikiran pelakunya. 32 Sugesti mempunyai arti: anjuran, saran, pengaruh, yang dapat menggerakkan hati seseorang. 33 Jadi orang yang sakit, apabila ia berhasil mensugesti dirinya atau disugesti orang lain,baik itu oleh dokter atau keluarganya bahwa ia bisa sembuh, maka ia akancenderung untuk benarbenar sembuh.34
a. Pengaruh dzikir dan do’a Untuk menangani masalah kesehatan, dokter akan meresepkan obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang kita derita yang sebagian akan menghambat. Namun ada jalan lain, 30 Peter
Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern Engglish, 1996), Seventh Edition, hlm. 1423. 31Ibid., hlm. 66-67. 32Ibid hlm.84 33 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Edisi Kedua, hlm. 969. 34Loc.cit.
~ 10 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
yaitu “respon relaksasi” dengan mengistirahatkan pikiran dan otot-otot tubuh. Dalam agama Islam hal ini terjadi apabila kita melazimkan diri untuk berdzikir-do’a termasuk di dalamnya shalat, berpuasa, i’tikaf, secara terus menerus dengan sikap tawadhu’, khusyu’ dan penuh pengharapan. Respon relaksasi cenderung memutuskan keruwetan pikiran dalam otak. Pemusatan pikiran pada dzikir-do’a akan memutuskan rantai pikiran tentang masalah sehari-hari.35 Apabila digunakan dengan benar, maka “respon relaksasi” akan mempertebal keyakinan akan kemampuan kita untuk sembuh, dan pengobatan yang efektif akan terjadi, yang mana respon ini bekerjasama dengan kekuatan manfaat dari keyakinan kita. Kita dapat menggunakan “respon relaksasi” untuk meningkatkan kesehatan, baik dengan mengkombinasikannya dengan keyakinan pada Allah SWT atau kita dapat memanfaatkannya bersama kepercayaan kita akan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri.36 Ada tiga alasan do’a termasuk bagian dari Plaseboyaitu:37 Pertama, Dzikir-do’a dapat berfungsi sebagai plasebo. Seseorang yang mengetahui bahwa ia sedang di do’akan dapat menghimpun energi penyembuhan yang manjur sekali. Para ilmuwan di bidang neuroimmanologi telah memperlihatkan adanya kaitan-kaitan erat antara bagian-bagian otak yang berkaitan dengan fikiran danemosi, dan dengan sistem-sistem saraf serta kekebalan, sehingga kita mengetahui dengan pasti bahwa pikiran dapat menjadi biologi, termasuk pikiran bahwa orang sedang di di do’akan. Kedua, Dzikir-do’a pada hakekatnya dapat membahayakan. Pertama adalah melalui efek-efek plasebo negatif yang sama dengan sugesti negatif. Mengetahui bahwa do’a negatif (sihir/santet) diarahkan kepadanya, maka korban dapat menerima pengaruh-pengaruh itu dan sungguh-sungguh meninggal dunia. Kedua adalah sewaktu do’a digunakan secara non lokal, pada jarak jauh sekalipun “si penerima” sama sekali tidak menyadari bahwa do’a itu ditujukan kepadanya gejala 35Ibid,
hlm. 73 hlm. 74 37Ibid., hlm. 75. 36Ibid.,
~ 11 ~
Ahmad Mutohar
yang pada prinsipnya tidak dapat diterangkan dengan efekefek sugesti atau plasebo; Ketiga, Pada hakekatnya do’a dapat bermanfaat. Do’a berhasil secara positif pada diri sendiri dan kekuatannya yang bermanfaaat bukan sepenuhnya disebabkan oleh sugesti atau respon plasebo itu. Ini tidaklah berarti bahwa efek-efek plasebo atau sugesti tidak pernah terlibat dalam do’a. Efek-efek itu senantiasa merupakan faktor bila seseorang berdo’a bagi dirinya sendiri atau saat ia menyadari bahwa ada orang lain sedang berusaha untuk menolong entah si penolong menggunakan obat, suatu prosedur operasi, atau lainhalnya.
