Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
PEMODELAN PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN JEMBATAN DI JALAN PANTURA JAWA TIMUR Antony Ompusunggu, Supani Hardjo Diputro, Haryono Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Pemeliharaan jembatan merupakan satu rangkaian proses dari sistem manajemen jembatan. Penentuan proses pemeliharaan merupakan hasil dari skrinning jenis kerusakan serta kepadatan lalu lintas. Skrinning dengan nilai 4 untuk tingkat kerusakan dan nilai 0 untuk kepadatan lalu lintas. Jumlah jembatan yang ada di jalur Pantura dengan kondisi membutuhkan pemeliharaan ada tiga. Pada pelaksanaan idealnya, ketiga jembatan tersebut harus dilakukan pemeliharaan secara bersamaan, akan tetapi keterbatasan dana menjadi alasan utama mengapa diperlukan prioritas dalam pemeliharaan jembatan tersebut. AHP merupakan pilihan teknik analisa untuk penelitian ini, karena pada prinsipnya AHP menyediakan ruang kualitatif bagi para ahli untuk berpendapat dan juga melengkapinya dengan perhitungan kuantitatif. Dari hasil analisa AHP akan didapatkan urutan prioritas jembatan yang memerlukan pemeliharaan. Yaitu jembatan Sabrang, jembatan Klompret dan jembatan Sanggrahan. Tema pemodelan yang diambil dalam penelitian ini, adalah proses mulai dari penentuan permasalahan, pengidentifikasian variabel dan penganalisaan dengan metode AHP dengan studi kasus jembatan-jembatan di jalan Pantura Jatim. Keseluruhan proses tersebut terangkum dalam pemodelan yang bersifat general dan mampu diaplikasikan dengan permasalahan yang sama. Kata kunci: Ppemeliharaan jembatan, AHP, Pemodelan PENDAHULUAN Pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas merupakan hal yang selayaknya terjadi di tengah keterbatasan-keterbatasan yang ada. Akan tetapi pengambilan keputusan harus di lakukan secara bijak dan adil sehingga mengahasilkan good decision yang nantinya akan bermanafaat bagi keseluruhan komponen yang terlibat dalam keputusan tersebut (Zuhdi, 2007). Mengingat kekomplekan permasalahan dan juga banyaknya unsur-unsur yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut membuat pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan dengan intuisi belaka, karena hal tersebut selain objektivitasnya dipertanyakan juga tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu penyusunan model yang merupakan proses dari pengindentifikasian permasalahan, memilah unsur-unsur yang mempunyai pengaruh penting dan tidak terhadap pengambilan keputusan. Hasilnya disajikan dalam bentuk variabel-variabel yang berpengaruh, sehingga nantinya reliable untuk dijadikan sumber data guna mendapatkan pendapat dari para ahli melalui teknik analisa AHP. Proses tersebut tersaji dalam pemodelan pengambilan keputusan dengan studi kasus pemeliharaan jembatan di jalur Pantura Jawa Timur.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
STUDI KASUS Upaya skrinning merupakan salah satu upaya rutin yang dilakukan oleh Bina Marga. Proses skrinning tersebut diantaranya untuk mengetahui tingkat kerusakan jembatan dengan skala 0-5. Berikut keterangan skala tersebut: Tabel 1 Skala Skrinning Skala
Penjelasan
0
Jembatan baru
1
Jembatan masih dalam kondisi bagus
3
Jembatan mengalami kerusakan kecil
4
Jembatan mengalami kerusakan pada elemen penting
5
Jembatan mengalami kerusakan pada elemen utama
Sumber: BMS, 1993
Proses skrinning selanjutnya adalah kepadatan lalu lintas. Dengan skala 0 dan 5. Skala 0 lalu lintas tidak padat Skala 5 lalu lintas padat (macet) Upaya pemeliharaan yang dilakukan adalah untuk jembatan-jembatan dengan nilai 4 dan nilai lalu lintas 5. Pemeliharaan jembatan adalah memperbaiki elemenelemen penting yang mengalami kerusakan, akan tetapi tidak mengganti jembatan secara keseluruhan ataupun memperlebar jembatan. Kondisi lalu lintas jembatan dengan skala 5 adalah kondisi jembatan yang memerlukan pelebaran karena daya tampung jembatan tidak muat untuk kepadatan lalu lintas. Pada penelitian ini studi kasus adalah jembatan-jembatan di jalan pantura Jatim. Melalui hasil kedua proses skrinning tersebut, diidentifiikasi ada tiga jembatan yang termasuk dalam skala 4 dan skala 0, dimana hal ini berarti ketiga jembatan tersebut memerlukan pemeliharaan. Permasalahan klasik yang selalu menimpa Indonesia adalah keterbatasan dana untuk pemeliharaan jembatan. Dengan keterbatasan tersebut diperlukan prioritas penanganan bagi ketiga jembatan.
