Daftar isi ISSN 1410-8720
Pros;d;ng S;mpos;um Nas;onal Polimer V
PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER POLIPROPILEN DENGAN METODE QUICK HEATING YANG DIMODIFIKASI Sumarno, Siti Mardiyah, Murni Nyaristi dan Auliyah Ariani Jurusan Teknik Kimia, FTI - ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 ABSTRAK YANG DlMODIFIKASI. Plastik mikroseluler polipropilen diteliti pada proses atch' enggunakan blowing agent PEMROSESAN PLASTIK POLIPROPILEN HEATING gas nitrogen, menggunakan metode MIKROSELULER quick heating yang dimodifikasi. Penjenuhan t akukan padaQUICK berbagai tekanan dan suhu serta pemanasan pada ~uhu!eleh plastik polipropilen. Kondisi tersebut berada pada kristalinitas minimum
DENEETODE
dari polipropilen terjenuhkan. f:(ristalinitas polipropilen cenderung naik15 seiring dengan antara 10 MPa sampai dengan 22..MP..apadasut;u penjenuhan tetap 398, K, semen tara naiknya densitas tekanan bulk-nyapenjenuhan cenderung menurun. Prosesfoaming dilakukan pada suhu penjenuhan 398, 15K dengan variasi tekanan dari 10 MPa sampai dengan 22 MPa. memberikan penurunan diameter rata-rata dan densitas sel untuk kenaikan tekanan penjenuhan. Pad a tekanan tetap 18 MPa dan variasi suhu penjenuhan 398,5 K sampai dengan 433, 15 K, belum terjadi pembentukan dan pertumbuhan sel pada kondisi di bawah suhu melting tersebut dan tidak berpengaruh terhadap rasio ekspansi volumenya. Kata kUllci: Foaming, mikroseluler, polipropilen, quick heating
ABSTRACT POLYPROPYLENE MICROCELLULAR PLASTIC PROCESS BY MODIFIED QUICK HEATING METHOD. Polypropylene microcellular plastic was studied under batch process using nitrogen as blowing agent and modified quick heating method. Saturation polypropylene done under various saturation pressure and temperature and heated under melting temperature of polypropylene plastic. It's condition cause minimum crystallinity of saturated polypropylene. polypropylene crystallinity increase and bulk density decrease with an increase of saturation pressure between 10-20 MPa at constant saturation temperature 398.15 K. Foaming process under saturation temperature 398.15 K for various saturation preesure 10-20 MPa give result average cell size and cell density decrease with an increase saturation preesure. At constant saturation pressure 18 MPa for various saturation temperature 398.15-433.15 K., polypropylene samples were un foamed and ungrowth. It's condition did not effect to volume expantion ratio. Kata kunci : Foaming, microcellular, polypropylene, quick heating
PENDAHULUAN Microcellular foam merupakan plastik berpori yang mempunyai ukuran sell 0 Jlm atau kurang. Adanya pori (gel embung gas) tersebut dapatmengurangidensitasdan menambah volume produkplastik.Bahan inimernilikis1.ruktursel yang lebih teratur; sifat mekanik, elektrik dan termal yang baik. Sifat-sifat tersebut menyebabkan plastik mikroselular digunakan dalam berbagai keperluan seperti industri automotif,furniture, packaging, mainan, isolasi panas dan suara, alat
270
kesehatan, bahan konstruksi dan wadah makanan. Berbagai macam jenis pJastik yang dapat digunakan dalam proses pengolahan ini, antara lain polyethylene, polypropylene, polystyrene dan poly(ethylene terephthalate). Produksi plastik selular umumnya menggunakan gas atau cairan volatil sebagai blowing agent. Gas yang digunakan untuk membentuk sel disebut sebagai blowing agent. Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai
Pemrosesan Plastik Mikroseluler
Polipropilen dengan Metode Quick Heating yang Dimodifikasi
blowing agent, tennasuk karbondioksida (C02), hydrokarbon dan chlorofluorocarbon (CFC). Syarat utarna untuk blowing agent yang baik adalah tidak bereaksi dengan bahan polimer, mempunyai sifat kelarutan untuk proses yang dilakukan, dan mempunyai titik didih dan vapor pressure yang sesuai. Pada proses konvensional umumnya digunakan blowing agent chlorofluorocarbon ---(C~ hidrofluorocarbon (HFC) atau senyaw::Lorgaflik lain yang mudah terbakar seperti benzene. toluene dan aceton. Bahan-bahan tersebut mempunyai dampak yang buruk bagi lingkungan dan kesehatan, penyebab kanker dan bila bahan yang mengandung komponen halogen sepertiCFC lepaske atmosfer, akan merusak lapisan ozon. Dunia telah sepakat bahwa bahan terse but telah dilarang penggunaannya sesuai pada Montreal Protocol 200 1.Oleh karena itu dikembangkan teknologi plastik rnikroselular yang menggunakan blowing agent ramah lingkungan dan kesehatan seperti nitrogen (N2) dan karbondioksida (C02), Telah diteliti pengaruh kristalinitas dan morfologi terhadap strukturfoam plastic high density polyethylene (HDPE), polybutylene (PB), polypropylene (PP), dan poly(ethylene terephthalate) (PET) [4]. Disimpulkan bahwa tingginyakristalinitasakan menurunkan kelarutan dan difusifitas blowing agent. Strukturfoam yang dihasilkanmerniliki ukuran gelembung lebihbesar dan tidak seragam. Sato,dkk [16] meneliti kelarutan blowing agent CO2 dan N2 dalam plastikpolystryrene danpolypropylene. Hasilnya menunjukkan kelarutan blowing agent dalam polypropylene lebih besar daripadapolystyrene. Hal ini disebabkan oleh struktur kristal polypropylene lebih teratur dan rapat, sehingga banyak gas yang mampu bertahan di dalamnya. Pada polystyrene struktur rantainya amorf, sehingga gas mudah berdifusi keluar rantai. Secara garis besar terdapat tiga tahap pembentukan plastik mikroselular. Pertama pembentukan larutan polimer-gas yang dipengaruhi kelarutan gas dalam polimer. Kelarutan tersebut dipengaruhi oleh suhu dan tekanan penjenuhan dan kristalinitas polimer. Kedua, nukleasi dan pertumbuhan gelembung sel
(Sumarno)
yang dipengaruhi oleh kondisi fisik seperti viskositas, tegangan pennukaan; konsentrasi gas dan kristalinitas polimer. Selain itu kondisi supersaturasi karena proses pemanasan dan dekompresi juga berpengaruh. Ketiga, pengontrolan struktur sel untuk mendapatkan struktur sel yang diinginkan. Proses tersebut dapat dipengaruhi oleh suhu pemanasan, waktu pemanasan dan pendinginan. Dari tahapan proses terse but dapat dilihat bahwa kondisi operasi mempunyai pengaruh terhadap struktur sel yang dihasilkan. Konsentrasi gas dalam polimer berpengaruh pada nukleasi dan pertumbuhan sel. Berdasarkan data kelarutan Sato dkk [16] kelarutan nitrogen dalam polipropilen pad a temperatur 473 K lebih besar dari 453 K dan kenaikan disebabkan meningkatnya tekanan. Karena suhu dan tekanan berpengaruh pada konsentrasi gas yang juga berpengaruh pada nukleasi dan pertumbuhan sel, maka perlu diketahui pengaruh tekanan dan suhu penjenuhan terhadap struktur sel yang dihasilkan. Pemanasan pada proses nukleasi juga memberi peranan penting untuk mendapatkan struktur