PEMODELAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALU LINTAS DI SDN NUSA INDAH 1 BATI BATI NOISE LEVEL MODEL FLOW DUE TO TRAFFIC AT SDN NUSA INDAH 1-BATI BATI Eka Damayanti1, Rijali Noor2 dan Nova Annisa2 Mahasiswi Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,ULM 2 Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, ULM JL. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia E-mail:
[email protected] 1
ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan penduduk, banyak lokasi sekolah yang terletak di pinggir jalan raya, sehingga sekolah-sekolah yang terletak di pinggir jalan raya tersebut terkena dampak dari peningkatan jumlah kendaraan bermotor salah satunya adalah kebisingan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengaplikasian model prediksi tingkat kebisingan dan skenario penanganan yang sesuai dengan permasalahan tingkat kebisingan di SDN Nusa Indah 1 Kecamatan Bati-Bati menggunakan software Traffic Noise Model. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa Skenario penanganan kebisingan dengan barrier tanaman hanya dapat mereduksi 0,1 dB(A). Pada skenario penanganan kebisingan dengan barrier tembok dapat mereduksi hingga 6 dB(A). Skenario penanganan kebisingan dengan barrier kombinasi dapat mereduksi hingga 7 dB(A). Kata kunci: kendaraan bermotor, kebisingan, Traffic Noise Model ABSTRACT Along with population growth, many school located on the edge of the highway, so the schools are located affected by the increase of the number of vehicles one of which is noise. This research will be carried out applying predictive models and scenarios handling noise levels that correspond to the noise level at SDN Nusa Indah 1 Kecamatan Bati Bati with Traffic Noise Model. Scenario modeling results indicate that the handling noise barrier plant can reduce only 0.1 dB (A). In the scenario with handling noise barrier walls can reduce up to 6 dB (A). Scenario handling noise with barrier combination can reduce up to 7 dB (A). Keywords: Motor vehicles, noise, Traffic Noise Model
1. PENDAHULUAN Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tingkat kebisingan akibat arus lalu lintas di SDN Nusa Indah 1 yang di terletak di Jl. A. Yani km 33 Nusa Indah Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 53 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Udara ambien dan Baku Tingkat Kebisingan, baku mutu kebisingan untuk kawasan sekolah adalah 55 dB. Sedangkan berdasarkan data dari Badan lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Laut tahun 2014 tingkat kebisingan di sekitar Jl A. Yani km 33 Nusa Indah Kecamatan Bati-Bati adalah 72,3 dB. Hal ini disebabkan oleh kawasan ini sangat dekat dengan simpang 3 bati-bati yang merupakan kawasan jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata rata cukup tinggi dan dilewati berbagai jenis kendaraan. Selain itu Kecamatan Bati-Bati juga merupakan daerah pemasok pemenuhan kebutuhan bahan pokok serta termasuk daerah industri yang berbatasan langsung dengan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar, sehingga lokasi ini dianggap dapat menggambarkan kepadatan lalu lintas sekitarnya yang memiliki kegiatan bervariasi. Berdasarkan data diatas, dilakukan survey pendahuluan berupa kuesioner untuk mengetahui seberapa besar gangguan yang dirasakan oleh para guru SDN Nusa Indah 1 Bati-Bati pada saat proses belajar mengajar. Dari hasil kuesioner tersebut dapat diketahui bahwa dari total 13 responden sebanyak 1 orang merasa sangat setuju bahwa kebisingan akibat arus lalu lintas di daerah tersebut mengalihkan perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung, 