PEMODELAN SEDIMEN WADUK WLINGI DENGAN MENGGUNAKAN SEDIMENT SIMULATION IN INTAKE WITH MULTIBLOCK OPTION (SSIIM) Nidaurrahma1, Moh. Sholichin2, Tri Budi Prayogo2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1
[email protected] ABSTRAK Waduk Wlingi berfungsi sebagai pengendalian banjir, irigasi dan PLTA, serta menampung material sedimen yang berasal dari Gunung Kelud. Waduk Wlingi menerima material sedimen yang begitu banyak dan dapat mempengaruhi beberapa fungsi Waduk Wlingi sehingga perlu adanya pemantauan dan penanganan sedimentasi pada Waduk Wlingi, salah satunya penanganan sedimen adalah dengan penggelontoran sedimen (flushing). Setelah adanya penanganan perlu juga adanya kajian pada kondisi sedimentasi di Waduk Wlingi. Pemodelan Waduk Wlingi dilakukan untuk mengetahui bagaimana besaran kondisi sedimentasi pada Waduk Wlingi sebelum dan sesudah adanya penggelontoran sedimen (flushing). Dan dapat dilakukan perbandingan hasil volume gerusan total dari pemodelan menggunakan model Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) dengan pengukuran di lapangan. Dari hasil pemodelan menggunakan Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) yang telah dilakukan, menunjukkan gerusan total di lapangan sebesar 230.051,417 m3 dan pada pemodelan SSIIM sebesar 223.514,804 m3 dengan kesalahan relatif sebesar 2,84%. Kata Kunci: SSIIM, Transportasi Sedimen, Penggelontoran Sedimen ABSTRACT Wlingi Reservoir serves as flood control, irrigation, and hydropower, as well as accommodate sediment material derived from the eruption of Mount Kelud. Wlingi Reservoir receives so much sediment material and can affect several function of the Wlingi Reservoir that need monitoring and handling of sedimentation in Wlingi Reservoir include sediment flushing. After the handling there is also need to study the sedimentation conditions in the Wlingi Reservoir. Modeling of Wingi Reservoir conducted to know how the amount of sedimentation conditions at Wlingi Reservoir before and after sediment flushing. And it can be done the comparison of total scour volume results from modeling using Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) with field measurement. From the modeling result using Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) that have been carried out, showing total scours in the field amounted to 230.051,417 m3 and on modeling SSIIM amounted to 223.514,804 m3 with a relative eror of 2,84%. Keywords: SSIIM, Sediment transport, Sediment flushing.
PENDAHULUAN Waduk Wlingi berfungsi sebagai pengendalian banjir, irigasi dan PLTA, serta menampung material sedimen yang berasal dari letusan Gunung Kelud. Waduk
Wlingi
menerima
material
sedimen yang begitu banyak dan dapat mempengaruhi beberapa fungsi Waduk Wlingi. Salah satu penanganan sedimen yang dapat Wlingi
dilakukan pada Waduk
antara
lain
penggelontoran
dengan
sedimen
cara
(flushing).
Setelah adanya penanganan dengan cara penggelontoran sedimen (flushing) perlu adanya kajian pada kondisi sedimentasi di Waduk Wlingi. Untuk mengetahui kondisi sedimentasi di Waduk Wlingi dibutuhkan
suatu
alat
bantu
yaitu
program komputer Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM). Program
komputer
Sediment
Simulation In Intake with Multiblock option
(SSIIM)
digunakan
dapat
untuk
penggelontoran
digunakan
mensimulasikan
sedimen
(flushing)
Waduk Wlingi yang nantinya dapat dibuat
prediksi
dari
penggelontoran
sedimen (flushing) di lapangan.