sel yang diinginkan, karena adanya perbedaan suhu berperan untuk mencapai kondisi supersaturasi. Pemanasan secara langsung setelah dekompresi akan meminimalkan gas yang hilang dan level supersaturasi relatifterjaga. Untuk itu maka digunakan metode quick heating yang dimodifikasi (melanjutkan yang telah dilakukan). Dari kedua hasil penelitian Ana dan Bambang [1] serta Deddy dan Hary [7] diketahui bahwa pada suhu 398,15 K kristalinitas polipropilen mencapai kondisi minimum. Rendahnya kristalinitaspada suhu 398,15 K untuk berbagai tekanan tersebut dimungkinkan daerah amorf semakin luas dan kelarutan gas yang tinggi, bisa menurunkan sifat viskoelastik larutan polimer-gas(viskositasdan tegangan pennukaan). Pada rendahnya energi barrier yang dimiliki polimer untuk nukleasi dan pertumbuhan memungkinkanfoaming mudah dilakukan. Pada suhu semakin mendekati titik leleh (Tm) berarti interaksi antar rantai palimer dengan gas nitrogen terlarut semakin besar. Walaupun
271
_________________________
METODEPERCOBAAN Bahan Polipropilen berbentuk lembaran dengan ukuran lOx 10mm dan ketebalan 1,3 mm (Type PF 1000 dari PT. Polytam) digunakan dalam penelitian ini. Blowing agent yang digunakan diperoleh dari N2 dari PT. Samator Gas lndustri tanpa dilakukan penyiapan lebih lanjut. Media pemanas digunakan silicon oil. Alat Peralatan yang dipakai pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Cara Kerja Proses foaming pada penelitian ini dilakukan pemanasan cepat (quick heating).
1. Tabung N2 2. Filter 3. Gas Booster 4. Thermometer digital 5. Valve pengaman
---~--~--
Secara garis besar prosedur penelitian ini digambarkan secara skematik dalam Gambar 1. Sebelum memulai percobaan, memastikan bahwa semua valve pengaman dan valve tabung N2 dalam keadaan tertutup untuk menghindari masuknya gas N2 ke dalam peralatan. Memasukkan sam pel polipropilen ke high pressure vessel, kemudian tangki penjenuhan dimasukkan ke dalam air bath. Gas N2 bertekanan tinggi kemudian dialirkan ke dalam high pressure vessel, untuk proses penjenuhan sampai tekanan dan suhu tertentu. Setelah waktu penjenuhan tercapai, melakukan dekompresi mendadak ke tekanan atmosfer. Setelah melakukan dekompresi, memanaskan sampel polimer dengan silicon oil pada 443,15 K. Pemanasan diakhiri dengan mengalirkan gas N2 ke dalam tangki penjenuhan. Oalam penelitian dilakukan pengukuran suhu dan tekanan didalam tangki penjenuhan. Pengukuran suhu dilakukan dengan memasukkan thermocouple ke dalam tangki penjenuhan. Selanjutnya sampel dik~luarkan dari tangki untuk dikeringkan dan kemudian dikarakterisasi. Penentuan densitas sampelfoam menggunakan metode Bouyancy, mengukur volume ekspansi volume dan untuk mengetahui diameter serta densitas sel dilakukan foto SEM (Scanning Electron Microscope).
6. Barometer 7. Digital Pressure Indicator 8. High Pressure Vessel 9. Tangki liquid pemanas
Gambar 1. Peralatan pemrosesan plastik mikroseluler.
272
-
ISSN 1410-8720
Pros;d;ng S;mpos;um Nas;onal Polimer V
keteraturan rantai makin besar tetapi sifat viskoelastik larutan polimer-gas bisajadi rendah. Oleh karena itu perlu dikembangkan penelitian foaming mulai dari suhu dimana kristalinitas polimer minimum dan naik mendekati titik leleh dengan memfokuskan pad a modifikasi proses pemanasan, yaitu dengan metode quick heating pada suhu leleh.