b. Memadukan Efek Dzikir dan Do’a dengan Kedokteran Modern:38 1) Jika merasa sakit, jangan ragu pergi ke dokter 2) Carilah dokter yang bersifat mendukung karena penyembuhan lebih mungkin terjadi jika pasien dan dokter mampu saling membangun suatu hubungan yang harmonis. 3) Mengunjungi dokter yang menekankan hal-hal yang positif, yang mampu membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri, sehingga peluang kita untuk menaklukkan penyakit jauh lebih baik. 4) Tidak mengharapkan resep dari dokter, karena kunjungan kita ke dokter sudah cukup menggugah keyakinan kita dan mempercepat proses penyembuhan. 5) Jika obat-obatan atau operasi harus dilaksanakan, tanyakan alasannya. Apakah obat itu dimaksudkan untuk mengatasi penyakit atau hanya sekedar mengobati rasa cemas kita terhadap gejala- gejalanya saja. 6) Melakukan respon relaksasi (berdzikir dan berdo’a) secara teratur. Khususnya pada waktu yang tepat berdo’a seperti antara adzan dan iqomat, sebelum salam dalam shalat, dan setelah shalat fardlu. Berdo’a menghadap kiblat dalam keadaan suci, penuh kerendahan diri dan pengharapan agar do’a tersebut dikabulkan. Dengan demikian proses 38Ibid.,
hlm. 79-82
~ 12 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
penyembuhan yang dilakukan akan menjadi lebih efektif lagi.
c. Hikmah Shalat Shalat adalah dzikir yang paling utama kepada Allah SWT, karena manusia dituntut untuk memusatkan pikiran, tubuh dan mentalnya hanya kepada-Nya selama shalat. Shalat juga satu-satunya ibadah yang harus dilakukan umat Islam apapun kondisinya, selama ia sudah baligh dan tidak gila.39 Terminologi shalat mengisyaratkan bahwa dalam shalat terkandung adanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Keadaan yang tenteram dan jiwa yang tenang yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak terapi yang penting dalam meredakan ketegangan saraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh sebagian orang. Shalat lima kali sehari membekali kita sistem latihan terbaik dalam belajar bersikap tenang. Setelah selesai shalat, seseorang biasanya terus berdzikir dan berdo’a kepada Allah SWT. Ini membantutetap berlangsungnya keadaan santai dan jiwa yang tenang untuk beberapa lama setelah shalat.40 7. Dzikir dan Pendidikan.
Di dalam Al Quran terdapat kata yadzdzakkara, yadzdzakkaru, yadzdzakkarun, yang seakar kata dengan dzikir tetapi mempunyai arti “mempelajari”, “mengambil pelajaran”, atau “memperhatikan”. Jika yang digunakan itu makna “memperhatikan”, maka, artinya tetap sama dengan kata “dzikir”. Dalam kata dzikir, yang diperhatikan adalah Allah atau “yang ghaib”, sedangkan dalam kata yadzdzakkaru tekanannya lebih banyak untuk memperhatikan alam.41 Dzikir ternyata tak bisa dilepaskan dari kualitas pendidikan dan kecerdasan seseorang. Makin rendah kualitas dan kecerdasan seseorang, makin sulit untuk memahami makna dzikir. Bahkan untuk kalangan awam tidak memperoleh 39Ibid.,
hlm. 82. hlm. 85. 41Ahmad Chodjim, op.cit., hlm. 184. 40Ibid.,
~ 13 ~
Ahmad Mutohar
pendidikan yang baik dzikir hanya dipandang sebagai ritual biasa yaitu untuk mencari pahala. Padahal dzikir sebenarnya adalah cara untuk meningkatkan kesadaran. Semakin sadar seseorang, semakin mudah untuk menerima petunjuk.42 Pendidikan melatih orang untuk berpikir kritis, sistematis dan logis. Dengan pendidikan yang baik seseorang dilatih untuk berpikir yang benar. Hasil akhir dari pendidikan yang benar ialah menghasilkan manusia-manusia yang bebas dari takhayul, ilusi dalam kehidupan, dogma-dogma yang tidak masuk akal dan keberagaman yang mitologis. Maka, dzikir dalam pengertian “yadzdzakkarun” adalah usaha mengenal Allah dengan cara memperhatikan alam semesta. Yaitu memperhatikan ciri-ciri dan sifat-sifat alam semesta. Mempelajari bagaimana alam semesta bekerja. Dengan cara ini akhirnya kita dapat memperoleh petunjuk dari Tuhan kepada jalan yang benar. Banyak ayat Al Qur’an yang memberitahu manusia untuk memperhatikan alam semesta, agar ia mendapat petunjuk yang benar dari Tuhan semesta alam. Firman-Nya yang Artinya: ”Dia yang menjadikan pergiliran malam dan siang untuk orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur”.