pada
analisa
kondisi
sedimentasi, oleh karena itu perlu adanya batasan-batasan masalah, yaitu: 1. Pemodelan sedimen dilakukan dengan menggunakan
program
Multiblock option (SSIIM) 2. 2. Data yang digunakan adalah data koordinat dan elevasi dasar waduk tahun 2016, data ukuran sedimen tahun 2015 dan data debit flushing tahun 2016. Dari latar belakang dan batasanbatasan malsalah di atas, maka yang menjadi pokok pembahasan dalam studi ini adalah bagaimana hasil perubahan dasar
sedimen
penggelontoran
setelah sedimen
adanya (flushing)
dengan menggunakan program komputer Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) dan berapak hasil
volume
gerusan
pada
model
Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM). Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui
hasil
perubahan
dasar
sedimen setelah adanya penggelontoran sedimen (flushing) dengan menggunakan program komputer Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) dan untuk mengetahui hasil volume gerusan pada model Sediment Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM) dan di lapangan.
Dalam pembahasan studi ini akan dititikberatkan
Sediment Simulation In Intake with
komputer
Sedangkan manfaat dari studi ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
efektivitas
sedimen
(flushing)
penggelontoran yang
dilakukan
sehingga bisa digunakan untuk pedoman
pelaksanaan flushing dimasa yang akan datang.
Re
=
Sedimentadi Di Waduk Secara umum endapan
TINJAUAN PUSTAKA Transportasi Sedimen Transportasi sedimen (pengangkutan
terdiri dari 4 lapisan, yaitu: 1. Fore set beds, lapisan sedimen
sedimen) merupakan pengetahuan yang
terbentuk
bertujuan untuk mengetahui suatu sungai
(equilibrium
2. Top set beds, lapisan ini terjadi karena telah terjadi fore set beds
transport)
menyebabkan kemiringan dasar
(Priyantoro, 1987:1)
waduk bagian hulu landai.
Kecepatan Jatuh (Fall Velocity) Kecepatan jatuh merupakan parameter
yang
sedimentasi
waduk
penting
untuk
dan
proses
pengendapan lain serta untuk menetukan gerak
sedimen
Kecepatan
jatuh
dalam
suspensi.
butiran
ditentukan
3. Bottom set beds, lapisan ini terbentuk atas sedimen halus yang terbawa aliran. 4. Density current set beds, lapisan ini adalah lapisan dengan partikel halus yang diangkut sepanjang dasar sungai dan di endapkan
dengan persamaan keseimbangan antara
dekat waduk.
gaya berat dan hambatan aliran. (
muatan
adalah sedimen kasar.
(aggradasi) atau mengalami angkutan seimbang
apabila
sedimen yang terbawa aliran
dalam keadaan tertentu apakah terjadi penggerusan (degradasi), pengendapan
sedimen
)
Dengan: CD
: Koefisien tarik
W
: Kecepatan Jatuh (fall velocity)
Dari persamaan diatas tersebut didapat: W=(
Gambar 1. Bentuk Umum Endapan Sedimen di Waduk. Sumber: Morris dan Fan (1998:10.2)
)
Dengan: W
: Kecepatan jatuh butiran
Penggelontoran (Flushing) Dalam proses penggelontoran
CD
: Koefisien hambatan
(flushing) melibatkan penurunan water
∆
: (ρs – ρw)/ρw
level di waduk dan pengosongan dengan
Nilai
CD
tergantung
dari
bilangan
Reynold (Re) dan bentuk partikel.
membuka bottom outlet pada tingkat rendah,
sehingga
mengakibatkan
kecepatan air tinggi dan sedimen akan
tinggi, endapan sedimen diarahkan keluar
terkikis melalui bottom outlet (Morris dan
waduk
Fan, 1985:15.1).
Pelaksanaannya ada dua macam: 1.
Flushing dengan cara mengosongkan waduk
adalah
yang
paling
melalui
bottom
outlet.