u
Pemrosesan Plastik Mikroseluler
Polipropilen dengan Metode Quick Heating yang Di'f'odifikasi
Perubahan kristalinitas dilakukan dengan menaruh sampel pada high pressure vessel, ke tangki mengalirkan gas N2 superkritis penjenuhan untuk proses penjenuhan pada suhu 398,15 K, tekanan dan waktu penjenuhan tertentu. Setelah waktu penjenuhan tercapai, dilakukan dekompresi mendadak. Sampel segera dikeluarkan dari tangki dan dianalisis. Analisis sampel menggunakan Oifraksi X-Ray untuk mengetahui derajat kristalinitas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pcrubahan Kristalinitas Hasil
analisis
difraksi
X-ray
dari
sam pel yang dijenuhkan pad a suhu 398,15 K dengan gas nitrogen ditunjukkan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 diperoleh hasil bahwa derajat kristalinitas cenderung meningkat seiring dengan kenaikan tekanan penjenuhan. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Sato dkk [17] d:llam penelitian sebelumnya, bahwa semakin tinggi tekanan penjenuhan akan meningkatkan kelarutan blowing agent ke dalam polimer. Hal ini berarti semakin besar gas nitrogen terlarut dalam polimer. Gas terlarut menyebabkan peristiwa berkembangnya polimer. Oi dalamnya terjadi interaksi antara molekul gas dan rantai polimer sehingga mengakibatkan mobilitas antar rantai polimer serriakin besar. Oengan adanya mobilitas antar rantai, struktur kristal akan menuju susunan yang lebih teratur dan rapat. Sehingga daerah kristal yang terbentuk semakin luas.
Perubahan
/
"'--
Dcnsitas Bulk
Oari Gambar 3 tampak bahwa densitas (bulk) material polipropilen cenderung turun seiring dengan naiknya tekanan penjenuhan. Hal i•.l.idapat dijelaskan sebagai berikut: perubahanfree volume dalam pemrosesan plastik mikroseluler pada suhu penjenuhan jauh di bawah suhu meltingnya, didominasi oleh efek diluent (efek gas terlarut). Meningkatnya tekanan penjenuhan akan meningkatkan difusivitas gas ke dalam polimer, sehingga pengembangan volume plastik (swdling) karena efek diluent semakin besar. Saat proses dekompressi, selain teIjadi pertumbuhan sel juga
(Sumarno)
terjadi pembekuan terhadap polimer swelling kerena pendinginan larutan polimer - gas secara tiba-tiba. Semakin besar tekanan, maka proses pembekuan ini akan semakin cepat. Sehingga kenaikan tekanan penjenuhan akan mengakibatkan meningkatnya volume polimer karena besarnya efek diluent terhadap pengembangan volume dan juga terjadinya pembekuan polimer secara cepat karena pendinginan yang meningkat saat proses dekompresi. Semakin besarnya volume polimer dengan naiknya tekanan penjenuhan, berakibat semakil1 turunnya densitas (bulk) polimer. Sedangkan adanya kenaikan densitas plastik pada tekanan 10 MPa sampai dengan 12 MPa dengan dinaikkannya tekanan penjenuhan, kemungkinan disebabkan karena pada kondisi tersebut viskositas polimer masih terlalu tinggi yang berakibat gas sukar berdifusi ke dalam polimer.