9 orang setuju, dan 3 orang netral. Kemudian dari total 13 responden, 8 orang sangat setuju bahwa kebisingan yang diakibatkan lalu lintas berpengaruh terhadap produktivitas guru dalam bekerja, dan 5 orang setuju. Kurangnya vegetasi pada lokasi penelitian dan hampir tidak adanya bangunan peredam bising menyebabkan kebisingan akibat transportasi tidak diredam atau tidak dipantulkan ke arah lain, melainkan langsung menuju ke arah sekolah, oleh karena itu diperlukan bangunan peredam bising yang dapat mereduksi kebisingan secara maksimal. Pada penelitian ini, tingkat kebisingan dimodelkan menggunakan software Traffic Noise Model. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Lokasi Penelitian Lokasi simulasi tingkat kebisingan adalah di SDN Nusa Indah 1 Bati-Bati. Jumlah volume dan kecepatan lalu lintas diambil dari Jl. A. Yani Km 33 Nusa Indah Bati-Bati, Jl. Demang Lehman Bati-Bati, dan Gg. Nusa Indah. 2.2. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan adalah Meteran, Clinometer, dan Software Traffic Noise Model. 2.3 Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh disajikan dalam tabel dan grafik dibahas secara deskriptif. Pemodelan menggunakan Traffic Noise Model. dilakukan dengan menginput koordinat setiap objek, jumlah dan kecepatan kendaraan, serta ketinggian objek. Pemodelan ini dapat mengetahui reduksi tingkat kebisingan yang telah disimulasikan agar memenuhi baku mutu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Model tingkat kebisingan menggunakan Traffic Noise Model Pada pemodelan ini, data yang diperlukan adalah koordinat bangunan, jalan, pohon, receiver, dan barrier jumlah dan kecepatan kendaraan, serta ketinggian pohon dan bangunan. Dalam satu hari penelitian, pukul 07.00-08.00 WITA diasumsikan sebagai jam puncak pagi saat para siswa datang ke sekolah, pukul 08.00-13.00 WITA diasumsikan sebagai jam belajar dimana proses belajarmengajar berlangsung, dan pukul 13.00-15.00 WITA diasumsikan sebagai jam puncak siang saat para siswa pulang sekolah. Hasil pemodelan yang dijadikan acuan adalah hasil perhitungan software Traffic Noise Model yang menggunakan barrier analisis. Hasil perhitungan software yang ditampilkan di pembahasan hanya hari pertama penelitian, yaitu hari Senin 23 Mei 2016. Untuk hari Kamis, 26 Mei 2016 dan hari Sabtu, 28 Mei 2016 dapat dilihat pada lampiran. 3.1.1. Model Awal dengan 3 titik penerima (Receiver) Dalam tahapan model awal (0) tingkat kebisingan berdasarkan arus lalu lintas, meskipun pada dasarnya terdapat pagar didepan sekolah, tapi tidak bisa dihitung sebagai barrier dikarenakan bukan pagar tembok, melainkan pagar besi yang tidak tertutup rapat. Tinggi barrier disamping sekolah adalah 2,5 meter. Pohon yang dimodelkan hanya pohon yang cukup besar dan rimbun. Koordinat bangunan yang digunakan merupakan koordinat bangunan yang paling depan di tiap bangunan. Koordinat penerima diasumsikan 1 meter, 45 meter, dan 90 meter dari sumber kebisingan. Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. 25 Model Awal (0) Tingkat kebisingan Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, hasil pemodelan awal (0) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 20 Hasil Pemodelal Awal (0) hari Senin, 23 Mei 2016 WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
1 meter
74
0
74
74,2
0
74,2
73,3
0
73,3
45 meter
58,8
1,1
57,7
58,8
1,1
57,7
58,3
1
57,3
90 meter
54,8
2,4
52,4
54,5
2,3
52,2
53,9
2,1
51,8