Pressure flushing, elevasi air waduk
efektif,
diturunkan ke elvasi yang paling rendah
terutama pada saat periode debit aliran
yang diijinkan. 2. Flushing with High-
yang besar dan memiliki banyak energi
Level
untuk mengikis sedimen. Flushing pada
membuat underwater dike di waduk
saat debit air yang besar juga memiliki
untuuk menaikkan endapan sedimen ke
keuntungan pada saat pengisian ulang
High level bypass channel.
waduk.
Program Komputer SSIIM SSIIM adalah singkatan
Outlet,
dilaksanakan
dengan
untuk
Sediment Simulation In Intake with Multiblock option. Program ini dibuat untuk
digunakan
di
sungai/lingkungan/hidrolik/rekayasa Gambar 2. Flushing Pada Waduk Dengan Membuka Bottom Outlet. Sumber: Hoven, L.E (2010:5)
sedimentasi (Olsen, 2014:9).
Klasifikasi Flushing
(Computational Fluis Dynamics) adalah
Empty or Free Flow Flushing Flushing dilaksakan dengan cara
kemampuan
mengosongkan air waduk, sedangkan
bergerak pada geometri yang komplek.
Kelebihan SSIIM dibandingkan CFD
memodelkan
trasnportasi
sedimen dengan muatan dasar yang
aliran air sungai tetap dipertahankan
Ada dua versi utama SSIIM: SSIIM
masuk kedalam waduk, untuk selnajutnya
1 dan SSIIM 2. SSIIM 1 menggunakan
digunakan sebagai penggelontor sedimen
grid
keluar waduk melalui bottom outlet.
menggunakan grid tidak terstrukutur.
terstruktur
dan
SSIIM
2
Waktu pelaksanaan ada dua cara: 1. Empty Flushing During Flood Season dilaksanakan pada saat musim hujan. 2. Empty Flushing During Non Flood Season dilaksanakan pada saat musim kemarau. Flushing with Partial Drawdown Flushing dengan cara elevasi air waduk dipertahankan dalam keadaan
Gambar 3. Grid Terstruktur dan Grid Tidak Terstruktur. Sumber: Olsen, N.R.B (1999:7)
yang diperkenalkan oleh pendekatan
Perhitungan Aliran Air Program komputer
SSIIM
Boussinesq (Olsen, 1999:34):
memecahkan persamaan Navier-Stokes dengan model k-ɛ pada tiga dimensi. sebuah program komputasi dinamika
̅̅̅̅̅
(
)
fluida dibuat khusus untuk rekayasa
Perhitungan Transportasi Sedimen Transportasi sedimen secara
hidrolik.
tradisional dibagi dalam bed load dan
Persamaan
Navies-Stokes air.
suspended load. Suspended load dapat
Persamaan yang diperoleh pada dasar
dihitung dengan persamaan konveksi-
keseimbangan kekuatan volume air yang
difusi untuk konsentrasi sedimen, c
kecil di aliran laminar. Untuk aliran
(volume fraksi di SSIIM):
turbulen menggunakan persamaan rata-
(
menggambarkan
kecepatan
)
rata dari Reynolds. Kecepatan jatuh partikel sedimen dilambangkan w. Koefisien difusi, Γ, diambil dari model k-ɛ:
Gambar 4. Persamaan Waktu Pada Kecepatan Aliran Turbulen. Sumber: Olsen, N.R.B (1999:34)
digunakan sebagai default. Sebuah nilai
Persamaan
yang berbeda dapat diberikan dan diatur
Navier-Stokes
untuk
Sc adalah jumlah Schmidt, set ke 1,0
kepadalan aliran non-kompresible dan
dalam control file.