Struktur Foam Pengaruh Heating
Tekanan
dengan
Metode
Quick
Penelitian dilakukan berbagai tekanan penjenuhan (10 MPa sampai dengan 22 MPa) pada suhu penjenuhan tetap 443,15 Kdan diikuti dekompresi serta pemanasan secara langsung dengan memanfaatkan kapasitas panas dari tray. Gambar 4 menunjukkan bahwa hingga tekanan 12 MPa meningkatnya tekanan penjenuhan akan menyebabkan meningkatnya densitas serta diameter rata-rata sel. Sedangkan kenaikan tekanan penjenuhan lebih lanjut cenderung menurunkan densitas dan diameter rata-rata sel. Matuana,dkk [13] menyatakan ketika larutan polimer-gas dipanaskan di atas suhu meltingnya, sel aka.Tlmulai tumbuh sampai semua gas keluar dari melt polimer. Ukuran sel akhir dihitung dari banyaknya gas yang digunakan untuk pertumbuhan sel palin'g akhir. Karena pemisahan gas dan polimer secara termodinamik merupakan keadaan yang stabil, maka gas yang berdifusi ke dalam sel cenderung berdifusi keluar ketika proses dekompresi larutan polimer-gas. Kecepatan difusi keluar gas dari dalam polimer tergantung dari besarnya viskositas polimer. Pada tekanan penjenuhan 10 MPa sampai dengan 12 MPa, 273
Prosiding Simposium
Nasional Polimer V
viskositas polimer ma~ih tinggi sehingga dapat menahan laju difusi keluar gas dari dalam polimer. Oleh sebab itujumlah gas yang tersedia untuk pertumbuhan sel cukup besar. Hal ini mengakibatkan diameter rata - rata sel meningkat seiring dengan naiknya tekanan penjenuhan. Sedangkan terjadinya kenaikan densitas sel seiring dengan naiknya diameter sel, disebabkan tidak adanya unifikasi sel selama proses pertumbuhan sel. Foaming pada suhu tinggi akan mengakibatkan perubahan morfologi sel. Pada tekanan di atas 12 MPa, viskositas polimer mulai menurun. Turunnya viskositas larutan menyebabkan plastik tidak dapat lagi menahan gas yang tcrlarut di dalamnya sehingga gas yang digunakan untuk pertun1buhan dan perkembangan sel cenderung berdifusi keluar polimcr akibatnya plastik mengalami penyusutan (shrinking). Adanya penyusutan (shrinking) ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan rasio ekspansi volume pada tekanan di atas 12 MPa, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Pengaruh morfologi struktur foam polipropilen karena tekanan penjenuhan inijuga dapat dilihat pada Gambar 4. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pad a tekanan penjenuhan 12 MPa diameter rata-rata serta densitas sel yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Pada Gambar 6 dapat dilihat plastik foaming yang dihasilkan, pada tekanan 22 Mpa sel tidak terbentuk dikarenakan tekanan yang tinggi menyebabkan semua gas keluar pada saat dekompresi dan tidak ada yang dapat digunakan untuk pertumbuhan sel.
ISSN 1410-8720
polipropilen berkristal yaitu : rendahnya kelanrtan gas pada daerah berkristal, perlunya kondisi operasi yang mendckati suhu melting dan adanya struktur kristal. Adanya gas nitrogen yang terlarut dalam polimer akan mempengaruhi sifat-sifat fisik dari sistem polimer-gas, seperti viskositas, densitas dan tegangan permukaan. Perubahan fisik polimer tidak hanya dipengaruhi gas terlarut tetapijuga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi. Naiknya suhu penjenuhan menyebabkan naiknya kelarutan blowing agent nitrogen dalam polimer. Peningkatan kelarutan nitrogen dan naiknya suhu akan menurunkan viskositas. sehingga kecepatan nukleasi dan pertw11buhan sel meningkat. Pada Gambar 8 kcnaikan suhu penjenuhan antara 403.15 K sampai dengan 