(Sumber: Hasil Pemodelan Traffic Noise Model, 2016) Keterangan: (NB: No Barrier ; Red: Reduksi ; WB: With Barrier) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan paling tinggi terjadi pada pukul 07.00-08.00 WITA. Perbedaan tingkat kebisingan di tiap jam pun tidak terlalu besar, yaitu maksimal 1 dB(A). Pada jarak 1 meter dam 45 meter, tingkat kebisingan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu 55 dB. Oleh karena itu, diperlukan simulasi tepat agar tingkat kebisingan yang terhitung berada dibawah baku mutu. 3.1.2. Model Awal dengan 13 titik penerima (Receiver) Pada pemodelan awal (1) koordinat serta tinggi bangunan dan pohon yang diinput sama saja dengan model awal (0) yang memiliki 3 receiver, hanya saja pada Model awal (1) ditambahkan penerima di setiap bangunan, tapi tidak ditambahan penerima pada mushola, karena mushola tersebut jarang digunakan. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. 26 Model awal (1) Tingkat kebisingan
Gambar 4. 27 Titik penerima (receiver) pemodelan Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, hasil pemodelan awal (1) dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 21 Hasil Pemodelal Awal (1) hari Senin, 23 Mei 2016 WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
1 meter
74
0
74
74,2
0
74,2
73,3
0
73,3
45 meter
58,8
1,1
57,7
58,8
1,1
57,7
58,3
1
57,3
90 meter
54,8
2,4
52,4
54,5
2,3
52,2
53,9
2,1
51,8
TK
62,3
0,6
61,7
62,1
0,4
61,7
61,5
0,5
61
B
59,9
0,6
59,3
59,8
0,4
59,4
59,2
0,4
58,8
C
55,1
1,7
53,4
54,7
1,4
53,3
54,2
1,3
52,9
D
56,8
3,3
53,5
56,5
3,1
53,4
55,8
2,9
52,9
E
57,9
3
54,9
57,7
2,9
54,8
57
2,7
54,3
F
60,8
1,8
59
60,8
1,7
59,1
60,1
1,6
58,5
H
56,4
4,1
52,3
56
3,9
52,1
55,3
3,8
51,5
I
55,9
4,3
51,6
55,5
4,2
51,3
54,8
4,1
50,7
J
52,8
2,5
50,3
52,3
2,5
49,8
51,7
2,4
49,3
(Sumber: Hasil Pemodelan Traffic Noise Model, 2016) Keterangan: (NB: No Barrier ; Red: Reduksi ; WB: With Barrier)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada jam yang berbeda di jarak 1 meter, 45 meter, titik TK, titik B, dan titik E, tingkat kebisingannya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 55 dB(A). Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengendalian baik itu berupa barrier tanaman, barrier tembok, maupun gabungan keduanya. Pada jarak 1 meter, tidak akan disimulasikan pengendaliannya, karena memang cukup dekat dengan sumber kebisingan. 3.1.3. Model Alternatif Pengendalian dengan Barrier Tanaman Pada alternatif yang pertama koordinat bangunan, barrier, jalan, receiver, dan pohon eksisting yang dimasukkan masih sama seperti sebelumnya, kemudian dilakukan simulasi dengan menambahkan pohon yaitu sebanyak 8 pohon pada lahan yang masih kosong. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. 28 Model alternatif (1) Tingkat kebisingan
Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, hasil pemodelan alternatif (1) tanaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 22 Hasil Pemodelal Alternatif (1) hari Senin, 23 Mei 2016 WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
1 meter
74
0
74
74,2
0
74,2
73,3
0
73,3
45 meter
58,8
1,1
57,7
58,8
1,1
57,7
58,3
1
57,3
90 meter
54,8
2,4
52,4
54,4
2,3
52,1
53,9
2,1
51,8
TK
62,3
0,7
61,6
62,1
0,4
61,7
61,5
0,5
61
B
59,9
0,6
59,3
59,8
0,4
59,4
59,2
0,4
58,8
C
55,1
1,7
53,4
54,7
1,4
53,3
54,2
1,3
52,9
WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
56,8
3,3
53,5
56,5
3,1
53,4
55,8
2,9
52,9
E
57,9
3
54,9
57,7
2,9
54,8
57
2,7
54,3
F
60,8
1,8
59
60,8
1,7
59,1
60,1
1,6
58,5
H
56,4
4,1
52,3
56
3,9
52,1
55,3
3,8
51,5
I
55,9
4,3
51,6
55,5
4,2
51,3
54,8
4,1
50,7
J
52,8
2,5
50,3
52,3
2,5
49,8
51,7
2,4
49,3
D