(QS. Al Furqan:62)43; Artinya: ”Dia yang mengirim angin sebagai kabar gembira sebelum kedatangan rahmatNya (hujan). Dan Kami turunkan air yang murni dari langit”. (QS.Al Furqan : 48) 44 ; Artinya: ”Dengan air tersebut Kami bermaksud menghidupkan lahan yang mati dan Kami memberi minum banyak ternak dan manusia dengan air itu”. (QS. Al Furqan : 49)45 Dengan ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa petunjuk dari Tuhan itu dapat di peroleh dari mempelajari ciri dan sifat ciptaanNya. Korban Narkoba Narkoba Sebelum melihat lebih dekat siapa korban narkoba, maka terlebih dahulu lihatlah makna narkoba itu sendiri, lalu dengan 42Ibid.,
hlm. 186. op.cit., hlm. 568. 44Ibid., hlm. 566. 45Ibid., hlm. 566. 43Soenarjo,
~ 14 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
sendirinya akan paham siapa korbannya. Istilah narkoba adalah singkatatan dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Dan pengertian dari masing-masing istilah tersebut adalah sebagai berikut : 1) Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Yunani “narkoum” yang berarti membuat lumpuh atau membuat mati rasa.46 Pengertian narkotika secara umum adalah suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana, pengamatan/ penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan syaraf pusat. 47 Sedangkan menurutUndang-Undang no 22 tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.48 Berarti narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran karena zat atau obatobat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, ada tiga golongan narkotika berdasarkan tinggi rendahnya potensi yang dapat menimbulkan ketergantungan, yaitu : 49 a) Narkotika Golongan I Yakni narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tidak digunakan dalam terapi karena potensinya yang sangat tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Jenis-jenis yang termasuk di dalamnya ialah tanaman papaver somniverum L, opium tanaman koka (genus 46 Masruhi
Sudiro, Islam Melawan Narkoba, (Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2000), hlm. 14. 47 DITBIMMAS POLRI, Ketua Tim Penyusun Komisaris Besar Polisi Mudji Waluyo, Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba dengan Tehnik Pendekatan Yuridis, Psikologis, Medis, Religius, (Jakarta: 2001), hlm. 3. 48 Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), cet. III, hlm. 3. 49Ibid, hlm. 51-80.
~ 15 ~
Ahmad Mutohar
erythroxylon), daun koka, kokaina (dari daun erythroxylon coca), dan ganja. b) Narkotika Golongan II Yakni narkotika yang digunakan untuk pengobatan sebagai pilihan terakhir, bisa digunakan sebagai terapi atau bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki potensi tinggi ketergantungan. Jenis-jenis narkotika golongan II yaitu morfin, opium, petidine, berikut garam-garamnya. c) Narkotika Golongan III Yakni narkotika yang digunakan untuk pengobatan atau terapi dan berpotensi ringan pada ketergantungan. Jenis-jenisnya antara lain, etil morfin, dehidrokodlin, dan termasuk garamgaramnya. 2) Psikotropika.
Psikotropika adalah obat yang dapat menyebabkan ketergantungan, menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi dan gangguan cara berfikir.50 Menurut UU No. 5 tahun 1997. 51 tentang psikotropika menyebutkan bahwa psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi Empat golongan yaitu : 52 a) Psikotropika Golongan I Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan, mempunyai potensi amat kuat yang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk di dalamnya adalah MDMA/ekstasi, psilobisin dan psilosin , LSD/lisergik detilamid, meskalin/peyote.