443.15 K pada tekanan penjenuhan 18 MPa tidak berpengaruh terhadap rasio ekspansi volume yang dihasilkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Oedy dan Hary [7] diketahui bahwa kristalinitas polimerdi daerah ini (403,15 K dampai dengan 443,15 K) frleningkat .seiring dengan naiknya suhu penjenuhan dan baru mengaJarni penurunan setelah melewati suhu melting, Hal ini menyebabkan proses nukleasi sulit terjadi karena gas sulit berpenetrasi ke dalam polimer. Proses modifikasi pemanasan yang dilakukan melewati suhu meltingnya (443,15 K) belum cukup mampu mengubah properti fisik polimer terutama tegangan permukaan dan tingginya kristalinita<; polimer. Pengaruh Tekanan Penjenuhan dengan Metode Quick Heating yang Dimodifikasi
Pcngaruh Suhu Penjenuhan dengan Metode Quick Heatingyang Dimodifikasi
Sampel polipropilen dijenuhkan dengan memvariasi tekanan penjenuhan antara 10 MPa san1pai dengan 22 MPa. Gambar 9 menunjukkan bahwa diameter rata-rata dan densitas sel
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa sel belum terbentuk pad a suhu penjenuhan antara 403,15 K sampai dengan 433,15 K. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut viskositas dan tcgangan permukaan larutan polimer - gas meningkat seiring dengan meningkatnya suhu penjenuhan. Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Ana dan Bambang [1]. Colton dkk [6] dalam penelitiannya menyatakan ada beberapa kesulitan dalam pemrosesan plastik
cendemng turun dengan naiknya tekanan penjenuhan. Pada pemrosesan plastik dengan menggunakan metode quick heating yang dimodifikasi ini, sam pel polimer mula-mula dijenuhkan dengan suhu penjenuhan jauh dari suhu lelehnya. Setelah dekompresi, sampe1 polimer baru dipanaskan melewati suhu lelehnya agar memungkinkan terjadi pertumbuhan sel. Jarak waktu antara dekompresi dengan pemanasan sampel polimer kurang lebih 10 detik. Selama
274
Pemrosesan Plastik Mikroseluler
Polipropilen dengan Metode Quick Heating yang Dimodifikasi
waktu tersebutteJjadi difusi gas keluardari sampel polimer karena perbedaan konsentrasi gas di dalamsampel dengan lingkungansekitamyaakibat efek dekompresi. K.arenajarak waktu yang cukup lama antara dekompresi dengan pemanasan, maka jumlah gas yang terdifusi ke luar sampel polimer cukup banyak. Dengan demikian,jumlah gas yangtersedia untuk nukleasi dan pertumbuhan sel semakin kedl sehingga akan memperlambat nukleasi sel dan memperkecil ukuran sel. Di samping itu kristalinitas polimer di daerah ini semakin tinggi, sehingga gas sulit berpenetrasi ke dalam polimer. Akibatnya jumlah gas yang digunakan untuk nukleasi semakin berkurang. Hal ini juga sesuai dengan hasil perhitungan rasio ekspansi volume yang ditunjukkan pada Gambar 10, dim ana meningkatnya tekanan penjenuhan menurunkan rasio ekspansi volume. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa se1 belum terbentuk pada tekanan penjenuhan antara 18 MPa sampai dengan 22 MPa. Hal ini disebabkan pada kondisi terse but krista1initas polimer semakin tinggi sehingga gas sulitberdifusi dan disebabkan karena semua gas sudah terdifusi keluar dari sampel polimer. KESIMPULAN Dad penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan penjenuhan mempengaruhi kristalinitas dan densitas bulk polipropilen. Dengan metode quick heating (autofoaming), tekanan penjenuhan mempengaruhi desnitas sel dan diameter sel, pada tekanan tinggi tidak dapat terbentuk karena gas telah berdifusi keluar akibat . viskositas polimer rendah. Dengan metode quick heating yang dimodifikasi, sel tidak terbentuk pada kenaikan suhu penjenuhan hingga suhu melting. Pada kondisi terse but kristalinitas polimer meningkat dan proses modifikasi pemanasan yang dilakukan melewati suhu meltingnya belum cukup mampu mengubah properti fisik polimer terutama tegangan permukaan dan tingginya kristalinitas polimer. Perubahan tekanan penjenuhan mempengaruhi struktur foam yang dihasilkan. Pada tekanan