konstan dapat dimodelkan sebagai:
Input File SSIIM
(
̅̅̅̅̅̅̅)
Geodata File File geodata berisi koordinat dan
Dengan:
elevasi dasar dari waduk. File ini dibaca
Ui
= Kecepatan lokal
secara otomatis oleh program SSIIM
xj
= Dimensi ruang
sebagai pola dasar waduk. Pembuatan
δij
= Kronecker delta
grid merupakan hal terpenting dalam
ρ
= massa jenis air
pemodelan
P
= tekanan
kualitas grid dalam geodata file akan
ui
= kecepatan rata-rata
menetukan bias tidaknya kajian dapat
Untuk
model
istilah
tegangan
Reynolds, konsep eddy-viskositas seperti
numeric
SSIIM
karena
dijalankan. Control File Dalam file control parameter
yang
file
berhubungan
tedapat untuk
menjalankan simulasi. Dalam file ini
kapasitas
tampungan
berisi parameter seperti ukuran sedimen,
diperbarui
atau
fall velocity, koefisien van rijn dan
flushing dengan kapasitas tampungan
discharge and friction factors (debit dan
original
faktor-faktor lain), namun juga berisi
Persamaan untuk menghitung LTCR
parameter lainnya seperti time step (lama
adalah sebagai berikut:
live
yang
telah
tampungan
pada
waduk
setelah
tersebut.
pengaliran), number of iterations (nomornomor
dari
iterasi)
dan
parameter-
parameter lainnya yang diperlukan dalam menjalankan simulasi ini.
Dengan: V1 : kapasitas tampungan setelah flushing (m3)
Timei File Timei file berisi parameter elevasi
Vori : kapasitas tampungan original live
muka air, debit untuk masing-masing
(m3)
waktu iterasi dan ukuran sedimen. Data
Untuk penilaian pelaksanaan flushing
set yang digunakan adalah data sed I dan
berhasil, syarat yang harus dipenuhi
D,
adalah bahwa LTCR > 0,5
data
set
I
digunakan
untuk
memasukkan nilai debit dan elevasi muka
Draw Down Ratio (DDR), didefinisikan
air pada hulu dan hilir pada masing-
sebagai perbandingan elevasi muka air
masing waktu iterasi jika dibutuhkan.
jagaan saat flushing dengan elevasi muka
Kriteria Keberhasilan Flushing Keberhasilan penggelontoran
air
sedimen dalam waduk ditentukan oleh
adalah sebagai berikut:
beberapa
kriteria
penilaian,
penilaian
keberhasilan
didapatkan
dari
penelitian
penggelontoran sedimen yang dilakukan oleh beberapa tampungan waduk yang ada di berbagai belahan dunia (Atkinson, 1996). Menurut
untuk
muka
air
rendah.
menghitung
DDR
Dengan: ELf : elevasi muka air flushing (m) HWL: elevasi muka air tinggi (m) LWL : elevasi muka air rendah (m) Untuk penilaian pelaksanaan flushing berhasil, syarat yang harus dipenuhi
Atkinson,
perhitungan
criteria penilaian kesuksesan pelaksanaan flushing adalah sebagai berikut:
sebagai
rasio
adalah bahwa DDR > 0,7 Capacity didefinisikan
Long Term Capacity Ratio (LTCR), didefinisikan
Persamaan
dan
criteria tersebut
hasil
tinggi
antara
Inflow sebagai
Ratio
(CIR),
perbandingan
antara kapasitas tampungan roginal live dengan volume outflow dari pelaksanaan
flushing. Persamaan untuk menghitung
1. Data koordinat dan elevasi dasar
CIR adalah sebagai berikut:
waduk. Data koordinat dan elevasi dasar Waduk
(
untuk
Wlingi.
Vori : kapasitas tampungan original live (m3) Qf : debit inflow saat flushing (m3/det) Untuk prnilaian pelaksanaan flushing berhasil, syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa CIR < 0,3.
Waduk Wlingi terletak pada aliran sungai Kali Brantas di Desa Jabung, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar ±30 km di hilir Bendungan Sutami – Krangkates Malang Jawa Timur.