50DIT
BIMMAS POLRI, op.cit., hlm. 52. Narkotika dan Psikotropika, op.cit., hlm. 82. 52Ibid., hlm. 115-135. 51Undang-Undang
~ 16 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
b) Psikotropika Golongan II Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk di dalamnya ialah amphetamine, metakuallon dan metil fenidat. c) Psikotropika Golongan III Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk di dalamnya ialah amobarbital, flunitrazepam, katina. d) Psikotropika Golongan IV Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk didalamnya ialah barbital, bromasepam, diazepam, eskazolam, fenobarbital,dan sebagainya. Jadi, narkotika dan psikotropika merupakan zat / obat yang diperlukan dalam dunia kedokteran untuk pengobatan,yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis yang sangat merugikan jika tanpa pengawasan yang seksama 3) Obat-obatan Berbahaya dan Zat-zat berbahaya
Yang dimaksud dengan obat-obat berbahaya adalah berbagai macam jenis obat yang diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan. Karena daya kerjanya obat-obat tersebut sangat keras, sehingga penggunaannya harus melalui resep dokter.53 Untuk jenis obat-obatan berbahaya sebagaimana di atas pada umumnya dibagi dalam 3 golongan yaitu, depresant, stimulant, dan halusinogen.54 a) Depresant Obat ini terkenal sebagai obat penegang atau obat tidur, yang termasuk golongan ini antara lain chloral hydrat, barbiturat, Jeanne Mandagi, M. Wresniwiro, Masalah Narkotika dan Zat Aditif Lainnya serta Penanggulangan, (Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara, 1996), hlm. 16. 54Jeanne Mandagi, Masalah Narkotika ..., loc.cit. 53
~ 17 ~
Ahmad Mutohar
methaquallon. b) Stimulant stimulant adalah obat-obatan, biasanya aphetamin, yang mempertinggi kewaspadaan, mengurangi rasa lapar, dan memberikan perasaan sehat. Penggunaan obat-obatan itu menyebabkan tekanan hasrat dan penurunan keletihan atau depresi ringan. c) Halusinogen Obat-obatan ini dapat menimbulkan halusinasi atau daya hayal yang kuat yaitu salah persepsi tentang lingkungan dan dirinya, baik pendengaran, penglihatan maupun perasaan. Termasuk dalam golongan ini antara lain meskalin, peyote, amphetamin, psilocybin. Korban narkoba Seseorang yang masuk pada katagori korban adalah mereka yang pernah merasakan mengkonsumsi barang haram sebagaimana dalam uraian di atas, baik yang masih belajar maupun yang sudah kecanduan. Berdasarkan hasil uraian dari beberapa ahli dalam masingmasing teorinya ditemukan bahwa salah satu terapi yang bisa digunakan adalah dengan mengamalkan dan membiasakan dzikir kepada Allah .SWT. Demikian uraian singkat ini penulis sampaikan semoga ada hikmahnya..amin. KESIMPULAN Seserang yang pernah mengkomsumsi minum-minuman yang berbahaya sebagaimana di terangkan dalam uraian di atas, baik yang belum kecanduan maupun yang sudah kecanduan sesungguhnya pada hakekatnya ia termasuk orang yang sedang menderita sakit. Oleh karena itu adu dua cara untuk menterapi penyakit tersebut bahkan dalam dunia kedokteran membenarkannya yaitu sugesti cara ini mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu realitas sebagaimana yang dibentuk oleh pikiran pelakunya, pikiran potif akan menghasilkan positif, begitu sebaliknya. Yang kedua yaitu “respon relaksasi” dengan mengistirahatkan pikiran dan otot-otot tubuh.
~ 18 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Dalam agama Islam relaksasi sejatinya sudah sering dilakukan seperti kebiasaan berdzikir-do’a termasuk di dalamnya shalat, berpuasa, i’tikaf, secara terus menerus dengan sikap tawadhu’, khusyu’ dan penuh pengharapan. Respon relaksasi cenderung memutuskan keruwetan pikiran dalam otak. Pemusatan pikiran pada dzikir-do’a akan memutuskan rantai pikiran tentang masalah sehari-hari. Untuk itu mempertebal keyakinan akan kemampuan kita untuk sembuh, dan pengobatan yang efektif bisa terjadi, yang mana respon ini bekerjasama dengan kekuatan manfaat dari keyakinan seseorang. seseorang dapat menggunakan respon relaksasi untuk meningkatkan kesehatan, baik dengan mengkombinasikannya dengan keyakinan pada Allah SWT atau kita dapat memanfaatkannya bersama kepercayaan kita akan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri
~ 19 ~
Ahmad Mutohar
DAFTAR PUSTAKA A.S, Rasyid dan Malik R.A, 1992.Dzikir dan Do'a; Kesembuhan dan Rezki, Jakarta: Grafika Tama Jaya. A.S, Mufid, 1984. Dzikir Sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa, Surabaya: Bina Ilmu. Abd al Karim Ibn Hawazin al Qusyayri, 1994. Principles Of Sufism, Terj. Muhammad Ahsin, Risalah Al Qusyayri, Pustaka, Bandung. Abudzar, al-Qalamuni, 2000.Kembali Ke Allah, Terj. Nouval Syamsu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ahmad, Djamaluddin al-Bunny, 2001.Menatap Akhlaqush Shufiyah, Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana. Amir, An-Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, Terj.Hasan Abrori, Jakarta: Pustaka Azzam, t.th Anshori, Afif, 2003. Dzikir Demi Kedamaian Jiwa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi, 1956. Pedoman Dzikir dan Doa, Bulan Bintang, Jakarta. Baqi, Muhammad Fuad ‘Abdul, Sunan Ibnu Majah, Juz II, Darul Fikri, Beirut, t.th. Bustaman, Hanna Djumhana, 1995. Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Darajat, Zakiah, 1982. Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang. Daud, Ali Muhammad, 2000. Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers, Jakarta. Dhofier, Zamachsyari, 1994. Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta. DITBIMMAS POLRI, 2001. Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba dengan Teknik Pendekatan Yuridis, Psikologis, Medis, Religius, Jakarta. Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Terj. M. Zuhri, 2001.Terjemahan Ihya' Ulumuddin, Bandung: Mizan. GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkotika) DPR Unissula, 2001. “Awas Narkoba !!! Nikmat Sesaat Nyawa Taruhannya”, Semarang: t.p. Hawari, Dadang, 1998. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta.