ISBN : 978-979-99735-8-0 B-4-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
METODA Penentuan metodologi untuk penelitian ini terangkum dalam skema berikut: Identifikasi Masalah IN PU T
Data sekunder Studi Literatur
Variabel Penelitian Data Primer
Penyusunan Model Hierarki
PR OS ES
Responden Ekspert
Analisis Multi Kriteria
Ya
Tidak
Uji Konsistensi
OU TPU T
Prioritas Jembatan
1
3
2
…..
Gambar 1 Skema Metodologi
Dari skema tersebut dapat dilihat bahwa proses pemodelan ini terdiri dari input, proses dan output. Input berupa identifikasi permasalahan yang terjadi yaitu perlunya prioritas untuk pengambilan keputusan pemeliharaan jembatan. Melalui kajian pustaka yang dilakukan berdasarkan teori-teori tentang jembatan ditinjau dari segi Engineering juga dari manajemen pengelolaannya, dan didapatkan variabel-variabel yang mempengaruhi prioritas pemeliharaan jembatan tersebut. Variabel-variabel itupun diuji kevalidannya dengan menyertakan pendapat para ahli (expert) yang nantinya juga sebagai responden teknik analisis AHP. Setelah melalui dua putaran pendapat dari para ahli, didapatkan kevalidan variabel dan sub variabel.
ISBN : 978-979-99735-8-0 B-4-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Berikut ini adalah variabel dan sub variabel tersebut: Jenis kerusakan Faktor teknis
Waktu pelaksanaan
Ekonomi Prioritas pemeliharaan jembatan
Budget yang dibutuhk an Efisiensi biaya
LHR Faktor non teknis
Transportasi
Kecepatan rata-rata Jalan alternatif
Sosial
Jumlah penduduk yang terlayani
Gambar 2 Skema Variabel dan Sub Variabel
Masih di skema input, data yang dibutuhkan disesuaikan dengan variabel dan sub variabel. Data yang terdiri data sekunder dan data primer. Skema proses adalah bagian analisa yang dibantu dengan menggunakan teknik analisa AHP. Teknik analisa AHP adalah teknik analisa yang lazim digunakan para akademisi juga para professional dalam pengambilan keputusan. Dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang disusun dalam bentuk kuisioner AHP maka didapatkan pendapat para ahli dan mengolahnya sesuai dengan teori AHP (Saaty, 1993). HASIL dan DISKUSI Hasil pengolahan AHP mendapatkan bobot dari tiap-tiap varibel dan sub variabel, berikut ini adalah bobot-bobot tersebut dilihat dari rating tertinggi. Tabel 2 Penentuan Kriteria Berdasarkan Bobot Peringkat Kriteria Bobot Budget 0,418 1 Jadwal Pelaksanaan 0,281 2 LHR 0,083 3 Efisiensi Biaya 0,079 4 Penduduk (Sosial) 0,056 5 Jenis Kerusakan 0,049 6 Kecepatan tempuh 0,021 7 Jalan Alternatif 0,011 8 ISBN : 978-979-99735-8-0 B-4-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Sumber: Hasil analisa, 2009
Peringkat 1 dari Tabel 2 adalah budget, budget merupakan sub variabel dari variabel ekonomi. Budget menempati 40% lebih dari keseluruhan persentase yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Dari sini dapat dikatakan bahwa budget merupakan hal terpenting dalam pengambilan keputusan, disusul dengan kriteria jadwal pelaksanaan yang merupakan variabel dari teknis, dan selanjutnya adalah lalu lintas harian rata-rata (LHR) sampai seterusnya adalah jalan alternatif yang merupakan peringkat terakhir dari bobot hasil AHP. Peringkat bobot tersebut bukan hasil akhir dari AHP. Hasil akhir memaparkan bobot dari tiap jembatan dan dengan bobot tersebut dapat diketahui urutan peringkat bobot. Tabel berikut menyebutkan bobot hasil akhir AHP. Tabel 3 : Peringkat Jembatan Peringkat Jembatan Bobot Jembatan Sabrang 0,547 1 Jembatan Klompret 0,263 2 Jembatan Sanggrahan 0,190 3 Sumber: Hasil analisa, 2009