(Sumber: Hasil Pemodelan Traffic Noise Model, 2016) Keterangan: (NB: No Barrier ; Red: Reduksi ; WB: With Barrier) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada jam yang berbeda di jarak 1 meter, 45 meter, titik TK, titik B, dan titik E, tingkat kebisingannya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 55 dB(A). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil pemodelan awal dengan 13 receiver. Pengendalian dengan alternatif barrier tanaman hanya dapat mereduksi sekitar 0,1 dB (A), itu pun jika titik receiver berada dekat dengan pohon yang disimulasikan. Berdasarkan Jurnal mitigasi dampak kebisingan akibat lalu lintas jalan Departememen Pekerjaan Umum, Tanaman Penghalang harus cukup tinggi untuk dapat memotong garis perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima. Kedalaman (ketebalan) tanaman serta persentase kerimbunan daun disesuaikan dengan jenis tanaman yang digunakan untuk penghalang. Namun, software Traffic Noise Model, tidak memperhitungkan kerimbunan ataupun kerapatan daun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya data yang diinput hanyalah tinggi serta koordinat pohon yang disimulasikan. Oleh karena itu, penurunan kebisingan dengan tanaman tidak terlalu besar. 3.1.4. Model Alternatif Pengendalian dengan Barrier Tembok Pada alternatif yang kedua, dilakukan simulasi menggunakan barrier, yaitu berupa penambahan barrier beton di depan sekolah dan menambah tinggi barrier disamping sekolah agar kebisingan dapat menurun. Pada alternatif ini, barrier di depan dan di samping sekolah diasumsikan memiliki tinggi 3 meter. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. 29 Model alternatif kedua Tingkat kebisingan
Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, hasil pemodelan alternatif (2) tembok dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 23 Hasil Pemodelal Alternatif (2) hari Senin, 23 Mei 2016 WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
1 meter
74
0
74
74,2
0
74,2
73,3
0
73,3
45 meter
58,8
4,3
54,5
58,8
4,4
54,4
58,3
3,4
54,9
90 meter
54,8
4,3
50,5
54,5
4,4
50,1
53,9
3,7
50,2
TK
62,3
6,8
55,5
62,1
6,7
55,4
61,5
6,8
54,7
B
59,9
5,2
54,7
59,8
5,1
54,7
59,2
5,2
54
C
55,1
3,7
51,4
54,7
3,5
51,2
54,2
3
51,2
D
56,8
5
51,8
56,5
5
51,5
55,8
4,4
51,4
E
57,9
5
52,9
57,7
5
52,7
57
4,4
52,6
F
60,8
5,9
54,9
60,8
6
54,8
60,1
6
54,1
H
56,4
5,5
50,9
56
5,4
50,6
55,3
5
50,3
I
55,9
5,5
50,4
55,5
5,5
50
54,8
5,2
49,6
J
52,8
3,6
49,2
52,3
3,8
48,5
51,7
3,4
48,3
(Sumber: Hasil Pemodelan Traffic Noise Model, 2016) Keterangan: (NB: No Barrier ; Red: Reduksi ; WB: With Barrier) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada jam yang berbeda pada jarak 45 meter, titik B, dan titik E, tingkat kebisingannya telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 55 dB (A). Hasil tersebut cukup berbeda dengan hasil pemodelan alternatif barrier tanaman. Pengendalian dengan alternatif barrier tembok dapat mereduksi sampai dengan 6 dB (A). Titik TK pada pukul 07.00-08.00 WITA dan pukul 08.00-13.00 WITA masih berada diatas baku mut, walaupun hanya sekitar 0,5 dB (A). Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain yang dapat menurunkan tingkat kebisingannya. 3.1.5. Model Alternatif Pengendalian dengan Barrier Tanaman dan Tembok (Kombinasi) Pada alternatif ketiga atau alternatif kombinasi, dilakukan simulasi dengan menambah tinggi barrier alternatif kedua, serta menambahkan pohon pada alternatif yang pertama. Pada alternatif ini tinggi barrier di depan dan di samping sekolah menjadi 3,5 meter. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. 30 Model alternatif (3) Tingkat kebisingan Pada hari pertama penelitian, Senin 23 Mei 2016, hasil pemodelan alternatif (3) kombinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 24 Hasil Pemodelal Alternatif (3) hari Senin, 23 Mei 2016 WAKTU 07.00-08.00 WITA
Rec.