1. Data sedimen, untuk menganalisa sedimen yang keluar dari waduk pada saat flushing (penggelontoran) data yang digunakan tahun 2015. 2. Data koordinat waduk, diperlukan untuk membuat batas dari waduk, data yang digunakan tahun 2016. (penggelontoran), dari
pemodelan, data yang digunakan tahun 2016. Langkah-Langkah Studi
sesuai dengan batas data koordinat dan elevasi dasar waduk. 3. Data debit flushing digunakan untuk waterflow
pada
program
diinput pada program SSIIM setelah grid telah selesai dibuat. 4. Membuat rencana model numerik adalah dengan membuat file bernama control file dan timei file, dimana control file berisi data ukuran sedimen dan
Data Yang Diperlukan
simulasi
membuat batasan dari Waduk Wlingi
SSIIM. Data debit flushing akan bisa
Lokasi Obyek Studi
untuk
dasar waduk terbaca oleh program,
komputasi
METODOLOGI PENELITIAN
flushing
2. Setelah data koordinat dan elevasi
dilanjutkan membuat blok grid untuk
Vin : volume air outflow (m3)
diperlukan
digunakan
membuat grid serta batasan dari Waduk
)
Dengan:
3. Data
Wlingi
parameter default yang dibutuhkan dalam proses
running
program
SSIIM.
Sedangakan pada timei file berisi data debit flushing dan data ukuran sedimen pada tiap waktu iterasi yang telah ditentukan. 5. Setelah komputasi waterflow telah selesai dan control file serta timei file telah dibuat maka komputasi sedimen bisa dijalankan dan akan dihasilkan perubahan dasar dari waduk. 6. Penyelesaian. Dari hasil pemodelan maka akan didapatkan hasil perubahan dasar Waduk Wlingi.
pada tahun 2016 selama 41 jam serta ukuran sedimen D60 dan D10 pada tahun 2015. Dari hasil pemodelan dengan menggunakan data tersebut didapatkan hasil volume gerusan total pada model Sediment Simulation In Intake with Multiblokc option (SSIIM) yang hampir sama dengan hasil volume gerusan total di lapangan sehingga diharapkan dapat menghasilkan kesalahan relatif
yang
dapat di verifikasi. Berikut
adalah
hasil
pemodelan
Waduk Wlingi menggunakan program Gambar 5. Diagram Alir Pengerjaan Program SSIIM
Multiblokc option (SSIIM) dengan debit
HASIL DAN PEMBAHASAN
flushing selama 41 jam dan data ukuran
Input Data Pemodelan Numerik Dalam
penyusunan
menggunaka
studi
program
sedimen. ini
Sedimen
Simulation In Intake with Multiblock option (SSIIM). Dimana, data yang dimasukkan
ke dalam program SSIIM
adalah data koordinat Waduk Wlingi, data sedimen Waduk Wlingi, dan data debit flushing Waduk Wlingi. Pada sesudah
pengukuran flushing
Sediment Simulation In Intake with
juga
sebelum
dan
dinput
pada
program SSIIM untuk mengetahui bentuk kontur dari Waduk Wlingi sebelum dan sesudah flushing. Kalibrasi Model Kalibrasi model Sediment Simulation In Intake with Multiblokc option (SSIIM) menggunakan debit aktual yang terjadi
Gambar 6. Bed Level Changes Setelah Flushing Waduk Wlingi Dengan Menggunakan SSIIM
Gambar 7. Bed Level Setelah Flushing Waduk Wlingi Dengan Menggunakan SSIIM
Gambar 8. Bed Level Dari Waduk Wlingi Sebelum Flushing
Gambar 9. Bed Level Setelah Flushing Waduk Wlingi Hasil Pengukuran Lapangan Volume Gerusan Untuk perhitungan volume gerusan menggunakan program
bantu
ArcMap
dengan memasukkan hasil running pada pemodela
numerik.
didapatkan
Dari
volume
perhitungan
gerusan
pada
pengukuran lapangan sebesar 230.051,417 m3 dan volume gerusan pada pemodelan numerik dengan debit flushing aktual tahun 2016 sebesar 223.514,804 m3.