Analisa AHP merupakan analisa yang dipakai untuk menentukan prioritas suatu pilihan. Pada penelitian ini, pemilihan analisa AHP lebih disebabkan karena banyaknya pilihan dan keterbatasan kemampuan, sehingga diperlukan prioritas. Jikalau kemampuan tidak terbatas maka semua pilihan akan diambil tanpa adanya pertimbangan prioritas. Kondisi utama sebagai prasyarat untuk menggunakan analisa AHP adalah banyaknya pilihan dan keterbatasan kemampuan. Dengan menggunakan bantuan faktor dan kriteria, prioritas pemeliharaan jembatan di jalur Pantura telah didapatkan. Pengerjaan AHP merupakan study case, untuk satu contoh permasalahan yang terjadi, akan tetapi penggunaan AHP sebagai analisa untuk menentukan prioritas dapat dipergunakan secara general dengan permasalahan yang sama. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel yang menentukan pada penelitian ini adalah variabel teknis dan variabel non teknis. 2. Untuk studi kasus pada penelitian ini yaitu jembatan-jembatan yang harus dilakukan pemeliharaan didapatkan hasil urutan prioritas sebagai berikut: 1. Jembatan Sabrang 2. Jembatan Klompret 3. Jembatan Sanggrahan 3. Pemodelan yang dilakukan pada penelitian ini utamanya mengacu pada pemeliharaan jembatan 4. Pengguna pemodelan ini, harus memiliki permasalahan yang sama yaitu kondisi jembatan yang memerlukan pemeliharaan, memiliki banyak pilihan jembatan dan keterbatasan kemampuan, yang utama adalah keterbatasan dana. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2004), Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-8-0 B-4-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Anonim. (……), Peraturan Pemerintah RI No.25 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenaganan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonomi, Jakarta. Aktan, A.E, D.N Farney, etc, (1996), Condition Assessment for Bridge Management, Journal of Infrastructure System, ASCE 3 (3), pp 108-117. Bridge Management System. Bridge Inspection Manual, Directorate General of Highways Ministry of Public Work Republic of Indonesia, Australian International Development Assistance Bureau, February 1993b. Bridge Management System, IBMS Planning And Programming Manual Directorate General of Highways Ministry of Public Work Republic of Indonesia, Australian International Development Assistance Bureau, February 1993b. El-Diraby, Tanner. E, etc (2001), Model for Evaluating Bridge Construction Plans, Journal of Construction Engineering and Management, vol 127, Number 5, September-October, pp 351-429. Manu, A.L, (1995), Dasar-Dasar Perencanaan Jembatan Bertulang, Cetakan ke-1, PT. Mediatama Saptakarya. Singarimbun, Masri, Effendi, dkk(1995), Metode Penelitian Survey, Cetakan ke-2. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Tjandara, Mohammad, (2006), Penentuan Urutan Prioritas Usulan Kegiatan Pembangunan Jembatan di Dinas Pengairan Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Karawang, Tesis, ITS Surabaya. Saaty, Thomas, (1993), Pengambilan Keputusan Bagi para Pemimpin, PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta. Bappenas, (2006), Bab 25:Pengurangan Ketimpangan dan Pembangunan Wilayah, (www.bappenas.go.id), akses 26 Nopember 2007.
ISBN : 978-979-99735-8-0 B-4-6