~ 20 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
__________,2002.Konsep Agama (Islam) Menanggulangi NAZA (Narkotika, Alkohol danZat Adiktif), Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta. Ilham, M. Arifin, 2003.Hakikat Dzikir Jalan Taat Menuju Allah, Intuisi Press, Depok. Ismail, bin Muhammad, al-Bukhari, 1992.Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Qutb. Kastama, Emo. dkk, 1994. Inabah Suatu Metode penyadaran korban narkoba dengan menggunakan dzikrullah Thariqat Qodiriyah Nasabandiyah di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Tasikmalaya: Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Suryalaya. Khajar, Ibnu, al-Asqalani, 1987.Jawahir Shahih Bukhari, Beirut: Dar Ihya al-'Ulum. Ma’roef, Ridha, 1986. Narkotika, Bahaya dan Penanggulangannya, Karisma Indonesia, Jakarta: bekerjasama dengan Dinas Penerangan POLRI. Mandagi, Jeanne dan M. Wresniwiro, 1996.Masalah Narkotika dan Zat Aditif Lainnya Serta Penanggulangannya, Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara. Mandagi, Jeanne, dan Sumarna A. Haris (Penyusun), Wahai Kaum Muda Jangan Berpacu dengan Extasy Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Psikoterapika, Saka Bhayangkara, Pramuka, Jakarta. Mangunhardjana.A, 1996. Pembinaan, Arti dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1986 Masruhi Sudiro, 2000. Islam Melawan Narkoba, Madani Pustaka Hikmah, Yogyakarta. Muhammad, Abu Bakar al-Kalabazi, 1969. Ta’aruf li Madzhab Ahli Tasawuf, Jilid.I, Maktabah Kulliyat al-Azhariyah. Musthofa, Ahmad Sanusi, 2002.Problem Narkotika, Psikotropika dan HIV/ AIDS, Zikrul Hakim, Jakarta. Mursyid, Tahta, Ali, 2000. Triping Ilahi, Missi, XVI, Januari. Nawawi, Imam, 2000. Al Adzkarun Nawawiyah, Terj. Bahrun Abu Bakar dan Anwar Abu Bakar, Khasiat Dzikir dan Doa, Sinar Baru Algesindo, Bandung, cetakan ketiga. Redaksi Sinar Grafika, 2002.Undang-undang Narkotika dan Psikotropika, Jakarta: Sinar Grafika, Cet.III. ~ 21 ~
Ahmad Mutohar
Sani, Rahman, 2002.Hikmah Dzikir dan Doa Tinjauan Ilmu Kesehaltan, Al Mawardi Prima, Jakarta. Sarqawi, Usman Sa’id., 2001.Zikir itu Nikmat, Remaja Rosda Karya, Bandung. Simajuntak, B.I.L, Pasaribu, 1980. Membina dan Mengembangkan Generasi Muda, Bandung: Tarsito. Soedjono.D, 1985. Narkotika dan Remaja, Bandung: Alumni. Sudiro, Masruhi, 2000.Islam Melawan Narkoba, Madani Pustaka Hikmah, Yogyakarta. Syah, Anang, 2000. Inabah Metode Penyadaran korban Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) di Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya, Wahana Karya Grafika, Bandung. Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, 2002. Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, Sinar Grafika, Jakarta, cet. III. Usman, Said Sarqawi, 2001.Dzikir itu Nikmat, pengantar Ahmad Tafsir, (Penerjemah Cecep Alba) Remaja Rosda Karya, Bandung. Valiuddin, Mir, 1997. Dzikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, Pustaka Hidayah, Bandung. Widjaja, A. W, 1985. Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, Armico, Bandung.
~ 22 ~