|
|
Dengan: Xnumerik: Variabel hasil pemodelan numerik Xfisik: Variabel hasil pemodelan lapangan Maka dari persamaan diatas didapatkan hasil kesalahan relative sebesar
|
|
Kesalahan relatif= 2,84%
Kesalahan Relatif menunjukkan
Pada hasil pemodelan antara sebelum
besarnya tingkat kesalahan antara hasil
flushing dan sesudah flushing dengan
pemodelan numerik dengan pemodelan
pengukuran
lapangan
dengan
membandingkan
menggunakan
kesalahan
absolute
terhadap
hasil
Simulation In Intake with Multiblock
pemodelan numerik. Untuk menghitung
option (SSIIM) dibuat overlay dari ketiga
kesalahan
hasil tersebut didapatkan gambar seperti
Kesalahan
relative
relative
persamaan berikut:
dapat
digunakan
bawah ini:
lapangan
serta
program
dengan Sediment
Elevasi
CRB 140
164 163 162 161 160 159 158 157 156 155 154
sebelum Flushing
Pengukuran Lapangan Sesudah Flushing Model SSIIM
0
100
200
300 Jarak (m)
400
500
600
Gambar 10. Profil Melintang CRB 140 Gambar
dari
volume total gerusan pada model SSIIM
overlay ketiga model pada potongan
dan di lapangan tidak sama seperti hasil
melintang patok CRB 140 yang telah
volume pada potongan melintang ini.
dilakukan, dapat dilihat pada hasil gambar
Keberhasilan Flushing
diatas
diatas
bahwa
adalah
hasil
hasil
model
dengan
Keberhasilan penggelontoran sedimen
menggunakan SSIIM mempunyai luas area
dalam waduk ditentukan oleh beberapa
gerusan sebesar 1548,225 m2, jika jarak
kriteria penilaian yaitu: Sediment Balance
antara CRB 140 dan CRB 138 diasumsikan
Ratio (SBR) > 1,Long Term Capacity Ratio
luas area gerusan memiliki luasan yang
(LTCR) > 0.8, Draw Down Ratio (DDR) >
sama maka hasil volume gerusan sebesar
0.7, Capacity Inflow Ratio (CIR) < 0.3
457995,92 m3. Sedangkan luasan area
(Atkinson, 1996). Perhitungan studi kriteria
gerusan di lapangan sebesar 1292.587 m2,
keberhasilan
jika jarak antara CRB 140 dan CRB 138
menggunakan kriteria LTCR, DDR, dan
diasumsikan luas gerusan memiliki luasan
CIR.
yang sama maka hasil volume gerusan
flushing
Waduk
Wlingi
Volume kapasitas tampungan waduk
sebesar 3823737.234 m3. Dari hasil yang
pada
didapatkan model SSIIM yang memiliki
flushing dihitung dengan program bantuan
gerusan yang terbesar. Namun jarak antara
ArcMap,
CRB 140 dan CRB 138 area gerusan tidak
tampungan sebesar 1,41 juta m3
memiliki luasan yang sama sehingga
Waduk
Wlingi
didapatkan
setelah
hasil
adanya
volume
Menurut
Atkinson,
(
perhitungan
)
kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan
Dengan:
flushing sebagai berikut:
Vori : kapasitas tampungan original live
1.
(m3)
Long Term Capacity Ratio (LTCR)
Vin : volume air outflow (m3) Dengan: V1 : kapasitas tampungan setelah flushing
Qf : debit inflow saat flushing (m3/det) Maka, CIR Waduk Wlingi adalah Vin
(m3)
= Qf x 147.600 = 147,6 x 147.600
Vori : kapasitas tampungan original live
= 21,78 x 106 m3
(m3) Maka, LTCR Waduk Wlingi adalah = 0,23 = 0,27
CIR < 0,3 maka dikatakan berhasil. Dari
LTCR < 0,8 maka dikatakan masih belum berhasil. 2.