08.00-13.00 WITA
13.00-15.00 WITA
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
NB
Red.
WB
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
dB (A)
1 meter
74
0
74
74,2
0
74,2
73,3
0
73,3
45 meter
58,8
5,7
53,1
58,8
5,7
53,1
58,3
5,7
52,6
90 meter
54,8
5,2
49,6
54,5
5,2
49,3
53,9
5,2
48,7
TK
62,3
7,6
54,7
62,1
7,4
54,7
61,5
7,5
54
B
59,9
5,8
54,1
59,8
5,7
54,1
59,2
5,9
53,3
C
55,1
4,8
50,3
54,7
4,6
50,1
54,2
4,7
49,5
D
56,8
5,9
50,9
56,5
5,8
50,7
55,8
5,8
50
E
57,9
6
51,9
57,7
5,9
51,8
57
5,9
51,1
F
60,8
6,6
54,2
60,8
6,6
54,2
60,1
6,7
53,4
H
56,4
6,2
50,2
56
6,2
49,8
55,3
6,1
49,2
I
55,9
6,2
49,7
55,5
6,2
49,3
54,8
6,1
48,7
J
52,8
4,2
48,6
52,3
4,4
47,9
51,7
4,3
47,4
(Sumber: Hasil Pemodelan Traffic Noise Model, 2016) Keterangan: (NB: No Barrier ; Red: Reduksi ; WB: With Barrier) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada jam yang berbeda pada Titik TK tingkat kebisingannya telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 55 dB (A). Pengendalian dengan alternatif barrier kombinasi dapat mereduksi sampai dengan 8 dB (A). Maka dari itu, semua titik penerima di dalam sekolah telah memenuhi baku mutu.
4.
KESIMPULAN
Adapun yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Skenario penanganan kebisingan dengan barrier tanaman hanya dapat mereduksi 0,1 dB(A). Pada skenario penanganan kebisingan dengan barrier tembok dapat mereduksi hingga 6 dB(A). Skenario penanganan kebisingan dengan barrier kombinasi dapat mereduksi hingga 7 dB(A). DAFTAR RUJUKAN Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen PU. 2005. Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Djalante, Susanti. 2010. Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (Apil) (Studi Kasus: Simpang Ade Swalayan) . Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Halil, Amwal, dkk. 2015. Pengaruh Kebisingan Lalulintas Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SMP N 1 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Menteri Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 tentang baku mutu tingkat kebisingan. Prasetya S. Handoko, Jarwa. 2010. Pengendalian Kebisingan Pada Fasilitas Pendidikan Studi Kasus Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta. Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 1. Ratri NK, Dyah, dkk. 2010. Pengaruh Aktivitas Kendaraan Bermotor Terhadap Kebisingan Di Kawasan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Surakarta. Jurnal IlmuIlmu Teknik - Sistem , Vol. 10 No. 2. Resiana, Febi. 2014. Efektivitas Penghalang Vegetasi Sebagai Peredam Kebisingan Lalu Lintas Di Kawasan Pendidikan Jalan Ahmad Yani Pontianak. Zuniversitas Tanjung Pura. Riyan ZikrI, M, dkk. 2014. Analisis Dampak Kebisingan Terhadap Komunikasi Dan Konsentrasi Belajar Siswa Sekolah Pada Jalan Padat Lalu Lintas. Fakultas Teknik Universitas Tanjung Pura: Pontianak. Setiawan, Anugra. 2014. Pengaruh Kecepatan Dan Jumlah Kendaraan Terhadap Kebisinga (Studi Kasus Kawasan Kos Mahasiswa Di Jalan Raya Prabumulih –Palembang Km 32 Indralaya Sumatra Selatan. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan Vol.2 No. 4. Suastawa, I Wayan, dkk. 2015. Analisis Penggunaan Bangunan Peredam Bising Untuk Mengurangi Kebisingan Lalu Lintas (Studi Kasus Jalan Uluwatu Ii Jimbaran). Jurnal Spektran Vol. 3 No. 2. Texas Department of transportation. 2005. User guide traffic noise model.