(Sumarno)
18 MPa sampai dengan 22 MPa tidak terbentuk sel hal ini dikarenakan semua gas sudah terdifusi keluar dari sampel polimer. DAFfARPUSTAKA [1]. ANA DAN BAMBANG ,Perubahan Kristalinitas karena Nitrogen Terlarut dan Efeknya terhadap Struktur Foam pada Pemrosesan Plastik Mikroseluler Polipropilen, Skripsi, Teknik Kimia, ITS, (2004 ) [2]. BALDWIN D.F.,TATE D.E.,PARK C.B.,CHA S.W., NAM. P. SUH, Microcellular Plastics Processing Technology (1), J. Japan. Proc., 6 (3), (1994) 187-194 [3]. BALDWIN D.F.,TATE D.E.,PARK C.B.,CHA S. W., NAM. P. SUH, Microcellular Plastics Processing Technology (2), J. Japan. Proc., 6 (4), (1994) 245-256 [4]. BALWIN D. F. DAN SUH N. P., Microsellular Poly(ethylene Terephthalate) and Cristallizable Poly(Ethylene Terephthalate): Characterization of Process Variables, ANTEC (1992) 1503-1507 [5]. BERENS A.R., HUVARD o.S., KORSMEYER R. W., and KUNIG F. W., Aplication of Compressed Carbon Dioxide in the Incorporation of Additives into Polymers, Journal of Apllied Polymer Science, 46, (1992) 231-2424 [6]. COLTON J.S. and SUH N.P, The Nucleation of Micro cellular Thermoplastic Foam with Additive: Part I : Theoretical Considerations, Polym. Eng. Sci., 27 (7) (1987) 485 [7]. DEDDY dan HARY, Pengaruh Perubahan Kristalinitas Karena Temperatur dan Nitrogen Terlarut Terhadap Struktur Sel Pada Pemrosesan Polipropilen Mikroseluler, Skripsi, Teknik Kimia, ITS, (2004) [8]. HENDRAB,RIKA YS, YENIR,Pengaruh Perubahan Kristalinitas karena Teamperatur dan Gas Terlarut terhadap Struktur Sel pada Pemrosesan Polipropilen Mikroseluler, Teknik Kimia, ITS, (2003) 275
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
[9]. KUMAR Y., WELLERJ. E., A model for The Unfoamed Skin on Microcellular Foams, Polym. Eng. Sci., 34 (3), (1994) [lO].KUMAR V., SUH N.P., A Process for Making Microcellular Thermoplastic Part, Polym. Eng. And Sci., 30 (20), (1990) 1323 [II]. MALCOM P. STEVENS, di Indonesiakan oleh Dr. Ir. lis Sopyan, M.Eng., Kimia Polimer, Pradnya Paramita, Jakarta, (200 I) [12].MARTINIJ., WALDMAN F., SUHN.P., In Proceeding of The SPE ANTEC, May (1982) 674 [I 3].LAURENT M. MATUANA, Processing and Cell Morphology Relationship for Microcellular Foamed PVC/Wood-Fiber Composites. Polym. Eng. Sci., 37 (7), (1997) 1141 [14].NISSA' dan SAFITRI, Pemrosesan Plastik Mikroselular dengan Fluida Superkritis pada Tekanan Mendekati Kritis untuk Plastik Non Kristal dan Semikristal, Skripsi, Teknik Kimia, ITS, (2002) [15].PARK C.B., DOROUDIANI S., KORTSCHOT M.T., Effect of The Crystallinity and Morphology on The Microcellular Foam Structure of Semicrystalline Polymer, Polym. Eng. Sci., 36 (21), (1996) [16].RAMESH N.S, RASMUSSEN D.H., CAMPBELL G.A., Polym Eng Sci, 31, (1991) 1657 [17].SATOY,FUJIWARAK., TAKIKAWA T., SUMARNO, T AKISHIMA S., MASUOKA H., Solubilities and Diffusion Coefficients of Carbon Dioxide and Nitrogen in Polypropylene, High- Density Polyethylene, and Polystyrene Under High Pressures and Temperatures, Fluida Phase Equilibria 162, (1999) 261-276
276
ISSN 14/0-8710