Draw Down Ratio (DDR)
hasil
penilaian
criteria
keberhasilan flushing diatas hanya kriteria Capacity
Inflow
Ratio
(CIR)
yang
menyatakan bahwa flushing dikatakan berhasil. Dengan: ELf : elevasi muka air flushing (m)
KESIMPULAN Dari hasil analisa yang dilakukan
HWL : elevasi muka air tertinggi (m)
untuk
LWL : elevasi muka air terendah (m)
diperoleh hasil sebagai berikut:
Maka, DDR Waduk Wlingi adalah
1.
menjawab
Perubahan
rumusan
dasar
masalah
sedimen
pemodelan numeric paling banyak terjadi pada
bagian
hilir
waduk,
dengan
kedalaman gerusan maksimum sebesar = 0,32 DDR < 0,7 maka dikatakan masih belum berhasil 3.
Capacity Inflow Ratio (CIR)
3,2511 m dan endapan maksimum sebesar 3,3124
m,
dengan
elevasi
terendah
+154,063 dan elevasi tertinggi +162,965. 2.
Volume gerusan pada pemodelan
fisik sebesar 230.051,417 m3 dan pada
pemodelan
numeric
volume
gerusan
sebesar 223.514,804 m3. Kesalahan relatif yang dihitung mendapatkan hasil sebesar 2,84%. SARAN Flushing diharapkan dilakukan pada
Unpublished. Trondheim: Norwegian University of Science and Technology Kurniawan, Fajar Aldoko. 2016. Analisa Sebaran
Sedimen
Tampungan
dan
Efektivitas
Menggunakan
setiap tahun, sehingga pemeliharaan waduk
Interpolasi
dapat terjaga dan pada laporan ini juga
Penggelontoran Waduk Wlingi dan
terdapat keterbatasan data yang dimiliki
Waduk Lodoyo). Malang: Jurusan
yaitu
Pengairan Fakultas Teknik Universitas
pada
ukuran
sedimen,
ukuran
sedimen yang dimilik hanya pada tahun 2015. Pada tahun 2016 belum dilakukan pengambilan sample sedimen di Waduk Wlingi.
Ruang
(Studi
Teknik Kasus
Brawijaya. Morris, Gregory L. & Fan, Jiahua. 1998. Reservoir Sedimentation Handbook. New York: McGraw-Hill Book Co.
DAFTAR PUSTAKA Abi, Fakhri. 2016. Analisa Pola Gerusan
Olsen, Nils Reidar B. 2014. A Three-
Pada Hilir Bendung PLTM Bantaeng-1
Dimensional Numerical Model For
Kabupaten
Provinsi
Simulation Of Sediment Movement In
Sulawesi Selatan. Malang: Jurusan
Water Intakes With Multiblock Option.
Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Norwegian: Department Of Hydraulic
Brawijaya.
And Environmental Engineering The
Bantaeng
Atkinson, E. 1996. The Feasibility of Flushing Sediment From Reservoir Report OD 137, HR Wallingford, Wallingford, UK.
Norwegian University Of Science And Technology. Olsen, Nils Reidar B. 1999. Computational Fluid Dynamics in Hydraulic and
Breusers, H.N.C. 1983. Sedimen Transport
Sedimentation
Engineering.
Norwegian: Department of Hydraulic
1. Delft
and Environmental Engineering The Hoven,
L.E.
2010.
Three-dimensional
Numerical Modelling of Sediments in Water
Reservoirs.
Thesis.
Norwegian University of Science and Technology
Olsen, Nils Reidar B. 2012. Numerical Modelling
and
Hydraulics.
Norwegian: Department of Hydraulics and Environmental Engineering The Norwegian University of Science and Technology. Priyantoro, Pengangkutan
Dwi.
1987.
Sedimen.
Himpunan Mahasiswa
Teknik Malang:
Pengairan.